• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah tentang syiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah tentang syiah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kemunculan dan perkembangan sekte-sekte dalam agama Islam tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan ilmu kalam pada masanya, baik itu yang masih orisinil maupun yang telah bercampur dengan filfasat Yunani. Dan banyaknya firqah atau sekte-sekte dalam Agama Islam juga telah disabdakan Rasulullah yang hampir semua dari kita telah mendengarnya. Diantaranya banyak aliran teologi tersebut firqoh Ahlus sunnah wal jama’ah atau yang kemudian dikenal dengan istilah Sunni merupakan firqoh terbesar yang masih bertahan eksistensinya di dunia hingga saat ini. Yang kemudian diikuti firqoh Syiah menempati urutan terbesar kedua yang dianut oleh sebagian umat muslim dunia. Perbedaan diantaranya kerap memicu konflik dan pertentangan besar yang berujung pada peperangan, Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas salah satu firqoh tersebut yaitu Syiah dalam mengkaji dan memahami sejarah kemunculan dan bentuk-bentuk ajaran tersebut. Yang hasil akhirnya kami harapkan dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan dalam memahami perbedaan aliran kalam guna menyikapi perbedaan-perbedaan diantara umat secara baik dan bijak.

B. RUMUSAN MASALAH

A.

Apa pengertian aliran Syiah ?

B.

Bagaimana sejarah kemunculan aliran Syiah ?

C.

Bagaimana bentuk-bentuk ajaran Syiah ?

D. Bagaimana perkembangan ajaran Syiah saat ini ?

C. TUJUAN PENULISAN

Dengan adanya rumusan masalah diatas, maka penulisan makalah ini terbagi menjadi dua tujuan, yakni tujuan secara umum dan tujuan secara khusus.

(2)

 Tujuan secara umum adalah tujuan yang nantinya kembali lagi kepada semua obyek yang ada. Diantara tujuan umumnya adalah agar semua pembaca ataupun pihak yang tertuju dalam pembuatan makalah ini dapat mengetahui :

1. Pengertian aliran Syiah

2. Latar sejarah kemunculan aliran Syiah 3. Bentuk-bentuk ajaran dari aliran Syiah 4. Perkembangan ajaran Syiah saat ini

 Tujuan secara khusus adalah tujuan yang di khususkan untuk memenuhi salah satu objek penilaian dan yang dimaksud disini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Tauhid.

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syiah

Syiah secara etimologis berarti “pengikut”, “pendukung”, atau “kelompok”, Sedangkan secara terminologis istilah ini dikaitkan dengan sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaan merujuk pada keturunan nabi Muhammad SAW (ahlul bait).1 Sedangkan menurut Ahmad al-Waili adalah : Syiah menurut bahasa ialah pengikut atau pembantu. Menurut Abd Qadir Syaib al-Hamdi Guru Besar Universitas Islam di Madinah menyatakan: “Syiah dalam percakapan orang Arab berarti pengikut atau pembantu”2

Menurut ath-Thabathaba’i (1903-1981 M) istilah Syiah untuk pertama kalinya ditujukan kepada para pengikut ‘Ali ( Syiah ‘Ali ), pemimpin pertama ahlul bait pada masa nabi Muhammad SAW. Para pengikut ‘Ali yang disebut Syiah, diantaranya adalah Abu Dzar al-Ghifari, Miqdar bin al-Aswad, dan Ammar bin Yasir.3

Jadi pengertian etimologis dan terminologis diatas boleh dikatakan hanya merupakan dasar yang membedakan Syiah dengan kelompok islam lainnya. Meskipun demikian pengertian tersebut menjadi titik tolak penting bagi madzhab syiah dalam mengembangkan dan membangun doktrin-doktrinnya yang meliputi segala aspek kehidupan, seperti imamah, taqiyyah, mut’ah dsb.

B. Sejarah Kemunculan Aliran Syiah

Penganut aliran Syiah dan juga sekian pakar dari Ahlussunnah berpendapat bahwa benih Syiah muncul sejak masa Nabi Muhammad SAW, atau paling tidak secara politis benihnya muncul saat wafatnya Nabi Muhammad SAW (pada saat pembaiatan Sayyidina Abu Bakar di Tsaqifah). Ketika itu keluarga Nabi 1 Prof.Dr.H.Abd Rozak dkk, Ilmu Kalam (Bandung:Pustaka setia, 2012) . Hlm 111.

2 Abd Qadir syaib Hamdi, adyan Wa Firaq Wa Madzahib

al-Mu’ashirah (Madinah: Al-Jami’ah al-Islamiyah. Tt.). hlm 145.

3 M.H. Thabathaba’I, Islam Syiah, Asal-usul dan perkembangannya, terj. Djohan Effendi, (Grafiti Press, Jkt 1989). Hlm 37 dan 71.

(4)

Muhammad SAW dan sejumlah sahabat memandang bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra lebih berhak dan lebih wajar menjadi khalifah Nabi Muhammad SAW dari pada Sayyidina Abu Bakar ra. Pendapat tentang benih lahirnya Syiah seperti ini, antara lain dikemukakan oleh Ibnu Khaldun dalam Tarikh-nya, dan beberapa orientalis, seperti Goldziher dan juga pemikir kontemporer lain.4

Sedangkan dalam data sejarah, para ahlipun berbeda pendapat. Menurut Abu Zahrah, Syiah mulai muncul ke permukaan pada masa akhir pemerintahan Usman bi Affan. Selanjutnya, aliran ini tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib.5 Watt menyatakan bahwa Syiah muncul ketika berlangsungnya peperangan antara Ali bin Abi Thalib dan Mu’awwiyah yang dikenal dengan perang Shiffin. Dalam peperangan ini, sebagai respons atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan oleh Mu’awwiyah, pasukan Ali terpecah menjadi dua, yaitu kelompok yang mendukung Ali (Syiah) dan kelompok yang menolak skap Ali yang disebut Khawarij.6

Berbeda dengan pendapat diatas, kalangan Syiah berpendapat bahwa kemunculan Syiah berkaitan dengan masalah pengganti (khilafah) Nabi Muhammad SAW. Mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar Bin Khattab, dan Utsman Bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi thalib yang berhak menggantikan Nabi. Ketokohan Ali dalam pandangan Syiah sejalan dengan isyarat-isyarat yang di berikan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam masa hidupnya. Pada awal kenabian, ketika nabi Muhammad diperintahkan menyampaikan dakwah kepada kerabatnya, yang pertama-tama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Pada saaat itu Nabi mengatakan bahwa orang yang pertama memenuhi ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad Ali merupakan orang yang menunjukan perjuangan dan pengabdia yang luar biasa besar.7

C. Bentuk-Bentuk Ajaran Syiah

4 M. Quraish Shihab, Sunnah-Syiah bergandengan tangan, Mungkinkah, (Tangerang,:Lentera Hati, 2007), hlm. 66.

5 Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, terj. Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, Logos, Jakarta, 1996, hlm. 34. 6 W.Montgomery Watt, Pemikiran Teologi dan Filsafat Islam, terj. Umar Basalim, P3M, Jakarta, 1987, hlm.10.

(5)

Dalam ajaran Syi’ah Istna ‘Asyariyah dikenal cukup banyak ajaran yang harus dipatuhi, seperti menyangkut masalah Akidah, Ibadah, Mu’amalah, Imamah, Ishmah, Washiat, Raj’ah, Bada’ dan lain sebagainya, namun pada prinsipnya, seluruh ajaran tersebut bertumpu pada lima ajaran pokok yang dikenal dengan ushuluddin.8 Yaitu :

1. Tauhid (The divini Unity) 2. Keadilan (The divini Justice) 3. Nubuwwah (Apoltlenship) 4. Ma’ad (The Last Day)

5. Imamah (The Divini Guidance)9

1. Tauhid

Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensinya. Keesaan Tuhan adalah mutlak. Ia bereksistensi dengan sendirian. Tuhan adalah qodim, maksudnya Tuhan bereksistensi dengan sendirinya sebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan waktu dicipta oleh Tuhan. Tuhan Maha Tahu, Maha Mendengar, mengerti semua bahasa, selalu bebas dan bebas berkehendak, keesaan Tuhan tidak murakkab. Tuhan tidak membutuhkan sesuatu. Ia berdiri sendiri, tidak dibatasi oleh ciptan-Nya. Ia tidak bisa dilihat dengan mata biasa. Dalam Syiah Istna ‘Asyariyah, manusia diharapkan memahami dirinya yang dibuktikan dengan mentauhidkan Allah setelah lebih dahulu mengenal-Nya, pada akhirnya terjalin hubungan yang akrab dan harmonis yang buahnya melahirkan kepasrahan manusia terhadap Tuhannya. Ini berarti dalam mentauhidkan Allah, hendaknya menggunakan pendekatan akal (filsafat) di samping keyakinan. Dengan demikian, tidak ada sedikitpun keraguan terhadap Allah Sang Pencipta semesta alam.(QS. 14:10)

2. Keadilan

Tuhan mencipta kebaikan di alam semesta ini dengan adil, ia tidak pernah menghiasi ciptaan-Nya dengan ketidakadilan. Karena ketidakadilan dan kedholiman terhadap yang lain merupakan tanda kebodohan dan ketidakmampuan sementara Tuhan Maha Tahu dan Maha Kuasa. Atas dasar itulah aliran Syiah 7 Harun Nasution, (ED.), Ensiklopedi Islam Indonesia, Jambatan, Jakarta, 1992, hlm. 904

8 Ghaffarri,Op.Cit., hlm.41-42.

9 Abu Fazl Ezzati, The Revulusionary islam and The Islamic Revolution (Teheran: Islamic Republik of Iran.1981). hlm. 133.

(6)

utamanya Syiah Istna ‘Asyariyah berusaha sekuat tenaga untuk menegakkan keadilan. Menegakkan keadilan, diakui bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi diperlukan seperangkat aturan dan institusi. Hal ini menurut keyakinannya, tidak akan terwujud tanpa adanya seorang imam sebagai wakil Tuhan. Oleh karena itu, keberadaan seorang imam itu harus sesuai dengan pemilik keadilan yng hakiki, yaitu Allah. Disinilah benang merah yang menghubungkan antara Tuhan-imam dan keadilan.10

3. Kenabian

Kelompok Syiah berkeyakinan bahwa seluruh Nabi yang disebut dalam Al-Quran adalah utusan-utusan Allah, dan Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir dan penghulu seluruh Nabi. Beliau terpelihara dari kesalahan dan dosa. Allah telah memperjalankan beliau diwaktu malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqhsa kemudian dinaikkan ke Sidratil Muntaha. Kitab Al-Quran diturunkan Allah kepada beliau sebagai mukjizat dan tantangan serta pengajaran hukum yang membedakan antara haram-dan halal, yang tiada kekurangan juga penambahan atau perubahan didalamnya. Dan barang siapa mengaku mendapat wahyu atau diturunkan kitab kepadanya setelah kenabian Muhammad maka dia itu kafir yang harus dibunuh.11

4. Al-Ma’ad (Hari akhir)

Al-ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap keadilan Tuhan di akhirat. Setiap muslim harus yakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah dinyatakan bersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah proses transit dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. Kehidupan baru yang akan dilalui oleh roh manusia itu masuk kedalam wilayah al-ma’ad. Artinya: mulus dan tidaknya perjalanannya tergantung apa yang telah dilakukannya (bersama tubuhnya) ketika di dunia. Dengan pemahaman yang benar tentang al-Ma’ad ini akan muncul rasa takut kepada Allah dan siksa-Nya, sehingga mendorongnya untuk senantiasa berjalan sesuai dengan syariat-Nya dengan menjauhkan diri dari

10 Fadil Su’ud al-Ja’fari, Islam Syiah, (malang: UIN Maliki Press,2010). Hlm. 64-65

(7)

kesalahan. Dengan demikian pengetahuan tentang al-ma’ad ini sebenarnya mengandung pendidikan yang agung demi kebahagiaan manusia itu sendiri.12

5. Imamah

Adalah institusi yang diinagurasikan Tuhan untuk memberikan petunjuk manusia yang dipilih dari keturunan Ibrahim dan didelegasikan kepada keturunan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir

Selanjutnya, dalam sisi yang bersifat mahdah, Syiah Istna ‘Asyariah berpijak pada delapan cabang agama yang disebut furu ad-din. Delapan cabang tersebut terdiri atas shalat, puasa, haji, zakat, khumus atau pajak sebesar seperlima dari penghasilan, jihad, al-amr bi al-ma’ruf, dan an-nahyu al-munkar.13

D. Bagaimana ajaran Syiah saat ini ?

Menurut data yang kami himpun, ajaran Syiah saat ini tersebar luas daerah penyebarannya berada di Iran, Irak, Azerbaijan, dan Bahrain. Daerah-daerah ini merupakan penyumbang terbesar pengikut ajaran Syi'ah Itsna Asyariyyah. Daerah lain yang juga terdapat banyak pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah berada di wilayah Teluk Persia dan di Lebanon. Pengikut Syi'ah juga terdapat di Arab Saudi, yang notabene penduduk Arab Saudi beraliran SunniWahabi. Pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah di Arab Saudi terpusat di beberapa kota seperti Qatif, Madinah dan di Al-Hasa'. Selain itu, pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah juga dapat ditemui di Muskat, Oman dan di negara-negara yang terdapat di Asia Selatan.

Menurut Ensiklopedia Britannica, terdapat 60-80 juta (40 juta di antaranya adalah Syi'ah Itsna Asyariyyah) pengikut Syi'ah di seluruh dunia. Sedangkan menurut Ensiklopedia Kristen Internasional, diyakini bahwa jumlah pengikut Syi'ah adalah 135 juta di seluruh dunia. 14

Sedangkan di Indonesia sendiri kemunculan dan pertumbuhan ajaran Syiah mengalami penolakan. Mantan Menteri Agama Kabinet Indonesia Bersatu II

Suryadharma Ali di gedung DPR pada 25 Januari 2012 menyatakan, bahwa 12 Fadil Su’ud al-Ja’fari, Islam Syiah, Hlm. 66

13 Prof.Dr.H.Abd Rozak dkk, Ilmu Kalam, hlm. 118 14 https://id.wikipedia.org/wiki/Syiah

(8)

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementerian Agama mengatakan Syiah bukan Islam, "Selain itu, Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) pernah mengeluarkan surat resmi No.724/A.II.03/101997, tertanggal 14 Oktober 1997, ditandatangani Rais Am, M Ilyas Ruchiyat dan Katib KH. Drs. Dawam Anwar, yang mengingatkan kepada bangsa Indonesia agar tidak terkecoh oleh propaganda Syiah dan perlunya umat Islam Indonesia memahami perbedaan prinsip ajaran Syiah dengan Islam. "Menag juga mengatakan Kemenag mengeluarkan surat edaran no. D/BA.01/4865/1983 tanggal 5 Desember 1983 tentang hal ihwal mengenai golongan Syiah, menyatakan Syiah tidak sesuai dan bahkan bertentangan dengan ajaran Islam." Majelis Ulama Indonesia sejak lama telah mengeluarkan fatwa penyimpangan Syi'ah dan terus mengingatkan umat muslim seperti pada Rakernas MUI 7 Maret 198415 Selain itu, MUI Pusat telah menerbitkan buku panduan mengenai paham Syi’ah pada bulan September 2013 lalu berjudul “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia”.16

15 http://www.beritasatu.com/nasional/27980-menag-syiah-bukan-islam.html

16

(9)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Syiah merupakan salah satu diantara banyak sekte atau aliran teologi yang tumbuh dan berkembang didunia kalam. Diantara sekian banyak perbendaan pendapat mengenai aliran ini, pada dasarnya aliran Syiah merujuk pada satu pangkal makna yaitu kaum muslimin yang dalam bidang spiritual dan keagamaan mengikut pada keturunan nabi Muhammad SAW (ahlul bait). Aliran Syiah merupakan penganut terbesar kedua dalam agama Islam setelah Sunni. Dan yang paling terbesar ialah golongan Syiah Imam Dua Belas atau Imamiyyah/Ja'fariyyah

(ةيرشع انثا i nā ašariyya) yang merangkumi 90% penduduk di ṯ ʿ Iran. Dan lima ajaran pokok yang dikenal dalam aliran syiah ialah, Tauhid, Keadilan, Nubuwwah, Ma’ad dan Imamah.

Perbedaan aliran teologi yang berkembang di masyarakat haruslah kita pahami dengan bijak, jadi alangkah baiknya jika masalah-masalah tersebut tidak menjadikan kita saling memusuhi dan berselisih paham yang pastinya hanya akan berakhir dengan perpecahan yang tidak pernah berujung, melainkan memilih sikap Tasamuh yang sesuai yang sesuai dengan koridor-Nya dan kadar proposinya guna mempertahankan kesatuan dan menghindari perpecahan dan kehancuran umat.

B. Saran

Demikianlah penulisan makalah ini kami buat, kiranya penulis sadar betul masih banyak terdapat kekurangan disana-sini karena keterbatasannya keilmuan dan pemahaman penulis yang masih dalam tahap proses pembelajaran. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk bisa memberi masukan atau kritik demi perbaikan kepenulisan makalah ini

(10)

dikemudian hari . Semoga apa yang penulis tuangkan dalam makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi salah satu tambahan khazanah keilmuan bagi kita semua. Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

Razak, Abdul dkk. Ilmu kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2012. Shihab, Muhammad Quraish. Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah?,

Tangerang: Lentera Hati, 2007.

Su’ud al-Ja’fari, Fadil. Islam Syiah, Malang: UIN Maliki Press,2010.

Nasution,Harun. (ED.), Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta; Jambatan, 1992. Thabathaba’I, M.H. Islam Syiah, Asal-usul dan perkembangannya, Jakarta: Grafiti

Press, 1989.

Muhammad, Nur Hidayat. Benteng Ahlus Sunnah wal Jamaah, Kediri: Nasyrul Ilmi Publishing, 2012.

Referensi

Dokumen terkait