• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA MAN 2 MODEL PALU | Herlina | JSTT 6956 23225 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA MAN 2 MODEL PALU | Herlina | JSTT 6956 23225 1 PB"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

11

MAN 2 MODEL PALU

Herlina¹; Amiruddin Kasim dan Hartono D. Mamu² Herlinaazis68@gmail.com

1 (Mahasiswa Program Studi Magister Sains Pascasarjana Universitas Tadulako) 2

(Dosen Program Studi Magister Sains Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract

This study was aimed to: (1) investigate the influence of Problem Based Learning model

toward students’ learning achievement; (2) examine the difference of students with high

achievement motivation and those with low achievement motivation’s learning result; (3) test the

interaction between Problem Based Learning model and achievement motivation toward students’

learning result on Biology subject of XI Grade Science Program at MAN 2 Model Palu. The method applied in this study was quasi-experiment. The population of this study was the XI Grade students of Science Program at MAN 2 Model Palu, comprised of 4 classes. Sample selection was determined through the assigment of random sampling technique. The independent variablse of this study were: the Problem Based Learning and Direct Instruction.The students’ learning result as the dependent variable, and the achievement motivation which served as the moderator variable. The data collected through learning achievement test and achievement motivation questionnaire. The data of the study were analyzed by two-way ANNOVA technique asssisted by the SPSS program version 16. The result of this study proved that: (1) the Problem Based Learning model had a significant influence on students’ learning result. It proved to be grander than the Direct

Instruction in influencing students’ learning result; (2) there was a significant difference of

students’ learning result between students who have high achievement motivation and those who

have low achievement motivation. Students with high achievement motivation performed better result in their learning rather than the students with low achievement motivation; and (3) there was no presence of interaction between Problem Based Learning model and achievement motivation

towards students’ learning result. Where the learningmodels (PBL and Direct Instruction) and the achievement motivation did not influence students’ learning result either at high or low level of achievement motivation.

Keyword: Problem based learning model, achievement motivation, learning result.

Pendidikan adalah salah satu jalur utama dalam upaya mempersiapkan generasi muda untuk menyambut dan menghadapi perkembangan zaman yang semakin kompetitif ini, olehnya itu mutu pendidikan harus terus ditingkatkan. Hasil studi Program for International Student Assessment (PISA), yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA, menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Hasil studi Trends in International Mathematics and Science Study

(2)

membangun negara pada masa mendatang (Kemendikbud, 2012).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 ayat menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Sekolah sebagai satuan pendidikan terkecil dan lembaga pendidikan dengan kelas sebagai ruang terselenggaranya kegiatan pembelajaran dengan berbagai aktifitas di dalamnya, memerlukan perbaikan secara terus menerus. Perbaikan tersebut dapat dilakukan dengan pengembangan strategi pembelajaran. Untuk itu seorang guru harus mempunyai kreatifitas dan ide-ide baru untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Dalam penyajian materi seorang guru harus pandai memilih pendekatan, strategi, model dan media yang tepat serta cara pengelolaan kelas sesuai dengan kondisi siswa agar siswa tidak merasa bosan tetapi justru tertarik untuk belajar.

Berdasarkan pengalaman peneliti dalam proses pembelajaran biologi di kelas XI khususnya materi sistem ekskresi, proses pembelajaran masih berorientasi pada penyelesaian tugas yang dirancang oleh guru. Peran guru dalam pembelajaran lebih dominan sehingga membuat terabaikannya kesempatan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga siswa kurang kreatif. Kegiatan siswa hanya memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran serta mencatat hal-hal yang mereka anggap penting. Akibatnya siswa kurang termotivasi yang kemudian berdampak pada hasil belajar siswa, sehingga banyak siswa tidak mencapai nilai KKM.

Perolehan hasil belajar yang masih banyak dibawah KKM ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, disamping yang sudah dijelaskan di atas, faktor lain adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul dari dalam dan luar individu untuk melakukan perubahan tingkah laku. Motivasi merupakan daya penggerak yang menjamin terjadinya kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat terpenuhi. Dengan demikian motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Apabila seseorang tidak mempunyai motivasi untuk belajar, maka orang tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang optimal. Motivasi belajar yang ada dalam diri siswa yang satu dengan yang lain berbeda-beda, ada siswa yang motivasi belajarnya tinggi dan ada juga yang motivasi belajarnya rendah.

Permasalahan dan fenomena tersebut tentulah harus dicarikan solusi dan upaya untuk memperbaikinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan suasana belajar yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar maupun motivasi siswa.

Arends dalam Trianto (2009), salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model PBL. Pembelajaran dengan model PBL didasarkan pada prinsip bahwa masalah dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan pengetahuan. Masalah yang disajikan dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam memahami konsep dan teori pembalajaran. Menurut Sanjaya (2013), model PBL dapat memberikan kesempatan pada siswa bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data untuk memecahkan masalah, sehingga mendorong siswa berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis dalam menemukan alternatif pemecahan masalah.

(3)

akan berusaha untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Untuk mendapatkan solusi, mereka diharapkan secara aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh dari bahan bacaan (literatur), narasumber, dan lain sebagainya (Muhson, 2009).

Hal lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar adalah motivasi, motivasi sangat besar pengaruhnya terhadap belajar. Menurut Sardiman (2011), motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan, atau motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Sedangkan Uno (2008) menyatakan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat, dorongan dan kebutuhan, harapan dan cita-cita, penghargaan dan penghormatan.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Wulandari (2013), menunjukan secara signifikan terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model PBL dengan siswa yang diajar dengan metode demonstrasi, hal ini dikarenakan model PBL lebih menekankan pada pertukaran pendapat dan berbagi pengalaman dalam pemecahan masalah. Dan bila ditinjau dari motivasi, siswa yang memiliki motivasi tinggi akan lebih tertarik untuk mengeksplor pengetahuan dan berkeinginan untuk mengetahui suatu hal baru guna memecahkan masalah yang berhubungan dengan dunia nyata.

Motivasi berprestasi mempengaruhi perilaku peserta didik dan mempunyai hubungan yang sangat menentukan proses pendidikan dan prestasi belajar mereka. Peserta didik yang mengalami permasalahan di sekolah pada umumnya menunjukkan tingkat motivasi untuk berprestasi yang rendah. Guru perlu mengupayakan terjadinya peningkatan motivasi berprestasi peserta didik dengan memberikan dukungan berupa penghargaan atas prestasinya dalam bidang apapun, memberikan perhatian,

kepedulian, umpan balik dan membuat siswa merasa memiliki kemampuan sehingga siswa berpandangan positif terhadap dirinya kemudian menghasilkan tingkah laku positif (Taiyeb, dkk., 2012).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk menguji pengaruh model PBL terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi dikelas XI IPA MAN 2 Model Palu. 2) Untuk menguji perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah pada mata pelajaran Biologi dikelas XI IPA MAN 2 Model Palu. 3) Untuk menguji pengaruh interaksi antara model PBL dengan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi di kelas XI IPA MAN 2 Model Palu.

METODE

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi eksperiment). Desain penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2 x 2 dengan rancangan pretest postest control group design. Rancangan penelitian eksperimen tergambar pada Tabel 1. berikut ini:

Tabel 1. Rancangan penelitian eksperimen

Motivasi Berprestasi

Model Pembelajaran

Problem Based Learning (X1)

Pembelajaran langsung (X2)

Tinggi (Y1) X1Y1 X2Y1

Rendah (Y2) X1Y2 X2Y2

Keterangan :

X1 = Model Pembelajaran PBL

X2 = Model Pembelajaran Langsung

Y1 = Motivasi Berprestasi tinggi

Y2 = Motivasi Berprestasi rendah

X1Y1 = Hasil belajar siswa pada Model PBL dengan motivasi

berprestasi tinggi

X1Y2= Hasil belajar siswa pada Model PBL dengan motivasi

berprestasi rendah

X2Y1 = Hasil belajar siswa pada Model Pembelajaran

Langsung dengan motivasi berprestasi tinggi X2Y2 = H asil belajar siswa pada Model Pembelajaran

(4)

Prosedur pelaksanaan perlakuan ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2 Prosedur pelaksanaan perlakuan Pre-test Perlakuan Post-test

O1 X1Y1 O2

O3 X1Y2 O4

O5 X2Y1 O6

O7 X2Y2 O8

Diadaptasi dari Cohen dalam Kasim (2014)

Keterangan

O1,3,5,7 = Hasil pretest O2,4,6,8 = Hasil posttest

X1 = Model PBL dan motivasi berprestasi X2 = Model PL dan motivasi berprestasi Y1 = Motivasi Berprestasi tinggi Y2 = Motivasi Berprestasi rendah

Subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA MAN 2 Model Palu yang berjumlah 4 kelas dengan jumlah siswa 108 orang. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara acak (undian), dengan menggunakan essigment random sampling. Kelas yang terpilih sebagai sampel adalah kelas XI IPA 1 dengan jumlah siswa 24 orang sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 2 dengan jumlah siswa 24 orang sebagai kelas eksperimen.

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah menggunakan instrumen tes hasil belajar dan angket motivasi berprestasi. Sebelum menggunakan intrumen dalam penelitian ini terlebih dahulu divalidasi, diuji reabilitas, kemudian diuji coba. Teknik pengumpulan data dilakukan pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Preetest dilakukan diawal pertemuan pertama dan Postest dilakukan pada pertemuan terakhir. Kedua data tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dari 2 kelas yang menjadi sampel penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis varian dua arah (ANOVA) dengan bantuan program statistik SPSS 16.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Motivasi berprestasi siswa di ukur dengan menggunakan angket motivasi. Hasil uji diperoleh sebaran seperti yang digambarkan pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Sebaran Motivasi Berprestasi

Motivasi Berprestasi

Model Pembelajaran

PBL PL

N % N %

Motivasi Berprestasi tinggi

14 58,3% 13 54,2%

MotivasiBerprestasi rendah

10 41,7% 11 45,8%

Total 24 100% 24 100%

Sumber: Hasil Analisis dengan SPSS versi 16

Sebaran subjek berdasarkan motivasi berprestasi pada kelas eksperimen dengan model PBL sebanyak 14 siswa yang motivasi berprestasi tinggi dan 10 orang siswa yang motivasi berprestasi rendah. Untuk kelas kontrol dengan model pembelajaran langsung sebanyak 13 orang yang motivasi berprestasi tinggi dan 11 siswa yang motivasi berprestasi rendah.

Data pretest baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol untuk melihat penguasaan materi biologi sebelum diberikan perlakuan dengan model pembelajaran PBL pada kelas eksperimen maupun dengan model pembelajaran langsung pada kelas kontrol dan dan data postest sesudah diberikan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Deskripsi Data Skor Pretest dan Postest Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Kelompok Nilai preetest Nilai postest

Nilai Maks

Nilai Min

Mean Nilai maks

Nilai min Mean

Eksperimen 16 7 10,29 29 17 24,2

1

Kontrol 16 7 10.17 28 15 22,0

(5)

Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4 tersebut kedua kelompok memiliki mean pretest yang tidak terlalu jauh berbeda dan standar deviasi cukup kecil, hal ini mengindikasikan bahwa kedua kelas perlakuan memiliki kemampuan awal yang sama. Sedangkan postest memiliki mean yang berbeda, dimana kelompok ekperimen dengan model pembelajaran PBL memiliki hasil postest yang lebih tinggi dengan mean 24,21 sedangkan kelompok kontrol dengan model pembelajaran langsung dengan mean yaitu 22,04.

Data hasil belajar berdasarkan motivasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu pada kelas eksperimen siswa yang motivasi berprestasi tinggi dengan mean 26.50, motivasi berprestasi rendah dengan mean 21,00, sedangkan pada kelas kontrol siswa yang motivasi berprestasi tinggi dengan mean 25,62, motivasi berprestasi rendah dengan mean 17,82, dapat digambarkan pada Grafik berikut.

Gambar 1. Grafik Hasil Belajar Berdasarkan Motivasi Berprestasi

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, menunjukkan: bahwa ada pengaruh model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar siswa, ini dapat dilihat dari hasil uji statistik yang menunjukan angka signifikan (0.004) < α (0,05), sehingga dengan demikian hipotesis penelitian dapat diterima yaitu ada pengaruh model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar siswapada mata pelajaran biologi di kelas XI IPA MAN 2 Model Palu.

Hasil analisis dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar yang signifikan antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Ini dapat dilihat dari nilai signifikansi (0,000) < α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah di kelas XI IPA MAN 2 Model Palu.

Pengaruh Interaksi antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh interaksi antara kedua variabel dalam penelitian ini dapat dilihat dari kriteria signifikansi interaksi model pembelajaran dan motivasi berprestasi yaitu (0.094) > α (0,05). Maka disimpulkan tidak terdapat pengaruh interaksi model pembelajaran PBL dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar di kelas XI IPA MAN 2 Model Palu.

Pengaruh Model Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Siswa

Hasil analisis data dan pengujian hipotesis variabel bebas terhadap variabel terikat menunjukan ada pengaruh model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar siswa, siswa yang diajar dengan model PBL memperoleh nilai lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung Perbedaan hasil belajar dalam penelitian ini disebabkan model pembelajaran yang diikuti oleh siswa. Menurut Arends dalam Trianto (2009), PBL merupakan pembelajaran yang memiliki esensi berupa menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, sehingga jelas bahwa dituntut keaktifan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Karakteristik model PBL adalah: (1) pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah yang mengambang yang berhubungan dengan kehidupan nyata; (2) masalah dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran; (3) siswa menyelesaikan masalah dengan penyelidikan auntetik; (4) secara bersama-sama dalam kelompok kecil, siswa mencari solusi untuk me-mecahkan masalah yang diberikan; (5) guru bertindak sebagai tutor

26.50 25.62

21

17.82

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00

Rata-Rata hasil belajar kelas eksperimen

(6)

dan fasilitator; (6) siswa bertanggung jawab dalam memperoleh pengetahuan dan informasi yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja; (7) siswa mempresentasikan hasil penyelesaian masalah dalam bentuk produk tertentu. Arends dalam Trianto (2009).

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Wulandari (2013), yang menyatakan terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar dengan model PBL dengan siswa yang diajar dengan metode demonstrasi.

Model pembelajaran langsung yang selama ini banyak digunakan memiliki kelebihan, namun dalam pelaksanaannya peran guru lebih dominan sehingga kurang melibatkan siswa sebagai subyek dan obyek belajar, akibatnya siswa dalam pembelajaran menjadi kurang aktif dan tidak mau terlibat dalam perolehan informasi dan membangun pengetahuannya sendiri. Sanjaya (2013), menyatakan bahwa model pembelajaran langsung selain mempunyai kelebihan juga ditemukan keterbatasan. Adapun kekurangan pembelajaran langsung adalah sebagai berikut: guru merupakan pusat dalam cara penyampaian, maka kesuksesan pembelajaran ini bergantung pada guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat. Kekurangan lain pada saat demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. namun, banyak siswa bukanlah merupakan pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Motivasi Berprestasi Tinggi dan Motivasi Berprestasi Rendah

Motivasi berprestasi dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori yaitu motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah. Hasil analisis dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang

memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Hasil belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.

Perbedaan hasil belajar dalam penelitian ini disebabkan oleh siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi selalu berkeinginan untuk menyelesaikan sesuatu untuk mencapai standar kesuksesan. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan memiliki keinginan yang kuat dalam meraih hasil belajar sampai mencapai kesuksesan yang di inginkan. Motivasi berprestasi dapat mendorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang diperoleh sebelumnya. Motivasi berprestasi akan mendorong kreativitas seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai tujuan dalam proses belajar (Sahidin dan Jamil., 2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2013), menyatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, hasil belajarnya lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Senada dengan itu, Sahidin dan Jamil (2013) menyatakan, motivasi berprestasi tinggi berpengaruh positif pada hasil belajar siswa. Sebaliknya motivasi berprestasi rendah akan berpengaruh negatif pada hasil belajar siswa, akibatnya hasil belajarnya akan relatif rendah.

(7)

Pengaruh Interaksi antara Model Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar Siswa

Hasil analisis dan pengujian hipotesis menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara kedua variabel dalam penelitian ini, dapat dilihat dari kriteria signifikansi interaksi model pembelajaran dan motivasi berprestasi maka disimpulkan tidak terdapat pengaruh interaksi model pembelajaran PBL dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar

Hasil yang ditunjukan pada analisa di atas, sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Wulandari (2013), tidak terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara model PBL dan model pembelajaran demonstrasi dengan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa. Dengan tidak adanya pengaruh interaksi dan melihat rerata hasil belajar yang diperoleh dari kedua model pembelajaran tersebut dapat dikatakan bahwa model PBL dan model pembelajaran demonstrasi sama-sama dapat meningkatkan hasil belajar, artinya kedua model pembelajaran tersebut efektif diterapkan bagi siswa yang memiliki motivasi rendah. Namun, model PBL akan memberikan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran demonstrasi ditinjau dari siswa yang memiliki motivasi tinggi maupun rendah.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tuniyah (2009), yang menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara model dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar siswa. Namun tetap menarik untuk dibahas, karena dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran PBL dimana siswa yang tingkat motivasi berprestasinya rendah terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Akan tetapi setelah dilakukan tes akhir, hasil belajar yang mereka peroleh tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tingkat motivasi berprestasinya rendah. Model pembelajaran memberi dampak

tersendiri terhadap hasil belajar siswa dan motivasi berpretasi juga memberi dampak tersendiri terhadap hasil belajar siswa.

Kajian tentang motivasi sangatlah kompleks dan motivasi berprestasi merupakan salah satu bagian dari faktor internal dari motivasi yang dimiliki oleh seseorang. Oleh karena itu, butuh persiapan yang lebih matang dalam menggunakan model pembelajaran yang tahapannya juga memperhatikan tingkat motivasi berprestasi siswa sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar.

KESIMPULAN

Model pembelajaran PBL berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Model pembelajaran PBL lebih unggul daripada model pembelajaran langsung dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, serta terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih tinggi hasil belajarnya dari pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi kelas XI MAN 2 Model Palu, dengan kata lain model pembelajaran dan motivasi berprestasi bekerja sendiri-sendiri.

UCAPAN TERIMA KASIH

(8)

telah begitu banyak memberi bimbingan, arahan kepada penulis sejak awal pembimbingan sampai penyusunan artikel ini untuk layak dipublikasikan.

DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Muhson A. 2009. Peningkatan Minat Belajar Dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan 39 (2); 171-182. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Sahidin L. & Jamil D. 2013. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Persepsi Siswa Tentang Cara Guru Mengajar Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika 4 (2); 212-213.

Sanjaya, W. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.

Sardiman, A. M. 2011. Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pres.

Taiyeb A. Mushawwir, Bahri A., & Razak R. B. 2012. Analisis Motivasi Berprestasi Siswa SMAN 8 Makassar Dalam Belajar Biologi. Jurnal Bionature, 13 (2); 77-82. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran

Inovatif berorientasi kontruktivistik Jakarta: Prestasi Pustaka

Tuniyah. 2009. Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau Dari Sikap ilmiah dan Motivasi Berprestasi Siswa. (Studi Kasus Pembelajaran Fisika Kompetensi Listrik Dinamis Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Wonosari Yogyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009. Melalui <http: www. Program Pascasarjana UNS Solo wordpress. Com. [9/4/2010]

Uno H. 2008. Teori Motivasi Dan Pengukurannya (Analisis Di Bidang Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara

Gambar

Tabel 2  Prosedur pelaksanaan perlakuan Pre-test Perlakuan Post-test
Gambar 1. Grafik Hasil Belajar Berdasarkan                        Motivasi Berprestasi

Referensi

Dokumen terkait

Setelah semua pelatihan dan pengujian baik data latih maupun data baru sudah selesai, selanjutnya hasil tersebut diterapkan pada GUI ( Graphical User Interface )

pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Bantuan Pemberdayaan Kelompok Kerja

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi - tingginya kepada yang terhormat pak de

19 Proses reduksi data adalah penulis merangkum data-data yang berkaitan dengan pelanggaran tata tertib

Koordinasi di bidang Statistik dilaksanakan antara Pemerintah Kota Semarang dengan Badan Pusat Statistik (BPS), sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi melalui Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa telah mengembangkan program

(1) Kecuali bilamana ada peraturan yang secara tegas telah menentukan bahwa biaya yang diperlukan untuk suatu Panitya Pemeriksaan tanah/rumah dibebankan kepada fihak yang akan

Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud untuk