• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Determinan Kepatuhan Diet pada Pasien Hipertensi dengan Pendekatan Health Promotion Model (HPM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor Determinan Kepatuhan Diet pada Pasien Hipertensi dengan Pendekatan Health Promotion Model (HPM)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

B102

Faktor Determinan Kepatuhan Diet pada Pasien

Hipertensi dengan Pendekatan Health Promotion

Model (HPM)

1*

Elizar Fatmi,

1

Teuku Tahlil,

2

Mulyadi

1Program Studi Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala,

Darussalam, Banda Aceh, 23111, Indonesia;

2Bagian Pulmonologi & Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala,

Darussalam, Banda Aceh, 23111, Indonesia. *Corresponding Author: elizar.fatmi@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada pasien hipertensi dengan menggunakan pendekatan Health Promotion Model (HPM). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study yangdilakukan pada 90 orang pasien hipertensi yang berkunjung ke Poli Jantung RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2016. Analisa data mencakup analisis deskriptif, Chi Square Test dan Binary Logistic Regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 orang responden yang terlibat dalam penelitian ini 61,1% laki-laki dan 38,9% perempuan. Hasil uji Chi Square didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan diet hipertensi dengan persepsi tentang manfaat mengatur diet hipertensi (p=0,000), persepsi tentang hambatan mengatur diet hipertensi (p=0,012), persepsi tentang kemampuan diri untuk mengatur diet hipertensi (p=0,000), sikap tentang aktivitas mengatur diet hipertensi (p=0,000) dan pengaruh interpersonal (p=0,023). Berdasarkan dari hasil uji Regresi Logistik Regression diperoleh hasil bahwa secara simultan variabel persepsi tentang manfaat dan kemampuan diri untuk mengatur diet hipertensi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan diet hipertensi (pValue 0,026 dan 0,001, secara berurutan), sedangkan persepsi hambatan, sikap, pengaruh interpersonal dan pengaruh situasional tidak memberikan pengaruh yang signifikan teradap kepatuhan diet hipertensi (pValue 0,321, 0,654, 0,184 dan 0,099, secara berurutan).

Kata Kunci: Faktor determinan, kepatuhan, hipertensi, Health Promotion Model Pendahuluan

Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah besar diseluruh dunia karena prevalensinya yang masih tinggi dan terus meningkat. Prevalensi hipertensi di dunia diperkirakan sebesar 1 milyar jiwa dan mengakibatkan hampir 7,1 juta kematian setiap tahunnya atau sekitar 13% dari total kematian di dunia (Gusmira, 2012).

Prevalensi hipertensi yang tinggi tidak hanya terjadi di negara maju tetapi juga di negara berkembang salah satunya Indonesia. Di Indonesia berdasarkan data Kemenkes RI (2013),

(2)

B103

penyakit hipertensi termasuk penyakit dengan jumlah kasus terbanyak pada pasien rawat jalan yaitu 80.615 kasus dan merupakan penyakit penyebab kematian peringkat ketiga di Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 4,81% (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan data Riskesdas (2013), prevalensi hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5% dan cakupan diagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan mencapai 36,8%, atau dengan kata lain sebagian besar hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis (63,2%). Di Provinsi Aceh, hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) dengan jumlah kasus tertinggi dibandingkan dengan kasus PTM lainnya. Jumlah kasus hipertensi di Provinsi Aceh tahun 2013 adalah sebesar 21,5% (Riskesdas, 2013). Sementara itu di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh, berdasarkan hasil pengambilan data awal yang dilakukan oleh peneliti, angka kunjungan pasien hipertensi di Poli Jantung pada Desember 2015 sebanyak 910 orang atau rata-rata 46 pasien perhari.

Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting bagi terjadinya penyakit jantung koroner, stroke, penyakit ginjal, dan retinopati. Terapi hipertensi yang adekuat dapat menurunkan risiko stroke sebesar 40% dan risiko miokard infark sampai 15%. Seventh report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure (JNC 7) merekomendasikan modifikasi gaya hidup sebagai terapi yang penting pada hipertensi. Modifikasi asupan makanan sehari-hari merupakan salah satu bagian modifikasi gaya hidup yang mempunyai peran yang besar dalam mencegah kenaikan tekanan darah pada individu yang tidak menderita hipertensi, serta menurunkan tekanan darah pada prehipertensi dan penderita hipertensi (Kumala, 2014).

Pengontrolan tekanan darah dan pencegahan komplikasi hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengetahuan pasien tentang hipertensi dan pola makan pasien. Namun, banyak penderita hipertensi yang masih mempunyai perilaku diet hipertensi yang kurang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 60,4% penderita hipertensi memiliki perilaku yang kurang baik terhadap diet hipertensi (Firmayanti et al., 2014).

Diet adalah salah satu strategi non farmakologi yang efektif, tapi merubah dan mempertahankan perilaku tidak mudah karena tanggung jawab besar dari kepatuhan diet tergantung pada pasien dan perawatan diri adalah penting untuk mengontrol tekanan darah. Bukti menunjukkan bahwa intervensi untuk mengubah perilaku untuk mengontrol tekanan darah dianggap sebagai biaya investasi yang efektif dalam kesehatan masyarakat. Kepatuhan diet adalah tindakan seumur hidup pada pasien hipertensi, dan keinginan internal dan godaan berperan sebagai penghalang pada masalah ini. Untuk itu dibutuhkan komitmen yang kuat untuk mempertahankan perilaku kepatuhan diet dari individu (Kamran et al., 2015).

Agar dapat mencapai keberhasilan dan keberlanjutan perilaku pengelolaan hipertensi diperlukan upaya untuk memahami persepsi pasien/ penderita hipertensi tentang efektifitas pengaturan diet. Pemahaman tentang persepsi untuk melakukan kepatuhan diet hipertensi yang baik dapat dilakukan melalui pendekatan aplikasi Health Promotion Model (HPM), yaitu suatu model promosi kesehatan yang dikembangkan oleh Pender tahun 1996. Model ini memiliki komponen yang terdapat dalam perilaku spesifik pengetahuan dan sikap, terdiri atas persepsi terhadap manfaat tindakan (perceived benefit of action), persepsi terhadap hambatan untuk tindakan (perceived barrier to action), kemampuan diri (perceived self-efficacy), sikap yang berhubungan dengan aktivitas (activity related affect), pengaruh interpersonal (interpersonal influences), dan pengaruh situasional (situational influences) (Tomey & Alligood, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan kepatuhan diet pada pasien hipertensi dengan pendekatan Health Promotion Model (HPM).

(3)

B104

Bahan dan Metode

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah pasien hipertensi yang berkunjung ke Poli Jantung pada salah satu rumah sakit umum di Banda Acehyang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dengankriteria inklusi antara lain dinyatakan sedang menderita hipertensi oleh petugas kesehatan, tidak menderita penyakit komplikasi lain yang membutuhkan diet tertentu, umur minimal 18 tahun, dan bisa membaca dan menulis. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poli Jantung pada salah satu rumah sakit umumdi Banda Aceh. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 5 – 9 Desember 2016 dengan menggunakan questioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Izin etik penelitian didapatkan dari Komite Etik Penelitian Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Analisa data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS, mencakup analisis deskriptif, Chi Square Test dan Binary Logistic Regression.

Hasil dan Pembahasan

Data Demografi

Data demografi responden ditunjukkan pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa hampir semua responden tinggal dengan keluarga inti (98,9%) dengan lama pengobatan < 5 tahun (77,8%); sebagian besar responden berusia antara 45-60 tahun(54,4%), berjenis kelamin laki-laki (61,1%), lama menderita hipertensi < 5 tahun (70%), mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi (63,3), dan; hampir setengah responden berpendidikan dasar(38,9), bekerja sebagai wiraswasta (35,6%) dan memiliki pendapatan keluarga antara Rp 2.118.500 – Rp 4.327.000 (48,9%).

(4)

B105

Tabel 1. Data Demografi Responden penelitian (n=90)

Karakteristik Demografi Frekuensi (f) Persentase

(%)

Umur

1. Dewasa Awal (18-35 Tahun) 2. Dewasa Pertengahan (36-45 Tahun) 3. Dewasa Akhir (45-60 Tahun) 4. Lanjut Usia (> 60 Tahun)

5 5 49 31 5,6 5,6 54,4 34,4 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan 55 35 61,1 38,9 Status Tinggal

1. Sendirian/terpisah dengan keluarga inti

2. Bersama keluarga inti 89 1 98,9 1,1 Pendidikan Terakhir 1. Tinggi 2. Menengah 3. Dasar 26 29 35 28,9 32,2 38,9 Pekerjaan 1. PNS 2. Wiraswasta 3. Pensiunan 4. Petani 5. Tidak Bekerja 13 32 15 9 21 14,4 35,6 16,7 10,0 23,3 Pendapatan Keluarga 1. <Rp 2.118.500 2. Rp 2.118.500 – Rp. 4.327.000 3. >Rp 4.327.000 37 44 9 41,1 48,9 10 Lama Menderita Hipertensi

1. < 5 Tahun 2. 5s/d 10 Tahun 3. >10 Tahun 63 15 12 70 16,7 13,3 Lama Pengobatan 1. < 5 Tahun 2. 5s/d 10 Tahun 3. >10 Tahun 70 12 8 77,8 13,3 8,9 Riwayat keluarga yang menderita hipertensi

1. Tidak Ada

2. Ada 33

57 36,7 63,3

Hubungan antara persepsi individu tentang manfaat, kemampuan diri, sikap, dan faktor interpersonal dengan kepatuhan diet

Hasil uji Chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi individu tentang manfaat mengatur diet hipertensi (p=0000), persepsi tentang hambatan mengatur diet hipertensi (p=0,012), persepsi tentang kemampuan diri (p=0,000), sikap (p=0,000), dan faktor interpersonall (p=0,023) dengan kepatuhan diet hipertensi, namun tidak ada hubungan yang signifikan antara pengaruh situasional dengan kepatuhan diet hipertensi (p>0.05).

Faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet

Hasil uji Logistik regression untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet penderita ditunjukkan pada Tabel 2.

(5)

B106

Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet penderita

B S.E Wald Df Sig. Exp(B)

Persepsi_manfaat Persepsi_hambatan Kemampuan_diri Sikap_aktivitas Faktor Interpersonal Faktor Situasional Constant 1,424 ,651 3,163 -,465 ,867 -1,049 6,903 ,639 ,657 ,980 1,036 ,652 ,636 1,821 4,970 ,984 10,424 ,201 1,769 2,718 14,372 1 1 1 1 1 1 1 ,026 ,321 ,001 ,654 ,184 ,099 ,000 4,155 1,918 23,648 ,628 2,381 ,350 0,001 Berdasarkan Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa ada 2 (dua) subvariabel yang berpengaruh secara signifikanterhadap kepatuhan diet, yaitu persepsi tentang manfaat mengatur diet (p=0,026) dan persepsi tentang kemampuan diri untuk mengatur diet (p=0,001). Tabel 2 di atas juga menunjukkan bahwa variabel persepsi tentang manfaat mengatur diet hipertensi mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi sebesar 4,155 kali dan persepsi tentang kemampuan diri untuk mengatur diet hipertensi mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi sebesar 23,648 kali.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi tentang manfaat mengatur diet hipertensi memberikan pengaruh yang bermakna terhadap kepatuhan diet hipertensi. Seperti yang telah dijelaskan diatas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebahagian besar pasien penderita hipertensi merasakan manfaat dari mengatur diet hipertensi, sehingga mereka sangat patuh melakukan diet sesuai anjuran bagi penderita hipertensi. Hal ini juga berarti bahwa semakin bagus manfaat yang dipersepsikan maka akan semakin baik pula perilaku kepatuhan yang diterapkan pasien.

Hayden (2009) menyebutkan bahwa persepsi terhadap manfaat yang dirasakan mengacu pada persepsi seseorang tentang efektivitas berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi ancaman penyakit (atau untuk menyembuhkan penyakit). Tindakan yang diambil oleh seseorang untuk perawatan dan pengobatan penyakit bergantung pada pertimbangan dan evaluasi dari persepsi terhadap kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility to disease) dan persepsi terhadap manfaat yang dirasakan (perceived benefits of preventive action), sehingga orang tersebut akan menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan jika hal tersebut dianggap menguntungkan. Seseorang cenderung mengadopsi perilaku sehat jika mereka percaya perilaku sehat tersebut akan mengurangi peluang mereka untuk terkena penyakit (kerentanan). Persepsi terhadap manfaat yang dirasakan memainkan peran penting dalam adopsi perilaku positif untuk melaksanakan rehabilitasi dan perawatan penyakit kronis di rumah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhadi (2011) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan persepsi manfaat terapi farmakologi dengan kepatuhan dalam perawatan hipertensi. Lansia yang telah memiliki keyakinan dan merasakan manfaat dari terapi farmakologi yang dapat menurunkan dan mengurangi keluhan hipertensi sehingga meningkatkan kepatuhan dalam perawatan hipertensi.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa persepsi tentang hambatan mengatur diet hipertensi secara terpisah atau parsial dari variabel independen lainnya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan diet hipertensi. Hasil ini bermakna pasien mempersepsikan bahwa tidak ada hambatan yang bermakna untuk melakukan perilaku kepatuhan diet hipertensi. Akan tetapi secara simultan atau bersama-sama dengan variabel lainnya, persepsi keluarga tentang hambatan mengatur diet hipertensi tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan diet hipertensi yang dilakukan pasien. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempersepsikan bahwa tidak ada hambatan untuk menerapkan kepatuhan diet hipertensi, sehingga persepsi mereka tentang hambatan untuk mengatur diet hipertensi bukan merupakan variabel yang penting untuk mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi.

(6)

B107

Centers for Disease Control and Prevention (Jones & Bartlett, 2008) menyatakan bahwa agar perilaku kesehatan yang baru dapat diadopsi, maka seseorang perlu percaya bahwa manfaat dari perilaku kesehatan baru tersebut lebih besar dari pada konsekuensi melanjutkan perilaku yang lama. Hal ini mempermudah untuk mengatasi hambatan yang ada dan perilaku baru dapat diadopsi secara baik. Persepsi terhadap hambatan yang dirasakan mengacu pada perasaan seseorang terhadap hambatan dalam melakukan tindakan kesehatan yang direkomendasikan. Persepsi ini terjadi apabila perasaan seseorang terhadap analisis biaya atau manfaat dari tindakan kesehatan bertentangan atau bertolak belakang dengan persepsi tentang mahalnya biaya yang harus dikeluarkan, resiko bahaya yang harus dihadapi (misalnya efek samping), perasaan yang tidak menyenangkan dari melakukan tindakan kesehatan (misalnya merasa sakit), lamanya waktu yang harus dijalani untuk melakukan tindakan kesehatan dan ketidaknyaman yang ditimbulkan dari tindakan kesehatan tersebut.

Glanz dan Viswanath (2008) menyebutkan persepsi terhadap hambatan (perceived barriers) adalah evaluasi diri individu tentang hambatan yang menghalanginya untuk mengadopsi perilaku baru. Apabila hambatan yang dirasakan sangat besar maka seseorang tidak akan melakukannya. Dari semua konstruksi, hambatan yang dirasakan adalah yang paling penting dalam menentukan perubahan perilaku seseorang.

Hasil lainnya dari penelitian ini adalah persepsi tentang kemampuan diri untuk mengatur diet hipertensi memberikan pengaruh yang bermakna terhadap kepatuhan diet hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebahagian besar pasien penderita hipertensi yang yang terlibat dalam penelitian ini memiliki self-efficacy yang sangat baik, sehingga mereka sangat antusias menerapkan perilaku kepatuhan diet. Hal ini juga berarti bahwa semakin baik kemampuan diri yang dipersepsikan (Perceived self efficacy) maka akan semakin baik pula perilaku kepatuhan yang diterapkan pasien.

Self efficacy adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian tertentu. Keyakinan seseorang terhadap keberhasilannya memiliki efek yang beragam, seperti: keyakinan mempengaruhi tindakan yang dipilih seseorang, berapa besar usaha yang mereka lakukan dalam mencapai apa yang diinginkan, dan berapa lama mereka akan bertahan dalam menghadapi rintangan atau kegagalan (Bandura, 2001).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pratiwi dan Pradopo (2006), bahwa self efficacy berpengaruh positif dan signifikan tehadap kemampuan afektif, dimana respon positif akan memudahkan seseorang menerima suatu inovasi baru dan menerapkan beberapa inovasi dalam kehidupannya.

Hasil penelitian pada Tabel 2 diperoleh bahwa sikap terhadap aktivitas mengatur diet hipetensi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan diet hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebahagian pasien hipertensi yang menjadi responden penelitian memiliki sikap yang baik terhadap aktivitas kepatuhan diet hipertensi, tetapi tidak signifikan mempengaruhi mereka dalam menerapkan perilaku kepatuhan diet hipertensi.

Menurut Notoatmodjo (2010) sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baiktidak baik dan sebagainya).Dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.Sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek; kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; dan kecenderungan untuk bertindak.

(7)

B108

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiyati (2009), menunjukkan bahwa kepatuhan penderita hipertensi dalam menjalankan diet hipertensi seperti diet rendah garam dapat mencegah timbulnya penyakit hipertensi. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku berkaitan dengan kebiasaan yang dapat menghasilkan suatu yang bersifat positif maupun negatif serta pengetahuan dan sikap mempengaruhi penderita hipertensi berperilaku/bertindak patuh tidaknya terhadap diet hipertensi.

Hasil penelitian pada tabel 2 diketahui bahwa faktor interpersonal secara terpisah atau parsial dari variabel independen lainnya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan diet hipertensi.Hasil ini bermakna bahwa pasien mendapat dukungan interpersonal yang baik dalam menerapkan kepatuhan diet hipertensi.Akan tetapi secara simultan atau bersama-sama dengan variabel lainnya, faktor interpersonal tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan diet hipertensi yang dilakukan pasien.Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian responden penelitian mendapat dukungan interpersonal yang baik untuk menerapkan kepatuhan diet hipertensi, tetapi bukan merupakan variabel yang penting untuk mempengaruhi pasien dalam menerapkan kepatuhan diet hipertensi.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mariner (1998), bahwa pengaruh interpersonal menyangkut perilaku, kepercayaan, atau sikap, pengaruh interpersonal termasuk norma-norma, dukungan social (instrumental dan dorongan emosional), dan modeling (pembelajaran melalui observasi orang lain yang melibatkan perilaku khusus). Sumber utama dari pengaruh interpersonal adalah keluarga dan penyedia layanan kesehatan. Fungsi sosialisasi dalam keluarga bertujuan mengajarkan anggota keluarga untuk dapat melakukan hubungan interpersonal yang harmonis, baik sesama anggota keluarga ataupun dengan masyarakat lainnya.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Novian (2013), menunjukkanbahwa ada hubungan antara peran keluarga dengan kepatuhan diit pasien hipertensi. Dimana keluarga berperan sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dengan hipertensi.Dan ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan kepatuhan diit pasien dengan hipertensi.Dukungan petugas kesehatan sangatlah besar bagi penderita, dimana petugas adalah pengelola penderita sebab petugas adalah yang paling sering berinteraksi dengan pasien, sehingga pemahaman terhadap kondisi fisik maupun psikis menjadi lebih baik dengan sering baik.Sehingga dapat mempengaruhi rasa percaya dan menerima kehadiran petugas kesehatan dapat ditumbuhkan dalam diri penderita dengan baik.

Hasil penelitian pada Tabel 2 diketahui bahwa faktor situasional tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap kepatuhan diet hipertensi.Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebahagian pasien penderita hipertensi yang terlibat dalam penelitian ini memiliki faktor situasionalyang kurang baik, namun tidak mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi diterapkan pasien. Hal ini juga berarti bahwa factor situasional tidak berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan yang diterapkan pasien.

Hal ini berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tomey dan Alligood (2006), yang menyatakan bahwa pengaruh situasional merupakan persepsi pribadi dan kesadaran terhadap beberapa situasi yang diberikan atau suatu konteks yang dapat memfasilitasi atau perilaku yang menghalangi. Pengaruh ini termasuk persepsi dari pilihan yang tersedia, karakteristik permintaan, dan segi estetis lingkungan yang telah diberikan perilaku promosi kesehatan untuk diselesaikan.Pengaruh situasional mungkin mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung pada perilaku kesehatan.

Sebuah perilaku dimulai melalui sebuah komitmen untuk bertindak kecuali terdapat permintaan persaingan yang tidak dapat dihindari atau sebuah persaingan yang tidak dapat dipertahankan (Pender et al., 2002). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyati et al. (2013) menunjukkan self efficacy, keyakinan diri terhadap efektivitas perilaku

(8)

B109

Self Management Behaviour (SMB), dukungan sosial dan kemampuan komunikasi antar petugas pelayanan kesehatan dengan pasien memiliki hubungan signifikan terhadap SBMpada pasien hipertensi.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhadi (2011) tidak ada hubungan yang signifikan antara dampak dukungan lingkungan dengan kepatuhan dalam perawatan hipertensi

Kesimpulan

Hasil penelitian membuktikan bahwa keberhasilan dan keberlanjutan perilaku pengelolaan hipertensi sangat ditentukan oleh persepsi atau keyakinan terhadap manfaat dan efektivitas tindakan. Sehingga sangat penting dilakukan adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap manfaat dari perilaku kepatuhan diet hipertensi.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih kepada kepada RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang telah memberi fasilitas untuk penelitian.

Daftar Pustaka

Bandura, A. (2001). Self efficacy and health. In N. J. Smelzer & P. B. Baltes (Eds). International encyclopedia of the social and behavioral sciences, Vol. 20.

Firmayanti, E, Rasyida, Z. M & Santosa, T. (2014). Pengaruh Blog Edukatif Tentang Hipertensi Terhadap Pengetahuan Tentang Hipertensi dan Perilaku Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wirobrajan Yogyakarya. Muhammadiyah Journal of Nursing.

Glanz, K., Rimer, B K., Viswanath, K., (2008), Health Behavior and Health Education Theory, Research and Practice, Josseybass Publishing

Gusmira, S. (2012). Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Konvensional dan Kombinasi Konvensional-Bahan Alam Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Wilayah Depok. Jurnal Departemen Farmasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika, Universitas Indonesia, Volume 16 No. 2.

Hayden, J. (2009), Introduction to Health Behaviour Theory, 34-44. Burlington: Jones and Barlett Learning.

Jones and Bartlett. (2008). Health Belief Model. Jones and Bartlett Publisher.

Kamran. A, Sherkarchi. A, Sharirad, G. (2015). The Relationship between blood pressure and the structures of pender’s health promotion model in rural hypertension patients. Journal Educ health Promot v.4.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI). (2013). Katalog dalam Terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kumala, M. (2014). Peran Diet Dalam Pencegahan Dan Terapi Hipertensi. Damianus Journal Of Medicine Vol 13 No. 1.

Mardiyati, Y. (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Sikap Menjalani Diet Hipertensi Di Puskesmas Ngawan I Kabupaten Gunung Kidul Propinsi D.I.Y. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Mariner, A. (1998). Nursing Theorits And Their Works. (4th ed) Philadelphia: Lippincott: Raven Published

Mulyati. L, Yetti. K dan Sukmarini. L. (2013). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Self Management Behaviour Pada Pasien Hipertensi Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Keperawatan Padjajaran Vol. 1 No.2.

Novian, A. (2013). Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 9. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Pender,N.J, Carolyn L. M & Mary A. P. (2002). Health Promotion in Nursing Practice. New Jersey: Pearson education, Inc.

(9)

B110

Pratiwi, N.L dan Pradopo, S. (2006). Pengaruh Self Efficacy Terhadap Peningkatan Kemampuan Afektif Kader Kesehatan Dan Dampak Pada Perilaku Sehat Gigi Melalui Model Deteksi OHI-S, DMFT Indeks. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol 9

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Suhadi. (2011). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Lansia Dalam Perawatan Hipertensi Di Wilayah Puskesmas Srondol Kota Semarang. Tesis. Universitas Indonesia.

Tomey, A.M & Alligood, M.R. (2006). Nursing Theorist and Their Work (6th ed). St. louis: Mosby inc.

Gambar

Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet penderita

Referensi

Dokumen terkait

Desain Model yang digunakan dalam membangun visualisasi industri bordir ini adalah menggunakan perancangan Object Oriented Design (OOD) dan tool yang digunakan

Setelah melakukan observasi dan wawancara maka masalah-masalah yang terdapat di SDN Babakan dapat diidentifikasi dan bisa dikaitkan dengan apa yang akan dilaksanakan dalam

Reprodusibilitas adalah hasil keberulangan dari suatu pengukuran yang dilakukan satu laboratorium dengan : 1) sampel dan metode analisis yang sama; 2) analis, peralatan dan

Laporan laba-rugi ( income statement ) adalah laporan keuangan yg menggambarkan kegiatan suatu usaha dalam satu periode operasi, yang membandingkan pengeluaran terhadap

Karena kegunaan dari tegangan muka dalam industri sehingga mahasiswa teknik kimia harus mengetahui proses tegangan muka dengan praktikum yang bertujuan menentukan

Untuk dimensi pola menyusui merujuk kepada kuesioner faktor anak dibawa ke tempat kerja oleh Siregar (2009) dan 7 item kuestioner pola menyusui pada ibu bekerja dan faktor-faktor

JUDUL PENELITIAN Analisis Framing Pemberitaan Konflik Israel- Palestina dalam Harian Kompas dan Radar Sulteng Konstruksi Realitas di Media Massa (Analisis framing Konflik

* Oracle7 has EBU, and Oracle8 has rman. Both are utilities that can back up the database to a commercial backup product. Oracle8 also comes bundled with a stripped- down version