ATTENTION AND CONCIOUSNESS
Atensi merupakan konsentrasi aktifitas mental. Attention allows your cognitive processes to take in selected aspects of your sensory world in an efficient and accurate manner (Fernandez-Duque & Johnson, 2002; Palmer, 1999). Dari kemampuan menerima informasi tersebut, tetap akan terdapat informasi yang hilang/ tidak tertangkap oleh indra kita yang kemudian juga tidak diproses secara detail. Dalam memberikan atensi, kita dipengaruhi oleh beberapa hal seperti proses bottom-up dan top-down. Kemudian pemberian atensi juga terkait dengan beberapa fenomena seperti ambiguos figure and ground relationship, change blindness, inattentional blindness, juga berhubungan dengan memori.
Ada tiga jenis proses pemberian atensi, yaitu: 1. Divided Attention
Divided attention merupakan usaha kita memperhatikan lebih dari satu stimulus. Contohnya menonton TV sambil memperhatikan keramaian yang terlihat dari jendela di belakang TV. Pada dasarnya kita tidak akan mampu memperhatikan segala hal dalam satu waktu. Walaupun sistem sensoris kita mampu menangkapnya, namun informasinya tak akan seakurat saat kita memperhatikan satu hal saja.
Ada beberapa penelitian yang dapat menjelaskan hal ini. Di antaranya adalah percobaan yang dilakukan oleh Duncan (1993), membuktikan bahwa sistem perceptual kita bisa melakukan lebih dari satu tugas, namun daya akurasinya berkurang ketimbang kita fokus melakukan satu hal saja. Kemudian David Strayer (2003) juga melakukan penelitian terhadap mahasiswa dengan simulator kemudi. Kelompok kontrol tidak menggunakan Hp, kelompok eksperimen menggunakan Hp. Kemudian ditemukan bahwa waktu bagi kelompok eksperimen untuk bereaksi terhadap rem lebih lama daripada kelompok kontrol. Selanjutnya, juga dibandingkan pada keadaan lalu lintas lengang dan lalu lintas padat, dua-duanya menunjukan bahwa kelompok eksperimen lebih lama dalam bereaksi/menginjak rem. Dalam percobaan ini juga terlihat adanya inattentional blindness, yaitu ketika pengemudi tidak menyadari kehadiran objek baru pada lintasan/layarnya. Sehingga lema berreaksi menginjak rem.
Divided Attention and Practice
Walaupun membagi atensi sulit dilakukan, tapi bukan tidak mungkin untuk dapat melakukannya. Bisa dibuktikan dari penelitian terhadap mahasiswa untuk membaca sembari mendengarkan kata-kata yang didiktekan eksperimenter. Awalnya hal ini mengurangi kecepatan baca subjek. Namun setelah enam minggu latihan, mereke kemudian dapat melakukannya dengan baik tanpa mengurngi kecepatan baca subjek. Penelitian Wilkman (1998) juga menjelaskan tentang divided attention. Yakni dengan dua kelompok subjek (berpengalaman mengemudi & yang tidak), kemudian dimintai melakukan aktivitas kecil yang biasa dilakukan orang saat mengemudi. Hasilnya waktu yang dibutuhkan orang berpengalaman lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak berpengalaman mengemudi.
2. Selective Attention
Dichotic Listening
Saat kedua telinga kita masing-masing diperdengarkan pada stimulus yang berbeda, hanya satu yang akan dapat ditangkap dengan tepat. Stimulus yang satunya menjadi ‘kabur’ dan sulit ditangkap meskipun perubahan-perubahan tertentu masih kita sadari (perubahan bahasa, perubahan suara laki-laki menjadi perempuan, dll). Hal ini hampir sejalan dengan cocktail party effect. Yaitu fenomena kita dapat mendengar atau menyadari ketika nama kita disebut, padahal kita sedang fokus pada pembicaraan dengan teman.
Stroop Effect
Terjadinya fenomena ini terlihat ketika seseorang kesulitan menyebutkan warna tinta dari kata yang ditulis. Misalnya tulisan ‘Hijau’ ditulis dengan tinta ungu. Maka orang tersebut dengan segera akan menyebutkan hijau ketimbang ungu.
Hampir sama dengan dichotic listening, stroop effect ini menggambarkan sikap kita terhadap stimulus yang ditangkap dan yang diabaikan. Terkait juga dengan makna bagi kita dan karakter yang tidak relevan pada stimulus.
3. Other Visual Selective-Attention Effect
Peneliti mengembangkan penelitian mengenai selektif atensi jika terdapat terlau banyak stimulus, dan jika informasi visual tampil sangat cepat.
Jika sebelumnya terdapat bahasan mengenai change blindness dan inattentional blindness, ada fenomena yang ketiga, yaitu attentional blink. Hal ini terjadi jika stimulus ditampilkan sangat cepat, kemudian sistem visual terlalu padat, hingga kita hanya dapat mengidentifikasi stimulus pertama secara akurat, namun kehilangan stimulus kedua.
Penerapan lain dari selective attention adalah visual search, yaitu saat kita mencari suatu objek. Ada beberapa variable yang mempengaruhi visual search. Pertama, apakah kita mencari satu objek, fitur khusus atau integrasi antar fitur. Kedua, apakah kita mencari objek yang fiturnya tampak, atau yang fiturnya tak tampak.
The Isolated-feature/Combined-feature effect
Terkait dengan proses parallel atau serial. Saat kita mencari objek di antara objek-objek unfamiliar akan berbeda dengan mencari objek di antara objek-objek yang berkombinasi/ memiliki dua sifat.
The feature-present/feature-absent effect
Saat kita mencari objek dengan fitur yang sudah jelas (ditentukan) dengan cepat, kita cenderung dapat menemukan objek secara otomatis. Berbeda dengan objek yang fiturnya belum jelas (tidak lengkap), maka harus menggunakan focus attention. untuk menemukannya.
Saccadic Eye Movements
retina adalah fovea, yang memiliki ketajaman lebih dari area lain. Di antara gerakan saccadic yang dilakukan mata, terdapat fiksasi.
Perceptual span, adalah banyaknya huruf dan spasi yang kita tangkap saat fiksasi. Biasanya mencakup 4 huruf ke kiri dan 15 huruf ke kanan dari huruf yang sedang kita perhatikan. Hal ini membantu kita mengetahui jumlah huruf dalam satu kata. Saccadic eye movements membantu kita dalam prediksi pola kalimat. Mata bergerak cepat, bisa melampaui kata cukup lebih jauh karena kita sudah mengetahhui pola dan memperkirakan kata selanjutnya. Sebaliknya jika bacaan tidak tersusun dengan rapi, atau acak, gerakan saccadic akan melakukan lompatan kecil.
Dari gerakan saccadic kita juga bisa melihat perbedaan kemampuan pembaca yang baik dan buruk. Hal ini berhubungan dengan ‘ukuran’ (lebar) gerakan saccadic, banyaknya regresi (melihat kembali ke belakang), dan lama jeda fiksasi. Selain itu, gerakan saccadic juga sensitive terhadap aspek semantik.
Neuroscience Research on Attention
Ada dua area di otak yang banyak berperan dalam atensi, yaitu lobus parietal (posterior attention) dan lobus frontal (anterior attention).
The Posterior Attention Network
Bagian ini penting untuk visual search. Berguna dalam atensi lokasi spasial (keruangan). Penelitian pada posterior attention network sebagian besar dilakukan dengan scan PET. Aliran darah pada korteks Parietal meningkat saat kita melakukan atensi mengamati ruang tertentu untuk visual search.
Pada orang yang mengalami kerusakan otak juga dapat diamati kerja fokus atensi. Contohnya kerusakan hemisphere kiri mengakibatkan orang tidak bisa melihat apa yang ada di sebelah kanannya, begitu pun sebaliknya.
The Anterior Attention Network
Bagian ini aktif ketika kita melakukan tugas stroop. Ia bertanggungjawab menghambat proses otomatis pada stimulus. Selain itu juga aktif mengontrol top-down pada atensi. Penelitian juga sering menggunakan scan PET.
Using the Event-Related Potential Technique to Explore Attention
Proses ini merekam lompatan kecil/halus pada aktifitas otak di otak. Penelitian biasanya menggunakan tenik ERP.
Teori-Teori Atensi Early Theory of Attention
Teori awal mengenai atensi mengungkapkan bahwa kemampuan atensi manusia terbatas. Banyak informasi tersedia, namun hanya sedikit yang dapat melewati atensi kita. Diibaratkan dengan leher botol. Hal itu kenapa teori ini disebut juga Bottleneck theories. Namun teori ini banyak ditolak karena tidak fleksibel dan menganggap kemampuan atensi kita rendah.
Richard Shiffrin mengungkapkan ada dua tingkatan proses atensi pada manusia.
1. Automatic Processing. Digunakan untuk mengamati hal-hal sederhana yang sudah familiar dengan kita. Sifatnya parallel, yakni kita dapat memberi atensi pada dua atau lebih item
dalam waktu bersamaan.
2. Controlled Processing. Digunakan saat kita mengamati hal-hal rumit dan tidak familiar dengan kita. Sifatnya serial, yakni kita hanya dapat memberikan atensi pada satu item dalam satu waktu.
Saat kita melakukan selektif atensi dengan proses otomatis, sangat mudah mengidentifikasi fitur dengan cepat. Jika kita melakukan proses kontrol, bisa terjadi pada divided dan selective attention. Pada penelitian yang dilakukan oleh Scheider dan Shiffrin, kita menggunakan proses parallel saat mencari huruf tertentu di antara angka. Di mana huruf mudah ditemukan karna polanya berbeda dengan angka. Partisipan dapat menangkap lebih dari satu huruf dalam waktu bersamaan. Sebaliknya pertisipan menggunakan proses serian saat diminta mencari huruf tertentu di antara kumpulan huruf. Partisipan harus memperhatikan satu per satu karena berada di antara huruf-huruf lainnya.
Feature-Integration Theory
1. The basic elements. Penjelasan mengenai elemen dasar terkait dengan Treisman’s feature-integration theory. Ada tahapan saat kita memberikan atensi. Pertama adalah identifikasi fitur-fitur dasar dari objek. Di mana kita menggunakan distributed attention/divided attention. Kedua adalah saat kita mengintegrasikan fitur-fitur dasar tersebut, di mana kita membutuhkan focused attention.
2. Research on the theory
Terkait pada percobaan sebelumnya, yang dilakukan oleh Treisman dan Gelade, mudah menemukan target di antara karakter irrelevant yang fitur-fiturnya jauh berbeda. Ketimbang target di antara karakter yang memiliki fitur sama, namun kombinasi berbeda. Saat banyak distraktor, membutuhkan waktu lebih lama untuk menemukan target.
Illusory Conjuction. Merupakan kombinasi fitur yang tidak tepat karena pengaruh objek lain di sekitar target. Hal ini dapat terjadi ketika atensi kita terlalu banyak mendapat stimulus sehingga kita memberikan distributed attention. Illusory conjuction juga terjadi karena pengaruh harapan kita terhadap suatu objek.
Sistem visual kita ternyata mendeteksi fitur secara terpisah. Contohnya saat melihat apel merah, kita menangkap warna merah dan bentuk apel secara terpisah (Goldstein, 2002; Hazeltine et al.,1997). Oleh karena itu manusia suatu waktu dapat melakukan kesalahan memadukan fitur-fitur tersebut (binding problem). Terjadi karena sistem visual tidak melihat objek sebagai suatu kesatuan.
3. Current status of the theory
Palmer (1999) mengungkapkan bahwa feature-integration theory dapat memiliki banyak modifikasi seiring perkembangan penelitian untuk memahami atensi visual.
CONCIOUSNESS
Conciousness merupakan kesadaran manusia terhadap dunia di luar dirinya, terkait dengan persepsi, pikiran, memori, gambaran, dan perasaannya. Secara umum, consciousness diasosiasikan dengan kontrol, focus attention, yang tidak terjadi secara otomatis.
Kita sering tidak dapat mengungkapkan bagaimana proses berpikir kita. Seperti saat menjawab pertanyaan, tidak diketahui bagaimana kita bisa sampai pada jawaban tersebut. Sulit menjelaskan dan menguraikannya secara sadar.
Ada yang unik dari cara kita berpikir. Ada fenomena yang dinamakan ironic effects of mental control, yaitu saat kita ingin menghindari memikirkan sesuatu, justru ‘sesuatu’ itu akan semakin muncul. Saat kita memikirkan untuk ‘jangan memikirkan X’, tetapi X lah yang terpapar dalam pikiran kita. Hal ini disebut juga Thought Suppression.
Blindsight. Fenomena ini terjadi ketika kesadaran seseorang dalam pikirannya mangatakan ‘saya tidak bisa melihat’, maka ia tidak dapat melihat. Lebih jelasnya dapat diungkapkan oleh penelitian pada orang yang menderita kerusakan otak di bagian korteks visual (misal akibat stroke). Mereka mengaku bahwa tidak melihat objek. Namun ketika diminta mendeskripsikan objek tersebut, mereka dapat melakukannya dengan tepat. Kesadaran sedikit rumit dijelaskan, bahwa kita tidak dapat menjelaskan bagaimana ia terjadi. Juga kita tidak dapat begitu saja menghapus hal yang tidak diinginkan dari kesadaran tersebut.
Sumber: