PEDOMAN PELAYANAN LABORATORIUM KESEHATAN PUSKESMAS DTP MANDE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan dan mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut di atas.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari pelayanan kesehatan Perseorangan primer dan pelayanan kesehatan masyarakat primer. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pilihan. Oleh karena upaya pelayanan Laboratorium Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan di Puskesmas, maka Puskesmas wajib menyelenggarakan laboratorium di Puskesmas.
Dengan makin berkembangnya teknologi kesehatan, meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya transisi epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografi, otonomi daerah, serta masuknya pasar bebas, maka Puskesmas diharapkan mengembangkan dan meningkatkan mutu layanannya. Untuk meningkatkan mutu pelayanan yang optimal, maka diperlukan kegiatan yang dapat menentukan diagnosa penyakit secara pasti yaitu pelayanan laboratorium yang bermutu.
Laboratorium Puskesmas melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
B. Tujuan Pedoman 1. Tujuan Umum :
Laboratorium Puskesmas diselenggarakan berdasarkan kondisi dan permasalahan kesehatan masyarakat setempat dengan tetap berprinsip pada pelayanan secara holistik, komprehensif, dan terpadu dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
a. Menjadi acuan petugas dalam penyelenggaraan laboratorium puskesmas DTP Mande
b. Menjadi standar monotoring dan evaluasi pelayanan laboratorium di puskesmas DTP Mande
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pedoman ini meliputi sarana,prasarana,jenis-jenis pemeriksaan,standard hasil pemeriksaan,dan keselamatan dan mutu laboratorium D. Batasan Operasional
1. Pusat Kesehatan Masyarakat, yang selanjutnya disebut Puskesmas, adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja tertentu.
2. Laboratorium Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas yang melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.
3. Sarana laboratorium adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah ruangan Laboratorium Puskesmas.
4. Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
5. Keselamatan Keria adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan, keb:karan, bahaya peledakan, penyakit akibat kerja, oencernaran lingkungan yang pada urnumnya menimbulkan kerugian nyawa, waKu dan harta benda bagi. pekerja dan masyarakat yang berada dilingkungannya
6. Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/MENKES/SK/III/2003 tentang Laboratorium Kesehatan;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1647/MENKES/SK/XII/2005 tentang Pedoman Jejaring Pelayanan Laboratorium Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 657/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Pengiriman dan Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan Muatan Informasinya;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 658/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Jejaring Laboratorium Diagnosis Penyakit Infeksi New Emerging dan Re-Emerging;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Jenis/Kualifikasi dan Jumlah Tenaga Pelaksana di Laboratorium Puskesmas adalah sebagai berikut:
N
o Jenis Tenaga Kualifikasi
Jumlah PDTP Puskesma
s PDTPK
1 Penanggungjawa
b Dokter 1 1 1
2 Tenaga Teknis Analis Kesehatan
(DIII) 2 1 1
3 Tenaga non Teknis
Minimal
SMU/sederajat 1 1 1
Tabel 2. Jenis, kualifikasi dan jumlah tenaga laboratorium Puskesmas DTP Mande
No Jenis Tenaga Kualifikasi Jumlah
1 Penanggung Jawab Dokter 1
2 Tenaga Teknis Analis Kesehatan (DIII) 1
3 Tenaga Non Teknis - 0
Ketentuan lainnya: Uraian tugas
1. Penanggung Jawab Laboratorium Puskesmas
Penanggung jawab Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab:
a. Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium;
b. Bertanggung jawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil pemeriksaan laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam pelayanan laboratorium; c. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan laboratorium; d. Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu.
2. Tenaga Teknis
Tenaga teknis Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab: a. Melaksanakan kegiatan teknis operasional laboratorium sesuai kompetensi dan
kewenangan berdasarkan pedoman pelayanan dan standar prosedur operasional; b. Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium;
c. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan;
d. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium;
e. Melakukan konsultasi dengan penanggung jawab laboratorium atau tenaga kesehatan lain;
f. Menyiapkan bahan rujukan spesimen. 3. Tenaga Non Teknis
Tenaga non teknis Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab a. Membantu tenaga teknis dalam menyiapkan alat dan bahan;
b. Membantu tenaga teknis dalam menyiapkan pasien; c. Membantu administrasi
B. Distribusi Ketenagaan
Petugas A : bertanggung jawab atas Dst
No Hari Jam Unit Petugas 1 Senin 08.00 – 14.00 Sampling, Kimia, Serologi,
Mikrobiologi
A Hematologi, Malaria, Urinalisa A 2 Selasa 08.00 -14.00 Sampling, Kimia, Serologi,
Mikrobiologi A
Hematologi, Malaria, Urinalisa A 3 Rabu Sampling, Kimia, Serologi,
Mikrobiologi A
Hematologi, Malaria, Urinalisa A 4 Kamis 08.00 -14.00 Sampling, Kimia, Serologi,
Mikrobiologi
A Hematologi, Malaria, Urinalisa A 5 Jumat Sampling, Kimia, Serologi,
Mikrobiologi
A Hematologi, Malaria, Urinalisa A 6 Sabtu Sampling, Kimia, Serologi,
Mikrobiologi
A Hematologi, Malaria, Urinalisa A
BAB III
STANDAR FASILITAS A. Denah Ruang
Persyaratan Ruangan Laboratorium Puskesmas
Sarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah ruangan Laboratorium Puskesmas.
Persyaratan sarana/ruangan Laboratorium Puskesmas dan kondisi Laboratorium Puskesmas DTP Mande adalah sebagai berikut:
No Standar Kondisi Puskesmas M S TM S Rekomendasi
RUANG TB PARU RUANG DAFTAR BP UMUM APOTEK GUDANG OBAT BP GIGI WC PASIEN RUANG
KIA/KB RUANG RUANG
RUANG TUNGGU PASIEN
1
Ukuran ruang minimal 3x4 m2, kebutuhan luas ruang disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
3x3 m2
√
2 Langit-langit berwarna terang dan
mudah dibersihkan. √
3
Dinding berwarna terang, harus keras, tidak berpori, kedap air, dan mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (keramik).
√
4
Lantai harus terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna terang, dan mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (epoxi, vinyl)
√
5
Pintu disarankan memiliki lebar bukaan minimal 100 cm yang terdiri dari 2 dua daun pintu dengan ukuran 80 cm dan 20 cm.
Hanya terdiri dari 1 daun pintu √ 6
Disarankan disediakan akses langsung (lubang/celah) bagi pasien untuk memberikan sampel dahak.
√
7
Kamar kecil/WC pasien laboratorium dapat bergabung dengan WC pasien Puskesmas.
√
DENAH
TATA RUANGAN RAWAT JALAN PUSKESMAS (Denah sesuai kondisi puskesmas)
MEJA KERJA, KOMPUTER LEMARI BESI SYSMEX CENTRIFUGE WASTAFEL JENDELA+VENTILASI PINTU DENAH
TATA RUANGAN LABORATORIUM PUSKESMAS (Denah sesuai kondisi puskesmas)
B. Standar Fasilitas Persyaratan Perlengkapan ruangan laboratorium Puskesmas dan kondisi Fasilitas laboratorium Puskesmas DTP Mande
1.Prasarana N o Jenis Standard Kondisi Pusesmas MS/ TMS Reko mendasi 1 Pencahayaan Terang MS 2. Sirkulasi udara baik, pertukaran udara dari dalam ruangan dapat mengalir ke luar ruangan
12-15 ACH Jendela
Terbuka
3. area Exhauster dipasang pada TMS
KURSI PASEN
pengambilan sampel dilengkapi exhauster yang mengarah keluar bangunan Puskesmas ke area terbuka ketinggian + 120 cm dari permukaan lantai 4. Suhu udara nyaman
suhu dipertahankan antara 220C s/d 260C.tidak boleh memakai kipas angin
TMS 5 Pengambilan dahak dilakukan di ruangan terbuka yang telah disiapkan. Di halaman Belakang Puskesmas MS
6 Tersedia air air bersih yang mengalir dan debit air yang
cukup pada bak cuci. Air tersebut harus memenuhi syarat
kesehatan
MS
7 Limbah padat tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang dilengkapi dengan penutupnya untuk pembuangan limbah padat medis infeksius dan non infeksius pada laboratorium. Pengelolaan
(pewadahan, pengangkutan dan pemusnahan) limbah padat
dilakukan sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku
TMS
Limbah cair diolah pada
sistem/instalasi pengolahan air limbah Puskesmas.
Langsung ke Septitank
MS
Perlengkapan dan Peralatan 1. Perlengkapan N o Nama Standar Kondisi Puskesmas MS/ TMS Reko mendas i Meja pengambilan sampel darah
1) Minimal menggunakan meja ½ biro (ukuran 90 x 60 cm) 2) Mempunyai laci
Loket pendaftaran, penerimaan sampel urin dan dahak, pengambilan hasil TMS Kursi petugas laboratorium dan kursi pasien 1) Mempunyai sandaran
2) Dapat terbuat dari kayu, besi, dan lain-lain
MS
Bak cuci/sink 1) Dilengkapi keran untuk mengalirkan air bersih
2) Ukuran minimal 40 cm x 40 cm dengan kedalaman bak
minimal 30 cm
3) Dilengkapi saluran/pipa pembuangan air kotor menuju sistem pengolahan air limbah Puskesmas
TMS
Meja
pemeriksaan
1) Lebar meja adalah 60 cm dengan panjang sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang diselenggarakan
2) Meja pemeriksaan terbuat/dilapisi dari bahan tahan panas, tahan zat kimia (seperti teflon/ formika), mudah
dibersihkan, tidak berpori dan berwarna terang
3) Ada meja khusus untuk meletakkan alat centrifuge
Lemari pendingin (refrigerator)
1) Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen dan sampel, volume sesuai kebutuhan
2) Reagen dan sampel disimpan dalam lemari pendingin
yang terpisah
Ada MS
Lemari alat 1) Fungsinya untuk menyimpan alat
2) Ukuran sekitar p x l x t = 160 cm x 40 cm x 100 cm
3) Dapat terbuat dari kayu atau rangka alumunium dengan rak terbuat dari kaca
4) Khusus untuk mikroskop dilengkapi dengan lampu 5 Watt
MS
menyimpan reagen
2) Ukuran sesuai kebutuhan 3) Dapat terbuat dari kayu dilapisi dengan teflon/ formika atau dapat terbuat dari kaca
2.Peralatan N
o
Nama peralatan Standar Kondisi Puskesmas MS/ TMS Reko mendas i Peralatan Utama Fotometer TMS Hematology Analyzer TMS
Hemositometer Set Baik MS
Mikroskop Binokuler Baik MS
Pemanas/Penangas dengan Air TMS Pipet Mikro 5-50, 100-200, 500-1000 ul 10-100ul dan 100-1000ul
Sentrifus Listrik Baik
Sentrifus Mikrohematokrit Tidak Ada Tabung Laju Endap Darah
(Westergren Set)
Baik
Telly Counter Baik
Urinometer (Alat Pengukur Berat Jenis Urine
Tidak ada, yang tersedia strip urin Peralatan Gelas
Batang Pengaduk Ada 2 MS
Beker Glass Ada 9 MS
Botol Pencuci Ada 8 MS
Corong Kaca (5 cm) Ada 2 MS
Erlenmeyer, Gelas Ada 1 MS
Gelas Pengukur (100 cc) Ada 1 MS
Gelas Pengukur (16 OZ/500 ml)
Tidak Ada TMS
Kaca Objek Ada MS
Kaca Penutup Ada MS
Pipet berskala (Vol 1 cc) Tidak Ada TMS Pipet berskala (Vol 10 cc)
Tabung Kapiler Mikrohematokrit
Tidak Ada Tabung Reaksi dengan
tutup karet/gabus
Tidak Ada Tabung Reaksi (12 mm)
Tabung Sentrifus tanpa skala Ada Termometer 0 - 50 Derajat
Celcius (Skala1/2 C)
Tidak Ada Wadah Aquades
II. Peralatan Penunjang
Blood Lanset dengan autoklik
Ada
Kaki Tiga Ada
Kawat Asbes Ada
Kertas Lakmus Ada
Kertas Lensa Ada
Kertas Saring Ada
Lampu Spiritus Ada 1
Pembendung Ada 1
Lemari Es Tidak Ada
Penghisap Karet (Aspirator) Ada Penjepit Tabung dari Kayu ada
Pensil Kaca Ada
Pipet Tetes (Pipet Pasteur) Tidak Ada TMS Pot Spesimen Urine (Mulut
Lebar)
Tidak ada TMS
Pot Spesimen Dahak Mulut Lebar
Ada MS
Rak Pengering Ada MS
Rak Pewarna Kaca Preparat Ada MS
Rak Tabung Reaksi Ada
Rotator Plate Tidak Ada TMS
Sengkelit / Ose Ada 2 TMS
Sikat Tabung Reaksi Ada TMS
Spuit Disposible - 3 cc
Ada MS
- 5 cc Ada
Stopwatch Tidak Ada TMS
Timer Ada MS
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
Keterangan Gambar:
1. Pasien datang, mendaftarkan diri di loket pendaftaran Puskesmas.
2. Pasien menuju ruang pemeriksaan dokter untuk diperiksa, dan bila diperlukan, diberi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium (Formulir 1). 2a. Pasien rujukan dokter dari luar Puskesmas yang datang ke Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan laboratorium, setelah mendaftar di loket pendaftaran Puskesmas, langsung menuju ruang laboratorium untuk menyerahkan formulir permintaan rujukan pemeriksaan laboratorium dari dokter yang merujuknya (Formulir2).
3. Menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium kepada petugas laboratorium.
4. Setelah menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium, pasien diambil spesimennya.
5. Spesimen yang telah diambil diperiksa oleh petugas laboratorium.
6. Hasil pemeriksaan diserahkan kepada penanggung jawab laboratorium untuk dilakukan validasi.
7. Formulir hasil pemeriksaan Laboratorium Puskesmas (Formulir 3)diletakkan di loket pengambilan hasil.
8. Formulir hasil pemeriksaan laboratorium dibawa oleh pasien ke ruang pemeriksaan dokter untuk mendapat penjelasan dari dokter tentang hasil pemeriksaan laboratorium tersebut. 8a. Untuk pasien rujukan, Formulir hasil pemeriksaan laboratorium langsung dibawa ke dokter yang merujuk.
9. Formulir hasil pemeriksaan laboratorium diserahkan oleh dokter pemeriksa kepada pasien
B. Kemampuan Pemeriksaan, Metode dan Reagen 1. Kemampuan Pemeriksaan
Kemampuan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas meliputi pemeriksaan-pemeriksaan dasar seperti:
a. Hematologi: Hemoglobin, Hematokrit, Hitung eritrosit, Hitung trombosit, Hitung lekosit, Hitung jenis lekosit, LED, Masa perdarahan dan Masa pembekuan.
b. Kimia klinik: Glukosa, Kolesterol, dan Asam Urat. c. Mikrobiologi: BTA.
d. Imunologi: Tes kehamilan, Golongan darah, Widal, Anti HIV.
e. Urinalisa: Makroskopis (Warna, Kejernihan, Bau, Volume), pH, Berat jenis, Protein, Glukosa, Bilirubin, Urobilinogen, Keton, Nitrit, Lekosit, Eritrosit dan Mikroskopik (sedimen).
2. Metode
Metode pemeriksaan laboratorium di Puskesmas menggunakan metode manual, semi automatik dan automatik.
LOGISTIK
Reagen
Reagen yang diperlukan disesuaikan dengan metode yang digunakan untuk tiap pemeriksaan di Laboratorium Puskesmas tersebut.
Penanganan dan penyimpanan reagen harus sesuai persyaratan antara lain: a. Perhatikan tanggal kadaluwarsa, suhu penyimpanan.
b. Pemakaian reagen dengan metode First in–First out (sesuai urutan penerimaan). c. Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan ke dalam sediaan induk. d. Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang terjadi pada sediaan
reagen.
e. Segera tutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan. f. Lindungi label dari kerusakan.
g. Tempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak kena cahaya matahari langsung.
h. Reagen harus terdaftar di Kementerian Kesehatan.
i. Reagen HIV harus sudah dievaluasi oleh Laboratorium Rujukan Nasional.
BAB VI
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu: 1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien 6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien tindakan yang seharusnya diambil
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Sasaran keselamatan di area pelayanan laboratorium adalah:
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan.
klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan. Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk: mencatat (atau memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah
dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD
Elemen Penilaian Sasaran II
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan
Maksud dan Tujuan Sasaran V
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional dan internasional.
Puskesmas mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di puskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran V
1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety).
2. Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Setiap kegiatan yang dilakukan di laboratorium puskesmas, mulai dari persiapan pasien sampai selesai dapat menimbulkan bahaya/risiko terhadap petugas yang berada di dalam laboratorium.
Untuk mengurangi/mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium harus melaksanakan pekerjaan dengan hati-hati mengenali bahan potensial berbahaya dan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan tersebut merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan meliputi:
a. Setiap petugas diwajibkan memakai jas laboratorium, sarung tangan dan masker (infeksius) di ruangan laboratorium.
b. Tidak diperbolehkan makan minum dan merokok di dalam ruang laboratorium. c. Tidak boleh menyimpan, makanan dan minuman di dalam lemari es bersama
reagen.
d. Jaga kebersihan ruang laboratorium dan bersihkan dengan desinfektan. e. Anggap semua spesimen mengandung bahan infeksius.
2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang bersifat khusus. a. Yang berkaitan dengan mikroorganisme
1) Jangan memipet dengan mulut, gunakan alat bantu pipet. 2) Jangan meniup pipet, yang berisi bahan infeksius.
3) Jangan menuangkan cairan yang telah terkontaminasi langsung kedalam pipa saluran.
b. Yang berkaitan dengan bahan kimia
1) Beri label pada semua bahan kimia meliputi nama, konsentrasi, tanggal penerimaan, tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa, keterangan/ peringatan tentang bahaya bahan.
2) Bahan kimia disimpan pada ruang yang terang tidak kena sinar matahari langsung, dalam lemari/rak secara rapi dan teratur, yang bersifat corrosive harus diletakkan di tempat rendah.
3) Pembuangan bahan kimia yang mudah terbakar dan mudah menguap dikumpulkan dalam kaleng yang aman dan jangan dibuang kedalam pipa saluran umum.
c. Yang berkaitan dengan peralatan listrik.
1) Jangan menggunakan cairan atau gas yang mudah terbakar di sekitar peralatan listrik.
2) Peralatan listrik harus dirawat dan dipelihara. d. Yang berkaitan dengan limbah
1) Pengumpulan dan pembuangan limbah infeksius (sisa sampel dan barang/alat bekas pakai dan tidak infeksius (cair dan padat) sesuai ketentuan yang berlaku.
2) Lakukan desinfeksi sisa sample, tampung dalam wadah berisi kaporit, diamkan 12 jam, buang ke saluran pembuangan.
3) Naturalisasi sisa reagen dengan pengenceran yaitu penambahan air sampai netral (tidak bersifat asam/basa kuat)
4) Rendam alat habis pakai selama 12 jam dengan larutan desinfektan (kaporit), cuci bersih dengan air dan sabun, keringkan.
1) Bila ruangan laboratorium menggunakan AC, maka bak pencuci harus terpisah atau mempunyai penyedot udara, terutama untuk ruangan laboratorium mikrobiologi atau kimia dengan menggunakan bahan mudah menguap.
2) Ruangan laboratorium tidak diperkenankan menggunakan kipas angin.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan: A. Di Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja
1. Desain Tempat Kerja Yang Menunjang K3
a. Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja di laboratorium;
b. Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja; c. Pencahayaan cukup dan nyaman;
d. Ventilasi cukup dan sesuai;
e. Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau jika diperlukan;
f. Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya. 2. Sanitasi Lingkungan
a. Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis;
b. Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong plastik dan diberi tanda khusus;
c. Tata ruang laboratorium harus baik sehingga tidak dapat dimasuki/ menjadi sarang serangga atau binatang pengerat;
d. Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan dibersihkan secara teratur;
e. Petugas laboratorium dilarang makan dan minum dalam laboratorium; f. Dilarang meletakkan hiasan dalam bentuk apapun di dalam laboratorium. B. Proses Kerja, Bahan dan Peralatan Kerja
1. Melaksanakan praktek laboratorium yang benar setiap petugas laboratorium harus mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap bahaya yang mungkin terjadi, dapat menggunakan setiap peralatan laboratorium dan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja dengan benar, serta mengetahui
2. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan kerja, seperti tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat pemadam kebakaran.
3. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium, masker, sarung tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja.
4. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium (hati-hati dengan jas laboratorium yang berpotensi infeksi).
5. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke belakang dengan rapi.
6. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum dan setelah selesai melakukan aktifitas laboratorium dan harus melepaskan baju proteksi sebelum meninggalkan ruang laboratorium.
7. Dilarang melakukan kegiatan percobaan laboratorium tanpa ijin pejabat yang berwenang.
8. Dilarang makan, minum (termasuk minum dari botol air) dan merokok di tempat kerja.
9. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum atau benda tajam dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan di bak/peti dalam laboratorium dan diberi keterangan.
10. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti kuning (menjadi limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus.
11. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
12. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan karet penghisap. 13. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada penanggung jawab
Laboratorium.
14. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang ditentukan. 15. Pengelolaan spesimen
a. Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius. b. Harus mempunyai loket khusus untuk penerimaan spesimen.
c. Setiap petugas harus mengetahui dan melaksanakan cara pengambilan, pengiriman dan pengolahan spesimen dengan benar.
d. Semua spesimen darah dan cairan tubuh harus disimpan pada wadah yang memiliki konstruksi yang baik, karet pengaman untuk mencegah kebocoran ketika dipindahkan.
e. Saat mengumpulkan spesimen harus berhati-hati guna menghindari pencemaran dari luar kontainer atau laboratorium.
f. Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan tubuh (contoh: membuka tutup tabung vakum) harus menggunakan sarung tangan dan masker.
g. Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci tangan dan mengganti sarung tangan.
h. Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah infeksius dan dikelola sesuai ketentuan yang berlaku.
i. Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus Didekontaminasi dengan desinfektan setelah selesai melakukan kegiatan laboratorium.
16. Pengelolaan bahan kimia yang benar
a. Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan kimia yang benar (antara lain penggolongan bahan kimia, bahan kimia yang tidak boleh tercampur, efek toksik dan persyaratan penyimpanannya).
b. Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan mempunyai pengetahuan serta keterampilan untuk menangani kecelakaan.
c. Semua bahan kimia yang ada harus diberi label/etiket dan tanda peringatan yang sesuai.
17. Pengelolaan Limbah a. Limbah Padat
Limbah padat terdiri dari limbah/sampah umum dan limbah khusus seperti benda tajam, limbah infeksius, limbah sitotoksik, limbah toksik, limbah kimia, limbah B3 dan limbah plastik.
Fasilitas Pembuangan Limbah Padat: 1) Tempat Pengumpulan Sampah
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup, minimal terdapat satu buah untuk masing-masing kegiatan. Kantong plastik diangkat setiap hari atau apabila 2/3 bagian telah terisi sampah.
Setiap tempat pengumpulan sampah harus dilapisi plastik sebagai pembungkus sampah dengan label dan warna seperti digambarkan pada tabel 7 sebagai berikut:
2) Tempat Penampungan Sampah Sementara
Tersedia tempat penampungan sampah yang tidak permanen, yang diletakkan pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah.
Tempat penampungan sampah sementara dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya satu kali dalam 24 jam.
3) Tempat Pembuangan Sampah Akhir
i. Sampah infeksius, sampah toksik dan sitotoksik dikelola sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku.
ii. Sampah umum (domestik) dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir yang dikelola sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.
Limbah cair terdiri dari limbah cair umum/ domestik, limbah cair infeksius dan limbah cair kimia.
Cara menangani limbah cair:
1) Limbah cair umum/domestik dialirkan masuk ke dalam septik tank.
2) Limbah cair infeksius dan Kimia dikelola sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku
C. Manajemen Resiko di Pelayanan Laboratorium Puskesmas. 1. Identifikasi Ancaman bahaya dan Penceghannya
a. Identifikasi ancaman bahaya; 1. Kimia
a.Penggologan No Penggolongan
Bahan kimia yang
mengakibatkan gangguan kesehatan {H} Karsinogen Korosif Toksik Iritan Sensitizer
Merusak organ tubuh tertentu
Bahan kimia yang
mengakibatkan Kebakaran {F}
Padat Cair Gas Bahan kimia yang mudah
meledak {R}
Bahan kimia dengan sikap khususnya {S/N}
oksidator
Reaktiv terhadap air Reaktif terhadap asam Bahan radioaktif
Bahan kimia yang tidak boleh tercampur
b.Pelabelan
No Penggolongan Warna label Angka Bahan kimia yang
mengakibatkan gangguan kesehatan {H}
BIRU 4 Dapat menyebabkan kematian walapun sudah diobati
3 Dapat menyebabkan luka serius meskipun sudah mendapat pengobatan
2 Dapat menyebabkan luka dan membutuhkan pengobatan segera 1
0
Dapat menyebabkan iritasi jka tidak diobati
Tidak berbahaya Bahan kimia yang
mengakibatkan
MERAH 4
3 2
Kebakaran {F} 1 0 Bahan kimia yang
mudah meledak {R} 4 3 2 1 0 Bahan kimia dengan sikap khususnya {S/N} oksidator OKS Reaktiv terhadap air W Reaktif terhadap asam acid Bahan radioaktif Rad Bahan kimia
yang tidak boleh tercampur
ALK
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Bakuan Mutu
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab laboratorium.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis laboratorium dan disahkan oleh penanggung jawab Laboratorium Puskesmas. 6. Indikator mutu pelayanan laboratorium meliputi;
Input Rincian Kegiatan Target 1. Sumber Daya
Manusia
SDM memiliki SIK 100 % SDM menerima pelatihan 20 jam
pelatihan 2. Alat Ketersediaan alat sesuai
standard
90 % 3. Sarana Ketersediaan sarana sesuai
standard
90 % 4. Kebijakan Pola ketenagaan ada
Persyaratan kompetensi petugas pembaca interpretasi
tentang jenis reagensia esensial dan bahan lain yang harus tersedia
ada
tentang menyatakan kapan reagensia tidak tersedia (batas buffer stock untuk melakukan order)
ada
Tentang Pelayanan diluar jam kerja ada tentang jenis-jenis pemeriksaan laboratorium yang tersedia, ada Tentang permintaan pemeriksaan, penerimaan spesimen, pengambilan dan penyimpanan spesimen
ada
rentang nilai yang menjadi rujukan hasil pemeriksaan laboratorium
ada
kebijakan pengendalian mutu laboratorium
ada
kebijakan tentang PME, Hasil PME.
ada
Kalibrasi alat Proses
Pelayanan sesuai protap dan standar mutu
1. SOP penilaian ketepatan waktu penyerahan hasil, hasil evaluasi dan tindak lanjut hasil evaluasi
CR 90 %
2. SOP pelayanan di luar jam kerja CR 90 % 3. SOP pemantauan waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien urgen/gawat darurat. Hasil pemantauan. CR 90 % 4. SOP pemeriksaan laboratorium CR 90 % 5. SOP pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium, hasil pemantauan, tindak lanjut pemantauan CR 90 %
6. SOP pemeriksaan laboratorium yang berisiko tinggi
CR 90 %
7. SOP pelaporan hasil pemeriksaan
laboratorium yang kritis, rekam medis
CR 90 %
8. SOP evaluasi terhadap rentang nilai, hasil evaluasi dan tindak lanjut
CR 90 %
9. SOP kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas
CR 90 %
10. SOP penggunaan alat pelindung diri, SOP pemantauan terhadap penggunaan alat pelindung diri
CR 90 %
11. SOP pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, SOP pengelolaan limbah hasil pemeriksaan laboratorium CR 90 % 12. SOP pengelolaan reagen CR 90 % 13. SOP pengelolaan limbah CR 90 % 14. SOP pengendalian mutu laboratorium CR 90 % 15. SOP rujukan laboratorium CR 90 % 16. SOP penerapan manajemen risiko laboratorium, bukti pelaksanaan manajemen risiko: identifikasi risiko, analisis, dan tindak lanjut risiko
CR 90 %
17. SOP orientasi prosedur
dan praktik
keselamatan/keamanan kerja, bukti pelaksanaan program orientasi
18. SOP pelatihan dan pendidikan untuk prosedur baru, bahan berbahaya, peralatan baru, bukti pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
CR 90 %
Kerangka acuan program keselamatan/keamanan
laboratorium, bukti pelaksanaan program
Waktu penyampaian hasil laboratorium
(5 menit (30 mnt parasitologi )
Kepatuhan hand hygyne CR 90 % Out put
Ketepatan pemberian hasil pemeriksaan laboratorium
100 %
Out come
Kepuasan pelanggan 90 % B. Pemantapan Mutu
Pemantapan mutu (quality assurance) adalah keseluruhan proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketepatan dan ketelitian hasil pemeriksaan.
Pemantapan mutu harus dilakukan dan diselenggarakan di laboratorium, kegiatan ini berupa pemantapan mutu internal dan eksternal.
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI)
Adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas laboratorium untuk menjamin mutu pemeriksaan dengan mencegah terjadinya kesalahan dan mendeteksi sedini mungkin bila terjadi kesalahan.
Berbagai tindakan pencegahan perlu dilaksanakan sejak tahap praanalitik, tahap analitik sampai pasca analitik.
a. Yang dimaksud dengan tahap praanalitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien, mengambil spesimen, menerima spesimen, memberi identitas spesimen, mengirim spesimen rujukan, menyimpan spesimen sampai dengan menguji kualitas air/reagen/antigen-antisera/media.
Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan kepada pasien mengenai persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan.
Pengambilan spesimen
Pengambilan spesimen yang berasal dari pasien harus mendapat persetujuan dari pasien dan spesimen harus diambil secara benar dengan memperhatikan waktu, lokasi, volume, cara, peralatan, wadah spesimen, pengawet/ antikoagulan.
Penerimaan spesimen
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara spesimen yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan mencatat kondisi spesimen tersebut pada saat diterima antara lain volume, warna, kekeruhan dan konsistensi
Spesimen yang tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat hendaknya ditolak. Dalam keadaan spesimen yang diterima tidak dapat ditolak (karena diterima melalui pos) maka perlu dicatat dalam buku penerimaan spesimen dan formulir hasil pemeriksaan.
Pemberian identitas
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting, baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah spesimen maupun pada formulir hasil pemeriksaan.
Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan kepada bagian pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika laboratorium puskesmas tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka spesimen dikirim ke laboratorium lain dan sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil.
Penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.
Beberapa cara penyimpanan spesimen antara lain: - Disimpan pada suhu kamar
Misalnya penyimpanan usap dubur dalam Carry & Blair untuk pemeriksaan vibrio cholera.
- Disimpan dalam lemari es dengan suhu 0°C - 8°C. - Dapat diberikan bahan pengawet.
- Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.
Uji kualitas air/reagen/antigen-antisera/media dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku.
b. Yang dimaksud tahap analitik adalah tahap mulai dari mengolah spesimen, mengkalibrasi dan memelihara alat laboratorium dan melakulan pemeriksaan.
Pengolahan spesimen
Beberapa jenis pemeriksaan memerlukan pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan spesimen antara lain sentrifugasi, destruksi, homogenisasi dsb.
Pengetahuan mengenai teknik pengolahan harus dikuasai benar, karena pengolahan yang kurang baik akan mempengaruhi kualitas spesimen yang selanjutnya akan mempengaruhi pula hasil pemeriksaan.
Kalibrasi dan pemeliharaan peralatan.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium adalah peralatan laboratorium, wadah spesimen, pengawet/antikoagulan.
Harus dilakukan kalibrasi dan pemeliharaan peralatan laboratorium secara teratur dan terjadwal. Wadah spesimen harus bersih dan tidak terkontaminasi. Pengawet/antikoagulan tidak kadaluarsa.
Pemeriksaan spesimen menurut metoda dan prosedur sesuai protap masing-masing parameter.
Yang dimaksud tahap pasca analitik adalah tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan, melakuan verifikasi dan validasi hasil serta memberikan interpretasi hasil sampai dengan pelaporan.
Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) lainnya yang perlu dilakukan di Puskesmas antara lain:
1. Pembuatan alur pasien, alur pemcriksaan, cara pengambilan spesimen.
2. Pembuatan prosedur/instruksi kerja untuk pengambilan spesimen dan setiap jenis pemeriksaan.
2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME) adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak luar secara periodik untuk memantau dan menilai penampilan laboratorium dalam bidang tertentu.
Kegiatan ini antara lain diselenggarakan oleh pemerintah dengan melibatkan peran serta organisasi profesi dan swasta baik secara nasional maupun regional. Beberapa kegiatan PME yang dilakukan di laboratorium Puskesmas antara lain Pemantapan mutu Eksternal Mikroskopis BTA BTA), Mikroskopis Malaria (PME-M-MM) dan Mikroskopis Parasit Saluran Pencernaan (PME-M-TC).
Puskesmas yang menjadi peserta PME perlu melaksanakan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
1. Mempelajari instruksi dari penyelengaraan PME sesuai dengan jenis/parameter PME
2. Pelaksanaan pemeriksaan
3. Penulisan hasil pemeriksaan dalam formulir hasil 4. Penyusunan formulir hasil ke penyelenggara PME.
BAB IX PENUTUP
Demikian Pedoman Pelayanan Laboratorium Puskesmas DTP Mande ini, sangat bermanfaat dan sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dalam melaksanakan pelayanan laboratorium di Puskesmas. Juga keberhasilan pelayanan medik dasar terkait dengan kepatuhan pemberi layanan terhadap standar dan prosedur yang ditetapkan.
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang B. Tujuan Pedoman
C. Ruang Lingkup Pelayanan D. Batasan Operasional E. Landasan Hukum
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifi kasi Sumber Daya Manusia B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadual Kegiatan, termasuk Pengaturan Jaga (Rawat Inap) BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang B. Standar Fasilitas
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN PASIEN BAB VII KESELAMATAN KERJA BAB VIII PENGENDALIAN MUTU BAB IX PENUTUP