• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antar Beberapa Sifat Produksi Ayam Kampung Di Desa Cigombong, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antar Beberapa Sifat Produksi Ayam Kampung Di Desa Cigombong, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTAR BEBERAPA SIFAT PRODUKSI AYAM KAMPUNG 01 DESA CiGOMBONG, KECAMATAN CIJERUK,

KABUPATEN BOGOR

KARYA ILMlAH

fREDERIK FRANS IlIlMDNDOIi

FAKULTA5 PETERNAKAN

IN5TITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

HUBUNGAN ANTAR BEBERAPA S1FAT PRODUKS1 AYAH KAtlPUNG

D1 DESA C1GOt1BONG, KECAMATAN C1JERUK,

KABUPATEN BOGOR

Oleh

FREDER1K FRANS RUMONDOR

Karya 1lmiah ini telah diperiksa dan disetujui oleh

1r. Sri Suprapti Mansjoer

セゥュ「ゥョァ⦅@

<'orno

1r. rセNMhセ。セュ「セセ。セョセァlMーセ。セョセァセ・セウセエLセオセ@ __ _

P imbing Anggota

(4)

" Karya Ilmiah ini telah disidangkan dihadapan suatu komisi ujian lisan pada tanggal /::(

Je}-yf

(1

(iv "

MMMMセWセMMセOMMMMMM

Pendidikan Sarjana

5 Peternakan

(5)

RINGKASAN

HUBUNGAN ANTAR BEBERAPA SIFAT PRODUKSI AYAH KAMPUNG DI DESA CIGOHBONG, KECAHATAN CIJERUK,

KABUPATEN BOGOR

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dasar beberapa sifat produksi ayam kampung dan hubungan antar sifat-sifat produksi tersebut. Pengamatan dilaksanakan di desa

Cigombong, kecamatan Cijeruk, kabupaten Bogor dari tanggal 21 Pebruari sampai dengan tanggal 13 Nei 1980.

Dengan menggunakan ayam kampung unsexed dari umur

1 - 12 minggu sebanyak 236 ekor dari 3 kampung ; kampung Bojong Kiharib 157 ekor, kampung Ciletuh Girang 32 ekor, kampung

Ciletuh Hilir 47 ekor. Pengukuran sifat-sifat produksi dilakukan secara berkala setiap minggu. Sifat-sifat yang diamati adalah panjang shank, panjang betis, panjang paha, panjang dada, lingkar metatarsus, lingkar dada dan bobot badan. Perhitungan statistik yang digunakan adalah analisa peragam (analisa of covariance) .

Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan rata-rata bobot badan anak ayam kampung unsexed pada 3 kampung dari umur

1 - 12 minggu berkisar dari 28,14 + 9,55 gram hingga

549,27 + 101,35 gram dengan rata-rata pertambahan sebesar 47,38 gram setiap minggu. Hubungan panjang betis dengan bobot badan (r = 0,98) dan panjang paha dengan bobot badan (r

=

0,97) sangat nyata (PiO,Ol), sedangkan hubungan panjang shank dengan bobot badan (r セ@ 0,98) dan lingkar dada dengan bobot badan
(6)

KARYA ILMIAH

01eh

FREDERIK FRANS RUMONDOR

FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

HUBUNGAN AN TAR BEBERAPA SIFAT PRODUKSI AYM1 KM1PUNG DI DESA CIGOMBONG, kecaセヲヲゥtan@ CIJERUK,

KABUPATEN BOGOR

KARYA ILIHAH

Suatu Karya I1miah yang Dibuat Untuk Nemenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Untuk Nempero1eh

Ge1ar Sarjana Peternakan pada Faku1tas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

Oleh

Frederik Frans Rumondor Bandung, Jawa Barat

Pembimbing Utama

Ir. Sri Supraptini Mansjoer Dosen

I1mu Pemu1iaan Ternak

FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

l{A'rA l'ENGAN'l'j\H

Puji-pujian syukur (lip2lnjatkan kepadil Tuhan yセョァ@ セQ」ャィ。@

Esa atas segaia kemurahan rakhmat dan karuniaNya 5ehing93

dapat diselesaikannya i|セャイケセ@ I1Miah ini.

Sejak penelitian sampai teL"SUSunnya Karya Ilmiah ini,

penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagdi

pillak. Untuk lni penulis menyampaikan terima kasih yan<J

s .... 'tulus-tulusnya k<2pada :

Ibu Ir. Sri Supraptini 11ansjoer sebagai pembimbing utarha

karya ilmiah dan Ir. R. Bambang Pangestu sebagai pembimbing

anggota Karya Ilmiah, yang telah mcmbimbing penulis dalam

!)81aksanaan penelitian dan da]am penulisan Karya Ilmiah ini.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen IPB umumnya atas seqala.

pcndidikan dan pengajarannya yang telah diberikJn kCPJda

nenulis. pada waktu penulis sludi eli IPB.

Bapak pimpinan f。jセオャエ。ウ@ Peternakan Institut Pertanian

Bogor I seluruh staf pengajar dan karya1:1annya, atas semua lJi)":lbingan dan bantu2ln y":l.ng telah diberikan keni1da penn1 is

selama studi di Fakul tas Pcternakan Insti tut Pertanicm Bogor.

Lurah dan masyarakat desa Cigombong dan b-'pada K:n:di

serta Sukwa yang telah mer:lbantu penulis didal<1D mclakukar:

penelitian hingga dapat terlaksananya penelitian ini.

Ibu Utje Gandamana sekcluarga serta rekan-rekan ditempat

yang telah memberikan bantuannya terutama selama penulisan

l<arya Ilmiah ini.

Ibu dan ayabanda serta kakak-kakak dan adik-adik

ter-cinta yans telah memberikan bimbingan dan 、oャセッョァ。ョ@ c1cnqan セI」ョオィ@

(9)

iv

kesabaran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor ini.

Kawan-kawan dari Insti.tut Pertanian Bogor serta semua "i11ak yang dengan penui1 ikh las tclab ::,anyak memberikan bantuan baik moril maupun material kepada penulis dalam menyelesaikan pembuatan Karya Ilmiah ini.

(10)

DAFTAH 151

Hal<:tman

1'\1\.'1'1\ l'ENGl\Wl'l\H . • • • • . • • • . • • • . . • • . • . • • . • . . • . . . • . iii.

Dl\F'l'AH 'rAllEL • . . . • • _ . • . • • • • • . • • • • • . . . • . . . • . . • • . V) DAF'l'AR ILUSTRASI . . • • • • • • • • • • . • • . • . • . • . . . • • . . . vii

DAFTAR LAMP I RAN . . • • . . . • • . . • • . . • • . . • • • • • • . . . . • • . • viii

PEND1\.HULUAN . • . . . • . • • • • • • • • • • . • . . . . • . . . • . 1

TINJAUAN PUSTAKA . . • • . . . . • . . . • . • • • • . . • • • • • • . . • . . . 4

HATERI DAN f-1ETODA PENELI'l'IAN . . • • • • • • • • • • . . . . • . . . . • 11

HAS IL DAN PEI-lBAHASAN ...••• _ . • • . • • • . • • • • • • • . . . • • .

14

Pertumbuhan Anak Ayam Unsexed . . . . 14

Hubungan Antar sifat-sifat Produksi Ayam Ka:mpUl1g . . . . 24

Korelasi 1\ntara B0bot Bac1an dengan Parameter Lainnya . . . • . • • . • . . • • • • • • . . • . • . . • . . • . 25

Pengaruh Umur 'I'erhac1ap Kecepatan Pertumbuhan Antar Parameter . . . • • . . . 27

Pengaruh Lokasi Terhadap l<ecepatan Pertumbuh an Antar parame"ter . . . • . . . -:- 29

KESIHPULAN • • • • • • . . . • • . • • . • . . • . • • • . • • • • . . . • • . . . • 32

SARAN. . . • •• • • • • • . • . • . • . . . . • • • • . . . • . • • . • • • • • • . 33

DAFTAR PUS'l'Al'\A • • • . . . • . . • • . • . . • . • . • • . • . . . . • . • . • . • • . 34

RlhI"AYAT HIDUP . • . . . 65

(11)

DAFTAR TABEL

Tabe1 I1a1aman

1. Daftar Ana1isa Peragam 13

2. Penqukuran SiFat-sifal PI-oduksl Dari

Rntil-,-,Ilea .l l\,lIlipUll(l I'ildd lJIIIlU' I - I:! セャゥャャGャBB@ ("",;(;x('d) 1(, 3. Nilai-ni1..:li F lIitu119 J.lubunqdl1 /\nt.':ll- sゥイセ、MMウゥイ。エ@

Pro(luksi Ayam Kampung Dengan Perhitungan

Covariance . . . 24 4. Koefisien Kore1asi Antar Parameter . . • . . . 25 5. Ni1ai-ni1ai F Hitung Da1am Pengujian Pengaruh

Umur Terhadap Kecepatan Pertumbuhan Antar

Parameter • . . . • . . • . . . • . . . 28

6. Ni1ai-ni1ai

F

Hitung Da1am Pengujian Pengaruh

Lokasi Terhadap Kecepatan Pertumbuhan Antar

Parameter . . . • . . . • . . . • . . . 30 7. Pengukuran Sifat-sifat Produksi Pada Hinggu

ke 12 Dari 3 Kampung... 31

(12)

OAF TAR ILUSTRASI

Ilustrasi Halaman

1. Kurva Pertumbuhan Panjang Shank Dari Rata-rata

3 Kampung Pada Dmur 1 - 12 Minggu; Unsexed •.. 17 2. Kurva Pertumbuhan Panjang Betis Dari Rata-rata

3 Rampung Pada Urour 1 - 12 Minggu; Unsexed •.. 18 3.

4.

Kurva Pertumbuhan panjang

3 Karnpung pada umur 1 - 12

Kurva Pertumbuhan Panjang

3 I{arnpung pada Dmur 1 - 12

Paha Dari Rata-rata Minggu; unsexed . . . . Dada Dari Rata-rata Minggu; Unsexed . . . . 5. Kurva Pertumbuhan Lingkar Metatarsus Dari Rata

19

20

rata 3 Kampung Pada Urour 1 - 12 Minggu; Unsexed-:- 21 6. Kurva Pertumbuhan Lingkar

3 Kampung pada Umur 1 - 12 Dada Dari Rata-rata Minggu; Unsexed . . . .

7.

Kurva Pertumbuhan Bobot Dadan Dari Rata-rata 3

22

ャセ。ューオョァ@ Pad a umur 1 - 12 Hinggu; Unsexed... 23

(13)

DAFTAR LAMP I RAN

Lampiran

1.

Rata-rata Panjang Shank Pada Tiap Kampung dan Rata-rata Dari 3 Kampung Pada Umur 1 - 12 I-hnggu .' tJnscxcd . . . . 2. Rata-rOltOl Panjang 13etis Pada 'l'iap k」ZNオャャーオョセj@ dan

Rata-rata Dari 3 Kampung Pada Umur 1 - 12 I-linggu i Unsexed . . . .

3. Rata-rata Panjang Paha Pada Tiap Kampung dan Rata-rata Dari 3 Karnpung Pada Urour 1 - 12 Hinggu ; Unsexed . . . . • . . . " . . . _ . . . . 4. Rata-rata Panjang Dada Pada Tiap Kampung dan

Rata-rata Dari 3 f1inggu Pada Umur 1 - 12 Jllinggu ; Unsexed .•...• _ . . . . 5. Rata-rata Lingkar 14etatarsus Pada Tiap

Karnpung dan Rata-rata Dari 3 Kampung Pada Urnur 1 - 12 Minggu ; Unsexed . . . . 6. Rata-rata Lingkar Dada Pada Tiap Kampung dan

Rata-rata Dari 3 Kampung Pada Dmur 1 - 12 Minggu; Unsexed • . . . • . . • . . . • . . • . . . _ 7. Rata-rata Bobot Badan Pada Tiap Kampung dan

Rata-rata Dari 3 Kampung Pada Urour 1 - 12 Minggu ; Unsexed . • . . . • . . . • . . . 8. Perhitungan Covariance Antara Panjang Shank

(x) dengan Panjang Betis (y) . • • . . • . • • • . . • . • .

9. Perhitungan Covariance Antara Panjang Shank (x) dengan Panjang Paha (y) • • • • • • . . . • • • • . . . .

10. Perhitungan Covariance Antara Panjang Shank (x) dengan Panjang Dada (y) . . . • . . • . . • • . . . .

11. Perhitungan Covariance Antara Panjang Shank

Ha1aman 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46

(x) dengan Lingkar Metatarsus (y) ••••••••••• 47

12. Perhitungan Covariance Antara Panjang Shank

(x) dengan Lingkar Dada (y) ..••••.•••••••.•• 48

13. Perhitungan Covariance Antara Panjang Shank

(x) dengan Bobot Badan (y) . • • . . • • . . . • . • . . • . . 49 14. Perhitungan Covariance Antara Panjang Betis

(x) dengan Panj ang Paha (y) . . • • . • . • • • • • • • . • • 50

(14)

Lampiran

Ha1aman

15.

Perhitungan Covariance Antara panjang Betis

{xl

dengan Panjang Dada

{yl . . • . . . . • . . . 51

16.

Perhitungan Covariance Antara panjang Setis

{xl

dengan Lingkar Metatarsus

{yl ••••...•.•. 52

17.

ferhitungan Covariance Antara Panjang Betis

{xl

dengan Lingkar Dada

{yl . . . • . . . 53

+B.

Perhitungan Covariance Antara Panjang Betis

{xl

dengan Bobot Eadan

{yl .••••••••.••..••••

54

19.

Perhitungan Covariance lmtara J?anjang Balla

{xl

dengan Panjang Dada

{yl .••••••..•••••...

55

20.

Perhitungan Covariance Antara Panjang Baha

{xl

dengan Lingkar Metatarsus

{yl .•.••.. "....

56

21.

Perhitungan Covariance Filltara panjang Paha

{xl

dengan Lingkar Dada

{yl .••. セNNNNNNNNNNNN@

57

22.

Perhitungan Covariance Antara Panjang Paha

{xl

dengan Bobot Badan

{yl ..•.•...•••.••••.•

58

23.

Perhitungan Covariance Antara Panjang Dada

(x) dengan Lingkar Metatarsus

{yl ••••••...•.

59

24.

Perhitungan covariance Antara panjang Dada

{xl

dengan tingkar Dada

{yl •.•••••••.••.•.•.

60

25.

Perhitungan Covariance Antara Panjang Dada

{xl

dengan Bobot Badan

{yl ••.•••••.•••.•.••.

61

26.

Perhitungan Covariance Antara Lingkar

Metatarsus

{xl

dengan Lingkar Dada

{yl...

62

27.

Perhitungan Covariance Antara Lingkar

I1etatarsus

{xl

dengan Bobot Badan

{y)...

63

28.

Perhitungan Covariance Antara Lingkar Dada

(15)

P,ENDAHULUAN

Ternak unggas di Indonesia sampai saat ini sebagian besar

terdir i dari ayam kampung. ll,yam kampung mcrupakan aydm 101:a1 yang ada dan sudah terkena1 di Indonesia. Lagi pula car a

pemeliharaannya tidak rnembutuhkan syarat yang berat, serta

telah beradaptasi dengan keadaan lingkungannya. Ayarn Kampung

bisa ditemukan diseluruh pelosok Indonesia, yang rmsill ilipeJih:lra

secara tradisiona1, yaitu pada pagi hari ayam tersebut

dilepas-lean dari kandangnya untule mencari makanannya sendiri dan pada

malam hari dikandangkan kembali. Ayam kampung ini sudah sejak

dahulu menjadi suatu sumber usaha untuk memenuhi ォ・「オエセオャZャHGュ@ hidup

baik dalam bentuk daging maupun telur. Pada kenyataannya ayam

kampung mempunyai peranan yang cukup bCSClr untuk ュHセョ」オォオーゥ@ suplai protein hewani.

Melihat hasil-hasil pembangunan peternakan yang

dilapor-lean oleh Direktorat Jenderal Peternakan 1979, popuJasi ayClm

kampung di Indonesia pada tahun 1977 mcncapai jumlah l01 juta

ekor lebih, sedang jumlah ayam ras hanya 6 juta ekor. Dari

jumlah ayarn tersebut produksi daging merupakan urutan kedua,

yakni 82.800 ton yang rnerupakan 17, VUセ@ dari jumlah doqing seluruhnya. kenyataan ini secara umurn sangat menggembirakan

karena dari tahun ke tahun populasinya terus meningkat. Ayam

kampung pada Peli ta I telah meningkat dengal1 raLa-rata peningkaLan

per tahun sebanyak 6,86%, sedangkan selama 4 tahun Pelita II

}?eningkatannya agak sedikit berkurang dibandingkan dengan

Peli-ta I, sarnpai tahun 1977 kenaikannya adalah 4,29%.

(16)

2

Ayam kampung selain dapat meningkatkan mutu qizi

masyarakat. juga dapat unt.uk meningkatkan kemampuaD

ber-produksi para petani peternak, sehingga pcndapatannya dapat bertambah.

Untuk mempelajari sifat genetis dari unggas, bisa

di-lakukan pengukuran terhadap hobot bad an ati1U melakukan

peng-ukuran terhadap panjang tulang-tulang unggas tersebut. Telah

dilaporkan bahwa pengukuran dari panjang tulang-tulang

meTil-punyai ketelitian yang lebib. baik, hila c1ibandingkan dengan

melakukan pengukuran terhadap bobot badan, tetapi didalam

pc-la].;:sanaannya ー・ョァオjセオイ。ョ@ terhadap bobot badan lebih r:1Udah un tuk

didapatkan. !·jenurut beberapa peneli-ti ada beberapa sifat yang

berhubungan dengan produkLivitas unggas diantaranya:

a). panjang shank dan panjang betis, ini dapat dijadikQn

pen-duga untuk mengukur pertumbuhan, sebab bentuk tulang yung

besar menunjukkan pertwtl.huhan yang besar. b) . Panjang paha

dan panjang dada, merupakan tempat perleto.kan daging yang

banyak, demikian juga panjallg bctis r:terupakan tcmpat::

perleLa:":-an daging, sehingga perkenmperleLa:":-angperleLa:":-an dari tulperleLa:":-ang paha, tulperleLa:":-ang dada

dan tulang betis ini akan menunjukkan produksi daging.

c}. Lingkar metatarsus merupakan keliling dari shank dapat

dijadikan patokan untuk mengetahui bentuk kerampingan dari

shank. Bentuk dari kaki menunjukkan kemarnpuan kaki untuk

dapat menunjang babot badan, sedangkan kemampuan ayam untuk

memproduksi daging ditunjukkan oleh bobot badan. Berdasurkan

hal ini lingkar metatarsus dapat dijadikall suatu petunjuk

untuk mengetahui kernampuan memproduksi daging. d) • Lingkar

(17)

3

dari punggung, ukuran dari punggung akan menunjukkan hasil

dari produksi daging. e) . Bobot badan, dCDqan scmakin

bc'-.,ny-nya bobot badan, maka produksi daging akan semakin 「・ャZエ。ュ「セBィL@

sehingga ln1 bisa dijadikan suatu kriteria pengukuran dari

produksi daging yang dihasilkan.

Sifat-sifat produksi yang disebut diatas mernpunyai korelasi positip dengan produksi daging yang dihasilkan.

Bertolak darl masalah pcmikiran ini maka diharapkan

dapat diketahui data mengenai ayam killflpung melalui pencaLutan

beberapa sifat produksinya. Hal ini dirasa perlu untuk

me-ngetahui potensi ayam kampung dan cara pengembangannya.

Hingga saat ini masih kurang data dasar tentang ayam kampung,

data dasar sangat diper1uk.::tn untuk program seleksi.

Diharap-kan dengan hanya menseleksi satu sifat produksi, maka sifat-sifat produksi lainnya sudah dapat diduga. Dengan demikiclD

pengembangan ayam kampung berdasarkan program scleksi ini

akan dapat menghemat biaya dan t-Jaktu. Hal ini berarti

di-dalarn pelaksanaannya akan lebih baik dan 1cbih mudah untuk

(18)

TINJAUAN

pustNセa@

Ayalll karnpung yang juga dikenaJ dengan ayam sayur

ly.erupa-kan ayam 10ka1 yang ada di Indonesia kcmungkinan diturunkan

dari bangsa ayam hutan spesies GalJus gallus. >lenurut Butt (1949), spesies Gallus gallus yang juga tersebar di Sumatera dan Jawa. Yang jantan mempunyai bulu 1eher, sayap dan punggung berwarna merah oranye, dada dan bagiaD bawah dari perut berwar na hitarn; sedang yang betina warna bu1unya mcrah coklat deny an garis-garis hitam, jengger bex-warna merah dan bergerigi, kaki hitam dan kulit telur berwarna lnming coklat.

Ayam kampung il1i masih terdapat beraneka ragi1In dan clida-pati tersebar Iuas dise1uruh Indonesiil. Ayam ini terkena1 ka-rena cara pemeliharaannya yang -tidak membuluhkaD persyaratan yang berat, mempunyai day a tahan penydkit yang cukufJ baik

5cr-ta te1ah beradap5cr-tasi dengan keadaan lingk1.u1gannya (Hardjosubroto dan Atnodjo, 1977). Ayam kumpung mernpunyai popu1asi yang cu kup besar, dimana setiap tahunnya terus mcningkat sampai dcngan

tahun 1977 te1ah mencapai 101 juta ekor 1ebih (Anonymous, 1979). Jumlah ayam bukan ras ini akan ditingkatkan sesuai dengan trend yaitu 516 per tahun, ayam yang hukan ras akan lebih diarahkan un tuk menunjang peningkatan produksi daging, dcmikian juga dengan ayam ras

dm.

itik (Hutasoit, 1979).

t1enurut Mansjoer dan Hartojo (l977) berbagai pendekatan telah dilaksanakan di negara-negara sedang berkembilng termasuk Indonesia, untuk mcningkatkan produktivitas ayam kampung. Pada umumnya telah disimpulkan bahWiJ setiap pendekatan per1u di1ak-sanakan secara bertahap, dengan laju peningkatan yang disesuai

(19)

5

kan dengan tingkat dan laju kemajuan sosial ekonomi disuatu daerah. Bila pengembangan terlalu cepat maka yang dihasilkan h!'lc nyalah terganggunya keseimbangan dan kegagalan usaha tersebut.

Menurut Atmadilaga (1972), sekalipun populasinya cukup

besar namun produksi yang dihasilkan bisa dikatakan rendah, ini disebabkan oleh cara pemeliharaannya, yang mana sebagian masyarakat rnasih rrelakukannya secara tradisionil, tanpa mengeluaE. kan biaya apa-apa, dengan cara ayam dilepas bebas tanpa diberi makanan secara khusus, sehingga -tinggal memungut hasilnya beru pa daging atau telur untuk dijual atau untuk konsumsi.

Case study yang dilakukan oleh Sugandi dkk. (1968), dida erah Krawang dan Grobogan menunjukkan beberapa sifat dari ayam kampung, umur mencapai dewasa kelamin pada jantan dan betina adalah 6 - 7 bulan rata-rata produksi telur per periode berte-lur adalah 10,74 - 11,33 butir. Bila telur dieramkan diperlu-kan waktu untuk mengasuh anaknya kurang lebih 2,5 bulan. Masa istirahat sebelum bertelur lagi adalah 2 minggu, jadi ayam kam pung beranak 2 - 3 kali per tCl.hun.

Menurut Mansjoer dan Martojo (1977), dari segi tehnik ーセ@ ngembangan peternakan maka usaha peningkatan produktivitas he!:!. daknya dilakukan melalui tiga upaya utama yaitu peningkatan mu tugenetik ayam kampung, peningkatan penyediaan makanan dan ーセ@ nJ.ngkatan car a pengelolaannya. Dalam upaya yang terakhir ini termasuk penanggulangan masalah penyakit dan pemasaran hClsil produksi. Ketiga upaya tadi harus dilaksanakan secara serentak dan mendapat tekanan yang sesuai dengan laju pertumbuhan kead!'lc an sosial ekonomi setempat. Misalnya usaha peningkatan mutu

(20)

tidal.;: diimbangi c1engan pcningkatan ー・イウ」、ゥ。セョ@ makanan mctka usC!

ha tadi akan gagal. Juga bili'l faktOl- pemasaran tidak dapat 、セ⦅@

siapkan dengan baik maka peningkatan jumlah lwsil y<1ng tidak 、セ@

pat dipasarkan jelas ale an menghasilkan kegagalan seluruh upaya.

Da1am penelitian ini di-mana. diperbandingkan antara ayam kampung

dengan ayam persilangan (].;:ampung x RIR) dapat dilihat bahwa te£ nyata ayam kampung mempunyai day a tunas telur dan daya tetas t£

lur yang lebih baik. Pada ャクセョ」@ I i ti an y zmC) di lak オャセオョ@ u leI) NClns j ucr

(1978) , diketahui bahwa persentase karkas ayam kumpung umur tiga bulan sampai dengan enam bulan adalah lebih tinggi 」Qセ@

bandingkan dengan ayam persilangan (kampung x RIR). Peningkat-an bobot badan adalah sangat penting artinya didalam usaha un-tuk meningkatkan produksi dari ayam kampung. Menurut.:. North

(1978), bobot badan dari ayam mempunyai heritabilitas yaWl

cu-kup tinggi yaitu 40 - 60%, ini berarti persentase perbandingan antara faktor genetik dengan faktor lingkungan kurang lebih

adalah sebanding. Bila dilakukan perbaikan patens}. uyarn ォ。ューオョセ@

melalui bobot badan maka produksi daging dapat lebih ditingka!,.

kan. Peningkatan bobot badan induk akan menghasi1kan telur

yang lebih besar. Seperti yang dilaporkan oleh Kheireldcn dkk

(1966) r bahwa babat telur dipengaruhi oleh ukuran tubuh induk.

Induk yang tubuhnya besar akan menghasilkan telur yang besar.

Pope dan Schaible (1957), me1aporkan juga bahwa telur yang

be-sar akan menghasilkan anak ayam dengan pertumbuhan yang cepat

dan efisien dalam penggunaan makanan. Card (1962), menyebutkan

bahwa kecepatan pertumbuhan dapat dinyatakan dengan

pertambah-an bobot badpertambah-an setiap minggunya dpertambah-an kecepatpertambah-an pertumbuhpertambah-an lni

(21)

kecepatan pertumbuhan akan menurun. Jull (1951) 、セュ@ Lesl ie (1961) menyebutkan bahwu. bangsa-bangsa ayam berbadan ringan s:?. ngat lambat pcrtumbuhannya dibanc1ingkan dcngan bangs a-bangs a

ayam berbadan bcrat. Selain i tu kecepatan pertwnbuhan dipengu.-ruhi pula ole11 kondisi ayam yang dipclihara, 01eh mutu makanan yang diberikan, ada atau tidaknya penyakit dan sifat kebakaan ayam tersebut. Hal lni sesuai dengan yang dilaporkan oleh Butt

(l949) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ayam akan t8rhambat oleh beberapa halangan karena keadaan seke1iling I misa1nya kan-dang ter1a1u padat, penyakit, parasit, ran sum yang kurang baik, temperatur dan lain-lain kcadaan. 5chubungan dengan pertumbut:. an ayam ini, maka sebagai data pembanding bisa dikemukakan be-berapa penelitian yang menggunakan cara pemcliharaan intensif maupun semi intensif, yang berarti perlakuan lingkungan yang 、セ@ berikan adalah 1ebih baik bila dibandingkan dengan perlakuan

lingkungan yang diberikan dipedesaan. Makanan yang diberikon

didalam pene1itian il1i 1ebib baik 、。イゥセI。、。@ yang dipelihara 58-car a tradisioni1. Mansjoer (1978), melaporkan bahwa bobot:: ba-dan anak ayam kampung umur satu hari adalah 27,60 gram, pada umur 10 minggu adalah 552,34 gram, sedangkan pctda wnur 20 ming-gu adalah 1441,13 gram. Hardjosubroto dan Atmodjo (1977), rne-ngemukakan pada pene1itiannya bahVla bobot badan ayam kalllpung umur 12 minggu ada1ah 713,54 gram, sedangkan pClc1a umur 20 minggu adalah 1,17 kg. Pertambahan umur 9 minggu berikucnya 、ゥー・セ@

oleh data bobot badan adalah 1,62 kg. Kingston (1979), ュ」ャ。ヲjッセ@

Jean mengenai bobot badan ayam kampung pada umur 10, 20 dan 30 minggu berturut-turut adalah 454, 1027 dan 1525 gram.

(22)

-8

ging yang baik adalah ayam yang punggungnya lebar dan ャ・ィ・イョセイ。@ kemuka, kakinya pendek, kokoh dan berjarak. Hal ini agak 「・イ「セN@

da seperti yang dilaporkan oleh Kingston (1979), ada variasi phenotype ayam kampung yang besar baik dalam suatu daerah エ・ャセᆳ tentu maupun diantara daerah-daerah yang berbeda di Indonesia, dimana diketahui bahwa ayam-ayam dari Jawa Barat terutama seka Ii nampak berkaki panjang. Diketahui Juga bahwa susunan dari kaki agak rapat sehingga produksi daging tidak scbaik ayam yang

mempunyai 「・ョエオjセ@ tubuh yang disebutkan sebelumnya. I1enurut vHlliamsan dan Payne (1965), menyebutkan bahwa kaki yang rclatip

panjang dan paha yang lang sing akan lebih efektip membuang ke-lebihan panas tubuhnya, sebaliknya tubuh yang padat kurang mam pu membuang panas. Seperti diketal1ui Indonesia mempunyai iklim tropik sehingga ada kemungkinan bahwa phenotype dari kaki yanC] panjang ini mempunyai hubungan dengan iklim setempat. Dikata-kan oleh Collins dkk (1964), bahwa ukuran dari panjang shank dan keliling shank penting dalam hubungannya dengan bobotbadan dan efisiensi produksi daging. Bila ini dilihat pad a ayam ォ。セ@ ーオセァL@ maka bisa dikatakan bahwa keliling shank adalah relatip

lebih kecil dibandingkan dengan ayam ras, mengingat dari ukur-an dukur-an bentuk shukur-ank pada ayam kampung adalah raxnping sehingga produksi dagingnyapun tidak sebaik ayam ras maupun ayam dari hasi1 persilangannya.

(23)

dila-9

porkan oleh Hayse dkk (1973) dan SwanSon dkk (1964), yang me-nyebutkan bahwa dcngan bertambahnya ukurdn ayaIn, maka persent5!.

5e dada bertambah.

Hasil penelitian Hayse dkk (1973), menunjukkan bahwa je-nis kelamin mempengaruhi hasil daging bagian dada. Ne\vel (1954) dan Hayse dkk (1973), melaporkan bahwa ayarn betina walaupun

ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan ayam jantan namun mempunyai ー・イウセョエ。ウ・@ dada yang Sdlna 。セN。オ@ lebih besar. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Ibiary dan Jull (ll)48) yang menyatakan セI。ィキ。@ kalkun jantan lebih besar dalam hal babot badan, dalam dada, panjang dada dar_ panjang shank, tetapi beti-. na-' lebih besar dalam lebar dada. Morran dan Orr (1970), ュ・ョァセ@

takan bahvla dada ayam betina lebih besar daripada da.da ayam jantan, sedangkan paha bag ian bawah dan palla bag ian atas pada ayam betina mempunayi persentase yang lebih kecil.

Ibiary dan Jull (1948), te1ah membuat suatu pene1iti-an untuk melihat hubungan yang ada antara lebar dada, dalam da da, panjang shank, panjang dada dan bobot badan. Siiat-sifat ini dihubungkan salu dengan yang lain dan didapatkan suatu hu-bungan korelasi yang positip kecuali antara lebar dada dengan dalam dada serta lebar dada dengan panjang shank. DilaporJ:an juga bahwa sifat ini menunjukkan perbedaan strain yang nyata, sehingga sifat-sifat ini dapat digunakan untuk menseleksi dalam hal memproduksi daging kalkun yang baik. Pacta Penelitian Lerner

(1936), yang mengukur hubungan antara bobo"t badan dengan

panjang shank telah rnendapatkan korelasi yang positip, dimana ini ditunjukkan oleh angka yang ditemukan yaitu 0,659

:i:.

0.032
(24)

10

dada dengan bobot badan mempunyai korelasi yang tinqgi. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Desmayati (1976) ,

diketa-hui 「。ィセj。@ bobot akhir dengan panjang paha terdapat korelasi

yang positip demikian juga antara bobot akhir dengan lingkar dada. Barhiman (1976), melaporkan bahwa bobot hidup mempunyai korelasi posi tip dengan panj ang dada. Hasil peneli tian Collins dkk (1946), didapatkan korelasi positip antara bobot akhir ーセ@

(25)

MATERI DAN METODA PENELITIAN

Peneli tian dilakukan di desa Cigombong, kecamatan Cijeruk, kabupaten Bogor, se1ama 3 bulan, mulai dari tangga1 21 Pebruari 1980 sampai dengan tanggal 13 Mei 1980.

Sebagai materi percobaan digunakan anak ayam kampung dari umur 1 - 12 minggu sebanyak 236 ekor, yang para pemiliknya di-pilih secara aeak. Semua anak ayam kampung ini diberikan nooor indentitas yang terbuat dari aluminium pada sayap maupun pada kakinya. Anak ayam kampung ini tetap dipe1ihara oleh pemilik-nya, sehingga perlakuan dari lingkungan terhadap anak ayam ini

masih tetap dilakukan dengan cara pedesaan. Pengukuran

ter-hadap ayam kampung dilakukan di tiga kampung yang dilaksanakan seeara berka1a setiap minggu. Di kampung Bojong Kiharib di-lakukan pengukuran terhadap 157 ekor anak ayam ; di kampung Ciletuh Girang mengukur anak ayam sebanyak 47 ekor dan di kam-pung Ciletuh Hilir sebanyak 32 ekor anak ayam .

Sifat-sifat produksi anak ayam kampung yang diukur :

<it}.

Bobot badan yang merupakan bobot ayam hidup, diukur dengan timbangan da1am satuan gram.

b). Panjang dada yang merupakan panjang tu1ang sternum, yang diukur dengan mistar ukur dalam satuan mm.

e). Panjang shank yang merupakan panjang tu1ang metatarsus diukur dengan menggunakan mistar ukur dalam satuan mm. d). Panjang paha yang merupakan panjang tu1ang femur diukur

dengan menggunakan mistar ukur dalam satuan mm.

e). Panjang betis yang merupakan panjang tulang tibia diukur dengan menggunakan mistar ukur da1am satuan mm.

(26)

12

f). Lingkar dada yang merupakan lingkar dari tulang sternum hingga tulang punggung yang paling atas diukur dengan pita ukur dalam satuan ll1ll1.

g). Lingkar metatarsus yang merupakan keliling dari shank

diukur pada pertengahan dari tulang metatarsus dengan menggunakan pita ukur dalam satuan mm.

Dalam pengukuran ini ayam karnpung dikelompokkan ber-dasarkan umur per minggunya yang mana 1 - 7 hari dihitung 1 rninggu, 8 - 14 hari dihitung 2 minggu, 15 - 21 hari di-hitung 3 minggu, demikian seterusnya. Umur anak ayam dapat diketahui berdasarkan :

1). Menanyakan langsung kepada pemilik ayam yang bersangkutan. 2). Menentukan berdasarkan pengamatan dan pengetahuan peneliti.

Data yang didapat dio1ah dengan rnenggunakan rancangan acak 1engkap, dan ana1isa statistik yang digunakan adalah analisa peragam (analyse of covariance). Bagan ana1isa peragam dapat dilihat pada Tabel satu. Perhitungan koefisien korelasi untuk mengetahui ke eratan rnasing-masing hubungan parameter, dapat dilihat pada Tabel 4 dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

n

Z

xy - セクBBLケ@

r =

(27)

13

Pengolahan data

TABEL 1. DAFTAE ANALISA PEEAGA11.

]セセ]セセセ]]]]]]]]]]]]]]]M]]]]]]]]]]]]]]]]]]セ]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]セ]]]]]@

Sumber

DB

Jumld!l hasil kali

Keragaman

xx

I

Ay

yy

2?tal

r(t-l) ::fxx

:£xy

:;;.yy

hlok

r-l

Rxx

RAy

l<yy

perlakuan

t-l

Txx Txv Gャャセイ@

error

(r-l) (t-l) E=<-<'{

EAy

E,yY

perlakuan

+

error

perlakuan

disesuailian

blok+error

hlok

disesuaikan

error

perlakuan

+

error

perlakuan

disesuaikan

hlok+error

hlok

disesuailian

r(t-l)

Sxx

Sxy

Syy

t(r-l)

Sxx

Sxy

Syy

(r-l) (t-l)

Exx Exy Eyy

r(t-l)

Sxx

Sxy

Syy

t(r-l)

Sxx

Sxy

Syy

DB

=

derajat bebas

r

=

ulangan

t

=

perlakuan

I

Penyesuaian

F

DB

SS

-SZ-

hit.

(Di.sesuaiJ,an)

(r,.l) (t-l)

i

E'yj'- (Exy) 2= P

-1 Exx

Sy.x

r(t-l)-l

sケケ⦅HセIR]@

q

Sxx

t:

-

1

q

- p

t(r-l)-l

syy_(Sxy)L=

Sxx

r

r -

1

r

- p

(r-l) (t-l)

(Exy) 2

-1 Exx-

Eyy = a

r(t-l)-l

I

Sxx- (SAY) 2_ h

"

Syy

-t -

1

h

-

a

t(r-l)-l

Sxx_(Sxy)2=

Syy

c

r -

1 c -

a

Dari hasil yang didapat dihandingkan dengan F tahel untuk

melihat hasil berbeda sangat nyata ( P

(0,01),

nyata (P

<

0,05)

atau tidak nyata.

[image:27.579.72.561.157.606.2]
(28)

HASIL DAN PE1.ffiAHASAN

Pertumbuhan Anak Ayam Unsexed .--- Ilasi 1 セ・ョ・ャゥ@ tian me-nunjukkan bahwa rata-rata panjang shank anak ayam kampung dari umur 1 - 12 minggu berkisar dari 23,50 ::t:. 2,59 mm hingga 73,34 ::t:. 4,74 mu (Tabel 2), dengan rata-rata pertambahan sebesar 4,53 mm per minggu. Perkembangan dari panjang shank menunjukkan pertumbuhan yang baik, namun kecepatan pertumbuhan lnl tidak sa'lla perkembangannya pada setiap minggu (Ilustrasi 1). Rata-rata panjang betis anak ayam kampung dari umur 1 - 12 minggu berkisar dari 31,15::t:. 4,68 mm hingga 96,82::t:. 6,73 mm (Tabel 2) dengan rata-rata pertambahan sebesar 5,97 mm per minggu.

Panjang betis mempunyai pertumbuhan yang baik, walaupun demiJdan kecepatan pertumbuhan "tidak sar,la setiatl minggunya (Ilustrasi 2). Rata-rata panjang paha anak ayam kampung dari umur 1 - 12

minggu berkisar dari 21,44 ::t:. 4,63 mm hingga 67,71 ::t:. 4,88 mm (Tabel 2) dengan rata-rata pertambahan sebesar 4,21 mm per minggu. Untuk panjang paha dapat dilihat pertumbullannya tidak secepat seperti pada pertumbuhan panjang shank dan panjang betis (Ilustrasi 3). Rata-rata panjang dada anak ayam kampung dari umur 1 - 12 minggu berkisar dari 11,31 ::t:. 3,96 mm hingga 64,66 ::t:. 6,00 mm (Tabel 2) dengan rata-rata pertambahan seb0sar 4,54 rum per minggu. Demikian juga dengan panjang dada, per-tumbuhannya tidak secepat seper"ti pada 2 pengukuran parameter yang disebutkan paling dahulu (Ilustrasi 4). Ra"la-rata lingkar metatarsus anak ayam kampung dari umur 1 - 12 minggu berkisar dari 10,64 ::t:. 0,79 mm hingga 28,74 ::t:. 3,02 mm (Tabel 2), dengan rata-rata pertambahan sebesar 1,66 mm per minggu. Lingkar

(29)

15

lfletatarsus mempunyai pertumbuhan yang paling lambat

dibanding-kan dengan sifat-sifat produksi yang disebutdibanding-kan ter1ebih dahulu,

ini menunjukkan kerampingan dari shank (I1ustrasi 5). Kata-rata

lingkar dada anak ayam kampung dari umur 1 - 12 minggu berkisar

dari 51,95:±: 6,76 mm hingga 203,65:±: 24,31 rom (Tilbe12) dengan

rata-rata pertambahan sebesar 13,79 mm per minggu. Pertumbuhan

lingkar dada lebih cepat dari sifat-sifat produksi lainnya,

namun kecepatan pertumbuhan setiap minggunya tidak sama, bahkan

pada minggu ke 7 - 8 pertumbuhannya sangat lambat (Ilustrasi6).

Rata-rata bobot badan anak ayam kampung dari umur 1 - 12 minggu

berkisar dari 28,14 :±: 9,55 gram hingga 549,27 :±: 101,35 gram

(Tabel 2) dengan rata-rata pertambahan sebesar 47,38 gram per

minggu. Perkemban']an dari bobot badan hidup mempunyai pertumbuhan

yang lambat pada minggu-minggu pertama,selanjutnya ?ada

mins,]u-minggu beriku"tnya kecepatan pertumbuhan meningkat (Ilustrasi 7)

Hal ini agak berbeda dengan yang dilaporkan Card (1962), yang rrenyebutkan

bahwa kecepatan pertumbuh"an akan berkembang sejak menetas sampai

umur 8 minggu, setelah itu kecepatan pertLUubuhan akan menurun.

Sebab dari perbedaan ini karena pengaruh lingkungan dari ayam

kampung tidak begitu diperhatikan terutama dalam hal

c")engelola-annya dan pemberian makanan sehingga ini menyebabkan kecepatan

pertumbuhan awal lambat perkembangannya.Perkenmangan ini sesuai

dengan yang dilaporkan oleh Jul1 (1951) dan Leslie (1961) yang

mengatakan bahwa bangsa-bangsa ayam berbadan ringan sangat

lambat pertumbuhannya dibandingkan dengan bang3a-bangsa ayam

ber-badan berat. Kecepatan pertumbuhan dipengaruhi pula oleh kondisi

ayam yang dipelihara, oleh mutu makanan yang diberikan, ada

(30)

T A 13 E L 2. PENGUKURAN SIFAT-SIFAT PRODtJKSI DARI RATl'.-RATA 3 kaセitGエjng@ PADA mruR 1 - 12 NINGGtJ (tJNSEXED)

NINGGtJ PANJANG SHAN"lZ PANJANG BETIS PANJANG PARA

(mrn) (rom) (nun)

,

1 23,50 .:J:. 2,59 31,15 .:J:. 4,68 21,44 .:J:. 4,63

2 27,39 .:J:. 1,95 37,99 .:t. 4,09 26,48.:J:. 4,88

3 31,24 .:J:. 2,89 41, 92 セ@ 4,83 31)91 セ@ 3,36

I

I

4 36,33:!: 3,76 48,33

=-

s;91 36,:,6.! 3,44

5 39,56 セ@ 4,23 54,07 :::. 5,87 40,38 + 4,79

I

-

,

6 44,63 :!: 4,63 59,59

±..

6,27 43,43 :!: 5,27

I

7 50,49 :!: 3,82 67,40

±..

5,24 48,73 + 4,48

i

I

I

8 54,58 :!: 3,69 71, WセL@ セ@ :3 I 32 51,38

=-

4,43 !

i

I

,

9 60,00 :!: 4,51

I

79,232:. 7 ,03 56,87 + 5,63

I

10 64,01 :!: 5,47

I

84,43:!: 7,10 61,04

.!.

5127 .1

,

11 69,59 :!: 4,35

12 73,34+4,74 96,82 + 6,37 67,71 + 4,88

PANJANG DADA

(mm)

11,31 .:J:. 3,96

19,32 + 5,43

25,49 + 5,17

31,75 .=. 4,77

36,26 + 5,0;)

-41,04 .:. S,03

45,95:: 4,36

49,78 + 3,67

54,58

±..

5,12

57,75,::::, 5[65

64,66 :!: 6,00

LINGKAR }lETATARStJS! LINGY-AR DADA BOBOT BADAN

(mrn) (rom) '(gram)

10,46.:J:. 0,79

I

51,95'.:J:. 6,76 28,14 .:J:. 9,55

12,17 .:J:. 1,57 65, 97 .:J:.1O ,27 50,16 :!:26,03

I

13,63 セ@ 1,60 79,20 :!:11,81 77,37 セRRLVQ@

I

!

15,28 セ@ 1,64

,

,

96,23 :!:15,00 109,43 :!:34,25 16,60 :!: 2,28 111,27 :!:17, 21 144, 27 .:J:.54 ,63

17,87 .::. 2,18 130, 8O

.:J:.l

5 ,44 184,34 :!:51,86

21 / 00

±..

2, 89 146,36 :!:14,18 239,49 :!:69,85

23,02 :!.:. 2,34 150,18 セRRLTQ@ 276,00 :!:63,48 24,19 + 2,46 164,01 :!:23,09 351,35 :!:80,33

25,71 セ@ 2,E7 184,27 :!:32,90 421,75 :!:75,58

,";c"'_ "7'

.!..o, ,LJ: + 3,02 203,65 ::'24,31j549,27 +101,35

I

セ@

(31)

'/U

セ@

,or

セ@

;ij

n::

r.JJ セャ@ HセG@

L9

;ij

I-,

z

セ@ A: LセL@

""

.-'J

,/ "

1 2

3

17

/

,

/

,

I

/

I

/

I

0 / o

ur.wn

(minggu)

/

/

/

I ',)

/

/

I i

(32)

18

,"

,

"

C:,:,,,l

/ /

/ /

, /

I '"

.'

@ /

Ul l :

H

""

'"

(1)

.'

19

セ@

t-)

Z

.

-<

P<

.

セZGI@

20

1()

GHUR (minggu)

Ilustrasi 1. Kurva Pertumbuhan Pan j ans! Betis Dari Ra

(33)

70

00

40

)")

20

10

o

;

セ@

,

1

セ@

;

19

/ ;

;

'{

セG@

10 II

--- Ul4UR (minggul ---

(34)

20

60 "

セ@

50

セ@

.0:: ,

Q ,

..:

Q

t.:J fl;-(j

セ@

/

t-:l

セ@

iO< 3i)

/

,

';

セ@

,-,)

,

;

11)

--- Ul'lUR (minc;gu)

(35)

30

"

'"

20

til

::0

til

p:;

<C

8

<C

8

セ@

,/

セ@ ,

<C

;:,; .'

19

;<:

H

f-1 10

o

21

,

-'

r

,

6

<

,

.

';) 10

,

(36)

セ@

Q p:;

'"

'"

"

:z; H i-'l I I I I I I I I I I I I ' I I I

1t.;u

140

'I ' "

90l

80

ulJ )U ;i0 : ,

,

I

I 22 I I I I I

r - - . I

"

"

-- UllUR (r:linggu) ----

(37)
(38)

24

Hubungan !\ntar Sifat-sifat l'roduksi A1yam Kampung.-- Basil

statistik dengan ana1isa peragam rnemperlihatkcffi panjang shank

mempunyai hubungan yang sangat nyata (PLO,Ol) 、・ョセNヲ。ョ@ panjang

betis dan juga panj ang paha, sedangkan ;uIDUnLj2mnya densan 1ing:,ar

metatarsus dan bobot badan nyata (PLO, 05). ,Jubungannya dengan

panjang dada dan lingkar dada tidak nyata, dapat di1ihat pada

'i'abe 1 3.

'l'l'J3EL 3 . . IILAI-NIL111 P tII1'UNG HUBDNGI>N AUTAR SIFJ\T-SIFAT PRODUKSI AYA!4 KA1·1PUliG, DENCZ\.N PERHITUNGAN COVARIANCE

セ]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]@

x Y PS PB PP PD

lセQ@

LD BB

P S 52,13** 18,09*-k 2,07 5,03* 1,16 '}_,44*

P B 52,327

'*

47,86** 2,39 2,43 1,11 3

1 S5*j;

P P 18,108** 48,00**- 2,01 3

,

1"

-

, 5,77"* 10,77**

P D 2,07 2,39 2,01 0,97 0,56 1,64

L N 5,05* 2,41 3,15 0,97 iJ,64 1,90

L D 1,16 I , l l 5,78** 0,56 0,64 4,93*

B B 4,45* 8,54** 10,76''* 1,64 1,90 4,93"

Keterangan: P S

=

panjang Shank *

=

(PLO,05)

P B

=

panjang Betis

**

=

(PLO (01)

P P

=

Panjang Paha

P D

=

panjang Dada

L H

=

Lingkar Ne-ta tars us
(39)

25

Hubungan antara panjang betis dengan panjang palea dan bobot badan sangat nyata (PiO,Ol), sedangkan dengan panjang dada, lingkar metatarsus dan lingkar dada "tidak nyata. Hubungan antara panjang paha dengan lingkar dada dan bobot badan sang at nyata (PLO ,01), sedangkan dengan panjang dada dan lingkar

metatarsus tidak nyata. Hubungan antara panjang dada dengan lingkar metatarsus, lingkar dada dan bobot badan tidak nyata. Hubungan antara lingkar metatarsus dengan lingkar dada dan bobot badan tidak nyata. Antara lingkar dada dengan bobot badan mempunyai hubungan yang nyata (PLO,05).

i|ッjセ・ャ。ウゥ@ l'>.ntara Bobot Badan dengan Parame"ter

l。ゥョョケ。セMᄋセ@ l{oefisien-koefisienant,ar 1.)arame::er senuanya posi':::ip

dan sangat besar, seperti yang dapat diliha-t pada rr3.!:)el 4.

TABEL 4. KOEFISIEN KORELASI ANTAE PAHA/.lETER

セ]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]Gセ]]]]]]]]]]]]]]]]]@

x

y p S P B P P P D L M L D B B

P S 1,00 0,99 0,98 0,99 0,98 0,98

P B 1,00 0,99 0,99 0,98 0,98 0,98

p P 0,99 0,99 0,98 0,97 0,97 0,97

P D 0,98 0,99 0,98 0,98 0,97 0,95

L H 0,99 0,98 0,97 0,98 0,98 0,96

L D 0,98 0,98 0,97 0,97 0,98 0,96

B B 0,98 0,98 0,97 0,95 0,96 0,96

KE.terangan セ@ P S = S?anj a:lg Shan:';: L J.1 = Lingkar lletatarsus

P B = panjang Betis L D = Lingkar Dada P P = panjang Paha B B = Bobot Badan

[image:39.563.49.488.453.751.2]
(40)

26

Dengan sangat besarnya koefisien-koefisien korelasi

antara bobot badan dengan parameter-parameter lainnya ,Flaka kc 0

parameter mempunyai ketepatan yang cuku!" 'cinggi untuk menaksir

bobot badan.

Dari ke 6 parameter yang diamati ternyata panjang shank

dan panjang betis mempunyai korelasi yang paling besar dengan

bobot badan.

Hasil analisa s tatistik denqan menqgunakan analisa

pe-raqam (analysis of covariance), memperlihatkan hubunqan antara

panjanq betis denqan bobot badan sang at nyata (PiO,Ol),

sedang-kan hubungan antara panjanq shank dengan bobot badan nya"ta

(Pia, OS) , ini menunjukkan panjanq betis mempunyai penqaruh

terhadap bobot badan lebih baik dibandingkan セI。ョェ@ ang shank,

tetapi didalam teknis pelaksanaan panjanCj shank mempunyai

ke-telitian penCjukurart yanCj saIlCjat baik dibandinCjkan dengan

panj ang betis セ@ Berdasa rkan hal diu. tas ini I rnaka dalam melakukan

seleksi untuk memperbaiki bobot badart sangat baik hila mengguna-kan kriteria pengukuran panjang shank.

1'1enurut [X2sflejati (1976, korelasi antara Lobot akhir denCjan

panjanCj paha dan linCjkar dada adalah 0,92 dan 0,95. Ini hampir

sarna dengan korelasi pada Tabel dari sifat-sifat yanq

disebu"t-kan diatas. Lerner menemu]can korelasi antara Lobot badan dan

panjang shank sebesar 0,659, sedanCjkan Collins yanCj nlengukur

antara bobot akhir denCjan panjanCj shank dan linCjkar tibia

men-dapatkan angka 0,779 dan 0,827. AnCjka--anCjka ini menunj ukkan

korelasi yang positip dan cukup besar, tetapi bila dibandingkan

(41)

27

para peneliti t_e;:dahulu lebih kecil. Perbedaan ini disebabkan

ayam-ayam ras yang diukur sudah sangat peka terhadap keadaan

lingkungan sehingga perubahan lingkungan yang sedikit saja

dapat mempenga;:uhi ko;:elasi dari dua sifat yang diukur.

Pengaruh Umur 'ferhadap Kece12atan Pertumbuhan Antar

Parameter. -- Dencjan analisa peragam memperlihatkan hubungan

panjang shank dengan panj ang betis tidak nyata, sedangkan

dengan pmlj ang paba, panj ang dada, lingkar me-tatarsus, lingkar

dada dan bobot badan sangat nyata (P 1...0,01), sedangkan

kebalik-an da;:i hubungkebalik-an ini -tidak nyata denCjkebalik-an pkebalik-anj kebalik-ang betis, pkebalik-anj kebalik-ang

paba, lingka;: metata;:sus, lingka;: dada, bobot badan, tetapi

sangat nyata (pLO,Ol) dengan panjang dada.

Hubungan panjang botis denqan ー。ョェセョGQ@ ーセィ。L@ panianq dada,

.

lingka;: metatarsus, lingka;: dada dan bobot badan sangat nyata

(PLO,Ol), kebalikan dari hubungan ini sangat nyata (frLO,Ol)

dengan panjanCj dada dan lingka;: metatarsus, nyata (PLO,OS)

dengan panjang paha, tidak nyata denCjan lingkar dada dan

bobot badan. Hubungan panjang paha denCj-an pd{,jang dada,

lingkar me-tatarsus dan lingkar dada tidak nyata, te-tapi sangat

nyata (PLO,Ol) dengan bobot bac1an, kebalikan dari hubungan ini

sangat nyata (P

La,

01) dengan panjang dada I lingkar meta-tarsus

dan bobot bac1an, tidal;: nyata dengan lingkar dada. Hubungan

panj ang dada c1engan lingkar me-tatarsus, lingkar dada dan bobot

badan sangat nyata (P

La,

01), demikian juga kebalikan dari

hubungan ini sangat nya-ta (PLO ,01). Hubunganlingkar meta-tarsus

dengan lingkar dada dan bobot badan sangat nyata (PLO,OI) I

demikian juga kebalikan dari hubungan ini sanga-t nyata (pLO,Ol)

(42)

28

1ingkar dada dengan bobot badan sangat nyata (PLO,Ol) , demikian juga keba1ikan dari hubungan ini. Apabila pengaruhnya nyata (PLO,05) atau sangat nyata (PLO,Ol) merupakan suatu petunjuk bahwa pengaruh umur terhadap kecepatan pertumbuhan hubungan

antar sifat menunjukkan perbedaan dalam per](embangannya, tetapi bila pengaruhnya tidak nyata, kecepatan pertumbuhan pada hubung-an hubung-antar sifat tidak berbeda perkembhubung-anghubung-annya. Nelihat 'rabe1 5 secara kese1uruhan dapa-t dikatakan pengaruh umur terhadap

kecepatan pertuwbuhan antar hubungan sifat-sifat produksi me-nunjukkan perbedaan perkembangannya.

'l'ABEL 5. NILAI-NlLAI F HITUNG DALMI PENGUJIAN PENGARUH UMUR TERHADAP KECEPA'l'AN PERTUl1BUHAN ANTAR PARlI.l1ETER

M]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]@

y PS PB PP PD LM LD BB

x

P S 1,28 2,18 4,01** 2,21 1,24 2,00

P B 3,06* 3,68** 6,73** 1,36 2,49

P P 13,43** 13,41** 4,38** 7,53** 2,04 6,06**

P D 10,63** 7,79 ** 1,65 6,4 ** 3,38** 6,90**

L H 6,06** 5,61** 2,96 5,64** 2,15 5,53**

L D 10,13** 8,34** 2,13 7 I 65

* *

6,16 ** 5,02**

B B 14,55** 13,23** 7 ,02 * * 15,54** 14,24** 5,69**

Keterangan: P S

=

Panjang Shank *

=

(pLO,05)

P B

=

Panjang Betis **

=

(PLO,Ol)

P P

=

Panjang Paha P D

=

Panjang Dada

L 1-1

=

Lingkar Metatarsu L D

=

Lingkar Dada
(43)

29

Pengaruh Lokasi Terhadap Kecepatan Pertumbuhan Antar Parameter.-- Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keadaan di kampung A (Bojong ],iilarib), rumah-rumahnya rapat, terletak ditempat yang tinggi dari sawah dan juga jalan tanah sudah ,

.

berkurang, sebab sudah dilakukan penyemenan. Kampung B (Ciletuh Girang) keadaan tanahnya datar, jalanan masih me-rupakan jalan tanah, dekat dengan kebun karet dan juga de-kat dengan sawah. Keadaan kampung C (Ciletuh Hilir), ter-letak juga ditempat yang tinggi dari sawah, tetapi pem-bangunan perumahan masih jarang dan jalan masih merupakan

jalan tanah.

(44)

30

Hubungan panjang dada dengan lingkar dada sangat nyata (PLO,Ol), dengan lingkar metatarsus nyata (PLO,OS), dengan bobot badan tidak nyata, kebalikan dari hubungan ini sangat nyata (PLO,Ol) dengan lingkar metatarsus dan lingkar dada, tidak nyata dengan bobot badan. Hubungan lingkar metatarsus dengan lingkar dada dan bobot badan sangat nyata (PLO,Ol), sedangkan kebalikan dari hubungan ini tidak nyata dengan lingkar dada, tetapi sangat nyata (PLO,Ol) dengan bobot badan. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan sangat nya-ta (PLO, 01), demikian juga kebalikan dari hubungan ini sangat nyata (PLO,Ol), dapat dilihat pada Tabel 6.

TABEL 6. NILAI-NILAI F HITUNG DALAI'! PENGUJIAN PENGARUH

LOKAS I 'l'ERHADl\J) KCCEPATAN PERl'UMBUHAN l\N'rAR PAR!\ME.'I'ER

Pzセ]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]セG]]]]]]]]]]]]]]]]]] ]]]]]]@

X Y P S P B P P P D L M L D B B

P S 0,04 2.13 1,32 13,90** 6,16** 0,82

P B RLセY@ 4,03* 0,34 14,21** 6,65** 1,03

P P 15,27** 296,99** 5,81** 9,98** 10,37** 6,38**

P D 6,85** 4,64* 1,25 15,72** 7,72** 2,89

L M 13,49** 9,58** 3,31 4,98* 1,81 9,20**

L D 13,81** 10,34** 4,44* 7,71** 7,85** 6,52**

B B 5,65** 0,01 1,30 2,50 18,05** 6,12**

Keterangan P S = Panjang Shank

*

=

(PLO ,05) P B = Panjang Betis

**

= (PLO ,01) P P = Panjang Paha

P D = Panjang Dada

L M = Lingkar Metatarsus

[image:44.564.76.526.400.752.2]
(45)

31

TIIBEL 7. PENGUKUEAN SIFA,['-SIFAT PEOOUlZSI PAOA MINGGU IZE 12 OARI 3 KMlPUNG

]]]]]]]]]]]]]]]]セ]]]]]]]]]]]]]]]]]]セ]]]]]]]]]]]]]セ]]]] ]]]]]]]]]]]@

sifat-sifat produksi

A

yang diteliti

panjang shank 72,29

+

4,49 75,15

panjang betis 95,04

+

5,42 100,60

panjang paha 67,61

+

4,50 71,

°

3

panjang dada 62,32

+

5,12 70,04

lingkar metatarsus 28,52

+

3,36 29,39

1ingkar dada 200,81

+

24,63 207,39

bobot badan 514,58

+

81,35 645,83

Keterangan : A = kampung Bojong Kiharib B

=

kampung Ci1etuh Girang C - kampung Ciletuh Hilir

B C

+

3,39 74,49

+

6,25

+

5,49 97,51

+

8,24

+

4,37 66,81

+

5,03

+

5,09 65,69

+

5,04

+

2,48 29,00

+

3,02 :::29,46 210,43

+

12,66

:::95,20 542,86 :::100,20

Pada pengukuran minggu ke 12, dapat dilihat bahwa kampung B

mempunyai pertumbuhan sifat produksi yang paling baik, di.ikuti oleh karrpung

C, kemudian kampung A. Hal ini berarti bahwa konelisi daerah sangat

me-nentukan performance ayarn kampung. Bila diperhatikan, memang

di-kampung B lebih baik kondisi penyediaan pangannya. Surnber pangan

ayam kampung U!l\U1m1ya didapat dari selokan, dari sa\vah, dari kebun maupLm dari

sisa-sisa dapur, sec1angkan eli kampung C penyeeliaan pangan tidak sebaik

di kampung B mengingat bahwa sawah sebagai sumber pangan yang

cu-kup penting berac1a jauh dibawah lokasi kampung. untuk kampung A,

sumber pangan sendiri sudah banyak berkurang karena sudah banyak

dilakukan penyemenan j alan tanah dan sawah juga berada j auh diliawah dari lokasi desa. Dari Tabel 6 secara umum dapa·t dilihat bahwa

pengaruh lokasi terhadap kecepatan pertumbuhan berbeda-beda, juga

(46)

KESlIViPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpu1an seba-gai berikut :

1. Per·tumbuhan ra·ta-rata bobot badan anak ayam pad a 3 kampung dari umur 1 - 12 minggu berkisar dari 28,14

!

9,55 gram hingga 549,27

!

101,35 gram dengan

rata-rata pertambahan sebesar 47,38 gram setiap minggu.

2. Hubungan panjang betis clengan bobot badan (r=O,98)clan palljali9 jJahd dengan bobot badan (r=O ,97) sangat nyata

(PLO,Ol), sedangkan hubungan panjang shank dengan bobot badan (r = 0,98) dan lingkar dada clengan bobot badan (r = 0,96) nyata (PLG,OS), tetapi pada hubljngan panjang dada dengan bobot badan (r = 0,95) dan lingkar metatarsus dengan bobot bac1an (r = 0,96) tidak nyata. Panjang shank rnerupakan penc1uga yang paling tepat untuk bobot bac1an.

3. Lokasi mempunyai pengaruh yang berbeda-bec1a terhac1ap hubungan kecepatan pert.umbuhan antar parameter.

(47)

S A E A N

Telah diketahui b ahwa ayam kampung mempunyai nilai

ekonomis bagi penduduk di pedesaan, sehingga perbaikan

produkti-fitas ayam kampung dapat menambah penghasilan bagi penduduk di

pedesaan.

Pengukuran selanjutnya terhadap panjang shank dari ayam

kampung perlu dilakukan, kemudian data yang diperoleh dari

pengukuraTl ini dievaluasi dan dibuat suatu standard yang optimal

bagi panjanCj shank. Bertolak dari sini dapat dilakukan seleksi

dari panianq shank ayam kampunq. Bila seleksi panianq shank

sudah dilakukan, bisa dilanjutkan denCjan melakukan penCjukuran

terhadap linCjkar metatarsus ayam kampung, yang juga dicari

standard optimalnya, kemudian dilakukan seleksi terhadap besar

lingkar metatarsus. Pengukuran panj anCj shank dan lingkar

metatarsus bisa juga dilakukan bersama-sarna, demikian jUCja

dalam melakukan seleksi terhadap kedua sifat produksi ini dapat

dilakukan denCjan serentak.

Dirasakan perlu untuk dilakukan penelitian lanjutan

ten-tang ukuran-ukuran tubuh ayarn kampung, dengan daerah yang lebih

luas lagi sehingga didapat data dasar ayarn kampung yang lebih

lengkap.

(48)

DAFTAR PUSTi\l(A

1. Anonymous. 1979. Helihat Basil-Hasil Pembangunan

Depar-temen Pertanian, Direktorat Jenderal

Jakarta.

Peternakan. Peternakan.

2. Atmadilaga, D. 1972. Pemuliaan l\yam dan Pemuliaan Sapi Perah. Paper ケ。ョセ@ diberikan dalam kursus Pendidikan Subject Hatter Specialist Direktorat Jenderal Peternakan, Bandung. 'ridak diterbitkan.

3. Barhiman, S. 1976. Kwalitas J(arkas Ayam Kampung dan Persilangan Ayam J,ampung dengan Rhode Island Hed. Thesis. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogar, Bogar.

4. Burmester, B.H. and I.H. Lerner. 1937. A Device for Heasuring

Shank Length of Living Birds. Poult. Sci. 16 211.

5. Card, L.E. 1962. Poultry Production. 9th Ed; Lea and Febriger. Philadelphia. New York.

6. Collins, W.H., A.W. Nordskog and W.C. Skoglund. 1946.

Hepeatability of Body l'leasurement in Broilers 'JYpe Chicken. Poult. Sci. 43 : 759.

7. Collins, M.W., I.C. Bliss and H.H. Scott. 1950. Genetic Selection for Breast Width in a Strain of Pl10de Island Red. Poult. Sci. 20 : 881.

8. Dajan, A. 1976. Pengantar Metode Statistik II. LP3ES. Jakarta. 9. Desmayati, Z. 1976. Produktivitas boberapa Strain Ayam Type

Daging Dalam Cara Pemeliharaan Dengan Jenis Kelamin 'l'er-pisah dan Campur. rrhesis 0 Fakultas Pe-'cernakan, Insti tut

Pertanian Bogor, Bogor.

10. Haeruman, H. 1972. Prosedure Analisa Eancangan Percobaan. Bagian Perencanaan Hutan, Depar'cemen Managemen Hutan, Faku1t:as Eehutanan, Institut Pertanian Bogar.

11. Hardjosubroto, W. dan Atmodjo, S.P. 1977. Performance Dari Pada Ayam Kampung dan Ayam Kedu. Seminar I Ilmu dan Industri Perunggasan. Cisarua, Bogor.

12. Hayse. P.L., and W. M. William. 1973. Eviscerated Yields, Componant Parts and Hea-t, Skin and Bone Rations in Chicken Broiler. Poult. Sci 52 : 718.

13. Hutasoit, J.H. 1979. Eancangan Eebijasanaan Operasionil dan Program/Proyek Pembangunan Peternakan (Pelita III dan Tahun llnggaran 1979/1980). DirE!ktorat Jenderal Peternakan,

Departemen Pertanian. Jakarta.

(49)

35

14. Butt, F.B. 1949. Genetics of 'l'he F'ovll .. McGray; - Hill Book Company, New York.

15. Ibiary, H.E. and M.A. Jull. 1948. Criteria and Genetic Variation of Live Body Conformation in 'l'urkeys. Poult Sci. 27 : 40.

16. Jul1, M.A. 1951. Poultry Husbandry. 3rd Ed. McGraw - Hill Bokk Company, Inc., New York.

17. Kheirelden, M.A., M.A. Ghany A.lvJ.E. Gammal. 1966. Egg Quali .. ty in White Leghorns, vlhi te Plymouth Rocks and New Hampshire Under Egyptian Condition. J. Anim. Prod 6 (l) : 63

18. Kingston, D.J. 1979. Periman Ayam Berkeliaran di Indonesia. Lapaoran Seml.nar Ilmu dan Industri Perunggasan II. Ciawi, BOCjor.

19. Lerner, iNセl@ 1936. Shank r.l'nCjth as d Criterion of Inherent Size. Poult. Sci. ]6 : 213.

20. Lerner, 10M. 1939. Predictclbility of Body V'JeiCjht F'romLive Shank Measurements. PulL Sci. 18 : 378.

21. Marnojoer, S.S. dan H. Hartojo. 1977. Produktivitas Ayam KampunCj dan Ayam Persilangan 1'1 (kampung x RIR) pacta Pemeliharaan Dalam Kanddng. Seminar I Ilmu dan

Industri Perunggasan., Cisarua, Bogor.

22. Mansjoer, S.S. 1978. PeninCjka·tan Produk·tivil:as Ayam Kampung Dongan Cara Persilanqan Dengan Ayam Petelur Berbadan SedanCj. Lapor-an 'l'ahap KetiCja, P4T/IPB/77-78.

23. 1-10rran, E.T. and H.L. Orr. 1970. Influence of Strain on 'l'he Yield of Commercial Parts From The Chicken Broilers Carcasses. Poult. Sci. 49 : 725.

24. Newel, G.S. 1954. Persentage Yields of Parts of Cut Up Broilers. Poult. Sci. 33 : 1074.

25. North, I'1.0. 1978. Commercial Chicken Production Hanual. 2nd Ed. Avi Pub1ishinCj Company, Inc, V'Jes·t Point Connectitut, U.S.A.

26. Pope, C.W. and P.J. Schaible. 1957. Association of Egg WeiCjht. Poult. Sci. 36 : 1149.

27. Sugandi, D., J. I'lahju., K. Gurnadi., S. Rukadi dan H.M. Siti Sundari. 1968. Case Study Unggas. 1'akultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

(50)

36

29. vliley, W.H. 1950. The Influence of Egg Weight on The Pre Hai:ching and Post Hatching Growth Rate The Fowl. Poult. Sci. 29 : 605.

30. ,hlliamson, G. andvl.J.A. Payne 1965. An Introduction to Animal Husbandry in the tropics 2nd Ed. English

language Book society longmans. Green & Co Ltd., London.

(51)

 

 

 

 

 

 

 

L

 

A

 

M

 

P

 

I

 

R

 

A

 

N

 

(52)

37

LAl'IP 1 RAN 1. RATA-HATA PANJANG SHANK PADA TIAP I\AMPUNG DAN ャセtaM

ャセta@ DAHl 3 KAMPUNG PADA UMun 1-12 MINGGU; UNSEXED

MINGGU K A 11 P U N G

セ@

AATA-RZlcTA

A B

I

c

1 23,27

+

2 , 41 22,94 +

-

3,25 25,22

+

0,20 23,50 + 2,59

-

-2 27,08

+

-

1,73 26,45 + - 1,27 30,60 + 0,00 27,39 + 1,95

-3 30,37

-

-I- 2,68 32,83 -I- 1,55 34,97 -I- 0,00 31,24 + 2,89

-

-

-4 35,51

+

3,94 38,45 -I- 1,10 39,34

+

0,00 36,33 -I- 3,76

-

-

-

-5 38,21 .--I- 3,87 43;53 + 1,14 43,70 + 2,76 39,56 + 4,23

-

-

-6 43,65 + .- 4 ,47 50,17 + - 0,57 45,70 + 4,28 44,63 + - 4,63

7 50,3D + - 3,39 51,50

+

- 0,00 50,54 -I- 4,56 50,49 + 3,82

-

-8 53,7l + 3 / 50 57,80

+

0,00

I

55,93 + 4,28 54,58

+

3,69

-

-

-

-9 58,17

-

+

4/27 63,32

-

-I- 2,03 61,85

-

+ 4,51 60,00 +

-

4,51

I

10 61,92 + 5,13 68,25

+

1,62 65162 + 6,13 64,01 -I- 5,47

I

-

-11 68,50 -I- 3,95 71,23 + 2,66 70,74 + 2,22 69,59 + 4,35

-

-

-12 72,29 -I- 4,49 75,15 -I- 3,39 74,49

+

6,25

L:

±

4,74

-

-

-L

__ L

Keterangan A - kampung Bojong Kiharib

B - kampung Ciletuh Girang

(53)

38

LAMP I RAN 2. RATA-RA'J'A PANJANG BETTS P1\D1\ TIAP 1<AMPlJNG DAN RlITA-RATA DAIU 3 KAHPUNG PAD1\ mWR 1-12 IUNGGlJ; lJNSEXED

-

.

-HINGGU 1< A セャ@ P lJ N G

I

-A B C

RATA-PATA

1 31,02 + 4,21 I 30,36 + 6,49 32,91 -I- 0,39

-I

-

-31,15 -I-

-

4, 68

2 38,27

--

+ 4,20 I , I 34,01 +

-

2,01 40,60 -+ 0,00 37,99 +

-

4,09

3 42,11

-

-1- 3,72 46,45

-

+ 0,12 47,15 .-+ 0,00 41,92 -I-- 4,83

4 46,79 + 4,58 51,85 ;- 0,37 53,70 + 0,00

-

_.

•. - 48,33 -I-- 4,91

5 52,17 -+ SpoO 58,10 -+ 2,20 60,25 -. + 2,30 54,07 -+ 5,87

I

6 58;13

-

+ 6,30 65,57 + Of 57 62,14 -I- 5,04

I

- •.

59,59 -I- 6,27

-7 66,92 .-+ 5,47 68,23 + 0,08 68f 04

--

+ 6,32 67,40 + 5 ).1

-

'

セ@

.

8 71,09

-

-I- 5,00 74,70 +

-

0,00 71,82 ---I- 7,63 71,75 -I-- 5,31

9 76,44

-

+ 6,28 83,15 -+ 4,85 83,18 -+ 7,97 79,23 + - 7,03

10 82,11 -+ 6,44 88,23 + 4,91 86 t 68 + 8,79

-

_.

84,43 + 7,10

11 90,72

-

+ 4,97 95,38

-

-1- 3,99 92,11

-

+ 7,89 92,13 + - 5,73

12 95,04

-

+ 5,42 100,60 + - 5,49 97,51 + 8,24

-

96,82 + 6,37

..L

Keterangan 11

-

kampung Bojong IZihariL

B - kampung Ciletuh Girang

(54)

LM1PIHAN 3.

HINGGO

1 21,83

2 27,88

3 31,35

4 35,87

5 38,85

6 42,05

7 48,31

8 50,73

9 55,19

10 58,31

11 63,68

12 67,61

Keterangan A.

B C

39

1'A'1'/\- ;'1\'1'A PANJANG PMIA Pi\DA 'rIAl' KMIPONG DAN RIITl',-HA'I'A DAHl 3 KAIIPONG PADA OHm, 1-12 HINGGO; ONSEXED

j,

A M P 0 N C

---- ----,--- I'tA'I'A-PNl'A

I

1, B C

-+ 5,16 19,71 + 3,52 23,06

+

3,59 21,44 + 4,63

-

-

-

Gambar

TABEL 1. DAFTAE ANALISA PEEAGA11.
TABEL 4. KOEFISIEN KORELASI ANTAE PAHA/.lETER
TABEL 6. NILAI-NILAI F HITUNG DALAI'! PENGUJIAN PENGARUH
TABEL 1. DAFTAE ANALISA PEEAGA11.
+2

Referensi

Dokumen terkait

1 15 Calon Haji Urung Berangkat dari Medan, 7 karena VisaBelum 1,100 detik.com 21-Aug-15 2 Hampir Dua Ribu Calon Jemaah Haji Belum Dapat Visa 539 viva.co.id 25-Aug-15 3 DPR Temui

Hal ini menunjukkan bahwa sudah jelas hasil yang diperoleh pada tes akhir dan tes awal, karena sampel telah diberi perlakuan maka semakin baik hasil yang diperoleh

pernah diadakan pada zaman Hindia Belanda, dan di Indonesia ada sikap yang menunjukkan kepekaan masyarakat untuk menolak penerapan konsep seperti itu. Apabila

Hasil identifikasi menunjukkan jenis kura-kura yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Cuora amboinensis dan Cyclemys dentata dari famili Geomydidae, serta Trachemys

Setelah meneliti dan melakukan kegiatan kepengawasan di madrasah , maka dengan ini saya memberikan rekomendasi kepada guru – guru madrasah dalam binaan untuk

Robet Jaksen Sembiring (2013) dengan judul penelitian “Analisis Alih Fungsi Lahan terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang” menyimpulkan

Financing Bank Umum Syariah Di Indonesia: Pendekatan Unbalanced Panel Data.

Dalam penelitin ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif. Dimana jenis penelitian ini bertujuan agar dapat memberikan gambaran yang jelas dan lengkap