• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "E. Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja.pdf"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

B - 1 Dokumen Penawaran Teknis

5.1 PENDEKATAN TEKNIS

A. Survey Data Primer dan Data Sekunder

Bahan yang digunakan dalam kegiatan Audit Teknis dan Jaringan Irigasi ini ialah : peta dan deskripsi jaringan irigasi yang diperoleh dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA). Metode penelitian yang digunakan adalah observasi lapangan dengan mengamati parameter yang diteliti, pengumpulan data primer dan sekunder pada sistem irigasi yang ditinjau meliputi kajian pustaka, wawancara dengan pihak Dinas terkait seperti Dinas Pengairan setempat di lokasi pekerjaan, yang meliputi peta dan peta daerah irigasi, skema jaringan irigasi primer dan sekunder serta skema bangunan irigasi, data debit sungai di bendung tiap jaringan irigasi, data hujan, data debit pengambilan (intake) di bendung, saluran primer/induk dan saluran sekunder periode setengah bulanan,dan data fisik daerah irigasi.Selanjutnya dievaluasi untuk menilai kinerja sistem Irigasi.

B. Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Irigasi

Evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi didasarkan pada beberapa parameter, diantaranya :

1. Kinerja fungsioanl infrastruktur jaringan irigasi (kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi dan kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi)

2. Kinerja pelayanan air (tingkat kecukupan air dan tingkat ketepatan pemberian air), kinerja kelembagaan pemerintah (manajemen kelembagaan dan sumber daya manusia dan kinerja kelembagaaan petani.

Parameter tersebut kemudian diberi bobot (0- 100%) dan diberi peringkat dengan rentang nilai antara 1-4. Komponen – komponen indikator kinerja O & P sistem irigasi dapat dilihat pada Tabel 1. Setiap komponen indikator memiliki rentang nilai 1- 4. Komponen indikator yang telah diketahui nilai atau skornya kemudian dikalikan dengan bobotnya dan dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah nilai total komponen-

(2)

B - 2 Dokumen Penawaran Teknis

komponen indikator dengan rentang nilai 1- 4. Kriteria kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi berdasarkan jumlah skor total indikator-indikator disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.Bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan system irigasi

Tabel 2.Kriteria O dan P sistemirigasi

C. Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi

Kondisi fisik jaringan irigasi menyangkut jumlah, dimensi, jenis dan keadaan fisik suatu jaringan irigasi. Dalam Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007 kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi dapat diklasifikasikan seperti yang terlihat pada Tabel 3.

(3)

B - 3 Dokumen Penawaran Teknis

Penilaian kondisi fisik infrastruktur dalam Mansoer (2013) dapat diketahui dengan cara berikut :

• Indikator bangunan utama (Bu) :

Mercu bendung, penguras, intake dan kantong lumpur yang berfungsi baik (Buf) / jumlah total bangunan utama (But) kemudian dikali bobotnya.Bangunan utama terdiri dari : bendung,bendungan, free intake ataupun pompa.

• Indikator saluran irigasi (Is) : panjang saluran berfungsi baik (Sf) / panjang saluran total (St) kemudian dikali dengan bobotnya. Saluran yang dimaksud ialah saluran primer,sekunder dan tersier.

• Indikator bangunan (Ib) : Jumlah bangunan yang berfugsi baik (Bf) / jumlah bangunan total(Bt) kemdian dikali dengan bobotnya.

Bangunan yang dimaksud ialah mencakup bangunan-bangunan yang menunjang kegiatan irigasi di suatu daerah irigasi. Bangunan-bangunan tersebut dapat berupa : bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan talang, siphon, gorong-gorong, jembatan dan lain sebagainya.

Setelah nilai masing-masing indikatordiketahui, maka dihitung persentase kondisi fisik infrastruktur dengan rumus :

Kondisi fisik infrastruktur =Bu + Is + Ib………. (4)

Bobot indikator untuk menentukan kriteria kondisifisik jaringan irigasi, dapat dilihat pada Tabel 4.

(4)

B - 4 Dokumen Penawaran Teknis

Tabel 4. Bobot indikator kondisi fisik infrastrukturjaringan irigasi

D. Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi

Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi erat kaitannya terhadap kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi. Jika kondisi fisik infrastruktur baik, maka hampir dapat dipastikankondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasinyajuga demikian. Penilaian kondisi fungsionalinfrastruktur jaringan irigasi dapat dilakukandengan cara berikut : • Indikator saluran irigasi (Is) :

panjangsaluranberfungsibaik (Sf) / panjangsaluran total (St) kemudiandikali 100%.

• Indikator bangunan irigasi (Ib) :

Jumlahbangunan irigasi yang berfugsi baik (Bf) /jumlah bangunan total (Bt) kemdian dikali dengan bobotnya.

Setelah nilai masing-masing indikator diketahui, maka dihitung persentase kondisi fisik infrastruktur dengan rumus :

Kondisi fungsional infrastruktur =

Kriteria kondisi fungsional infrastrukturjaringan irigasi, seperti yang disajikan padaTabel 5.

(5)

B - 5 Dokumen Penawaran Teknis

E. Tingkat Kecukupan Air

Tingkat kecukupan air dapat diketahuidengan cara seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Tingkat Kecukupan Air

F. Tingkat Ketepatan Pemberian Air

Tingkat ketepatan pemberian air dapat dianalisis dengan cara seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Tingkat ketepatanpemberian air

G. Manajamen Kelembagaan

Manajemen kelembagaan meliputielemen- elemen yang terkait dalam kegiatan O &P sistem irigasi serta tugas yang dimilikinya yang terdiri dari dari lima jenis pertugas, diantaranya :kepala ranting, petugas mantri, staf ranting, Petugas Operasi Bendung (POB) dan PetugasPintu Air (PPA).Manajemen kelembagaan dapat dianalisis dengan cara seperti pada Tabel 8.

(6)

B - 6 Dokumen Penawaran Teknis

H. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia menyangkut ketersediaan personil untuk setiap elemen elemen yang dibutuhkan dalam suatu sistem irigasi. Berikut adalah kebutuhan tenaga pelaksana O & P sistem irigasi. Sumber daya manusia dapat dianalisis dengan cara seperti pada Tabel 9.

Tabel 9. Sumber Daya Manusia

I. Kinerja Kelembagaan Petani

Kinerja kelembagaan petani ditandai dengan beberapa hal berikut ini: ketersediaan struktur kelembagaan, prasarana dan keaktifan anggota. Kinerja kelembagaan petani dapat dianalisis dengan cara seperti pada Tabel 10.

Tabel 10. Kinerja kelembagaan petani

J. Rincian Kegiatan Audit TeknisIrigasi Tugas dalam Audit Teknis Irigasi adalah :

(7)

B - 7 Dokumen Penawaran Teknis

2. Pengumpulan data pendukung O&P data hidrologi dan hidrometri serta data untuk analisa ekonomi.

3. Pengukuran dan penggambaran saluran dan bangunan.

5.2 METODOLOGI

A. Survey / Inventarisasi Jaringan Irigasi.

Pekerjaan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Tim Konsultan, Tim Direksi dan P3A /Gabungan P3A bersama-sama melakukan penelusuran setiap ruas saluran, suplesi dan saluran pembuang dan setiap bangunan disepanjang saluran dan menginventarisasi kondisi saluran dan bangunannya. Sketsa detail semua bangunan yang dilengkapi dengan dimensi, ukuran pintu, elevasi mercu dsb., rincian perbaikan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan OP, harus dituliskan dalam sketsa tersebut. Data ini harus dimasukkan kedalam blanko yang disediakan. Foto diambil pada semua bangunan penting untuk menggambarkan kerusakan yang terjadi apabila ada kerusakan.

b. Selain mengecek kondisi bangunan irigasi, surveyor juga melakukan pengecekan terhadap kondisi alat-alat operasional seperti pintu air, alat ukur romjn dll. Yang ada pada system irigasi tersebut dan kemudian melaporkan sesuai dengan hasil yang ada di lapangan.

c. Gambar-gambar yang tersedia tentang bangunan harus dibawa ke lapangan selama inspeksi, dan dimensi penting diukur kembali dan dicatat di atas gambar . Kalau gambar bangunan tidak tersedia, harus dibuat sketsa yang bersih di lapangan dengan dimensi terinci untuk selanjutnya dibuat gambar-gambar berdimensi.

d. Menyusun inventarisasi saluran irigasi, bangunan pada saluran, bangunan pengukur debit, jalan inspeksi dan rumah instansi dalam blanko yang disediakan.

e. Peta skema yang tersedia harus dipelajari sebelum melakukan survai lapangan. Petak tersier yang ada dengan luas melebihi 150 ha atau yang mempunyai masalah ketidak terjangkauan air harus dicatat untuk mencari alternatif lain agar luas dibatasi sampai tidak menimbul kanmasalah air. Alternatif yang mungkin adalah meningkatkan saluran tersier menjadi saluran sekunder atau saluran muka, atau pemindahs ebagian areal kebangunan sadap lain. Sebaliknya jika saluran kecil yang melayani kurang dari 100 ha harus dicatat untuk direklasifikasikan sebagai saluran tersier/ saluran muka kalau sekarang dianggap sebagai saluran sekunder. Setelah

(8)

B - 8 Dokumen Penawaran Teknis

dibahas dengan P3A/Gabungan P3A, perubahan-perubahan tersebut harus dimasukkan kedalam skema irigasi baru.

f. Melakukan survey dan membuat daftar yang memuat lokasi ,ukuran dan type serta prakiraan luas layanan dari bangunan sadap liar.

g. Terhadap bangunan sadap liar perludilakukantindakans ebagaiberikut :

• Diadakan survey lebih detail mengenai bangunan liar ini, identifikasi sebab-sebabnya sadap liar dibuat oleh petani.

• Terkait persoalan bangunan sadap liar tersebut tetap dilaporkan di dalam laporan secara detail lokasi dan dimensinya.

B. Pengumpulan Data Pendukung O&P, serta Data Hidrologi dan Hidrometri

Meninjau dan mengamati sistem operasi yang selama ini dijalankan dan mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menyusun Laporan Audit Teknis serta Pedoman Operasi dan Pemeliharaan sebagai berikut ini:

a. Data Hidrologi dan Hidrometri.

Data klimatologi dari stasiun klimatologi terdekat atau yang mewakili untuk 20 tahun terakhir.

• Data debit sungai setengah bulanan, selama minimum 10 tahun atau debit sepuluh harian selama sepuluh tahun terakhir dari data catatan debit pada bendung / bangunan utama atau stasiun pengukur debit lain yang tersedia. • Data catatan banjir pada bendung/bangunan utama atau stasiun pengukur debit

jika tersedia untuk 10 tahun terakhir.

• Data Curah hujan setengah bulanan selama minimum 10 tahun atau sepuluh harian selama sepuluh tahun terakhir pada stasiun curah hujan yang ada di wilayah Daerah Pengaliran Sungai (DPS) serta daerah persawahan. Hujan bulanan dan hujan harian maksimum 10 tahun. Hujan 3 harian berurutan 10 tahun.

b. Data Pendukung O&P

• Data status P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) dan gabungan P3A serta aktifitasnya dalam pengelolaan jaringan irigasi.

• Detail prosedur Operasi dan Pemeliharaan jaringan yang berjalan sekarang dan kekurangan-kekurangannya.

(9)

B - 9 Dokumen Penawaran Teknis

• Data kebutuhan air yang selama ini dipakai untuk perencanaan Operasi dan Pembangian air di Daerah Irigasi yang bersangkutan.

• Catatan tanaman (areal yang ditanamai) menurut musim, jenis tanaman (palawija, tebu, dll) intensitas tanam dan hasil untuk lima tahun terakhir, (sumber data harus dicatat).

• Data personil dan segala fasilitasnya yang tersedia pada saat pelaksanaan pekerjaan.

• Data lain tentang status sekarang, kendala-kendala dan masalah-masalah dalam Operasi dan Pemeliharaan, sebagaimana dibutuhkan untuk Audit TeknisIrigasi

C. Pengukuran dan penggambaran saluran dan bangunan.

a. Pengukuran Lokasi dan Site Bangunan Utama (jika data lama tidak tersedia). • Konsultan harus melakukan pengukuran lengkap pada Bangunan Utama yang

ada, sungai disekitarnya dan penampang melintang sekitar saluran dengan menggunakan alat Theodolit dan Waterpass.

• Pekerjaan pengukuran sungai untuk bangunan utama (bendung, pengambilan bebas) yang kondisinya masih baik, cukup dilakukan dengan “site survey “ sepanjang 100 meter ke hulu dan 100 meter ke hilir, demikian pula untuk mata air / sumber.

• Pengukuran sungai untuk Bangunan Utama yang mempunyai masalah berupa overtopping, piping, gerusan dan degradasi pada hilirnya, perlu dilakukan pengukuran sungai sepanjang 600 meter dengan pengaturan sesuai kebutuhan. • Pengukuran sungai untuk Bangunan Utama baru, dilakukan pengukuran sebagai

berikut:

a. Situasi Sungai

- Lebar sungai B < 20 m; skala 1 : 500 sepanjang 1 km dengan 500 m ke hulu dan 500 m ke hilir dari as Bangunan Utama.

- Lebar sungai 20 < B < 40 m; skala 1:1.000 sepanjang 1,50 Km dengan 750 m ke hulu dan 750 km ke hilir dari as bangunan Utama.

- Lebar sungai >40 m ; skala 1 : 2.000 sepanjang 2,00 km dengan 1,00 km ke hulu dan 1,00 km ke hilir dari as bangunan utama.

b. Site bangunan utama

(10)

B - 10 Dokumen Penawaran Teknis

- Lebar sungai B>40 m; skala 1 : 500

- Patok dipasang tiap jarak profil 25 m, dan tiap jarak profil 5 m untuk sekitar bendung sepanjang 25 m ke hulu dan 25 m ke hilir.

• Elevasimercubendung, ketinggian ambang pintu penguras dan pengambilan, elevasi dekzerk dan elevasi penting lainnya harus disipat datar dengan tepat. • Hasil pengukuran, cara penghitungan dan penggambaran harussesuai dengan

Standar Perencanaan Irigasi.

b. Pengukuran Saluran dan Bangunan (jika data lama tidak tersedia atau tersedia tetapi tidak lengkap)

Pekerjaan ini meliputi hal-hal sebagai berikut: • Pemasangan BM dan CP.

a. Pemasangan Bench Mark (BM) Menambah BM baru jika jarak BM yang ada lebih besar dari 2.000 m pada satu jalur saluran.

b. Pemasangan CP. Pada bangunan lama yang penting pada setiap dekzerk agar dipasang baut kuningan dan diukur posisi (x,y,z), dipasang marmer dan diberi notasi / no.CP. Pada Rencana bangunan baru agar supaya dipasang patok CP (Control Point) sesuai gambar standar dari Direksi Pekerjaan.

• Koordinat dan elevasi BM baru/lama diukur kembali.

• Pemasangan patok BM baru harus sesuai dengan spesifikasi Standar Perencanaan Irigasi, tanda-tanda nomenklatur harus dipasang dengan persetujuan Direksi Pekerjaan. Konsultan bertanggungjawab atas pemasangan BM baru.

• Membuat Diskripsi BM baru yang menunjukkan posisi letak (X,Y) dan ketinggian (Z) serta sketsa peta lokasinya. Deskripsi BM harus dilengkapi dengan lokasi, elevasi, referensi sipat datar BM bersangkutan. Posisi BM diplot pada peta skala 1 : 5.000 dan dilampirkan pada halaman muka Deskripsi BM. Dibuat daftar koordinat + elevasi BM baru/lama dan CP baru/lama. Setiap perbedaan elevasi antara BM baru dan BM lama harus dijelaskan dalam bab tentang survai dalam laporan akhir, BM yang tidak berlaku dikeluarkan dari deskripsi BM., letak patok harus diplot dalam skema pengukuran untuk mengetahui jarak secara planimetris. • Elevasi ambang bangunan bagi dan sadap, ketinggian mercu bangunan pengukur debit dan elevasi bangunan saluran sebelah udik dan sebelah hilir (bangunan, pengatur, terjun, siphon dll.) harus disipat datar dengan tepat. Untuk tujuan

(11)

B - 11 Dokumen Penawaran Teknis

pengukuran sipat datar ini lokasi harus bersih dari endapan lumpur. Semua elevasi ini akan dimasukkan di tampang memanjang saluran.

• Semua elevasi sawah tertinggi pada setiap petak tersier harus diukur untuk penentuan elevasi muka air (jika diperlukan) di saluran tersier, sekunder dan induk.

• Semua tanda muka air pada saluran (warna coklat) yang membekas agar dicatat, juga bekas muka air pada bangunan, harus diidentifikasi guna memberikan informasi dalam menentukan muka air yang tepat untuk pekerjaan Desain Hidrolik.

• Mengukur dan menyipat datar tampang memanjang dan melintang dari : a. Saluran Induk dan Sekunder

b. Saluran Suplesi. c. Saluran pembuang.

d. Tiap Pembuang lainnya, saluran pembuang alami atau sungai yang dianggap perlu diperbaiki dalam Program Rehabilitasi / Upgrading.

e. Saluran tersier yang akan ditingkatkan menjadi saluran sekunder (berdasarkan hasil kesepakatan baik sebelum atau sesudah diskusi system planning)

• Tampang Memanjang.

a. Tampang memanjang saluran pembawa diukur dengan jarak patok @ 50 m, diukur mulai pintu pangkal saluran primer / sekunder.

b. Setiap 500 m sepanjang saluran pembawa dipasang patok dari kayu, ukuran 5x7x120 cm atau kayu bundar dengan Ø 7 cm, yang nantinya diganti dengan patok beton selama pelaksanaan konstruksi pekerjaan rehabilitasi / upgrading. Catatan : Pemasangan patok beton ini bukan tugas Tim Desain Konsultan, kecuali Patok BM dan CP dipasang Konsultan.

c. Penyipatan datar harus diakhiri pada bangunan terakhir di saluran dan untuk drainase di titik tempat masuknya drainase itu ke dalam drainase induk atau sungai.

d. Pengukuran tampang memanjang harus diikat dengan BM yang ada di sepanjang saluran.

e. Patok dipasang tiap 50 m pada bagian yang lurus dan 25 m pada belokan, atau menurut kebutuhan.

(12)

B - 12 Dokumen Penawaran Teknis

f. Bangunan-bangunan sepanjang saluran diukur terhadap patok-patok yang mengapitnya.

g. Pengukuran harus dilakukan pergi-pulang dan double stand. • Tampang Melintang.

a. Diukur setiap jarak profil 100 m untuk saluran pembawa dan 200 m untuk ruas saluran pembuang yang lurus. Jika terdapat patahan atau ke rusakan lain pada saluran yang perlu ditambah profil khusus untuk ketepatan kerusakan dan perhitungan volume pekerjaan.

b. Drainase gendong sepanjang saluran harus diperlakukan sebagai bagian dari tampang melintang saluran dan disipat datar serta diplot bersama-sama dengan tampang saluran, dalam gambar yang sama.

c. Lebar profil melintang yang diukur adalah 10 m ke kiri dan 10 m ke kanan dari tepi saluran dan dari kaki tanggul luar (jika ada tanggul) baik pada saluran pembawa maupun pembuang. Untuk butir (b) di atas lebar profil melintang disesuaikan seperlunya.

d. Setiap perubahan trace, tampang saluran harus diukur. • Persyaratan-persyaratan lain :

a. Alat yang digunakan penyipat datar otomatik Ni-2, NAK-1, NAK-2 atau yang setara. Jika kondisi tidak memungkinkan dapat digunakan T-0.

b. Jarak diukur dengan optis dan pita ukur baja. c. Pengukuran Site Bangunan.

Pengukuran setempat (site survey) untuk pemetaan pada bagian bangunan yang diperlukan dengan syarat sebagai berikut:

• Alat yang digunakan Plan-Table atau Theodolite T-0 atau yang setara dan penyipat datar

• Setiap bentuk / perubahan bangunan harus diukur sampai titik detail terkecil, karena akan digambarkan pada skala 1 : 100.

a. Pengukuran ketinggian (elevasi) pada bangunan adalah sebagai berikut: - Dasar saluran di hulu dan di hilir bangunan.

- Lantai hulu dan lantai hilir bangunan - Elevasi ambang

- Puncak tanggul

(13)

B - 13 Dokumen Penawaran Teknis

- Dasar mulut gorong-gorong - Dasar pintu

- Posisi meja Romijn terendah dan tertinggi (jika ada).

b. Pengukuran tambahan harus dilakukan pada bangunan-bangunan yang perlu diperbaiki ,dengan detail secukupnya untuk memperlihatkan pekerjaan perbaikan tersebut pada gambar.

c. Ketinggian sawah tertinggi yang harus diairi juga harus diukur termasuk sawah yang diairi melalui sadap liar, dalam hal ini harus disajikan “ daftar peil sawah tertinggi ”.

d. Pengukuran lapangan (site survey) secara lengkap harus dilakukan pada lokasi baru yang diusulkan.

e. Pengukuran penampang melintang saluran pembuang harus dengan lebar yang cukup guna memperkirakan debit yang lewat bangunan pembuang silang.

f. Ketentuan-ketentuan untuk pengukuran sebagai berikut : - Potongan melintang harus tegak lurus as / trase saluran.

- Pengukuran jarak saluran pada belokan yang tajam harus dilakukan lewat as saluran, bukan jarak optis/bidik.

- Tiap lokasi bangunan harus dipasang CP, walaupun letak/lokasi bangunan ditetapkan dikemudian hari setelah pengukuran saluran selesai.

(14)

B - 14 Dokumen Penawaran Teknis

(15)

B - 15 Dokumen Penawaran Teknis

(16)

B - 16 Dokumen Penawaran Teknis

(17)

B - 17 Dokumen Penawaran Teknis

(18)

B - 18 Dokumen Penawaran Teknis

(19)

B - 19 Dokumen Penawaran Teknis

(20)

B - 20 Dokumen Penawaran Teknis

(21)

B - 21 Dokumen Penawaran Teknis

(22)

B - 22 Dokumen Penawaran Teknis

(23)

B - 23 Dokumen Penawaran Teknis

(24)

B - 24 Dokumen Penawaran Teknis

1 Rp 203,709,000 20 Mei 2014 2 Rp 320,045,000 3 Rp 241,175,000 22 Agustus 2011 4 Rp 1,100,000,000 07 Juni 2010 5 Rp 98,000,000 Tanggal 4 Maret 2009 6 Rp 320,100,000 21 Oktober 2005 7 Rp 270,700,000 20 Juli 2002 8 Rp 356,740,000 24 Mei 2002 9 Rp 243,700,000 11 Agustus 2001 10 Rp 1,586,000,000 11 Rp 187,704,000 07 Juni 2006 12 Rp 400,000,000 07 Juni 2008 13 Rp 1,200,000,000 07 Juni 2009 Studi Penyusunan Rencana Kebutuhan

Infrastruktur Kawasan Perbatasan di Kabupaten Merauke Provinsi Papua

GIS Prov. Papua Biro Perencanaan - Sekretariat Jenderal, Kementerian Perhubungan Gedung Cipta

Lt.3 Jl. Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110

PL.102/PPK/152.B/PIP-2008 Sistem Informasi Basis Data Irigasi Sul-Sel Sistem Informasi Prop. Sul-Sel

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Penerbangan

GIS Prov. Papua Biro Perencanaan - Sekretariat Jenderal, Kementerian Perhubungan Gedung Cipta

Lt.3 Jl. Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110

PL.102/PPK/152.B/PIP.-2010

System Informasi Geografis (SIG) D.I Saddang GIS D.I Saddang Kab. Pinrang Bagpeltan Pembinaan dan Perencanaan SNVT Irigasi dan Rawa Sul-Sel

KU.08.08/SNVT-IRASS/SIG Saddang/VI/514/2006 Kab. Bolaang Mongondow Bappeda Kota Bolaang Mongondow

02/SIM-DAPOK/V/2002

Studi Konektifitas Angkutan Udara ke Daerah Isolasi, Rawan Bencana, Rawan Pangan dan Daerah Perbatasan

GIS Prov. Papua Biro Perencanaan - Sekretariat Jenderal, Kementerian Perhubungan Gedung Cipta

Lt.3 Jl. Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110

PL.104/PPK/152.B/PIP-2009 Penyusunan Masterplan E-Government Tahun

2014-2019 Provinsi Gorontalo

Telematika Sub bidang Telekomunikasi Darat

Provinsi Gorontalo UPT-LPBJ Provinsi Gorontalo Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi

dan Informatika

555/Hubparkominfo/SP/80VI/2014

Furnishing Geographical Information System (GIS) in PDAM

GIS PDAM Makassar, Gowa,Maros, dan Takalar

The JICA for Water Service Improvement in Mamminasata Metropolitan area in South

Sulawesi province

JTC-WSIM-10-02 Penyusunan Sistem Informasi Data Pokok Kab.

Majene

Sistem Informasi Kab. Majene Bappeda Kab. Majene

03/STI/VIII/2001 Penyusunan Sistem Informasi Data Pokok Kab.

Bolaang Mongondow

Sistem Informasi

Bagpeltan Pembinaan dan Perencanaan SNVT Irigasi dan Rawa Sul-Sel

KU.08.08/SKS-IRASS/BASIS DATA-24/X/2005

Penyusunan System Informasi Data Pokok Pembangunan Proyek Penyusunan SIDP Kabupaten Jeneponto

Sistem Informasi Kab. Jeneponto Pemerintah Kab. Jeneponto

01/SIPDP/VII/2002 Perencanaan Pengadaan Jaringan Perangkat

Keras dan Aplikasi komputer

IT Prop. SuSel Pengadilan Tinggi Makassar

W22.U/101/PR/III/2009 JASA LAYANAN GIS DAN MULTEMEDIA

Kampanye Publik Bidang Penataan Ruang Melalui Media Massa

Multimedia Provinsi Gorontalo PPK Pembinaan Penataan Ruang SKPD

Dinas Pekerjaan Umum Prov. Gorontalo HK.02.03.Rc/TARU-310006/22 Kampanye Publik Bidang Penataan Ruang

Melalui Media TV, Radio dan Surat Kabar

Multimedia Provinsi Sulawesi Barat Dinas PU Bidang Penataan Ruang Prov.

Gambar

Tabel 3. Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi
Tabel 4. Bobot indikator kondisi fisik infrastrukturjaringan irigasi
Tabel 6. Tingkat Kecukupan Air

Referensi

Dokumen terkait

Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif ini adalah karena dalam proses pengumpulan datanya lebih menitikberatkan pada observasi lapangan dan suasana alamiah

Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur dan observasi baik data primer maupun data sekunder. Jenis data yang dikumpulkan berupa data.. kuantitatif dan kualitatif dan

Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan metode angket (kuesioner) sedangkan data sekunder menggunakan metode studi pustaka

Metodologi Penelitian Exploratif Jenis penelitian Primer Sekunder Jenis data Wawancara Kuesioner Observasi lapangan Studi pustaka Teknik pengumpulan data Aspek pemasaran Analisis

2.2 Metode Pengumpulan Data Lapangan Metode pengumpulan data yang digunakan penulis selama proses kuliah kerja lapangan terdiri dari beberapa metode, yaitu : 2.2.1 observasi Metode

Teknik Pengumpulan Data 1 Observasi pengamatan 2 Wawancara 3 Dokumentasi Metode Pengumpulan Data 1 Data Primer 2 Data Sekunder Metode Analisa Data Untuk menganalsis data

3.4 Metode Pengumpulan Data Di dalam penelitian perlu adanya mengumpulkan data-data dari sumber yang sedang diteliti, pada penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data primer

Observasi Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengamati langsung terhadap semua kegiatan yang berlangsung, baik melalui praktek di lapangan maupun dengan memperhatikan