• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologi Belajar transfer belajar dan (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Psikologi Belajar transfer belajar dan (2)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU BELAJAR

PSIKOLOGI BELAJAR

MATERI PERKULIAHAN DISERTAI YEL-YEL

DAN PERTANYAAN OBJEKTIF/ESSAY

Oleh :

JUMADI MORI SALAM TUASIKAL

SEMOGA BERMANFAAT

DOKUMEN PRIBADI

PADANG

2013

(2)

BAB I: BELAJAR PEMBIASAAN... 3. Pertanyaan objektif dan essay di sertai jawaban

BAB II: BELAJAR VERBAL... E. Tahapan analisa dari pembelajaran verbal……….…… F. Pendekatan kognitif dalam pembelajaran verbal ………. G. Motivai dan pembelajaran verbal……….. 3. Pertanyaan objektif dan essay di sertai jawaban

BAB III: MEMORI I PENGOLAHAN INFORMASI……… 1. Yel-Yel ……… 3. Pertanyaan objektif dan essay di sertai jawaban

BAB IV: MEMORI II PENGORGANISASIAN,

KELUPAAN DAN MODEL MEMORI……… 1. Yel-Yel………. 2. Memori II Pengorganisasian, Lupa, dan Model Memori………… A. Proses pengorganisasian……….. B. Lupa ……….. C. Model memori………. D. Kebiasaan belajar memori……….. 3. Pertanyaan objektif dan essay di sertai jawaban

BAB V: BAHASA……….. 1. Yel-Yel………. 2. Bahasa………...

(3)

C. Struktur dalam bahasa………. D. Beberapa isu dalam bahasa………. E. Teori pembelajaran bahasa………. 3. Pertanyaan objektif dan essay di sertai jawaban

BAB VI: PEMBELAJARAN KONSEP……… 1. Yel-Yel……….. 2. Belajar Konsep………..

A. Hakikat belajar konsep……….. B. Aturan dasar belajar konsep……… C. Factor yang mempengaruhi belajar konsep……….. D. Teori-teori belajar konsep……….. E. Beberapa prinsipiprinsip praktis………. 3. Pertanyaan objektif dan essay di sertai jawaban

BAB VII: BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH………. 1. Yel-Yel ……… 2. Berpikir dan Pemecahan Masalah……….

A. Hakikat berpikir dan pemecahan masalah……….. B. Bentuk-bentuk umum dan tugas pemecahan masalah……… C. Tahap-tahap pemecahan masalah………. D. Teori-teori berfikirdan pemecahan masalah……….. E. Teori perkembangan kognitif piaget……… F. Saran-saran praktis………. 3. Pertanyaan objektif dan essay di sertai jawaban

BAB VIII: PERHATIAN DAN PEMBELAJARAN PERSEPTUAL… 1. Yel-Yel………. F. Hal-hal yang dipelajari dalam belajar perceptual……….. G. Implikasi-implikasi praktis………. 3. Pertanyaan objektif dan essay di sertai jawaban

BAB IX: BELAJAR KETRAMPILAN MOTORIK……….. 3. Pertanyaan objektif dan essay di sertai jawaban

(4)

1. Yel-Yel ……… 2. Latihan Transfer………

A. Konsep transfer………. B. Kajian tentang transfer……… C. Komponen-komponen transfer hasil latihan……… D. Transferdan kesamaan tugas………. E. Teori transfer………... F. Beberapa aplikasi praktis transfer………... 3. Pertanyaan objektif dan essay di sertai jawaban

BAB XI: PERBEDAAN INDIVIDU DALAM

BELAJAR DAN MENGINGAT………. 1. Yel-Yel ……… 2. Perbedaan Individu dalam Belajar dan Mengingat……….. A. Hakikat perbedaan individu……….. B. Sejarah pendahulu………... C. Kajian tentang perbedaan individu………. D. Beberapa perbedaan individu………. E. Interaksi atribut dengan perlakuan (ATI)………. 3. Pertanyaan objektif dan essay di sertai jawaban

(5)

BAB 1

BELAJAR PEMBIASAAN

1.

YEL-YEL

BELAJAR PEMBIASAAN

Lirik lagu: Helly

Mari belajar pembiasaan Tiga prosedur dasar

Instrumental, operant, klasik Sambil ada penguatan

Positif ya ya ya Negatif ya ya ya Ayo rajin belajar Primer ya ya ya Sekunder ya ya ya Konsep penguatan Ada enam prinsif dasar

(6)

2. BELAJAR PEMBIASAAN

A. Pendahuluan

Para psikolog menyepakati bahwa bentuk belajar yang paling sederhana adalah pembiasaan (conditioning), pembiasaan sebagai sebuah bentuk pembelajaran, yang telah diamati dalam organisme yang lebih rendah dari manusia, merupakan bentuk yang paling dasar dari proses belajar dari pada pembelajaran konsep, berpikir dan pemecahan masalah. Dalam memahami pembiasaan membutuhkan asumsi dan prinsip yang lebih sedikit dibandingkan dengan fenomena yang lebih kompleks seperti memori, pembelajaran konsep dan berpikir. Sebaliknya pengaruhnya adalah dalam memahami pembelajaran manusia yang lebih kompleks membutuhkan penambahan prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam belajar tentang pembiasaan.

B. Pembiasaan dan Pembelajaran Manusia

Menurut Dalyono (2010:227) belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan. Tujuannya agar manusia memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif, dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu.

Menurut Aminuddin (2010) pembiasan adalah proses pembelajaran yang berlangsung dengan jaan membiasakan anak didik untuk bertingkah laku, berbicara, berfikir dan melakukan aktivitas tertentu menurut kebiasaan yang baik.

Pembiasaan dalam pembelajaran memiliki peranan yang penting karena setiap pengetahuan atau tingkah laku yang diperoleh dengan pembiasaan akan sangat sulit mengubah atau menghilangkannya sehingga cara ini amat berguna dalam mendidik anak. Penanaman kebiasaan pada diri seorang anak (peserta didik) mengupayakan suatu tindakan agar tebiasa melakukannya, sehingga terkadang anak tidak menyadari apa yang dilakukan nya karena sudah menjadi kebiasaan.

Tujuan belajar pembiasaan ini adalah agar peserta didik memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih baru yang tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). Dengan kata lain, selaras dengan norma-norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religious maupun tradisional dan cultural.

C. Prosedur Dasar Pembiasaan

1. Classical Conditioning (Pengkondisian Klasik)

(7)

makanan tersebut, secara otomatis binatang tersebut menanggapinya dengan air liurnya. Sedangkan suara garpu tala tidak mendapatkan respon oleh binatang tersebut. Eksperimen ini dilakukan berulang-ulang, dan dengan adanya makanan tersebut, hewan tersebut selalu mengeluarkan air liurnya. Kemudian dibunyikan garpu, tanpa disuguhkan makanan dan anjing tetap mengeluarkan air liur.

Dengan demikian peristiwa yang pada awalnya netral, suara, diperoleh kapasitas untuk memperoleh tanggapan berdasarkan yang dipasangkan dengan makanan bubuk. Pavlov menyebutkan makanan sebagai stimulus yang tak terkondisi (Uncondotional Stimulus) atau UCS, bunyi garpu sebagai stimulus yang terkondisi (Condotional Stimulus) atau CS. Respon yang dikeluarkan berupa air liur saat disuguhkan makanan dinamakan sebagai respon yang tak terkondisi (Unconditional Response) atau CR, dan respon air liur yang dikeluarkan dengan hanya stimulus bunyi garpu sebagai respon terkondisi (Conditional Response) atau CR.

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing tersebut menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

a. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

b. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

Teori pembiasaan klasik ini juga diartikan sebagai sebuah prosedur penciptaan refleks. Artinya, apabila stimlus yang diadakan selalu disertai dengan stimulus penguat, stimulus tadi akan cepat atau lambat menimbulkan respons atau perubahan yang kita kehendaki, sesuai respons yang dipelajari itu sendiri.

2. Operant or Instrumental Conditioning (Pembiasaan Operant atau Instrumental)

Bentuk pembiasaan kedua yaitu pembiasaan operant atau instrumental atau disebut dengan pembelajaran instrumental. Bentuk pembiasaan instrumental atau operant ini berkaitan dengan tingkah laku yang didukung dengan penguatan. Lebih lanjut menurut Pavlov bahwa organisme relatif pasif. Sehingga eksperimennya yang bisa memutuskan kapan harus melaksanakan rangsangan dan menunggu respons dari organisme.

Operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer merupakan stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak disengaja sebagai pasangan stimulus lainnya seperti

classical conditioning.

(8)

gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri atas tombol, batang teruji, dan pengungkit.

Dalam eksperimen ini mula-mula tikus itu mengeksplorasi peti sangkat dengan cara lari ke sana ke mari, mencium benda-benda yang ada di sekitarnya, mencakar dinding dan sebagainya. Aksi-aksi seperti ini disebut emitted behavior atau tingkah laku yang terpancar, yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa mempedulikan stimulus tertentu. Kemudian pada gilirannya, secara kebetulan salah satu emitted behavior (Seperti cakaran kaki depan atau sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan dalam wadahnya. Butir-butir makanan yang muncul itu merupakan reinforcer bagi penekanan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah disebut tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabilia diiringi dengan reinforcement, yakni penguatan berupa butir-butir makanan yang muncul pada wadah makanan.

a. Perbedaan Operant dan Instrumental Conditioning

Perbedaan pada dasarnya adalah prosedur satu yang terletak pada cara di mana eksperimen yang diberikan selama pelatihan. Pengkondisian instrumental mengacu pada situasi di mana terdapat pemisahan percobaan. Sebuah percobaan selesai, subjek akan dihapus dari piranti, dan percobaan lain dimulai. Dengan demikian, kontrol eksperimen urutan atau cobaan. Berbeda dengan percobaan terpisah memeriksa prosedur, subjek mungkin diperbolehkan untuk menanggapi secara bebas, mengendalikan atau mengatur tingkat sendiri merespons.

b. Variasi pada Pembiasaan Instrumental atau Operant

Ada tiga variasi pada pembiasaan instrumental atau operant, yaitu ; cue present or not, reward or punishment, and respon produced or withheld (isyarat menyajikan atau bukan, penghargaan atau hukuman, dan respon memproduksi atau menahan). Pada model pertama menciptakan situasi yang mendatangkan diskriminasi, sehingga subjek akan berusahaa melakukan respon. Pada model kedua subjek diransang dengan adanya hadiah dan hukuman. Jika ia benar mendapatkan hadiah dan jika ia salah menerima hukuman. Sedangkan pada model ketiga, stimulus dilaksanakan dengan menghasilkan dan menahan respon. Jika respon ditahan maka subjek akan berusaha untuk tidak merespon.

c. Pembiasaan Verbal Operant

Prosedur operant juga telah ditetapkan pada pembiasaan verbal. Sebagai contoh, di labor diaturlah manusia sebagai objek. Subjek diminta untuk melahirkan respon dengan kategori kata-kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata ganti dan si pelaku eksperimen dengan leluasa mengemukakan sesuatu kata dan subjek untuk menentukan satu di antara tiga kategori yang tepat. Terbukti bahwa subjek yang siap akan melakukan kondisi verbal lebih cepat.

(9)

D. Konsep Penguatan

Pembelajaran pengkondisian terdapat aspek penguatan (reinforcement). Dimana penguatan terdiri dari dua macam, yaitu: penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif merupakan penguatan yang diberikan untuk memperkuat respon yang ditampilkan. Contohnya adalah pemberian hadiah berupa benda berharga dan penghargaan berupa pujian terhadap keberhasilan siswa. Penguatan negatif merupakan penguatan yang diberikan ketika respon yang salah telah diakhiri atau dihindari dengan tujuan untuk mengurangi respon salah bermakna negatif, bukan dikasih hukuman tetepi dengan tindakan tegas. Contohnya ketika siswa yang terlambat diminta untuk jangan mengulanginya lagi karena dapat merugikan siswa dalam proses belajar. Disaat prilaku negatif itu tidak terulang lagi berikan pujian dan sanjungan.

Berdasarkan sifat, penguatan yang bersifat primer dan sekunder. Penguatan primer yakni hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan fisik dan biologis. Sementara itu penguatan sekunder merujuk kepada kejadian yang penguatannya terasa sangat berperan sebagai hasil dari proses belajar.

E. Prinsip Dasar Pembiasaan

Adapun prinsip dasar pembiasaan adalah sebagai berikut :

1. Acquisition (Perolehan). Pada pembiasaan operant, respon yang memperoleh penguatan akan menguat secara berangsur-angsur dan sebaliknya. Perolehan CR tergantung pada variabel selain jumlah CS-UCS dan penguatan. Pembiasaan klasik kekuatan CR bergantung pada intensitas CS dan UCS, dengan pembiasaan yang lebih tepat maka stimulus meningkat.

2. Extinction (Pemadaman). Pemadaman merupakan penurunan intensitas kekuatan respons dan semakin sering tidak terlihat sampai menghilang. Pada pembiasaan klasik pengulangan CS saja akan mengarahkan pada pengurangan kekuatan respon. Hal ini diilustrasikan perolehan dan pemahadaman CR. Pada percobaan yang mengurangi yang tidak memberikan penguatan, maka kekuatan CR semakin menurun. Sampai tidak ada sama sekali penguatan, maka kekuatan CR pun menjadi hilang sama sekali. Pada penguatan yang terjadi sebagian saja meningkat hambatan untuk pemadaman, prinsip ini sebagai pengaruh penguatan parsial.

3. Spontaneous Recovery (Pengembalian Spontan). Pengembalian spontan menunjukkan munculnya kembali respon yang telah mengalami pemadaman. Ini menunjukkan bahwa kecendrungan perilaku masih ada walaupun respons telah dihilangkan sebelumnya.

4. Generalization (Generalisasi). Belajar pada satu situasi atau konteks bisa digeneralisasikan pada konteks atau situasi yang lain, namun yang situasinya mirip. Dengan demikian prinsip dasarnya adalah bahwa suatu respon yang dipelajari pada sutua stimulus dan ada stimulus lain yang mirip dengan itu, maka akan menghasilkan respon yang sama.

(10)

mempengaruhi pembedaan stimulus antara lain, kemiripan, kekonsistenan dan dimensi kerelavansian. Semakin besar tingkat kemiripan semakin sulit orang membedakannya.

6. Differentiation (Perbedaan). Perbedaan adalah proses yang yang mirip dikuatkan secara berbeda. Dalam hal ini satu respons dikuatkan sementara respons yang lain dilemahkan. Proses perbedaan respons ini menegaskan bahwa respon bisa dibentuk atau lebih seksama dalam pembelajaran. Perbedaan respons seperti pada pembelajaran yang dilakukan berulang kali, yang mana kamu boleh gagal sebagai peringatan agar belajar secara teratur.

F. Penerapan Prinsip-Prinsip Pembiasaan

1. Conditioning Principles and Behaviour Therapy (Prinsip Pengaruh keadaan Dan Perilaku Therapy).

Pendekatan yang digunakan untuk prinsip pembiasaan diaplikasikan terhadap tingkah laku yang tidak terkendali atau menyimpang. Prinsip yang mendasari adalah bahwa perilaku yang tidak sehat diperoleh melalui pembiasaan. Sebagaimana tingkah laku yang benar diperoleh melalui pembiasaan, maka perilaku menyimpang pun tentunya diperoleh dari pembiasaan, yakni dari belajar.

2. SomeTechniquesofBehaviourTherapy (Beberapa Teknik Perilaku Therapy)

a. Systematic Desentisization. Kegiatan ini mencakup tiga kegiatan, yaitu ; klien

di-training dalam suasana yang santai, kemudian diberikan stimulus yang menghasilkan ketegangan, terakhir klien dibiarkan rileks sampai akhirnya konselor dan klien bekerjasama dengan langkah-langkah itu untuk mengembalikan kenyamanan klien.

b. Implosion Therapy. Teknik ini hampi sama dengan teknik di atas, namun pada teknik ini klien diminta untuk membayangkan sebab yang membuatnya takut. Seperti membayangkan binatang buas atau berbisa. Karena tidak ada hukuman nyata dihadapannya, maka rasa takut diasumsikan akan mungkin berkurang sampai akhirnya lenyap sama sekali. Kemudian konselor akan membantu pasien kembali rileks.

c. Eversion Therapy. Teknik ini dilakukan dengan membangkitkan rasa antipati pasian terhadap sesuatu yang menyebabkan perilakunya menyimpang. Misalnya pada peminum alkohol, diberikan rangsangan sehingga membuatnya muak. Jadi tujuannya untuk memberikan respon negatif terhadap alcohol.

3. Conditioning Principles and Programmed Instruction (Prinsip Pengaruh keadaan dan Instruksi yang Diprogramkan)

(11)

3. PERTANYAAN OBJEKTIF DAN ESSAY DI SERTAI JAWABAN (BELAJAR PEMBIASAAN)

Petunjuk:

 Untuk soal objektif pililah sala satu jawaban a, b, c, atau d yang di anggap paling benar

 Untuk soal essay jawablah sesuai dengan pertanyaan yang di berikan

 Tidak di perkenangkan untuk menyontek A. Soal dan Jawaban Objektif

1. Proses pembelajaran untuk memberikan respon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang mirip, merupakan pengertian dari prinsip dasar pembiasaan

a. Acquisition (perolehan) b. Extinction (pemadaman)

c. Spontaneous recovery (pengembalian spontan) d. Discrimination (pembedaan)

2. Ada dua hukum belajar yang dihasilkan oleh eksperimen Pavlov yaitu a. Law of respondent conditioning dan law of respondent extinction b. Law of respondent conditioning dan law of respondent stimulus c. Law of respondent extinction dan law of respondent condotional d. Law of respondent stimulus dan law of respondent condotional

3. Tiga prosedur dasar dalam mempelajari proses pembiasaan, kecuali a. Operant

b. Klasik c. Instrumental d. Prosedur tertunda

4. Manakah yang termasuk reinforcers primer a. Mobil dan motor

b. Rumah dan hotel c. Makanan dan air

d. Baju dan celana (pakaian)

(12)

a. Law of respondent conditioning

b. Conditing principles and behaviour therapy c. Some techniques of behaviour therapy

d. Conditioning principles and programmed instruction

B. Soal dan Jawaban Essay

1. Jelaskan apa itu Classical Conditioning ?

Jawaban : Classical Conditioning yaitu merupakan pengkondisian klasik yang mengacu pada suatu set prosedur pelatihan di mana satu rangsangan yang data untuk menggantikan yang lain dalam membangkitkan respon.

2. Jelaskan apa itu aspek penguatan (reinforcement) positif di sertai contoh ?

Jawaban: Penguatan positif merupakan penguatan yang di berikan untuk memperkuat respon yang di tampilkan. Contohnya adalah pemberian hadiah berupa benda berharga dan penghargaan berupa pujianterhadap keberhasilan siswa.

3. Jelaskan apa yang di maksud dengan eversion therapy ?

(13)

BAB II

BELAJAR VERBAL

1.

YEL-YEL BELAJAR VERBAL

Lirik: Naik-Naik Kepuncak Gunung

Hari ini kita belajar verbal Konsep juga prosedurnya

Jangan lupa tahap pendekatan Itu juga meterinya

Mining fulnes, similarity Itu asosianismenya

(14)

2. BELAJAR VERBAL

A. Pendahuluan

Manusia tidak terlepas dari berbicara. Ketika lahirpun manusia telah menggunakan bahasa verbal yaitu berupa tangisan. Dalam belajarpun manusia berinteraksi dengan bahasa verbal. Pembelajaran verbal digunakan untuk memahami arti dari dokumen abstrak seperti undang-undang hak dan juga untuk memahami sebuah kata asing, ini melibatkan pembelajaran verbal.

Pembelajaran yang efektif semestinya memperhatikan bahasa verbal. Hal ini didasari bahwa untuk menyajikan materi kepada peserta didik semestinya memerlukan bahasa yang jelas, padat dan singkat. Mimik wajah, intonasi, senyum ataupun tertawa merupakan bagian dari bahasa verbl. Bagaimana jadinya pembelajaran jika bahasa verbal tidak dipahami oleh guru dan siswa. interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran ditandai dengan komunikasi yang baik. Adapun komunikasinya seperti lisan dan bahasa tubuh.

Pesan yang diinginkan akan sampai, jika dikemas dengan baik. Di sinilah peran pendidik (guru) memaksimalkan kemampuan verbalnya dalam pembelajaran. Segala sesuatunya bermula dari bahasa. Oleh karenanya pemilihan bahasa dalam pembelajaran adalah kunci berhasilnya pembelajaran tersebut.

Cerminan jiwa seseorang akan terlihat dari sejauhnya mana bagusnya bahasa seseorang. Sebab kejernihan pikiran seseorang bisa terlihat dari tindakan bahasa lisan dan bahasa tubuhnya. Bahasa verbal menjadi daya tarik seseorang sehingga dia disukai. Budi pekerti seseorang dengan mudah dipantau dengan bahasa verbal yang dilakukannya. Oleh karena bahasa verbal mrupakan bangunan dasar seseorang berinterak dengan lingkungannya, maka alam pembelajaran pun demikian adanya. Pada pembelajaran verbal ada dua konsep penting yaitu persinggungan dan frekuensi. Pada persinggungan adanya peristiwa yang saling melengkapi atau berdekatan satu sama lain pada tempat atau pada waktu. Pada frekuensi mengacu pada konsep bagaimana dua peristiwa itu terjadi secara berdekatan. Konsep ini sangat penting karena merupakan prinsip yang sudah berjalan lama dalam pengembangan asosiasi. Untuk lebih jelasnya bagaimana pembelajaran verbal tersebut, makalah ini dibahas bagaimana sesungguhnya pembelajaran tersebut. Bagaimana dengan asas filosofinya dan manfaatnya bagi dunia pendidikan.

B. Ruang lingkup Pembelajaran Verbal

Pembelajaran verbal merupakan beberapa situasi pembelajaran dimana tugas-tugas yang membutuhkan orang yang belajar untuk merespon materi bahan-bahan verbal seperti kata-kata atau menanggapi dengan respon verbal. Pembelajaran verbal merupakan proses yang komplek yang terdiri dari pemecahan masalah, berfikir dan rumusan konsep dan juga melibatkan aktivitas kognitif.

(15)

C. Prosedur dan Bahan Pembelajaran Verbal

`Berbagai bahan yang digunakan dalam penelitian pembelajaran verbal. Pada tingkat sederhana huruf tunggal dapat digunakan. Tiga huruf itu disebut trigrams, yaitu berupa konsonan-vokal-konsonan (cvc) kombinasi atau konsonan-konsonan-konsonan (CCC) kombinasi. Istilah trigram datang untuk menggantikan istilah suku kata yang kosong karena lebih mudah untuk merujuk pada keberatian dari trigrams. Trigrams bervariasi dalam sifat asosiatif seperti nilai asosiasi. Dalam rangka untuk menentukan nilai asosiasi, subjek manusia diperlihatan trigram satu persatu waktu untuk suatu periode singkat dan bertannya apakah ereka memiliki hubungan ke trigram. Dimana subjeknya memiliki asosiasi untuk mendefenisikan item verbal asosiasinya. Inti penelitian verbal adalah adanya tugas pembelajaran. Ada empat proses dasar pembelajaran verbal yaitu:

1. Pembelajaran serial

Pembelajaran serial melibatkan pembelajaran serangkaian item pada urutan tertentu contohnya alphabet, nama-nama hari, nama sembilan planet dalam tata surya. Para ahli menjelaskan item pertama merupakan stimulus dimana item kedua dipelajari sebagai respon. Respon kedua dianggap sebagai stimulus dimana item kedua dipelajari sebagai responnya, begitu sebaliknya.

Pembelajaran serial ditandai dengan adanya suatu pola tertentu. Orang lebih cepat dan mudah belajar berbagai item pertama dan beberapa item terakhir dari pada item-item di tengah. Kecenderungan mempelajari item-item pertama dengan mudah dalam kurva pembelajaran serial disebut efek unggul. Kecendrungan untuk mempelajari item terakhir dengan mudah disebut efek resensi.

2. Pembelajaran gabungan berpasangan

Pembelajaran gabungan berpasangan melibatkan pembelajaran berpasangan untuk item-itemnya, misalnya pembelajaran kosa kata bahasa inggris dengan bahasa lainnya. Para ahli teori pembelajaran menggambarkan gabungan berpasangan ini sebagai stimulus respon yang berbeda yaitu item pertama adalah stimulus dan item ke dua adalah respon.

Dalam pembelajaran gabungan berpasangan tugas pelajar adalah mengupulkan pasangan-pasanga dari soal-soal, satu anggota pasangan menjadi stimulus dan anggota yang ke dua menjadi responnya. Dengan langkah ini orang yang mencoba mendesain yang mana soal-soal yang berfungsi sebagai stimulus dan mana yang respon, sedangkan pada pembelajaran serial sebuah soal dapat berfungsi keduanya.

3. Pembelajaran panggilan bebas

Dalam panggilan bebas mata pelajaran diberikan seperangkat soal-soal verbal kepada suatu waktu membutuhkan pemanggilan soal kembali tanpa mempertimbangkan untuk memerintahkan pesanan prestasi dari unsur-unsur tentang masing-masing percobaan bervariasikan dan si pelajar bebas untuk memanggil kembali pada pesanan yang dipilih, ini di istilahkan dengan “free recal”atau pelajaran itu kadang-kadang dipanggil.

(16)

2. Isyarat, contoh, kategori, konseptual yang dideteksi pelajar selama pembelajaran dan digunakan selama panggilan kembali.

3. strategi digunakan dalam mendapatkan kembali memori.

Dalam panggilan bebas ini, subyek dihadirkan sebagai sebuah seni dari hal verbal sekali waktu dan diisyaratkan memanggil kembali.

Contoh:

Apel Teh Gajah Soda Singa Kentang Bayam Pir Kopi Jeruk Susu Sapi

Lobak Anjing laut Lemon Wortel

Anda mungkin memperhatikan bahwa verbal tersebut bisa dibagai ke dalam empat kelompok, yaitu sayur-sayuran, buah-buahan, minum-minuman dan binatang. Selanjutnya ini dapat mengelompokkan panggilan kembali yang berurutan pada hal tersebut.

4. Pembelajaran pengenalan

Langkah-langkah dalam pembelajaran pengenalan dimana pelajar ditunjukkan hal-hal dalam fase studi kemudian diuji untuk pengenalan pada waktu percobaan. Contoh: pembelajaran untuk mengenali wajah orang-rang menjadi akrab, dengan penunjuk tertentu selama di jalan raya atau selam sebuah rute yang sering anda lewati atau jalani, contohnya rambu-rambu lalu lintas. Pembelajaran pengenalan adalah proses dimana kita bisa membedakan peristiwa yaang sudah lazim dari peristiwa yang tidak lazim di lingkungan kita. D. Assosianisme dan pembelajaran Verbal

Pendekatan secara klasikal untuk pembelajaran verbal ini berasal dari teori asosiasi, kata seperti meja, kursi, cinta dan psikologi adalah nyata-nyata sudah lazim dan kata-kata yang sering dipraktekkan sebagai kesatuan yang terinteragsi, sebaliknya kesatuan lisan seperti REH, ZEZ dan GXC adalah kurang dikenal dan membutuhkan perimbangan praktek sebelum menjadi terintegrasi sebagai unit.

1. Kebermaknaan dan Pembelajaran Verbal.

Clyde Noble menyatakan bahwa salah satu cara yang bisa digunakan untuk memahami tentang kebermaknaan adalah dengan mengukur jumlah asosiasi yang diberikan terhadap sebuah kata atau terhadap unit verbalnya. Jadi kebermaknaan bisa dikatakan sebagai asosiasi yang ditunjukan oleh sebuah unit verbal, dengan semakin banyak item-item kebermaknaan semakin banyak pula asosiasi.

Dalam pembelajaran asosiasi kebermaknaan bisa dibagi terdiri dari stimlus dan respon. Semakin tinggi stimulus dan respon maka pembelajaran berarti semakin baik. Bila tingkat stimulus dan respon rendah maka tingkat pembelajaran juga rendah.

(17)

Apabila stimulus dan reson bisa menunjukkan banyak asosiasi , upaya penghubung, akan menjadi lebih mudah, misalnya upaya menghubungkan sapi dengan anjing, karena mereka sama-sama hewan. Hubungan keduanya akan menjadi mudah apabila pelajar menganggap hewan sebagai sebuah asosiasi umum.

Teori ini bisa mengalami kesulitan dalam penerapannya. Pertama apabila respon yang diberikan terhadap stimulus dalam sebuah prosedur pelatihan yang lebih baik, maka performa dalam proses menggunakan stimuli ini akan lebih buruk. Ini disebut dengan interference paradok. Kesulitan lainnya adalah dalam melakukan transfer temuan pelatihan. Teori yang lebih umum diterima sekarang ini adalah teori penekanan pada penyimpulan unit-unit terpadu. Teori ini bersifat lebih kogniti karena ia menekankan kepada aktivitas-aktivitas manusia.

Teori ini berakar dari dua prinsip, satu yang berhubungan dengan pembelajaran atau pemahaman respon, yang lainnya berhubungan dengan pembelajaran stimulus yang ditekankan. Dalam hal respon, teori ini menekankan bahwa respon kebermaknaan memberikan efek dalam proses pemahaman karena lebih banyak respon kebermaknaan sebagai unit oleh pelajar. Semakin bermakna respon maka semakin terpadu formasi asosiasi. Kata-kata seperti meja, kursi, cinta dan psikologi adalah kata-kata yang sudah umum dan sering di dengar atau digunakan. Di sini stimulus kebermaknaan tampak memberikan efeknya melalui stabilitas respon persepsi-rekognisi yang dibuat untuk stimuli. Stimulus berfungsi untuk memancing timbulnya respon bila ia diterima dalam bentuk yang konsisten. Teori menyatakan bahwa pembelajaran harus mengidentifikasi respon ke dalam bentuk stimulus respon yang bersifat implisit dan bisa menjadi representasi bentuk stimulus yang aktual. 2. Kesamaan dan pembelajaran Verbal

Kesamaan adalah faktor lain yang berpengaruh terhadap upaya pemahaman verbal. Efeknya tergantung pada jenis upaya pemahaman verbal yang dilakukan, kada juga pada upaya pemahaman terhadap alat bantu kesamaan.

Kesamaan formal dan bahan –bahan verbal ditentukan oleh jumlah huruf yang digunakan dalam membentuk sebuah kelompok item. Semakin banyak elemen yang ada maka semakin besar tingkat kesamaan item tersebut.

Kata juga bervariasi dalam kesamaan makna. Dalam hal ini sekelompok kata yang sama memiliki sinonim seperti produktif, pekerja keras, efesien, ambisius, menyopir dan lain-lainnya. Sedangkan tingkat kesamaan yang rendah bisa ditemukan dalam kelompok kata yang tidak saling berhubungan satu sama lain. Kata bisa sama secara konseptual yaitu apabila ia mengacu pada kategori yang sama atau menunjukkan contoh dari konsep yang sama, misalnya kata-kata phoenixs Tucson, Albuqueque, Elpaso dan Las Vegas adalah kata-kata yang menunjukkan kota-kota di Amerika Barat Daya.

E. Tahapan Analisa dari pembelajaran Verbal 1. Respon dan pembelajaran asosiasi

(18)

terpadu sehingga ia dikenali, ini disebut dengan tahap pembelajaran respon. Pada tahap kedua adanya pengaitan respon tertentu terhadap stimulus tertentu, ini disebut dengan tahap asosiatif. Bila respon rendah dalam hal makna atau sulit untuk disebutkan maka yang dilakukan adalah pembelajaran respon dengan mengintegrasikan respon-respon tersebut dalam unit-unit yang tersedia.

2. Diskriminasi stimulus

Diskriminasi stimulus adalah sebuah proses dasar dalam upaya pemahaman aosiasi. Pelajar harus membedakan bentuk-bentuk stimulusb apabila ingin menghubungkan stimulus tertentu dengan respon tertentu. Semakin tinggi tinggi tingkat stimulus semakin penting proses yang akan dilakukan.

3. Seleksi stimulus

Pada seleksi stimulus hannya digunakan satu bagian stimulus eksperimenter yang diambil sebagai perwakilan dari stimulus secara keseluruhan. Stimulus eksperimenter adalah stimulus nominal sedangkan yang digunkan subjek untuk menilai respon adalah stimulus fungsional.

Sebagai perumpamaan anda bisa mengenal teman dekat anda hanya dengan melalui satu bagian wajah mereka, tidak harus keseluruhan tubuh mereka. Signifikansi proses seleksi stimulus yang lebih umum diketahui adalah bahwa ia menekan pada si pembelajar untuk menjadi sebuah prosedur informative yang aktif bukan organisasi yang cenderung pasif. 4. Pengkodean Stimulus

Pengkodean stimulus adalah proses pengubahan atau pentransformasian stimulus nominal ke dalam bentuk baru atau representasi baru. Pengkodean terbagi atas pengkodean substitusi dan pengkodean elaborasi. Pengkodean substitusi adalah penggantian input stimulus dengan representasi baru sedangkan pengkodean elaborasi adalah pengkodean yang membutuhkan informasi tambahan yang berasal dari memori.

Kita sering megkodean kejadian-kejadian stimulus dengan memberi singkatan atau label verbal seperti internasional Business Machines di labelkn dengan IBM, Student Union Building menjadi SUB, the University of Southern California menjadi USC. Kita juga mengkodean pola-pola yang tidak familir dengan memberi label verbal.

5. Bagaimana asosiasi dibentuk

(19)

F. Pendekatan kognitif dalam belajar verbal

Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari pengetahuan kognitif yang telah memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi belajar. Pengetahuan kognitif adalah himpunan disiplin yang terdiri dari psikologi kognitif, ilmu komputer, lingustik, intelegensi buatan dan epistimologi.

Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.

Dalam perspektik psikologi kognitif belajar pada dasarnya adalah peristiwa mental bukan peristiwa tingkah laku. Meskipun hal-hal yang bersifat tingkah laku tampak lebih nyata dalam setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahir seorang anak yang belajar membaca dan menulis akan menggunakan perangkat jasmani untuk mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi perilaku mengucapkan kata dan menggoreskan pena bukan semata-mata respon atau stimulus yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otak

Kecakapan kognitif siswa sangat penting dikembangkan diantaranya adalah: 1. Strategi belajar memahami isi materi pelajaran

2. Strategi meyakini materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran.

Untuk lebih terbantunya seseorang belajar dalam ranah kognitif, maka berikut ini perlu diperhatikan bagaimana sebuah penyajian materi diberikan:

1. Pengelompokkan serta pemanggilan kembali

Kita telah mencatat bahwa pemanggilan kembali manusia diatur kembali menurut bentuk asalnya. Ketika diatur dengan rangkian kata dan membutuhkan untuk memanggil mereka kembali. Kita memanggil pesanan atau hasil menggunakan kata yang berbeda dari hasil yang kita panggil. Ini disebut pengelompokkan pada pemanggilan kembali dan ini adalah satu jenis tanda dari proses organisasi pada pembelajaran verbal.

Pada satu waktu kita bisa mengelompokkan atau mengorganisasian materi verbal dengan menghubungkan satu kata dengan kata yang lain, jika materi itu saling berhubungan kemudian cenderung memanggil kembali, proses ini disebut pengelompokan berhubungan. Sebagai contoh kata anak laki-laki-anak perempuan, malam-siang, hijau-rumput. Jenis pengelompokkan yang lain adalah pengelompokkan kategori, dimana memanggil item-item dengan menghubungkan konsep-konsep kategoi pada daftar.

2. Pengorganisasian subjektif

Pada dasarnya manusia juga memaksakan pengorganisasian mereka sendiri pada daftar lisan ketika tidak ada organisasi peristiwa atau struktur, proses ini disebut pengorganisasian subjektif.

3. Pengkodean

(20)

silabus BYO, CIE dan IPL dapat dikodekan sebagai BOY, ICE dan LIP. Proses pengkodean juga meliputi perluasan informasi.

4. Meditasi bahasa alami

Kita mengetahui salah satu tipe dari pengkodean adalah meditasi bahasa alami. Pada situasi ini manusia menggunakan bahasa dalam materi pembelajaran. Dalam hal ini pelajar dilihat sebagai seorang agn aktif dalam memproses informasi. Ketika memberikan makna informasi pada memori, manusia bisa mengumpulkan informasi dengan menggunakan kata, frase atau kalimat yang membantu dalam bentuk materi.

5. Perumpamaan mental

Kemampuan kita menggunakan perumpamaan mental merupakan faktor yang sangat besar dalam pembelajaran verbal. Dalam hal ini sepasang gabungan kata adalah sepasang belajar dengan menggunakan perumpamaan mental atau gambar fasilitas belajar.

Perumpamaan mental dipelajari dengan dua cara yaitu dengan mengajar manusia untuk gagasan perumpamaan mental ketika belajar materi verbal. Prosedur yang khas adalah mengajar subjek hanya kepada bicara untuk belajar fakta sepasang mencoba menggambarkan mental yang akan menghubungkan dua kata maka harus digabungkan. Prosedur ke dua adalah merobah perumpamaan kata unit verbal dalam pengalaman belajar, perumpamaan materi verbal adalah meyakinkan merobah perhatian. Perumpamaan nilai sebagai materi verbal mengurangi kemudahan belajar. Dalam hal ini rangsangan dan respon lahir sebagai fasilitas belajar.

6. Teori imajinasi

Penjelasan yang lebih umum tentang efek imajinasi dalam pembelajaran verbal adalah imajinasi dapat melayani alternatif atau bergabung dengan kode lisan sebagai sebuah cara menyajikan informasi dalam memori. Jika menyajikan beberapa informasi dengan cara ke dua imajinasi dan kode lisan penyajian akan lebih kuat, ini disebut teori pengkodean rangkap yang diuraikan oleh Allan Pavlov.

Asumsi umum teori kognitif:

1. Beberapa proses pembelajaran dapat menjadi unik dengan manusia. (Contoh, kompleks bahasa).

2. Proses kognitif adalah fokus studi. Peristiwa Mental adalah pusat untuk belajar manusia dan karena itu mereka harus dimasukkan ke dalam teori belajar.

3. Tujuan pengamatan sistematis perilaku masyarakat harus menjadi fokus penyelidikan ilmiah, namun, kesimpulan tentang proses mental yang tidak teramati sering bisa ditarik dari studi tersebut.

4. Individu aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Mereka bukan penerima pasif dari kondisi lingkungan, mereka adalah peserta aktif dalam proses pembelajaran. Bahkan, mereka dapat mengendalikan pembelajaran mereka sendiri.

(21)

6. Pengetahuan diatur. Sebuah pengetahuan individu adalah diri diselenggarakan melalui asosiasi berbagai mental dan struktur.

7. Belajar adalah suatu proses yang berkaitan informasi baru untuk mempelajari informasi yang sebelumnya. Belajar yang paling mungkin terjadi ketika seorang individu dapat belajar baru mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya.

G. Motivasi dan pembelajaran verbal

Motivasi adalah kondisi psikologis yang menimbulkan, mengarahkan, dan mempertahankan tingkah laku tertentu (Pitrinch & Schunk, dalam Sukadji & Singgih-Salim, 2001). Winkel (1996) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan. Motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar dan mempengaruhi arah aktivitas yang dipilih serta intensitas keterlibatan seseorang dalam suatu aktivitas.

 Jenis-jenis Motivasi

Mc Clelland (dalam Sukadji dan Singgih-Salim, 2001) mengemukakan bahwa manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya dipengaruhi oleh motif. Ada 3 kelompok motif yang dikemukakan olehnya, yaitu :

Motif untuk berhubungan dengan orang lain (Affiliation Motive)

Adalah motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Yang menjadi tujuan adalah suasana akrab dan harmonis. Ciri-ciri orang dengan motif afiliasi tinggi adalah : senang berada di dalam suasana akrab, risau bila harus berpisah dengan sahabat, berusaha diterima kelompok, dalam bekerja atau belajar melihat dengan siapa ia bekerja atau belajar.

Motif untuk berkuasa (Power Motive), motif yang menyebabkan seseorang ingin menguasai atau mendominasi orang lain dalam berhubungan dengan orang lain dan cenderung bertingkah laku otoriter. Motif untuk berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik yang berasal dari standar prestasinya sendiri di waktu lalu atau prestasi orang lain.Yang terpenting adalah bagaimana caranya ia dapat mencapai suatu prestasi tertentu.

Ciri-ciri orang dengan motif berprestasi tinggi adalah : 1. Selalu berusaha, tidak mudah menyerah

2. Menentukan sendiri standar prestasi

3. Secara umum tidak menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas rutin tetapi biasanya menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas yang memiliki arti bagi mereka

4. Tidak didorong oleh hadiah dalam melakukan sesuatu

5. Cenderung mengambil resiko bertaraf sedang dan diperhitungkan 6. Mencoba mendapat umpan balik dari tindakannya

7. Mencermati lingkungan dan mencari kesempatan 8. Bergaul lebih untuk memperoleh pengalaman

(22)

11. Kreatif

12. Dalam belajar seakan-akan dikejar-kejar waktu.

Tokoh lain membagi motivasi menurut sumbernya, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Siswa dengan motivasi intrinsik mampu bersedia untuk belajar walaupun tidak ada insentif atau hadiah. Contoh: siswa yang menyukai mata pelajaran tertentu akan menganggap mata pelajaran itu merupakan motivasi mereka untuk belajar. Mereka hanya membutuhkan sedikit dorongan atau hadiah untuk belajar hal-hal yang penting agar memiliki pengetahuan yang banyak. Mereka juga akan bekerja keras untuk dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Sedangkan siswa dengan motivasi ekstrinsik akan membutuhkan adanya pemberian pujian atau pemberian nilai sebagai hadiah atas prestasi yang diraihnya (Djiwandono, 2002).

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai pelajar.

1. Kecemasan

Motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi dalam belajar dan juga mempengaruhi kecemasan dalam pembelajaran verbal. Motivasi merupakan bentuk untuk mengatasi kecemasan dengan perbuatan. Masalah ini menjadi komplek dengan berkurangnya motivasi adalah perlu untuk mengembagkan pembelajaran yang optimal.

Pengaruh kecemasan tidak hanya ketika belajar tetapi juga terjadi di ruangan kelas. Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi akan memperhatikan hal-hal yang tidak berhubungan dengan kelas, seperti retaknya dinding, sebuah coretan di meja, pakaian instruktur, wajah atau penampilan dan yang lain yang dilakukan oleh orang lain. Akhirnya siswa akan kurang berfikir dengan topik diskusi dan bahan pelajaran. Dengan demikian perhatian seseorang itu akan menyimpang dari penjelasan dosen sewaktu di kelas ketika kita sedang dalam keadaan cemas.

2. Mengontrol Kecemasan

Setiap orang mempunyi rasa cemas pada satu waktu. Lagi pula rasa cemas sedikit banyak bisa digunakan karena bisa membentuk sebuah bentuk topik, oleh karena itu permasalahan tidak hanya pada hal menghindari kecemasan, tetapi yang sangat penting adalah bagaimana mengontrol dan mengatasi kecemasan tersebut. Permasalahan kecemasan ini berpengaruh pada situasi pembelajaran.

(23)

3. PERTANYAAN OBJEKTIF DAN ESSAY DI SERTAI JAWABAN (BELAJAR VERBAL)

Petunjuk:

 Untuk soal objektif pililah sala satu jawaban a, b, c, atau d yang di anggap paling benar

 Untuk soal essay jawablah sesuai dengan pertanyaan yang di berikan

 Tidak di perkenangkan untuk menyontek

A. Soal dan jawaban objektif

1. Verbal learning secara sistematis pertama kali di mulai oleh a. Hermann Ebbinghaus, 1885

b. Jemrann Ebitghaus, 1888 c. Hermann Combinehous 1885 d. Harmeinn Ibenghaous, 1886

2. Yang termasuk di dalam proses dasar pembelajaran verbal yaitu, kecuali a. Pembelajaran pengenalan

b. Pembelajaran gabungan berpasangan c. Pembelajaran serial

d. Pembelajaran vocal

3. Semakin banyak assosiasi di tampilkan oleh bagian bagian kalimat, semakin besar pula asosiasi yang berasal dari stimulus dan respon untuk saling berhubungan, merupakan pengertian dari

a. Teori asosiasi respon b. Teori asosiasi stimulus c. Teori asosiasi probabilitas d. Teori asosiasi tampilan

4. Dalam tahapan analisa pembelajaran verbal yang merupakan pentransformasian stimulus nominal ke dalam bentuk baru atau representasi baru adalah

(24)

5. Motivasi adalah kondisi psikologi yang

a. Terpenting dari pengetahuan kognitif yang telah memberikan sumbangan sangat berarti dalam perkembangan psikologi belajar.

b. Berpengaruh terhadap upayah pemahaman verbal.

c. Dapat melayani alternatif atau bergabung dengan kode lisan untuk menyajikan informasi

d. Menimbulkan, mengarahkan, dan mempertahankan, tingkah laku tertentu.

B. Soal dan Jawaban Essay

1. Jelaskan pengertian dari pembelajaran verbal ?

Jawaban : Verbal learning adalah semua situasi belajar yang menghendaki sipelajar memberikan respon terhadap materi verbal seperti kata atau memberikan respon yang bersifat verbal.

2. Ada empat prosedur dalam pembelajaran verbal, sebutkan dan jelaskan ? Jawaban :

1. Pembelajaran Berseri, Pembelajaran berseri unit unit verbal disajikan didalam urutan yang sama dari satu latihan ke latihan lainnya.

2. Pembelajaran gabungan Berpasangan pembelajaran asosiasi berpasangan tugas sipelajar adalah mempelajari pasangan item, satu dari anggota pasangan tersebut merupakan stimulus dan yang lainnya merupakan respon. 3. Pembelajaran panggilan bebas pembelajaran ini, subjek disajikan serangkaian item verbal satu pada suatu saat dan diminta untuk “merikol “ mengingat kembali item tersebut tanpa memperhatikan susunannya.

4. Pembelajaran pengenalan pembelajaran ini sipelajar diperlihatkan item di dalam fase belajar dan kemudian diuji untuk mengingat dalam urutan latihan tertentu.

3. Jelaskan tahapan respon dan pembelajaran asosiasi dalam belajar verbal !

(25)

BAB III

MEMORI I : PEMPROSESAN

INFORMASI

1. YEL-YEL

MEMORI I : PEMPROSESAN INFORMASI

Lirik: Bongkar (Iwan Fals)

Waktunya belajar memori satu Kami harap teman-teman jadi paham

Proses memorinya ada tiga

Mulai Encoding, strorage sampai Retrival Oh oya o ya o memori satu

Oh oya o ya o memori satu

Sensory, short term, long term memory Itu tahapannya penyimpanan memory Ternyata untuk mengukur memory

Empat instrument yang biasa di gunakan Oh oya o ya o ya recall

(26)

2. MEMORY I : PEMPROSESAN INFORMASI

Memori atau rekonstruksi peristiwa merupakan suatu daya yang dapat menerima, menyimpan, mereproduksi kembali kesan-kesan, tanggapan, dan pengertian. Memori dapat juga diartikan sebagai proses penyimpanan informasi dan penemuan kembali pada saat diperlukan.

A. Proses Memori

Semua dari proses memori tidak akan terlepas dari proses pengkodean, penyimpanan dan pemangglan kembali. Di antara ketiganya merupakan suatu system yang pasti dilewati manusia dalam mengingat.

1. Encoding (Pengkodean)

Encoding merupakan suatu proses mengubah sifat suatu informasi ke dalam bentuk yang sesuai dengan sifat-sifat memori organisme. Proses ini sangat mempengaruhi lamanya suatu informasi disimpan dalam memori. Pengkodean pada umumnya berhubungan dengan system inderawi yang dimiliki manusia. Apa yang dilihat, didengar, dilihat, dsb akan diberikan pengkodean oleh manusia.

2. Storage (Penyimpanan)

Proses kedua ini menentukan berapa lama informasi berada disekitar kita, berapa lama informasi berada disekiat kita, dalam bentuk apa dan di mana. Penyimpanan bisa pasif maupun aktif. Kita menyimpan secaraaktif bila kita menambahkan informasi tambahan. Kita mengisi yang belum lengkap dengan kesimpulan kita sendiri. Sesuatu yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam bentuk jejak-jejak (traces) dan bisa ditimbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut biasa juga disebut dengan memory traces.

Walaupun disimpan namun jika tidak sering digunakan maka memory traces tersebut bisa sulit untuk ditimbulkan kembali bahkan juga hilang, dan ini yang disebut dengan kelupaan. Proses penyimpanan berkaitan erat dengan di mana Memori akan disimpan, apakah di memori sensori, jangka pendek atau memori jangka panjang. Untuk penjelasan lebih lanjut akan dibahas pada tahapan penyimpanan memori.

3. Retrival(Pemanggilan Kembali)

(27)

B. Pendekatan-Pendekatan Dalam Memori

1. Asosianisme

Pendekatan asosiasi berpandangan bahwa apa yang didapat siswa merupakan asosiasi di antara kejadian. Stimulus dan respon mendapatkan asosiasi selama proses pembelajaran dan pembelajaran merupakan proses yang berkelanjutan. Menurut pendekatan ini memori merupakan hasil asosiasi stimulus dan respon

2. Pemrosesan Informasi

Pendekatan ini berpandangan bahwa system Memori layaknya sebuah system informasi yang mulanya diterima Memori sensori, kemudian masuk ke memori jangka pendek kemudian dimasukan ke dalam memori jangka panjang. Otak manusia diibaratkan sebuah computer yang bekerja menggunakan system tersendiri.

C. Tahapan Penyimpanan Memori

Ini merupakan tahapan yan harus dilalui manusia/individu ketika ingin menyimpan memori.

1. Sensory Memory(Memori sensori)

Memori sensori mempunyai kapasitas penyimpanan informasi yang sangat besar, tetapi informasi yang disimpan tersebut cepat sekali menghilang. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa informasi yang disimpan dalam Memori sensori akan mulai menghilang setelah sepersepuluh detik dan hilang sama sekali.

2. Short-Term Memory (Memori Jangka Pendek)

Kapasitas dalam Memori jangka pendek sangat terbatas untuk menyimpan sejumlah informasi dalam jangka waktu tertentu. Rathus menyatakan jika informasi yang diterima setelah 10 sampai 12 detik tidak diulangi, maka informasi tersebut akan hilang.

3. Long-Term Memory (Memori Jangka Panjang)

Kapasitas Memori jangka panjang sangat besar. Hal ini memungkinkan penyimpanan informasi yang luar biasa banyaknya yang diperoleh sepanjang hidup organisme. Meskipun demikian, Memori masih bekerja sangat efisien yaitu dengan jalan mengorganisasikan informasi yang diterima dari Memori jangka pendek. Reorganisasi ini erat hubungannya dengan proses retrieval atau proses mengingat kembali informasi yang telah disimpan

Gambar ini mengambarkan tahap yang di lalui oleh informasi dan tersimpan ke memori.

Ingatan Jangka Pendek

Ingatan

(28)

D. Cara Untuk Mengukur Memori

1. Recall

Pada pengukuran recall kita di minta mengingat kembali apa yang sdah kita ingat dengan mengeluarkan respon yang tepat. Contoh jelasnya ketika kita telah mengingat materi pembelajaran verbal kemudian ditanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran verbal dan kita diminta untuk mengeluarkan respon yang tepat.

2. Recognition

Cara ini kita diminta untuk memilih satu item dan menolak item lain yang bias yang disebut distracor. Sebelumnya telah saya contohkan ketika ada yang bertanya kepada anda dengan menghadirkan dua piliah jawab atau lebih inilah yang dinamakan rekognisi.

3. Saving (Penyimpanan)

Dengan metode saving, anda dapat mempelajari beberapa tugas dalam batasan tertentu dan mempelajari kembali item-item secara berurutan.Pada metode ini yakni dengan menggunakan rumus. Adapun rumus yang digunakan adalah

Persen tersimpan ¿ jumlahlatihan pembelajaranjumlahlatihan pembelajaranulang

jumlahlatihan pembelajaran ulang

X 100

4. Waktu Reaksi (Reaction Time)

(29)

3. PERTANYAAN OBJEKTIF DAN ESSAY DI SERTAI JAWABAN MEMORI 1 (PEMPROSESAN INFORMASI)

Petunjuk:

 Untuk soal objektif pililah sala satu jawaban a, b, c, atau d yang di anggap paling benar

 Untuk soal essay jawablah sesuai dengan pertanyaan yang di berikan

 Tidak di perkenangkan untuk menyontek

A. Soal dan jawaban objektif

1. Proses penyimpanan informasi dan penemuan kembali di sebut a. Strorage

b. Enconding c. Memory d. Recall

2. Sistem proses memori yang sesuai prosedur adalah a. Encoding, storage, kemudian retrival

b. Retrival, encoding, kemudian storage c. Storage, retrival, kemudian encoding d. Encoding, retrival, storage

3. Memori merupakan hasil asosiasi stimulus dan respon adalah pernyataan dari pendekatan a. Teori proses informasi

b. Teori Asosianisme c. Teori stimulus dan respon d. Teori pembelajaran memori

4. Waktu jeda yang dipergunakan untuk mengukur kembali informasi yang telah disimpan disebut..

(30)

5. Otak manusia diibaratkan seperti sebuah computer yang menggunakan system tersendiri adalah pernyataan dari

a. Teori retrival b. Teori recall c. Teori recognicing

d. Teori information prosesing

B. Soal dan Jawaban Essay

1. Jelaskan apa itu short-term memory dan long-term memory! Jawaban :

 Short-term memory (memori jangka pendek) ialah penyimpanan sementara peristiwa atau item yang diterima dalam waktu sekejap. Memori jangka pendek ini tidak permanen, penyimpanannya akan terhapus dalam waktu pendek.

 Long-term memory (memori jangka panjang) dapat melatih item-item, sehingga bisa memproses informasi. Informasi dan pengetahuan yang didapat tersimpan dalam memori dalam jangka waktu yang lama (sifatnya permanen).

2. Sebutkan dan jelaskan empat metode untuk mengukur ingatan ? Jawaban :

1. Recall adalah hal-hal yang pernah dipelajari dan diwujudkan dalam bentuk respon-repon

2. Recognition test Di sini adanya sistem penyaringan sehingga akan bisa menggambarkan sesuatu yang pernah dipelajari atau yang belum pernah dipelajari.

3. Saving Dengan metode ini seseorang dapat mempelajari sejauh mana ia menyimpan apa yang pernah ia dengarkan atau yang dilihat.

4. Reaction time, yaitu metode yang digunakan untuk mengukur sesuatu yang sulit, komplek atau sederhana.

3. Sebutkan dan jekaskan tiga proses yang terjadi dalam memory ? Jawaban :

1. Encoding merupakan proses pentransformasian peristiwa ke dalam bentuk yang bisa dsimpan dan digunakan selama masa tertentu yang dikenal dengan learning,

2. Storagemerupakan proses penyimpanan dari berbagai peristiwa yang sudah dikodekan, dan

(31)

BAB IV

MEMORI II :

PENGORGANISASIAN, KELUPAAN

DAN MODEL-MODEL

1. YEL-YEL

MEMORI II: PENGORGANISASIAN, KELUPAAN, DAN MODEL MEMORI

Lirik: Dari Sabang Sampai Merauke

Mari belajar memori dua Bemacam-macam isinya

Interference dan juga decai Itulah teori lupa

Ingat model memori dua Ada dua modelnya

Pengorganisasian memori Ada empat caranya

(32)

3. MEMORI II: PENGORGANISASIAN, KELUPAAN, DAN MODEL MEMORI

Karakteristik yang paling penting dalam pembelajaran individu adalah ingatan dan pengorganisasian. Jika karakteristik tidak maka akan terjadi kekacauan dalam proses ingatan. karena itu ingatan harus disusun sedemikian rupa.

A. Proses Pengorganisasian

Informasi dalam memori dapat dilihat dengan cara:

1. Melihat pengaruh konteks dalam ingatan (context and memory). Konteks berperan membantu pengorganisasian bentuk-bentuk tertentu untuk menempatkan informasi dalam memori.

2. Constructive processes, proses ini mengacu kepada tindakan yang dilakukan manusia untuk mampu mengintegrasikan atau mengorganisasikan informasi dalam memori sehingga informasi tersebut menjadi lebih padu atau koheren.

3. Semantic memory, pembelajaran ingatan semantik mempunyai hubungan dengan ingatan kita secara alami. Peristiwa semantik dalam ingatan kita akan memberikan pengalaman bahasa yang baru. Peristiwa yang kita dapatkan melalui pengalaman bahasa berbeda dari pengalaman dan peristiwa di tempat-tempat tertentu. Berbagai makna kata dihubungkan satu sama lainnya dalam memori oleh suatu titik hubung dalam suatu jaringan.

4. Perceptual grouping and memory: bahwa segala sesuatu informasi dikelompokkan secara perseptual, informasi yang ada akan tersusun secara sementara, oleh karena itu manusia menggunakan susunan untuk mengodekan dan menyimpan informasi tersebut.

B. Lupa

Secara sederhananya Lupa dimaknai sebagai kegagalan untuk memunculkan kembali dari simpanan tentang informasi yang pernah ia dapatkan. Salah satu penyebab kelupaan adalah kegagalan menggunakan materi yang dipelajari, tidak adanya latihan dan pengulangan. Setelah informasi ditempatkan dalam memori jangka panjang itu jauh lebih tahan terhadap kelupaan. Namun demikian, informasi dalam sistem ini juga dapat melupakan fakta bahwa meskipun memori jangka panjang adalah sebuah sistem yang stabil lebih dari memori jangka pendek. Oleh karena itu, masalah utama dari memori jangka panjang adalah untuk menentukan penyebab dari lupa setelah waktu lama yang melibatkan tidak praktek tambahan.

(33)

1. Teori Klasik Lupa: Kerusakan dan Interferensi

Psikologi memori telah mengusulkan dua jenis teori umum untuk menjelaskan lupa: decay theory dan interference theory. Teori decay berpendapat bahwa alur memori yang merupakan perwakilan dari peristiwa akan melemah dan berkurang secara otomatis bersamaan dengan perjalanan waktu. Ia berkurang secara otomatis tanpa ada kaitannya dengan tambahan pembelajaran yang berlangsung. Pengurangan atau pelemahan ini merupakan akibat dari sistem saraf manusia yang begiru adanya, sehingga lupa merupakan gejala yang wajar dan alami. Sebaliknya theori interference beranggapan bahwa lupa disebabkan oleh pengaruh pembelajaran baru dan pembelajaran sebelumnya.

Teori interference memiliki keuntungan besar yang dapat diuji secara eksperimental, sedangkan teori decay sudah sangat sulit untuk mengevaluasi eksperimen. Studi teori interferensi telah menyebabkan pemeriksaan efek peristiwa yang terjadi selama selang retensi, yaitu peristiwa yang terjadi antara belajar beberapa tugas dan tes retensi. Studi tentang efek ini dikenal sebagai inhibisi retroaktif.

a. Retroactive Inhibition

Retroactive inhibition mengacu pada fakta bahwa suatu peristiwa dipelajari selama interval retensi dapat menyebabkan kelupaan terhadap peristiwa yang dipelajari sebelumnya. Retroactive inhibition hanyalah melupakan tugas sebelumnya dari proses belajar karena efek belajar beberapa tugas interpolasi selama selang retensi. Misalnya anda belajar daftar kosakata Spanyol dan kemudian belajar daftar kosakata perancis. Sebuah tes retensi Anda dari Spanyol mungkin akan menunjukkan beberapa kelupaan kosakata Spanyol karena interpolates kegiatan belajar bahasa Prancis. Apa yang Anda lakukan selama selang antara belajar beberapa tugas dan sedang diuji untuk retensi dapat memiliki efek kekuatan penuh pada apa yang Anda ingat.

b. Proactive Inhibition

Prosedur kedua yang digunakan untuk menyelidiki efek gangguan pada retensi adalah salah satu yang proces inhibisi proaktif. Dalam proactive inhibition umum ini kerugian dalam retensi yang dihasilkan oleh efek dari beberapa tugas yang dipelajari sebelumnya.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi retroactive inhibition dan proactive inhibition

(34)

d. Interference Theory

Interference theory yang berasal dari kajian retroactive inhibition dan proactive inhibition dalam long-term memory berangkat dari asumsi bahwa kelupaan merupakan akibat dari pembelajaran yang lain yang menghalangi proses mengingat kembali sesuatu yang dipelajari. Salah satu aspek dari interference theory adalah persaingan respon. Menurut pandangan ini, respon yang diperlukan dalam pembelajaran asli, yang terinterpolasi dan lekat pada stimulus yang mirip, tetap ada dalam memori sipelajar dan bersaing satu sama lain pada saat sipelajara berusaha memanggil kembali informasi yang asli. Sehingga muncul faktor kedua yang disebut dengan unlearning. Konsep ini mempunyai pandangan bahwa respon pembelajaran yang pertama cenderung untuk tidak dipelajari atau dihilangkan pada saat pada saat pembelajaran kedua datang.

2. Pendekatan Proses Informasi Lupa

Pendekatan proses informasi berpandangan bahwa lupa merupakan akibat dari kegagalan untuk menemubalikkan informasi yang diperlukan. Endel Tulving membedakan antara kelupaan trace-dependent dan cue-dependent. Teori yang menjelaskan kelupaan dalam pandangan decay berasumsi bahwa kelupaan di dalam long-term memory terjadi karena proses trace-dependent. Sebaliknya teori yang berpendapat bahwa kelupaan terjadi karena kekurangan kunci-kunci penemubalikkan menekankan proses ketergantungan pada cue-dependent. Pandangan terakhir ini berpendapat bahwa begitu informasi telah dikodekan dengan efektif dan disimpan di dalam memori, maka yang menjadi masalah hanya penemubalikkan informasi tersebut. Dengan demikian, faktor kelupaan yang paling dominan menurut pandangan ini adalah hilangnya efektifitas kunci.

C. Model Memori

Dalam sistem otak kita terdapat dua model memori, yaitu: model Penyangga (Buffer) dan Model Human Associative Memory (HAM). Buffer Model dikembangkan oleh Richard Atkinson dan Richard Shiffrin tahun 1968, yang terdiri dari da komponen dasar yaitu: bentuk struktural dan faktor. Bentuk struktural dari model ini terdiri dari sensory register, the short-term store, and long-short-term store yang merupakan bentuk permanen dari sistem memori. Sebaliknya, proses kontrol merupakan aspek yang tidak permanen dari sistem memori dan merupakan proses sementara di bawah kendali manusia. Short-term store merupakan memori kerja manusia yang mempunyai beberapa fungsi, yaitu fungsi pertama yaitu sebagai alat penghubung antara short-term memory dan long-term memory.

(35)

Beberapa kebiasaan yang baik bisa dikembangkan berdasarkan teori dan kajian tentang memori, yaitu: pemahaman terhadap suatu objek yang dipelajari, memfokuskan perhatian pada materi pelajaran, mengatur susunan atau urutan penguatan, menyusun dan mengorganisasikan materi kedalam bentuk yang sangat sistematis dan bermanfaat, serta latihan proses penemuan kembali (retrieval).

D. Kebiasaan Belajar Memori

Beberapa kebiasaan yang baik bisa dikembangkan berdasarkan teori dan kajian tentang memori, yaitu:

1. Pemahaman terhadap suatu objek yang dipelajari (pahami sasaran dan tujuan).

Sebelum membaca buku teks sangat baik di lakukan review atau membeca kerangka bab-babdan juga perhatikan table yang memiliki hubungan dengan sasaran.

2. Memfokuskan perhatian pada materi pelajaran 3. Mengatur susunan atau urutan penguatan

Buatlah jadwal kegiatan yang baik serta disertai dengan sedikit reward di akhir belajar. 4. Menyusun dan mengorganisasikan materi kedalam bentuk yang sangat sistematis dan

bermanfaat. Ada lima dasar untuk menyusun materi tersebut: hakikat atau cirri dari konsep, metode pengukuran kajian, proses dan prinsip utama, isu-isu teoritis, implikasi dan penerapan prinsip-prinsip yang dipelajari.

5. Serta latihan proses penemuan kembali (retrieval).

(36)

MEMORI 2 (PENORGANISASIAN, KELUPAAN, DAN MODEL MEMORI)

Petunjuk:

 Untuk soal objektif pililah sala satu jawaban a, b, c, atau d yang di anggap paling benar

 Untuk soal essay jawablah sesuai dengan pertanyaan yang di berikan

 Tidak di perkenangkan untuk menyontek

A. Soal dan jawaban objektif

1. Cara mengorganisasi informasi dalam memori sehingga informasi tersebut menjadi lebih padu atau koheren adalah menggunakan cara pengorganisasian

a. Countext and memory b. Semantic memory

c. Perceptual grouping and memory d. Counstructive processes

2. Persaingan respon adalah salah satu aspek dari a. Proactive inhibition

b. Retroactive inhibition c. Interverence teory d. Decay teory

3. Siapakah ahli yang membedakan antara kelupaan trace dependent dan cue dependent a. Endel tulving

b. Embeil tulving c. Endel dumlin d. Mendel lutving

4. Dua model memori yang sangat penting dalam kaitannya dengan alur informasi dalam sistem otak manusia adalah

a. Retroaktif dan Proaktif inhibition

b. Short- term memori dan Long-term memori. c. Buffer dan Human Assosiative Memory (HAM) d. Decay dan Interference

5. Memori kerja manusia yang berfungsi sebagai penghubung antara shortterm memory dan long term memory adalah

(37)

b. Long term store c. Sensory register d. Memori store

B. Soal dan Jawaban Essay

1. Sebutkan dan jelaskan empat cara pengorganisasian memori Jawaban:

a. Context and memory berperan membantu pengorganisasian bentuk-bentuk tertentu untuk menempatkan informasi dalam memori

b. Constructive process yaitu tindakan yang di lakukan manusia untuk mampu mengintegrasi atau mengorganisasikan informasi di dalam memory sehingga memory menjadi lebih padu atau koheren,

c. Semantic memory peristiwa semantic dalam ingatan kita akan memberikan pengalaman bahasa baru melalui makna kata yang di hubungkan satu sama lainnya dalam memori oleh satu titik hubung dalam jaringan.

d. Perceptual grouping and memory yaitu suatu informasi dikelompokan secara perceptual.

2. Sebutkan dan jelaskan 2 teori klasik tentang lupa Jawaban:

a. Teori decay beranggapan bahwa jejak memori hipotesis yang merupakan perwakilan dari peristiwa akan berkurang secara otomatis dengan berjalannya waktu.

b. Teori interference beranggapan bahwa lupa disebabkan oleh pengaruh pembelajaran baru dan pembelajaran sebelumnya.

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi retroaktif dan proaktif inhibition Jawaban:

(a). Tingkat pembelajaran yang aktif, (b). Tingkat pembelajaran dari tugas yang menyimpan, (c). Kemiripan antara kedua tugas, (d). Factor kontekstual, dan (e). Factor belajar.

BAB V

(38)

1. YEL-YEL BELAJAR KONSEP

Lirik lagu : Halo-Halo Bandung

Mari belajar konsep Ada lima aturannya

Prinsipnya ada empat Hakikatnya ada dua Sekarang teorinya ada tiga poin Di tambah factor-faktornya

2. BELAJAR KONSEP

A. Hakikat Belajar Konsep

(39)

Pembelajaran konsep dapat mengupayakan individu untuk mampu merespon bentuk-bentuk yang relevan (berhubungan) dengan konsep tersebut dan tidak menghiraukan (ignore) bentuk-bentuk yang tidak relevan dengan mengidentifikasikannya. Dengan kata lain dari banyak kata, bisa disempitkan lagi kepada hal yang lebih spesifik. Pembelajaran konsep dipandang sebagai sebuah kombinasi dari perbedaan antara kelompok-kelompok kejadian dengan generalisasi dalam kelompok-kelompok kejadian.

Ciri-ciri belajar konsep melibatkan stimulus (rangsangan), respon (tanggapan), dan beberapa bentuk umpan balik (feed-back) kepada learner (pelatih). Stimulus meliputi contoh positif dan contoh negatif, respon dapat memakai cara yang paling sederhana sampai kepada yang agak rumit, dan umpan balik diberikan sebagai pembetulan terhadap respon.

Adanya pembentulan terhadap respon dapat dilihat dengan ada dua prosedur dasar dalam pembelajaran konseptual, yaitu: reception paradigm (paradima penerimaan) dan

selection paradigm (paradigma seleksi). Pada paradigma penerimaan, stimulus dihadirkan secara acak atau telah ditetapkan sebelumnya oleh yang melakukan eksperimen dan subjek mengklasifikasikan masing-masing stimulus tersebut. Sementara itu pada paradigma seleksi, subjek diberikan keseluruhan bentuk dari stimulus pada permulaan eksperimen dan kemudian memilih stimulus, percobaan dilakukan secara berulang-ulang dan menginginkan adanya balikan (feedback).

Pembelajaran konseptual terdapat beberapa atribut dan aturan. Atribut merupakan sifat atau karakteristik stimulus yang relevan terhadap konsep. Konsep yang sederhana mungkin hanya memiliki satu atribut seperti warna, sedangkan konsep yang lebih rumit memiliki lebih banyak atribut, seperti warna dan rasa. Atribut dapat menegaskan sebuah aturan konseptual, maksudnya konsep terhadap sesuatu objek ada penguatan didalamnya.

Ada perbedaan antara belajar konsep (concept learning) dengan paired associate learning. Paired associate learning menghendaki pembelajaran respon tertentu terhadap suatu stimulus, jadi rasio antara stimulus dan respon adalah satu – satu. Sedangkan belajar konsep mencakup pembelajaran satu respon terhadap dua atau lebih stimulus, jadi rasio antara stimulus dengan respon bukan satu-satu, tetapi satu lawan banyak. Umpamanya, dalam kegiatan di sekolah dasar anak diajarkan konsep warna putih. Anak akan diberikan contoh warna putih dari sebuah objek seperti kertas putih dan dikatakan bahwa warna kertas ini adalah putih adalah putih. Kemudian anak tersebut diminta mengulangi respon yang sama (“putih”) pada lembaran-lembaran kertas lain yang juga berwarna putih.

Untuk menyakinkan apakah sebuah konsep telah terbentuk perlu diperhatikan dua faktor. Pertama kita harus memberikan contoh objek (instance) tambahan untuk melihat apakah konsep tersebut telah dikelompok secara benar, dan kedua kita harus memberikan yang bukan contoh (noninstance) atau contoh yang salah untuk melihat apakah mereka mampu mengeluarkan bagian ini dari konsep yang telah terbentuk. Jadi pembelajaran konsep menghendaki sipelajar melakukan respon bentuk-bentuk yang relevan dari konsep tersebut dan tidak menghiraukan (ignore) bentuk-bentuk yang tidak relevan di dalam pengelompokan peristiwa.

Referensi

Dokumen terkait

beradaptasi dengan respon yang datang dari lingkungan maka terjadilah proses pembelajaran pada siswa tersebut yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif