• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP DASAR. disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan. serta bahan-bahan kimia (Sarjono Hadi, 1999)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP DASAR. disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan. serta bahan-bahan kimia (Sarjono Hadi, 1999)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Hepatitis adalah proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia (Sarjono Hadi, 1999)

Hepatitis merupakan sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001). Sedangkan menurut Copper (1996) hepatitis adalah infeksi yang dapat menghancurkan sel-sel hati. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hepatitis adalah penyakit inflamasi (peradangan) yang menyebar pada hati (hepar) yang disebabkan oleh infeksi virus.

B. Anatomi dan Fisiologi 1. Anatomi

Sistem hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi hati. Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1500 gr/2,5 % berat badan pada orang dewasa normal. Hati terletak di belakang tulang iga (kosta) dalam rongga abdomen daerah kanan atas dan dibagi menjadi 4 lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang ke dalam lobus itu sendiri dan membagi massa hati menjadi unit-unit yang lebih kecil, yang disebut lobulus (Prince, 1999).

(2)

Sirkulasi darah kedalam dan keluar hati sangat penting dalam penyelenggaran fungsi hati. Darah yang mengalir kedalam hati berasal dari 2 sumber, kurang lebih 75% suplai darah datang dari vena porta yang mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk kedalam hati lewat arteri hepatikal dan banyak mengandung oksigen. Cabang-cabang terminalis kedua pembuluh darah ini bersatu untuk membentuk “capillary beds” bersama yang merupakan sinusoid hepatik. Dengan demikian sel-sel hati (hepatosit) akan terendam oleh campuran darah vena dan arteri. Sinusoid mengosongkan isinya ke dalam venule yang berada pada bagian tengah masing-masing lobulus hepatik dan dinamakan vena sentralis. Vena sentralis bersatu membentuk vena hepatika yang merupakan drainase vena dari hati dan akan mengalirkan isinya kedalam vena kava inferior didekat diafragma jadi terdapat 2 sumber yang mengalirkan darah masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu lintasan keluarnya (Gallo dan Hudak, 1995).

Di samping hepatosit, sel-sel fagositik yang termasuk dalam sistem retikuloendotetial juga terdapat dalam hati. Organ lain yang mengandung sel retikuloendotetial adalah limfa, sumsum tulang, nodus limfatikus (kelenjar limfa) dan paru-paru. Dalam hati sel-sel ini dinamakan sel kupffer. Fungsi utama sel kupffer adalah memakan benda partikel (seperti bakteri) yang masuk ke dalam hati lewat darah porta.

(3)

Saluran empedu terkecil yang disebut kanal ikulus terletak di antara lobus hati. Kanilikus menerima hasil sekresi dari hepatosit dan membawanya kesaluran empedu yang lebih besar yang akhirnya akan membentuk duktus hepatikus. Duktus hepatikus dari hati dan duktus sistikus dari kandung empedu bergabung untuk membentuk duktus koledokus (common bile dust) yang akan mengosongkan isinya kedalam intestinum. Aliran empedu kedalam intestinum dikendalikan oleh sfingter oddi yang terletak pada tempat sambungan (function) dimana duktus koledokus memasuki duodenum kantung empedu (fesika folea), yang merupakan organ yang berbentuk seperti buah peer, berongga dan menyerupai kantong dengan panjang 7,5 hingga 10 cm, terletak dalam suatu kecenderungan yang dangkal pada permukaan inferior hati dimana organ tersebut terikat pada hati oleh jaringan ikat yang longgar, kapasitas kandung empedu adalah 30 hingga 50 ml empedu. Dindingnya termasuk tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus lewat duktus sistikus (Smeltzer dan Suzanne C, 2002;1150). 2. Fisiologi

Fungsi hati adalah sebagai berikut :

a. Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah

Aliran darah melalui hati sekitar 1000 ml darah mengalir dari vena porta melalui sinusoid hati setiap menit, dan sekitar 400 ml lain mengalir masuk sinosoid dari arteri hepatika, rata-tara keseluruhan sekitar 1400 ml permenit. Tekanan dan resistensi pada pembuluh hati,

(4)

tekanan pada vena hepatika yang berasal dari hati masuk vena kava rata-rata hampir 0 mmHg, sedangkan tekanan dalam vena porta yang masuk hati rata-rata 8 mmHg, ini menunjukkan resistensi aliran darah dan sistem vena porta ke vena sistemik dalam keadaan normal adalah rendah.

Penyimpanan darah dalam hati , kongesti hati, peningkatan tekanan dalam vena mengalirkan darah dari hati menghambat darah dalam sinusoid hati dan menyebabkan seluruh hati membengkak. Hati dapat menyimpan 200-400 ml darah dengan cara ini sebagai akibat peningkatan hanya 4-8 mmHg pada tekanan vena hepatika.

Retikuloendotetial hati, permukaan dalam semua sinusoid hati banyak mengandung sel kufer sel ini sangat fagositik, demikian hebatnya sehingga sel kupffer dapat menyingkirkan bakteri dalam darah vena porta. Sebelum mereka dapat memulai semua sinusoid hati, karena darah porta berasal dari usus, oleh karena itu maka filtrasi sel kupffer dalam sinusoid meningkat bila jumlah zat tertentu yang terdapat dalam darah bertambah.

b. Pembentukan dan Ekskresi Empedu

Merupakan fungsi utama hati, saluran empedu hanya mengkuti empedu, sedangkan empedu menyimpan dan mengeluarkan empedu ke usus halus sesuai kebutuhan. Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak dan usus.

(5)

c. Detoksikasi

Banyak obat seperti barbiturat dan amfetamin, dimetabolisasi oleh hati, metabolisme umumnya menghilangkan aktifitas obat tersebut meskipun pada sebagian kasus, aktifitas obat dapat terjadi salah satu lintasan penting untuk metabolisme obat meliputi konjusi (peningkatan) obat tersebut dengan sejumlah senyawa, seperti asam glukoronat/asam asetat untuk membentuk subtansi yang lebih larut. Hasil konjugasi tersebut dapat diekspresikan ke dalam feses/urin seperti ekskresi bilirubin

d. Metabolisme billirubin

Billirubin adalah pigmen yang penting berasal dari pemecahan hemoglobin oleh sel-sel pada sistem retikuloendotetial yang mencakup sel kufer dari hati. Hepatosit mengeluarkan billirubin dari dalam darah dan melalui reaksi kimia mengubahnya lewat konjugasi menjadi asam glukoronat yang membuat billirubin lebih dapat larut didalam larutan encer. Billirubin terkonjugasi diekskresikan oleh hepatosit kedalam kanalikulus empedu di dekatnya dan akirnya dibawa dalam empedu ke duodenum.

Dalam usus halus, billirubin dikonversikan menjadi urobillinogen yang sebagian akan diekskresikan kedalam feses dan sebagian lagi diabsorsi lewat mukosa intestinal ke dalam darah portal, sebagian besar dari urobillinogen yang diserap kembali ini dikeluarkan oleh hepatosit dan di ekskresikan sekali lagi kedalam

(6)

empedu (sirkulasi enterohepatik), sebagian urobillinogen memasuki sirkulasi sistemik dan diekskresikan oleh ginjal kedalam hati.

Konsentrasi billirubin dalam darah meningkat jika terdapat penyakit hati, bila aliran empedu terhalang (yaitu oleh batu empedu dalam saluran empedu) atau bila terjadi penghancuran sel-sel darah merah dan sebagai akibatnya urobillinogen tidat terdapat dalam hati

http://shirath.wordpress.com/2009/04/08/pengobatan-herbal-lever-sirosis/

(7)

C. Etiologi

Hepatitis dapat disebabkan oleh : 1. Virus A, B, C, D, E

Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D Tipe E Metode transmi-sisi Fekal-oral, Melalui orang lain Parenteral, seksual, perinatal Parenteral, jarang seksual, Orang ke orang perinatal Parenteral, perinatal, memerluk an koninfeksi dengan tiipe B. Fekal-oral Keparah an Tak ikterik dan asimtomat ik Parah Menyebar luas, dapat berkemba ng sampai kronik Peningkat an insidankro nik dan gagal hepar akut Sama dengan Tipe D Sumber virus Darah Feses Saliva Darah Saliva Semen Sekresi Vagina Terutama melalui darah Melalui darah Darah Feses Saliva 11

(8)

2. Alkohol : nekrosis dan peradangan pada parenkim hati dengan peningkatan luekosit

3. Obat-obatan : asam glukoronat /asam asetat, elpicef, becombion, kortikosteroid

4. Toksik : Acetaminophe, Chloroform, Carbon tetrachlorida

(Wong, 2001; 906) D. Patofisiologi

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia. Unit fungsional dasar di hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar. Setelah lewat massanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sisrem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanisfestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri ulu hati.

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalah hati tetap normal tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intra

(9)

hepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan bilirubin tersebut di dalam hati. Selain itu juga terjadi dalam konjugasi. Akibatnya bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin inderek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul di sini terutama disebabkan karena kerusakan dalam pengangkutan, konjugasi dan ekskresi bilirubin

Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat di ekskresi dalam kemih, sehingga menimbulkan urin dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal dari ikterus (Smeltzer dan Bare, 2002;1150).

E. Manifiestasi Klinik Tanda dan gejala hepatitis: 1. Fase pre ikterik

Keluhan tidak khas 2-7 hari, terjadi nafsu makan menurun (pertama kali timbul) nausea, nyeri ulu hati, malaise, lekas capek terutama pada sore hari, suhu meningkat sekitar 39ºC selama 2-5 hari, pusing, dan gatal-gatal pada hepatitis B

(10)

2. Fase ikterik

Urin seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu tubuh diikuti bradikardi, ikterus pada kulit, dan sekret yang terus meningkat pada 1 minggu, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari, lesu, lekas capek selama 1- 2 minggu.

3. Fase penyembuhan

Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, warna urin normal, penderita merasa segar namun lemas dan lekas capek (Masjoer, 2000; 525).

F. Penatalaksaan

1. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak pasien akan merasakan lebih baik dengan pembatasan aktifitas fisik, kecuali di berikan pada mereka dengan umur orang tua dan keadaan umum yang buruk

2. Obat-obatan

a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana ada reaksi imun yang berlebih.

b. Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.

c. Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. d. Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindarkan.

(11)

Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air bersih dan aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari pasien yang terinfeksi secara aman, pemakain kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai akan menghilangkan sumber infeksi yang penting. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.

Pemantauan lanjutan pasien perlu dilihat 3-4 minggu setelah pulang dari rumah sakit dan jika perlu kontrol setiap bulan selama 3 bulan berturut-turut. Perhatian khusus perlu diberikan pada kekambuhan ikterus dan pada ukuran hati dan limfa. Pemeriksaan yang perlu dikerjakan adalah billirubin, transaminase dan bertanda hepatitis B jika sebelumnya positif (+). Latihan badan perlu dilakukan dalan batas-batas tidak terlalu melelahkan, alkohol sebaiknya dihindari selama 6 bulan (bila mungkin 1 tahun), sebab konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan kekambuhan soal makanan tak perlu dibatasi (Syaifoellah, 1996; 256).

G. Komplikasi

Komplikasi dari hepatitis yang sering dijumpai adalah perjalanan penyakit yang memanjang hingga 4-8 bulan (hepatitis kronik persisten), kekambuhan setelah serangan awal, adanya riwayat pemakaian obat-obatan yang dapat menimbulkan kelainan kronik dan perkembangan karsinoma-hepatoseluler (Prince. A, 1994 ; 443).

(12)

Potensial komplikasi lain yaitu koma hepatikum, penurunan haluaran urin, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan status mental, hiperglikemi/hipoglikemi (Tucker, 1998).

H. Pengkajian

Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati (Doengoes, 2000; 534):

1. Aktivitas : Kelemahan, kelelahan, dan malaise.

2. Sirkulasi : Bradikardi, ikterik pada sklera kulit, dan membran mukosa.

3. Eliminasi : Urine gelap dan diare feses warna tanah liat. 4. Makanan dan Cairan : Anoreksia,berat badan menurun, mual dan muntah, peningkatan oedema, dan asites. 5. Neurosensori : Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, letargi,dan asteriksis.

6. Nyeri atau Kenyamanan : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan, sakit kepala, dan gatal (pruritus). 7. Keamanan : Demam, urtikaria, eritema, splenomegali, dan pembesaran nodus servikal posterior. 8. Seksualitas : Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan.

(13)

9. Pemeriksaan diagnostik:

a. Test fungsi hati : Abnormal (4-10 kali normal) untuk membedakan hepatitis virus dari non

virus.

b. SGOT / SGPT : Awalnya meningkat (dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun).

c. Darah lengkap : Sel Darah Merah (SDM) menurun karena penurunan masa hidup SDM (gangguan fungsi hati).

Serum glutamic oxaloacetic

transaminase/ serum glutamic piruvic

t i

d. Diferensial darah lengkap : Lekositosis, monositosis dan sel plasma.

e. Alkali fosfatase : Agak meningkat

f. Feses : Warna tanah liat (steatore/ penurunan hati)

g. Albumin serum : Menurun

h. Gula darah : Hiperglikemi/hipoglikemi (gangguan fungsi hati)

i. Anti HAV IgM : Positif (+) pada type A ( imuno globulin M virus hepatitis A)

j. HbsAg : Positif (+) pada type B/ (Hemaglobin Serum Aglutinin) negatif (-) pada type A k. Massa profombin : Mungkin memanjang

(14)

l. Billirubin serum : Diatas 2.5 mg/ 100 ml m. Biopsi hati : Menunjukkan luasnya

nekrosis.

n. Scan hati : Mengetahuiberatnya

kerusakan

o. Parenkim Urinalisa : Peningkatan kadar billirubin,

protein/ hematuri

(15)

I. Pathways Keperawatan

I. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia

( Sumber : Doengoes, 2000; 536, Isslbacher, 2000; 1626 ) Pengaruh alcohol Virus Hepatitis, Toksin

Masuk dalam Tubuh Inflamasi pada Hepar Metabolisme tubuh

meningkat

Peregangan Kapsula hati

Leukosit meningkat Gangguan suplay darah normal pada sel-sel hapar Hepatomegali

Hipertemi / peningkatan suhu tubuh

Kerusakan sel parenkim sel hati dan duktuli empedu

Perasaan tidak nyaman Mendesak lambung Nyeri Anoreksia Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Mual muntah Kekurangan cairan

Resiko tinggi kekurangan cairan

Kerusakan sel parenkim, sel hati & duktuli empedu

intrahepatik

obstruksi Kerusakan konjugasi

Kerusakan sel ekskresi Retensi bilirubin Regurgitasi pada duktuli

empedu intrahepatik

Bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus

hepatikus Bilirubin direk meningkat Ikterus Bilirubin direk meningkat

Peningkatan garam empedu dalam darah

Akumulasi garam empedu dalam jaringan Resiko tinggi kerusakan kulit /

jaringan

Larut dalam air Ekskresi kedalam kemih

Bilirubinuria dan kemih berwarna gelap Gangguan metabolisme

Karbohidrat, lemak dan protein,

Glikogenesis menurun

Glukoneogesis menurun Glukogen dalam hepar berkurang

Glikogenesis menurun Hipoglikemi Cepat lelah keletihan Intoleransi aktivitas 19

(16)

Hasil yang diharapkan :

Menunjukkan peningkatan berat badan dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.

Intervensi :

a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan

Rasional : Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi

sering dan tawarkan pagi paling sering

Rasional : Adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya.

c. Pertahankan higien mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan

Rasional : Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.

d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak

Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.

e. Berikan diit tinggi kalori rendah lemak

Rasional: Glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk

(17)

diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan mengalami inflamasi hati

Hasil yang diharapkan :

Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)

Intervensi :

a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri

Rasional : Nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.

b. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri : Akui adanya nyeri, dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya

Rasional : Klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri

c. Berikan informasi akurat: Jelaskan penyebab nyeritunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui

(18)

Rasional: Klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)

d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi

Rasional : Kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.

3. Hipertermi (peningkatan suhu badan) berhubungan dengan invasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar.

Hasil yang diharapkan : Tidak terjadi peningkatan suhu Intervensi :

a. Monitor tanda vital : suhu badan

Rasional : Sebagai indikator untuk mengetahui status hipertermi

b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.

Rasional Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi.

c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur.

(19)

Rasional : Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan.

d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat

Rasional : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

4. Intoreransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum dan penurunan kekuatan otot

Hasil yang diharapkan :

Tidak terjadi keetihan dan bisa berakifitas sepeti bisanya Intervensi :

a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu

Rasional : Dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang.

b. Sarankan klien untuk tirah baring

Rasional : Tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.

c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-minat

(20)

Rasional : Memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu

puncak energi, waktu kelelahan, dan aktivitas yang berhubungan dengan keletihan.

Rasional : Keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan.

e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif dan menggunakan teknik relaksasi).

Rasional : Untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis. 5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan

pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.

Hasil yang diharapkan : Jaringan kulit utuh dan penurunan pruritus. Intervensi :

a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering : Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin), Keringkan kulit, jaringan digosok.

Rasional : Kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf.

b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal.

(21)

Rasional : Penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi.

c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk.

Rasional : Penggantian merangsang pelepasan histamin, menghasilkan lebih banyak pruritus.

d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin

Rasional : Pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan.

6. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare

Hasil yang diharapkan :

Mempertahankan hidrasi adekuat Intervensi :

a. Awasi masukan dan haluaran

Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan pengertian/efek terapi

b. Kaji tanda-tanda vital

Rasional : indikator volume sirkulasi/perkusi c. Periksa asites atau pembentukan edema

Rasional : menurunkan kemungkinan perdarahan kedalam jaringan d. Kalaborasi dalam pemberian obat

Rasional : memberikan cairan dan pengganti elektrolit

(22)

7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agen virus. hepatitis

Hasil yang diharapkan :

Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. Intervensi :

a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani semua cairan tubuh : Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen, gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh, tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun

Rasional : Pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis

b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi.

Rasional : Teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit. c. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien,

keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.

Rasional : Mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi.

(23)

d. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat.

Rasional : Rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi.

(Crpenito, Lynda J: 1999, Doengoes, 2000)

Referensi

Dokumen terkait

Bila torniket sudah dipasang tetapi vena belum terbendung, dapat dilakukan tepukan pada vena dengan telapak tangan atau dilakukan pemanasan/penghangatan vena dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaan potensi alam dan budaya terkait pengembangan ekowisata bahari, menganalisis daya dukung lingkungan kawasan

Berdasarkan kajian yang telah dijalankan, didapati sebilangan besar responden di pusat daerah Sandakan memang menghadapi masalah untuk menghancurkan sayur lobak kepada bentuk yang

Hasil penelitian pada tabel 2 diketahui bahwa faktor interpersonal secara terpisah atau parsial dari variabel independen lainnya memberikan pengaruh yang signifikan

JALAN RAYA DESA PRINGGOBOYO RT.003 RW.001 KECAMATAN MADURAN KABUPATEN LAMONGAN..

Suatu kegiatan penelitian, pastilah mempunyai tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:.. Untuk

Two FGDs of 10 pharmacists/staff further emphasised the importance of improving module content, training aids, communication skill, multi- level approach and time

Serat Optik Sebuah Penghantar, edisi ke 3.. Fibers