1 | P a g e
PSIKOLOGI BELAJAR
Drs. H. Makmun Khairani, M.Pd. Psikolog.
Penerbit:
Aswara pressindo
Tugas
Interpretasi Belajar Psikologi
By
Jhony wijaya santosa
NIM-31150157
ACADEMY ENGLISH
2 | P a g e
CHAPTER I
MEMAHAMI MAKNA BELAJAR
Manusia terlahir dengan ketidak berdayaan. Tanpa bantuan lingkungannya,
manusia tidak bisa apa-apa dan tak akan menjadi apa-apa. Untuk memiliki daya
manusia harus terus-menerus belajar, hingga berakhirnya kehidupan. Belajar
merupakan suatu peroses yang di tandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk seperti berubah pengetahuannya, keterampilan, kecakapannya, sikap dan
tingkah laku, serta daya reaksi, daya penerimaanya, dan aspek yang ada pada seorang
individu. Salah satu aspek yang harus peserta didik lakukan adalah belajar, terutama
belajar memahami diri sendiri, memahami perubahan lingkungan, dan belajar
membaca isyarat perubahan zaman atau sebuah era, hal inilah yang membangun
sebuah sikap mental yang terbentuk pada peserta didik.
A. PENGERTIAN-PENGERTIAN
Ada empat kata yang terkait dengan kata dan kegiatan belajar, yang perlu
dimaknai secara tersendiri, yaitu Psikologi, belajar, pembelajaran, dan psikologi
belajar.
1. PENGERTIAN PSIKOLOGI
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata yunani “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu, jadi secara halfiah psikologi berarti mempelajari ilmu jiwa.
Ilmu psikologi masih memiliki arti yang masih kabur. Psikologi
sebenarnya tidak mempersoalkan arti jiwa itu apa, tetapi lebih mempelajari
gejala-gejala dari jiwa. Gejala jiwa antara lain, misalnya seorang anak diberi
premen maka reaksi anak tersebut tersenyum gembira, apabila dicubit dia akan
menangis. Gembira, tersenyum, menangis itulah sebagian daripada gejala
jiwa.
Walaupun tidak memiliki arti yang jelas dari psikologis untuk ditinjau
3 | P a g e
pendapat mengenai definisi psikologi yang sering berbeda. Banayak ahli
memberikan definisinya sendiri yang sesuaikan dengan arah minat, latar
belakang pengetahuan dan aliran masing-masing. Menurut James Drever menyatakan bahwa “ psikologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan dapat didefinisikan dalam berbagai variasi, menurut metode khusus atau lapangan ilmu yang dipelajari oleh ahli psikologi yang membuat definisi itu”.
2. PENGERTIAN BELAJAR
Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang
secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Belajar dapat didefinisikan secara sederhana sebagai “suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup
perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan keterampilan, dan
sebagainya.
Para pakar di bidang ilmu tentang belajar juga mengemukakan
berbagai variasi batasan tentang belajar, tentunya berdasarkan pemahaman dan
bidang masing-masing.
Muhibbin (2006), berpendapat bahwa belajar merupakan tahapan
perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sedangkan
menurut Morgan dalam Introduction to psychology (1978), berpendapat
bahwa belajar adalah perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai hasil dari latihan.
Menurut winkel : Belajar adalah proses mental yang mengarah pada
penguasaan pengetahuan, kecakapan skill, kebiasaaan atau sikap yang
semuanya diperoleh, disimpan, dan dilakukan sehingga menimbulkan tingkah
laku yang progresif dan adatif. Ngalim purwanto (1996:14) menyatakan
bahwa belajar memiliki empat unsur :
1. Perubahan tingkah laku
2. Melalui latihan
3. Perubahan relative mantap/ permanen
4 | P a g e
Menurut Garry and Kingsley yang dikutip oleh sudjana (1989),
menyatakan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang orisinil
melalui latihan-latihan dan pengalaman.
Dengan memperhatikan perumusan-perumusan tentang pengertian
belajar tersebut di atas maka penulis berpendapat; Bahwa belajar adalah suatu
proses psikis yang berlangsung dalam interaksi antara subjek dengan
lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, sikap dan kebiasaan yang bersifat relative konstan /
tetap baik melalui pengalaman, latihan maupun praktek. Sedangkan proses
belajar dapat berlangsung dengan kesadaran individu atau tidak, sebagaimana diungkapkan oleh Winkel bahwa,”proses belajar dapat berlangsung dengan disertai kesadaran dan intensi.
Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses menuju
perubahan yang bersifat permanent melalui proses latihan dalam interaksi
dengan lingkungan dan meliputi perubahan baik fisik maupun mental. BELAJAR
Merupakan perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik.
PERUBAHAN
Merupakan sesuatu yang timbul karna adanya pengalaman dan latihan.
PROSES BELAJAR
5 | P a g e
3. PENGERTIAN PEMBELAJARAN
Secara umum pembelajaran dapat didefinisikan bahwa merupakan
upaya membelajarkan peserta didik yaitu murid. Untuk membelajarkan
seseorang, pijakan teori agar apa yang dilakukan guru, dosen, pelatih, atau
instruktur maupun siapa saja yang memiliki keinginan untuk membelajarkan
orang dapat berhasil dengan baik. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi
peserta didik dengan pendidik beserta sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Disisi
lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,
tetapi sebenarnya memiliki konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan,
guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai suatu materi
hingga mencapai sesuatu objektif yang di tentukan, namun proses pengajaran
ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan
mengajar saja. Sedangkan dari sisi pembelajaran menyiratkan adanya interaksi
antara pengajar serta peserta didik dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
4. PENGERTIAN PSIKOLOGI BELAJAR
Dari dua pengertian terdahulu tentang psikologi dan belajar, sudah
tergambar apa sebenarnya psikologi belajar ilmu yang mempelajari aspek
psikologi dari segala aspek psikologi dari segala hal yang terkait dengan
kegiatan belajar, seperti tentang peserta didik, pendidik, dan situasi belajar.
Psikologi belajar merupakan adalah suatu ilmu jiwa yang berisi
teori-teori mengenai belajar, tentang bagaimana cara individu belajar atau
melakukan pembelajaran. Psikologi belajar merupakan ilmu terapan psikologi
yang terorientasi pada pendidikan. Secara historis, psikologi belajar pertama
kali dilakukan oleh ahli psikologi seperti Eddinghaus (1885), Bryan dan Harter
(1887, 1899) dan Thorndike (1898). Banyak psikolog membuat pengakuan
eksplinsit bahwa belajar merupakan hal sentral dalam mempelajari tingkah
laku dalam mempelajari tingkah laku (Hilgard,1956). Pernyataan ini didukung
oleh Tollman, Gurthriedan, dan Hull.
Belajar adalah proses dimana suatu aktivitas berasal atau perubahan
6 | P a g e
pendekatan metode ilmiah untuk studi perilaku, serta kesimpulan psikologi
harus berdasarkan hasil observasi yang tepat dan objektif. Herman
Ebbinghaus, yang meneliti tentang ingatan terhadap non-sense syllables
(Variabel mempengaruhi ingatan: waktu, tipe, dan jumlah materi serta
pengalaman). Jadi dapat disimpulkan bahwa psikologi belajar adalah sebuah
disiplin ilmu yang memberikan wawasan kepada guru dan calon guru
mengenai anak didik pola belajarnya serta meneliti aspek psikologis yang
mempengaruhinya untuk bagaimana menggali, mengembangkan,
mengoptimalkan aktualisasi potensi-potensi peserta didik yang menghambat
proses belajar beserta penyebab peserta didik sulit memahami pelajaran
sehingga lebih efektif dan lebih efisien.
B. CIRI-CIRI BELAJAR
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
belajar Nampak adanya beberapa ciri-ciri belajar yaitu,
1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change of
behaviour)
2. Perubahan perilaku relative permanen
3. Perubahan tingkah laku bersifat potensial
4. Perubahan tingkah laku berdasarkan latihan, proses dan pengalaman
C. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Landasan utama dalam mencapai keberhasilan belajar adalah kesiapan mental.
Setiap peserta didik hendaknya mempunyai minat yang besar terhadap semua
mata pelajaran yang diterima di sekolah. Tujuan setiap peserta didik belajar selalu
terarah pada dirinya, dan dia merasakan mendapatkan hasil belajar yang di
tandainya memiliki prestasi belajar, dari kegiatan belajar itu sendiri.
Kecendrungan peserta didik kurang memperdulikan bagaiman proses belajar itu
berlangsung dan lebih mengutamakan hasil akhirnya. Hal ini dapat diperoleh
tanpa melalui proses belajar, dan berdampak pada hasil kualitas pendidikan itu
sendiri yang mengakibatkan hal negative pada sumber daya manusia.
Prinsip-prinsip belajar sebagaimana di ungkapkan Davis (soekamto dan winataputra,1997)
7 | P a g e
1. Apapun yang dipelajari peserta didik, dialah yang harus belajar bukan
orang lain. Untuk itulah peserta didiklah yang harus aktif bertindak.
2. Setiap peserta didik belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
3. Peserta didik akan dapat belajar dengan baik bila mendapatkan penguatan
langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan peserta
didik akan membuat proses belajar lebih berarti.
5. Peserta didik akan lebih meningkat motivasinya untuk belajar apabila ia
diberi tanggung jawab serta kepercayaan penuh atas pembelajaran.
Selanjutnya, beberapa prinsip bejar lama yang berdasarkan teori dan
penelitian tentang belajar masih relevan yang dikembangkan oleh Gagne
terbagi atas 2 kategori:
1. Prinsip ekternal
Keterdekatan (contiguity)
Menyatakan situasi yang hendak disampaikan pada pembelajar
dengan sedekat mungkin.
Pengulangan (repetition)
Menyatakan situasi yang perlu mengalami pengulangan dan
diperaktikan.
Penguatan (reinforcement)
Menyatakan mempelajari sesuatu yang baru akan diperkuat
apabila belajar yang mengalami hasil memuaskan.
2. Prinsip internal
Informasi verbal
Informasi didapat dengan 3 cara, yaitu:
(a) Dikomunikasikan kepada pembelajar
(b) Dipelajari oleh pembelajar memulai kegiatan
(c) Dilakukan secara acak dari memori, atau dengan tanya
jawab
Kemahiran intelektual
Pembelajar harus memiliki berbagai cara dalam mengerjakan
8 | P a g e
Strategi
Setiap aktifitas belajar membutuhkan pengaktifan strategi
belajar dan mengigat.
D. HAKEKAT BELAJAR
Pada esensinya, belajar dilakukan oleh semua mahluk hidup. Untuk manusia,
belajar merupakan proses untuk mencapai berbagai kemampuan, keterampilan dan
juga sikap. Hakekat belajar adalah suatu proses usaha yang silakukan secara sadar
dan terus menerus melalui berbagai macam aktifitas dan pengalaman guan
memperoleh pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku
yang lebih baik.
Gagne dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupaka suatu proses
organisme mengubah perilakunya berdasarkan pengalaman. Belajar mengandung
tiga ciri,yaitu:
Belajar berkaitan dengan perubahan prilaku.
Perubahan perilaku tersebut terjadi karena didahului oleh
pengalaman.
Perubahan perilaku yang disebabkan belajar bersifat relative
permanen.
Unsur-unsur belajar:
(a) Peserta didik
(b) Rangsangan
(c) Memori
(d) Respon
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah
mengalami kegiatan belajar.
E. TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Tujuan belajar dan tujuan pengajaran sulit dipisahkan, keduannya saling
terkait. Di dalam proses orang belajar, tentunya juga terkandung kegiatan yang
9 | P a g e
a. Tujuan belajar
Berangkat dari pengertian dasar dari belajar, bahwa belajar
adalah suatu usaha atau perbuatan yang dilakukan secara
sungguh-sungguh, dengan sistematis dengan mendayagunakan semua potensi
yang dimiliki, baik secara intelektual dan sumberdaya individu, maka
dapat dirumuskan tujuan belajar adalah:
1. Belajar bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam
berbagai bidang.
2. Belajar bertujuan untuk meningkatkan keterampilan atau
kecakapan.
3. Belajar bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan berpikir perserta didik dari
berpikir yang bersifat convergen.
4. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri
antara lain tingkah laku.
5. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk
menjadi baik.
6. Belajar bertujuan untuk mengubah pola fikir.
7. Belajar bertujuan untuk mengembangkan motivasi.
8. Belajar bertujuan untuk mengubah, membangun, dan
mengembangkan kepribadian.
b. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran (instruction objective) adalah sebuah
perilaku yang hasil belajarnya diharapkan terjadi, dimiliki, atau
dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
tentu. Magner (1962)mendefinisikan tujuan npembelajaan sebagai
setuju perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh
10 | P a g e
(1981) mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan
spesifik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang
diharapkan. Pengertian lain dari pembelajaran adalah suatu pernyataan
mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai
oleh peserta didik pada akhir periode pembelajaran (Slavin, 1994).
Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari
rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan
pembelajaran dapat dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi
spesifik, aktual dan terukur sesuai diharapkan terjadi, memiliki, atau
dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.
Fase1: indentifikasi TPK oleh
guru.
Fase4: menghubungkan
pemahaman baru dengan
pengetahuan yang sudah ada.
Fase2: mengetahui apa yang
diketahui siswa.
Fase5:menerapkan pemahaman
baru dalam konteks berbeda.
Fase3: mengetahui apakah
pengetahuan siswa betul salah
atau setengah salah
Fase6:mengevaluasi pemahaman
11 | P a g e
CHAPTER II
TEORI-TEORI BELAJAR
Sejalan dengan semakin pasatnya perkembangan ilmu dan teknologi, dan semakin
canggihnya sarana komunikasi, maka terjadi pula “ledakan” berbagai pemikiran manusia
dengan merespon perubahan lingkungan, munculnya berbagai penemuan mutakhir yang
berusaha memberikan solusi terbaik untuk memproblematika kehidupan manusia. Selaras
dengan ini itu, bermuncunculkan berbagai pandangan dan teori tentang belajar. Jumlah teori
belajar yang sekarang sedang dikembangkan di berbagai bangsa di dunia, sudah sulit
dihitung, ratusan, ribuan, entah berapa banyak tepatnya.
Walaupun demikian, semua teori yang muncul belakangan ini, selalu bersumber dari
salah satu atau komunikasi dari enam besar teori belajar, berikut:
1. Teori behaviourisme
2. Teori kongnitivisme
3. Teori humanisme
4. Teori gestalt
5. Teori sibernetik
6. Teori konstruktivisme
Berikut ini akan di jelaskan secara singkat mengenai ke 6 teori tersebut untuk dipaparkan
pembaca dapat diimplemenetasikan dalam proses belajar, sesuai dengan pembelajaran, dan
kebutuhan peserta didik.
A. TEORI BELAJAR BEHAVIOURISME
Secara historis, pengaruh dari sistem/ aliran psikologi (seperti strukturisme,
fungsionalisme, psikologi gestalt dll) mulai berkurang pada 1930 dan beralih
psikologi dasar, sebab penelitian penelitian psikologi terfokus pada masalah proses
sentral psikologi, seperti belajar motivasi,dll. Hal ini ditandai dengan berkembang
meluasnya teori behaviorsitik dalam psikologi. Perkembangan menitik beratkan pada
aspek tingkah laku lahiriah manusia, pendekatan ini melahirkan beberapa teori-teori
belajar.
12 | P a g e
2. Tekanan studi psikologi mengguynakan observasi prilaku
3. Tekanan kepada pentingnya proses belajar
4. Analisis S-R dalam studi perilaku
5. Penelitian mengenai belajar merupakan upaya ilmu dasar bukan sekedar
ilmu terapan.
Di antara sekian banyak tokoh psikologi belajar behaviorisme, yang cukup menonjol adalah
sebagai berikut:
1. Edwin Guthrie; contiguity antara S-R (stimulus-respon) ada dalam proses belajar.
Reinforcement merubah kondisi stimulus sehingga memunculkan respon tertentu
yang diharapkan dan mencegah respon lain yang tidak diharapkan.
2. Clark hull; teori deduktif-matematis, menjelaskan kecenderungan munculnya respon
berdasarkan dalil yang formal dan umum (deduktif) dan diformulasikan dalam bentuk
matematis. {sEr = sHr x V x D x k – (Ir + slr)}.
3. Edward tolman; teori behaviorisme purposive, yang mencakup segi positif dari
konsep behavioristik dan kongnitif. Tolman berpendapat bahwa melalui perilaku
bertujuan, proses belajar bukanlah sesuatu situasi yang dapat diamati semuanya.,
tetapi proses nyata dari belajar terdiri dari operasi kognitif yang terpusat.
4. B.f skinner; operan conditioning, perilaku dapat dimanipulasi dengan mengelolah
kondisi reinforcement.
5. Donald hebb; physiological learning, bahwa didalam belajar terdapat proses
perubahan elektrokimia didalam satu atau lebih sinaps, yang berada diantara axon dan
dendrit yang dikendalikan oleh sistem syaraf pusat.
6. Thorndike; connectionism, yang mengenalkan bahwa belajar itu proses hubungan
stimulus dan respon yang mengikuti hokum-hukum belajar: law of effect, law of
readiness, dan law of exercise.
7. Ivan pavlov; classical conditioning , bahwa belajar itu dapat dimunculkan dengan
merekayasa stimulus tak bersyrat dan stimulus bersyarat untuk menghasilkan respon
13 | P a g e
1. Teori belajar behaviorisme menurut Edwin Ray Guthrie.
Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie – Behaviorisme merupakan
salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena
jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental, yang dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian
rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Dalam konsep Behavioral,
perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di ubah dengan
memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
1 Reinforcement and Punishment;
2 Primary and Secondary Reinforcement
3 Schedules of Reinforcement
4 Contingency Management
5 Stimulus Control in Operant Learning
6 The Elimination of Responses.
Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu :
1. Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian terkecil 2. Bersifat mekanistik
3. Menekankan peranan lingkungan
4. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon 5. Menekankan pentingnya latihan
Lahirnya paham ini merupakan reaksi terhadap introspeksionisme (yang
menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga
psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak) yang
sangat sulit diamati, diukur dan diramalkan. Kaum Behavioris mencoret dari kamus
ilmiah mereka semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi,
14 | P a g e
2. Teori belajar behaviorisme menurut Edward Tolman.
Teori belajar Tolman dapat dikatakan sebagai campuran antara Teori Gestalt
dan Behaviorisme. Sepuluh tahun kemudian, setelah lulus dari Harvard Tolman pergi
ke Jerman dan bekerja dengan Koffka. Keberadaan teori Gestalt terhadap proses
berteorinya mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Sikapnya yang senang
terhadap teori Gestalt tidaklah menghalangi perhatiannya terhadap behaviorisme.
Ketidaksepakatannya dengan behaviorisme adalah pada soal unit perilaku yang mesti
diteliti. Pemikirannya bertentangan dengan para behavioris seperti Pavlov, Guthrie,
Hull, Watson, dan Skinner yang menyatakan bahwa unit perilaku bisa dipelajari
sebagai unsur-unsur yang terpisah.
Tolman memandang dengan menjadikan elemen-elemen kecil, sesungguhnya
behavioris telah membuang artinya secara utuh. Akan tetapi dia juga yakin bahwa hal
seperti itu mungkin juga untuk dijadikan sebagai objek ketika belajar tentang molar
behavior secara sistematis. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa Tolman seorang
behavioris secara metodologi dan teoris kognitif dalam hal metafisik. Dengan kata
lain, ia belajar behavior untuk menentukan proses kognitif.
Tolman memperkenalkan penggunaan variable Intervening(penyela atau
perantara) dalam riset psikologis, dan Hull meminjam gagasan itu darinya. Sehingga
keduanya menggunakan variable intervening dengan cara yang serupa dalam
penelitiannya. Akan tetapi, Hull mengembangkan teori belajar yang lebih luas dan
komprehensif dari pada Tolman.
Hal-hal yang dijelaskan Tolman dalam teori belajarnya adalah mengenai
hal-hal sebagai berikut:
1. Perilaku moral untuk melawan kaum behavioristik dengan analisa ini dia
berpendapat bahwa seluruh pola peilaku memiliki makna yang akan hilang
jika diteliti dari sudut pandang elementistik.
2. Konsep penguatan tidak penting untuk menjelaskan perilaku. Ia lebih
mementingkan confirmation of expectancy (konfirmasi harapan) dalam
peta kognitif adalah sama dengan gagasan penguatan seperti pada teori
behaviorisme.
3. Tindakan vicarious trial and error (tindakan ujicoba) dalam tingkah laku.
4. Belajar laten, adalah belajar yang tidak diterjemahkan kedalam performa
15 | P a g e
Teori belajar Tolman mengabiakan teori penguatan (reinforcement) oleh
behavoristik. Ini karena teori belajar Tolman adalah salah satu dari kelompok
teori belajar kognitif.
3. Teori belajar behaviorisme menurut B.F Skinner.
Konsep teoritis dari Skinner:
1. Behavior radikal.
Skinner menolak teori behavioristik yang bersifat ilmiah karena pengunaan
tersebut lebih mengarah pada mental atau bersifat pribadi.
2. Responden behaviour.
Perilaku yang timbul karena karena suatu stimulus terjadi atau dikenali.
3. Pengkondiisian tipe S-R.
Pengkondisian tipe S menekankan arti penting stimulus yang menimbulkan respon
yang diinginkan. Sedangkan tipe R adalah respon dimana pengkondisian
dinamakan operant conditioning.
Menurut skinner penguatan dan hukuman dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. Penguatan positif
Penguatan berdasarkan prinsip respon meningkat karena diikuti stimulus yang
mendukung (motivasi) sebagai reward.
Penguatan negative
Penguatan berdasarkan prinsip respon meningkat karena penghilangan
stimulus yang merugikan.
b. Hukuman yang positif
Meliputi mengurangi perilaku dengan memberikan stimulus yang tidak
menyenangkan jika suatu perilaku terjadi.
Hukuman yang negative
Meliputi mengurangi perilaku dengan menghilangkan stimulus yang
16 | P a g e
Tipe belajar yang dikemukakan Skinner memiliki 2 aspek:
1. Classical conditioning/ responden.
Tipe belajar ini menekankan bahwa stimulus yang sudah dikenal mampu
membangkitkan respon individu, sehingga perilaku yang dimunculkan
individu disebabkan oleh adanya prediksi atau pengetahuannya akan akibat
yang terjadi.
2. Operant conditioning.
Tipe belajar ini menekankan sebab-akibat, individu akan memunculkan atau tidak
suatu perilaku karena dipengaruhi oleh akibat atau konsekuensi yang diterimanya.
Prinsip-prinsip operant conditioning:
a. Reinforcement
b. Hukuman
c. Pembentukan
d. Eliminasi penguatan
e. Generalisasi dan deskriminasi
Mekanisme belajar fungsionalis yang juga dikemukakan oleh Skinner ini meliputi manipulasi akibat” dalam suatu perilaku.
4 sifat operant conditioning Skinner, yaitu:
1. Positif reinforcement; ketika individu memunculkan perilaku yang diharapkan,
maka penguatan postif diberikan.
2. Negative reinforcement; ketika individu menunjukan perilaku yang tidak
sesuai dengan harapan maka penguatan negative diberikan.
3. Punishment; jika individu menunjukan perilaku yang diharapkan (perilaku
oprean) maka hukuman yang diberikan, jika tidak memunculkan perilaku itu
maka hukuman tidak diberikan.
4. Omission training; jika individu memunculkan perilaku operan, maka
penguatan akan dihentikan namun jika individu tidak memunculkan perilaku
17 | P a g e
Tipe-tipe pada reinforcement:
a. Reinforcement positif dan negative
Untuk konsekuensi yang mengikuti respon, reinforcemet positif diberikan dan
reinforcement negative hukuman dihilangkan, ditunda atau dihindari.
b. Reinforcement primer dan sekunder
Stimulus penguatan primer meningkat/ memelihara kekuatan respon individu.
Sedangkan penguatan sekunder meningkatkan/ memelihara kekuatan respon
jika individu sudah mempelajari.
c. Reinforcement dikondisikan klasikal, instrumental dan modelling
Unconditioned stimulus merupaka reinforcement dalam pengkodisian klasik.
Stimulus yang menyertakann respon sebagai reinforcement pengkodisian
instrumental dan modelling.
d. Prinsip premack
pendekatan organism kosong; kejadian behavioral harus dideskripsikan
untuk mejelaskan kejadian fisiologis
menemukan upaya trial and error sampai menemukan sesuatu yang berharga
functional analysis: stimulus dengan perilaku yang dapat diukur
4. Teori belajar behaviorisme menurut Thorndike.
Teori yang dikemukakan Thorndike dikenal dengan teori stimulus-respon
(S-R). Dalam teori S-R dikatakan bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme
(hewan, orang) belajar dengan cara coba salah (trial end error). Apabila suatu
organisme berada dalam suatu situasi yang mengandung masalah, maka organisme itu
akan mengeluarkan tingkah laku yang serentak dari kumpulan tingkah laku yang ada
padanya untuk memecahkan masalah itu. Berdasarkan pengalaman itulah, maka pada
saat menghadapi masalah yang serupa, organisme sudah tahu tingkah laku mana yang
harus dikeluarkannya untuk memecahkan masalah. Ia mengasosiasikan suatu masalah
tertentu dengan suatu tingkah laku tertentu.
Menurut Thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
18 | P a g e
juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Thorndike dalam teori
belajarnya mengungkapkan bahwasanya setiap tingkah laku makhluk hidup itu
merupakan hubungan antara stimulus dan respon, adapun teori Thorndike ini disebut
teorikonesionisme. Belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respon
sebanyak-banyaknya. Dengan artian dengan adanya stimulus itu maka diharapkan
timbul respon yang maksimal. Teori ini sering juga disebut dengan
teori trial dan error dalam teori ini orang yang bisa menguasai hubungan stimulus
dan respon sebanyak-banyaknya maka dapat dikatakan orang ini merupakan orang
yang berhasil dalam belajar. Adapun cara untuk membentuk hubungan stimulus dan
respon ini dilakukan dengan ulangan-ulangan.
Dalam teori trial dan error ini, berlaku bagi semua organisme dan apabila
organisme ini dihadapkan dengan keadaan atau situasi yang baru maka secara
otomatis organisme ini memberikan respon atau tindakan-tindakan yang bersifat
coba-coba atau bisa juga berdasarkan naluri karena pada dasarnya disetiap stimulus
itu pasti ditemui respon. Apabila dalam tindakan-tindakan yang dilakukan itu
menimbulkan perbuatan atau tindakan yang cocok atau memuaskan maka tindakan ini
akan disimpan dalam benak seseorang atau organisme lainnya karena dirasa diantara
tindakan-tindakan yang paling cocok adalah tindakan itu, selama yang telah dilakukan
dalam menanggapi stimulus adalah situasi baru. Jadi dalam teori ini
pengulangan-pengulangan respon atau tindakan dalam menanggapi stimulus atau stimulus baru itu
sangat penting sehingga seseorang atau organisme mampu menemukan tindakan yang
tepat dan dilakukan secara terus-menerus agar lebih tajam dan tidak terjadi
kemunduran dalam tindakan atau respon terhadap stimulus.
Adapun beberapa ciri-ciri belajar menurut Thorndike, antara lain:
a. Ada motif pendorong aktivitas.
b. Ada berbagai respon terhadap sesuatu.
c. Ada eliminasi respon-respon yang gagal atau salah.
d. Ada kemajuan reksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.
Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan Thordike.
19 | P a g e
yang berbeda-beda walaupun jenis situasinya sama, misalnya orang tua dihadapkan dengan perilaku anak yang kurang wajar.
b. Dalam diri setiap orang sebenarnya sudah tertanam potensi untuk mengadakan seleksi terhadap unsur-unsur yang penting dan kurang penting, hingga akhirnya menemukan respon yang tepat. Seperti orang yang dalam masa perkembangan dan menyongsong masa depan maka sebenarnya dalam diri orang tersebut sudah mengetahui unsur yang penting yang harus dilakukan demi mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan.
c. Apa yang ada pada diri seseorang, baik itu berupa pengalaman, kepercayaan, sikap dan hal-hal lain yang telah ada pada dirinya turut menentukan tercapainya tujuan yang ingin dicapai.
d. Orang cenderung memberi respon yang sama terhadap situasi yang sama. Seperti apabila seseorang dalam keadaan stress karena diputus oleh pacarnya dan ia mengalami ini bukan hanya kali ini melainkan ia pernah mengalami kejadian yang sama karena hal yang sama maka tentu ia akan merespon situasi tersebut seperti yang ia lakuan seperti dahulu ia lakukan.
e. Orang cenderung menghubungkan respon yang ia kuasai dengan situasi tertentu tatkala menyadari bahwa respon yang ia kuasai dengan situasi tersebut mempunyai hubungan.
f. Manakala suatu respon cocok dengan situasinya maka relatif lebih mudah untuk dipelajari.
Thorndike menyatakan bahwa belajar pada hewan maupun manusia berlangsung berdasarkan tiga macam hukum pokok belajar, yaitu :
A. Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Dalam belajar seseorang harus dalam keadaan siap dalam artian seseorang yang belajar harus dalam keadaan yang baik dan siap, jadi seseorang yang hendak belajar agar dalam belajarnya menuai keberhasilan maka seseorang dituntut untuk memiliki kesiapan, baik fisik maupun psikis. Siap fisik seperti seseorang tidak dalam keadaan sakit, yang mana bisa mengganggu kualitas konsentrasi. Adapun contoh dari siap psikis adalah seperti seseorang yang jiwanya tidak lagi terganggu, seperti sakit jiwa dan lain-lain. Disamping seseorang harus siap fisik dan psikis seseorang juga harus siap dalam kematangan dalam penguasaan pengetahuan serta kecalapan-kecakapan yang mendasarinya.
Menurut Thorndike, ada tiga keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum ini, yaitu:
a. Bila pada organisme adanya kesiapan untuk bertindak atau berprilaku, dan bila organisme itu dapat melakukan kesiapan tersebut, maka organisme akan mengalami kepuasan.
20 | P a g e
c. Bila pada organisme tidak ada persiapan untuk bertindak dan organisme itu dipaksa untuk melakukannya maka hal tersebut akan menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.
Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukakan di atas, konsep penting dari teori belajar koneksionisme Thorndike adalah yang dinamakan transfer of training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah dipelajari oleh anak sekarang harus dapat digunakan untuk hal lain di masa yang akan datang. Dalam konteks pembelajaran konsep transfer of training merupakan hal yang sangat penting, sebab seandainya konsep ini tidak ada, maka apa yang akan dipelajari tidak akan bermakna.
B. Hukum Latihan (Law of Exercise)
Untuk menghasilkan tindakan yang cocok dan memuaskan untuk merespon suatu stimulus maka seseorang harus mengadakan percobaan dan latihan yang berulang-ulang, adapun latihan atau pengulangan perilaku yang cocok yang telah ditemukan dalam belajar, maka ini merupakan bentuk peningkatan existensi dari perilaku yang cocok tersebut semakin kuat (Law of Use). Dalam suatu teknik agar seseorang dapat mentransfer pesan yang telah ia dapat dari sort time memory kelong time memory ini dibutuhkan pengulangan sebanyak-banyaknya dengan harapan pesan yang telah didapat tidak mudah hilang dari benaknya.
C. Hukum Akibat (Law of Effect)
Hukum akibat Thorndike mengemukakan, jika suatu tindakan diikuti oleh suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan tindakan itu diulangi dalam situasi yang mirip akan meningkat. Akan tetapi, bila suatu perilaku diikuti oleh suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan perilaku itu diulangi akan menurun. Jadi konsekuensi perilaku seseorang pada suatu waktu memegang peranan penting dalam menentukan perilaku orang itu selanjutnya.
B. TEORI BELAJAR KOGNITIVISME.
Teori kognitif adalah teori yang umunya dikaitkan dengan proses belajar.
Kognisi adalah lemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati,
melihat, menyangka, memperhatikan menduga, dan menilai. Teori kognitif
menyatakan bahwa proses belajar terjadi Karena ada variable penghalang pada
aspek-aspek kognisi seseorang,
Jika keseluruhan teori di atas dicocokan dengan dalam ranah psikologi
memiliki kesamaan secara kognitif, maka disisi lain juga memiliki perbedaan jika
diaplikasikan ddalam proses pendidikan. Terlebih untuk menyusuaikan teori belajar
kognitf ini harus dengan kompleksitas proses dan sistem pembelajaran serta harus
benar-benar mamperhatikan karakter masing-masing teori dan kemuddian disesuaikan
dengan peserta didik. Ciri-ciri dari aliran kognitivisme, yang teridentifikasi yaitu:
1. Mementingkan apa yang ada didalam diri manusia
21 | P a g e
3. Mementigkan kondisi waktu sekarang
4. Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Belajar kognitif ciri khasnya terdapat pada memperoleh dan mempergunakan
bentuk-bentuk representative yang mewakili objek-objek itu untuk
direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang tangapan, gagasan atau
lambang yang semua itu besifat mentality
Tokoh-tokoh teori kognitisme
1. Jean piaget, teorinya yang disebut “cognitivisme developmental”
Jean Piaget, teorinya disebut “Cognitive Developmental” Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dan fungsi
intelektual dari konkret menuju abstrak. Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa
proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju
abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai
tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi
kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental
memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan
intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya
berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara
kualitatif.Menurut Suhaidi Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif
anak menjadi empat tahap:
Tahap sensory – motor. yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi
yang masih sederhana.
Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya
symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan
berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini
dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan
logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
22 | P a g e
mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”. Dalam pandangan Piaget, proses adaptasi seseorang dengan lingkungannya terjadi secara simultan melalui dua bentuk proses, asimilasi
dan akomodasi. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang diterima
seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang
tersebut. Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur kognitif yang telah
dimiliki seseorang harus direkonstruksi/di kode ulang disesuaikan dengan
informasi yang baru diterima.Dalam teori perkembangan kognitif ini Piaget
juga menekankan pentingnya penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang
dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga
stabilitas mentalnya. Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah
keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat
menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya. Proses perkembangan
intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui
asimilasi dan akomodasi.
2. Teori perkembangan kognitif, dikembangkan oleh Jerome Bruner
Jerome Bruner Dengan Discovery Learningnya Bruner menekankan bahwa
proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Bruner
meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk,
yaitu: enactive,iconic dan simbolic.Pembelajaran enaktif mengandung sebuah
kesamaan dengan kecerdasan inderawi dalam teori Piaget. Pengetahuan enaktif adalah
mempelajari sesuatu dengan memanipulasi objek – melakukan pengatahuan tersebut
daripada hanya memahaminya. Anak-anak didik sangat mungkin paham bagaimana cara melakukan lompat tali („melakukan‟ kecakapan tersebut), namun tidak terlalu paham bagaimana menggambarkan aktifitas tersebut dalam kata-kata, bahkan ketika
mereka harus menggambarkan dalam pikiran. Pembelajaran ikonik merupakan
pembelajaran yang melalui gambaran; dalam bentuk ini, anak-anak mempresentasikan
pengetahuan melalui sebuah gambar dalam benak mereka. Anak-anak sangat mungkin
mampu menciptakan gambaran tentang pohon mangga dikebun dalam benak mereka,
meskipun mereka masih kesulitan untuk menjelaskan dalam kata-kata. Pembelajaran
23 | P a g e
pengalaman abstrak (seperti bahasa) yang sama sekali tidak memiliki kesamaan fisik
dengan pengalaman tersebut. Sebagaimana namanya, membutuhkan pengetahuan
yang abstrak, dan karena simbolik pembelajaran yang satu ini serupa dengan
operasional formal dalam proses berpikir dalam teori Piaget. Jika dikorelasikan
dengan aplikasi pembelajaran, Discoveri learningnya Bruner dapar dikemukakan
sebagai berikut:
1. Belajar merupakan kecenderungan dalam diri manusia, yaitu Self-curiousity
(keingintahuan) untuk mengadakan petualangan pengalaman.
2. Belajar penemuan terjadi karena sifat mental manusia mengubah struktur yang
ada. Sifat mental tersebut selalu mengalir untuk mengisi berbagai kemungkinan
pengenalan.
3. Kualitas belajar penemuan diwarnai modus imperatif kesiapan dan kemampuan
secara enaktif, ekonik, dan simbolik.
4. Penerapan belajar penemuan hanya merupakan garis besar tujuan instruksional
sebagai arah informatif.
5. Kreatifitas metaforik dan creative conditioning yang bebas dan bertanggung jawab
memungkinkan kemajuan.
3. Teori perkembangan kognitif, dikembangkan oleh Ausubel.
Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum belajar yang bermakna, berikut ini konsep belajar bermakna David
Ausubel.menurut Ausubel ada dua jenis belajar:
1. Belajar bermakna (meaningful learning).
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar.
2. Belajar menghafal (rote learning).
24 | P a g e
Dalam buku ini Ausubel mengindentifikasikan ada 4 kemungkinan tipe belajar, yaitu:
a. Belajar dengan menemukan yang bermakna.
b. Belajar dengan ceramah yang bermakna.
c. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakana.
d. Belajar dengan ceramah yang tidak bermakna.
Dia berpendapat bahwa menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar
dengan menghafal peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
4. Teori belajar kognitive menurut Robert M. Gagne.
Gagne adalah salah satu penganut aliran Psikolog Stimulus-Respon (S-R).
Gagne berpendapat bahwa jadinya belajar seseorang karena adanya factor yang
berada dari dalam atau luar dari dalam diri seseorang tersebut dimana keduanya saling
berinteraksi (Nasution 2000: 136). Faktor yang berada dari luar stimulus dan
lingkungan dalam acara belajar dan faktor dari dalam yaitu faktor yang
menggambarkan keadaan dan proses kognitif siswa. Pada hakikatnya bagi Gagne
belajar merupakan prinsip umum bagi belajar maupun mengajar.
Ada 8 tipe belajar yang dinyatakan oleh Gagne antara lain:
1. Belajar isyarat.
2. Belajar stimulus-respon.
3. Belajar rangkaian.
4. Asosiasi verbal.
5. Belajar diskriminasi.
6. Belajar konsep.
7. Belajar aturan.
25 | P a g e
Menurut Gagne ada 3 tahap dalam belajar yaitu:
1.Persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian
pengharapan dan mendapatkan kembali informasi.
2.Pemerolehan dan mendapatkan kembali informasi yang digunakan untuk: persepsi
selektif, sandi semantik, pembangkitan kembali, dan penguatan.
3.Alih belajar (transfer of learning) yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan
berkelakuan secara umum (Dimyati dan Mudjiono, 1999: 12).
C. TEORI BELAJAR HUMANISME.
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah memiliki nilai pada diri
manusia sendiri. Proses belajar akan dianggap berhasil apabila si pelajar dapat
memahami lingkungannya dan diri sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya
harus dilakukan kerja keras agar mendapat aktualisaasi dengan baik. Teori belajar ini
sebenarnya berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya atau
subjeknya bukan berdasarkan dari sudut pandang si peneliti atau pengamatnya.
Tujuan utama si pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan diri
agar potensi-potensi tersebut dapat terwujud dari diri mereka.
Pengertian belajar menurut teori humanistik mengkaji sifat dari cara manusia
dalam belajar dan karena sifatnya yang abstrak sehingga lebih mendekati teori
kepribadian, filsafat dan psikoterapidari kajian-kajian psikologi belajar. Teori belajar
ini lebih banyak membahas konsep-konsep dari pendidikan membentuk manusia yang
diharapkan serta bagaiman proses itu terwujud. Dari penjabaran sebelumnya kita akan
mendapat pemahaman bahwa teori humanistik akan lebih menekankan sumber atau
pemicu yang disebut motivasi untuk terjadi asmilasi pengetahuan baru ke dalam
struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya.
Dari teori ini juga terdapat para ahli yang menyatakan pendapatnya serta
memberi pandangan yang melalui research seperti; Kolb yang terkenal dengan “Belajar empat tahapnya”, Honey dan Mumford dengan ”pembagian tentang macam-macam peserta didik”, Hubermas dengan “Tiga macam belajarnya”, serta
26 | P a g e
1. Pandangan Korb terhadap belajar.
Korb seorang ahli yang mengemukakan pandangannya terhadap belajar, dia
menyatakan 4 tahapan dalam belajar yaitu:
Gbr. Tahapan belajar menurut Kolb. a.Tahap pengalaman kongkret.
Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah berlangsung dengan apa
adanya yaitu seseorang akan mengalami dan merasakan serta dapat menceritakan
apa yang telah dialami namun belum bisa memahami setelah apa yang dirasakan.
b.Tahap pengalaman aktif dan reflektif.
Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah seseorang akan semakin mampu
melakukan observasi secara aktif terhadap apa yang telah dialami yaitu timbulnya
sebuah pengembangan yang berbentuk pertanyaan atas apa yang dialami.
c.Tahap konseptualisasi.
Pada tahap ketiga dalam peristiwa belajar akan timbul suatu pemikiran induktif
yang berupa memahami suatu pengamatan berdasarkan konsep, teori, serta
hukum yang sesuai prosedur untuk menjadi sebuah dasar dari pemikiran.
d.Tahap eksperimentasi aktif.
Tahap terakhir dari peristiwa belajar adalah melakukan ujicoba atau eksperiment
secara aktif untuk menerapkan semua konsep, teori serta hukum di dalam hal
27 | P a g e
2. Pandangan Honey dan Mumford terhadap belajar.
Pandangan menurut Honey dan Mumford mengilhami dari teori sebelumnya yang
dikemukakan oleh Kolb, dalam teorinya mereka juga berpendapat ada 4 golongan
bagi orang yang belajar yaitu:
a. Kelompok aktivis.
Orang-orang yang masuk dalam golongan aktivis adalah mereka yang senang
melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan
untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
b. Golongan reflector.
Mereka yang termasuk sebagai golongan reflektor cenderung mempunyai
kepribadian yang berlawanan dengan golongan aktivis. Mereka lebih cermat
serta memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi.
c. Kelompok teoritis.
Tipe dalam golongan ini lebih cenderung menganalisi, mempertimbangkan,
kritis dan selalu berfikir secara rasional dengan mengunakan penalaran.
d. Golongan pragmatis.
Kelompok ini lebih menekankan praktek dalam berbagai hal karna bagi orang
golongan pragmatis lebih cenderung berfikir praktis dan mengabaikan teori,
konsep serta dalil karna bagi mereka segala sesuatu itu harus diaplikasikan
dalam wujud praktek.
3. Pandangan Hubermas terhadap belajar.
Tokoh humanis lain adalah Hubermas. Menurutnya, belajar baru akan terjadi
jika ada interaksi antara individu dengan lingkunganya baik secara alam maupun
sosial sebab diantara keduanya tidak dapat dipisahkan. Hubermas membagi 3 jenis
tipe belajar yaitu:
a. Belajar teknis (technical learning).
Yang dimaksud sebagai belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang
dapat berinteraksi dengan lingkungan secara kondisi alam secara benar dengan
pengetahuan serta keterampilannya yang dibutuhkan dan perlu dipelajari agar
dapat mengolah lingkungan alam sekitarnya dengan baik.
b. Belajar praktis (practical learning).
Sedangkan yang dimaksud sebagai belajar praktis adalah belajar bagaimana
seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya yaitu bagaimana dia
28 | P a g e
mengedepankan tentang komunikasi, sosiologi, psikologi, antropologi, dan
berbagai bidang tentang faktor yang menghubungkan.
c. Belajar emansiposiporis (emancipatory).
Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu
pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau
informasi budaya dalam lingkungan sosial.
4. Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap belajar.
Dalam teori Bloom dan Krathwohl lebih menekankan perhatiannya kepada apa yang mesti dikuasai individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui
peristiwa-peristiwa belajar yang telah dilalui. Tujuan belajar yang
dikemukakannya dirangkum menjadi 3 kawasan yang dikenal dengan sebutan
taksonomi Bloom. Teori yang dikemukakan Bloom ini telah menjadi inspirasi
tersendiri bagi pakar atau program yang dijalankan dalam dunia pendidikan dan
serta digunakan oleh Indonesia sendiri. Secara ringkas kita akan membahas
Taksonomi Bloom ini sebagai berikut:
a. Domain koognitif, terdiri atas 6 tingkatan yaitu:
1. Pengetahuan (mengingat, menghafal).
2. Pemahaman (menginterpretasikan).
3. Aplikasi (menggunakan konsep memecahkan masalah).
4. Analisis (menjabarkan suatu konsep).
5. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep
utuh).
6. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dsb).
b. Domain psikomotor, terdiri dari 5 tingkatan yaitu:
1. Peniruan (menirukan gerak).
2. Penggunaan (mengunakan konsep untuk melakukan gerak).
3. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar).
4. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar).
5. Naturalisasi ( melakukan gerak secara wajar).
c. Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:
1. Pengalaman (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu).
2. Merespon (aktif dalam berpartisipasi).
29 | P a g e
4. Pengorganisasian (menghubungkan nilai-nilai yang dipercayainya).
5. Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).
5. Pandangan Carl Rogers terhadap belajar.
Carl R. rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar.
Menurutnya belajar merupakan sebagai fungsi kesuluruhan kepribadian karena
belajar sebenarnya tidak dapat berlangsung selama tidak ada keterlibatan
intelektual dan emosional peserta didik, oleh karena itu motivasi belajar harus
bersumber pada diri peserta didik. Roger membedakan 2 ciri belajar yaitu:
1. Belajar yang bermakna.
Yang dimaksud roger sebagai belajar makna adalah adanya keterlibatan dari
segi proses pembelajaran sendiri melibatkan aspek pikiran dan aspek dari
kondisi perasaan (jiwa).
2. Belajar yang tidak bermakna.
Belajar yang tidak bermakna adalah proses pembelajaran yang berdasarkan
aspek pikiran tapi tidak melibatkan aspek dari kondisi perasaan (jiwa).
Menurut Roger, perana seorang guru merupakan sebagai fasilitator yang
berperan aktif dalam kegiatan belajar peserta didik seperti membantu
menciptakan suasana yang kondusif untuk melajar, membantu peserta didik untuk
memperjelas tujuan belajarnya serta memberikan kebebasan untuk belajar,
membantu peserta didik dengan memotivasi atau mencapai tujuan dari peserta
didik inginkan, menyediakan sumber belajar kepada peserta didik, dan menerima
pertanyaan atau pendapat dari peserta didik. Kesimpulan dari teori humanistic
adalah memanusiakan manusia dengan kata lain peserta didik telah memahami
aktualisasi diri secara optimal. Beberapa prinsip teori belajar humanistik:
1. Manusia mempunyai dorongan alami untuk belajar.
2. Belajar menjadi signifikan bila peserta didik merasa relevansi dengan
maksud tertentu.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4. Belajar yang bermakna apabila peserta didik dapat memahaminya.
5. Belajar yang melibatkan peserta didik dengan pendekatan interaksi seutuhnya
30 | P a g e
D. TEORI BELAJAR GESTALT.
Seiring dengan Kohler dan Koffka, Max Wertheimer merupakan salah satu pendukung utama Teori Gestalt yang menekankan tingkat tinggi proses kognitif di
tengah-tengahbehaviorisme. Fokus teori Gestalt adalah ide tentang “pengelompokan”,
yaitu, karakteristik stimulus menyebabkan kita struktur atau menafsirkan bidang
visual atau masalah dengan cara tertentu (Wertheimer, 1922). Faktor utama yang
menentukan pengelompokan atau prinsip organisasi adalah:
1.kedekatan – elemen cenderung dikelompokkan bersama menurut kedekatan
mereka.
2.kesamaan – item serupa dalam beberapa hal cenderung dikelompokkan bersama.
3.penutupan – item dikelompokkan bersama-sama jika mereka cenderung untuk
menyelesaikan beberapa entitas.
4.kesederhanaan – butir akan diatur dalam angka sederhana berdasarkan simetri,
keteraturan, dan halus. Faktor-faktor ini disebut hukum organisasi dan dijelaskan
dalam konteks persepsi dan pemecahan masalah..
Wertheimer terutama berkaitan dengan masalah-masalah. Werthiemer (1959)
memberikan interpretasi Gestalt memecahkan masalah episode ilmuwan terkenal
(misalnya, Galileo, Einstein) serta anak-anak yang disajikan dengan masalah
matematika. Inti dari perilaku pemecahan masalah sukses menurut Wertheimer adalah
mampu melihat struktur keseluruhan masalah ini: Sebuah tertentu di wilayah tersebut menjadi bidang penting, difokuskan, tetapi itu tidak menjadi terisolasi. “Sebuah struktur yang lebih dalam baru melihat, dari situasi berkembang, melibatkan
perubahan dalam arti fungsional, pengelompokan, dll dari item wilayah. Disutradarai
oleh apa yang dibutuhkan oleh suatu struktur situasi untuk krusial, salah satu adalah
menyebabkan prediksi yang wajar, yang seperti bagian lain dari struktur, panggilan
untuk verifikasi, langsung atau tidak langsung mendapatkan. dua arah yang terlibat
secara keseluruhan, gambar konsisten dan melihat apa struktur memerlukan
keseluruhan untuk bagian-bagian Teori Belajar Gestalt berlaku untuk semua aspek
pembelajaran manusia, meskipun berlaku paling langsung ke persepsi dan pemecahan
masalah. Pekerjaan Gibson sangat dipengaruhi oleh teori Gestalt. Beberapa contoh
31 | P a g e
Beberapa Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
E. TEORI SIBERNETIK.
32 | P a g e
mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa (Budiningsih, 2008: 81). Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses
belajar yang berbeda. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya
secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.
Proses pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan dalam belajar yang mengutamakan berfungsinya memory. Model proses pengolahan informasi memandang memori manusia seperti komputer yang mengambil atau mendapatkan informasi, mengelola dan mengubahnya dalam bentuk dan isi, kemudian menyimpannya dan menampilkan kembali informasi pada saat dibutuhkan.
1. Teori Belajar Menurut Landa
Landa membedakan dua macam proses berfikir, yaitu proses berfikir algoritmik dan proses berfikir heuristik.
a. Proses berfikir algoritmik, yaitu proses berfikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus menuju kesatu tujuan tertentu.
b. Proses berfikir heuristik, yaitu cara berfikir devergen, menuju kebeberapa target tujuan sekaligus (Budiningsih, 2005: 87).
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak di pecahkan diketahui ciri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajenasi dan berfikir.
33 | P a g e
2. Teori Belajar Menurut Pask dan Scott
Pask dan scott juga termasuk penganut teori sibernetik. Menurut mereka ada dua macam cara berfikir, yaitu cara berfikir serialis dan cara berfikir wholist atau menyeluruh. Pendekatan serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Namun apa yang dikatakan sebagai cara berfikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan cara berfikir heuristik. Bedanya, cara berfikir menyeluruh adalah berfikir yang cenderung melompat kedepan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.
Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang diamati lebih dahulu, melainkan seluruh lukisan itu sekaligus baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih detail.
Sedangkan cara berfikir heuristik yang dikemukakan oleh Landa adalah cara berfikir devergen mengarah kebeberapa aspek sekaligus (Budiningsih, 2005: 88).
Siswa tipe wholist atau menyeluruh biasanya dalam mempelajari sesuatu cenderung dilakukan dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus atau detail. Sedangkan siswa tipe serialist dalam mempelajari sesuatu cenderung menggunakan cara berfikir secara algoritmik. Teori sibernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena tidak secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah infomasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan pandangan tersebut maka diasumsikan bahwa manusia merupakan mahluk yang mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.
Asumsi diatas direfleksikan dalam model belajar dan pembelajaran yang menggambarkan proses mental dalam belajar yang terstuktur membentuk suatu sistem kegiatan mental. Dari model ini dikembangkan prinsip-prinsip belajar seperti:
1. Proses mental dalam belajar terfokus pada pengetahuan yang bermakna. 2. Proses mental tersebut mampu menyandi informasi secara bermakna. 3. Proses mental bermuara pada pengorganisasian pengaktulisasian informasi.
F. TEORI KONSTRUKTIVISME.
34 | P a g e
pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi” atau membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki. Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari ”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu.
Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. 5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah:
1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya.
2. Menggalakkan soalan/idea yang dimulakan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
3. Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan pembawaan murid.
4. Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide. 5. Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid.
6. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.
7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
35 | P a g e
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancer.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan. 7. Mmencari dan menilai pendapat siswa.
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.
Kelebihan dan kelemahan teori konstruktivistik. Kelebihan:
1. Berfikir : Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.
2. Faham : Oleh ksrana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
3. Ingat : Oleh karana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
4. Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5. Seronok : Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.