• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Praktikum Preskripsi Vaginitis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Praktikum Preskripsi Vaginitis"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PRAKTIKUM PRESKRIPSI MAKALAH PRAKTIKUM PRESKRIPSI

“ 

“ Vaginitis”Vaginitis”

Disusun oleh : Disusun oleh : Eka

Eka Nur Nur Hasana Hasana Mukmin Mukmin 201510410312015104103111081108 Irene

Irene Yuni Yuni Farida Farida 201510410312015104103111251125  Nencylia Mahm

 Nencylia Mahmintari intari 201510410312015104103111301130  Neneng Arfani S

 Neneng Arfani S 201510410312015104103111291129 Achmad

Achmad Fatoni Fatoni 201510410312015104103111421142 Dini

Dini Berliana Berliana 201510410312015104103111431143 Richa

Richa Faidhatul Faidhatul L L 201510410312015104103111491149 Kelompok 4

Kelompok 4 Farmasi C Farmasi C

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018 2018

(2)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur kehadirat dan segala puji bagi tuhan yang maha esa. Dengan rasa syukur kehadirat dan segala puji bagi tuhan yang maha esa. Yang telah mencurahkan rahmat dan hidayahnya bagi kita semua. Sehingga kami Yang telah mencurahkan rahmat dan hidayahnya bagi kita semua. Sehingga kami

dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Vaginitis”.

dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Vaginitis”. Makalah Makalah

ini disusun oleh penulis diajukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah ini disusun oleh penulis diajukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah  preskip

 preskip di di Program Program Studi Studi Farmasi Farmasi Fakultas Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan Kesehatan UniversitasUniversitas Muhammadiya

Muhammadiyah Malang .h Malang .

Penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan. Dengan Penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan. Dengan ditulisnya makalah ini kami selaku penulis berharap bahwa yang membaca dapat ditulisnya makalah ini kami selaku penulis berharap bahwa yang membaca dapat mengetahui lebih jauh mengenai diare.

mengetahui lebih jauh mengenai diare.

Dengan tersusunnya makalah ini, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih Dengan tersusunnya makalah ini, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan dan dorongan serta kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan dan dorongan serta  bimbingannya

 bimbingannya. . Ucapan Ucapan terima terima kasih kasih tersebut tersebut khusus khusus kami kami sampaikan sampaikan kepadakepada dosen

dosen –  –  dosen mata kuliah Preskirpsi  dosen mata kuliah Preskirpsi yang sudah membimbing.yang sudah membimbing.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi peningkatan makalah.

demi peningkatan makalah.

Malang,

Malang, 15 15 April April 20182018

Penulis Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  ... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah... 1 1.3 Tujuan ... 1 1.4 Manfaat ... 1

1.5 Metode yang Digunakan ... 2

BAB II... 2

PEMBAHASAN... 2

2.1 Definisi Vaginitis... 2

2.2 Etiologi Vaginitis ... 3

2.3 Patofisiologi... 4

2.4 Faktor Risiko Vaginitis ... 5

2.5 Manifestasi Klinis... 5

2.6 Terapi Farmakologi... 6

2.7 Terapi Non Farmakologi ... 21

2.8 Pencegahan ... 21 BAB III ... 23 PENUTUP ... 23 3.1 Kesimpulan ... 23 3.2 Saran... 23 DAFTAR PUSTAKA ... 24

(4)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Vaginitis adalah diagnosis masalah ginekologis yang paling sering terjadi di  pelayanan primer. Pada sekitar 90% dari perempuan yang terkena, kondisi ini disebabkan oleh vaginosis bakterial, kandidiasis atau trikomoniasis vulvovaginal. Vaginitis terjadi ketika flora vagina telah terganggu oleh adanya mikroorganisma patogen atau perubahan lingkunang vagina yang memungkinkan mikroorganisma patogen berkembang biak/berproliferasi. Pemeriksaan untuk vaginitis meliputi penilaian risiko dan pemeriksaan fisik, dengan fokus perhatian pemeriksaan pada adanya dan karakteristik dari discharge vagina. Pemeriksaan laboratorium diantaranya: metode sediaan  basah garam fisiologis (Wet Mount) dan KOH, pemeriksaan PH discharge vagina dan "whiff" test. Pengobatan untuk vaginosis bacterial dan trikomoniosis adalah metronidazol, sementara untuk kandidias vaginal, pilihan  pertama adalah obat anti jamur topical.

Vaginitis adalah maslah ginekologis yang paling banyak dihadapi oleh dokter yang member pelayanan terhadap perempuan. Pembuatan diagnosis yang akurat bias sangat sulit yang menyebabkan upaya pengobatan juga kompleks. Terlebih lagi, adanya obat yang dijual bebas menaikkan kemungkinan  pemberian pengobatan yang tidak sesuai untuk vaginitis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi umum Vaginitis?

2. Bagaimana penatalaksanaan pada Vaginitis? 3. Pengobatan apa yang dilakukan untuk Vaginitis?

1.3 Tujuan

1. Tujuan umum : meningkatkan pengetahuan tentang Vaginitis dan  penatalaksanaannya.

2. Tujuan khusus : memberikan informasi tentang terapi/pengobatan Vaginitis

1.4 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan  pengetahuan tentang diare di lingkup tenaga kefarmasian dan keluarga pasien

(5)

1.5 Metode yang Digunakan

Dalam rangka penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan (literature study). Yakni usaha untuk memperoleh informasi dengan membaca berbagai buku, jurnal, majalah dan sebagainya.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Vaginitis

Kebanyakan wanita pemberitahuan dari waktu ke waktu bahwa mereka memiliki cairan dari vagina. Ini adalah proses normal yang menjaga daerah mukosa vagina lembab. Tetapi tidak hanya itu daerah vagina yang lembab  bisa berubah menjadi sarang berkumpulnya bakteri-bakteri, jamur serta virus

yang bisa dengan mudah hidup di daerah ersebut dan bisa menimbulkan  penyakit,seperti yang terdapat di daerah vagina yang biasa di sebut sebagai vaginitis. Vaginitis (colpitis) adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh  berbagai bakteri, parasit atau jamur (Manuaba. 2001).Vaginitis adalah suatu  peradangan pada lapisan vagina.

Vaginitis dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum, permukaan mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.Vaginitis di sebabkan oleh jamur dan bakteri akibat tidak bersihnya genetalia,gejala  pada vaginitis biasanya di sertai keluar cairan vagina atau keputihan yang abnormal, dikatakan abnormal karena keputihan tersebut sangat berlebihan  berbau dan terjadi iritasi disekitar vagina, vaginitis bisa juga di sebabkan  bawaan pada saat bersalin karena kurangnya

keseterilan dari alat atau dari henskun si penolong yang kurang steril

(6)

2.2 Etiologi Vaginitis

Vaginitis disebabkan

oleh:

1. Jamur

Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang menyebabkan rasa gatal di sekitar vulva / vagina. Warna cairan keputihan akibat  jamur berwarna putih kekuning-kuningan dengan bau yang khas.

2. Bakteri

Biasanya diakibatkan oleh bakteri gardnerella dan keputihannya disebut bacterial vaginosis dengan ciri-ciri cairannya encer dengan warna  putih keabu-abuan beraroma amis. Keputihan akibat bakteri biasanya muncul saat kehamilan, gonta-ganti pasangan, penggunaan alat kb spiral atau iud dan lain sebagainya.

3. Virus

Keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya bawaan dari penyakit hiv/aids, condyloma, herpes dan lain-lain yang bisa memicu munculnya kanker rahim. Keputihan virus herpes menular dari hubungan seksual dengan gejala ada luka melepuh di sekeliling liang vagina dengan cairan gatal dan rasanya panas. Sedangkan condyloma memiliki ciri gejala ada  banyak kutil tubuh dengan cairan yang bau yang sering menyerang ibu

hamil 4. Parasit

Keputihan akibat parasit diakibatkan oleh parasit trichomonas vaginalis yang menular dari kontak seks / hubungan seks dengan cairan yang berwarna kuning hijau kental dengan bau tidak enak dan berbusa. Kadang bisa gatal dan membuat iritasi. Parasit keputihan ini bisa menular lewat tukar-menukar peralatan mandi, pinjam-meninjam pakaian dalam,

(7)

menduduki kloset yang terkontaminasi, dan lain sebagainya. Penyebab lainnya adalah :

(Menurut Univ Padjajaran 1981 ) Penyebab vaginitis adalah :

a. Vulvovaginitis pada anak : Sering disebabkan oleh gonorhea atau corpus allineum

 b. Kolpitis Senilis :Disebabkan karena ovaria berhenti berfungsi c. Kolpitis pada masa reprodiktif

 Masturbasi

 Corpus allienum : Pessarium, obat atau alat kontrasepsi kapas

 Rangsang themis seperti berenang dalam air dingin

Penyebab lainnya : a.  pembilas vagina

 b. spermisida, pelumas, kondom, diaragma, penutup serviks dan spons. c. sabun cuci dan pembalut

d. deodoran

e. zat di dalam air

f.  pakaian dalam yang ketat, tidak berpori dan tidak menyerap keringat g. Tinja

h. Tumor ataupun jaringan abnormal lainya i. Obat-obatan

 j. Terapi penyinaran k. Perubahan hormonal

2.3 Patofisiologi

Flora vagina terdiri atas banyak jenis kuman, antar lain basil doderlein, streptokokkus, stafilokokkus, difteroid, yang dalam keadaan normal hidup dalam simbiosis diantara mereka. Jika simbiosis ini terganggu, dan jika kuman-kuman seperti streptokokkus, stafilokokkus, basil koli dan lain-lain dapat berkembang biak, timbullah vaginitis non spesifik. Antibiotik, kontrasepsi, hubungan seksual, stress dan hormone dapat merubah lingkungan vagina dan dapat memungkinkan organism pathogen tumbuh. Pada vaginosis bacterial dipercayai bahwa beberapa kejadian yang provokatif menurunkan jumlah hydrogen peroksida yang diproduksi C. acidophilus

(8)

organism. Hasil dari perubahan pH yang terjadi memungkinkan  perkembangbiakan berbagai organism yang biasanya ditekan  pertumbuhannya seperti G. vaginalis, M.Hominis, dan Mobiluncus spesies.

Organisme tersebut memproduksi berbagai produk metabolik seperti amine, yang akan meningkatkan pH vagina dan menyebabkan ekspoliasi sel epitel vagina. Amine inilah yang menyebabkan adanya bau yang tidak enak  pada infeksi vaginosis bacterial dengan fisiologi yang sama, perubahan

lingkungan vagina, seperti peningkatan produksi glikogen pada saat kehamilan dan tingkat progesterone karena kontrasepsi oral memperkuat  penempelan C.albikans ke sel epitel vagina dan memfasilitasi pertumbuhan  jamur. Perubahan ini dapat mentransformasi kondisi kolonissi organism yang asimptomatik menjadi infeksi yang simptomatik. Pada pasien dengan trikomoniasis perubahan tingkat estrogen dan progesterone

sebagaimana juga peningkatan pH vagina dan tingkat glikogen dapat memperkuat pertumbuhan dan virulensi trikomonas vaginalis.

2.4 Faktor Risiko Vaginitis

1. Perubahan hormon, misalnya karena menopause, hamil, atau menggunakan pil kontrasepsi

2. Aktif berhubungan seks, terutama jika memiliki lebih dari 1 pasangan 3. Mengidap penyakit menular seksual

4. Efek samping obat-obatan, contohnya antibiotik dan steroid 5. Penyakit diabetes yang tidak ditangani dengan baik

6. Menggunakan produk pembersih daerah intim, misalnya sabun sirih 7. Menggunakan pakaian lembap atau ketat

2.5 Manifestasi Klinis

1. Keluarnya cairan abnormal dari vagina.

2. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri.

3. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam. Misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan atau kemerahan.

(9)

4. Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna  putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis.

5. Setelah melakukan hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun,  bau cairannya semakin menyengat karena terjadi penurunan keasaman

vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh. 6. Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi.

7. Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada vulva dan vagina.

8. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina keluar cairan kental seperti keju.

9. Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik.

10. Infeksi karena Trichomonas vaginalis  menghasilkan cairan berbusa yang

 berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap.

11. Gatal-gatalnya sangat hebat.

12. Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan oleh kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium.

13. Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah

melakukan hubungan seksual.

14. Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker stadium awal

yang belum menyebar ke daerah lain).

15. Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi herpes atau abses.

16. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan ole kanker atau sifilis.

17. Kutu kemaluan ( pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di daerah

vulva.

2.6 Terapi Farmakologi 2.6.1 Flagystatin

Komposisi Metronidazole 500mg, Nystatin 100,000 units (Mims 14 th edition, hal 330)

(10)

Mekanisme  Menghambat produksi energi dan membunuh bakteri dan parasit.  Menghambat pertumbuhan membran sel ragi

(https://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/drugInfo.cfm?setid=de4cb39f-cc6e-98fb-05e5-103f3aca2dad)

 Berinteraksi dengan DNA menyebabkan perubahan struktur helik

DNA dan putusnya rantai sehingga sintesis protein dihambat dan kematian sel (ISO Farmakoterapi : 692)

Indikasi Infeksi vagina disebabkan oleh T. vaginalis dan C. Albicans (DIH 17ed) Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap metronidazole, nistatin, atau komponen

formulasi. Perawatan kombinasi dengan metronidazol oral harus dihindari  pada gangguan neurologis aktif atau pada pasien dengan riwayat dyscrasia darah, hipotiroidisme, atau hipoadrenalisme (kecuali manfaatnya lebih besar daripada risiko yang mungkin untuk pasien).

Dosis  Tablet vagina (ovule): Masukkan 1 tablet / hari sebelum tidur selama

10 hari berturut-turut. Dapat diulang untuk 10 hari tambahan jika  belum sembuh.

 Krim vagina: Masukkan 1 aplikator setiap hari sebelum tidur selama

10 hari berturut-turut. Dapat diulang untuk 10 hari tambahan jika  belum sembuh.

Catatan: Jika Trichomonas vaginalis tidak sepenuhnya hilang, metronidazol oral (sistemik) (250 mg dua kali sehari selama 10 hari) harus diberikan. (DIH 17ed)

Efek samping  Superinfeksi: Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan

superinfeksi jamur atau bakteri, termasuk C. difficile-associated diarrhea (CDAD) dan kolitis pseudomembran; CDAD telah diamati> 2 bulan perawatan postantibiotik. (DIH 17ed)

 Iritasi lokal (MIMS 14 th edition, halaman 330)

Interaksi obat  Metronidazole :

- Antikoagulan: Efek antikoagulan dapat ditingkatkan. - Barbiturat: Kegagalan terapi metronidazol dapat terjadi.

(11)

kepada pasien yang telah mengambil disulfiram dalam 2 minggu terakhir.

- Etanol: Reaksi yang menyerupai disulfiram termasuk pembilasan,

 palpitasi, takikardia, mual, dan muntah dapat terjadi dengan  penggunaan bersamaan.

- Jangan gunakan peralatan yang mengandung aluminium dengan

metronidazole karena larutan akan berubah warna oranye /  berkarat. (A to Z Drug Facts)

  Nystatin : tidak terdokumentasi. (A to Z Drug Facts)

Perhatian  Pertimbangan Kehamilan : Metronidazole melintasi plasenta.

Meskipun telah diberikan kepada wanita hamil tanpa komplikasi yang jelas, penggunaan oral / sistemik harus dihindari pada pasien hamil dan obat harus ditahan selama trimester pertama kehamilan. Metronidazol vagina diserap secara sistemik dalam jumlah kecil.

 Laktasi

- Metronidazole: terekskesi dalam ASI / tidak dianjurkan (tingkat

AAP “perhatian”)

-  Nistatin: Tidak masuk ke ASI / kompatibel

 Adverse Reactions Note: Efek yang merugikan jarang terjadi dan

umumnya minor.

- Sistem saraf pusat: Sakit kepala

- Dermatologic: Pruritus, bintik-bintik pada kulit (sekitar lutut),

 bekas-bekas pada tubuh

- Gastrointestinal: mual, gangguan rasa (pahit), muntah

- Genitourinary: Vaginal: Pembakaran, sensasi granular (DIH 17ed)

CARA PENGGUNAAN FLAGYSTATIN

(12)

2. Keluarkan ovula dari pembungkus.

3. Tempatkan ovula ke bagian yang terbuka dari aplikator. Pastikan bahwa sisi ovula yang ditaruh pada aplikator adalah sisi tumpul dari ovula.

4. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha.

5. Sisipkan secara pelan-pelan aplikator berisi tablet ke bagian depan vagina sedalam mungkin, tanpa menggunakan kekuatan.

(13)

6. Tekan ujung aplikator sehingga tablet terlepas. 7. Tarik aplikator.

8. Buang aplikator jika merupakan alat sekali pakai.

9. Bila bukan alat sekali pakai, cucilah kedua bagian dari aplikator dengan sabun dan air hangat.

10. Cuci tangan.

 TANPA APLIKATOR

1. Cuci tangan terlebih dahulu. 2. Buka pembungkus tablet.

3. Celupkan tablet dalam air suam-suam kuku untuk sekedar melembabkan.

4. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha.

5. Sisipkan secara pelan-pelan tablet ke bagian depan vagina sedalam mungkin, tanpa menggunakan kekuatan.

6. Cuci tangan.

2.6.2 Clindamycin

Komposisi Suppositoria: 100 mg klindamisin Krim 1% klindamisin

Mekanisme Kerja Menekan sintesis protein bakteri

Indikasi Pengobatan infeksi serius yang disebabkan oleh strain

mikroorganisme tertentu yang rentan; pengobatan acne vulgaris (penggunaan topikal); pengobatan vaginosis bakteri (penggunaan vagina)

Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap klindamisin, lincomycin, atau

komponen apa pun dari formulasi; pengobatan infeksi bakteri atau virus minor; riwayat enteritis regional, kolitis ulserativa atau kolitis karena antibiotik

Dosis Vaginal Supositoria: Masukkan satu ovula (100 mg klindamisin) setiap hari ke vagina sebelum tidur selama 3 hari

(14)

CleocinÂ: Satu aplikator penuh dimasukkan secara intravagin satu kali sehari sebelum tidur selama 3 atau 7 hari berturut-turut pada  pasien tidak hamil atau selama 7 hari berturut-turut pada pasien

hamil

Clindesseâ : Satu aplikator penuh dimasukkan secara intravaginal sebagai dosis tunggal kapan saja sepanjang hari pada pasien yang tidak hamil

Efek samping Kram perut, reaksi alergi, vaginitis atrofik, infeksi bakteri, diare,  pusing, disuria, endometriosis, epistaksis, eritema, demam,

hipersensitivitas, hipertiroidisme, edema lokal, gangguan

menstruasi, metrorrhagia, mual, nyeri, pruritus, pielonefritis, ruam, saluran kemih infeksi, urtikaria, terbakar vagina, vertigo, muntah Interaksi obat Eritromisin: Dapat menyebabkan antagonisme. Antidiare

Kaolin- pektin: Dapat menunda absorpsi klindamisin. Nondepolarizing neuromuscular blocker: Dapat meningkatkan tindakan blocker. INKOMPATIBILITAS: Ampisilin, fenitoin natrium, barbiturat, aminofilin, magnesium sulfat, kalsium glukonat.

Perhatian Kehamilan kategori B, Laktasi atau menyusui tidak direkomendasikan

Petunjuk penggunaan obat:

TABLET VAGINA (OVULA) DENGAN APLIKATOR 1. Cuci tangan.

2. Keluarkan tablet dari pembungkus.

3. Tempatkan tablet ke bagian yang terbuka dari aplikator. 4. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha.

5. Sisipkan secara pelan-pelan aplikator berisi tablet ke bagian depan vagina sedalam mungkin, tanpa menggunakan kekuatan.

6. Tekan ujung aplikator sehingga tablet terlepas. 7. Tarik aplikator.

(15)

9. Bila bukan alat sekali pakai, cucilah kedua bagian dari aplikator dengan sabun dan air hangat jika bukan merupakan alat sekali pakai. 10. Cuci tangan.

TABLET VAGINA (OVULA) TANPA APLIKATOR 1. Cuci tangan terlebih dahulu.

2. Buka pembungkus tablet.

3. Celupkan tablet dalam air suam-suam kuku untuk sekedar melembabkan.

4. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha.

5. Sisipkan secara pelan-pelan tablet ke bagian depan vagina sedalam mungkin, tanpa menggunakan kekuatan.

6. Cuci tangan.

PENGGUNAAN KRIM, SALEP DAN GEL VAGINA (umumnya obat-obat ini disertai aplikator)

(16)

1. Cuci tangan terlebih dahulu. 2. Buka tutup tube yang berisi obat. 3. Pasang aplikator pada tube.

4. Tekan tube sampai diperoleh sejumlah yang dibutuhkan dalam aplikator.

5. Cabut aplikator dari tube, tahan silindernya. 6. Oleskan sedikit krim pada bagian luar aplikator.

7. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha.

8. Sisipkan secara pelan-pelan aplikator ke bagian depan vagina sedalam mungkin, tanpa menggunakan kekuatan.

9. Pegang silinder dengan tangan lain.

10. Pegang silinder dan dengan tangan lain dorong aplikator untuk memasukkan obat ke dalam vagina.

11. Keluarkan aplikator dari vagina.

12. Buang aplikator jika merupakan alat sekali pakai atau cuci bersih seluruhnya dengan air mendidih jika bukan merupakan alat sekali  pakai.

13. Cuci tangan.

2.6.2 Betadine Vagina

Komposisi Larutan vaginal 10% povidon iodine

(17)

Indikasi Eksternal antiseptik dengan spektrum mikrobisida luas untuk  pencegahan atau pengobatan infeksi topikal yang terkait dengan operasi, luka bakar, luka kecil / goresan; menghilangkan iritasi ringan  pada vagina

Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap yodium atau komponen formulasi

Dosis Antiseptik : Topikal: Oleskan ke area yang terkena sesuai kebutuhan.

Solusi oftalmik dapat digunakan untuk mengairi mata atau diterapkan ke daerah sekitar mata seperti kulit, bulu mata, atau margin kelopak mata.

Iritasi vagina: Douche: Masukkan 0,3% larutan melalui vagina sekali

sehari selama 5-7 hari

Efek samping Lokal: Edema, iritasi, pruritus, ruam

Interaksi obat Tidak diketahui/ ditemukan adanya interaksi

Perhatian Toksisitas:  Dapat terjadi setelah aplikasi dalam jumlah besar atau

 berkepanjangan

Luka bakar:  Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan luka

 bakar.

Kerusakan ginjal:  Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan

gangguan ginjal.

Disfungsi tiroid:  Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan

gangguan tiroid

Pengobatan sendiri (penggunaan OTC):  Ketika digunakan untuk

 pengobatan sendiri (penggunaan OTC) tidak berlaku untuk luka tusukan yang dalam atau luka bakar yang serius; hentikan dalam kasus kemerahan, bengkak, iritasi atau nyeri; jangan gunakan lebih dari 1 minggu.

Kehamilan :Produk vagina tidak boleh digunakan selama kehamilan.

Diserap secara sistemik sebagai yodium. Hipotiroidisme transien pada  bayi baru lahir telah dilaporkan setelah penggunaan topikal atau

(18)

Cara penggunaan :

1. Pilihlah alat douche  yang tepat di apotek sekitar Anda. Hindari

larutan yang mengandung pewangi atau pewarna untuk mencegah terjadinya infeksi.

2. Isi botol pencet atau kantong douche  dengan larutan. Lakukanlah

sesuai dengan petunjuk pada kemasan, atau cukup tuangkan larutan ke dalam botol pencet.

3. Bilas rongga vagina menggunakan botol pencet.  Masukkan ujung

 botol atau kantong douche  ke dalam vagina, lalu pencet untuk

mengeluarkan cairan. Lanjutkan pencucian ini sampai semua cairan habis terpakai.

4. Cucilah bagian luar vagina. Gunakan sabun yang lembut dan air hangat untuk mencuci bagian luar vagina seperti Anda biasa lakukan saat mandi. Tujuannya adalah untuk membersihkan larutan douche

yang tersisa di bagian luar. Namun, Anda tidak perlu khawatir sebab larutandouche relatif tidak berbahaya jika terkena bagian luar tubuh.

5. Selesaikan dengan bersih-bersih.  Lanjutkan dengan pembersihan

lainnya yang dirasa perlu. Bersihkan kantong douche  atau botol

 pencet, lalu simpan agar bisa digunakan kembali nanti. Bersihkan apapun yang berantakan akibat pembuatan larutan.

2.6.4 Fluconazole

Fluconazole adalah obat anti jamur yang diberikan baik melalui mulut atau secara intravena. Obat ini digunakan untuk mengobati  berbagi infeksi jamur, terutama infeksi vagina akibat candida (infeksi ragi), mulut, tenggorokan, dan aliran darah. Obat ini juga digunakan untuk mencegah infeksi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Termasuk orang-orang dengan neutropenia akibat kemotrapi kanker, pasien transplantasi, dan bayi prematur.

(19)

Mekanisme Mekanisme kerja utama adalah dengan menghambat enzim lanosterol 14-α demethylase yang terlibat di dalam proses konversi

lanosterol menjadi ergosterol yang merupakan bioregulator untuk mempertahankan integrasi pada membran sel jamur. Nitrogen azol  bebas akan berikatan dengan enzim tersebut, sehingga demetilasi lanesterol menjadi hambatan dan menurunkan produksi ergosterol dan terakumulasinya prekursor sterol toksik. Akibatnya terjadi kerusakan struktur dan fungsi dari membran sel jemur sehingga menghambat pertumbuhannya

Indikasi Pengobatan kandidiasis (vagina, orofaringeal, esofagus, infeksi saluran kemih, peritonisis, pneumonia, dan infeksi sistemik), meningitis kriptokokus, anti jamur prophylaxispada penerima transplantasi sumsum tulang (DIH 17ed)

Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap fluconazole, ozol yang lain, atau beberapa komponen yang terdapat dalam formulasi sediaan, penggunaan  bersamaan dengan cisapride

Dosis Candidemia (neutropenic dan non-neutropenic): 400-800 mg/ hari selama 14 hari setelah kultur darah positif terakhir dan resolasi tanda/ gejala

Kronis, disebarluaskan:400-800 mg/ hari selama 3-6 bulan

Orapharyngeal (penekan jangka panjang) 200 mg/ hari, terapi kronis dianjurkan pada pasien immunocompromised dengan riwayat kandidiasis orofaring (OPC)

Osteomielitis: 400-800 mg/ hari selama 6-12 bulan

Esofagus: 200 mg pada hari ke 1, kemudiaan 100-200 mg/ hari selama 2-3 minggu setelah perbaikan klinis

(20)

Vaginal:150 mg sebagai dosis tunggal (DIH 17ed)

Efek samping Mual, tidak nyaman perut, diare, perut kembung, sakit kepala, ruam (hetikan pengobatan atau pantau secara ketat jika infeksi invasif atau sistemik), muntah, gangguan rasa, gangguan hati (BNF 61)

Interaksi obat Antikagulan. Efek antikoagulan dapat ditingkatkan. Alfentanial,  benzodiazepin (misalnya midazolam), buspirone, kaltikostoroid (misalnya prednisone), nisoldipine, tacrolimus, alkaloid vinca (misalnya vincristine): mungkin terja peningkatan oleh flukonazol, meningkatkan risiko efek samping dan toksisitas

Siklosporin: peningkatan konsentrasi siklosporin.

Hidantoins (misalnya fenitoin): peningkatan kadar hidantoin

Rifamycins (misalnya rifampisisn): kadar plasma flukonazol dapat dikurangi, mengurangi efek terapeutik (A to Z Drug Facts)

Perhatian Kehamilan: katagori C

Laktasi: diekskresikan dalam ASI

Amak-anak: khasiat tidak ditehalan, beberapa pasien 3-13 tahun telah telah diobati dengan aman 3-6 mg/ kg/ hari

Anafilaksi: telah jarang terjadi

Perubahan dermatologis: kelainan kulit eksfoliatif telah dilaporkan (A to Z Drug Facts)

Cara Penggunaan Fluconazole

Minum obat ini dengan atau tanpa makanan sesuai anjuran tenaga kesehatan. Jika obat bentuk larutan liquid, kocok botol setiap sebelum pemakaian. Gunakan alat atau sendok takar (ukur) untuk

(21)

2.6.5 Gentamycin

 Komposisi

Gentamisin sulfat 10 mg dan 40 mg/ml

 Mekanisme

Menghambat produksi protein bakteri, sehingga menyebabkan kematian sel bakteri

 Indikasi

Pengobatan jangka pendek dari infeksi serius yang disebabkan oleh mikroorganisme, terutama bakteri gram negatif; pengobatan infeksi okular superfisial (opthalmik); pengobatan infeksi kulit, infeksi  profilaksis dan bantuan untuk penyembuhan (topikal); endokarditis karena Streptococcus viridans atau Streptococcus faecalis (bersama

 penisilin), pneumonia nosokomial, terapi tambahan pada meningitis karena listeria.

 Kontraindikasi

Terapi jangka panjang (parenteral); keratitis herpes simpleks epitel, vaccinia, varicella, infeksi mikobakteri, penyakit jamur (opthalmik); hipersensitivitas terhadap aminoglikosida.

 Dosis

DEWASA : IM / IV 3 hingga 5 mg / kg / hari dalam dosis terbagi; 2-5 mg/kg bb/hari (dalam dosis terbagi tiap 8 jam). Sesuaikan dosis  pada gangguan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma.

ANAK-ANAK : ANAK di bawah 2 minggu, 3 mg/kg bb tiap 12  jam; 2 minggu sampai 2 tahun, 2 mg/kg bb tiap 8 jam.  Injeksi

intratekal: 1 mg/hari, dapat dinaikkan sampai 5 mg/hari disertai

 pemberian intramuskuler 2-4 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi tiap

8 jam.

 Efek samping

Kehamilan: Kategori D (parenteral). Sensitivitas sulfit: Beberapa  produk mengandung sulfit. Jangan gunakan jika ada riwayat

(22)

dan ototoxicity yang signifikan. Gangguan vestibuler dan  pendengaran, nefrotoksisitas, hipomagnesemia pada pemberian  jangka panjang, kolitis karena antibiotik.

 Interaksi obat

Obat-obatan dengan potensi nefrotoksik (mis., Amfoterisin, sefalosporin, enflurane, metoksifluran, vankomisin): Dapat meningkatkan risiko nefrotoksisitas. Loop diuretik: Dapat meningkatkan risiko toksisitas pendengaran. Agen penghambat neuromuskular: Dapat meningkatkan efek dari agen ini. Antibiotik  polipeptida: Dapat meningkatkan risiko paralisis pernafasan dan disfungsi ginjal. INKOMPATIBILITAS: Jangan mencampur antibiotik beta-laktam (misalnya, penisilin, terutama tikarsilin dan karbenisilin, sefalosporin) dalam larutan IV.

2.2.6. Nistatin

 Komposisi : Nistatin 100000 ∕ unit

 Sediaan:

 –  Tablet: 100.000 IU/ml, 500.000 IU/ml

 –  Suspensi(Drop) : 100.000 IU/ml

 –  Ovula(per vagin4l ) : 100.000 IU

 Mekanisme kerja obat :

 Nystatin memiliki aktivitas antifungi (antijamur), yaitu dengan mengikat sterol ( terutama ergosterol ) dalam membran sel fungi.  Nystatin tidak aktif melawan organisme (contohnya bakteri) yang tidak mempunyai sterol pada membran selnya. Hasil dari ikatan ini membuat membran tidak dapat berfungsi lagi sebagai rintangan yang selektif (selective barrier), dan kalium serta komponen sel yang lainnya akan hilang. Aksi utama nystatin adalah melawan Candida (Monilia) spp.

 Indikasi:

(23)

 –   Untuk  pencegahan bagi pasien yang rentan infeksi jamur

topikal

 Kontra Indikasi :

Pasien yang hipersensitif terhadap Nystatin

 Dosis:

 –  Candidosis oral, peroral, dewasa dan anak > 1 bulan, 100.000

IU setelah makan 4 x sehari biasanya untuk 7 hari; dilanjutkan selama 48 jam setelah lesi/gangguan menghilang.

 –  Candidosis usus, esophagus, peroral, dewasa 500.000 IU

4x/hari ; anak > 1 bulan 100.000 IU 4x/hari; dilanjutkan selama 48 jam setelah penyembuhan klinis.

 –  Candidosis vagin4lis, per vagin4l, dewasa masukkan 1  – 2

ovula saat malam untuk paling sedikit 2 minggu.

 – Dosis oral lebih dari 5.000.000 IU sehari dapat

menyebabkan mual dan gangguan gastrointestinal.

 Peringatan dan Perhatian :

 – Dianjurkan untuk melakukan KOH smear,  kulturatau

metoda diagnosa lainnya untuk menegakkan diagnosa kandidiasis dan bukannya infeksi karena patogen lainnya.

 –  Walaupun sudah terjadi perbaikan gejala pada awal

 pengobatan, pengobatan harus tetap diteruskan sesuai dosis yang dianjurkan.

 –  Jangan digunakan untuk pengobatan mikosis sistemik.  –  Hentikan pengobatan bila terjadi iritasi atau sensitisasi.

 – Pemberian pada wanita hamil dilakukan dengan

mempertimbangkan manfaat dan resikonya terhadap janin.

 –  Hati-hati bila diberikan pada wanita menyusui.

(24)

Jarang:

 –  Nystatin dapat ditolerir oleh semua umur, termasuk untuk

 pemakian jangka lama.

 –  Pada pemakaian dosis besar jarang mengakibatkan diare,

gangguan gastrointestina, mual dan muntah.

 –  Rash termmasuk urtikerja jarang terjadi.  –   Steven-Johnson syndrome jarang terjadi 2.7 Terapi Non Farmakologi

 Menjaga kebersihan diri khususnya pada daerah kewanitaan luar

 Menghindari penggunaan handuk bersama-sama dan bergantian

 Memilih sabun untuk daerah vagina yang sesuai. Sebaiknya menghindari

 penggunaan sabun yang terlalu kuat yang banyak mematikan flora normal di vagina dan sekitarnya. Gangguan pada flora normal akan mengganggu keseimbangan kadar pH yang berujung pada mudahnya

 perkembangbiakan organisme di daerah kelamin luar perempuan.

 Menjaga berat badan tetap ideal. Hal ini diperuntukan agar kulit jarang

dalam kondisi lembab. Kulit yang lembab akan mempermudah  perkembangbiakan organisme penyebab dari kelamin luar.

2.8 Pencegahan

Kebersihan

 Hindari bahan kimia. Jangan gunakan semprotan vagina. Jangan gunakan

kertas toilet beraroma atau tampon yang beraroma. Semprotan dan aroma memiliki bahan kimia yang dapat mengiritasi vagina.

 Jangan melakukan douche kecuali diberitahu oleh penyedia layanan

kesehatan. Douching jarang dibutuhkan. Hal tersebut mengganggu keseimbangan normal di vagina.

 Bersihkan dirimu dengan baik. Cuci bagian luar vagina (vulva) setiap hari

dengan sabun ringan dan tidak beraroma. Jaga agar sekering mungkin.

 Usap dengan benar. Pastikan untuk menyeka dari depan ke belakang

setelah buang air besar. Ini membantu mencegah penyebaran bakteri dari anus ke vagina.

(25)

 Ubah tampon sering. Selama periode, pastikan untuk mengganti tampon

sesering yang diarahkan. Ini memungkinkan aliran normal cairan vagina dan darah.

Gaya hidup

 Batasi jumlah pasangan seksual. Semakin banyak mitra yang dimiliki,

semakin besar risiko infeksi. Menggunakan kondom membantu mengurangi risiko.

 Tidur yang cukup. Tidur membantu menjaga sistem kekebalan tubuh tetap

sehat. Ini membantu melawan infeksi.

 Menurunkan berat badan, jika diperlukan. Berat berlebih dapat

mengurangi sirkulasi udara di sekitar vagina. Ini dapat meningkatkan risiko infeksi.

 Berolahraga secara teratur. Kegiatan rutin membantu menjaga tubuh tetap

sehat.

 Minumlah antibiotik hanya sesuai petunjuk. Antibiotik dapat mengubah

keseimbangan kimia normal di vagina. Pakaian

 Jangan duduk dengan pakaian basah. Jamur tumbuh subur saat hangat dan

lembab.

 Jangan kenakan celana ketat. Dan jangan memakai celana ketat, legging.

Jenis pakaian ini menangkap kehangatan dan kelembapan.

 Kenakan pakaian katun. Kapas memungkinkan udara bersirkulasi di

(26)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Vaginitas adalah peradangan yang terjadi karena perubahan keseimbangan normal bakteri yang hidup disana. Tanda atau gejala paling umum adalah munculnya cairan yang berwarna putih keruh keabuan dan berbusa serta menimbulkan bau kurang sedap. Sedang vulvovaginitis adalah peradangan  pada vulva dan vagina. Vagina dikatakan tidak normal apabila jumlah cairan yang keluar sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang keluar secara tidak normal memiliki tekstur lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan cairan vagina atau keputihan yang tidak normal cenderung berwarna kuning seperti warna keju, kuning kehijauan  bahkan kemerahan.

3.2 Saran

Farmasi mempunyai peran , fungsi, tanggung jawab, dan hak pada klien yang ditanganinya, maka sebaiknya kita sebagai farmasi harus mengetahui dan memahami tindakan asuhan terkait klien dengan gangguan sistem imunitas seperti pemeriksaan penunjang lainnnya. Sangat diharapkan agar terhindar dengan penyakit penyakit terkait vagina hal ini dapat dilakukan dengan menghindari penyebab misalnya menjaga kebersihan organ

(27)

DAFTAR PUSTAKA

A to Z drugs Fact

Drug Information Handbook ed 17

http://pionas.pom.go.id (diakses pada tanggal 14 Maret 2018)

http://www.njfamilyhivaids.org/vaginitis-treatment.htm (diakses pada tanggal 14 Maret 2018)

http://pionas.pom.go.id

https://www.alodokter.com/vaginitis [diakses 13 April 2018 pukul 20.58 wib]

http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016-04/S-PDF-Mohammad%20Reynalzi%20Yugo [diakses 13 April 2018 pukul 21.07 wib]

https://id.wikipedia.org/wiki/Flukonazol [diakses 13 April 2018 pukul 21.36] https://www.mims.com/indonesia/drug/info/fluconazole/?type=brief&mtype=gene

ric [diakses 14 April 2018 pukul 07.57 wib]

https://hellosehat.com/obat/fluconazole/ [diakses 14 April 2018 pukul 07.58] ISO Vol 49

Referensi

Dokumen terkait

Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa Putri Kelas IV dan V yang bertempat di SDN 2 Sokaraja , Banjarnegara oleh Didik Darmadi yang memiliki hasil

orang-orang terdekat. Sebagaimana dalam dunia pendidikan, guru harus menjadi contoh yang baik bagi anak anak didiknya. Interaksi antara guru dan siswa merupakan

Alat penumbuk mekanis harus dikalibrasi terhadap beberapa macam jenis tanah dan bila perlu berat penumbuk disesuaikan agar mendapat hubungan kadar air dengan kepadatan yang

Pemulangan, reintegrasi sosial ke daerah asal dan pemberdayaan di daerah asal Dinsos Jateng 900,000,000 Dinsos-Lampung Dinsos-Banten Dinsos-DKI Jakarta Dinsos-Jawa Barat

Dari pengertian mentoring tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan mentoring agama Islam merupakan suatu kegiatan pembinaan pemuda pelajar (Mahasiswa)

1) Pengembangan dan Kelengkapan pedoman,kebijakan, prosedur,pengawasan dan pengendalian kegiatan akademik,keuangan dan penjaminan mutu. 2) Pengembangan dan pengintegrasian

bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 1993/1994 sebagai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun kelima dalam rangka pelaksanaan Rencana

Destruksi termal umumnya menjadi pilihan teknologi pengolahan dalam pengelolaan limbah berbahaya dan insinerator merupakan teknologi proses termal yang paling sering