• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

5.1. Potensi Pendanaan (APBD dan APBN) 5.1.1. Profil Keuangan Kabupaten Bulungan

Profil keuangan daerah dalam penyusunan RPIJMD bertujuan untuk membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan investasi program PU/Cipta Karya di kabupaten/Kota. Gambaran umum kondisi keuangan daerah dipergunakan untuk mengetahui :

a. Struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah yang mencakup antara ini Struktur Penerimaan Daerah dan Struktur Belanja Daerah.

b. Trend perkembangan penerimaan.

c. Trend besaran penerimaan dana pembantuan dari pemerintah pusat. d. Profil perkembangan APBD.

e. Keuangan Perusahaan Daerah.

Sumber data untuk analisis kapasitas daerah adalah data yang ada pada Laporan Realisasi Anggaran. Untuk menyusun RPIJM tahun 2016 - 2021 maka diperlukan data realisasi anggaran 2011 - 2015. Data yang diharapkan diperoleh dari masing-masing daerah adalah data dari Laporan Realisasi Anggaran tahun 2015. Posisi rata-rata realisasi pendapatan dan belanja pemerintah selama lima tahun terakhir (2011-2015) di Kabupaten Bulungan dapat dilihat pada Tabel 5.1.

(2)

Tabel 5.1. Realisasi Pendapatan Dan Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2011-2015 (Rupiah)

Keterangan :

*) Data Tidak Ditemukan

Sumber : BPS Kab. Bulungan Dalam Angka Tahun 2015

No R i n c i a n 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 PENDAPATAN

DAERAH 1.310.988.809. 735,70 1.605.630.549.097,85 1.656.323.428. 498,69 1.582.055.629.501,95 910.096.762.170

1.1 Pendapatan Asli Daerah 84.375.730.985,70 76.643.425.872,85 93.363.118.589,69 126.038.940.770,95 121.415.654.032,78

1.2 Dana Perimbangan 1.108.295.958.590,00 1.364.455.654.525,00 1.283.627.208.109,00 1.297.289.759.156,00 706.075.760.331,00 1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 118.317.120.160,00 164.531.468.700,00 279.333.101.800,00 158.726.929.575,00 82.605.347.807,22 2 BELANJA DAERAH 1.036.128.903.912,39 1.025.705.028.437,88 1.605.531.288.782,57 1.927.586.832.617,12 1.813.326.912.946,02

2.1 Belanja Tidak Langsung 439.557.537.234,00 501.681.242.851,65 594.172.061.308,95 706.040.317.017,77 703.447.273.532,10

2.2 Belanja Langsung 596.571.366.678,39 524.023.785.586,23 1.011.359.227.473,62 1.221.546.515. 599,35 1.109.879.639.413,92 3 PEMBIAYAAN 832.757.736.923,41 921.992.347.746,72 1.455.879.763.619,69 1.507.761.960.180,65 -* 3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 782.757.736.923,41 1.007.737.347.746,72 1.501.917.868.406,69 1.487.761.960.180,65 -* 3.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 50.000.000.000,00 85.745.000.000,00 46.038.104.787,00 20.000.000.000,00 -*

(3)

Struktur anggaran dalam pendapatan atau penerimanaan dari tahun ketahun cendrung menurun, dari data tahun 2013 pendapatan sebesar Rp. 1,6 Triliun, menurun menjadi Rp. 1,5 Triliun pada tahun 2014 sedangkan untuk tahun 2015 mengalami penurunan yang sangat signifikan yaitu menjadi kurang dari Rp. 1 Triliun tepatnya yaitu sebesar Rp. 910 Miliyar. Dari beberapa komponen seperti Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebenarnya cukup berfluktuatif yang tidak sama dengan total pendapatan yang sebelumnya sudah dijelaskan diatas, dari data tersebut PAD dari tahun 2013 sebesar Rp. 93 Miliyar naik pada tahun 2014 sebesar Rp. 125 Miliyar dan menurun kembali pada tahun 2015 menjadi sebesar Rp. 121 Miliyar. Hal ini merupakan penurunan di beberapa sektor pendapatan seperti pada sektor pajak daerah, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan juga pendapatan lain-lain PAD yang sah.

Sedangkan struktur pengeluaran atau belanja daerah semakin tahun cenderung semakin meningkat terutama pada struktur pengeluaran belanja langsung seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal, dari data diatas dapat disimpulkan belaja langsung pada tahun 2013 dana yang digunakan sebesar Rp. 1.011.359.227.473,62 dari realisasi anggaran belanja kabupaten, pada tahun 2014 persentase belanja langsung meningkat Rp. 1.221.546.515.599,35 dan pada tahun 2015 sedikit turun menjadi Rp. 1.109.879.639.413,92. Dalam hal ini merupakan permasalahan yang dihadapi dimana pengeluaran semakin meningkat sedangkan pendapatan justru semakin menurun, oleh karena itu perlunya rencana yang matang dalam merencanakan perencanaan pembangunan daerah khususnya pada Kabupaten Bulungan terutama pada pembangunan infrastruktur yang cukup banyak menggunakan anggaran belanja hal ini dapat dilihat penggunaan anggran belanja barang dan modal yang cendrung meningkat dari tahun ketahun akan tetapi tidak sebesar belanja pegawai yang cendrung meningkat lebih tajam dari pada pengeluran yang.lainnya.

(4)

Tabel 5.2. Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Untuk Mendanai Pembangunan Kabupaten Bulungan Tahun 2016 – 2020

No. Uraian Tahun Proyeksi

2016 (Rp) 2017 (Rp) Tahun 2018 (Rp) Tahun 2019 (Rp) Tahun 2020 (Rp) Tahun 1 Pendapatan 920.671.305.319,78 856.224.313.947,40 796.288.611.971,08 740.548.409.133,10 688.710.020.493,79 2 Pencairan dana cadangan

(sesuai Perda) - - - - -

3 Sisa lebih riil perhitungan

anggaran 1.074.675.705.437,86 1.107.014.441.825,29 1.140.323.340.304,33 1.174.631.505.737,75 1.209.968.916.134,18 Total penerimaan 1.995.347.010.757,64 1.963.238.755.772,68 .1.936.611.952.275,41 1.915.179.914.870,86 1.898.678.936.627,96

Dikurangi - - - - -

4 Belanja & pengeluaran pembiayaan yang wajib &

mengikat serta prioritas utama 828.351.872.937,49 896.462.746.885,84 976.412.577.483,21 1.070.404.913.462,04 1.181.206.138.315,38 Kapasitas riil kemampuan

keuangan 1.166.995.137.820,15 1.066.776.008.886,84 960.199.374.792,21 844.775.001.408,81 717.472.798.312,58 Sumber : RPJMD Kab. Bulungan Tahun 2016

(5)

Dalam melihat trend kedepan dalam proyeksi perkembangan penerimaan dapat diperkirakan dalam kemampuan keuangan daerah dalam mendanai pembangunan cendrung semakin menurun dikarenakan dalam perkembangannya dapat dilihat pada tabel 10.1, data tersebut dari tahun ketahun struktur penerimaan daerah cendrung turun hal ini dikarenakan diambil dari turunnya rata-rata pendapatan tahun-tahun sebelumnya yakni tahun 2011-2015 yang nilainya mencapai -7%, ini merupakan dasar dalam menentukan perkiraan pendapataan tahun - tahun berikutnya.

Dari sudut total penerimaan diperkirakan juga telah mengalami penurunan dari tahun 2016 total penerimaan sebesar Rp. 1,995 Triliun diperkirakan turun untuk tahun 2017 menjadi Rp 1,963 dan turun lagi menjadi Rp. 1,936 dan seterusnya diperkiraakan sampai dengan 2020 menjadi Rp. 1,898 Triliun. Sedangkan dari belanja dan pengeluaran yang wajib diperkirakan mengalami peningkatan dari tahun ketahun, jika dilihat tahun 2016 perkiraan untuk pengeluaran belanja mencapai Rp. 828 Miliyar tahun berikutnya yaitu tahun 2017 diperkiraakan Rp. 896 Miliyar dan tahun - tahun berikutnya yang cendrung naik sampai dengan tahun 2020 yang mencapai Rp. 1,181 Triliyun. Diharapakan kedepan dengan adanya perkiraan ini dapat kita simpulkan adanya perencanaan yang sangat matang mengingat pendapatan yang cendurung turun dan penegluaran yang terus meningkat, sebaiknya perencanaan kedepan harus mengarah kearah yang lebih baik, sesuai dengan visi Kabupaten Bulungan yang lebih mengutamakan perwujudan Kabupaten Bulungan sebagai pusat pangan yang berbasis pada industri pengelolaan sektor pertanian dari hulu sampai hilir (termasuk agroindustri di dalamnya).

5.1.2. Kondisi Keuangan Pemerintahan Kabupaten Bulungan

Dalam analisis kemampuan keuangan daerah, masing-masing daerah perkembangan penerimaan dan pengeluarannya sehingga memungkinkan dilakukan proyeksi kemampuan dalam beberapa tahun mendatang. Dalam analisis ini dihitung perkembangan realisasi pendapatan dan belanja dan dinilai

(6)

rata-rata perkembangannya. Kemampuan daerah tercermin dari indikator pertumbuhan pendapatan asli daerah yang kontinyu yaitu penerimaan pajak atau retribusi. Sedangkan penyediaan dana untuk program tercermin dari besarnya public saving. Public saving dihitung dari pendapatan dikurangi belanja wajib. Jumlah ini adalah dana yang siap digunakan untuk melaksanakan program-program pemerintah daerah.

Tabel 5.3. Belanja Daerah Dan Pertumbuhan Ekonomi Tahun Anggaran Kabupaten Bulungan 2010-2015

No Tahun Belanja Daerah (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%)

1 2010 1.022.511.534.514 5,63 2 2011 1.036.128.903.912 9,00 3 2012 1.025.705.028.437 8,17 4 2013 1.605.531.288.783 5,78 5 2014 1.927.332.908.253 4,89 6 2015 1.813.326.912.946 1,15 Rata-rata Nilai Perubahan 17 % - 3 %

Sumber : Kab. Bulungan Dalam Angka Tahun 2016

Dari Tabel 5.3 di atas dijelaskan pada tahun 2010 belanja daerah mencapai Rp 1.022.511.534.514 dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,63 % pertahun, pada tahun 2011 belanja daerah mengalami peningkatan sebesar Rp. 1.036.128.903.912 akan tetapi jumlah pertumbuhan ekonomi mendapatkan kenaikan dengan sangat signifikan yaitu sebesar 9 % pertahun, dikarenakan pertumbuhan ekonomi pada beberapa sektor khusunya pada sektor pertambangan dan penggalian dengan menyumbang lebih dari 10% pertahun sedangkan untuk tahun berikutnya yaitu tahun 2013 belanja mencapai Rp.1.605.531.288.783 akan tetapi pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan trurun sangat drastis menjadi 5,78% pertahun disebabkan karena pada beberapat sektor khsusnya sekor pertambangan dan penggalian yang turun lebih dari 5% pertahun yang mengakibatkan banyaknya akan pengangguran karena beberapa komoditi dalam perekonomian yang sulit bergerak dalam meingkatkan pertumbuhan ekonomi tersebut.

(7)

Sedangkan pada tahun 2015 belanja mengalami kenaikan dibandingkan 2 tahun yang lalu sebesar Rp. 1.813.326.912.946 dengan pertumbuhan ekonomi yang paling terendah dibandingkan bebebrapa tahun terakhir yaitu sebesar 1,15% pertahun yang mengakibatkan sulitnya masa-masa tersebut terutama pada sektor pertambangan dan pengendalian yang sangat amat terpukul dengan laju pertumbuhan lebih - 10% per tahun, yang mengakibatkan banyaknya perusahaan yang tutup dan mengakibatkan laju pertumbuhan eknonomi Kabupaten Bulungan hanya sebesar 1,15% pertahun.

5.2. Alternatif Sumber Pendanaan

Beberapa hal yang dapat dijadikan sumber alternatif pendanaan untuk pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya Kabupaten Bulungan adalah dengan empat alternatif sumber pendanaan pembangunan. Selain itu terdapat beberapa sumber inovatif sebagai pelengkap dan alternatif dari empat sumber utama konvensional tersebut seperti wacana global public goods, sistem pajak dan sumber dana pembangunan berbasis aset.

Empat alternatif sumber pendanaan pembangunan Kabupaten Bulungan ialah sebagai berikut :

a. Sumber-sumber domestik untuk pembiayaan pembangunan yang secara garis besar dikategorikan bersumber dari pajak dan non pajak.

b. Investasi asing baik yang berupa penanaman modal asing langsung maupun arus masuk modal swasta lainnya.

c. Perdagangan internasional yang bisa diarahkan sebagai motor dari pembangunan.

d. Utang pihak swasta atau pihak ketiga dan bantuan luar negeri.

Alternatif sumber pembiayaan pembangunan yang berkelanjutan hanya dapat dicapai jika sumber-sumber dimobilisasi dan ditransformasikan secara efisien menjadi kegiatan produktif. Penciptaan sumber-sumber domestik untuk menabung dan mananamkan modal secara produktif merupakan landasan utama pembangunan yang berkelanjutan.

(8)

Untuk pembiayaan pembangunan yaitu investasi asing. Pembahasan lebih fokus pada penanaman modal asing sebagai salah satu komponen aliran modal yang masuk ke Kas Daerah Kabupaten Bulungan menunjukkan bahwa penanaman modal asing merupakan aliran modal yang relatif stabil dan mempunyai resiko yang kecil dibandingkan aliran modal lainnya, salah satu sebabnya adalah dikarenakan PMA tidak begitu mudah terkena gejolak fluktuasi mata uang (seperti halnya investasi portofolio) ataupun beban bunga yang berat.

Sumber dana untuk pembiayaan pembangunan yaitu perdagangan internasional dimana perdagangan internasional sendiri diharapkan dapat menjadi mesin dari pertumbuhan ekonomi. Guna mengembangkan perdagangan internasional, setidaknya diperlukan dua hal yaitu penciptaan persaingan sehat di dalam negeri khususnya pada Kabupaten Bulungan untuk meningkatkan daya saing serta peningkatan akses pasar perdagangan internasional.

Dari sumber dana pembiayaan pembangunan yaitu utang pada pihak swasta atau pihak ketiga dan bantuan luar negeri. Berdasarkan pengalaman yang panjang, jika pinjaman tidak direncanakan secara matang dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan, tidak dialokasikan secara tepat sasaran dan tidak dimanfaatkan secara efisien, maka utang akan dapat menimbulkan masalah besar dan bahkan menyebabkan fiscal unsustainable.

5.3. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Bulungan dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, Pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan menyusun suatu beberapa strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman yang meliputi beberapa aspek antara lain:

(9)

a. Strategi peningkatan Dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) oleh kabupaten/kota dan provinsi

Untuk meningkatan DDUB kabupaten Bulungan terdapat 6 strategi yaitu sebagai berikut:

1. Membuat Perencanaan Program Penanggulangan Kemiskinan yang merupakan bagian dari sistem perencanaan pembangunan nasional.

2. Menyesuaikan Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan dikoordinasikan oleh TKPK Nasional / Provinsi / Kabupaten / Kota.

3. Melaksanakan Program/Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan yang akan didanai dari APBN wajib mengacu pada RKP dan dituangkan dalam Renja-KL.

4. Mengsinergikan kepada Kementerian/Lembaga dengan memberitahukan indikasi Program / Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan yang akan diselenggarakan bersama antara Pusat dan Daerah kepada Kepala Daerah paling lambat pertengahan bulan Juni atau setelah ditetapkannya pagu sementara dengan tembusan kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua TKPK Nasional.

5. Memasukan informasi mengenai ketentuan/persyaratan penyelenggaraan urusan bersama yang akan dituangkan dalam naskah perjanjian.

6. Membuat Naskah perjanjian penyelenggaraan urusan bersama sekurang-kurangnya memuat:

(a) Subyek kerja sama.

(b) Rincian alokasi dan lokasi dana program/kegiatan yang diselenggarakan bersama.

(c) Sumber dan besaran pendanaan.

(d) Penetapan penanggungjawab dalam pengelolaan DDUB.

(e) Klausul komitmen daerah untuk tertib pelaporan keuangan DDUB oleh daerah kepada kementerian/lembaga. dan

(10)

b. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran

Untuk meningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggran kabupaten Bulungan terdapat 6 strategi yaitu sebagai berikut :

1. Membuat arah pengelolaan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggran yaitu sebagai berikut :

(a) Penertiban sistem dan prosedur penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran.

(b) MengIntensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran.

(c) Peningkatan koordinasi dan pengawasan terhadap pemungutan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran.

(d) Peningkatan pelayanan kepada masyarakat, baik kecepatan pelayanan pembayaran maupun kemudahan untuk memperoleh informasi.

(e) Pemanfaatan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien. (f) Peningkatan upaya sosialisasi penerimaan daerah dan efisiensi

penggunaan anggaran.

(g) Peningkatan kualitas data dasar seluruh penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran

2. Mengintensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran.

3. Melakukan pengembangan kerjasama. 4. Membentukan perseroan daerah.

5. Membuat arah pengelolaan belanja daerah.

6. Membuat Kebijakan umum anggaran yaitu antara lain meliputi :

(a) Penyatuan anggaran belanja daerah (unified budget) dengan menggunakan format penerimaan daerah dalam penggunaan

(11)

anggran pemerintah daerah dalam APBD menjadi menurut jenis belanja, organisasi, dan fungsi.

(b) Penyusunan anggaran belanja daerah dalam kerangka pengeluaran berjangka menengah (Medium Term Expenditure Framework/MTEF). (c) Penyusunan anggaran berbasis kinerja (performance based

budgeting).

(d) Penyusunan sistem penganggaran berbasis akrual (Accrual basis budgeting).

(e) Penerapan Treasury Single Account (TSA) dalam pengelolaan keuangan daerah.

(f) Perbaikan pengelolaan keuangan pemerintah daerah dengan menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance).

(g) Penyempurnaan format APBD yang mengacu kepada statistik keuangan pemerintah sesuai standar internasional (Government Finance Statistics/GFS)

(h) Pengembangan model perencanaan APBD/APBN yang terintegrasi dengan sektor ekonomi lainnya.

(i) Penyempurnaan sistem informasi dan data base yang berkualitas sebagai alat analisis dalam pengambilan kebijakan fiscal di daerah. (j) Peningkatan sinergi dan sinkronisasi dalam perumusan kebijakan,

penganggaran, dan perbendaharaan daerah melalui penegasan secara formal tugas pokok dan fungsi dari unit yang berwenang melakukan fungsi ordonansi, otorisasi, dan perumusan kebijakan. (k) Peningkatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan APBD/APBN. (l) Peningkatan capacity building sumber daya dalam rangka

(12)

c. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah

Strategi peingkatan kinerja keuangan perusahaan daerah khususnya pada Kabupaten Bulungan ialah untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat meingkatkan kualitas keuangan daerah dalam memaksimalkan penyerapan penggunaan dana baik itu APBD atau APBN.

Dalam strategi peningkatan kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan daerah pada suatu periode tertentu agar kedepannya menjadi lebih efektif dan efisien dalam menafaatkan anggran yang tersedia. Adapun dalam meingkatkan Kinerja Keuangan pada perusahaan daerah dapat dinilai dan diukur dengan beberapa pendekatan alat analisis yang dapat dibedakan menjadi 8 macam, yaitu :

1. Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif).

2. Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan pada perusahaan daerah apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.

3. Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.

4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan.

5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.

(13)

6. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.

7. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.

8. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

d. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya

Pembangunan bidang cipta karya Kabupaten Bulungan yang diarahkan kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan tantangan yang besar bagi pemerintah baik tantangan dalam sinkronisasi antara kegiatan yang dilakukan oleh pihak swasta dan pihak pemerintah maupun keterbatasan pendanaan yang dimiliki oleh pemerintah.

Dalam upaya menjawab tantangan tersebut, strategi pemerintah diantaranya adalah meningkatkan peran masyarakat, kalangan dunia usaha, organisasi pemerintah, dan pembiayaan internasional dalam pembangunan nasional. Perlu adanya upaya untuk mengoptimalkan kegiatan investasi yang dilakukan oleh pihak swasta (masyarkat) agar lebih mengarah untuk peningkatan kesejahteraan rakyat seperti yang telah diagendakan di dalam Rencana Terpadu Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bulungan.

Untuk itu, peningkatan kerjasama antara pemerintah dan swasta yang lebih sistematis dan berkesinambungan perlu dikembangkan dan dioptimalkan, diantaranya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dan Corporate Social Responsibility (CSR). Skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dalam memanfaatkan sumber pendanaan yang ada dapat merupakan alternatif yang strategis dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Peranan pemerintah diharapkan dapat mendukung kegiatan yang

(14)

dilakukan oleh pihak swasta dalam rangka pengadaan fasilitas umum yang disepakati. Dalam hal ini, diharapkan ada peran pemerintah yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan efektivitas pelaksanaan CSR sehingga sesuai dengan agenda pembangunan nasional tanpa harus melakukan intervensi terhadap internal perusahaan.

Adapun strategi yang dilakukan oleh masyarkat (swasta) dalam mendorong proses peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya Kabupaten Bulungan, yaitu sebagai berikut :

1. Peningkatan Kesadaran (Awareness Raising)

(a) Memperkaya konsep-konsep pembangungan partisipatoris dalam pengembilan keputusan publik.

(b) Mendorong kesadaran eksekutif dan legislatitif agar lebih membuka diri terhadap partisipasi masyarakat/warga. Ratusan bahkan ribuan seminar, workshop dan pelatihan telah dilakukan untuk mengangkat aspek partisipasi ke dalam proses pembangunan.

(c) Mendorong permintaan yang lebih besar untuk partisipasi dan akuntabilitas dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kebutuhan dan hak mereka berpartisipasi dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan publik. Kegiatan utama berupa pendampingan, pelatihan serta kampanye publik.

2. Advokasi Kebijakan (Policy Advocacy)

(a) Membangun legal framework berupa kebijakan dan peraturan yang mendorong partisipasi.

(b) Memberikan insentif/penghargaan terhadap inovasi untuk mendorong partisipasi.

(c) Mendorong terbentuknya berbagai partnership antara Pemerintah dengan komponen civil society dengan jalan mendesain dan melakukan uji coba proyek-proyek inovatif dan partisipatif.

(15)

(d) Memantau program/proyek pemerintah khususnya yang mengandung komponen partisipasi.

(e) Mempengaruhi kebijakan dan strategi lembaga-lembaga donor internasional tentang partisipasi dan governance. Caranya antara lain dengan aktif terlibat dalam proses konsultasi yang dilakukan berbagai lembaga donor ketika melakukan policy dan strategi bantuannya. Cara lain adalah melakukan pemantauan proyek pembangunan yang dibiayai lembaga keuangan.

3. Pengembangan Institusi (Institution Building)

(a) Mendorong terbentuknya Forum Tata Ruang sebagai wujud konsultasi publik.

(b) Memperbaiki kualitas partisipasi antara lain dengan menjamin keterlibatan kelompok perempuan dan kelompok marjinal lainnya dalam proses partisipasi

(c) Memperkuat jaringan antar-NGOs di daerah agar terjadi shared learning antar-institusi sehingga menjadi lebih efektif menjalankan perannya mendorong proses peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

(d) Memfasilitasi upaya penguatan institusi melalui civil education untuk membangun dan mengembangkan kekuatan serta mengasah keterampilan berpartisipasi secara efektif.

4. Pengembangan Kapasitas (Capacity Building)

(a) Mengembangkan berbagai metode alternatif dan teknik-teknik partisipasi.

(b) Menyediakan skilled facilitator untuk memfasilitasi proses partisipasi. Pelatihan untuk Community Organiser (CO) dilakukan oleh banyak lembaga untuk mengkader fasilitator-fasilitator handal

(c) Membangun system informasi dan komunikasi berbagai komunitas (community based development).

(16)

(d) Melakukan pelatihan penggunaan metode partisipatoris baik untuk aparat pemerintah, aktivis, LSM maupun masyarakat secara umum.

e. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman yang sudah ada

Berdasarkan berbagai pertimbangan rumusan strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman bersifat struktural sehingga diharapkan dapat berlaku dalam rentang waktu yang cukup panjang agar dapat mengakomodasi berbagai ragam kontekstual masing-masing wilayah permukiman, dan dapat memudahkan penjabaran yang sistemik pada tingkat yang lebih operasional oleh para pelaku pembangunan di bidang perumahan dan permukiman, baik dalam bentuk rencana, program, proyek, maupun kegiatan.

Beberapa Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman yang sudah ada, yaitu sebagai berikut: 1. Pengembangan sistem pendanaan dan pemberdayaan pasar

perumahan(pasar primer dan pasar sekunder), yang meliputi Peningkatan kualitas pasar primer, seperti melalui penyederhanaan perijinan pembangunan perumahan, sertifikasi hak atas tanah, standarisasi penilaian kredit, dokumentasi kredit, dan pengkajian ulang peraturan perundang-undangan terkait, seperti tentang hak tanggungan dan pertanahan. Pelembagaan pasar sekunder, seperti melalui upaya-upaya pelembagaan SMF (Secondary Mortgage Facilities), biro kedit, asuransi kredit, kustodian, lembaga pelayanan dokumentasi kredit dan pemantapan lembaga sita jaminan. Dampak belum efisiennya pasar primer yang menyebabkan harga rumah yang masih belum secara mudah dijangkau oleh masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah, perlu ditekan dengan berbagai peningkatan efektifitas sistem pembiayaan perumahan dan penyempurnaan mekanisme pembiayaan perumahan.

(17)

2. Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu kepada keswadayaan masyarakat, yang meliputi :

(a) Pelembagaan pembangunan perumahan yang bertumpu pada kelompok masyarakat (P2BPK).

(b) Pengembangan dan pendayagunaan potensi keswadayaan masyarakat.

(c) Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya. (d) Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya.

Upaya pemenuhan kebutuhan perumahan dengan mekanisme pasar formal relatif masih mencapai 15%, sedangkan sisanya masih dipenuhi sendiri oleh masyarakat secara swadaya melalui mekanisme informal. Berkaitan dengan hal tersebut, peningkatan peran masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan huniannya melalui pembangunan perumahan, baik yang berupa pembangunan baru maupun peningkatan kualitas (pemugaran dan perbaikan) yang mengandalkan potensi keswadayaan masyarakat, menjadi sangat penting dan strategis untuk mewujudkan perumahan yang layak huni.

3. Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan, yang meliputi :

(a) Pengembangan pengaturan subsidi perumahan. (b) Pengembangan subsidi pembiayaan perumahan.

(c) Pengembangan subsidi prasarana dan sarana dasar perumahan. Bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, seperti pegawai/ karyawan instansi pemerintah/swasta/perusahaan yang penghasilannya teratur namun belum mampu memenuhi kebutuhan rumahnya karena relatif rendahnya tingkat kemampuan daya belinya diperlukan skema bantuan perumahan.

(18)

4. Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin , yang meliputi :

(a) Pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan usaha dan hidup produktif.

(b) Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya.

(c) Penyediaan prasarana dan sarana usaha bagi keluarga miskin.

(d) Pelatihan yang berkaitan dengan teknologi tepat guna dan pengembangan kewirausahaan, serta keterampilan pendukung lainnya.

Pada dasarnya secara umum kualitas perumahan dan permukiman juga sangat dipengaruhi oleh tingkat keswadayaan dan kemampuan ekonomi masyarakatnya. Namun bagi masyarakat miskin, upaya pemenuhan kebutuhan hunian tetap merupakan suatu hal yang relatif kompleks, karena pada umumnya hunian bagi masyarakat miskin belum dapat sepenuhnya menjadi kebutuhan dasar dan mendesak dibandingkan kebutuhan dasar lainnya seperti pangan, sandang, dan pendidikan. Oleh karenanya, kepada kelompok masyarakat miskin perlu diupayakan kegiatan untuk memberdayakan kemampuan ekonomi masyarakat yang berbasis keswadayaan masyarakat melalui penciptaan usaha ekonomi produktif dengan berbagai upaya fasilitasi pendampingan masyarakat, yang secara komprehensif tetap dalam kerangka prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di bidang perumahan dan permukiman.

f. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional

Strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman Kabupaten Bulungan merupakan suatu rumusan langkah riil dan terukur yang digunakan untuk mewujudkan tujuan pembangunan. Strategi disusun dengan melihat rumusan tujuan yang ingin dicapai, kebijakan pembangunan serta berbagai tantangan dari permasalahan yang dihadapi. Rumusan strategi yang ada difokuskan pada sektor-sektor strategi yang memegang peranan penting dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman di Kabupaten Bulungan.

(19)

Strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman Kabupaten Bulungan yang diarahkan sesuai dengan kebijakan yang telah disusun, antara lain meliputi:

1. Strategi dalam peningkatan kuantitas permukiman layak huni, adalah (a) Meningkatkan jumlah rumah layak huni melalui usaha permukiman

dan perbaikan rumah agar memenuhi syarat rumah sehat, standarisasi bangunan, kejelasan persyaratan dan memfasilitasi masyarakat kurang mampu.

(b) Melakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang perbaikan perumahan dan permukiman secara luas dengan media yang ada.

2. Strategi dalam peningkatan kualitas permukiman kumuh, adalah

(a) Meningkatkan dan menata kawasan permukiman kumuh melalui upaya revitalisasi maupun rehabilitasi.

(b) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kualitas hunian yang sehat dan layak.

3. Strategi dalam peningkatan legalisasi hak kepemilikan rumah, adalah (a) Mendorong hak kepemilikan rumah bagi masyarakat kurang mampu. (b) Melakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang perolehan hak

kepemilikan rumah.

4. Strategi dalam peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan infrastruktur permukiman perkotaan berdasarkan karakteristik permukiman, adalah (a) Strategi pembangunan jalan:

(1) Mengakomodasikan sistem jaringan jalan lingkungan permukiman secara menerus dengan sistem jaringan kota. (2) Perbaikan dan pembangunan jalan lingkungan permukiman di

Kabupaten Bulungan.

(3) Membangun dan meningkatkan jaringan jalan di Kabupaten Bulungan, sebagai upaya mendorong dan mengarahkan perkembangan Kabupaten.

(20)

(b) Strategi pembangunan drainase:

(1) Pembangunan dan peningkatan jaringan sekunder dan tersier pada kawasan permukiman, serta penanggulangan, pengerukan dan pemerliharaan saluran.

(2) Penanganan banjir dan genangan, dengan menjaga kelancaran aliran saluran drainase primer, mengendalikan sempadan sungai, mengoptimalkan fungsi pintu air dan mengembangkan jaringan drainase primer, sekunder dan tersier pada kawasan yang belum terjangkau sistem drainase dengan mengikuti pola jaringan jalan yang ada.

(3) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan dan pemeliharaan saluran drainase.

(c) Strategi pembangunan persampahan:

(1) Meningkatkan jangkauan pelayanan persampahan kepada masyarakat secara berkelanjutan.

(2) Melakukan sosialisasi pemilahan sampah rumah tangga.

(3) Penataan TPS dengan mempertimbangkan berbagai aspek, terutama ketersediaan lahan.

(4) Peningkatan dan pengembangan sarana pengangkutan sampah.

(5) Penataan dan revitalisasi TPA.

(6) Peningkatan peran serta masyarakat dan kapasitas kelembagaan dalam pengelolaan persampahan.

(d) Strategi pembangunan air bersih:

(1) Peningkatan identifikasi sumber-sumber air baru, dan pemanfaatan air permukaan.

(2) Pembangunan dan peningkatan instalasi dan jaringan distribusi perpipaan.

(3) Peningkatan kapasitas kelembagaan, dan peningkatan peran serta masyarakat dalam menggunakan air bersih yang layak.

(21)

(4) Melakukan kerjasama dengan daerah lain dalam hal pengambilan sumber air.

(e) Strategi pembangunan air limbah:

(1) Meningkatkan pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga dengan sistem on site maupun off site.

(2) Meningkatkan pelayanan sistem sanitasi secara komunal dan terpadu, baik limbah rumah tangga maupun tinja.

(3) Memberdayakan masyarakat dalam pengolahan limbah cair berbasis masyarakat.

(4) Melakukan sosialisasi dan penyuluhan pengolahan limbah rumah tangga.

5. Strategi dalam relokasi kawasan perumahan di kawasan lindung dan/atau rawan bencana, meliputi:

(a) Menyediakan lahan pengembangan perumahan baru bagi relokasi perumahan di kawasan lindung dan/atau rawan bencana.

(b) Merelokasi permukiman ilegal yang menempati lahan tidak sesuai dengan fungsinya.

(c) Pembangunan kawasan permukiman relokasi beserta infrastruktur pendukung.

(d) Mengembalikan fungsi kawasan lindung.

6. Strategi dalam pengaturan regulasi terhadap pembangunan kawasan perumahan baru meliputi:

(a) Mengendalikan pertumbuhan kawasan perumahan baru, melalui mekanisme perijinan sesuai dengan tata ruang.

(b) Meningkatkan pemantauan pembangunan perumahan dan permukiman di lapangan Membatasi perkembangan perumahan permukiman pada kawasan yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

(22)

7. Strategi dalam penyediaan rumah bagi masyarakat kurang mampu, meliputi:

(a) Membangun rumah susun yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

(b) Meningkatkan sumber-sumber pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman oleh pemerintah, usaha swasta dan koperasi masyarakat.

8. Strategi pemberdayaan masyarakat dalam pemenuhan permukiman dan pembangunan infratsruktur, meliputi:

(a) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan permukiman.

(b) infrastruktur dengan mendorong pembangunan secara swadaya dan gotong royong.

(c) Penguatan kelembagaan dalam penyediaan rumah sehat dan layak huni.

(d) Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam peme yang sehat.

9. Strategi peningkatan kerjasama dengan pemerintah sebagai penyangga dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur meliputi:

(a) Meningkatkan kerjasama dalam pemenuhan rumah sehat bagi masyarakat berpenghasilan rendah, melalui pengembangan rumah susun atau perumahan sederhana pada kawasan perbatasan.

(b) Meningkatkan kerjasama dalam pembangunan infrastruktur skala regional.

(c) Membangun kerjasama dalam kegiatan penanganan bencana. 10. Strategi dalam pengembangan ruang terbuka hijau, meliputi:

(a) Peningkatan ruang publik melalui pembangunan taman- taman dalam setiap tingkatan lingkungan sebagai sarana interaksi masyarakat.

(b) Memperbaiki dan mengembalikan fungsi bantaran sungai sebagai ruang terbuka hijau perkotaan.

(23)

(c) Peningkatan peran serta masyarakat dalam mendorong dan meningkatkan ketersediaan ruang terbuka hijau pekarangan.

11. Strategi dalam pengurangan tingkat pencemaran lingkungan, meliputi: (a) Meningkatkan jalur hijau jalan dan sempadan sungai.

(b) Membangun barrier antara kegiatan permukiman dan industry.

(c) Pengolahan air limbah pada kegiatan-kegiatan yang menimbulkan resiko pencemaran.

(d) Pengembangan kinerja dan peningkatan pemberdayaan masyarakat menjaga kelestarian lingkungan.

12. Strategi pengembangan infrastruktur dengan kontruksi “soft” untuk meningkatkan infiltrasi air ke tanah, meliputi:

(a) Menggunakan konstruksi biopori dalam pembangunan.

(b) Mendorong masyarakat untuk menggunakan bahan baku konstruksi yang ramah lingkungan.

13. Strategi peningkatan kualitas dan pengembalian fungsi pada kawasan-kawasan permukiman tradisional sebagai identitas kota budaya, meliputi: (a) Revitalisasi dan rehabilitasi kawasan-kawasan permukiman

tradisional sebagai penjagaan aset budaya dalam identitas kota. (b) Mengendalikan pembangunan pada kawasan permukiman

tradisional, dengan tetap mempertahankan nilai-nilai historis, simbol dan identitas kawasan.

Gambar

Tabel 5.1.  Realisasi Pendapatan Dan Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2011-2015 (Rupiah)
Tabel 5.2.   Kapasitas  Riil  Kemampuan  Keuangan  Daerah  Untuk  Mendanai  Pembangunan  Kabupaten  Bulungan  Tahun  2016 – 2020
Tabel 5.3.   Belanja  Daerah  Dan  Pertumbuhan  Ekonomi  Tahun  Anggaran  Kabupaten Bulungan 2010-2015

Referensi

Dokumen terkait

Ada peningkatan hasil belajar fisika pada siswa kelas XII IPA2 SMA Negeri 2 Kebumen melalui pembelajaran model team teaching atau kolaborasi. Berdasarkan tabel 1

Antara sebab berlakunya ikhtilaf fiqhi itu ialah: Tidak mengetahui sesuatu Hadis menyebabkan seseorang ulama itu tidak berhujah dengannya, terdapat perbezaan dalam

a) Bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan Bank dalam mencapai maksud dan tujuannya. b) Menciptakan struktur pengendalian internal, menjamin

Dalam kesaksian-kesaksian dari siswa di Grave dapat dibaca kerap kali bahwa mereka amat terkejut ketika melihat tangsi dalam keadaannya yang amat menyedihkan, tetapi bahwa

Muhammadiyah Asahan yang berorientasi pada upaya promosi belum efektif dalam meningkatkan jumlah mahasiswa karena faktor pelayanan pelanggan merupakan faktor yang paling

Saat menampilkan layar kendali sumber, Anda dapat pindah ke layar lain dengan menyentuh tombol operasi pada menu pintasan yang muncul.. 1 Tampilkan menu pintasan

Keuntungan dari perbanyakan vegetatif yaitu tanaman akan membawa sifat-sifat baik dari induknya, waktu yang dibutuhkan untuk berbuah dan berbunga lebih cepat

Penulis melakukan percobaan untuk membuktikan kelemahan protokol WPA jika diterapkan pada Wireless LAN, yaitu melakukan serangan terhadap encryption (Network Key atau password)