• Tidak ada hasil yang ditemukan

TBC Pertanyaan , Jawaban, Sumber

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TBC Pertanyaan , Jawaban, Sumber"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TBC

Mengapa ditemukan batuk berdahak berwarna merah? Jawab :

Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan semula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tubrkulosis terjadi pada kavitas, tetapi juga terjadi pada ulkus dinding bronkus

Sumber :

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid II Mengapa nafsu makan turun dan berat badan turun?

Gambar A. Ada dua sistem di hipotalamus. Melanocortin (Pro-opiomelanocortin)

merupakan sistem saraf serotoninergik. Jika melanocortin dirangsang maka akan terjadi anorexia (tidak napsu makan. Kebalikannya, NPY bersifat prophagic., artinya jika dirangsang maka napsu makan akan meningkat. Interaksi kedua sistem inilah yang mengatur imbang asupan dan pemakaian energi.

Gambar B. Pada banyak penyakit sistemik, sitokin faktor pemicu proteolisis akan

diproduksi oleh sel darah putih, dan ini akan merangsang pembentukan serotonin dan merangsang melanocortin. Efek perangsangan ini adalah anoreksia. Serotonin berasal dari triptofan. Triptofan masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui saluran yang sama

(2)

dengan BCAA (branch-chained amino acids). Jadi triptofan bersaing dengan BCAA. Ada bukti bahwa peningkatan triptofan di otak akan menyebabkan rasa letih( central fatigue).

Gambar C. Pemberian BCAA (leucine, isoleucine, valine) akan memblok masuknya

triptofan, disusul dengan penurunan serotonin. Kemudian napsu makan akan meningkat.

Sumber :

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=734 Guyton & hall. 2008. Fisiologi kedokteran. Edisi 11. jakarta : EGC Mengapa keringat banyak waktu malam hari?

Jawab:

Keringat malam mungkin merupakan gejala klinis TB penting pada dewasa dan bukan gejala utama pada anak. Pada orang dewasa yang sehat pada malam hari istirahat atau tidur, metabolisme (BMR) menurun, sedangkan pada keadaan sakit TB yang merupakan proses infeksi atau sakit TB metabolisme meningkat sehingga akan berkeringat pada malam hari. Pada anak, yang masih fase tumbuh, growth hormon malam hari, metabolisme meningkat, sehingga akan timbul keringat pada malam hari.

(3)

Sumber :

Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak, Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia 2005)

Guyton & hall. 2008. Fisiologi kedokteran. Edisi 11. jakarta : EGC Mengapa pada perkusi ditemukan redup pada apex paru?

Jawab :

redup atau gangguan resonansi di akibatkan oleh setiap keadaan yang menganggu getaran resonan normal dalam paru-paru atau keadaan yang menggangu pengahtaran dari getaran tersebut dari luar. Oleh karen itu konsilidasi parenkim paruparu mengakibatkan suara perkusis resup contoh penyakit seperti penumonia, neoplasma, atelektasis, fibrosis pleura, efusi pleura. Suara resonansi skodaik bagian bawah paru mengalami kompresi oleh setiap efusi pleuritik dan volume bagian atasnya berkurang , suara bagian atas toraks akan bersifat timpani (pneumonia lobaris) di atas daerah konsolidasi.

perkusi: redup (infiltrat luas, schwarte), hipersonor (kavitas yang besar) , pekak (efusi

pleura). Sumber :

Ilmu Penyakit Dalam, FK UI

E-Book Horison CommonViralRespiratoryInfections.pdf

Sumber: DELF, Mohlan. H. 1996. Major Diagnosis Fisik. Ed 9. Jakarta :EGC Mengapa setelah diobati tidak berkurang?

Jawab : Obat batuk hanya mengobati simtomatiknya saja tapi tidak membunuh kumannya.

Mengapa dokter menyarankan pemeriksaan dahak 3X?

• 3 sampel sputum unt diagnosis tuberkulosis “on the spot“, “early morning“, “on the spot“ à

o Sewaktu : pada saat pasien datang

o Pagi hari : sebelum makan/ minum /melakukan aktivitas

o Sewaktu ketiga“ dapat kapan saja , diutamakan minimal 2 hari

(rekomendasi IUATLD )

o Untuk Follow Up Terapi à Sputum pagi (berakhirnya intensive phase“,

(4)

Interpretasi positif • 3 + • 2 + dan 1 -• 1 + dan 1 – Negatif • 3 – • 1 + dan 2 –

Sumber : Labaratorium Mikrobiologi Unissula dan kuliah pakar dr. saugih Mengapa badan terasa panas ngelemeng?

Jawab : Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41 derajat celcius. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk

Sumber : Ilmu penyakit dalam FKUI DD????

Tuberculosis Paru

Definisi :

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

• Penyebab TB adalah Mycobacterium tuberculosae, sejenis kuman bentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 /Um dan tebal 0,3-0,6/Um.

• Sebagian besar kuman tdd asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan. lipid inilah yg membuat kuman lebih tahan terhadap asam shg disebut bakteri tahan asam (BTA)

• Kuman memiliki sifat dormant yaitu kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi

• Kuman hidup parasit intraselular didalam jaringan yaitu dalam citoplasma makrofag

• Kuman abersifat aerob shg kuman lenih menyenangi jaringan yg tinggi kandungan oksigennya

(5)

Sumber : IPD FK UI & Program Penanggulangan Tuberkulosis

Etiologi :

Mycobacterium tuberculosa dan mycobacterium bovis Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat.

TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang penderita TBC dapat menularkan penyakit kepada 10 orang di sekitarnya. Menurut perkiraan WHO, 1/3 penduduk dunia saat ini telah terinfeksi M. tuberculosis. Kabar baiknya adalah orang yang terinfeksi M. tuberculosis tidak selalu menderita penyakit TBC. Dalam hal ini, imunitas tubuh sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi penyakit TBC.

Sumber : Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: UI

Klasifikasi

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak

1. TBC Paru BTA positif

• Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya positif

• 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tcb aktif

• 1 spesimen dahak hasilnya BTA positif dan biakan positif 1. TBC Paru BTA negatif

• Pemeriksaan dahak 3 kali hasilnya negatif, gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tbc aktif, tidak respon dengan pemberian antibiotik spektrum luas, pertimbangan klinis untuk diberikan obat tuberkulosis siklus penuh • Pemeriksaan dahak hasilnya BTA negatif dan biakan positif tb paru BTA negatif,

gambaran radiologik positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu lesi luas dan minimal.

Berdasarkan tipe penderita

(6)

1. Kasus baru à penderita yang belum pernah diobati OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)

2. Kasus kambuhan (relaps) à penderita yang sebelumnya mendapatkan pengobatan tbc dan telah dinyatakan sembuh kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif. Bila hanya menunjukan perubahan pada gambaran radiologik sehingga dicurigai lesi aktif kembali, harus dipikirkan beberapa kemungkinan :

• Infeksi sekunder • Infeksi jamur • Tb paru kambuh

1. Kasus pindahan (transfer in) à penderita yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita harus membawa surat rujukan/pindah (form. TB 09 pada P2TB)

2. Kasus lalai berobat à penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datanag kembali berobat.

3. Kasus gagal à penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (1 bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih

4. Kasus kronik à penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masif positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan baik

5. Kasus bekas tb

• Bakterioiogik ( mikroskopis dan biakan ) negatif

• Gejala klinik tidak ada, atau ada gejala sisa akibat kelainan paru yang ditinggalkan

• Radiologik menunjukkan gambaran lesi tb inaktif, terlebih gambaran radiologik serial menunjukkan gambaran yang menetap

• Riwayat pengobatan OAT yang adekuat, akan lebih mendukung

Klasifikasi tuberkulosis ekstra paru

Menyerang organ lain selain paru : pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dll. Tb ekstra dibagi berdasarkan pada tingkat keparahannya ;

1. Tb ekstra paru ringan

Misalnya : tb kelenjar limfe, pleuritis eksudattiva unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal

(7)

Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, tb tulang belakang, usus, saluran kencing dan alat kelamin.

Sumber : Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di INDONESIA. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003

Klasifikasi

1. Tuberculosis Paru

Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru)

Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Tuberkulosis Paru BTA positif

2. Tuberkulosis Paru BTA negative b. Tuberculosis Ekstra Paru

Tuberculosis ekstra paru adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain jaringan paru,, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelejar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.

Berdasarkan tingkat keparahannya, TB Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan

Misal : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal

2. Tuberkulosis Ekstra Paru Berat

Misal : meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.

TIPE PENDERITA

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita, yaitu :

1. Kasus baru

Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)

(8)

2. Kambuh (relaps)

Adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapatkan terapi TB dan etlah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif

3. Pindahan (transfer in)

Adalah penderita TB yang sedang mendapatkan pengobatan disuatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita tersebut harus membawa surat rujukan/pindahan (FORM TB 09)

4. Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah default/drop-out)

Adalah penderita TB yang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif setelah putus berobat 2 bulan atau lebih.

5. Gagal

· Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih.

· Adalah penderita BTA negative, rontgen positif yang menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.

6. Lain-lain

Semua penderita lain yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas. Termasuk dalam kelompok ini adalah kasus kronik (adalah penderita yang masih BTA positif setelah menyelesaikan pengobatan ulang dengan kategori 2)

Sumber : Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: UI

Berdasar penularannya maka tuberkulosis dapat dibagi dalam 3 bentuk, yaitu:

1. Tuberkulosis primer. Terdapat pada anak-anak. Setelah 6-8 minggu akan mulai terbentuk mekanisme imunitas dalam tubuh, sehingga test tuberkulin akan positif. Pada pasien ini akan terbentuk kompleks primer TB dan selanjutnya dapat menyebar secara hematogen ke apeks paru yang kaya oksigen.

2. Reaktifasi dari tuberkulosis primer. Infeksi TB primer akan mengalami reaktifasi terutama pada 2 tahun post infeksi primer maka keadaan ini disebut sebgai tuberkulosis postprimer. Kuman akan disebarkan secara hematogen ke segmen apikal posterior. Reaktifasi dapat kjuga terjadi melalui metastase hematogen ke berbagai jaringan tubuh.

(9)

3. Reinfeksi. Keadaan ini terjadi pada saat adanya penurunan imunitas tubuh atau terjadi penularan secara terus-menerus oleh kuman TB dalam satu keluarga.

Sumber : Bahar A. Tuberkulosis Paru. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III, Balai Penerbit FKUI; 2001. Bahar A. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III, Balai Penerbit FKUI; 2001. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan 8, Departemen Kesehatan; 2003.

Menurut WHO 1991: 1. Kategori I

• Kasus baru dengan sputum positif • Kasus baru dengan bentuk TB berat 1. Kategori II

• Kasus kambuh

• Kasus gagal dengan sputum BTA positif 1. Kategori III

• Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas • Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I 1. Kategori IV: TB Kronik

Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II edisi ketiga. Jakarta : FKUI.

Manifestasi Klinis

Penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian.

Gejala Umum :

· Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih Gejala lain yang sering dijumpai :

(10)

· Batuk darah

· Sesak nafas dan rasa nyeri dada

· Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari satu bulan.

Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC. Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap sebagai seorang “suspek tuberkulosis” atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.

Sumber : Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: UI

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:

1. Gejala respiratorik, meliputi: 1. a. Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

1. b. Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

1. c. Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.

1. d. Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

(11)

- Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.

- Gejala sistemik lain

Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.

Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

- Gejala klinis Haemoptoe:

Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Batuk darah

a. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan b. Darah berbuih bercampur udara

c. Darah segar berwarna merah muda d. Darah bersifat alkalis

2. Muntah darah

a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual b. Darah bercampur sisa makanan

c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung d. Darah bersifat asam

e. Anemia seriang terjadi f. Benzidin test positif 3. Epistaksis

(12)

a. Darah menetes dari hidung b. Batuk pelan kadang keluar c. Darah berwarna merah segar d. Darah bersifat alkalis

Sumber : ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TB PARU. http://jarumsuntik.com/asuhan-keperawatan-dengan-tb-paru/

Factor resiko

1. Faktor Sosial ekonomi

Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat bekrja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup layak dengan memenuhi syarat – syarat kesehatan.

2. Status Gizi.

Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain – lain akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB-Paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa maupun pada anak – anak.

3. Umur.

Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif (15-50 ) tahun. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB Paru.

4. Jenis Kelamin.

Penyakit TB-paru cenderung lebih tinggi pada jenis pada jenis kelamin laki –laki dibandingkan perempuan. Menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat TB-paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB-Paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan. Pada jenis kelamin laki – laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahannan tubuh, sehingga lebih mudah dipaparkan dengan agent penyebab TB-Paru.

(13)

Patagonesis

Infeksi primer terjadi setelah seseorang menghirup Myobacterium tuberculosis. Setelah melalui barier mukosilier saluran napas, kuman TB akan mencapai alveoli. Kuman akan mengalami multiplikasi di paru, yang disebut sebagai focus Gohn. Melalui aliran limfe, kuman TB akan mencapai kelenjar limfe hilus. Fokus Gohn dan limfadenopati hilus membentuk kompleks primer TB. Melalui kompleks primer, kuman TB akan menyebar melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh. Respon tubuh terhadap infeksi kuman TB berupa respon imun seluler hipersensitifitas tipe lambat yang terjadi 4-6 minggu setelah terinfeksi. Banyaknya kuman TB serta kemampuan daya tahan host menentukan perjalanan penyakit selanjutnya. Pada sebagian besar kasus, respon imun tubuh dapat menghentikan multiplikasi kuman, sebagian kecil kuman dorman. Pada penderita dengan daya tahan tubuh buruk, respon imun tidak dapat menghentikan multiplikasi kuman sehingga host akan sakit beberapa bulan kemudian.

Sumber :

Bahar A. Tuberkulosis Paru. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III, Balai Penerbit FKUI; 2001. Bahar A. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III, Balai Penerbit FKUI; 2001. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan 8, Departemen Kesehatan; 2003.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid II

E-Book Horison CommonViralRespiratoryInfections.pdf http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM200107193450307

Diagnosis

Keluhan pokok

• Demam malam hari, lamanya berminggu minggu • Batuk batuk kering

• Hemoptisis atau batuk darah • Sakit dada, sesak

• Lemah atau malas Tanda penting:

(14)

• mungkin ditemukan ronkhi basah pada apeks paru • kelemahan

• berat badan kurus atau kurang

• umumnya yang ditemukan akibat komplikasi

Sumber : ilmu penyakit dalam dignosis dan terapi.ahali mubin.EGC.JAKARTA.2001inspeksi: kalau sudah parah paru-paru yang terkena akan terlihat tertinggal saat

bernapas, konjungtiva mata terlihat pucat, berat badan turun • palpasi: demam, steam fremitus menguat

perkusi: redup (infiltrat luas, schwarte), hipersonor (kavitas yang besar) , pekak

(efusi pleura).

auskultasi: vesikuler melemah (schwarte),suara amforic (kavitas yang besar),

nafas bronkial (infiltrat yang luas), suara nafas lemah sampai hilang (efusi pleura), ronki basah halus.

Sumber : Ilmu Penyakit Dalam, FK UI

Pemeriksaan penunjang

- Tuberculin skin testing

Dilakukan dengan menginjeksikan secara intracutaneous 0.1ml Tween-stabilized liquid PPD pada bagian punggung atau dorsal dari lengan bawah. Dalam wkatu 48 – 72 jama, area yang menonjol (indurasi), bukan eritema, diukur. Ukuran tes Mantoux ini sebesar 5mm diinterpretasikan positif pada kasus-kasus :

1. Individu yang memiliki atau dicurigai terinfeksi HIV

2. Memiliki kontak yang erat dengan penderita TBC yang infeksius

3. Individu dengan rontgen dada yang abnormal yang mengindikasikan gambaran proses penyembuhan TBC yang lama, yang sebelumnya tidak mendpatkan terapo OAT yang adekuat

4. Individu yang menggunakan Narkoba dan status HIV-ny tidak diketahui

Sedangkan ukuran 10mm uji tuberculin, dianggap positif biasanya pada kasus-kasus seperti :

(15)

2. Individu yang menggunakan Narkoba (jika status HIV-ny negative)

3. Tidak mendapatkan pelayanan kesehatan, populasi denganpendapatan yang rendah, termasuk kelompok ras dan etnik yang beresiko tinggi

4. Penderita yang lama mondokdirumah sakit 5. Anak kecil yang berusi kurang dari 4 tahun

Uji ini sekarang sudah tidak dianjurkan dipakai,karena uji ini haya menunjukkan ada tidaknya antibodi anti TBC pada seseorang, sedangkan menurut penelitian, 80% penduduk indosia sudah pernah terpapar intigen TBC, walaupun tidak bermanifestasi, sehingga akan banyak memberikan false positif.

- Pemeriksaan radiologis

1. Adanya infeksi primer digambarkan dengan nodul terkalsifikasi pada bagian perifer paru dengan kalsifikasi dari limfe nodus hilus

2. Sedangkan proses reaktifasi TB akan memberikan gambaran : a) Nekrosis

b) Cavitasi (terutama tampak pada foto posisi apical lordotik) c) Fibrosis dan retraksi region hilus

d) Bronchopneumonia e) Infiltrate interstitial f) Pola milier

g) Gambaran diatas juga merupakan gambaran dari TB primer lanjut

3. TB pleurisy, memberikan gambaran efusi pleura yang biasanya terjadi secara massif 4. Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan hanya dengan 1 kali pemeriksaan rontgen dada, tapi harus dilakukan serial rontgen dada. Tidak hanya melihat apakah penyakit tersebut dalam proses progesi atau regresi.

Pemeriksaan darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang meragukan, tidak sensitif, tidak juga spesifik. Pada saat TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit

(16)

masih dibwah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Jika penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal, dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. Bisa juga didapatkan anemia ringan dengan gambaran normokron dan normositer, gama globulin meningkat dan kadar natrium darah menurun. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannnya kuman BA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.

Klasifikasi penyakit dan tipe penderita

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita TB memerlukan “definisi kasus” yang memberikan batasan baku dari setiap klasifikasi dan tipe penderita.

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi kasus-yaitu 1. Organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru

2. Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung : BTA positif atau BTA negative

3. Riwayat pengobatan sebelumnya : baru atau sudah pernah diobati 4. Tingkat keparahan penyakit : penyakit ringan atau berat

Referensi: Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: UI

Pengobatan tuberkulosis

Kemoterapi Obat TBC dibagi 2 kelompok : n Kelompok obat primer/first line drugs n Isoniazid ( INH ) – Rifampisin n Streptomisin – Ethambutol n Pirazinamid

n Kelompok obat sekunder/second line drugs n Etionamid – PAS

(17)

n Sikloserin – Amikasin n Kanamisin – Kapreosin

(Digunakan jika ada resistensi atau kontra indikasi)

Prinsip Pengobatan

n Terapi harus merupakan kombinasi obat (minimal 2 macam baktericid) à menghindari resistensi

n Jangka panjang – short treatment ( 6-9 B1n) – long treatment ( 18 – 24 Bln) à Sesuai perjalanan hidup POPULASI bakteri

(Frekuensi pembelahan dan aktivitas metabolisme ) n Bi fasik – fase inisial à menghentikan pembiakan à penularan menurun - fase intermitten à sterilisasi kuman Rejimen Pengobatan: • Paduan 9HR • HR/8H2R2 • 2HRZ/4HR • 2HR/4H2R2 • 2HRZ/4H3R3

• 2HRZE/4H3R3, dipakai Indonesia sejak 1993 • 2HRZ/2HR3

Kategori-1 (2HRZE/4H3R3), digunakan utk :

• Penderita baru BTA positif yg belum pernah berobat atau berobat kurang dari 1 bln

• Penderita baru BTA negatif / rontgen positif yang sakit berat • Penderita extra paru berat

Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3), digunakan utk : kambuh dan gagal

(18)

Obat Sisipan (HRZE) utk penedita yg pada fase awal BTA masih positif Isoniazid /INH

• Paling banyak digunakan • Murah dan efektif

• Pemakaian tunggal untuk terapi profilaksis • Sifat anti mikrobakterium

o Bekerja intrasel dan extrasel o Bactericid

o Bekerja pada kuman yang aktif dengan menghambat sintesis asam mikolat o KHM 0,2 u/mL

Farmakokinetik

• Absorbsi sempurna di usus

• Distribusi meluas dalam jaringan tubuh, tidak terikat protein darah • Eliminasi — metabolisme asetilasi di hepar

o asetilator cepat, T ½ < 2,5 jam o asetilator lambat, T ½ > 2,5 jam

o Dosis harian : – dewasa 5 mg/KgBB/hari

– anak 6 mg/KgBB/hari • Efek samping

1. Neuropati perifer, berkurang jika diberi piridoksin (vit B6) 2. Hepatotoksik (hepatitis)

3. Hipersensitivitas, demam, UUK morbiliform, urtikaria 4. Sakit sendi

5. Pusing, mual, kejang

6. Hematologis : trombositopeni, agranulosis

Streptomisin

• OAT yang pertama

• Antibiotika golongan aminoglikosida / jamur Streptomyces Griceus • Tidak diabsorbsi di sal. Cerna à hanya diberikan per injeksi • Eliminasi Utama : Ekskresi ginjal

• Bekerja ekstrasel, dengan cara menghambat sintesis Asam Nucleat • Dosis : - Dewasa 0.75 gr – 1 gr/hari

- Anak 20 – 40 mg/KgBB/hari selanjutnya 2 – 3 x/minggu

(19)

• Efek samping • Nefrotoksis • Ototoksik

• Neurotoksis dengan gejala paresthesia disekitar mulut • Hipersensitivitas sampai syok

Rimfapisin

• Antibiotika dari jamur Streptomyces Mediteranei

• Bekerja bakterisid intra dan ekstra sel à menghambat sintesa DNA sel • Absorbsi per oral bagus — dipengaruhi makanan

• Distribusi luas à urin & tinja merah • Metabolisme —– proses de-asetilasi • Dosis anjuran :

• Dewasa harian 450 mg/hari • Intermitten 600 mg/hari • Anak 20 mg/KgBB/hari • dg PAS à absorbsi terganggu

• dg obat KB oral, Hipoglikemik oral, korticosteroidà memacu metabolismenya sehingga tidak mencapai efek terapi

• Gangguan faal hepar

• Gangguan renal à syndrome hepatorenal • Interaksi obat :

• Efek samping

Ethambutol

• Senyawa sintetik

• Bekerja bakteriostatik dengan menghambat sintesis metabolit sel • Digunakan untuk mengurangi resistensi obat lain

• Absorbsi oral baik

• Eliminasi utama : ginjal 50% dan feses 20% • Dosis 15-25 mg/Kg/hari diberikan 1 atau 2 kali • Efek samping neuritis optic :

o Ketajaman penglihatan menurun o Lapangan pandang menurun

o Kemampuan membedakan warna menurun Pirazinamid

(20)

• Senyawa sintetik

• Biasanya hanya diberikan pada fase inisial • Baktericid intrasel ( sel makrofag )

• Absorbsi oral bagus • Eliminasi utama ginjal • Dosis 20 – 30 mg/KgBb/hari • 500 mg 4x/hari

• 750 mg 2x/hari

• Efek samping : Ganggual faal hepar, pirai Sumber : Kuliah Pakar dr. H. Masyhudi AM, M.Kes

Komplikasi :

Penyakit TB paru bila tidak ditangani dg benar akan menimbulkan komplikasi dini dan komplikasi lanjut : - Komplikasi dini : 1. Pleuritis 2. Efusi pleura 3. Empiema 4. Laryngitis 5. Usus 6. Poncet’s arthropathy - Komplikasi lanjut :

1. Obstruksi jalan napas à SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis) 2. Kerusakan parenkim berat àSOFT/Fibrosis paru

3. Kor pulmonal 4. Amiloidosis 5. Karsinoma paru

6. Sindrom gagal napas dewasa (ARDS) 7. Sering terjadi TB Millier dan kavitas TB

Gambar

Gambar   A. Ada   dua   sistem   di   hipotalamus.   Melanocortin   (Pro-opiomelanocortin)  merupakan sistem saraf serotoninergik
Gambar   C. Pemberian   BCAA  (leucine,   isoleucine,   valine)   akan   memblok   masuknya  triptofan, disusul dengan penurunan serotonin

Referensi

Dokumen terkait

jatuhi talak ba’in atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil” dan pasal 152 “Bekas isteri berhak mendapatkan nafkah idah dari bekas suaminya kecuali ia

Hasil penelitian dalam novel Surat Dahlan karya Khrisna Pabichara terdapat beberapa nilai pendidikan karakter jujur yang dapat digunakan dalam pembelajaran sastra di

Setelah melalui kegiatan diskusi bersama guru peserta didik dapat merancang strategi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat fungsi dan operasi aljabar fungsi pada

Diabetes mellitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik

Berdasarkan praktek langsung cara membuat es krim bersama ibu-ibu yang telah dilakukan di perumahan Citra Laguna, Batu Aji - Batam, diharapkan dapat memberikan dampak yang

Teknik data mining dengan metode algoritma C4.5 digunakan dalam penelitian ini untuk melakukan klasifikasi sehingga menghasilkan pohon keputusan serta aturan-aturan

• Mampu meneliti dan menyelidiki masalah rekayasa kompleks pada sistem terintegrasi menggunakan dasar prinsip-prinsip rekayasa dan dengan melaksanakan riset, analisis,

Berdasarkan analisis ragam pengaruh faktor tunggal bahan stek berpengaruh nyata terhadap keberhasilan stek Sansevieria yang ditunjukkan pada peubah persentase stek hidup 8 dan