• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PAPER ABL PEMBENTUKAN DELTA MAHAKAM.pdf"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BENTANG LAHAN

Pembentukan Delta Mahakam di Provinsi Kalimantan Timur

Oleh :

MARIA BUNGARAN SIMARMATA 05121007015 KOMING AYU JULIANA SARI 05121007017

HELSI YOGAN 05121007132

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA 2015

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulau Kalimantan adalah wilayah dengan iklim tropik basah. Karakter vegetasi hutan tropik basah memiliki keragaman jenis sangat tinggi. Topografi wilayah Kalimantan meliputi dataran rendah sampai dataran tinggi, sehingga memungkinkan ditemui berbagai tipe vegetasi. Delta Mahakam adalah salah satu delta popular di dunia yang berada di wilayah Kalimantan Timur. Sedimen Delta Mahakam mencerminkan ciri-ciri fisik hasil pengendapan arus sungai dan arus pasang surut.

Morfologi delta tediri dari delta plain, delta front dan prodelta. Wilayah delta plain berdasarkan tipe vegetasinya dibagi lagi menjadi upper delta plain dan lower delta plain. Luas Delta Mahakam keseluruhan mencapai 15.000 ha, berada pada posisi geografis 0°21′-1°10′ LS dan 117°15′- 117°40′ BT. Distribusi vegetasi Delta Mahakam dibagi menjadi empat zona terkait dengan morfologi delta.

Delta Mahakam merupakan sebuah kawasan perairan payau di Kalimantan Timur yang mempunyai hutan mangrove yang cukup luas. Seperti pada umumnya hutan mangrove, tentu mempunyai ciri-ciri ekologis yang unik, yaitu berupa saling keterkaitan antara tumbuhan dan hewan yang hidup bersamanya. Sampai tahun 1980-an, seluruh kawasan Delta Mahakam merupakan daerah vegetasi yang lebat dengan berbagai jenis tumbuhan mangrove. Ekosistem hutan mangrove merupakan habitat bagi beragam jenis biota laut. Penduduk setempat sudah lama memanfaatkan kawasan ini sebagai areal tangkapan ikan, udang, dan kepiting. Produksi udang untuk ekspor dimulai pada tahun 1970an. Permintaan yang tinggi akan udang dari negara-negara lain tersebut membuat para petani ikan membangun tambak-tambak udang. Selama tahun 1990an, mereka merubah lahan-lahan mangrove, menghancurkan vegetasi mangrove dengan menebang dan membakar lahan-lahan tersebut, dan menjadikannya tambak-tambak udang. Kekayaan ekosistem Delta Mahakam sangat didukung oleh lokasi delta tersebut yang terletak di tepi barat Selat Makassar, sebuah selat yang sangat penting bagi

(3)

iklim dan ekonomi dunia. Melalui selat inilah, arus laut antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia mengalir dan kaya akan zat-zat nutrisi. Arus laut ini dikenal di dunia sebagai Indonesian throughflow atau Arus Lintas Indonesia

Secara umum, Delta Mahakam terbentuk akibat pengaruh energi arus rendah (low wave energy), serta campuran antara endapan sungai (fluvial) dan arus pasang surut (tidal and fluvial dominated). Delta ini merupakan daerah yang memiliki kandungan reservoar- reservoar dengan akumulasi minyak bumi dan gas yang tinggi. Secara administratif, kawasan Delta Mahakam berada dalam wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, tepatnya berada di Kecamatan Anggana, Muara Jawa, dan Sanga-Sanga.

Karakteristik yang dimiliki oleh Delta Mahakam sangat unik, yang barangkali tidak ditemui di tempat lain. Delta ini terjadi sebagai akibat dari proses sedimentasi yang terus menerus selama beratus-ratus tahun sehingga membentuk sebuah delta yang dikatakan delta majemuk karena terdiri dari belasan anak-anak sungai yang mempunyai interkorelasi dan berhilir ke laut dengan muara masing-masing.

Sungai hulu Delta Mahakam, yaitu Sungai Mahakam, juga mempunyai karakter yang unik di mana sampai jauh ke hulu masih menerima pengaruh gerakan pasang surut pada laut di lepas delta. Hal ini terjadi karena kondisi topografi Pulau Kalimantan yang cendurung landai.

Delta Mahakam adalah suatu kawasan berbentuk kipas, dengan pinggiran luarnya berbentuk hampir setengah lingkaran (fanshaped lobate), yang terbentuk dari proses sedimentasi sejak 5000 tahun yang lalu pada muara Sungai Mahakam di kawasan pantai timur Provinsi Kalimantan Timur. Kawasan delta ini berupa kawasan dataran berlumpur (“delta plain”) yang hampir keseluruhannya berupa rawa-rawa dengan alur-alur sungai dan anak-anak sungai yang memotong bagian daratannya, kawasan pasang surut berpasir/paparan delta (delta front), dan kawasan yang tersusun dari batu lempung menunjam ke arah laut terbuka dan selalu tergenang air laut/prodelta.

Delta Mahakam secara alami ditutupi oleh nipah (Nypah fruticans) sebagai vegetasi dominan, diikuti oleh beberapa jenis tumbuhan mangrove, seperti Api-api (Avicennia spp), dan bakau (Rhizophora spp), luas tutupan nipah (Nypah

(4)

fruticans) terbesar di dunia. Ekosistem Delta Mahakam memiliki produktivitas hayati yang sangat tinggi dan mendapat pasokan bahan organik potensial sebagai hara dari lahan atas melalui aliran sungai. Oleh karena itu, ekosistem ini memiliki potensi sumberdaya alam hayati (renewable resources) seperti ikan, udang, dan kepiting yang sangat besar. Selain potensi sumberdaya alam hayati, ekosistem Delta Mahakam juga memiliki sumberdaya alam seperti minyak dan gas bumi potensial. Kedua jenis sumber daya alam potensial tersebut di atas, menjadikan ekosistem Delta Mahakam memiliki nilai yang amat penting bagi pembangunan berbasis sumberdaya alam hayati (perikanan) dengan minyak dan gas bumi di Provinsi Kalimantan Timur umumnya dan Kabupaten Kutai Kartanegara khususnya.

Interaksi antara aliran air tawar dari Sungai Mahakam dan arus pasang surut yang masuk dari Selat Makasar memainkan peranan penting dalam pembentukan Delta Mahakam. Estuari Mahakam merupakan daerah transisi tempat terjadinya percampuran massa air dari sungai yang bersifat tawar dan air laut yang bersalinitas tinggi. Kombinasi air tawar dan air laut tersebut akan menghasilkan komunitas khas dengan kondisi lingkungan yang bervariasi. Delta Mahakam merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki transport sedimen yang kompleks. Material-material sedimen tersuspensi (melayang) di Sungai Mahakam dan terperangkap di Estuari Mahakam yang akhirnya (dalam waktu ratusan tahun) membentuk Delta Mahakam.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui delta beserta pembentukannya, macam-macam bentuk delta dan khususnya pembentukan Delta Mahakam di Provinsi Kalimantan Timur.

(5)

BAB II ISI

Pengertian Delta dan Bentuk-Bentuk Delta

Pengertian delta adalah massa sedimen baik subaerial maupun submerged yang terendapkan pada tubuh air (laut atau danau) terutama oleh aktivitas sungai. Dalam kamus Oceanografi dijelaskan bahwa delta merupakan endapan sedimen yang berasal dari daratan yang terbentuk di muara sungai berbatasan dengan laut ataupun danau. Delta didefinisikan sebagai dataran rendah yang hampir rata, terletak di muara sungai tempat endapan sedimen terakumulasi. Delta juga didefinisikan delta sebagai daerah akumulasi di wilayah pesisir, baik yang subaquenous dan subaerial, materialnya berasal dari endapan sungai maupun endapan sekunder dari laut yang dibentuk oleh berbagai agen, seperti gelombang, arus atau pasang surut (Atmodjo, 2010).

Delta merupakan hasil interaksi proses fluvial dan marin sehingga dinamika delta tidak terlepas dari dua hal tersebut. Hal ini ditunjukan oleh maju atau mundurnya garis pantai delta, yakni maju pada bagian yang mendapatkan imbuhan sedimen dan mundur pada bagian yang mengalami abrasi. Kuat lemahnya pengaruh proses marin dan proses fluvial mempengaruhi jenis delta yang terjadi. Apabila pengaruh proses fluvial lebih kuat dibanding proses marin, maka akan terbentuk Delta Kipas (lobate) dan Delta Kaki Burung (elongate) yang termasuk high constructive deltas. Jika pengaruh proses marin lebih kuat maka akan terbentuk Delta Lancip (Cuspate) yang termasuk high-destructive delta.

Delta adalah endapan yang dibuat di muara sungai dimana sungai yang mengalir ke dalam laut, muara, danau, waduk, rata gersang daerah, atau ke sungai. Delta yang dibentuk dari endapan sedimen yang dibawa oleh sungai sebagai alur daun mulut sungai. Lebih lama dari waktu, endapan ini membangun karakteristik geografis pola delta sungai. Delta terbentuk di muara sungai dan sangat tergantung pada jumlah material sedimen yang diendapkan di daerah tersebut dan proses hidrodinamika yang terjadi di daerah tersebut.

(6)

Gambar 1. Hubungan Proses Marin dan Fluvial pada Pengendapan Delta

Delta dibagi menjadi enam tipe. Tipe pertama berkembang pada lingkungan yang mempunyai pasang surut rendah, arus sepanjang pesisir rendah, serta material halus sebagai suspended load lebih dominan, akan cenderung membentuk delta tipe kaki burung. Tipe kedua berkembang pada tempat yang terpengaruh energi gelombang rendah, dasar pesisir dangkal, tetapi mempunyai pasang-surut tinggi, sehingga meninggalkan bentuk yang lebar. Tipe ketiga di bawah pengaruh energi gelombang sedang, pasang-surut tinggi, serta arus sepanjang pesisir rendah, sehingga akan meninggalkan bentuk kenampakan beach sands pada saluran sungai dan menyebabkan saluran sungai tidak berkembang. Tipe keempat di bawah pengaruh energi gelombang yang sedang, dasar pesisir sangat datar, pasang surut rendah, sehingga meninggalkan bentuk barriers sands dan membentuk semacam lagoon sebagai wadah perkembangan delta lebih lanjut. Tipe kelima berkembang pada tempat yang terpengaruh oleh energi gelombang yang besar dan topografi dasar pesisir miring. Tipe keenam di bawah pengaruh energi gelombang yang sangat besar dengan arus pesisir yang cukup kuat, sehingga meninggalkan bentuk memanjang sejajar garis pesisir.

(7)

Gambar 2. Tipe-tipe Delta

Proses fluvial, proses gelombang dan pasang surut berpengaruh terhadap terbentuk berbagai tipe delta di dunia. Bila pengaruh proses fluvial dominan maka delta akan cenderung berbentuk Delta Kaki Burung, seperti misalnya Delta Mississipi, USA. Bila pengaruh fluvial dan gelombang hampir seimbang maka akan membentuk Delta Cuspate, seperti misalnya Delta Sungai Ebro, Spanyol. Tetapi bila pengaruh fluvial dan pasang surut hampir seimbang maka akan membentuk Delta Kipas seperti Delta Mahakam di Kutai Kalimantan.

Arus sungai yang memasuki air laut akan mengalami perlambatan. Akibatnya kemampuan mengangkut material berkurang sehingga material tersebut mengendap. Dalam proses pengendapan terjadi pemilahan, yaitu material sedimen berbutir kasar akan diendapkan terlebih dahulu dekat dengan sungai, sedangkan material yang lebih halus akan diendapkan jauh dari muara sungai. Secara teoritis urutan pemilahan sedimen pada muara sungai menuju ke arah laut adalah pasir, lanau atau debu, dan lempung. Sedimen yang mengendap pada delta mempunyai struktur baji yang berasal dari sungai dan berselingan dengan sedimen laut yang

(8)

pada umumnya berasal dari daratan, tetapi diendapkan kembali di delta oleh arus laut dan ombak (Goulty, 2002).

Faktor yang paling penting terjadinya perkembangan delta adalah pemasokan material dan aktivitas pada wilayah pengendapan. Kenampakan delta terkontrol oleh morfologi pesisir, arah dan intensitas gelombang, tingkat pengangkutan sedimen pesisir, serta pasang surut. Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda-beda, sehingga membentuk berbagai macam tipe delta yang berlainan.

Bentuk-bentuk delta dapat dikelompokkan menjadi 5 macam, antara lain : a) Delta Lobben, bentuknya menyerupai kaki burung. Delta ini biasanya tumbuh cepat besar, karena sungai membawa banyak bahan endapan, contohnya Delta Missisippi dan Delta Mahakam di Provinsi Kalimantan Timur.

Gambar 3. Bentuk Delta Kaki Burung (lobben) dan Delta Mahakam

b) Delta Tumpul, bentuknya seperti busur. Bentuknya yang tumpul menandakan bahwa energi gelombang yang datang relatif kuat dengan arah tegak lurus ke arah pantai, sehingga material sedimen yang berasal dari sungai akan didistribusikan secara merata ke arah kanan dan kiri muara. Keadaan delta ini cenderung tetap (tidak bertambah besar), misalnya Delta Tiger dan Sungai Nil.

(9)

c) Delta Runcing, bentuknya runcing ke atas menyerupai kerucut. Delta ini makin lama makin sempit. Bentuk semakin menyempit dikarenakan semakin lemahnya energi masa air sungai dan karena pantai yang sangat landai. Contoh adalah Delta Sidorajo di Provinsi Jawa Timur.

Gambar 5. Bentuk Delta Runcing Sidoarjo Jawa Timur

e) Delta Estuaria, yaitu bagian yang rendah dan luas di mulut sungai. Contoh seperti pada Laguna Segara Anakan, Cilacap Jawa Tengah.

Gambar 6. Delta Estuaria (A) dan Laguna Segara Anakan (B)

f) Delta Berbelok, biasanya pertemuan sungai dan pantai samudera laut dalam. Delta berbelok terjadi karena tekanan arus dari laut sangat besar sehingga aliran sungai tidak dapat masuk ke arah laut dalam. Contohnya adalah Delta Pantai Ayah Kebumen yang ada di Pantai Selatan Jawa.

(10)

Gambar 7. Delta Pantai Ayah Kebumen yang Berbelok di Pantai Selatan Jawa

Berbagai macam tipe delta secara umum mempunyai kondisi fisiografis yang universal dibagi menjadi dua yaitu delta bagian bawah (subaqueous delta) yaitu bagian delta yang tenggelam pada waktu pasang surut rendah, dan merupakan bagian terdepan dengan material terdiri dari material endapan halus, dan delta bagian atas (subaerial delta), yaitu daratan di atas batas pasang surut rendah. Daerah ini terbagi atas daratan delta bawah (lower delta plain) yang masih terpengaruh interaksi sungai dan marin membentang ke arah darat sampai batas pengaruh pasang surut yang merupakan bagian delta yang aktif dan daratan. Delta atas (upper delta plain) yang merupakan bagian lebih tua dan diluar pengaruh pasang surut atau marin.

(11)

Tenaga Pembentuk Delta

Perubahan-perubahan yang terjadi pada bentuk lahan delta disebabkan oleh proses-proses yang bekerja pada bentuk lahan itu. Tenaga alami yang bekerja di daerah kepesisiran (coastal) yaitu angin, gelombang, arus, dan pasang surut. Tenaga ini baik langsung maupun tidak langsung akan ikut mempengaruhi morfodinamika delta.

1) Angin (wind)

Angin termasuk tenaga yang secara tidak langsung mempengaruhi bentukan delta. Kebanyakan tenaga untuk membangkitkan gelombang laut adalah angin. Tiupan angin lemah yang melintasi permukaan air laut dapat diamati dari tingginya permukaan air, akan tetapi tinggi permukaan air yang teratur tidak akan dapat dihasilkan hingga gelombang mempunyai kecepatan lebih dari 1,1 m/detik. Kecepatan angin lebih dari 10 knot atau lebih dari 19 km/jam atau lebih dari 5 m/detik adalah suatu kecepatan angin yang dianggap mampu membangkitkan gelombang laut.

2) Gelombang Laut (wave)

Tiupan angin di permukaan air laut menyebabkan permukaan air laut itu menjadi gelombang. Gelombang ialah gerakan berayun air laut yang terjadi oleh naik turunnya permukaan air secara bergantian. Gelombang laut memiliki bentuk dan dimensi. Bentuk gelombang secara ideal adalah bentuk sinus. Gelombang berbentuk sinus memiliki puncak dan lembah gelombang, karena itu suatu gelombang memiliki dimensi tinggi.

Tinggi gelombang (H) ialah jarak vertikal antara puncak dan lembah. Oleh karena gelombang berbentuk sinus, maka suatu gelombang memiliki dimensi panjang. Panjang gelombang (L) ialah jarak horizontal yang diukur dari titik puncak suatu gelombang hingga titik puncak pada gelombang berikutnya yang berurutan. Dimensi gelombang berikutnya adalah periode gelombang (T) yaitu waktu yang dibutuhkan untuk satu panjang gelombang melintasi satu titik. Dimensi gelombang yang terakhir adalah kecepatan gelombang (C) yaitu merupakan perbandingan panjang gelombang dengan periode gelombang.

Hubungan antara kecepatan angin dengan tinggi gelombang yang secara empiris telah ditentukan berdasarkan bukti-bukti observasi seperti berikut ini,

(12)

Tinggi Gelombang H = 0,031 U2 (dalam meter), dimana U adalah kecepatan angin yang terjadi di laut. Gelombang penting untuk dipelajari karena gelombang memiliki energi, maka gelombang mampu menentukan bentuk pantai, tipe pantai, memilahkan sedimen di permukaan pantai, serta mampu mengangkut sedimen. 3) Arus Laut (current)

Arus laut merupakan tenaga marin yang berpengaruh terhadap daerah pesisir. Arus laut yang berpengaruh terhadap perkembangan pantai adalah arus pasang surut (tidal current), arus menuju pantai (onshore current), arus susur pantai (longshore current), dan arus balik (rip current).

Arus pasang surut berlangsung ketika air laut bergerak ke arah daerah pesisir pada saat pasang dan berbalik mengalir ke arah laut pada saat surut. Ketika terjadi arus pasang dan kemudian berubah menjadi arus surut, terjadi suatu periode air tenang dimana kecepatan arus pasang sangat lambat, berhenti, dan kemudian berbalik arah. Arus menuju pantai (onshore current) terjadi pada saat gelombang yang bergerak ke arah pantai menghasilkan arus pada zona empasan (surf zone). Arus menuju pantai ini membawa sedimen dari laut menuju ke pantai dan mengendapkannya di pantai.

Arus susur pantai (longshore current) ialah arus laut yang terdapat di zona empasan yang umumnya bergerak sejajar dengan garis pantai yang ditimbulkan gelombang pecah yang membentuk sudut terhadap garis pantai. Arus yang menyusuri dan sejajar pantai ini umumnya merupakan hasil gelombang yang datang pada perairan pantai yang dangkal pada sudut yang kurang dari normal terhadap garis pantai dan kontur bawah laut. Arus susur pantai merupakan pengisi bagi arus balik. Arus balik berperan dalam menyebarkan sedimen dari pantai ke pantai lepas.

4). Pasang Surut (tide)

Pasang surut air laut merupakan fluktuasi ritmik muka air laut yang diakibatkan oleh pengaruh gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari, terhadap massa air laut di bumi. Pengaruh gaya tarik bulan terhadap muka air laut di bumi lebih besar 2,34 kali daripada pengaruh gaya tarik matahari.

Pada saat berlangsung air pasang disebut air naik (flood tide) dan kedudukan muka laut mencapai puncaknya disebut air tinggi (high water). Pada

(13)

saat berlangsung air surut disebut air turun (ebb tide) dan kedudukan muka laut mencapai titik rendahnya disebut air rendah (low water). Beda tinggi antara air tinggi dan air rendah disebut sebagai julat pasut (tidal range).

Pasang purnama atau pasang perbani (spring tide) terjadi ketika kedudukan bulan segaris dengan matahari, yakni pada saat bulan purnama dan saat bulan mati. Pada saat pasang purnama ini terjadi julat pasur terbesar, sehingga terjadi pula kedudukan muka laut tinggi tertinggi (highest high water) dan kedudukan muka laut tendah terendah (lowest low water). Pasang mati (neap tide) terjadi ketika seperempat bulan awal dan seperempat bulan akhir. Pada saat berlangsung pasang mati terjadi julat pasut terkecil.

Berdasarkan besarnya julat pasang surut, maka pasang surut di suatu pantai dapat diklasifikasikan menjadi :

a. mikropasut, dengan julat pasut < 2 meter b. mesopasut, dengan julat pasut 2-4 meter c. makropasut, dengan julat pasut > 4 meter

Jenis pasut di suatu tempat dengan tempat lain tidak sama, hal ini dipengaruhi oleh konfigurasi pulau, variasi topografi dasar laut dan bentuk pantai.

Proses Pembentukan Delta

Proses pembentukan delta biasanya terjadi di muara sungai. Pembentukan delta secara alamiah terjadi dalam kurun waktu yang panjang, puluhan tahun bahkan sampai ratusan tahun, sampai mencapai titik kestabilan. Peningkatan aktifitas manusia di sepanjang sungai akan mempercepat proses terbentuknya delta di muara sungai. Aktifitas tersebut adalah aktifitas yang menghasilkan buangan limbah sedimen. Suplai sedimen yang terjadi terus menerus dari sungai tertampung di muara sungai dan lambat laun akan menumpuk sampai terbentuk tanah timbul tepat di muka muara sungai. Suplai sedimen terus berlanjut, penumpukan terjadi bukan lagi di muka mulut muara tetapi karena proses turbulen dari bentukan tanah timbul maka pengendapan atau deposit sedimen terjadi di belakang tanah timbul. Kejadian tersebut berlangsung terus menerus membuat luasan tanah timbul bertambah mengarah ke laut dan pada akhirnya terbentuk dataran masif yang disebut dengan delta (Murerli, 2007).

(14)

Sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.

Transport sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar perairan seperti pendangkalan muara sungai erosi pantai perubahan garis pantai dan sebagainya. Transport sedimen mengenai mekanisme sedimentasi yang terjadi di pantai, muara sungai dan di laut berikut secara spesifik menggambarkan proses transport sedimen sebagai faktor penting dalam proses terbentuknya dan sirkulasi delta pada muara sungai di bibir pantai.

Delta disebabkan oleh berbagai proses yang terjadi di sungai, sebagai tempat penumpukan material-material yang dibawa oleh sungai. Karena di muara sungai arus air sudah sangat lemah maka seluruh muatan yang terbawa oleh air sungai akan mengalami pengendapan pada wilayah tersebut. Dalam klasifikasi sedimen berdasarkan lingkungan pengendapannya, delta tergolong dalam sedimen transisi karena lokasi pembentukannya terletak antara darat dan laut.

Angkutan sedimen (sediment transport) meru-akan komponen dari aliran sungai yang memiliki faktor penting dalam perubahan atau morfologi suatu muara. Besaran angkutan sedimen ini tergantung dari kondisi geografis, lingkungan, tutupan lahan, dan kondisi geologi dari daerah aliran sungainya. Jika angkutan sedimen sungai ini sangat tinggi di daerah pertemuan antara sungai dengan laut dan terjadi proses pengendapan akibat kecepatan aliran yang rendah maka material yang terangkut akan terendapkan di daerah pertemuan tersebut. Penumpukan material di daerah ini (muara) akan membentuk suatu daerah kering yang diklasifikasikan sebagai delta (Rahardiawan, 2011).

Keberadaan delta akan menyebabkan perubahan pola sirkulasi arus, dimana dampak dari perubahan sirkulasi arus akan menyebabkan perubahan kecepatan arus dan gelombang, sedimentasi, kedalaman, kekeruhan, salinitas, kejadian anoxic dan hypoxic, biodiversitas, komposisi spesies, alga blooms dan eutropikasi, stok makanan laut dan luasan habitat. Perubahan sirkulasi arus menyebabkan efek yang berantai terhadap suatu ekosistem.

(15)

Teknologi pemodelan dapat mengkaji tahapan proses pembentukan delta dengan mensimulasikan sumber-sumber sedimentasi di sepanjang sungai sampai dengan terbentuknya delta. Lama waktu pembentukan delta tergantung dari banyak sumber sedimen yang masuk ke perairan muara sungai, pola sirkulasi arus dan energi yang diterima muara sungai dari kondisi dinamis laut. Modul model yang digunakan adalah meliputi modul Hidrodinamika dan Aliran Sungai untuk mensimulasikan pola sirkulasi arus di muara sungai dan aliran sungai, distribusi sedimen disimulasikan dengan menggunakan beberapa modul sedimen meliputi Pergerakan Sedimen Dasar, Pergerakan Sedimen Kolom Air dan Pergerakan Partikel. Proses pembentukan dataran dan delta disimulasikan dengan menggunakan modul Morphologi Pantai dan modul Proses Litoral dan Dinamika Garis Pantai.

Perubahan Spasial Delta

Salah satu hasil proses geomorfik yang bekerja pada muara sungai adalah delta. Oleh karena proses geomorfik di wilayah pesisir, dimana muara sungai berada, sangat dinamis maka delta yang terbentuk akan selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Faktor yang paling penting terjadinya perkembangan delta adalah pemasokan material dan aktivitas pada wilayah pengendapan. Perkembangan delta dipengaruhi oleh rezim sungai, proses-proses pantai, struktur, serta iklim. Kenampakan delta terkontrol oleh morfologi pantai, arah dan intensitas gelombang, tingkat pengangkutan sedimen pantai, serta julat pasang surut (Atmodjo, 2010).

Pengendapan sedimen oleh masing-masing tenaga pengendapan di mintakat pesisir maupun mintakat lain sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan pengendapannya. Oleh karena itu, setiap lingkungan pengendapan yang dibentuk oleh tenaga pengendapan yang berbeda memiliki karakteristik sedimen yang berbeda pula. Untuk menentukan suatu lingkungan pengendapan dapat digunakan parameter ukuran butir sedimen. Persebaran ukuran sedimen tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor besar kecilnya tenaga yang bekerja, tenaga yang kuat mampu mengangkut butir pasir lebih besar dan mineral berat lebih banyak.

(16)

Tingkatan kekasaran material merupakan pencerminan tingkat kekuatan tenaga pengangkut, semakin kasar ukuran butir mencerminkan semakin besar tenaga pengangkutnya. Kemudian dalam kaitannya dengan pemilahan, sedimen endapan marin biasa terpilah lebih baik dibandingkan dengan sedimen endapan fluvial, tetapi lebih buruk bila dibandingkan dengan endapan angin. Endapan angin mempunyai tingkat pemilahan yang baik, karena tenaga angin relatif stabil kekuatannya dalam jangka waktu yang lama.

Perkembangan wilayah delta di samping berkaitan dengan pengelolaan DAS hulu, juga dipengaruhi oleh proses hidrodinamika yang meliputi Gelombang (wave), Pasang Surut (tidal), dan Arus Sepanjang Pesisir (longshore current). Ketiga proses tersebut akan mengangkut dan mendistribusikan material sedimen ke sebelah kanan ataupun kiri muara sungai. Jadi secara teoritis, bentuk perkembangan pesisir delta di samping dipengaruhi oleh besaran asupan material sedimen juga dipengaruhi oleh besaran tenaga hidrodinamika yang bekerja di sepanjang pesisir.

Secara garis besar ada dua sedimen yang ditransportasikan yaitu Cohesive dan Non Cohesive. Transpor sedimen kohesif sering diistilahkan menjadi Suspended Load Transport karena kebanyakan sifatnya yang melayang di air, sedangkan transpor sedimen non kohesif disebut Bed Load Transport. Dalam kenyataan di lapangan, material yang termasuk Suspended Load Transport adalah material lumpur (mud/siltation), sedangkan Bed Load Transport adalah material littoral.

Gerakan air yang mempengaruhi hanyutan sedimen bukan saja berupa gelombang (wave), tetapi juga arus sepanjang pesisir (longshore current) atau gabungan dari keduanya. Arus sepanjang pesisir (longshore current) itu sendiri terjadi karena gelombang yang menuju pesisir berlangsung tidak sejajar dengan garis pesisir, sehingga resultan tenaga gelombang menghasilkan arus sepanjang pesisir. Tenaga arus sepanjang pesisir sangat tergantung dari gelombang, sedangkan gelombang sendiri dipengaruhi oleh angin, kedalaman dan pasang surut.

Arus sungai yang memasuki air laut akan mengalami perlambatan. Akibatnya kemampuan mengangkut material berkurang sehingga material tersebut

(17)

mengendap. Dalam proses pengendapan terjadi pemilahan, yaitu material sedimen berbutir kasar akan diendapkan terlebih dahulu dekat dengan sungai, sedangkan material yang lebih halus akan diendapkan jauh dari muara sungai. Secara teoritis urutan pemilihan pada muara sungai menuju ke arah laut adalah pasir, lanau atau debu, dan lempung. Sedimen yang mengendap di delta mempunyai struktur baji yang berasal dari sungai dan berselingan dengan sedimen laut yang pada umumnya berasal dari daratan, tetapi diendapkan.

Proses perubahan spasial delta yang berlangsung secara dinamik akan berakibat terjadinya perubahan-perubahan garis pesisir. Perubahan garis pesisir yang ditimbulkan bisa terjadi karena adanya proses abrasi, akresi, dan pendangkalan. Berbagai proses geomorfologis yang terjadi di wilayah pesisir akan berpengaruh terhadap bangunan-bangunan pesisir seperti pelabuhan, industri, objek wisata, maupun pertambakan yang ada di sepanjang wilayah pesisir delta. Pesisir Kabupaten Kendal merupakan pesisir yang berbentuk delta yang berasal dari hasil endapan Sungai Bodri, Sungai Damar, Sungai Blorong, dan sungai-sungai kecil lainnya. Perencanaan wilayah pesisir yang berbentuk delta seharusnya berbeda dengan wilayah pesisir yang berbentuk lurus. Hal ini karena perubahan pesisir (coastal change) pada bentuk pantai yang berdelta lebih dinamis dari pada bentuk pantai yang lurus. Dengan mempelajari kecenderungan arah perubahan spasial delta dapat menjadi dasar dalam evaluasi pemanfaatan lahan yang ada di wilayah pesisir delta (Watterson et al, 2000).

DELTA MAHAKAM

Delta Mahakam merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki transport sedimen yang kompleks. Material-material sedimen tersuspensi (melayang) di Sungai Mahakam dan terperangkap di Estuari Mahakam yang akhirnya (dalam waktu ratusan tahun) membentuk Delta Mahakam.

Delta Mahakam berada di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang meliputi kecamatan Samboja, Muara Jawa, Sanga Sanga, Anggana, Muara Badak dan Kecamatan Marangkayu. Secara geografis Delta Mahakam terletak antara 0o 21‟ 21” LU - 1o

10‟ 06” LS dan 117o 15‟ 40” BT - 117o 40‟ 43” BT yang merupakan perairan pesisir, daratan berlumpur dan berawa dengan luas mencapai

(18)

15.000 ha. Delta Mahakam terbagi menjadi empat zona vegetasi, yaitu hutan tanaman keras tropis dataran rendah, hutan campuran tanaman keras dan palma dataran rendah, hutan rawa nipah dan hutan bakau. Zona vegetasi hutan rawa nipah dan hutan bakau penyebarannya tergantung pada keberadaan air laut, maka seringkali disebut bersama-sama sebagai hutan mangrove, dan menutupi 60% luas dataran delta. Sistem perakaran hutan mangrove yang kokoh mampu menahan empasan ombak dan mencegah abrasi pantai, membuatnya berfungsi sebagai zona penyangga (buffer zone) (Hestiana et al, 2009).

Gambar 9. Delta Mahakam di Kalimantan Timur.

Secara umum, Delta Mahakam terbentuk akibat pengaruh energi arus rendah (low wave energy), serta campuran antara endapan sungai (fluvial) dan arus pasang surut (tidal and fluvial dominated). Delta ini merupakan daerah yang memiliki kandungan reservoar- reservoar dengan akumulasi minyak bumi dan gas yang tinggi. Secara administratif, kawasan Delta Mahakam berada dalam wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, tepatnya berada di Kecamatan Anggana, Muara Jawa, dan Sanga-Sanga.

(19)

Gambar 10. Delta Mahakam Berbentuk Kipas atau Kaki Burung

Jika dilihat dari angkasa, kawasan Delta Mahakam ini secara simetris berbentuk menyerupai bentuk kipas atau kaki burung, dengan tepinya berbentuk hampir setengah lingkaran (fan-shape lobate).

Delta Mahakam ini terdiri beberapa pulau dengan 42 permukaan tanah Pulau-pulau telah dibentuk dalam perjalanan sejarah oleh interaksi antara sedimen yang dibawa dari perairan Sungai Mahakam ke laut dan gerakan pasang surut dalam Selat Makassar. Geomorfologis delta dibagi dalam tiga zona, dengan berbagai tingkat salinitas yaitu dataran delta yang terdiri dari pulau-pulau kecil yang dipisahkan oleh saluran sungai air tawar yang bercampur dengan air laut, pinggiran delta yang terbenam saat pasang tinggi dan daerah utama sebagai pusat sedimentasi, dan akhirnya pro-delta, daerah yang lebih dalam yang berbatasan dengan Selat Makassar. Batas-batas wilayah Delta Mahakam yaitu :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Anggana dan Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara

(20)

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara

 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kecamatan Anggana dan Kecamatan Sanga-sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Gambar 11. Desa-desa di Delta Mahakam.

Secara umum, Delta Mahakam terbentuk akibat pengaruh energi arus rendah (low wave energy), serta campuran antara endapan sungai (fluvial) dan arus pasang surut (tidal and fluvial dominated). Delta ini merupakan daerah yang memiliki kandungan reservoar- reservoar dengan akumulasi minyak bumi dan gas yang tinggi. Karakteristik yang dimiliki oleh Delta Mahakam sangat unik, yang barangkali tidak ditemui di tempat lain (Person, and Simarmat, 2014).

Delta Mahakam terjadi karena tingginya muatan sedimen dan kuatnya dorongan masa air Sungai Mahakam ke arah laut, maka karakter Delta Mahakam adalah ‟fresh-water dominated delta ecosystem‟. Mencermati bentuk delta yang dapat mengembang ke semua arah menandakan bahwa tidak terdapat tahanan kuat dari masa air laut. Apabila ada tekanan suatu arus dari arah tertentu, maka bentuk delta akan berbelok mengikuti arah arus atau arah gelombang yang terjadi di perairan. Delta ini terjadi sebagai akibat dari proses sedimentasi yang terus menerus selama beratus-ratus tahun sehingga membentuk sebuah delta yang

(21)

dikatakan delta majemuk karena terdiri dari belasan anak-anak sungai yang mempunyai interkorelasi dan berhilir ke laut dengan muara masing-masing. Sungai hulu Delta Mahakam, yaitu Sungai Mahakam, juga mempunyai karakter yang unik di mana sampai jauh ke hulu masih menerima pengaruh gerakan pasang surut pada laut di lepas delta. Hal ini terjadi karena kondisi topografi Pulau Kalimantan yang cendurung landau (Timmer, 2010).

Interaksi antara aliran air tawar dari Sungai Mahakam dan arus pasang surut yang masuk dari Selat Makasar memainkan peranan penting dalam pembentukan Delta Mahakam. Estuari Mahakam merupakan daerah transisi tempat terjadinya percampuran massa air dari sungai yang bersifat tawar dan air laut yang bersalinitas tinggi. Kombinasi air tawar dan air laut tersebut akan menghasilkan komunitas khas dengan kondisi lingkungan yang bervariasi. Luas dataran (Storms et al, 2005).

Terbentuknya delta sebagai bagian dari proses interaksi energi antara perairan tawar dan laut. Pembentukan delta tergantung pada faktor seperti suplai sedimen dari hulu, aktivitas ombak dan arus pantai, kecepatan deposit sedimen surut. Delta Mahakam yang berada pada kawasan peralihan antara daratan Kalimantan Timur dan laut Sulawesi merupakan kawasan yang rentan, bukan hanya pada karakteristik ekosistemnya (fragile ecosystem) tetapi juga kerawanan terhadap kemungkinan kerusakan, baik dikarenakan pengekploitasian yang berlebihan atau pun pemanfaatan yang tidak memperhatikan daya dukung (carrying capacity) lingkungannya.

Sungai hulu Delta Mahakam, yaitu Sungai Mahakam, juga mempunyai karakter yang unik di mana sampai jauh ke hulu masih menerima pengaruh gerakan pasang surut pada laut di lepas delta. Hal ini terjadi karena kondisi topografi Pulau Kalimantan yang cendurung landai. Sungai Mahakam sebetulnya adalah jenis sungai pasang-surut, di mana pengaruh proses pasang surut dari laut mencapai jarak 140 km dari garis pantai ke arah hulu. Bahkan pada musim kemarau yang sangat ekstrim, pengaruh pasang surut tersebut mampu mencapai 360 km dari garis pantai. Debit rata-rata air laut yang terbawa masuk ketika pasang dapat mencapai 2,5 kali lebih besar daripada debit rata-rata air tawar Sungai Mahakam (Winantris et al, 2012).

(22)

Di selat Makasar, arah sirkulasi air di permukaan yaitu menuju utara dan selatan dengan kecepatan maksimum pada bulan Februari yaitu 0,5 per detik. Arus ini cukup kuat untuk mengangkut partikel-partikel yang mengendap keluar dari delta. Secara alamiah, Delta Mahakam menghadapi naiknya air laut yang menyebabkan pengaruh energi laut semakin kuat dan laju abrasi pantai semakin meningkat. Secara umum, proses naiknya air laut tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu pemanasan global dan penurunan geologis Tinggi gelombang di sekitar Delta Mahakam biasanya lebih kecil dari 60 cm, sehingga kemungkinan pengaruh efek gelombang sangat kecil terhadap pendistribusian sedimen di sekitar Delta Mahakam (Sutrisno et al, 2014).

Gambar 12. Peta tata guna lahan Delta Mahakam

Distribusi vegetasi Delta Mahakam dibagi menjadi empat zona terkait dengan morfologi delta. Distribusi vegetasi Delta Mahakam dibagi menjadi empat zona terkait dengan morfologi delta. Zona vegetasi Delta Mahakam dari arah proximal menuju kebagian distal delta adalah sebagai berikut :

1. Zona hutan tropik dataran rendah menempati bagian paling proksimal delta, zona ini berada di bagian upper delta plain

2. Zona hutan campuran dan palmae, posisi zona ini dimulai dari batas akhir zona hutan tropik dataran rendah hingga bagian tengah lower delta plain

(23)

3. Zona hutan rawa nypa, menempati hampir separuh dari lower delta plain, dari batas hutan campuran sampai perbatasan mud flat

4. Zona hutan mangrove, zona ini menempati bagian distal dari lower delta plain tepatnya di wilayah mud flat. Pembentukan delta dikendalikan oleh pasokan sedimen yang diangkut melalui distributary channel dan tidal channel (Yulianto et al, 2004).

Analisa dinamika arus menunjukkan bahwa transportasi sedimen pada bagian muara delta bergerak ke arah daratan. Secara alamiah, pengaruh laut terhadap delta dan DAS Mahakam bagian hilir adalah besar dan signifikan. Delta Mahakam merupakan sebuah kawasan perairan payau di Kalimantan Timur yang mempunyai hutan mangrove yang cukup luas. Seperti pada umumnya hutan mangrove, tentu mempunyai ciri-ciri ekologis yang unik, yaitu berupa saling keterkaitan antara tumbuhan dan hewan yang hidup bersamanya. Sampai tahun 1980an, seluruh kawasan Delta Mahakam merupakan daerah vegetasi yang lebat dengan berbagai jenis tumbuhan mangrove (Salahuddin et al, 2012).

Delta Mahakam adalah salah satu delta terkenal sebagai penghasil minyak bumi. Delta ini termasuk tipe campuran yang dipengaruhi proses sungai dan pasang surut. Delta Mahakam terletak di mulut Sungai Mahakam di Kalimantan Timur. Sungai Mahakam merupakan salah satu sungai terbesar di Indonesia. Sebelum mengalir ke Selat Makassar sungai telah melewati Strip tanah yang relatif sempit di antara dua rantai bukit dan memisahkan Mahakam dari zona pesisir. Di tengah daerah aliran sungai Mahakam ada sejumlah danau yang memainkan peran penting dalam penyimpanan air selama musim hujan sementara. Hal tersebut juga menangkap banyak sedimen yang disebabkan oleh erosi akibat penebangan dan operasi pertambangan (Widyastuti et al, 2010).

Kekayaan ekosistem Delta Mahakam sangat didukung oleh lokasi delta tersebut yang terletak di tepi barat Selat Makassar, sebuah selat yang sangat penting bagi iklim dan ekonomi dunia. Melalui selat inilah, arus laut antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia mengalir dan kaya akan zat-zat nutrisi. Arus laut ini dikenal di dunia sebagai Indonesian throughflow atau Arus Lintas Indonesia (Arlindo). Selain kaya akan keanekaragaman hayati, Delta Mahakam juga dikenal memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama berupa minyak

(24)

bumi dan gas alam. Kegiatan pengelolaan minyak dan gas bumi di kawasan Delta Mahakam telah memaksa daerah tersebut beralih fungsi menjadi area sarana pendukung kegiatan produksi migas. Seiring dengan hal tersebut apa yang telah dilaksanakan pemerintah setempat melalui penanaman mangrove sebagai wujud nyata upaya penyelamatan Delta Mahakam, sekaligus mendukung program nasional dalam rangka mengantisipasi perubahan iklim dan upaya penurunan emisi (Chaineau et al, 2010).

Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah bersama-sama masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk memperbaiki kondisi lingkungan di Kalimantan Timur, melalui program Kaltim Hijau (Kalgtim Green) yang dicanangkan oleh pemerintah Kalimantan Timur sejak tahun 2010, melalui kegiatan one men five trees. Berdasarkan data yang ada diseluruh wilayah kabupaten/kota sampai akhir tahun 2011, telah ditanam sebanyak 15.630.518 pohon dari target 17.842.900 pohon (dengan jumlah penduduk Kaltim sebanyak 3.568.580 jiwa).

(25)

BAB III KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Delta merupakan endapan sedimen yang berasal dari daratan yang

terbentuk di muara sungai berbatasan dengan laut ataupun danau.

2. Delta Mahakam terbentuk akibat pengaruh energi arus rendah (low wave energy), serta campuran antara endapan sungai (fluvial) dan arus pasang surut (tidal and fluvial dominated).

3. Delta terbentuk di muara sungai dan sangat tergantung pada jumlah material sedimen yang diendapkan di daerah tersebut dan proses hidrodinamika yang terjadi di daerah tersebut.

4. Delta Mahakam adalah suatu kawasan berbentuk kipas, dengan pinggiran luarnya berbentuk hampir setengah lingkaran (fanshaped lobate), yang terbentuk dari proses sedimentasi sejak 5000 tahun yang lalu pada muara Sungai Mahakam di kawasan pantai timur Provinsi Kalimantan Timur. 5. Delta Mahakam terjadi karena tingginya muatan sedimen dan kuatnya

dorongan masa air Sungai Mahakam ke arah laut, maka karakter Delta Mahakam adalah ‟fresh-water dominated delta ecosystem‟.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Atmodjo, W. 2010. Sebaran Sedimen di Perairan Delta Sungai Bodri, Kendal, Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Kelautan, 15(1): 53-58.

Chaineau, C.H., Mine , J., Suripno, 2010. The integration of biodiver sity conservation with oil and gas exploration in sensitive tropica environments. Biodiversity Conservation 19, 587–600

Goulty, N.J. 2002. Mechanics of layer-bound polygonal faulting in fi ne-grained sediments. Journal of the Geological Society of London 159: 239–246 Hestiana, Y., R. Susanto dan B.K. Susilo. 2009. Studi dan Identifikasi Kondisi

Ekologi, Hidrologi dan Pola Tutupan Lahan di Kawasan Pasut Das Banyuasin, Sumatera Selatan. Jurnal Lingkungan 6(2): 39-50.

Murerli, A. 2007. Dampak Angkutan Sedimen Terhadap Pembentukan Delta Di Muara Sungai Bone, Provinsi Gorontalo 35-39

Person, G.A. and R. Simarmata. 2014. Undoing „marginality‟: The islands of the Mahakam Delta, East Kalimantan (Indonesia). Journal of Marine and Island Cultures 3 : 43-53

Rahardiawan, R. 2011. Identifikasi Penurunan Sifat Fisik Endapan Sedimen Delta Cimanuk Berdasarkan Data Strata Box 385-394

Salahuddin., C. Fandeli dan E. Sugiharto. 2012. Kajian Pencemaran Lingkungan di Tambak Udang Delta Mahakam. Jurnal Teknosains 2(1): 1-70.

Storms, J. E..A., Hoogendoorn, R.M., Dam, R.A.C., Hoitink, A.J.F. & Kroonenberg, S.B., 2005. Late Holocene evolution of Mahakam Delta, East Kalimantan, Indonesia. Journal Sedimentary Geology 18: 149-166 Sutrisno, D., J. Pariwono., J. Rais dan T. Kusmastanto. 2014. Dampak Kenaikan

Muka Laut Pada Pengelolaan Delta: Studi Kasus Penggunaan Lahan Tambak di Pulau Muaraulu Delta Mahakam 1-16.

Timmer, J., 2010. Being seen like the stat. Emulations of legal culture in customary labor and land tenure arrangements in East Kalimantan, Indonesia. American Ethnologist 37 (4), 703–712 Kumala, Yiniarti E. 2002. Angkutan Sedimen dan Gerak Mula Partikel. Penerbit ITB. Bandung.

Watterson, J.et al. 2000. Geometry and origin of a polygonal fault system. Journal of the Geological Society of London 157: 151–162.

(27)

Widyastuti, M.S., N.S. Ningsih dan R. Risnadi. 2010. Karakteristik Pasang Surut di Delta Mahakam (Studi Kasus di Bekapai dan Tunu) 27-37.

Winantris., Syafri dan A.T. Raharjo. 2012. Oncosperma Tigillarium Merupakan Bagian Palino Karakter Delta Plain di Delta Mahakam, Kalimantan. Jurnal Ilmu Hayati dan Fisik 14(3): 232-240.

Yulianto, E., Sukapti, W.S., Rahardjo, T., Noeradi, D., Siregar, D.A., Suparan, P., & Hirakawa, K., 2004. Mangrove Shoreline Responses To Holocene Environmental Change, Makasar Strait, Indonesia, Review of Paleobotany and Palynology 131 p.251-268.

Gambar

Gambar 1. Hubungan Proses Marin dan Fluvial pada Pengendapan Delta
Gambar 2. Tipe-tipe Delta
Gambar 3. Bentuk Delta Kaki Burung (lobben) dan Delta Mahakam
Gambar 5. Bentuk Delta Runcing Sidoarjo Jawa Timur
+6

Referensi

Dokumen terkait

Rasional : Nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami

terhadap laju aliran massa, konsumsi spesifik bahan bakar, heat rate (tara kalor), dan efisiensi termal pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).. Membandingkan prakiraan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran spesifik mengenai bentuk dan strategi tindak tutur meminta yang dihasilkan oleh penutur bahasa Indonesia (PBI

Perbedaan antara tuturan meminta yang diproduksi oleh pembelajar BIPA dari Korea dengan penutur asli bahasa Indonesia ditemukan pada pemilihan bentuk tuturan yang formal

John Searle yang merupakan seorang filsuf bahasa dan juga seorang yang mengembangkan teori speech act dari Austin menyebutkan pula klasifikasi kategori tindak

Dengan bantuan ilmu bimbingan konseling Islam, maka para tokoh agama; kiai, da’i, dan muballigh dimungkinkan untuk bekerja secara profesional dan tidak

The image cannot be displayed Your computer may not have enough memory to open the image or the image may have been corrupted Restart your computer and then open the file again If

Langkah-langkah yang dilakukan dalam kajian adalah mencatat daftar pustaka dan mengelompokkannya berdasarkan: (a) nama penulis karya yang dimanfaatkan sebagai sumber informasi atau