• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lingkungan Pengendapan Delta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lingkungan Pengendapan Delta"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan (Wadell, 1932). Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan.

Material tersebut akan terlitifikasi menjadi batuan yang bisa menjelaskan bagaimana proes terbentuknya batuan tersebut melalui lingkungan pengendapan, maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai lingkungan pengendapan, terutama lingkungan pengendapan delta. 1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari dibuatnya makalah ini ialah agar menambah pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan pengendapan, terutama lingkungan pengendapan delta.

Tujuan dari dibuatnya makalah ini ialah untuk mengetahui lebih tentang apa itu lingkungan pengendapann delta dan delta itu sendiri, dan makalah ini juga dibuat sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Sedimentologi.

1.3 Ruang Lingkup

Permasalahan pada makalah ini terletak pada lingkungan pengendapan delta, sehingga makalah ini hanya membahas mengenai lingkungan pengendapan secara umum, delta, dan lingkungan pengendapan delta.

1.4 Rumusan Masalah

(2)

2. Apa itu delta?

3. Apa itu lingkungan pengendapan delta? 4. Struktur apa saja kah yang terbentuk?

BAB II DASAR TEORI

(3)

2.1 Lingkungan Pengendapan

Lingkungan pengendapan adalah bagian dari permukaan bumi dimana proses fisik, kimia dan biologi berbeda dengan daerah yang berbatasan dengannya (Selley, 1988). Sedangkan menurut Boggs (1995) lingkungan pengendapan adalah karakteristik dari suatu tatanan geomorfik dimana proses fisik, kimia dan biologi berlangsung yang menghasilkan suatu jenis endapan sedimen tertentu. Nichols (1999) menambahkan yang dimaksud dengan proses tersebut adalah proses yang berlangsung selama proses pembentukan, transportasi dan pengendapan sedimen. Perbedaan fisik dapat berupa elemen statis ataupun dinamis. Elemen statis antara lain geometri cekungan, material endapan, kedalaman air dan suhu, sedangkan elemen dinamis adalah energi, kecepatan dan arah pengendapan serta variasi angin, ombak dan air. Termasuk dalam perbedaan kimia adalah komposisi dari cairan pembawa sedimen, geokimia dari batuan asal di daerah tangkapan air (oksidasi dan reduksi (Eh), keasaman (Ph), salinitas, kandungan karbon dioksida dan oksigen dari air, presipitasi dan solusi mineral). Sedangkan perbedaan biologi tentu saja perbedaan pada fauna dan flora di tempat sedimen diendapkan maupun daerah sepanjang perjalanannya sebelum diendapkan.

Permukaan bumi mempunyai morfologi yang sangat beragam, mulai dari pegunungan, lembah sungai, pedataran, padang pasir (desert), delta sampai ke laut. Dengan analogi pembagian ini, lingkungan pengendapan secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yakni darat (misalnya sungai, danau dan gurun), peralihan (atau daerah transisi antara darat dan laut; seperti delta, lagun dan daerah pasang surut) dan laut. Banyak penulis membagi lingkungan pengendapan berdasarkan versi masing-masing. Selley (1988) misalnya, membagi lingkungan pengendapan menjadi 3 bagian besar: darat, peralihan dan laut . Namun beberapa penulis lain membagi lingkungan pengendapan ini langsung menjadi lebih rinci lagi. Lingkungan pengendapan tidak akan dapat ditafsirkan secara akurat hanya berdasarkan suatu aspek fisik dari batuan saja. Maka dari itu untuk menganalisis lingkungan pengendapan harus ditinjau mengenai struktur sedimen, ukuran butir (grain size),

(4)

kandungan fosil (bentuk dan jejaknya), kandungan mineral, runtunan tegak dan hubungan lateralnya, geometri serta distribusi batuannya.

Fasies merupakan bagian yang sangat penting dalam mempelajari ilmu sedimentologi. Boggs (1995) mengatakan bahwa dalam mempelajari lingkungan pengendapan sangat penting untuk memahami dan membedakan dengan jelas antara lingkungan sedimentasi (sedimentary environment) dengan lingkungan facies (facies environment). Lingkungan sedimentasi dicirikan oleh sifat fisik, kimia dan biologi yang khusus yang beroperasi menghasilkan tubuh batuan yang dicirikan oleh tekstur, struktur dan komposisi yang spesifik. Sedangkan facies menunjuk kepada unit stratigrafi yang dibedakan oleh litologi, struktur dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Kata fasies didefinisikan yang berbeda-beda oleh banyak penulis. Namun demikian umumnya mereka sepakat bahwa fasies merupakan ciri dari suatu satuan batuan sedimen. Ciri-ciri ini dapat berupa ciri fisik, kimia dan biologi, seperti ukuran tubuh sedimen, struktur sedimen, besar dan bentuk butir, warna serta kandungan biologi dari batuan sedimen tersebut. Sebagai contoh, fasies batupasir sedang bersilangsiur (cross-bed medium sandstone facies). Beberapa contoh istilah fasies yang dititikberatkan pada kepentingannya:

Litofasies: didasarkan pada ciri fisik dan kimia pada suatu batuan Biofasies: didasarkan pada kandungan fauna dan flora pada batuan Iknofasies: difokuskan pada fosil jejak dalam batuan

Berbekal pada ciri-ciri fisik, kimia dan biologi dapat dikonstruksi lingkungan dimana suatu runtunan batuan sedimen diendapkan. Proses rekonstruksi tersebut disebut analisa fasies.

Klasifikasi lingkungan pengendapan (Selley, 1988) 1. Terestrial Padang pasir (desert)

2. Glasial

3. Daratan

(5)

5. Encer (aqueous) Rawa (paludal) 6. Lakustrin 7. Delta 8. Peralihan 9. Estuarin 10. Lagun 11. Litoral (intertidal) 12. Reef 13. Laut 14. Neritik ( kedalaman 0-200 m) 15. Batial ( kedalaman 200-2000 m) 16. Abisal ( kedalaman > 2000 m)

2.2 Lingkungan Pengendapan Delta

2.2.1 Apa itu delta?

Delta merupakan garis pantai yang menjorok ke laut, terbentuk oleh adanya sedimentasi sungai yang memasuki laut, danau atau laguna dan pasokan sedimen lebih besar daripada kemampuan pendistribusian kembali oleh proses yang ada pada cekungan pengendapan (Elliot, 1986 dalam Allen, 1997).

Menurut Boggs (1987), delta diartikan sebagai suatu endapan yang terbentuk oleh proses sedimentasi fluvial yang memasuki tubuh air yang tenang. Dataran delta menunjukkan daerah di belakang garis pantai dan dataran delta bagian atas didominasi oleh proses sungai dan dapat dibedakan dengan dataran delta bagian bawah didominasi oleh pengaruh laut, terutama penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya suplai material sedimentasi dari sistem fluvial. Ketika sungai-sungai pada sistem fluvial tersebut bertemu dengan laut, perubahan arah arus yang menyebabkan penyebaran air sungai dan akumulasi pengendapan yang cepat terhadap material sedimen dari sungai mengakibatkan terbentuknya delta.

(6)

Delta yaitu tanah datar hasil pengendapan yang dibentuk oleh sungai, muara sungai, dimana timbunan sediment tersebut mengakibatkan propagradasi yang tidak teratur pada garis pantai (Coleman, 1968; Scott & Fischer, 1969).

Delta adalah sebuah lingkungan transisional yang dicirikan oleh adanya material sedimen yang tertransport lewat aliran sungai (channel), kemudian terendapkan pada kondisi di bawah air (subaqueous), pada tubuh air tenang yang diisi oleh aliran sungai tersebut, sebagian lagi berada di darat/subaerial (Friedman & Sanders, 1978, vide Serra, 1985).

Proses pengendapan pada delta menghasilkan pola progradasi yang menyebabkan majunya garis pantai. Litologi yang dihasilkan umumnya mempunyai struktur gradasi normal pada fasies yang berasosiasi dengan lingkungan laut (marine facies). Dalam pembentukan delta, material sedimen yang dibawa oleh sungai merupakan faktor pengontrol utama.

Pembentukan delta dikontrol oleh interaksi yang rumit antara berbagai faktor yang berasal/bersifat fluviatil, proses di laut dan kondisi lingkungan pengendapan. Faktor-faktor tersebut meliputi iklim, pelepasan air, muatan sedimen, proses yang terjadi di mulut sungai, gelombang (wave), pasang surut (tide), arus, angin, luas shelf, dan lereng (slope), tektonik, dan geometri cekungan penerima (receiving basin) akan mengontrol distribusi, orientasi, dan geometri internal endapan delta (Wright et al., 1974, vide Walker, 1984).

Hanya beberapa proses saja yang tergolong sangat penting dalam mengontrol geometri, proses internal yang bersifat progradasi pada delta (progradational framework) serta kecenderungan arah penyebaran (trend) delta, yaitu : pasokan sedimen, tingkat energi gelombang, dan tingkat energi pasang surut (Galloway, 1975; Galloway & Hobday, 1983 vide Boggs, 1987). Ketiga faktor inilah yang nantinya akan sangat berperan dalam penggolongan delta ke dalam tiga tipe dasar delta yang sangat fundamental yaitu (1) fluvial-dominated, (2) tide-fluvial-dominated, dan (3) wave-dominated (Boggs, 1987). Adanya dominasi diantara salah satu faktor pengontrol tersebut akan mempengaruhi geometri delta yang terbentuk.

(7)

Syarat – syarat untuk terbentuknya suatu delta, antara lain : 1. Ada sungai yang menuju ke laut atau danau

2. Lautnya dangkal

3. Gelombang atau arus laut yang ada sangat kecil

4. Tidak ada gerakan tektonik yang menyebabkan penurunan dasar laut atau danau di tempat muara sungai tersebut

5. Arus pasang surut tidak kuat

6. Dari waktu ke waktu material batuan yang diendapkan di laut atau danau cukup besar.

2.2.2 Sublingkungan Delta

Berdasarkan fisiografinya, delta dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian utama , yaitu :

1. Delta Plain

Merupakan bagian delta yang berada pada bagian lowland yang tersusun atas active channel dan abandoned channel .yang dipisahkan oleh lingkungan perairan dangkal dan merupakan permukaan yang muncul atau hampir muncul. Proses sedimentasi utama di delta plain adalah arus sungai, walaupun arus tidal juga muncul. Delta plain merupakan baigan daratan dari delta dan terdiri atas endapan sungai yang lebih dominan daripada endapan laut dan membentuk suatu daratan rawa-rawa yang didominasi oleh material sedimen berbutir halus, seperti serpih organik dan batubara. Pada daerah dengan iklim lembab, Delta plain mungkin mengandung komponen organik penting, sedimen yang terbentuk didominasi oleh lempung dan evaporit. Daratan delta plain tersebut digerus oleh channel pensuplai material sedimen yang disebut fluvial distributaries dan membentuk suatu percabangan. Gerusan-gerusan tersebut biasanya mencapai kedalaman 5-10 meter dan menggerus sampai pada sedimen delta front. Sedimen pada channel tersebut disebut sandy channel dan membentuk distributary channel yang dicirikan oleh batupasir lempungan. Sublingkungan delta plain dibagi menjadi :

(8)

A. Upper Delta Plain

Merupakan bagian delta yang berada di atas area pengaruh pasang surut (tidal) dan laut yang signifikan (pengaruh laut sangat kecil). Pada bagian ini terletak diatas area tidal atau laut dan endapannya secara umum terdiri dari :

a. Endapan distributary channel

Endapan distributary channel terdiri dari endapan braided dan meandering, levee dan endapan point bar. Endapan distributary channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menunjukkan kecenderungan menghalus ke atas. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah cross bedding, ripple cross stratification, scour and fill dan lensa-lensa lempung. Endapan point bar terbentuk apabila terputus dari channel-ya. Sedangkan levee alami berasosiasi dengan distributary channel sebagai tanggul alam yang memisahkan dengan interdistributary channel. Sedimen pada bagian ini berupa pasir halus dan rombakan material organik serta lempung yang terbentuk sebagai hasil luapan material selama terjadi banjir.

b. Lacustrine delta fill dan endapan interdistributary flood plain

Endapan interdistributary channel merupakan endapan yang terdapat diantara distributary channel. Lingkungan ini mempunyai kecepatan arus paling kecil, dangkal, tidak berelief dan proses akumulasi sedimen lambat. Pada interdistributary channel dan flood plain area terbentuk suatu endapan yang berukuran lanau sampai lempung yang sangat dominan. Struktur sedimennya adalah laminasi yang sejajar dan burrowing structure

(9)

endapan pasir yang bersifat lokal, tipis dan kadang hadir sebagai pengaruh gelombang.

Gambar Bagian-bagian sand deposit pada sistem Delta (Coleman & Prior, 1982)

B. Lower Delta Plain

Sublingkungan ini terletak pada interaksi antara sungai dan laut yang terbentang mulai dari batas surutnya muka air laut yang paling rendah hingga batas maksimal air laut pada saat pasang.

Pada lingkungan ini endapannya meliputi endapan pengisi teluk (bay fill deposit) meliputi interdistributary bay, tanggul alam, rawa dan crevasse slay, serta endapan pengisi distributary yang ditinggalkan.

2. Front Delta

Delta front merupakan sublingkungan dengan energi yang tinggi dan sedimen secara tetap dipengaruhi oleh adanya proses pasang-surut, arus laut sepanjang pantai dan aksi gelombang. Delta front terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan akumulasi

(10)

sedimennya berasal dari distributary channel. Endapan pada delta front meliputi sheet sand delta front, distributary mouth bar, endapan river-mouth tidal, near shore, longshore, dan endapan stream mouth bar. Delta front terdiri dari zona pantai dangkal yang berbatasan dengan delta plain. Batupasir yang diendapkan dari distributary channel tersebut membentuk endapan bar yang berdekatan dengan teluk atau mulut distributary channel tersebut. Pada penampang stratigrafi, endapan bar tersebut memperlihatkan distribusi butiran mengkasar ke atas dalam skala yang besar dan menunjukkan perubahan fasies secara vertikal ke atas, mulai dari endapan lepas pantai atau prodelta yang berukuran butir halus ke fasies garis pantai yang didominasi batupasir. Endapan tersebut dapat menjadi reservoir hidrokarbon yang baik. Diantara bar pada mulut distributary channel akan terakumulasi lempung lanauan atau lempung pasiran dan bergradasi menjadi lempung ke arah laut.

Menurut Coleman (1969) dan Fisher (1969) dalam Galloway (1990), lingkungan pengendapan delta front dapat dibagi menjadi beberapa sublingkungan dengan karakteristik asosiasi fasies yang berbeda, yaitu :

a. Subaqueous Levees

Merupakan kenampakan fasies endapan delta front yang berasosiasi dengan active channel mouth bar. Fasies ini sulit diidentifikasi dan dibedakan dengan fasies lainnya pada endapan delta masa lampau.

(11)

b. Channel

Channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menghalus ke atas. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah cross bedding, ripple cross stratification, scoure and fill.

(12)

c. Distributary Mouth Bar

Pada lingkungan ini terjadi pengendapan dengan kecepatan yang paling tinggi dalam sistem pengendapan delta. Sedimen umumnya tersusun atas pasir yang diendapkan melalui proses fluvial. Strukur sedimen yang dapat dijumpai antara lain : current ripple, cross bedding dan massive graded bedding. d. Distal Bar

Pada distal bar, urutan fasies cenderung menghalus ke atas, umumnya ersusun atas pasir halus. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai antara lain : laminasi, perlapisan silang siur tipe through.

(13)

3. ProDelta

Prodelta merupakan sublingkungan transisi antara delta front dan endapan normal marine shelf yang berada di luar delta front. Prodelta merupakan kelanjutan delta front ke arah laut dengan perubahan litologi dari batupasir bar ke endapan batulempung dan selalu ditandai oleh zona lempungan tanpa pasir.

Daerah ini merupakan bagian distal dari delta, dimana hanya terdiri dari akumulasi lanau dan lempung dan biasanya sendiri serta fasies mengkasar ke atas memperlihatkan transisi dari lempungan prodelta ke fasies yang lebih batupasir dari delta front. Litologi dari prodelta ini banyak ditemukan bioturbasi yang merupakan karakteristik endapan laut. Struktur sedimen bioturbasi bermacam-macam sesuai dengan ukuran sedimen dan kecepatan sedimennya. Sedimen yang ditemukan pada bagian delta ini tersusun oleh material sedimen berukuran paling halus yang terendapkan dari suspensi. Struktur sedimen masif, laminasi, dan

(14)

burrowing structure. Seringkali dijumpai cangkang organisme bentonik yang tersebar luas, mengindikasikan tidak adanya pengaruh fluvial (Davis, 1983). Endapan prodelta terdiri dari marine dan lacustrine mud yang terakumulasi dilandas laut (seaward). Struktur deformasi sedimen dapat dijumpai pada lingkungan ini, sedangkan struktur sedimen akibat aktivitas gelombang jarang dijumpai. Prodelta ini kadang-kadang sulit dibedakan dengan endapan paparan (shelf), tetapi pada prodelta ini sedimennya lebih tipis dan memperlihatkan pengaruh proses endapan laut yang tegas.

Gambar : Fisografi Delta dan Litologi

(15)

Klasifikasi merupakan suatu usaha pengelompokkan berdasarkan kesamaan sifat, fisik yang dapat teramati. Dalam hal klasifikasi delta, ada beberapa klasifikasi yang sering digunakan. Klasifikasi delta yang sering digunakan adalah klasifikasi menurut Galloway, 1975 dan klasifikasi menurut Fisher, 1969

Dalam klasifikasi Galloway (1975) ditampilkan beberapa contoh delta di dunia yang mewakili tipikal proses yang relatif dominan bekerja membentuk setiap tipikal delta, sebagai contoh fluvial dominated delta akan membentuk delta yang berbentuk elongate contohnya adalah Delta Missisipi, kemudian tide dominated delta akan membentuk delta yang berbentuk estuarine contohnya Delta Gangga-Brahmaputra, selanjutnya wave dominated delta akan menghasilkan delta yang berbentuk cuspate contohnya Delta San Fransisco. Namun, pada dasarnya setiap delta yang terdapat di dunia tidaklah murni dihasilkan oleh dominasi salah satu faktor pengontrol di atas, namun lebih merupakan hasil interaksi antara dua atau bahkan tiga faktor pengontrol, sebagai contoh Delta Mahakam dan Delta Ebro yang berbentuk lobate yang dihasilkan utamanya dari proses fluvial dan tidal dengan sedikit pengaruh gelombang (wave),

Galloway (Allen & Coadou, 1982) menggunakan konsep in dalam penerapannya terhadap aluvial delta, sehingga disimpulkan klasifikasi delta berdasarkan pada delta front regime dibagi menjadi tiga , yaitu :

1. Fluvial-dominated Delta

Campuran antara sand-shale, kareena sungai-sungai yang keluar dari cekungan drainage yang bear pada iklim basah akan membawa muatan campuran mud dan pasir, seringkali volume mud akan lebih banyak.

Ini terjadi jika gelombang, arus pasang surut, dan arus sepanjang pantai lemah, volume sedimen yang dibawa dari sungai tinggi, maka akan terjadi progradasi yang cepat ka arah

(16)

laut dan akan berkembang suatu variasi karakteristik dari lingkungan pengendapan yang didominasi sungai.

 Geometri : channel (delta plain) dan sheet (delta front). Kontinuitas tubuh batupasir jelek (channel) sampai sedang (distributary mount bar).

 Litologi dan struktur :

- Channel fasies : batupasir dengan cross bedding (through dan plannar), kontak dasar erosi, rip-up clast/fragmen batubara, sekuen halus ke atas.

- Marsh fasies : batubara, batulempung dengan rootles. - Bay fasies : batulempung dengan acak binatang. - Crevasse-splay facies : sekuen kasar ke atas (sortasi

baik ke atas).

- Distributary mount bar : batupasir dengan cross laminasi, paralel laminasi.

- Bar facies : climbing ripple, mika melimpah, material karbon, struktur deformasi.

- Distal bar fasies : batulanau dan batulempung, paralel laminasi, climbing ripple, material karbon, struktur deformasi, acak binatang.

- Prodelta facies : batulempung dengan struktur deformasi.

- Refleksi seismik : oblique dan sigmoid clinoform. Pada bagian ini mempunyai bentuk channel dan sheet dengan kontinuitas tubuh pasir jelek sampai sedang. Delta yang didominasi sungai dicirikan dengan batupasir dan batulanau yang masif sampai berlapis baik dan mungkin memperlihatkan gradied bedding. Pasir delta front memperlihatkan banyaknya pengaruh sungai dalam pengendapan distribusi lingkungan mouth bar. Jumlah bioturbasi bervariasi tergantung pada rata-rata sedimentasi dan ukuran butir dari suplai sedimen. Variasi pembelokan dalam sistem fluvial biasanya menghasilkan suatu pengkasaran ke arah atas yang tidak teratur.

(17)

Progradasi ke arah laut yang sangat cepat membuat delta tipe ini memiliki sekuen coarsening upward (mengkasar keatas). Geometri endapan yang dihasilkan dari tipe delta ini yaitu berbentuk lobate dengan mekanisme akresi lateral yang kuat sehingga menghasilkan lentikuler units. Batupasir cenderung menjadi lentikuler sampai tabular untuk distributary mount bar, bergradasi menjadi sand sheets.

(18)

2. Tide-dominated Delta

Dicirikan oleh sejumlah teluk-teluk kecil di daerah muara yang berbentuk corong kearah hulu, distributary channel akan berliku-liku (meandering)

Merupakan area dimana tingkat pasang surut tinggi, sehingga aliran balik (yang terjadi dalam distributary channel selama kondisi banjir dan surut) kemungkinan akan terjadi sumber energi utama yang memisah sedimen.

 Gometri : channel dan ridge, kontinuits batupasir berukuran butir kasar-sedang, arah sebaran tegak lurus panatai.

 Litologi dan struktur :

- Tidal channel dan ridge facies sangat dominan. - Channel facies : batupasir dengan sortasi baik,

herringbone, cross bedding.

- Sekuen yang dijumpai pada delta tipe ini yaitu coarsening upward yang diikuti dengan fining upward, tanpa batas yang jelas, tergantung pada posisi delta.

(19)

Lingkungan ini menunjukkan kombinasi pengaruh dari sungai, gelombang dan proses pasang-surut. Lingkungan ini mempunyai bentuk geometri channel dan ridge dengan kenampakan kontinuitas batupasir jelek sampai sedang dengan penyebaran tegak garis pantai. Struktur sedimen yang umumnya berkembang adalah laminasi dan ripple. Masuknya pasang-surut pada delta front yang berprogradasi, seperti pada Mahakam juga memeperlihatkan beberapa pengasaran ke atas. Smith, et al (1990) dalam Allen (1997) telah mendiskripsikan ritme pasang-surut dengan indikator pasang-pasang-surut dalam pasir delta front adalah hearingbone cross bedding.

(20)

3. Wave-dominated Delta

Dicirikan oleh pasir pada daerah pantai kelaut menyebar secara pararel terhadap garis pantai.

Delta yang didominasi gelombang dan biasanya terdiri dari rangkaian fasies yang saling berhubungan dan mengkasar ke atas secara menerus yang merupakan karakteristik dari pantai yang dipengaruhi gelombang.

Struktur sedimen yang umum dijumpai antara lain : ripple dan humocky yang merupakan indikator pengendapan yang tinggi.

Pada lingkungan dengan aktivitas gelombang kuat, endapan mount bar secara menerus mengalami reworked menjadi suatu seri superimposed coastal barriers. Tubuh pasir akan cenderung paralel terhadap garis pantai berbeda dengan delta dominasi sungai yang mendekati tegak lurus terhadap pantai.

(21)

 Litologi dan struktur sedimen :

- fasies pantai dan pantai penghalang (barrier beach) dominan.

- Fasies distributary mount bar termodifikasi/reworked menjadi punggungan pantai.

- Secara keseluruhan menunjukkan sekuen mengkasar ka atas.

- Struktur yang dijumpai pada tipe ini adalah perlapisan tipis, paralel laminasi, dan cross bedding satu arah, struktur flaser, slumps, struktur alga, bioturbasi dengan intensitas tinggi pada bagian atas dan mudcrack pada shale.

(22)

Menurut Curray (1969) delta memiliki beberapa bentuk yang umum, yaitu :

1. Birdfoot : Bentuk delta yang menyerupai kaki burung 2. Lobate : Bentuk delta seperti cuping

3. Cuspate : Bentuk delta yang menyerupai huruf (v) 4. Arcuate : Bentuk delta yang membundar

5. Estuarine :Bentuk delta tidak dapat berkembang dengan sempurna

(23)

Klasifikasi Delta menurut Galloway (1975) Vide Serra (1985) Selain klasifikasi menurut Galloway, juga terdapat klasifikasi menurut Fisher (1969). Dalam klasifikasi ini, Fisher menyimpulkan bahwa proses pembentukan delta dipengaruhi oleh dua faktor pengontrol utama yaitu proses fluvial dan pasokan sedimen, serta proses asal laut (marine processes). Berdasarkan dominasi salah satu faktor tersebut, Fisher dalam klasifikasinya membagi delta menjadi dua kelompok yaitu delta yang bersifat high constructive, apabila proses fluvial dan pasokan sedimen yang dominan mengontrol pembentukan delta dan delta yang bersifat high desctructive apabila proses asal laut yang lebih dominan. Pada gambar klasifikasi Fisher dapat dilihat beberapa geometri delta berdasarkan proses dominan yang mengontrolnya menurut Fisher et al., (1969)

(24)

Klasifikasi Delta menurut Fisher et Al., 1969 Vide Elliot (1982).

Berdasarkan sumber endapannya, secara mendasar delta dapat dibedakan menjadi dua jenis (Nemec, 1990 dalam Boggs, 1995), yaitu:

1. Non Alluvial Delta

Merupakan tempat tambahan dari suatu Delta yang terjadi bukan karena sistem alluvial secara umum, dimana daerahnya disebabkan oleh aliran material piroklastik atau aliran lava. Beberapa Delta mungkin merupakan tipe campuran, terdiri dari kedua aliran tersebut (piroklastik dan lava), material gunungapi berupa aliran massa (lahar) atau hanya aliran dari alluvium. Lingkungan pengendapan seperti ini tentunya ada pada wilayah yang mempunyai pulau busur gunungapi.

a. Pyroklastik delta

Delta piroklastik biasanya termasuk dalam kipas volkanik, steep cone, progradasi menuju laut atau danau. Teragantung terhadap komposisi dan karakter fisik dari suatu erupsi gunungapi, apakah bersifat phreatic atau magmatic. Mekanisme pengendapannya bervariasi,

(25)

mulai dari aliran(flow), jatuhan(fall) atau lonjakan (surges)

b. Lava delta

Merupakan keadaan dimana aliran lava mengalir keluar dari suatu gunungapi atau titik tertentu yang berpotensi keluarnya magma. Setelah itu, lava tersebut langsung berhubungan dengan lingkungan air(laut). Misalnya pada pulau busur gunungapi atau tempat yang terisolasi, yang memiliki kawah dibawah permukaan laut. Delta lava biasanya memiliki jumlah besar dalam endapan breksi-lava dan endapan hyaloclastic atau juga mungkin memiliki komposisi dari endapan material laut.

2. Alluvial Delta

Merupakan tipe pembentukan lingkungan Delta. Material-material pembentuknya mengalami proses – proses sedimentasi seperti pelapukan, erosi, transportasi, pengendapan dan pembatuan yang dibentuk dari batuan sebelumnya.

(26)

Adalah delta yang diciptakan dan dipasok oleh suatu sistem pengaliran yang aktif dalam bentuk sungai soliter (sistem sungai tunggal). Endapan di muara sungai yang terletak di lautan terbuka, pantai, atau danau, sebagai akibat dari berkurangnya laju aliran air saat memasuki suatu genangan air (laut atau danau). Ketika aliran yang dibawa memasuki genangan air, fluida yang mengalir tersebut tidak lagi terbatas untuk menyalurkan dan mengembangkan menjadi lebih lebar. Aliran ekspansi ini menghasilkan penurunan kecepatan aliran, yang mengurangi kemampuan untuk mengangkut sedimen. Akibatnya, sedimen keluar dari aliran dan terendapkan.

b. Braidplain Delta

Ketika suatu sungai yang banyak mengangkut be ban mencapai suatu wilayah pedataran setelah mengalir melalui aluratau ngarai, kecepatannya akan menurun,mel uas, dan banyak diantara sedimen yang menjadi bebannya kemudian diendapkan.

Sungai itu kemudian menjadi menganyam dan terus-menerus mengubah lintasannya,seperti yang terjadi pada Kipas Kosi; atau seperti dalam pembentukan delta, alur-alur itu kemudian terbagi ke dalam sejumlah alur yang lebih kecil, atau dengan kedua cara tersebut. Sedimen yang diendapkan ditebarkan sebagai kipas aluvial. Ada gradasi dari kipas lebar 26-260 km, yang biasanya hampir datar (kemiringan lereng kurang dari1o), kipas-kipas dengan kemiringan dan lebar sedang (4-6o), hingga kerucut-kerucut yang relatif kecil dan

(27)

material rombakan kasar yang diangkut oleh torrential stream yang pendek.

c. Alluvial fan Delta

Pembentukannya pada lereng yang curam dikaki gunung yang luas yang dibawa air. Delta kipas alluvial merupakan delta yang terbentuk dan material-material pembentuknya dipasok oleh suatu kipas alluvial aktif. Kipas alluvial itu sendiri merupakan daerah yang berprogradasi dari wilayah yang relatif yang tinggi menuju suatu tubuh air yang diam,baik itu laut atau bisa juga sebagai danau.

d. Scree-apron deltas

Merupakan perubahan bentuk morfologi dari kipas alluvial, hal ini disebabkan dari kenaikan permukaan air laut yang cepat bersamaan dengan rendahnya pasokan material-material sedimen.

(28)

Fasies delta termasuk fasies yang unik terbentuk oleh perulangan banyak sekuen susut delta dan dapat membentuk endapan yang sangat tebal disebabkan akumulasi endapan dari puluhan bahkan ratusan individu sekuen delta.Turun naiknya muka air laut yang tidak konstan menyebabkan siklus penggenangan dan penurunan permukaan air laut yang tidak merata di setiap bagian sekuen delta meskipun secara lateral jaraknya hanya terpisah beberapa meter.

Perulangan daur susut genang laut dengan ketebalan puluhan meter adalah tipe endapan pantai dan endapan delta. Hal ini menunjukan bahwa dalam beberapa interval stratigrafi, garis pantai dapat berpindah puluhan atau ratusan kilometer ke arah depan ataupun ke arah belakang dengan perubahan lingkungan pengendapan dari lepas pantai ke arah dataran delta (delta plain) maupun sebaliknya.

Secara umum mekanisme daur progradasi dan peninggalan delta sebagai berikut :

1. Awalnya bagian delta tertentu adalah zona aktif pemasukan sedimen, delta berprogradasi di atas paparan.

2. Kecepatan progradasi pada saat tertentu akan berkurang akibat delta yang berprogradasi di atas paparan, meningkatnya jumlah channel dan pengangkutan material sedimennya, meningkatnya laju penurunannya cekungan ke arah paparan. Hal ini mengakibatkan channel akan berpindah secara lateral mengikuti kemiringan gradien hidroliknya dengan jarak tertentu dari delta lama.

3. Pada saat yang sama delta lama mengalami penurunan sehingga gelombang pasang laut mempengaruhi suplai endapan, dengan diendapkannya endapan genang laut berupa karbonat atau serpih marine.

4. Berkembangnya endapan batubara tebal yang merupakan lapisan penanda (marker bed) berakhirnya daur genang laut pada bagian darat delta lama (fluvial delta plain

(29)

abadonment) setelah mengalami penurunan maka endapan ini akan tertutup oleh endapan genang laut.

5. Dalam interval waktu tertentu, tempat pengendapan delta dapat kembali berpindah di atas delta lama dengan terbentuknya endapan susut laut deltaik di atas endapan genang laut menghasilkan lobate (kuping delta).Mekanisme ini terus berlangsung sehingga terjadi daur perentangan vertikal (vertikal stacking cycle) yang disusun oleh sistem susut-genang laut setempat

(30)

PENUTUP

3.1 Simpulan

Delta diartikan sebagai suatu endapan yang terbentuk oleh proses sedimentasi fluvial yang memasuki tubuh air yang tenang. Dataran delta menunjukkan daerah di belakang garis pantai dan dataran delta bagian atas didominasi oleh proses sungai dan dapat dibedakan dengan dataran delta bagian bawah didominasi oleh pengaruh laut, terutama penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya suplai material sedimentasi dari sistem fluvial. Ketika sungai-sungai pada sistem fluvial tersebut bertemu dengan laut, perubahan arah arus yang menyebabkan penyebaran air sungai dan akumulasi pengendapan yang cepat terhadap material sedimen dari sungai mengakibatkan terbentuknya delta.

Delta memiliki 3 sublingkungan, yaitu : 1. Plain Delta

2. Front Delta 3. ProDelta

Menurut Pengendapannya delta terbagi 2, yaitu : 1. Alluvial Delta

2. Non-Alluvial Delta

(31)

1. Prawira, Oliver. 2015. http://dokumen.tips/documents/alluvial-dan-non-alluvial-delta.html. Diakses pada jam 14.37 tanggal 16 Mei 2016 di Pekanbaru.

2. Utomo, Puji Tri. 2016. http://documents.tips/documents/lingkungan-pengendapan-delta-570a7a466bba7.html. Diakses pada jam 14.51 tanggal 16 Mei 2016 di Pekanbaru.

3. Zulfari, Dio Yasril. 2015.

http://documents.tips/documents/lingkungan-pengendapan-dan-fasies.html. Diakses pada jam 16.13 tanggal 16 Mei 2016 di Pekanbaru.

4. Harpani, Bayu. 2012.

https://www.scribd.com/doc/115165777/lingkungan-pengendapan-delta. Diakses pada jam 16.19 tanggal 16 Mei 2016 di Pekanbaru.

5. Serambi Geologi. 2016.

http://serambigeologi.blogspot.co.id/2016/03/macam-macam-pengertian-dan-proses-terbentuknya-delta.html. Diakses pada jam 17.56 tanggal 16 Mei 2016 di Pekanbaru.

6. Perkasa, Satria. 2013.

https://www.academia.edu/6349648/FASIES_DELTA_jadi. Diakses pada jam 19.47 tanggal 16 Mei 2016 di Pekanbaru.

Gambar

Gambar   Bagian-bagian   sand   deposit   pada   sistem   Delta (Coleman & Prior, 1982)
Gambar : Fisografi Delta dan Litologi

Referensi

Dokumen terkait

Uap air yang berasal dari laut atau lautan setelah sampai di atas daratan karena dibawa angin bergabung dengan uap air yang berasal dari danau, sungai, rawa, tumbuh-tumbuhan, dan

Dengan demikian kandungan sulfur yang tinggi pada batubara di blok utara dapat disebabkan karena diendapkan di lingkungan lower delta plain, sehingga kadar sulfurnya

Pola pengendapan sedimen di daerah penelitian dipengaruhi oleh rezim arus teluk sebagai gabungan arus laut dan arus sungai yang membentuk endapan pasir pantai.. Hasil analisis di

Data pemboran ini menunjukkan pergeseran lingkungan pengendapan dari kanal cabang tidak aktif (endapan lumpur dan lempung di bagian bawah) menjadi kanal aktif pada sedimentasi

Data pemboran ini menunjukkan pergeseran lingkungan pengendapan dari kanal cabang tidak aktif (endapan lumpur dan lempung di bagian bawah) menjadi kanal aktif pada sedimentasi

Kondisi tersebut sangat memungkinan aliran sungai maupun aliran permukaan mentranspor sebagian polen Oncosperma tigillarium yang jatuh di upper delta plain ke arah lower

Kali Wonokromo yang adalah bagian dari delta Sungai Brantas (Brantas river basin) , karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran sedimen, faktor

Zona I : Wilayah rawa pasang surut air asin/payau KLASIFIKASI WILAYAH RAWA • terdapat di bagian daratan yang bersambungan dengan laut, khususnya di muara sungai besar, dan pulau-pulau