• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Penentuan Kadar Glukosa New

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Penentuan Kadar Glukosa New"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN KADAR GLUKOSA PENENTUAN KADAR GLUKOSA

 NAMA

 NAMA : NURHAJRAH: NURHAJRAH  NIM

 NIM : H 311 09 275: H 311 09 275 KELOMPOK

KELOMPOK : : II II (DUA)(DUA) HARI /

HARI / TGL. PERC. TGL. PERC. : KAMIS : KAMIS / 07 / 07 APRIL 201APRIL 20111 ASISTEN

ASISTEN : : YUSTINYUSTIN

LABORATORIUM BIOKIMIA LABORATORIUM BIOKIMIA

JURUSAN KIMIA JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR MAKASSAR 2011 2011

(2)

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang

Setiap hari tubuh kita memerlukan energi untuk menunjang aktivitas yang Setiap hari tubuh kita memerlukan energi untuk menunjang aktivitas yang kita kerjakan. Energi yang diperlukan ini kita peroleh dari bahan makanan yang kita kerjakan. Energi yang diperlukan ini kita peroleh dari bahan makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama, yaitu karbohidrat, protein dan lipid atau lemak. Dari ketiga unsur utama utama, yaitu karbohidrat, protein dan lipid atau lemak. Dari ketiga unsur utama tersebut karbohidrat merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tersebut karbohidrat merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan yang sangat penting karena merupakan sumber tenaga bagi memegang peranan yang sangat penting karena merupakan sumber tenaga bagi kegiatan kita sehari-hari. Sebagian besar zat-zat alam merupakan golongan kegiatan kita sehari-hari. Sebagian besar zat-zat alam merupakan golongan karbohidrat, dimana fungsinya sebagai bahan baku atau bahan sumber energi. karbohidrat, dimana fungsinya sebagai bahan baku atau bahan sumber energi.

Karbohidrat adalah persenyawaan antara karbon, hidrogen, dan oksigen Karbohidrat adalah persenyawaan antara karbon, hidrogen, dan oksigen yang terbentuk di alam dengan rumus umum Cn(H

yang terbentuk di alam dengan rumus umum Cn(H22O)O)nn. Dengan rumus empiris. Dengan rumus empiris

tersebut, senyawa ini dapat diduga sebagai “hidrat dari karbon”, sehingga disebut tersebut, senyawa ini dapat diduga sebagai “hidrat dari karbon”, sehingga disebut karbohidrat.

karbohidrat.

Glukosa adalah karbohidrat sederhana yang paling banyak diperlukan Glukosa adalah karbohidrat sederhana yang paling banyak diperlukan dalam tubuh manusia. Glukosa merupakan salah satu jenis karbohidrat penting dalam tubuh manusia. Glukosa merupakan salah satu jenis karbohidrat penting dan termasuk dalam kelompok gula reduksi. Glukosa dapat mereduksi ion kupri dan termasuk dalam kelompok gula reduksi. Glukosa dapat mereduksi ion kupri menjadi kupro sehingga reaksi ini dapat digunakan sebagai dasar di dalam menjadi kupro sehingga reaksi ini dapat digunakan sebagai dasar di dalam  penentuan

 penentuan glukosa glukosa dan dan dilakukan dilakukan dengan dengan berbagai berbagai metode metode antara antara lain lain : : LuffLuff Schroll, Munson-Walker, Lane-Eynon dan Somogy-Nelson.

Schroll, Munson-Walker, Lane-Eynon dan Somogy-Nelson.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukanlah percobaan ini, yaitu Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukanlah percobaan ini, yaitu  penentuan kadar glukosa deng

(3)

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan 1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari teknik penentuan kadar glukosa dalam suatu sampel dengan metode Somogy- Nelson.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan kadar glukosa dalam sampel melalui metode Somogy-Nelson dengan menggunakan spektronik 20D+.

1.3 Prinsip Percobaan

Penentuan kadar glukosa didasarkan dari hasil reduksi ion kupri oleh glukosa dalam suasana basa dengan menggunakan arsenomolibdat yang memberikan warna biru dan absorbansinya diukur dengan spektronik 20D+ pada  panjang gelombang tertentu.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Karbohidrat didefinisikan secara tepat sebagai senyawa dengan rumus molekul Cn(H2O)n. Namun, kata ’karbohidrat’ umumnya digunakan dalam

 pengertian lebih terbatas untuk menunjukkan zat yang terdiri atas polihidroksi aldehida dan keton serta turunannya. Gula yang kita kenal dengan sebutan sakarida, umumnya diperlukan sebagai karbohidrat khas. Monosakarida adalah karbohidrat yang biasanya memiliki tiga sampai sembilan atom karbon (Pine, dkk., 1988).

Karbohidrat ini merupakan sumber kalori atau mikronutrien utama bagi organisme heterotroph. Sebagian lagi sebagai bahan utama sandang (misalnya serta kapas). Industri (rami, rosela), bahan bangunan (kayu, bambu) atau bahan  baker (kayu baker, seresah). Disamping sebagai sumber utama biokalori dalam  bahan makanan, beberapa jenis karbohidrat dan turunannya (derivatnya) memegang peranan penting dalam teknologi makanan misalnya gum (Arabic, karaya, guar) sebagai bahan pengental atau CMC (carboxymethylcellulose) sebagai bahan penstabil dan banyak lagi sebagai bahan pemanis (sukrosa, glukosa, fruktosa) (Sudarmadji, 1996).

Berdasarkan jumlah monomer pembentuk suatu karbohidrat maka dapat dibagi atas tiga golongan besar yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida. Istilah sakarida berasal dari bahasa latin dan mengacu pada rasa manis senyawa karbohidrat sederhana. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana (Tim Dosen Kimia, 2009).

(5)

Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri dari beberapa jenis atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana adalah gliseraldehida dan dihidroksiaseton (Poedjiadi, 1994).

Salah satu monosakarida yang amat penting adalah glukosa atau sering dikenal dengan dekstrosa. Glukosa adalah gula yang mempunyai enam atom karbon dan dengan demikian disebut heksosa. Karbohidrat lima karbon dikenal sebagai pentosa dan selanjutnya. Kenyataan bahwa gugus karbonil adalah sebuah aldehida yang ditunjukkan dengan menggolongkan glukosa sebagai aldoheksosa. Monosakarida yang amat penting yaitu D-glukosa sering dikenal sebagai dektrosa.

CHO OH H H HO OH H OH H CH2OH D - glukosa

Rumus proyeksi Fischer adalah cara umum untuk menggambarkan molekul monosakarida. Proyeksinya biasa digambar dengan sebuah rantai karbon vertikal dan gugus karbonil paling dekat dengan puncak (Pine, dkk., 1988).

Glukosa adalah suatu heksosa dan sering disebut dekstrosa karena sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam

(6)

 buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam  jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap mL darah. Glukosa darah ini bertambah setelah kita makan-makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira dua jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 mL darah (Poedjiadi, 1994).

Monosakarida segera mereduksi senyawa-senyawa pengoksidasi seperti fersianida, hydrogen peroksida, atau ion kupri (Cu2+). Pada reaksi seperti ini, gula dioksidasi pada gugus karbonil, dan senyawa pengoksidasi menjadi tereduksi. Glukosa dan gula-gula lain yang mampu mereduksi senyawa pengoksidasi disebut gula pereduksi. Sifat ini berguna dalam analisa gula. Dengan mengukur jumlah dari senyawa pengoksidasi yang tereduksi oleh suatu larutan gula tertentu. Dapat dilakukan pendugaan konsentrasi gula. Dengan cara ini, darah dan air seni dapat dianalisa kandungan gulanya pada diagnosa diabetes mellitus. Penderita penyakit ini menunjukan tingkat gula darah yang tinggi secara Abnormal, dan pengeluaran gula pada air seni yang berlebih (Lehninger, 1982).

Penentuan monosakarida yang dihasilkan dapat dilakukan dengan metoda oksidasi dengan kupri. Metoda ini didasarkan pada peristiwa terduksinya kupri-oksida menjadi kupro-kupri-oksida karena adanya gula reduksi. Reagen yang digunakan merupakan campuran kupri sulfat, Na-karbonat, dan asam sitrat atau campuran kupri sulfat dengan K-Na-Tartrat. K-Na-Tartrat berfungsi sebagai pencegah terjadinya pengendapan kupri oksida yang ada dalam reagen. Pada kedua macam reagen tersebut yang berfungsi sebagai oksidator adalah kuprooksida dan mengendap berwarna merah bata. Jumlah endapan kuprooksida ekivalen dengan

(7)

 banyaknya gula reduksi yang ada. Selain dengan cara tersebut, dapat juga dengan menentukan kelebihan kuprioksida yang ada dalam larutan sebelum dan sesudah direaksikan dengan gula reduksi (Sudarmadji, 1996).

Berbagai cara analisa dapat dilakukan terhadap karbohidrat untuk memenuhi berbagai keperluan. Dalam ilmu dan teknologi pangan, analisa karbohidrat yang biasa dilakukan misalnya penentuan jumlahnya secara kuantitatif dalam rangka menentukan komposisi suatu bahan makanan, penentuan sifat fisis atau kimiawinya dalam kaitannya dengan pembentukan kekentalan, kelekatan, stabilitas larutan, dan tekstur hasil olahannya (Sudarmadji, 1996).

Banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan yaitu antara lain dengan cara kimiawi, cara fisik, cara enzimatik atau biokimiawi dan cara kromatografi. Penentuan karbohidrat yang termasuk polisakarida maupun oligosakarida memerlukan perlakuan  pendahuluan yaitu hidrolisa terlebih dahulu sehingga diperoleh monosakarida. Untuk keperluan ini, maka bahan dihidrolisa dengan asam atau enzim pada suatu keadaan yang tertentu (Sudarmadji, 1996).

Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan dengan metode  pengukuran konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan refraktometri maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schrool, Seliwanoff, Nelson-Somogy dan lain-lain). Hasil analisisnya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat menentukan gula pereduksi secara individual (Ratnayani, dkk., 2008).

Metode Somogy-Nelson didasarkan pada hasil reduksi ion kupri oleh glukosa (gula reduksi) dalam suasana basa dengan arsenomolibdat yang

(8)

memberikan warna biru (molybdenium blue). Intensitas warna yang terbentuk  bergantung pada konsentrasi glukosa. Absorbansi diukur pada panjang gelombang tertentu dengan spektrofotometer. Dengan menggunakan larutan standar maka konsentrasi glukosa dapat diketahui (Patong, 2011).

Salah satu alat yang dapat mengukur absorban dari larutan yang berwarna adalah spektrofotometer. Teknik spektrofotometri telah lama digunakan sebagai suatu teknik yang handal untuk deteksi, identifikasi, dan pengukuran kadar senyawa kimia dalam suatu larutan. Spektrum cahaya yang dapat terlihat oleh mata terentang antara 400 nm sampai 800 nm. Pada teknik spektrofotometri, cahaya dari sumber cahaya diuraikan dengan menggunaka prisma sehingga diperoleh cahaya monokromatis yang diserap oleh zat yang akan diperiksa. Cahaya monokromatis merupakan cahaya satu warna dengan satu panjang gelombang, sehingga cahaya yang diserap oleh larutan berwarna dapat diukur. Hubungan antara konsentrasi dengan cahaya yang diserap dinyatakan dalam hukum Beer-Lambert. Hukum Beer-Lambert menyatakan pengurangan intensitas cahaya monokromatis yang melalui suatu larutan berwarna berlangsung secara eksponensial dan bergantung pada panjang larutan yang dilalui cahaya dan kadar zat dalam larutan (Soewoto, 2001).

Hukum Beer-Lambert menghasilkan persamaan sebagai berikut (Soewoto, 2001):

I

log   = - kcl

(9)

Dengan, Io = intensitas cahaya masuk I = intensitas cahaya keluar

k = konstanta yang didasarkan pada sifat-sifat zat dalam larutan c = konsentrasi zat tersebut

l = panjang larutan yang dilalui cahaya

Perbandingan I/Io disebut sebagai transmisi sinar (T) dan dinyatakan dalam persen (%). Serapan ( Absorbance) = A atau disebut juga kerapatan optik (optical density) = OD, merupakan istilah yang lebih sering digunakan dan berasal dari persamaan (Soewoto, 2001) :

A = - log T

Jadi, A = K c l

Pada alat spektrofotometer yang lebih canggih, sinar yang datang benar- benar diusahakan berupa sinar monokromatis dengan cara membuat kontainer

larutan (kuvet) yang sedemikian rupa, sehingga tidak ada sinar yang tertahan. Jika  jalur sinar pada setiap bagian kuvet itu sama, maka nilai k untuk berbagai

senyawa dalam berbagai larutan dan berbagai panjang gelombang dapat dihitung (Soewoto, 2001).

(10)

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan sampel M-150, larutan Nelson A 15,38 mL dan Nelson B 0,62 mL, glukosa monohidrat, arsenomolibdat, akuades, spiritus, aluminium foil, tissue roll, korek, sabun dan kertas label.

3.2 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, sikat tabung, pipet tetes, pipet skala 0,2 mL, pipet skala 5 mL, pipet skala 10 mL, gelas kimia 100 mL, labu ukur 10 mL, statif, klem, buret 50 mL, bulb, filler pipet, gegep, kaki tiga, pembakar spiritus, labu semprot, spektronik 20D+.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan Larutan Induk

Ditimbang 10 mg glukosa monohidrat dan dilarutkan dalam labu ukur 10 mL dengan akuades sampai tanda batas. Sehingga diperoleh larutan induk 1 mg/mL.

3.3.2 Pembuatan Larutan Standar

Dipipet larutan induk ke dalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 0,02 mL; 0,04 mL; 0,06 mL; 0,08 mL; 0,10 mL dan 0,12 mL. Kemudian ditambahkan aquades masing-masing 0,98 mL; 0,96 mL; 0,94 mL; 0,92 mL; 0,90 mL, dan 0,88 mL. Tiap larutan dalam tabung dihomogenkan.

(11)

Tabel 1. Data Pembuatan Larutan Standar

 No. M Larutan Standar V Larutan Induk (mL) V H2O (mL) V total (mL)

1. 0,02 0,02 0,98 1 2. 0,04 0,04 0,96 1 3. 0,06 0,06 0,94 1 4. 0,08 0,08 0,92 1 5. 0,10 0,10 0,90 1 6. 0,12 0,12 0,88 1 3.3.3 Preparasi Sampel

Pada pembuatan larutan sampel digunakan faktor pengenceran sebanyak 10.000 kali. Pada tahap pertama dilakukan pengenceran 100 kali, yaitu sampel dibuat dengan mengambil 0,01 mL larutan sampel (M 150) dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan akuades sebanyak 0,99 mL kemudian dikocok. Dilanjutkan pada tahap kedua, dilakukan lagi pengenceran 100 kali, yaitu dipipet sebanyak 0,01 larutan sampel tadi kemudian ditambahkan lagi akuades sebanyak 0,99 mL kemudian dikocok.

3.3.4 Pembuatan Pereaksi

Larutan Nelson A dan Larutan Nelson B dibuat dengan perbandingan 25 : 1. Dipipet larutan Nelson A sebanyak 15,38 mL ke dalam gelas ukur dan ditambahkan 0,62 mL larutan Nelson B kemudian dihomogenkan.

(12)

3.3.5 Penentuan Kadar Glukosa

Masing-masing larutan standar, sampel, dan blanko ditambahkan 1 mL  pereaksi Nelson, kemudian dipanaskan ± 20 menit lalu didinginkan. Ditambahkan reagen arsenomolibdat sebanyak 1 mL. Setelah itu ditambahkan akuades se banyak 7 mL dan dikocok. Ditambahkan lagi 10 mL akuades ke dalam setiap tabung kemudian dikocok. Hal ini dilakukan karena warna yang ditimbulkan masih sangat pekat. Diukur absorban pada panjang gelombang maksimum 670 nm dengan menggunakan spektronik 20D+.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Lehninger, A. L., 1982,  Dasar-dasar Biokimia  diterjemahkan oleh Maggy Thenawijaya, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Patong, A. R., 2011,  Penuntun dan Laporan Praktikum Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Pine, S. H., J. B. Hendrickson, D. J. Cram, dan G. S. Hammond, 1988,  Kimia Organik 2 edisi keempat  diterjemahkan oleh Hamid, A., ITB, Bandung. Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.

Ratnayani, K., N. M. A. Dwi Adhi S., dan I G. A. M. A. S. Gitadewi,  Penentuan  Kadar Glukosa dan Fruktosa pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng

dengan Metode Kromotografi Cair Kinerja Tinggi , Jurnal Kimia (online), 2  (2), 77-86, (http://www.Jstage.jst.go.jp, diakses tanggal 06 April 2011,  pukul 21:38).

Soewoto, H. M., Sadikin, M. V., Kurniati, S. I., Wanandi, D., Retno, P., Abadi, A., Retnoprijati, I. P., Harahap, S. A., dan Jusman, 2001,  Biokimia  Eksperimen Laboratorium, Widya Medika, Jakarta.

Sudarmadji, 1996, Analisa Bahan Makanan, Liberty, Yogyakarta.

Tim Dosen Kimia, 2009,  Kimia Dasar , UPT MKU Universitas Hasanuddin, Makassar.

(14)

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 14 April 2011

Asisten Praktikan

(15)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan penentuan kadar glukosa ini dilakukan dengan menggunakan metode Somogy-Nelson. Metode ini didasarkan pada hasil reduksi ion kupri oleh glukosa (gula reduksi) dalam suasana basa dengan reagen arsenomolibdat yang memberikan warna biru (molybdenum blue). Selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan spektrofotometer. Pada percobaan ini absorban yang diukur yaitu pada larutan sampel, blanko, dan larutan standar.

Tabel. 2 Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Panjang Gelombang () (nm) Absorban

650 0,99

660 0,012

670 1,024

675 1,014

(16)

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dibuat grafik sebagai berikut : Grafik. 1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Jadi, panjang gelombang maksimum adalah 670 nm.

Tabel 3. Data Penentuan Kadar Glukosa pada = 760 nm

Konsentrasi Larutan Contoh Absorban

0,02 0,008 0,04 0,588 0,06 1,026 0,08 1,276 Sampel 1,026 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 645 650 655 660 665 670 675 680 685    A     b   s    o    r     b   a    n Panjang gelombang (nm)

(17)

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dibuat grafik sebagai berikut : Grafik. 2 Penentuan Kadar Glukosa

Berdasarkan grafik hubungan konsentrasi dan absorbansi, diperoleh  persamaan garis y = 21,21x –  0,336, sehingga kadar glukosa dalam sampel M 150

dapat dihitung : y = 21,21x –  0,336 1,026 = 21,21x –  0,336 21,21x = 1,026 + 0,336 x = 1,026 + 0,336 21,21 x = 0,064 mg/mL

Jadi, kadar glukosa dalam sampel M 150 = x . fp

= 0,06 . 10000 = 640 mg/mL

Pada percobaan ini, penentuan kadar glukosa dalam sampel dilakukan dengan metode Somogy-Nelson. Deret standar yang digunakan yaitu pada konsentrasi 0,02 M; 0,04 M; 0,06 M; 0,08 M; 0,10 M dan 0,12 M. Sampel yang dianalisa diberikan pengenceran sebanyak 10000 kali.

y = 21.21x - 0.336 R² = 0.9705 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1    A     b   s    o    r     b   a    n Konsentrasi larutan

(18)

Deret standar, sampel dan blanko diberi perlakuan sesuai dengan metode Somogy-Nelson. Setelah larutan standar, sampel, dan blanko dibuat, ditambahkan  pereaksi Nelson sebanyak 1 mL, dimana penambahan pereaksi Nelson ini berguna sebagai pembawa ion kupri. Setelah ditambahkan pereaksi Nelson dipanaskan secara bersamaan selama ± 20 menit hal ini bertujuan agar ion kupri tereduksi oleh gula pereduksi (glukosa) sehingga menjadi ion kupro dalam suasana basa.

Setelah pemanasan selama ± 20 menit, terbentuk endapan merah bata (Cu2O) yang warnanya semakin pekat sesuai dengan konsentrasi glukosa pada

larutan. Semakin banyak glukosa maka semakin merah pula warnanya. Setelah itu larutan standar, sampel, dan blanko didinginkan dan ditambahkan arsenomolibdat masing-masing 1 mL, dimana arsenomolibdat ini berfungsi sebagai pembentuk kompleks yang berwarna biru. Setelah itu ditambahkan akuades sebanyak 7 mL. Karena warna yang ditimbulkan masih sangat pekat, maka ditambahkan lagi pada masing-masing tabung dengan 10 mL akuades. Selanjutnya, masing-masing larutan diukur absorbansinya pada spektronik 20D+ dengan menggunakan  panjang gelombang maksimum yaitu 670 nm.

Pengukuran absorbansi hanya sampai pada konsentrasi 0,08 M, karena  pada konsentrasi 0,10 M, sprektonik 20D+ sudah tidak dapat terbaca, hal ini

disebabkan karena warna dari larutan tersebut sudah sangat pekat.

Dari data yang diperoleh, maka didapatkan kadar glukosa dalam sampel adalah 640 mg/mL.

(19)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar glukosa dalam sampel adalah 640 mg/mL.

5.2 Saran

Untuk laboratorium, agar peralatan yang akan digunakan pada saat  praktikum diperiksa terlebih dahulu sebelum praktikum berlangsung.

Untuk asisten, agar dalam memberi penjelasan jangan terlalu cepat agar  praktikan dapat menyimaknya dengan baik sehingga dapat melakukan percobaan

(20)

LAMPIRAN

Bagan Kerja

1. Pembuatan Larutan Induk

2. Pembuatan Larutan Standar

0,02 mg/mL

0,04 mg/mL

Glukosa

- Ditimbang sebanyak 0,01 gram

- Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL - Ditambahkan akuades sampai tanda

 batas

- Dihomogenkan Hasil

Larutan Induk

- Dipipet sebanyak 0,02 mL

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 0,98 mL akuades - Dihomogenkan

- Dipipet sebanyak 0,04 mL

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 0,96 mL akuades - Dihomogenkan

Larutan Induk Hasil

(21)

0,06 mg/mL

0,08 mg/mL

0,10 mg/mL

Larutan Induk

- Dipipet sebanyak 0,06 mL

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 0,94 mL akuades - Dihomogenkan

Hasil

Larutan Induk

- Dipipet sebanyak 0,08 mL

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 0,92 mL akuades - Dihomogenkan

Hasil

Larutan Induk

- Dipipet sebanyak 0,10 mL

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 0,90 mL akuades - Dihomogenkan

(22)

0,12 mg/mL

3. Preparasi Sampel

4. Penentuan Kadar Glukosa Larutan Induk

- Dipipet sebanyak 0,12 mL

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 0,88 mL akuades - Dihomogenkan

Hasil

Larutan Sampel (M-150)

- Dipipet sebanyak 0,01 mL kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan 0 99 mL akuades 1 mL larutan sampel

- Dipipet sebanyak 0,01 mL kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 0,99 mL akuades

- Dihomogenkan 1 mL larutan sampel

Larutan Standar, Sampel, dan Blanko

- Ditambahkan 1 mL pereaksi Nelson - Dipanaskan selama ± 20 menit - Didinginkan

- Ditambahkan 1 mL arsenomolibdat - Ditambahkan 17 mL akuades

- Diukur absorbannya pada panjang gelombang 670 nm menggunakan spektrofotometer

(23)

Perhitungan

1. Pembuatan Larutan Induk

Dik: M = 1 mg/mL

Volume = 10 mL

Mr. Glukosa monohidrat = 198 gr/mol

Mr. Glukosa = 180 gr/mol

Dit: Massa glukosa monohidrat = ...? Penyelesaian: M = r lukosa   

mg   1 mg/mL = 

 x

     x mg = 11 mg/10 mL = 1,1 mg = 0,01 gram

2. Pembuatan Larutan Standar Dik: M1 = 1 mg/mL M2 : a. 0,02 mg/mL  b. 0,04 mg/mL c. 0,06 mg/mL d. 0,08 mg/mL e. 0,010 mg/mL f. 0,012 mg/mL V2= 1 mL Dit: V1 = ...?

(24)

Penyelesaian: a. Konsentrasi glukosa 0,02 mg/mL V1 . M1 = V2 . M2 V1 . 1 mg/mL = 1 mL . 0,02 mg/mL V1 = 0,02 mL V akuades = 1 mL –  0,02 mL = 0,98 mL  b. Konsentrasi glukosa 0,04 mg/mL V1 . M1 = V2 . M2 V1 . 1 mg/mL = 1 mL . 0,04 mg/mL V1 = 0,04 mL V akuades = 1 mL –  0,04 mL = 0,96 mL c. Konsentrasi glukosa 0,06 mg/mL V1 . M1 = V2 . M2 V1. 1 mg/mL = 1 mL . 0,06 mg/mL V1 = 0,06 mL V akuades = 1 ml –  0,06 mL = 0,94 mL d. Konsentrasi glukosa 0,08 mg/mL V1 . M1 = V2 . M2 V1. 1 mg/mL = 1 mL . 0,08 mg/mL V1 = 0,08 mL

(25)

100 x 100 x V akuades = 1 mL –  0,08 mL = 0,92 mL e. Konsentrasi glukosa 0,10 mg/mL V1 . M1 = V2 . M2 V1. 1 mg/mL = 1 mL . 0,10 mg/mL V1 = 0,10 mL V akuades = 1 mL –  0,10 mL = 0,99 mL f. Konsentrasi glukosa 0,12 mg/mL V1 . M1 = V2 . M2 V1. 1 mg/mL = 1 mL . 0,12 mg/mL V1 = 0,12 mL V akuades = 1 mL –  0,12 mL = 0,88 mL 3. Preparasi Sampel

Faktor Pengenceran 10000 kali

0,01 mL + 0,99 mL H2O 1 mL

dipipet

(26)

4. Penyiapan Larutan Nelson

Larutan Nelson A : Larutan Nelson B

25 : 1

25 x 16 : 1 x 16

26 26

(27)

Gambar

Tabel 1. Data Pembuatan Larutan Standar
Tabel 3. Data Penentuan Kadar Glukosa pada  = 760 nm

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa hasil belajar matematis siswa setelah diajarkan dengan model pembelajaran Think Pair Check (TPC) pada

1. Peranan guru BK dalam mengatasi penyalahgunan HP dilingkungan sekolah SMP Muhammadiyah 4 Banjarmasin. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK ibu Fahria, beliau

(E) Pentingnya saran yang dapat dilakukan untuk kecanduan bermain play station pada pelajar, masalah yang timbul akibat kecanduan bermain play station, langkah

Faktor dari luar diri murid yang mempengaruhi hasil belajar dia antaranya adalah lingkungan fisik dan non fisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang

Penerapan analisis struktural dengan penerapan metode di atas jelas bahwa yang menjadi pijakan utama analisis adalah karya (teks sastra) itu sendiri,

Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok kognitif perilaku dapat digunakan untuk menurunkan kecenderungan menarik diri (withdrawl)

Menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya dengan Perilaku Pacaran pada Remaja” ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan di

Kantor laboratorium bagi perusahaan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Jalan Cendana Kota Samarinda merupakan tempat untuk melaksanakan pemantauan dan pengecekan kualitas air.