• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYEDIAAN BIBIT MIMBA MELALUI PERBANYAKAN STEK PUCUK DENGAN APLIKASI HORMON PERTUMBUHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYEDIAAN BIBIT MIMBA MELALUI PERBANYAKAN STEK PUCUK DENGAN APLIKASI HORMON PERTUMBUHAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENYEDIAAN BIBIT MIMBA MELALUI PERBANYAKAN STEK PUCUK

DENGAN APLIKASI HORMON PERTUMBUHAN

Oleh : Asep Rohandi

Balai Penelitian Kehutanan Ciamis

ABSTRAK

Perbanyakan tanaman mimba (Azadirachta indica) secara generatif mengalami hambatan karena benihnya bersifat rekalsitran. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bibit adalah melalui perbanyakan stek pucuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan stek pucuk mimba. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 2 x 3. Perlakuan terdiri dari 2 faktor yaitu 1. Jenis zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang terdiri dari 1). Hormon Rotoone-F dan 2). Hormon IAA serta 2. Dosis hormon yang terdiri dari 1). 100 ppm, 2). 200 ppm dan 3). 300 ppm ditambah 1 kontrol (tanpa hormon). Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan dan pada setiap ulangan terdiri dari 9 stek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbanyakan vegetatif tanaman mimba dengan stek pucuk memiliki tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Pemberian zat pengatur tumbuh belum berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan stek pucuk mimba. Pemberian Rootone-F dapat digunakan secara operasional karena memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap pertumbuhan stek, yaitu persen hidup 88.89%, jumlah tunas 4.33 buah, panjang akar 7.13 cm, jumlah akar 4.33 buah dan berat kering akar 0.074 gram.

Kata kunci : Hormon pertumbuhan, mimba, stek pucuk

I. PENDAHULUAN

Pengembangan hutan rakyat sampai saat ini belum memberikan hasil yang optimal serta belum mampu sepenuhnya mengakomodasi berbagai kepentingan dan kebutuhan jangka pendek petani dalam suatu sistem pengelolaan jangka panjang. Untuk mengatasi masalah tersebut dan untuk menjaga kelangsungan pengembangan hutan rakyat maka komposisi jenis tanaman rakyat yang dikembangkan harus mampu memberikan penghasilan setiap saat sejak penanaman dimulai (Mindawati dkk., 2006).

Salah satu jenis yang potensial dan mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai tanaman hutan rakyat adalah mimba (A. indica). Mimba merupakan salah satu jenis tanaman serbaguna yang cukup potensial untuk dikembangkan. Menurut Joker (2001), Pramono (2003) dan Ade (2005), jenis ini memiliki berbagai manfaat dimana selain sebagai penghasil bahan pestisida alami, hampir semua bagian tanaman bermanfaat bagi manusia, pertanian, kesehatan, hewan peliharaan dan lingkungan hidup. Tanaman mimba juga relatif mudah dan mampu tumbuh pada berbagai tipe tanah, daerah yang kurang subur, musim kering yang lama, dan curah hujan yang sedikit.

Budidaya tanaman mimba memiliki beberapa kendala diantaranya karena benihnya bersifat rekalsitran. Oleh karena itu, perbanyakan secara vegetatif merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bibit. Siregar dan Djam`an (2007) menerangkan bahwa teknik pembiakan vegetatif diperlukan untuk jenis-jenis yang memiliki masalah dalam pengadaan bibit secara generatif. Masalah tersebut antara lain adalah vibilitas benih yang cepat menurun sementara itu teknik penyimpanan belum dikuasai, penanganan (ekstraksi dan skarifikasi) benih sulit dilakukan, periode musim berbunga dan berbuah yang tidak teratur serta produksi benih sedikit atau tidak menghasilkan biji. Sementara itu, Na’iem (1999) dalam Mahfudz (2006) menjelaskan bahwa perbanyakan vegetatif memiliki banyak keuntungan diantaranya kinerja genotife

(2)

dari tanaman induknya akan diulang secara konsisten dan berkelanjutan yang tidak diperoleh pada perbanyakan secara generatif atau biji.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif penyiapan bibit tanaman mimba melalui stek pucuk dengan memanfaatkan bahan tanaman asal cabutan dan aplikasi hormon pertumbuhan. Sasaran yang ingin dicapai adalah dapat dikuasainya tehnik perbanyakan tanaman mimba yang dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

II. BAHAN DAN METODE A. Lokasi dan Waktu

Kegiatan penelitian dilakukan di persemaian Balai Penelitian Kehutanan Ciamis, yang dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan September 2009. Pengambilan bahan stek yang merupakan bibit asal cabutan dilakukan di Subang Jawa Barat.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bibit tanaman mimba asal cabutan, zat pengatur tumbuh (Rootone-F dan IAA), aquades, media tumbuh (pasir, tanah. Sabut kelapa dan arang sekam), bambu, plastik sungkup, karung, shading net, polybag, fungisida jenis dithane dan lain-lain.

Alat yang digunakan meliputi gunting stek, gelas ukur, pisau cutter, cangkul, termohigro meter, oven, timbangan, kamera, kotak es, ember, mistar, sprayer, selang, alat tulis dan lain-lain.

C. Prosedur Kerja

Kegiatan penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Penyiapan media tanam

Penyiapan media tanam diawali dengan sterilisasi media tanam yaitu pasir, sabut kelapa dan arang sekam dengan cara dijemur di bawah sinar matahari langsung selama 3 hari. Setelah itu, media disemprot dengan menggunakan fungisida sebelum dimasukan ke dalam polybag. Media dimasukan dalam polybag ukuran 10 cm x 8 cm dan disusun dalam bedengan.

b. Pemilihan bahan dan pembuatan stek pucuk

Bahan stek yang digunakan merupakan tanaman mimba asal cabutan yang diambil dari bawah tegakan mimba. Bahan tanaman dibawa dengan menggunakan pelepah pisang dan disiram dengan air supaya tetap segar. Setelah dipersemaian bibit dimasukan dalam polibag dan dibiarkan sampai tanaman tumbuh segar. Panjang stek yang digunakan masing-masing berukuran sekitar 15 cm dan daunnya disisakan 2/3 bagian untuk mengurangi penguapan serta bagian pangkal stek dipotong miring kira-kira 45o. Bahan stek disusun berdiri dalam ember yang telah diberi air.

c. Penyiapan larutan zat pengatur tumbuh

Zat pengatur tumbuh IAA dilarutkan dalam NaOH 1 molar dan kemudian dimasukan aquades dengan konsentrasi 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm dan 300 ppm. Konsentrasi tersebut digunakan sebagai perlakuan.

d. Aplikasi zat pengatur tumbuh

Penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) dilakukan dengan direndam selama 10 menit, setelah itu stek segera ditanam pada media tanam dalam polybag dengan kedalaman sekitar 7 cm sesuai dengan masing-masing perlakuan.

(3)

e. Pemeliharaan stek

Stek pucuk yang telah diberi perlakuan dan ditanam dalam polibag, kemudian dilakukan pemeliharaan secara rutin meliputi penyiraman selama 2 kali sehari atau sesuai kelembaban dalam sungkup. Selain itu, dilakukan penyiangan terhadap gulma dan apabila terjadi gejala serangan penyakit dilakukan penyemprotan fungisida.

D. Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 2 x 3. Perlakuan terdiri dari 2 faktor yaitu A. jenis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang terdiri dari A1. Hormon Rotoone-F dan A2. Hormon IAA serta B. Dosis hormon yang terdiri dari B1. 100 ppm, B2. 200 ppm dan B3. 300 ppm ditambah 1 kontrol (tanpa hormon). Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan dan pada setiap ulangan terdiri dari 9 stek. Jumlah stek yang ditanam adalah 7 x 3 x 9 = 189 stek. Parameter yang diamati meliputi persen hidup stek, jumlah tunas, jumlah total akar primer, panjang akar primer dan berat kering akar.

E. Analisa Data

Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam/Anova. Apabila hasil uji F yang dihasilkan dari analisis ragam berpengaruh nyata terhadap suatu parameter maka dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan (Steel and Torrie, 1993). Pengolahan data menggunakan SAS Procedure GLM.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian pemberian zat pengatur tumbuh belum berpengaruh secara nyata terhadap persen hidup, jumlah tunas, panjang akar, jumlah akar dan berat kering akar stek pucuk mimba pada umur 2.5 bulan (Lampiran 1). Selanjutnya, data pertumbuhan stek mimba sampai umur 2,5 bulah selengkapnya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Perbedaan Media tanam dan zat pengtur tumbuh terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Mimba (A. indica) pada umur 2,5 bulan

Parameter yang diamati No Perlakuan

Persen

Hidup (%) Tunas (Buah) Jumlah Akar (Buah) Jumlah

Panjang Akar (cm) BKA (gram) 1. A1B0 81.48 ab 4.53 a 3.73 a 6.77 a 0.059 a 2. A1B1 88.89 ab 4.33 a 4.33 a 7.13 a 0.074 a 3. A1B2 88.89 ab 4.50 a 3.60 a 5.80 a 0.062 a 4. A1B3 85.19 ab 4.56 a 4.27 a 7.00 a 0.065 a 5. A2B1 92.59 ab 4.00 a 4.60 a 5.67 a 0.053 a 6. A2B2 96.30 a 4.00 a 4.07 a 4.93 a 0.049 a 7. A2B3 66.67 ab 4.50 a 4.21 a 5.64 a 0.069 a

Keterangan : A0. Kontrol; A1. Hormon Rotoone-F; A2. Hormon IAA; B0. Kontrol; B1. 100 ppm; B2. 200 ppm B3. 300 ppm

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh belum berpengaruh nyata terhadap persentase hidup stek. Hal tersebut diduga karena bahan stek yang digunakan memiliki kondisi yang seragam baik dari tinggi dan diameter serta umur pohon induk yang merupakan bibit asal cabutan sehingga kemampuan hidup pada

(4)

umur 2,5 bulan masih terlihat sama. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian stek pucuk sukun pada umur 3 bulan (Mahfudz dkk., 2006). Meskipun belum berpengaruh nyata, tetapi pemberian hormon IAA 200 ppm memberikan persentase hidup (96.30%) lebih tinggi dibanding kontrol (81.48%).

Perbedaan jenis dan dosis zat pengatur tumbuh juga belum berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan stek pucuk tanaman mimba. Meskipun demikian, pemberian zat pengatur tumbuh mampu memberikan pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding kontrol yaitu jumlah tunas, jumlah akar, panjang akar dan berat kering akar. Jumlah tunas dan jumlah akar tertinggi diperoleh pada pemberian hormon IAA 100 ppm masing-masing sebesar 4.56 buah dan 4.60 buah. Adinugraha dkk. (2006), perlakuan zat pengatur tumbuh dari luar (exogen) yang juga mengandung auksin sintetik dapat menunjang auksin dari dalam untuk menghasilkan persentase bertunas lebih tinggi dibanding kontrol. Sementara itu, Dwidjoseputro (1992) dan Weaver (1972) dalam Adinugraha dkk., (2006), menyatakan bahwa auksin mempercepat proses differensiasi sel membentuk sel baru yang selanjutnya berpengaruh terbentuknya tunas baru. Hasil penelitian Adinugraha dkk., (2006) menunjukkan bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh pada stek pucuk sukun mampu mampu menghasilkan jumlah dan panjang akar yang lebih tinggi secara nyata dibanding kontrol. Selanjutnya Kasno dan Situmorang (1973) melaporkan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh pada tanaman coklat dapat merangsang pembentukan akar stek yaitu meningkatkan jumlah dan panjang akar secara nyata dibandingkan dengan kontrol, kondisi ini dapat dipertimbangkan untuk mendorong peningkatan akar lateral yang berfungsi untuk memperkuat pertumbuhan stek.

Penggunaan zat pengatur tumbuh (Rootone-F) dengan konsentrasi rendah 100 ppm menghasilkan jumlah tunas dan jumlah akar yang lebih tinggi dibanding dengan konsentrasi lebih tinggi. Adinugraha dkk., (2006), makin tinggi konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan, menghasilkan persentase bertunas dan berakar yang makin rendah. Wareing dan Philips (1970) menyatakan bahwa auksin pada konsentrasi yang tepat sangat berperan dalam deferensiasi sel, namun pada konsentrasi di atas optimum dapat bersifat racun yang dapat menurunkan hasil yang diinginkan.

Sementara itu, panjang akar dan berat kering akar tertinggi masing-masing sebesar 7.13 cm dan 0.074 gram diperoleh dengan pemberian Rootone-F 100 ppm. Santoso dkk., (1993) menjelaskan bahwa selain memacu pembentukan akar yang lebih tinggi, pemberian pemberian auksin sintetik dari luar menghasilkan akar yang lebih panjang (7.31 cm) dibandingkan dengan kontrol (3.92 cm). Pengaruh yang baik terhadap panjang akar karena auksin merupakan substansi spesifik yang menstimulir dalam pembentukan akar (Hartman dan Kester, 1990). Terbentuknya akar pada stek merupakan modal awal dan faktor penting dalam perbanyakan tanamanan secara stek pucuk, karena akar akan berperan dalam pengambilan hara dari dalam tanah yang sangat berperan untuk pertumbuhan stek selanjutnya (Moko, 2004).

(5)

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, pembuatan stek pucuk mimba dapat dilakukan secara sederhana sehingga dapat diaplikasikan khususnya oleh para petani. Beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah sterilisasi media dan pengaturan kelembaban sungkup yang perlu dilakukan dengan baik untuk menghindari adanya serangan jamur yang banyak menyebabkan kematian stek. Mengingat penggunaan jenis zat pengatur tumbuh tidak berbeda nyata, maka sebaiknya dipilih Rootone-F untuk operasional mengingat hormon ini harganya cukup murah dan lebih mudah didapat dan diaplikasikan dibanding hormon IAA sehingga pembuatan stek dapat dilakukan secara efisien. Penggunaan bahan stek asal cabutan dapat dilakukan, tetapi untuk menyediakan bahan tanaman berkualitas baik dalam jumlah yang cukup dan berkesinambungan perlu dibangun kebun pangkas. Kartiko dkk., (2001) menjelaskan bahwa kesulitan untuk mendapatkan bahan stek bermutu dalam jumlah cukup dapat diatasi dengan membuat kebun pangkas yang relatif luas serta didukung oleh ruang pengakaran yang luas pula.

IV. KESIMPULAN

1. Perbanyakan tanaman mimba dapat dilakukan dengan cara stek pucuk, dimana penggunaan zat pengatur tumbuh hormone Rootone-F mampu menghasilkan persen tumbuh 88.89% dan IAA 96.30%.

2. Pemberian hormone Rootone-F 100 memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap pertumbuhan stek dengan persen hidup 88.89%, jumlah tunas 4.33 buah, panjang akar 7.13 cm, jumlah akar 4.33 buah dan berat kering akar 0.074 gram.

3. Penggunaan hormon pertumbuhan Rootone-F sebaiknya digunakan untuk operasional karena harganya murah dan mudah diaplikasikan khususnya bagi para petani.

DAFTAR PUSTAKA

Ade. 2005. Pemanfaatan Tanaman Mimba Untuk Rehabilitasi Lahan Kering Sekaligus Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Pedesaan dalam Prosiding Diskusi Hasil Penelitian Kehutanan ”Melalui IPTEK Kehutanan dan Pemberdayaan Potensi Lokal, Kita Tingkatkan Upaya Pelestarian Hutan dan Kesejahteraan Masyarakat”. Denpasar, 16 November 2005. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan.

Adinugraha, H.A., H. Moko dan Cepi. 2006. Pertumbuhan Stek Pucuk Sukun Asal Dari Populasi Nusa Tenggara Barat Dengan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 3 No. 2, Mei 2006. Yogyakarta.

Anonim. 1985. SAS user’s guide: Statistics, version 5 edition. SAS Institute Inc., Cary, NC.

Hartman, H. T., E. E. Kesler and F. T. Davies. 1990. Plant Propagation: Principles and Practise. Prentice Hall, Englewood Cliff. New Jersey.

Joker, D. 2001. Azadirachta indica A. Juss. Informasi Singkat Benih No. 3, Maret 2001. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta.

Kasno, S.P dan Situmorang. 1973. Usaha-Usaha Mempercepat Pertumbuhan Akar pada Stek Coklat. KTP ke-IV. Budidaya Kopi dan Karet. Jilid 2. P :1-226.

Kartiko, H.D.P., Danu. W. Suwoyo dan P. Nugroho. 2001. Membuat Bibit Tanaman Langka : Ramin (Gonystylus bancanus) Melalui Stek. Buletin Teknologi Perbenihan Vol. 8 No. 1, 2001. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

(6)

Mahfudz, Isnaini dan H. Moko. 2006. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh dan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Stek Merbau. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 3, No.1, Maret 2006. Pusat Penelitian Hutan Tanaman. Bogor.

Mindawati, N., A. Widiarti dan Budi Rustaman. 2006. Review Hasil Penelitian Hutan Rakyat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Moko, H. 2004. Teknik Perbanyakan Tanaman Hutan Secara Vegetatif. Informasi Teknis Vol. 2, No.1 Juni 2004. Puslitbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. P: 21-30.

Pramono, A.A. 2003. Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dalam Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I. Publikasi Khusus Vol. 3 No. 8, Desember 2003. Balai Litbang Teknologi Perbenihan, Bogor.

Santoso, J. Sulasmono, F. Rumawas dan Nina Ninasari. 1993. Pengaruh Lama Etiolasi, Jumlah Ruas Bahan Stek dan IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Kina Ledger (Chinchona ledgerina Moens) Klon Cib. 5. Buletin Penelitian Teh dan Kina 7 (1/2) : 39-50.

Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wareing, P.F and I.D.J. Phillips. 1970. The Control of Growth and Defferentiation in Plant. Pergamon Press. Oxford. 303p.

(7)

Lampiran 1. Hasil analisis keragaman pertumbuhan stek pucuk mimba (A.indica) pada beberapa perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh

No. Sumber Variasi Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit

1. Persen Hidup Perlakuan 6 1681.40859048 280.23476508 1.40 ns Jenis ZPT 2 90.13561270 45.06780635 0.23 ns Dosis 3 1064.06290714 354.68763571 1.77 ns Interaksi 1 527.21007063 527.21007063 2.64 ns Galat 14 2798.23873333 199.87419524 Total 20 4479.64732381 2. Jumlah Tunas Perlakuan 6 5.31282051 0.88547009 0.65 ns Jenis ZPT 2 1.72645688 0.86322844 0.63 ns Dosis 3 4.33810787 1.44603596 1.06 ns Interaksi 1 0.00000000 0.00000000 0.00 ns Galat 97 132.03333333 1.36116838 Total 203 137.34615385 3. Jumlah Akar Perlakuan 6 10.92490842 1.82081807 0.84 ns Jenis ZPT 2 3.72296037 1.86148019 0.86 ns Dosis 3 8.73837312 2.91279104 1.35 ns Interaksi 1 0.00000000 0.00000000 0.00 ns Galat 97 209.69047619 2.16175749 Total 203 220.61538462 4. Panjang Akar Perlakuan 6 61.56776557 10.26129426 1.20 ns Jenis ZPT 2 40.23457653 20.11728827 2.35 ns Dosis 3 26.46366048 8.82122016 1.03 ns Interaksi 1 0.00000000 0.00000000 0.00 ns Galat 97 830.54761905 8.56234659 Total 203 892.11538462

5. Berat Kering Akar

Perlakuan 6 0.00686707 0.00114451 0.94 ns Jenis ZPT 2 0.00269245 0.00134623 1.10 ns Dosis 3 0.00192864 0.00064288 0.53 ns Interaksi 1 0.00224597 0.00224597 1.84 ns Galat 97 0.11853628 0.00122202 Total 203 0.12540335

Keterangan : ** : Berpengaruh sangat nyata pada selang kepercayaan 99% * : Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%

Gambar

Tabel 1.  Pengaruh Perbedaan Media tanam dan zat pengtur tumbuh terhadap Pertumbuhan Stek  Pucuk Mimba (A
Gambar 1.  Kondisi bibit dan perakaran hasil stek pucuk mimba umur 2,5 bulan

Referensi

Dokumen terkait

konsentrasi larutan rootone-f memberikan pengaruh sangat nyata pada tinggi tunas perakaran stek gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke).

pertumbuhan stek jarak pagar terbaik dan terjadi interaksi antara perlakuan panjang stek dan lama perendaman dalam growtone terhadap peubah jumlah tunas yang muncul, diameter

Stek berukuran lebih panjang mempunyai jumlah mata tunas yang lebih lebih banyak hal ini mengakibatkan jumlah cadangan makanan, yang lebih besar sehingga berpengaruh

Perlakuan panjang stek pucuk daun berpengaruh sangat nyata terhadap peubah persentase stek jadi, jumlah akar primer, jumlah akar sekunder, panjang akar terpanjang dan jumlah

Pucuk yang dibuat stek adalah pada saat tidak dalam pertumbuhan (tunas) dan lebih berhasil dari pohon induk tabulampot dibanding dari lahan.Tahap kegiatan perbanyakan

Dari hasil penelitian Sparta,dkk (2012) menyatakan bahwa waktu muncul tunas, jumlah tunas, panjang tunas, dan panjang akar pada stek buah naga dipengaruhi secara nyata

Saya Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Panjang Stek Dan Pemberian Berbagai Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Buah Naga

Akibatnya pertumbuhan bagian-bagian tanaman seperti tunas terhambat (media tanam cocopeat dan sekam padi memberikan nilai lebih rendah untuk persentase stek bertunas