• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1. Pendahuluan. Dalam kesusastraan banyak sastrawan yang telah menghasilkan karya-karya yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1. Pendahuluan. Dalam kesusastraan banyak sastrawan yang telah menghasilkan karya-karya yang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 1 Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Dalam kesusastraan banyak sastrawan yang telah menghasilkan karya-karya yang terkenal dan masih diteliti sampai saat ini. Salah satunya adalah sastrawan yang berasal dari Jepang bernama Seicho Matsumoto. Ia adalah seorang penulis yang sangat produktif. Yasue Fuji (2002:20), salah seorang editor novel, mengatakan bahwa selama hidupnya, Seicho telah menulis 120 ribu naskah, di antaranya terdiri dari 750 novel, cerita pendek dan beberapa autobiografi.

Diantara karya-karya yang telah dihasilkannya, Seicho Matsumoto terkadang mengikutsertakan kisah mengenai dirinya atau sering disebut dengan penokohan pengarang. Seicho Matsumoto semasa hidupnya banyak sekali mengarang novel dengan latar belakang kehidupan polisi, baik kehidupan pribadi maupun proses penyelesaian kasus yang dihadapi tokoh polisi. Dalam proses mengarang inilah yang kemudian Seicho Matsumoto secara tidak langsung membagi pengalaman hidupnya kepada pembacanya.

Oleh karena itu, saya merasa tertarik untuk membahas sosok Seicho Matsumoto

dengan mengambil salah satu karyanya yang berjudul Suna no Utsuwa (1961) sebagai

bahan penelitian skripsi saya. Dalam penelitian ini saya akan mencoba menganalisis mengenai persamaan latar belakang kehidupan Seicho Matsumoto dengan tokoh polisi

dalam novelnya Suna no Utsuwa, dengan tujuan untuk lebih mengenal sosok Seicho

(2)

Teori Dasar Psikologi Sastra Suwardi menyatakan pengalaman kejiwaan sang pengarang yang terendap dalam jiwa, telah beralih ke dalam karya sastra yang diciptakannya, yang terproyeksi lewat ciri-ciri kejiwaan para tokoh imajinernya. Scott dalam Suwardi (2008:64) mengemukakan bahwa penelitian psikologi sastra yang otentik meliputi tiga kemungkinan pengertian, yaitu (1) penelitian hubungan ketidaksengajaan antara pengarang dan pembaca, (2) penelitian kehidupan pengarang untuk memahami karyanya, dan (3) penelitian karakter para tokoh yang ada dalam karya diteliti.

1.1.1 Biografi Singkat Seicho Matsumoto

Riwayat hidup Seicho Matsumoto akan saya bagi dua bagian yaitu kehidupan sebelum menjadi penulis dan awal kehidupan sebagai penulis.

1.1.1.1 Kehidupan sebelum menjadi penulis

Seicho Matsumoto lahir di kota Kokurakitaku, Kyushu, tanggal 11 Desember 1909 zaman Meiji tahun 42 dari seorang ayah yang bernama Minetaro Matsumoto dan seorang ibu yang bernama Tani Okada. Setelah ia berusia satu tahun, keluarganya pindah ke kota Shimonoseki, sebuah kota di tepi laut. Ibunya terpaksa menjual kue untuk menghidupi keluarga karena ayahnya yang tidak menyukai pekerjaan kasar. Ayah Seicho lebih menyukai sejarah dan politik Jepang sehingga hal ini selalu menjadi bahan cerita sebelum tidur bagi anaknya.

Pada zaman Taisho tahun ke-5 (1916), bersamaan dengan saat Seicho memasuki sekolah kelas satu, hubungan kedua orangtuanya pun kurang harmonis sehingga ayahnya pun memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah. Kondisi ekonomi keluarganya

(3)

memburuk, ia dan ibunya terpaksa tinggal menumpang bersama tetangga. Setahun kemudian, ayah Seicho kembali pulang ke rumah dan membuka toko makanan. Namun sifat ayahnya yang pemalas membuat bisnisnya berantakan dan Seicho memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah.

Hidup dalam lingkungan yang keras bagi anak seusianya, membuat ia merasa tidak tentram. Seicho sangat mengharapkan kehidupan keluarga yang harmornis dengan keadaan ekonomi yang berkecukupan. Latar belakang ini mendorong niatnya untuk bekerja dan membantu perekonomian keluarga. Karena dalam hidup Seicho Matsumoto, keluarga adalah segalanya.

Setamat dari Sekolah Dasar, ayah Seicho membawanya ke sebuah agen pekerjaan. Dengan postur badan yang kurus kecil, ayahnya berharap bahwa anaknya dapat mendapatkan pekerjaan yang baik tanpa harus menguras tenaga. Dari agen pekerjaan

tersebut, Seicho Matsumoto diperkenalkan ke Kitagawa Denki, sebuah perusahaan yang

memproduksi kipas angin listik dan kompor gas. Ia menerima gaji sebelas yen per bulannya, jumlah yang tidak banyak pada waktu itu, namun cukup untuk membiayai kebutuhan keluarga sehari-hari.

Dalam kurun waktu 3 tahun, Seicho banyak membaca buku-buku sastra. Salah satu pengarang favoritnya adalah Akutagawa Ryunosuke dan Kikuchi Kan. Ia berkenalan dengan orang-orang yang memiliki hobi yang sama dan menjadi teman-teman baik bagi

dirinya. Namun ada beberapa diantaranyayang berminat dengan karya sastraproletariat,

sehingga ia juga membaca beberapa majalah seperti Bungei Sensen.

Pada zaman Showa tahun ke-2 (1927) terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan

perusahaan Kitagawa Denki ditutup, ia pun kehilangan pekerjaann dan menganggur

(4)

mendapatkan pekerjaan yang baik. Untuk menggalau kerisauan hatinya, ia sering ke toko buku untuk membaca buku-buku pariwisata sebagai pelampiasan keinginnannya

untuk berjalan-jalan.

Suatu hari, ia berjalan dan melihat iklan lowongan kerja sebagai penggambar di perusahaan percetakan. Dengan bakat menggambarnya, ia akhirnya diterima dengan gaji sepuluh yen per bulan. Ia bekerja keras sehingga banyak mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai pembuatan plat. Karena sering lembur, akhirnya Seicho jatuh sakit. Ia hanya dapat beristirahat dirumah karena keterbatasan ekonomi keluarga, ditambah dengan hutang-hutang keluarga yang belum terlunasi.

Pada zaman Showa tahun ke-3 (1928), terjadilah San Ichigo Jiken. Pemerintah mulai

menangkap orang-orang yang berhubungan dengan partai komunis. Showa tahun ke-4 (1929), Seicho Matsumoto ditangkap karena dicurigai sebagai anggota komunis,

sehubungan dengan majalah Bungei Sensei yang pernah ia baca.

10 hari kemudian, Seicho Matsumoto dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan. Oleh karena khawatir dan sayang terhadap anak, ayah Seicho membakar dan melarang

anaknya membaca buku-buku sastra.

Showa tahun ke-8 (1933), untuk pertama kalinya Seicho Matsumoto pergi ke Hataka (Fukuoka) untuk bekerja dan mencari pengalaman di bidang pembuatan plat di

perusahaan percetakan terbesar yang bernama Shimai.

Showa tahun ke-11 (1936), Seicho Matsumoto menikah dengan Neko Uchida. Seiring dengan keahliannya dibidang percetakan, pendapatannya pun meningkat. Namun hal ini tidak berlangsung lama, karena pemilik perusahaan meninggal dunia yang membuatnya kehilangan pekerjaan lagi.

(5)

Showa tahun ke-12 (1937), musim gugur, Seicho Matsumoto mendengar kabar

bahwa Asahi Shinbun akan membuka cabang di kota Ogura, tempat tinggal Seicho. Ini

merupakan kesempatan emas baginya untuk bisa mendapatkan pekerjaan. Ia menulis surat lamaran dengan rasa kesungguhan hati untuk bekerja sehingga ia mendapatkan

panggilan wawancara di perusahaan ini. Setelah wawancara, akhirnya ia diterima

sebagai pegawai sementara. Gaji yang ia terima dihitung berdasarkan jumlah cetakan yang ia buat. Ia juga menerima pekerjaan lain untuk menambah penghasilannya.

Selama bekerja 20 tahun, Seicho Matsumoto merasa sering tidak dihargai oleh atasan maupun rekan kerjanya. Ia juga terlalu sibuk bekerja sehingga tidak ada waktu untuk membaca buku-buku sastra.

Pada zaman Showa tahun ke-17 (1942), Seicho Matsumoto menjalankan wajib militer dan dikirim ke Korea, sebagai prajurit yang bertugas untuk membeli obat-obatan, memasak, dan mencuci pakaian.

Seiring waktu perang yang berlanjut, persediaan bahan makanan pun menjadi menipis. Para tentara kekurangan lauk-pauk sehingga memakan tumbuhan liar, yang mengakibatkan wabah penyakit beri-beri. Oleh karena itu untuk menghindari para tentara memakan tumbuhan-tumbuhan liar beracun tersebut maka Seicho ditugaskan untuk menggambar tumbuhan-tumbuhan liar yang dapat dimakan dan yang tidak dapat dimakan. Melalui gambar-gambar yang dibuat oleh Seicho, banyak tentara yang terselamatkan, karena dapat membedakan mana tumbuhan yang boleh dimakan dan mana yang tidak. Komandan prajurit sangat menghargai bantuan dan usaha Seicho,

suatu penghargaan yang tidak pernah ia terima sewaktu bekerja di Asahi Shinbun.

Setelah Jepang dinyatakan kalah, Seicho kembali ke tanah airnya dan bekerja lagi di Asahi Shinbun.

(6)

1.1.1.2 Awal Kehidupan Sebagai Penulis

Zaman Showa tahun ke-25 (1951), Majalah penerbitan yang bernama Shukan Asahi

mengadakan kontes Hyakumannin no Shosetsu. Juara pertama akan mendapat uang

sebesar 300 ribu yen, jumlah yang cukup besar pada waktu itu. Bagi Seicho Matsumoto ini adalah kesempatan emas untuk mengikuti kontes dan memenangkan hadiah uang

yang dapat menghidupi keluarga. Pada bulan Juni, Shukan Asahi mengumumkan Seicho

Matsumoto sebagai pemenang ketiga, dengan cerpen yang bernama Saigousatsu. Ia

mendapatkan hadiah sebesar 100 ribu yen.

Di tahun berikutnya cerpen Saigousatsu masuk ke nominasi penghargaan Nouki.

Naoki adalah suatu penghargaan sastra yang diberikan kepada penulis novel sastra terbaik. Setelah peristiwa ini ia berharap ada perusahaan penerbit yang datang untuk memintanya menulis naskah, namun harapan ini tidak kunjung datang.

Zaman Showa tahun ke-27 (1952), ia mendapat rekomendasi dari Taro Kikitaka

untuk menulis naskah di majalah sastra Yamada Bungaku. Karya Aruru Ogura Nikkiden

miliknya diterbitkan oleh Yamanda Bungaku dan mendapatkan penghargaan Akutagawa.

Seicho Matsumoto memutuskan mengajukan permintaan mutasi kerja ke Tokyo. Selama di Tokyo, ia bekerja keras dan berusaha membawa keluarganya ke kota ini. Zaman Showa tahun ke-29 bulan 7 (1954), akhirnya ia dapat membawa keluarganya

pindah dan tinggal di apartemen. Ia memutuskan untuk berhenti bekerja di Asahi

(7)

Menurut Wikipedia (2009), cerita detektif adalah cabang fiksi kriminal yang berpusat atas penyelidikan sebuah kejahatan, umumnya kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang, baik secara amatir atau profesional.

Manji (2000:201) mengatakan, “Suiri shosetsu” adalah salah satu jenis novel.

Dalam novel ini, biasanya menceritakan tentang pembunuhan, perampokan, penculikan, penipuan dan lain-lain. Selain itu, di dalam novel ini juga menggambarkan bagaimana sebuah kejahatan terjadi dan akan mengarahkan rangkaian kejadian tersebut ke arah rasional. Inilah yang merupakan titik awal munculnya sebuah jenis aliran novel yang

disebut dengan “Misteri” yang disebarluaskan di berbagai media.

Di Jepang muncul bermacam-macam jenis-jenis novel detektif seperti novel hardboiled eggs, novel suspense, novel polisi, novel yang berisikan tentang mata-mata dan lain-lain. Namun salah satu jenis novel detektif Seicho Matsumoto adalah novel

Shakaiha. Menurut Manji (2000:201) mengatakan bahwa Shakaiha merupakan salah

satu jenis dari Suirishosetsu. Istilah Shakaiha merupakan sebuah istilah yang dipakai

untuk menggambarkan latar belakang sebuah kasus yang berhubungan erat dengan sebuah pola hidup masyarakat. Selain menggambarkan sebuah pola hidup masyarakat, juga menggambarkan kasus kejahatan yang terjadi dalam kehidupan nyata atau kasus kejahatan yang bersifat non-fiksi, dan di balik kasus-kasus kejahatan yang diceritakan, novel ini biasanya juga akan memberikan gambaran tentang penyakit masyarakat yang tersembunyi. Novel yang tergolong seperti ini, di Jepang telah ada sejak era tahun 1960an dan berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dalam jangka waktu tersebut telah

menjadi diwakili dari novel-novel tergolong Shakaiha adalah novel-novel karya Seicho

(8)

Seusai Perang Dunia II, Seicho Matsumoto menjadi salah satu sastrawan Jepang yang terkenal dan juga sangat digemari oleh kalangan masyarakat Jepang. Dia mendapatkan Akutagawa Prize pada tahun 1952 sebagai penulis terbaik dalam cerita detektif. Nama asli Seicho Matsumoto adalah Kiyoharu Matsumoto, Seicho adalah nama pena yang digunakan hanya di dunia sastra. Dibandingkan dengan sastrawan lainnya, masuknya Seicho Matsumoto ke dunia sastra Jepang bisa dikatakan termasuk terlambat.

Di dalam dunia sastra Jepang terdapat empat kata, yakni Seicho Kakumei (清張革

命) yang memiliki makna revolusi Seicho. Makna dari kata ini adalah Seicho

Matsumoto telah mengubah cerita detektif yang ada di Jepang, sehingga membuat cerita tersebut lepas dari khayalan dan lepas dari cerita yang dianggap terlalu berlebihan. Novel Seicho Matsumoto lebih menggambarkan kenyataan dan kejadian yang terjadi di sekitar kehidupan sehari-hari. Di dalam novelnya, Seicho Matsumoto lebih mementingkan motif kejahatan dan asal usul mengapa si pelaku harus melakukan kejahatan. Pada umumnya motif kejahatan yang diceritakan berkisar tentang cinta segitiga, balas dendam dan perebutan harta warisan namun ditambahkan beberapa konflik seperti penjabat yang korupsi, atau organisasi yang melakukan kejahatan. Motif kejahatan yang disesuaikan dengan masalah yang terjadi di kalangan masyarakat dituangkan ke dalam isi novel dan membuat isinya bertambah luas dan mempunyai arti yang lebih dalam lagi.

1.2 Rumusan Permasalahan

Saya ingin meneliti persamaan pengalaman antara pengarang dan isi buku cerita yang ditulisnya.

(9)

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan

Terdapat beberapa tokoh dalam ruang lingkup permasalahan yang akan saya bahas

dalam novel Suna no Utsuwa, tetapi pada penelitian ini saya hanya akan memfokuskan

ruang lingkup pada tokoh utama novel yang bernama Eitaro Imanishi. Pemilihan tokoh Imanishi ini disebabkan karena terdapat kesamaan beberapa sifat dengan pengarang novelnya yaitu, Seicho Matsumoto.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari tahu persamaan Seicho Matsumoto dengan

tokoh polisi Imanishi di dalam novel Suna no Utsuwa yang ditulisnya sendiri.

Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan melalui analisis persamaan latar belakang kehidupan Seicho Matsumoto dengan karakter polisi yang diciptakannya, kita dapat lebih mengenal sosok Seicho Matsumoto yang selama ini sangat jarang mempublikasikan kehidupan pribadinya, dan berharap penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita terhadap sastra Jepang.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan dan deskriptif analitis. Dengan menggunakan dan mengumpulkan sumber data dan bahan

(10)

bacaan diharapkan dapat menunjang proses analisa yang akan dilakukan. Sumber data dapat diperoleh dari buku, jurnal ilmiah internasional dan data internet.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, saya menguraikannya dalam lima bab dengan sistematika pembahasan dan aturan-aturannya agar pembaca lebih mudah untuk memahami dan mengerti isi dari skripsi ini.

Bab 1 adalah pendahuluan. Dalam bab pertama ini saya menguraikan tentang latar

belakang penelitian, kehidupan Seicho Matsumoto, novel detektif, ringkasan cerita Suna

no Utsuwa, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan serta manfaat

dari penelitian, metodologi yang dipakai dalam melakukan penelitian ini serta sistematika penulisannya.

Bab 2 adalah landasan teori. Bab ini berisi tentang teori-teori ilmiah yang didapat dari metode kajian kepustakaan yang digunakan untuk mendukung penulisan skripsi ini. Bab ini menjelaskan tentang teori penokohan, teori pendekatan biografis, teori dasar psikologi sastra, teori suiri shosetsu, dan teori karakterisasi melalui penampilan tokoh. Bab 3 adalah analisis data. Dalam bab ini berisikan analisis persamaan sifat karakter dan gaya hidup Seicho Matsumoto dengan tokoh polisi Imanishi yang ada di dalam novel Suna no utsuwa berdasarikan teori dasar psikologi sastra, teori pendekatan biografis, teori penokohan, dan teori karakterisasi melalui penampilan tokoh.

Bab 4 adalah simpulan dan saran. Bab ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan yang saya peroleh dari hasil analisis persamaan sifat karakter dan gaya hidup Seicho

(11)

ingin mengetahui lebih jauh tentangkarya-karya Seicho Matsumoto maupun bagi orang-orang yang ingin melakukan penelitian terhadap karya-karya lainnya.

Bab 5 berisi ringkasan. Bab ini merupakan bab penutup atau bab terakhir, bab ini berisikan tentang ringkasan skripsi secara keseluruhan mulai dari latar belakang penelitian, kehidupan Seicho Matsumoto, persamaan sifat karakter dan gaya hidup Seicho Matsumoto yang terlihat di tokoh Imanishi yang di analisis dalam skripsi ini, rumusan permasalahan serta tujuan penelitian dan hasil penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan Perhotelan, Restoran dan Pariwisata yang

Stations) pada stasiun data kampus baru Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di Gowa yang dioperasikan sejak bulan Agustus 2013 hingga sekarang. Pengolahan dan

Seperti halnya penerapan ICT berdasarkan sarana dan prasarana (infrastruktur) yang ada di Museum Angkut, dimana penerapan ICT ini bertujuan untuk mempermudah

Penelitian mengenai interferensi ini dilakukan oleh penulis untuk mengidentifikasi faktor interferensi yang terjadi di dalam kelas VIIIA pada saat proses

12 Persamaan yang terkait dengan penelitian tersebut adalah menggunakan teori al-dakhil, adapun yang membedakannya adalah kitab tafsir yang digunakan, yaitu

Perencanaan terdiri dari identifikasi mahasiswa, identifikasi klien, jenis perawatan yang akan dilakukan, persiapan diri, klien dan areal kerja yang harus dilakukan,

Diantara berbagai manfaat yang dapat diperoleh dengan penggunaan mesin pertanian adalah penurunan upah tenaga kerja yang merupakan komponen biaya yang cukup

Berdasarkan hasil analisis datanya menunjukan bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan soal berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking