• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KINERJA GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE PADA KENDARAAN OTOMOBIL

OLEH: Drs. NANA SUMARNA, MT. Abstraksi:

Pertimbangan berkendara adalah keamanan, kenyamanan dan tenaga traksi yang dahsyat saat dikemudikan, dengan pemakaian bahan bakar yang rendah sebagai moda yang tepat untuk lalu lintas dikota. Kendaraan yang berteknologi ramah lingkungan, mampu menghasilkan emisi gas buang sesuai standar Euro 2. Moda transportasi merupakan dambaan dan kebutuhan semua orang di negara maju, inovasi teknologi menggunakan Gasoline Direct Injection. Merujuk kepada gambaran data pembanding, performance dari kinerja yang terlihat lebih tinggi dibanding Multi Point Injection untuk tiap tingkat putaran.

A. Pendahuluan

Industri otomotif Indonesia memasuki babak baru dalam teknologi motor dan pembuangan, secara resmi pemerintah memberlakukan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 141/2003 tentang Standar Emisi Euro 2. Peraturan ini berlaku untuk kendaraan produksi terbaru atau yang sedang diproduksi, para Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) yang beroperasi di Indonesia, menyatakan kesiapan untuk memproduksi kendaraan yang berteknologi ramah lingkungan. Menyiapkan teknologi yang mampu menghasilkan emisi gas buang sesuai standar Euro 2, menghadirkan sebuah kendaraan yang memiliki nilai lebih bagi lingkungan hidup.

Mengadopsi standar Euro 2 memang mutlak diperlukan beberapa perubahan teknologi, yang paling utama adalah pemasangan Catalytic Converter (CC). Sebagai peredam emisi gas buang dan teknologi pasokan bahan bakar injeksi, merupakan teknologi masa kini yang ramah lingkungan. Penyelesaian dari masalah tersebut tentunya menyangkut dua faktor yang saling berhubungan yaitu faktor jenis bahan bakar dan faktor engine kendaraan. Berbicara masalah bahan bakar untuk kendaraan bermotor, sampai saat ini khususnya untuk negara Indonesia terdapat beberapa jenis bahan bakar cair produk Pertamina.

Merancang dan membangun suatu engine kendaraan yang lebih efisien, melalui inovasi yang mampu memberikan injection bahan bakar dan udara campuran. Karakter ini memiliki potensi yang besar untuk mengoptimalkan pemasukan bahan bakar, dalam menghasilkan pembakaran yang lebih baik pada pemakaian bahan bakar yang lebih hemat. Merupakan alasan yang memicu dalam usaha menarik perhatian konsumen, untuk mengeluarkan produk yang memiliki keunggulan lebih dari produk sebelumnya. Harapan perancang, kendaraannya menjadi pilihan utama konsumen sebagai otomobil yang memiliki teknologi terbaru dikelasnya.

Pengembangan yang dilakukan terjadi dengan sangat cepat melalui penemuan metode untuk memasukkan bahan bakar tanpa menggunakan karburator. Pemasukan bahan bakar secara efektif dilakukan melalui injector, yang mampu mereduksi kekurangan-kekurangan pada kinerja engine motor Otto yang telah ada. Gasoline Direct Injection Engine merupakan suatu sistem yang memungkinkan, kendali yang tepat terhadap campuran bahan bakar dan udara untuk waktu pengapian yang spesifik. Alat untuk sistem ini dipergunakan, bertujuan untuk menghemat pemakaian bahan bakar, tanpa mengganggu daya yang dihasilkan disebut dengan sistem injeksi.

Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas, penulis mencoba mengangkat permasalahan dalam karya tulis ini adalah “Analisis Kinerja Gasoline Direct Injection

(2)

Engine pada Mitsubishi Pajero 3.5 V6”, ditetapkan sebagai topik permasalahan yang akan dicermati oleh penulis

.

B. Perumusan Masalah

Tanpa adanya masalah, maka tidak ada penelitian. Untuk memperjelas lingkup permasalahan dalam penelitian ini, perlu ditetapkan perumusan masalah.

Adapun perumusan masalah yang akan menjadi objek pada penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran teoritis tentang kinerja Gasoline Direct Injection pada Mitsubishi Pajero 3.5 V6 Elegance, apabila dibandingkan dengan MPI Engine konvensional yang seukuran.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptip analitik, yaitu suatu metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian deskriptip merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

D. Kajian Umum Motor Bakar Torak

Motor pembakaran dalam pada umumnya dikenal dengan nama motor bakar torak, proses pembakaran berlangsung didalam motor bakar sendiri. Sehingga gas pembakaran yang terjadi, sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja. Motor bakar torak mempergunakan beberapa silinder, didalamnya terdapat torak yang bergerak bolak-balik. Pembakaran bahan bakar terjadi didalam silinder, bolak-balik torak menyebabkan gerak rotasi pada poros engkol.

Sebaliknya gerak rotasi poros engkol mengakibatkan gerak translasi pada torak, motor bakar torak berdasarkan prosesnya terbagi menjadi dua jenis utama yaitu motor Otto dan motor Diesel. Perbedaan utama terletak pada sistem penyalaannya, campuran bahan bakar pada motor Otto dinyalakan oleh loncatan api listrik diantara kedua elektroda busi. Sedangkan motor Diesel terjadi proses penyalaan sendiri, karena bahan bakar disemprotkan kedalam silinder berisi udara bertemperatur dan bertekanan tinggi.

Ketika akhir kompresi udara bertemperatur dan bertekanan tinggi dalam silinder moto Diesel, disemprotkan bahan bakar melalui injector. Bahan bakar terbakar sendiri, setelah temperatur campuran itu melampaui temperatur nyala bahan bakar. Kejadian ini terjadi karena motor Diesel menggunakan perbandingan kompresi yang cukup tinggi, kecepatan bahan bakar keluar dari injector nosel sesuai dengan derajat pengabutan yang diinginkan.

Gasoline Direct Injection Engine

(3)

Campuran bahan bakar udara di dalam silinder motor Otto harus sesuai dengan syarat busi di atas, yaitu jangan terbakar sendiri. Ketika busi mengeluarkan api listrik yaitu pada saat beberapa derajat engkol sebelum torak mencapai TMA, campuran bahan bakar udara sekitar itulah yang mula-mula terbakar. Selanjutnya nyala api merambat ke segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi, menyalakan campuran yang dilaluinya sehingga tekanan gas didalam silinder naik, sesuai dengan jumlah bahan bakar yang terbakar.

Mekanisme penyaluran bahan bakar motor konvensional, lajim memakai sistem percampuran bahan bakar pada karburator. Kondisi tersebut terjadi pula dalam engine Multi Point Injection, bahan bakar dikabutkan pada masing-masing ruang pemasukan Intake Manifold. Menunggu katup masuk terbuka, disaat yang sama butiran bahan bakar yang belum terkabutkan, menguap oleh radiasi panas dari engine.

Keadaan tersebut diatas menyebabkan MPI engine, memiliki batasan respon pemasukan bahan bakar dan kontak untuk pembakaran. Hal itu disebabkan percampuran bahan bakar dan udara, terjadi sebelum masuk ke dalam silinder. Sedangkan pada Gasoline Direct Injection Engine, bahan bakar secara langsung disemprotkan ke dalam silinder dengan mempergunakan injector yang ditempatkan pada bagian atas silinder block.

Kelebihan lain dari GDI engine adalah kontak waktu pemasukan bahan bakar yang tepat, sesuai dengan kondisi beban yang dibutuhkan. Sehingga respon yang lebih baik dibandingkan MPI engine. Berikut beberapa karakteristik dari GDI engine:

Gambar 2 Transisi sistem pemasukan bahan bakar (Sumber: Mitsubishi)

(4)

Gambar 4 Pengaturan pemasukan bahan baker (Sumber: Mitsubishi)

Gambar 5 Perbandingan campuran bahan bakar dan udara yang disesuaikan dengan torsi dan putaran (Sumber: Mitsubishi)

E. Teknologi Gasoline Direct Injection

Ada empat corak teknis yang menjadi kelebihan teknologi GDI engine; ruang pemasukan yang langsung dan tegak lurus yang mampu mengoptimalkan airflow ke dalam silinder, Curved-Top Piston yang mengendalikan pembakaran dengan membantu pembentukan air-fuel campuran, pompa bahan bakar menyediakan tekanan tinggi yang diperlukan untuk penyuntikan langsung ke dalam silinder, dan injektor putaran angin tekanan tinggi yang mengendalikan pembuyaran dan penguapan percikan bahan bakar.

Keterangan:

Gambar 6 Sistem motronik untuk motor bensin penyemprotan langsung

(Sumber Motor Bakar Torak)

1. Sensor massa udara

2. Katup trotel dengan kontrol listrik 3. Sensor tekanan saluran udara masuk 4. Pompa tekanan tinggi

5. Katup kontrol tekanan 6. Akumulator (rel) bahan bakar 7. Koil penyalaan

8. sensor oksigen lambda 9. Konverter katalik

10. Sensor oksigen lambda 11. Pompa pengisian

12. Penyemprotan bahan bakar tekanan tinggi 13. Sensor tekanan bahan bakar

14. Katup EGR

(5)

Teknologi pokok ini, dikombinasikan dengan teknologi lain yang memiliki kendali terhadap bahan bakar yang unik, dan memungkinkan pencapaian sasaran hasil pengembangan suatu motor yang diinginkan yaitu pemakaian bahan bakar yang lebih rendah bahkan dari motor Diesel sekalipun serta tenaga output yang lebih tinggi dibanding MPI engine konvensional. Metode yang dipakai pada GDI engine adalah ;

In-Cylinder Airflow

GDI engine mempunyai ruang pemasukan yang tegak lurus dan langsung. Hal ini secara efisien mampu mengarahkan airflow tepat jatuh di curved-top piston, yang mampu membalikan arah airflow dengan kuat sehingga mampu menghasilkan penyemprotan bahan bakar yang optimal.

Gambar 7 Airflow pada silinder (Sumber Mitsubishi)

Penyemprotan Bahan Bakar

Injektor putaran angin tekanan tinggi yang dikembangkan mampu menyediakan percikan yang ideal dan mempola terhadap masing-masing gaya operasional yang terjadi pada engine. Pada waktu yang sama, dengan menerapkan gerakan putaran tinggi pada saat penyemprotan bahan bakar memungkinkan pengabutan bahan bakar yang cukup dengan suatu tekanan bahan bakar yang rendah, kira-kira 50 kg/cm2.

Gambar 8 Bentuk penyemprotan bahan bakar pada GDI Engine (Sumber Mitsubishi)

Bentuk Ruang Pembakaran yang Dioptimalkan

Curved-Top Piston mengendalikan bentuk air-fuel campuran seperti halnya airflow di dalam ruang pembakaran yang mempunyai suatu peranan penting untuk memelihara suatu campuran bahan bakar udara padat dan kaya. Yang mana campuran tersebut disuntikan pada saat akhir pada langkah kompresi yang kemudian dibawa ke arah busi sebelum dibuyarkan.

(6)

Gambar 9 Bentuk ruang pembakaran pada GDI Engine (Sumber Mitsubishi) F. Spesifikasi Data

1. Spesifikasi Mitsubishi Pajero 3.5 V6 GDI Elegance

2. Spesifikasi Pembanding

Data GDI MPI

Total Displacement dm3 3.496 Cylinder Bore x Stroke mm 93.0 x 85.8

Combustion Chamber Shape Pent Roof and curved top piston Pent Roof

Compression Ratio 10.4 9.0

Valve Mechanism DOHC 4 - Valve SOHC 4 – Valve Fuel Used Unleaded super (Ron 95) Unleaded super (Ron

90) Maximum Output k. W/rpm 149/5000 143/5000 Maximum Torque N.m/rpm 318/4000 313/3500

Fuel System GDI MPI

Ignition System Power Distribution Method

Distribution ignition system

Ignition Timing Control

6 – coil independent electronic control system

3 coil

Injector High voltage, High pressure swirl injector

Electromagnetic

Idle control ETV + Fuel control ISC

Lash Adjuster Provided

Engine Oil API. SG higher dm3

Fuel Capacity 4.6 4.9

Oil Filter 0.3 0.3

Oil Cooler - 0.3

(Sumber: Mitsubishi)

Dari gambar kurva perfomance engine dapat diperoleh data daya output pada setiap tingkat putaran dengan metode interpolasi. Data-data tersebut sebagai berikut :

(7)

Tabel 1 Daya output pada tiap tingkat putaran

n (rpm) Daya output pada GDI Engine Daya output pada MPI Engine

Ne (kW) Ne (PS) Ne (kW) Ne (PS) 1500 42 57,10 44 59,82 2000 60 81,57 61 82,93 2500 79 107,40 76 103,33 3000 97 131,88 93 126,44 3500 115 156,35 115 156,35 4000 133 180,82 127 172,67 4500 144 195,78 140 190.34 5000 149 202,70 143 194,40 5500 144 195,78 124 168,59

G. Analisis kinerja Gasoline Direct Injection Engine Mitsubishi Pajero 3.5 V6 GDI Elegance

Dengan menggunakan metode interpolasi maka didapat torsi (T) dari daya efektif (Ne) untuk tiap putaran tertentu dengan melihat data pada kurva perfomance engine diatas, yang dicari dengan persamaan :

2

,

716

. n

T

Ne

(PS) (Wiranto A, 1992:32)

n

Ne

T

.

716

,

2

(m.kg)

Tabel 2 Perhitungan torsi dan daya efektif pada tingkat putaran tertentu

n (rpm)

Daya output pada GDI Engine

Ne (PS)

Torsi pada GDI Engine T (m.kg)

Daya output pada MPI Engine

Ne (PS)

Torsi pada MPI Engine T (m.kg) 1500 57,10 27,26 59,82 28,56 2000 81,57 29,21 82,93 29,69 2500 107,40 30,76 103,33 29,60 3000 131,88 31,48 126,44 30,18 3500 156,35 31,99 156,35 31,99 4000 180,82 32,37 172,67 30,91 4500 195,78 31,15 190,34 30,29 5000 202,70 29,03 194,40 27,84 5500 195,78 31,15 168,59 21,95

1. Perhitungan Tekanan Efektif Rata-Rata Motor (Pe)

Tekanan Efektif Rata-rata Motor (Pe) terjadi didalam silinder dimana tekanan ini merupakan tekanan yang dapat mendorong torak sepanjang langkahnya untuk mendapatkan usaha per-siklus. Tekanan efektif motor dapat diperoleh dengan menggunakan rumus: Pe =

2

100

(

Kg

/

cm

2

)

xZxa

V

x

Tx

L (Wiranto Arismunandar, 1988 : 33) Dimana :

Pe = Tekanan efektif rata-rata motor (Kg / cm2) T = Momen putar (Kg.cm) VL= Volume Langkah (cm 3 ) Z = Jumlah silinder n = Putaran motor (rpm)

(8)

Maka tekanan efektif rata-rata motor untuk tiap tingkat putaran tertentu adalah sebagai berikut :

Tabel 3 Perhitungan tekanan efektif rata-rata motor

n (rpm) Torsi pada GDI Engine T (m.kg)

Pe pada GDI engine (Kg/cm2)

Torsi pada MPI Engine T (m.kg)

Pe pada MPI engine (Kg/cm2) 1500 27,26 9795,8 28,56 10262,9 2000 29,21 10496,5 29,69 10669,0 2500 30,76 11053,5 29,60 10636,7 3000 31,48 11312,2 30,18 10845,1 3500 31,99 11495,5 31,99 11495,5 4000 32,37 11632,1 30,91 11107,4 4500 31,15 11193,7 30,29 10884,6 5000 29,03 10431,8 27,84 10004,2 5500 31,15 11193,7 21,95 7887,6

2. Perhitungan Penggunaan Bahan Bakar

Untuk mencari perhitungan pemakaian bahan bakar (Gf) dapat menggunakan persamaan : Gf =

Qc

.

η

Ne.632

th (kg/jam) (Khovakh, 1976 : 73) Keterangan : Ne : Daya efektif, (PS)

Qc : Nilai kalor bawah bahan bakar, menurut (SP. Sein, 1980 : 168) besarnya 10580 kkal/kg,

Gf : Pemakaian bahan bakar, (kg/jam) th : Efesiensi thermis

r : Perbandingan kompresi, spesifikasi (GDI = 10,4 dan MPI = 9)

ηth =

x

632 x

100

%

GfxNpb

Ne

(100%) (Wiranto Arismunandar, 1988 : 33) th = 1 k th 1 2 1

r

1

-1

η

atau

Q

Q

Q

(Wiranto A, 1995:26) Dimana : ηth = Efisiensi Thermis (%) Ne = Daya efektif motor (PS)

Npb = Nilai kalor bahan bakar (kkal/jam)

Nilai kalor bahan bakar (kkal/jam) premium = 10580 kkal/jam

(Wiranto Arismunandar, 1988 : 28) untuk GDI ηth =

0

,

5011

4

,

10

1

1

297 , 0 untuk MPI ηth =

0

,

4853

9

1

1

3023 , 0

Setelah nilai Gf diketahui, maka nilai pemakaian bahan bakar spesifik dapat dicari dengan menggunakan rumus :

(9)

Be =

Ne

Gf

(kg/PSjam) (Wiranto A, 1994:29)

Maka jumlah bahan bakar dan nilai bahan bakar spesifik yang dapat masuk ke dalam silinder pada tiap tingkat putaran tertentu adalah sebagai berikut:

Tabel 4 Perhitungan pemakaian jumlah bahan bakar dan nilai pemakaian bahan bakar spesifik yang digunakan pada tiap tingkat putaran tertentu

n (rpm) Daya output pada GDI Engine Ne (PS) ηth (%) untuk GDI Gf (kg/jam) GDI Engine Be (kg/PSjam) GDI Engine Daya output pada MPI Engine Ne (PS) ηth (%) untuk MPI Gf (kg/jam) MPI Engine Be (kg/PSjam) MPI Engine 1500 57,10 50,11 6,80 0.119 59,82 48,53 7,36 0,123 2000 81,57 50,11 9,72 0.119 82,93 48,53 10,20 0,123 2500 107,40 50,11 12,80 0.119 103,33 48,53 12,71 0,123 3000 131,88 50,11 15,72 0.119 126,44 48,53 15,56 0,123 3500 156,35 50,11 18,63 0.119 156,35 48,53 19,24 0,123 4000 180,82 50,11 21,55 0.119 172,67 48,53 21,25 0,123 4500 195,78 50,11 23,33 0.119 190.34 48,53 23,42 0,123 5000 202,70 50,11 24,16 0.119 194,40 48,53 23,92 0,123 5500 195,78 50,11 23,33 0.119 168,59 48,53 20,75 0,123

3. Perhitungan Daya Indikator (Ni)

Daya indikator (Ni) diperoleh dengan rumus :

Ni = Ne / ηMek (PS) (Wiranto Arismunandar, 1988 : 33)

Setelah daya indikator diperoleh, maka nilai permakaian bahan bakar spesifik indikator (Bi) dapat dicari dengan rumus:

Bi = Gf / Ni (kg/Psjam) Dimana :

Ni = Daya indikator (PS) Ne = Daya efektif motor (PS)

ηMek= Efisiensi mekanis motor bensin 0,70 – 0,85 (%) diambil 0,80

(Wiranto Arismunandar, 1988 : 36) Bi = Pemakaian bahan bakar sesifik indikator (kg/PS jam)

Dengan menggunakan persamaan di atas maka dapat dihitung daya indikator dan nilai pemakaian bahan bakar spesifik indikator untuk tiap tingkat putaran sebagai berikut:

Tabel 5 Perhitungan daya indikator untuk tiap tingkat putaran

n (rpm) Daya output GDI Engine Ne (PS) Daya indikator pada GDI Engine Ni (PS) Gf (kg/jam) GDI Engine Bi (kg/PSjam) untuk GDI Engine Daya output MPI Engine Ne (PS) Daya indikator pada MPI Engine Ni (PS) Gf (kg/jam) MPI Engine Bi (kg/PSjam) untuk MPI Engine 1500 57,10 45,60 6,80 0,149 59,82 47,85 7,36 0,153 2000 81,57 65,25 9,72 0,149 82,93 66,34 10,20 0,153 2500 107,40 85,92 12,80 0,149 103,33 82,66 12,71 0,153 3000 131,88 105,50 15,72 0,149 126,44 101,15 15,56 0,153 3500 156,35 125,08 18,63 0,149 156,35 125,08 19,24 0,153 4000 180,82 144,65 21,55 0,149 172,67 138,13 21,25 0,153 4500 195,78 156,62 23,33 0,149 190.34 152,27 23,42 0,153 5000 202,70 162,12 24,16 0,149 194,40 155,52 23,92 0,153 5500 195,78 156,62 23,33 0,149 168,59 134,87 20,75 0,153

(10)

4. Perhitungan Efisiensi Volumetris (ηvol) ηVol = '

BM

BM

x 100% (100%) (Khovak 1979 : 10) Dimana :

ηVol = Efisiensi volumertris (%)

BM = Berat campuran gas yang dapat masuk ke dalam silinder BM’= Berat campuran gas yang seharusnya masuk ke dalam silinder

Pada motor 4-langkah perbandingan antara jumlah udara masuk yang sebenarnya terhadap yang ideal dinamai efisiensi volumetrik (ηv) (Wiranto A, 1977:107), yang dapat juga dicari dengan persamaan:

ηVol =

Gai

Ga

Gai = VL x γai x z x n x 0,5 x 60 (Wiranto A, 1994:106) Dimana :

VL = volume langkah torak per silinder, m3 z = jumlah silinder,spesifikasi = 6 n = putaran poros engkol, rpm

γai = berat jenis udara pada kondisi masuk, kg/m 3 γai dapat dihitung dengan menggunakan persamaan P. V = G. R. T 3

/

175

,

1

300

3

,

29

10330

.

.

.

m

kg

x

T

R

P

T

R

T

x

R

x

V

G

P

ai ai

Sehingga Gai pada putaran 5000 rpm dapat diperoleh

Gai=

(

582

,

536

x

10

6

)

x

1

,

175

x

6

x

5000

x

0

,

5

x

60

616

,

03

kg

/

jam

Dengan cara yang sama, maka akan didapat juga Gai untuk tiap tingkat putaran. Setelah Gai didapat maka Ga dari persamaan :

f = Gf/Ga (Wiranto A,1977:29)

f = perbandingan bahan bakar dan udara = 0,0662 (E.F.Robert,1968:193)

Dengan menggunakan persamaan di atas maka diperoleh nilai efisiensi volumetris pada tiap tingkat putaran sebagai berikut :

Tabel 6 Perhitungan efisiensi volumetris untuk tiap tingakt putaran tertentu

n (rpm) Gai (kg/jam) Gf (kg/jam) GDI Engine Ga (kg/jam) GDI Engine ηvol (%) untuk GDI Gf (kg/jam) MPI Engine Ga (kg/jam) MPI Engine ηvol (%) untuk MPI 1500 184,80 6,80 102,71 55,69 7,36 111,17 60,16 2000 246,40 9,72 146,82 59,58 10,20 154,07 62,53 2500 308,00 12,80 193,35 62,77 12,71 191,99 62,33 3000 369,60 15,72 237,46 64,24 15,56 253,04 63,59 3500 431,20 18,63 281,41 65,26 19,24 290,63 67,40 4000 492,82 21,55 325,52 66,05 21,25 320,99 65,13 4500 554,42 23,33 352,41 53,56 23,42 353,77 63,81 5000 616,03 24,16 364,95 59,24 23,92 361,32 58,65 5500 677,63 23,33 352,41 53,56 20,75 313,44 46,25

(11)

H. Pembahasan Temuan Hasil Penelitian 1. Analisis Proses Thermodinamika

Pada saat pemasukan bahan bakar, walau memiliki volume langkah yang sama namun volume total pada GDI lebih kecil dibanding MPI. Hal tersebut disebabkan oleh perbandingan kompresi pada GDI lebih besar dibandingkan MPI. Perbandingan kompresi yang lebih besar pada GDI, juga menyebabkan koefisien residu gas pada saat pemasukan bahan bakar lebih besar dibandingkan MPI, yang mengakibatkan temperatur akhir pemasukan pada GDI lebih tinggi dibanding MPI

Untuk langkah kompresi, GDI yang menggunakan jenis bahan bakar yang lebih baik dibandingkan MPI, memiliki nilai komponen adiabatis (k) yang lebih kecil dibanding MPI. Hal ini menyebabkan GDI mempunyai tekanan dan temperatur yang lebih tinggi dibandingkan MPI pada saat langkah kompresi.

Pada saat proses pembakaran, perbandingan kompresi yang lebih besar memungkinkan GDI memiliki efisiensi thermis yang lebih besar dibanding MPI. Jumlah panas yang dihasilkan juga lebih besar dikarenakan jumlah pemasukan campuran bahan bakar dan udara yang masuk pada GDI lebih banyak dibanding MPI. Hal ini menyebabkan temperatur dan tekanan akhir pembakaran pada GDI lebih besar dibanding MPI.

Untuk proses ekspansi, GDI menghasilkan temperatur dan tekanan ekspansi yang lebih kecil dibanding MPI. Hal ini disebabkan perbandingan kompresi pada GDI lebih kecil dibanding MPI, sehingga temperatur dan tekanan pengeluaran kalornya juga lebih kecil dibanding MPI.

Utnuk pengeluaran kalor sisa pembakaran, pada GDI jumlahnya lebih sedikit dibanding MPI. Hal ini terjadi karena efisiensi thermis pada GDI lebih baik dibanding MPI, sehingga penggunaan panas yang diubah menjadi usaha pada GDI lebih dibanding MPI.

Untuk lebih lengkapnya mengenai gambaran perbandingan analisis perhitungan thermodinamika dari kedua jenis engine, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7 Perhitungan thermodinamika

Pembanding GDI Engine MPI engine

Volume langkah (cm3) 582,536 582,536

Volume sisa (cm3) 61,972 72,817

Volume total (cm3) 644,508 655,353

Koefisien residu gas (γres) 0,169 0,140

Temperatur akhir pemasukan, K (T1) 402,523 388,596

Nilai k, komponen adiabatis 1,297 1,3023

Tekanan kompresi, kg/cm2 (T2) 18,306 15,354

Temperatur kompresi, K (T2) 806,955 755,033

Efisiensi thermis, % ( th) 50,11 48,53

Jumlah panas, Kkal/kg (Qm) 255507 253073,6

Jumlah campuran bahan bakar dan udara, kg/jam (Gaf) 388,95 385,24 Temperatur akhir pembakaran, K (T2) 3377,02 3325,09 Tekanan akhir pembakaran, kg/cm2 (T2) 76,61 67,61

Temperatur ekspansi, K (T2) 1684,51 1711,33

Tekanan ekspansi, kg/cm2 (T

2) 3,679 3,866

Pengeluaran kalor, Kkal (Qk) 127948 130756,50

2. Analisis Perhitungan Daya

Pada kurva perfomance engine (gambar 3.3), dapat dilihat torsi maksimum pada GDI lebih tinggi dibanding MPI. Data ini didukung dengan hasil perhitungan daya pada kedua engine, dimana keseimbangan torsi yang terjadi pada GDI pada tiap tingkat putaran

(12)

lebih baik dibanding MPI. Ini disebabkan oleh keseimbangan daya efektif yang terjadi pada tiap tingkat putaran pada GDI lebih baik dibanding MPI. Hal ini berdampak pada keseimbangan tekanan efektif rata-rata tiap tingkat putaran pada GDI lebih baik dibanding MPI.

Untuk keseimbangan daya indikator yang terjadi, GDI juga menunjukkan performa yang lebih baik dibanding MPI, yang disebabkan daya efektif yang terjadi pada GDI lebih baik dibanding MPI. Begitu juga dengan penggunaan bahan bakar dan nilai pemakaian bahan bakar spesifik pada GDI lebih baik dibanding MPI, yang disebabkan oleh perbandingan penggunaan bahan bakar dan daya indikator yang terjadi. Dari penggunaan bahan bakar tersebut, juga dapat dilihat bahwa GDI memiliki efisiensi volumetris yang lebih baik dibanding MPI.

Untuk lebih lengkapnya, dapat dilihat pada grafik-grafik hasil perhitungan sebagai berikut :

Grafik 1 Perbandingan daya efektif pada tiap tingkat putaran

Daya Efektif (Ne)

0 50 100 150 200 250 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 Putaran (n) D a y a O u tp u t (PS)

Daya output pada GDI Engine Ne (PS) Daya output pada MPI Engine Ne (PS)

Grafik di atas memberikan gambaran tentang daya maksimum yang terjadi pada putaran yang sama pada GDI engine lebih baik dibanding MPI engine. Dari gambaran grafik perbandingan daya efektif ini dapat dilihat efektivitas dan efisiensi hasil kinerja GDI engine lebih baik dibanding MPI engine.

Grafik 2 Perbandingan torsi pada tiap tingkat putaran Torsi (T) 0 5 10 15 20 25 30 35 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 Putaran (n) To rs i (m .K

g) Torsi pada GDI

Engine T (m.kg) Torsi pada MPI Engine T (m.kg)

Grafik di atas memberikan gambaran tentang torsi maksimum yang dapat dicapai pada GDI engine terjadi pada putaran yang lebih tinggi dibanding MPI engine. Dari gambaran grafik perbandingan torsi ini dapat dilihat efektivitas dan efisiensi hasil kinerja GDI engine lebih baik dibanding MPI engine.

(13)

Grafik 3 Perbandingan tekanan efektif rata-rata pada tiap tingkat putaran Tekanan efektif rata-rata (Pe)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 Putaran (n) P e ( k g/ c m ^ 2 )

Pe pada GDI engine (Kg/cm2) Pe pada MPI engine (Kg/cm2)

Grafik di atas memberikan gambaran tentang tekanan efektif rata-rata yang dapat dicapai pada GDI engine terjadi pada putaran yang lebih tinggi dibanding MPI engine. Dari gambaran grafik perbandingan tekanan efektif ini dapat dilihat efektivitas dan efisiensi hasil kinerja GDI engine lebih baik dibanding MPI engine.

Grafik 4 Perbandingan pemakaian bahan bakar pada tiap tingkat putaran Pemakaian bahan bakar (Gf)

0 5 10 15 20 25 30 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 Putaran (n) P e m a k a ia n ba ha n ba k a r (k g/ ja m ) Gf (kg/jam) GDI Engine Gf (kg/jam) MPI Engine

Grafik di atas memberikan gambaran tentang penggunaan bahan bakar yang terjadi pada putaran yang sama pada GDI engine lebih baik dibanding MPI engine. Dari gambaran grafik perbandingan penggunaan bahan bakar ini dapat dilihat efektivitas dan efisiensi hasil kinerja GDI engine lebih baik dibanding MPI engine.

I. Penutup

Berdasarkan analisa data dan pembahasan terhadap permasalahan yang telah ditetapkan, gambaran secara teoritis tentang kinerja Gasoline Direct Injection Engine. Terbukti bahwa GDI engine memiliki tingkat efektifitas dan efisiensi yang lebih baik dibanding Multi Point Injection (MPI) engine yang seukuran.

Gasoline Direct Injection (GDI) Engine, apabila dibandingkan dengan MPI engine yang seukuran. Gasoline Direct Injection (GDI) Engine menyediakan kira-kira 10% tenaga putaran yang lebih besar setiap kali melakukan percepatan.

Oleh karena itu pengembangan inovasi engine disarankan, selalu melalui kegiatan analisis yang cermat, terhadap prestasi motor untuk menentukan performance kendaraan yang lebih baik.

(14)

J. Daftar Pustaka

Arismunandar, W. (1988). Penggerak Mula Motor Bakar Torak. Bandung : Penerbit ITB ________. (1992). “Motor Bakar Torak”. Bandung. ITB.

________. (2002). “Motor Bakar Torak”. Bandung. ITB.

Daryanto. (1985). Contoh Perhitungan Motor Bensin 4 Langkah. Bandung: Tarsito Khovakh (1976). Motor Vehicles Engine. Moscow. Mr.Publisher

Maleev V.L. (1945). Internal Combustion Engne and Air Polution. New York: Harper & Row Publ. Inc.

Nugroho, R.C. (2004). Praktikum Unjuk Kerja & Monitoring. Jakarta: Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Pakpahan Abigain. (1999). Motor Otomotif. Bandung: Angkasa.

Sunarto H.U. (1997). Diktat Perhitungan Keteknikan. Bandung: JPTM FPTK UPI. Surbhakty, BM. (1978). Motor Bakar 2 Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Toyota Astra Internasional. (1995). “New Step I (Traning Manual)”. Jakarta. PT. Toyota Astra Internasional.

Usman, R (1979). Motor Bakar 3 Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. http://www.mitsubishi-motors.co.jp/GDI2000/

Gambar

Gambar 1 Kontruksi GDI Engine (Sumber: Mitsubishi)
Gambar 3 Pemasukan bahan bakar pada dengan pencampuran dua tahap (Sumber: Mitsubishi)
Gambar 5 Perbandingan campuran bahan bakar dan udara yang disesuaikan dengan torsi dan  putaran (Sumber: Mitsubishi)
Gambar 8 Bentuk penyemprotan bahan bakar pada GDI Engine (Sumber Mitsubishi)    Bentuk Ruang Pembakaran yang Dioptimalkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul: ANALISIS KESESUAIAN ANTARA SINGLE TUNED FILTER

• Dapat mengurangi kesenjangan antar daerah karena dana dan kegiatan yang melekat pada tiap kementerian, badan, dan lembaga pemerintahan turut tersebar ke tiap

Karyawan merasa bangga apabila berkata pada orang lain bahwa mereka adalah bagian dari perusahaan ini, karyawan juga merasa menjadi bagian dari perusahaan, serta merasa

Untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan perubahan luasan model pondasi bentuk lingkaran dengan perubahan penambahan beban dapat dilihat pada Gambar 3.10 dan 3.11...

Persentase Jumlah Dosen Pengguna LCD dan Multimedia Berdasarkan data pada Grafik 2 di atas dapat dijelaskan bahwa dosen pengguna LCD dan video pembelajaran sudah cukup baik,

KOMPETENSI KOMPETENSI.

sampel pada anak-anak sedangkan penelitian yang akan saya lakukan adalah. pada pasien dewasa dimana terdapat perbedaan usia dan kapasitas

Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan pada umumnya sudah tercapai yaitu terkait dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan, Laju PDRB per tenaga