• Tidak ada hasil yang ditemukan

Macam-macam Akuifer Dan Analisis Kondisi Hirogeologi Kota Banjarbaru m.sadiqul Iman (h1e108059)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Macam-macam Akuifer Dan Analisis Kondisi Hirogeologi Kota Banjarbaru m.sadiqul Iman (h1e108059)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MACAM-MACAM AKUIFER

DAN ANALISIS KONDISI HIDROGEOLOGI KOTA BANJARBARU

DOSEN PEMBIMBING :

MUHAMMAD AZHARI NOOR, M.Eng

OLEH :

M. AQLY SATYAWAN H1E108056

MEVI AYUNINGTYAS H1E108055

NUGROHO PRATAMA H1E108058

M. SADIQUL IMAN H1E108059

PROGAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan petunjuk yang dicurahkan-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan laporan ini.

Penulisan laporan Macam-Macam Akuifer dan Analisis Kondisi Hidrogeologi Kota Banjarbaru ini merupakan tugas yang diberikan oleh bapak Muhammad Azhari Noor, M.Eng., yang mana tujuan yang kami ambil dari kegiatan penulisan laporan ini adalah untuk mengembangkan daya kreativitas remaja khususnya mahasiswa dalam mengembangkan daya cipta untuk melakukan suatu perubahan dalam upaya sumbangan pikiran untuk pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat.

Penulisan laporan ini dapat diselesaikan karena berkat bimbingan secara terpadu oleh bapak Muhammad Azhari Noor, M.Eng.,dan dukungan dari semua pihak. Untuk itu dalam kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Dan akhirnya diharapkan agar penulisan laporan ini dapat berguna bagi kita semua serta kemajuan ilmu pengetahuan. Penulisan ini tentunya tidak lepas dari kritik dan saran yang besifat membangun.

Banjarbaru, Desember 2009

(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Dan untuk kelangsungan hidupnya, harus tersedia air dalam bentuk cair. Manusia dan makhluk hidup lainnya yang tidak hidup dalam air, senantiasa mencari tempat tinggal dekat air supaya mudah untuk mengambil air untuk keperluan hidupnya.

Air terkenal sebagai materi (zat) yang dapat berbentuk gas, cair dan padat secara alami dalam rentang suhu yang cukup kecil. Jumlah air yang ada di seluruh bumi adalah sekitar 1,39 billion km3. Sebagian besar terdapat di samudera, sekitar

1,7 % nya tersimpan sebagai air tanah, danau, sungai dan tanah-tanah.

Air dapat digolongkan sebagai air permukaan dan air tanah. Pada dasarnya air tanah merupakan air permukaan yang tertampung dalam bumi dan terakumulasi pada lapisan-batuan pembawa air atau yang disebut sebagai akuifer, air tanah dapat berasal dari air hujan, baik melalui proses infiltrasi secara langsung maupun tidak langsung dari ais sungai, danau rawa, dan genangan air lainnya.

Dalam menentukan kesesuaian formasi geologi untuk tujuan pengisian air tanah, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, terutama tipe akifer, karakteristik zona tanah tidak jenuh, dan juga kaakteristik zona tanah jenuh. Untuk studi kelayakan atau penelitian yang menekankan pentingnya proses dan mekanisme pengisian air tanah, karakteristik formasi geologi atau akifer yang relevan untuk dipelajari adalah : pertama tipe formasi batuan, karena jenis batuan akan menetukan tingkat permeabilitas akifer, yang kedua yaitu kondisi tekanan hidrolik dalam tanah, yakni untuk menetukan apakah air tanah berada di zona bebas atau zona terkekang dan yang ketiga adalah kedalaman permukaan potensiometrik di bawah permukaan tanah, terutama di sekitar daerah pelepasan atau pengambilan air.

(4)

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan laporan ini meliputi :

a. Untuk mengetahui macam-macam akuifer, beserta pengertian akuiklud, akuitard dan akuifug, serta

b. Untuk mengetahui kondisi hidrogeologi Kota Banjarbaru, termasuk ketersediaan dan kedalaman akuifer yang ada.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Air Tanah

Air tanah dapat didefinisikan sebagai semua air yang terdapat dalam ruang batuan dasar atau regolith. Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Noer Aziz, 2000:81).

Kebanyakan air tanah berasal dari hujan. Air hujan yang meresap ke dalam tanah menjadi bagian dari air tanah, perlahan-lahan mengalir ke laut, atau mengalir langsung dalam tanah atau di permukaan dan bergabung dengan aliran sungai. Banyaknya air yang meresap ke tanah bergantung pada selain ruang dan waktu, juga di pengaruhi kecuraman lereng, kondisi material permukaan tanah dan jenis serta banyaknya vegetasi dan curah hujan. Meskipun curah hujan besar tetapi lerengnya curam, ditutupi material impermeabel, persentase air mengalir di permukaan lebih banyak daripada meresap ke bawah. Sedangkan pada curah hujan sedang, pada lereng landai dan permukaannya permiabel, persentase air yang meresap lebih banyak. Sebagian air yang meresap tidak bergerak jauh karena tertahan oleh daya tarik molekuler sebagai lapisan pada butiran-butiran tanah. Sebagian menguap lagi ke atmosfir dan sisanya merupakan cadangan bagi tumbuhan selama belum ada hujan (Anonim1, 2009).

Berikut adalah simulasi dari terbentuknya air tanah

(6)

Air yang berhasil meresap ke bawah tanah akan terus bergerak ke bawah sampai dia mencapai lapisan tanah atau batuan yang jarak antar butirannya sangat-sangat sempit yang tidak memungkinkan bagi air untuk melewatinya. Ini adalah lapisan yang bersifat impermeabel. Lapisan seperti ini disebut lapisan aquitard (gambar sebelah kanan bersifat impermeabel yang sulit diisi air, sementara yang kiri bersifat permeabel yang berisi air).

Gambar 2. Lapisan permeable dan impermeable

Air yang datang kemudian akan menambah volume air yang mengisi rongga-rongga antar butiran dan akan tersimpan disana. Penambahan volume air akan berhenti seiring dengan berhentinya hujan.

Air yang tersimpan di bawah tanah itu disebut air tanah. Sementara air yang tidak bisa diserap dan berada di permukaan tanah disebut air permukaan. Permukaan air tanah disebut water table, sementara lapisan tanah yang terisi air tanah disebut zona saturasi air.

(7)

Model aliran air tanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan airtanah atau sering juga disebut sebagai daerah imbuhan air tanah (recharge zone). Daerah ini adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan (Anonim1, 2009).

Air yang tidak tertahan dekat permukaan menerobos kebawah sampai zona dimana seluruh ruang terbuka pada sedimen atau batuan terisi air (jenuh air). Air dalam zona saturasi ( zone of saturation ) ini dinamakan air tanah ( ground water). Batas atas zona ini disebut muka air tanah ( water table ). Lapisan tanah, sedimen atau batuan diatasnya yang tidak jenuh air disebut zona aerasi ( zone of aeration ). Muka air tanah umumnya tidak horisontal, tetapi lebih kurang mengikuti permukaan topografi diatasnya. Apabila tidak ada hujan maka muka air di bawah bukit akan menurun perlahan-lahan sampai sejajar dengan lembah. Namun hal ini tidak terjadi, karena hujan akan mengisi ( recharge) lagi. Daerah dimana air hujan meresap kebawah (precipitation ) sampai zona saturasi dinamakan daerah rembesan ( recharge area ). Dan daerah dimana air tanah keluar dinamakan dischargearea (Wuryantoro, 2007).

Gambar 4. Diagram memperlihatkan posisi relatif beberapa istilah yang berkaitan dengan air bawah permukaan.

Air tanah atau air bawah permukaan adalah batasan yang digunakan untuk menggambarkan semua air yang ditemukan di bawah permukaan tanah. Keberadaan air tanah dikontrol oleh sejarah dan kondisi geologi, deliniasi dan

(8)

kondisi batas tanah dan formasi batuan di suatu wilayah dimana air mengalami perkolasi. Faktor lain yang berpengaruh adalah aktivitas dan iklim lingkungan sekitarnya, baik secara alami maupun dipengaruhi oleh manusia. Jika airtanah tersebut secara ekonomi dapat dikembangkan dan jumlahnya mencukupi untuk keperluan manusia, maka formasi atau keadaan tersebut dinamakan lapisan pembawa air atau akuifer baik berupa formasi tanah, batuan atau keduanya.

Berdasarkan perlakuannya terhadap air tanah, maka lapisan-lapisan batuan dapat dibedakan menjadi:

1. Aquifer (Akuifer) adalah formasi geologi atau grup formasi yang mengandung air dan secara signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi alaminya. Batasan lain yang digunakan adalah reservoir air tanah, lapisan pembawa air. Todd (1955) menyatakan bahwa akuifer berasal dari Bahasa Latin yaitu aqui dari aqua yang berarti air dan ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah lapisan pembawa air. Contoh : pasir, kerikil, batupasir, batugamping rekahan.

2. Aquiclude adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi dalam kondisi alami tidak mampu mengalirkannya. Untuk keperluan praktis, aquiclude dipandang sebagai lapisan kedap air. misalnya lempung, serpih, tuf halus, lanau.

3. Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak mampu mengalirkan air. misalkan batuan kristalin, metamorf kompak. misalnya lempung pasiran (sandy clay).

Muka I Muka air tanah II Air tanah

Gambar 5. Letak Zone – zone jenuh air dan tidak jenuh air keterangan :

(9)

4. Aquitard adalah formasi geologi yang semikedap, mampu mengalirkan air tetapi dengan laju yang sangat lambat jika dibandingkan dengan akuifer. Meskipun demikian dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu membawa sejumlah besar air antara akuifer yang satu dengan lainnya. Aquiclude ini juga dikenal dengan nama formasi semi kedap atau leaky aquifer (Anonim2, 2009).

Gambar 6. Lapisan Pembawa Air Berdasarkan Sifatnya

Air tanah berasal dari bermacam sumber. Air tanah yang berasal dari peresapan air permukaan disebut air meteorik (meteoric water). Selain berasal dari air permukaan, air tanah dapat juga berasal dari air yang terjebak pada waktu pembentukan batuan sedimen. Air tanah jenis ini disebut air konat (connate water). Aktivitas magma di dalam bumi dapat membentuk air tanah, karena adanya unsur hidrogen dan oksigen yamg menyusun magma. Air tanah yang berasal dari aktivitas magma ini disebut dengan air juvenil (juvenile water). Dari ketiga sumber air tanah tersebut air meteorik merupakan sumber air tanah terbesar.

Air tanah di temukan pada formasi geologi permeabel (tembus air) yang dikenal sebagai aquifer (juga disebut reservoir air tanah, fomasi pengikat air, dasar-dasar yang tembus air) yang merupakan formasi pengikat air yang memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada kondisi lapangan yang biasa. Air tanah juga di temukan pada akiklud (atau dasar semi permeabel) yaitu suatu formasi yang berisi air tetapi tidak dapat

(10)

memindahkannya dengan cukup cepat untuk melengkapi persediaan yang berarti pada sumur atau mata air. Deposit glasial pasir dan kerikil, kipas aluvial dataran banjir dan deposit delta pasir semuanya merupakan sumbersumber air yang sangat baik. Berdasarkan material penyusunnya, maka terdapatnya air tanah dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Material lepas (unconsolidated materials) b. Material kompak (consolidated materials)

Kira–kira 90 % air tanah terdapat pada material lepas misalnya pasir, kerikil, campuran pasir dan kerikil, dan sebagainya. Berdasarkan daerah pembentukannya terdapat air tanah pada material lepas dapat dibedakan menjadi 4 wilayah, yaitu:

a. Daerah aliran air (water course). Daerah aliran air terdiri dari aluvial yang terletak di kanan kiri sungai yang mengalir. Potensi air tanah cukup besar apabila muka air sungainya lebih tinggi dari muka air tanah. Faktor ini menyebabkan daerah ini sangat potensial sebab materialnya lepas dan air sungai mensuplai air tanah.

b. Daerah lembah mati. Potensial air tanah di daerah ini cukup besar akan tetapi suplai air yang diterima tidak sebesar daerah aliran air.

c. Daerah daratan. Daerah ini adalah dataran yang luas dengan endapan yang belum mengeras misalnya pasir, kerikil.

d. Daerah lembah antar gunung. Lembah yang dikelilingi oleh pegunungan biasanya terdiri dari material lepas yang jumlahnya sangat besar, material ini berasal dari pegunungan sekitarnya. Materialnya berupa pasir kerikil dan sifatnya akan menerima air di pengisian di atasnya.

Pada dataran antar gunung yang dibatasi oleh kaki-kaki gunung api akan mempunyai perbedaan besar pada butir setiap tahap kegiatan gunung api tersebut sehingga dapat menyebabkan terbentuknya kondisi air tanah tertekan, terutama yang terletak tidak seberapa jauh dari bagian kaki gunung api. Lembah tersebut dibatasi oleh lipatan, sangat perlu diperhatikan akan luasnya penyebaran litologi yang diperkirakan dapat bertindak sebagai akuifer, Akuifer karena sifatnya seperti yang disebutkan di depan merupakan lapisan batuan yang sangat penting dalam

(11)

usaha penyerapan air tanah. Litologi atau penyusupan batuan di lapisan akuifer di Indonesia yang penting adalah:

a. Endapan aluvial : merupakan endapan hasil rombakan dari batuan yang telah ada. Air tanah pada endapan ini mengisi ruang antar butir. Endapan ini tersebar di daerah dataran.

b. Endapan Vulkanik muda : merupakan endapan hasil kegiatan gunung api, yang terdiri dari batuan-batuan lepas maupun padu. Air tanah pada endapan ini menempati baik ruang antar butir pada material lepas maupun mengisi rekah-rekah atau rongga batuan padu. Endapan ini tersebar disekitar wilayah gunung api.

c. Batu gamping : merupakan endapan laut yang mengandung karbonat, yang karena proses geologis diangkat ke permukaan. Air tanah di sini mengisi terbatas pada rekahan rongga, maupun saluran hasil pelarutan. Endapan ini tersebar di tempat-tempat yang dahulu berwujud lautan karena proses geologis, fisik dan kimia. Di beberapa daerah sebaran endapan batuan ini membentuk suatu morfologi khas, yang disebut karst (Wuryantoro, 2007). 2.2 Akuifer

Berdasarkan litologinya, akuifer dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu: a. Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer)

Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan adalah air tanah dalam akuifer tertutup lapisan impermeable, dan merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah. Unconfined Aquifer adalah akuifer jenuh air (satured). Lapisan pembatasnya yang merupakan aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard di lapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Permukaan air tanah di sumur dan air tanah bebas adalah permukaan air bebas, jadi permukaan air tanah bebas adalah batas antara zone yang jenuh dengan air tanah dan zone yang aerosi (tak jenuh) di atas zone yang jenuh. Akuifer jenuh disebut juga sebagai phriatic aquifer, non artesian aquifer atau free aquifer (Wuryantoro, 2007).

Air tanah ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk berbagai keperluan dengan kedalaman sumur umumnya antara 1 – 25 meter. Air tanah

(12)

bebas masih merupakan sumber utama air bersih bagi sebagian besar penduduk dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemanfaatannya dilakukan dengan cara pembuatan sumur gali dan sumur pantek pada kedalaman kurang dari 20 meter di bawah permukaan, umumnya terdapat pada lapisan pasir, pasir kerikilan, tufa pasiran dan pasir lanauan. Air tanah bebas di dataran aluvial terdapat dalam lapisan pasir, pasir lempungan, pasir kerikilan dan pasir lempungan.

Mutu air tanah bebas bervariasi dari baik hingga jelek, asin rasa airnya hingga tawar, berwarna keruh hingga jernih. Kesadahannya berkisar antara 8,5 – 16,7, pH sekitar 6,7 – 11,2, sisa kering 353 – 580, sisa pijar 252 – 420, kadar kandungan ion klorida berkisar 25,5 – 6.685 mg/l, SO4 antara 40,5 – 246,9 mg/l. Khususnya untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, kandungan air tanah bebas di dataran aluvial terkecuali daerah-daerah sekitar pantai, pemanfaatannya masih dapat dikembangkan. Sedangkan untuk daerah-daerah yang terletak sekitar 1 – 3 km dari garis pantai, penggunaan air tanah bebasnya sangat terbatas sekali disebabkan asin hingga payau rasa airnya. (Anonim3, 2008).

Gambar 7. Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer) b. Akuifer tertekan (Confined Aquifer)

Akuifer tertekan adalah suatu akuifer dimana air tanah terletak di bawah lapisan kedap air (impermeable) dan mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan atmosfer. Air yang mengalir (no flux) pada lapisan pembatasnya, karena confined aquifer merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya.

(13)

Gambar 8. Akuifer tertekan (Confined Aquifer) c. Akuifer bocor (Leakage Aquifer)

Akuifer bocor dapat didefinisikan suatu akuifer dimana air tanah terkekang di bawah lapisan yang setengah kedap air sehingga akuifer di sini terletak antara akuifer bebas dan akuifer terkekang.

Gambar 9. Akuifer bocor (Leakage Aquifer)

d. Akuifer melayang (Perched Aquifer)

Akuifer disebut akuifer melayang jika di dalam zone aerosi terbentuk sebuah akuifer yang terbentuk di atas lapisan impermeable. Akuifer melayang ini tidak dapat dijadikan sebagai suatu usaha pengembangan air tanah, karena mempunyai variasi permukaan air dan volumenya yang besar.

(14)

Gambar 10. Akuifer melayang (Perched Aquifer)

Sedangkan menurut Kruseman dan deRieder, 1994. Berdasarkan sifat fisik dan kedudukannya dalam kerak bumi, akifer dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :

a. Akifer bebas, yaitu akifer tak tertekan (unconfined aquifer) dan merupakan airtanah dangkal (umumnya <20 m), umum dijumpai pada daerah endapan aluvial. Airtanah dangkal adalah airtanah yang paling umum dipergunakan sebagai sumber airbersih oleh penduduk di sekitarnya.

b. Akifer setengah tertekan, disebut juga akifer bocor (leaky aquifer), merupakan akifer yang ditutupi oleh lapisan akitard (lapisan setengah kedap) di bagian atasnya, dapat dijumpai pada daerah volkanik (daerah batuan tuf).

c. Akifer tertekan (confined aquifer), yaitu akifer yang terletak di antara lapisan kedap air (akuiklud), umumnya merupakan airtanah dalam (umumnya > 40 m) dan terletak di bawah akifer bebas. Airtanah dalam adalah airtanah yang kualitas dan kuantitasnya lebih baik daripada airtanah dangkal, oleh karenanya umum dipergunakan oleh kalangan industri termasuk di dalamnya kawasan pertambangan (Iskandarsyah, 2008).

(15)

Struktur geologi berpengaruh terhadap arah gerakan air tanah, tipe dan potensi akuifer. Stratigrafi yang tersusun atas beberapa lapisan batuan akan berpengaruh terhadap akuifer, kedalaman dan ketebalan akuifer, serta kedudukan air tanah. Jenis dan umur batuan juga berpengaruh terhadap daya hantar listrik, dan dapat menentukan kualitas air tanah. Pada mulanya air memasuki akuifer melewati daerah tangkapan (recharge area) yang berada lebih tinggi daripada daerah buangan (dischargearea).

Daerah tangkapan biasanya terletak di gunung atau pegunungan dan daerah buangan terletak di daerah pantai. Air tersebut kemudian mengalir kebawah karena pengaruh gaya gravitasi melalui pori-pori akuifer. Air yang berada dibagian bawah akuifer mendapat tekanan yang besar oleh berat air diatasnya, tekanan ini tidak dapat hilang atau berpindah karena akuifer terisolasi oleh akiklud diatas dan dibawahnya, yaitu lapisan yang impermeabel dengan konduktivitas hidrolik sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air melewatinya. Jika sumur di bor hingga confined aquifer, maka air akan memancar ke atas melawan gaya gravitasi bahkan hingga mencapai permukaan tanah. Sumur yang airnya memancar keatas karena tekanannya sendiri di sebut sumur artesis (Wuryantoro, 2007).

Gambar 12. Diagram penampang memperlihatkan akuifer-akuifer confine dan unconfine, sistem artesis dan permukaan piezometrik.

(16)

2.3 Permeabilitas dan Porositas

Keadaan material bawah tanah sangat mempengaruhi aliran dan jumlah air tanah. Jumlah air tanah yang dapat di simpan dalam batuan dasar, sedimen dan tanah sangat bergantung pada permeabilitas. Permeabilitas merupakan kemampuan batuan atau tanah untuk melewatkan atau meloloskan air. Air tanah mengalir melewati rongga-rongga yang kecil, semakin kecil rongganya semakin lambat alirannya. Jika rongganya sangat kecil, akan mengakibatkan molekul air akan tetap tinggal. Kejadian semacam ini terjadi pada lempung. Secara kuantitatif permeabilitas diberi batasan dengan koefisien permeabilitas. Banyak peneliti telah mengkaji problema permeabilitas dan mengembangkan beberapa rumus.

Porositas juga sangat berpengaruh pada aliran dan jumlah air tanah. Porositas adalah jumlah atau persentase pori atau rongga dalam total volume batuan atau sedimen. Porositas dapat di bagi menjadi dua yaitu porositas primer dan porositas sekunder. Porositas primer adalah porositas yang ada sewaktu bahan tersebut terbentuk sedangkan porositas sekunder di hasilkan oleh retakan-retakan dan alur yang terurai. Pori-pori merupakan ciri batuan sedimen klastik dan bahan butiran lainnya. Pori berukuran kapiler dan membawa air yang disebut air pori. Aliran melalui pori adalah laminer. Kapasitas penyimpanan atau cadangan air suatu bahan ditunjukkan dengan porositas yang merupakan nisbah volume rongga (Vv) dengan volume total batuan (V ), yang dirumuskan sebagai berikut:

n = Vv X 100 % V

Di mana: n = persen porositas (%) Vv = volume rongga (cm3)

V = volume total batuan (gas, cair, dan padat (cm3)

Porositas merupakan angka tak berdimensi biasanya diwujudkan dalam bentuk %. Umumnya untuk tanah normal mempunyai porositas berkisar antara 25 % sampai 75 % sedangkan untuk batuan yang terkonsolidasi (consolidated rock) berkisar antara 0 sampai 10 %. Material dengan diameter kecil mempunyai porositas besar, hal ini dapat dilihat dari diameter butiran material. Hal ini dapat dilihat dengan besarnya porositas untuk jenis tanah di bawah ini:

a. Kerikil → porositas berkisar antara 25 – 40 % b. Pasir → porositas berkisar antara 25 – 50 %

(17)

c. Lanau → porositas berkisar antara 35 – 50 % d. Lempung → porositas berkisar antara 40 – 75 %

Tanah berbutir halus mempunyai porositas yang lebih besar dibandingkan dengan tanah berbutir kasar. Porositas pada material seragam lebih besar dibandingkan material beragam (well graded material).

Gambar 13. Permeabilitas dan Porositas

Table 1. Porositas pada macam-macam batuan

No Batuan Porositas (%) 1. Tanah 50 – 60 2. Lempung 45 – 55 3. Lumpur 40 – 50 4. Pasir kasar 35 – 40 5. Pasir sedang 30 – 40

6. Pasir halus dan sedang 30 – 35

7. Kerikil 30 – 40

8. Kerikil dan batu pasir 20 – 35

9. Batu pasir 10 – 20

10 Shale 1 – 10

11 Batu gamping 1 – 10

(18)

Lempung mempunyai kerapatan porositas yang tinggi sehingga tidak dapat meloloskan air, batuan yang mempunyai porositas antara 5 – 20 % adalah batuan yang dapat meloloskan air dan air yang melewatinya dapat ditampung (Wuryantoro, 2007).

2.4 Kondisi Hidrogeologi Kota Banjarbaru

Hidrogeologi adalah ilmu mengenai air tanah dengan penekanan pada aspek geologinya (batuan dan sikapnya terhadap air). Sumber air tanah yang terdapat di Banjarbaru terletak di bank BNI di Jalan Ahmad Yani dan terus mengalir sampai ke daerah Amaco. Sumber air tanah dan kedalaman akuifer di Banjarbaru berada di kawasan yang tidak mempunyai air permukaan. Jika di suatu daerah ada air permukaannya, baik itu rawa, sungai, danau, laut, dan sebagainya, maka air tanah tidak terdapat di kawasan itu. Hal ini dikarenakan air tanah memiliki gua dibawah tanahlah itu adalah air tanah yang mengalir di bawah tanah. Secara umum air tanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu celah yang sangat kecil dan atau melalui butiran antar batuan (Model aliran air tanah melewati rekahan dan butir batuan), batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan airtanah ini kita sebut dengan akifer.

Secara Topografi Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru terletak pada wilayah memiliki ketinggian antara 0 – 10 m, sedangkan wilayah bagian Selatan memiliki ketinggian antara 11 – 130 m dari permukaan laut. Dari hasil pengukuran memberikan gambaran bahwa dugaan akuifer berada pada kedalaman dangkal 10-30 meter dari permukaan yang terdiri atas lapisan pasir, akuifer dalam pertama berada pada kedalaman 20 hingga 60 meter, dan akuifer yang lebih dalam lagi diduga terdapat pada kedalaman 40 hingga kedalaman 100 meter yang terdiri atas lapisan pasir tufaan. Ketebalan lapisan akuifer bervariasi bergantung pada topografi permukaan dan lapisan kedap air di bawah lapisan akuifer dengan kecenderungan semakin menebal ke bagian bawah. Dengan estimasi luas daerah yang terlingkupi survey penelitian yakni sebesar 280.000 meter persegi, dan ketebalan rata-rata akuifer sebesar 30 meter (Fatur, 2009).

Kota Banjarbaru masih terdapat potensi kedalaman akuifer produktif (45%), akuifer produktif sedang (50%) dan akuifer produktif kecil (5%). Untuk memenuhi kebutuhan air yang mencapai 100 l/det. Debit air tanah adalah antara 5

(19)

–10 l/det. Karakteristik air tanah pada kedalaman antara 40-70 m dibawah permukaan tanah secara alamiah menunjukan kadar khlorida rendah (Laboratorium Dinas Kesehatan Kab. Banjar, 2003). Sumber air baku diambil dari sumur bor dalam dengan jumlah 8 unit dengan kapasitas masing-masing sebesar 12,5 l/dt sehingga total semuanya berjumlah 100 l/dt. Pada saat ini kondisi ke delapan sumur bor tersebut yang berfungsi dan masih dioperasikan berjumlah 2 unit dengan kapasitas 10 l/dt. Hal ini dikarenakan debitnya yang terus menurun (Sabella, 2009).

Drainase di Kota Banjarbaru tergolong baik, secara umum tidak terjadi penggenangan. Namun ada daerah yang tergenang periodik yaitu tergenang kurang dari 6 (enam) bulan, terdapat di Kecamatan Landasan Ulin yang merupakan peralihan daerah rawa (persawahan) di Kecamatan Gambut dan Aluh-Aluh. Demikian juga dengan ketersediaan air bersih yang semakin langka. Hal inilah yang mengakibatkan orang mulai mencari alternatif lain untuk menggunakan air bawah tanah. Misalnya kita ambil suatu wilayah di landasan ulin. Untuk itu kita harus mengetahui pergerakan atau aliran air tanah. Ini sangat penting karena ini menentukan suatu daerah kaya dengan air tanah atau tidak. Akan tetapi tidak seluruh daerah memiliki potensi air tanah alami yang baik. Model aliran air tanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan air tanah atau sering juga disebut sebagai daerah imbuhan air tanah (recharge zone). Misalnya di daerah landasan ulin yang mencakup luasan Bandara Syamsudin Noor sampai daerah Pleihari, Bati-bati dan sekitarnya. Disini terdapat banyak jenis tanah yang memiliki kandungan batuan, bentuk serta struktur yang beragam. Kita dapat mengeksplorasi air tanah di landasan ulin dengan cara mengetahui ciri-ciri suatu kawasan yang memiliki air tanah. Misalnya untuk air tanah bebas (akuifer tak tertekan). Titik pengambilan contoh air tanah bebas dapat berasal dari sumur gali dan sumur pantek atau sumur bor dengan penjelasan sebagai berikut: a) di sebelah hulu dan hilir sesuai dengan arah aliran air tanah dari lokasi yang akan di pantau; b) di daerah pantai dimana terjadi penyusupan air asin dan beberapa titik ke arah daratan, bila diperlukan; c) tempat-tempat lain yang dianggap perlu tergantung pada tujuan pemeriksaan (Jayadi, 2009).

(20)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang di dapat dari pembuatan laporan ini adalah :

1. Air tanah dapat didefinisikan sebagai semua air yang terdapat dalam ruang batuan dasar atau regolith. Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Noer Aziz, 2000:81).

2. Aquifer adalah formasi geologi atau grup formasi yang mengandung air dan secara signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi alaminya. Batasan lain yang digunakan adalah reservoir air tanah, lapisan pembawa air. Contoh : pasir, kerikil, batupasir, batugamping rekahan.

3. Aquiclude adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi dalam kondisi alami tidak mampu mengalirkannya. Untuk keperluan praktis, aquiclude dipandang sebagai lapisan kedap air. misalnya lempung, serpih, tuf halus, lanau.

4. Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak mampu mengalirkan air. misalkan batuan kristalin, metamorf kompak. misalnya lempung pasiran (sandy clay).

5. Aquitard adalah formasi geologi yang semikedap, mampu mengalirkan air tetapi dengan laju yang sangat lambat jika dibandingkan dengan akuifer. Meskipun demikian dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu membawa sejumlah besar air antara akuifer yang satu dengan lainnya. 6. Berdasarkan litologinya, akuifer dibagi menjadi 4 macam, yaitu : akuifer

bebas, akuifer tertekan, akuifer bocor dan akuifer melayang.

7. Permeabilitas merupakan kemampuan batuan atau tanah untuk melewatkan atau meloloskan air. Sedangkan porositas adalah jumlah atau persentase pori atau rongga dalam total volume batuan atau sedimen.

8. Secara Topografi Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru terletak pada wilayah memiliki ketinggian antara 0 – 10 m, sedangkan wilayah bagian Selatan memiliki ketinggian antara 11 – 130 m dari permukaan laut. Dari

(21)

hasil pengukuran memberikan gambaran bahwa dugaan akuifer berada pada kedalaman dangkal 10-30 meter dari permukaan yang terdiri atas lapisan pasir, akuifer dalam pertama berada pada kedalaman 20 hingga 60 meter, dan akuifer yang lebih dalam lagi diduga terdapat pada kedalaman 40 hingga kedalaman 100 meter yang terdiri atas lapisan pasir tufaan. Ketebalan lapisan akuifer bervariasi bergantung pada topografi permukaan dan lapisan kedap air di bawah lapisan akuifer dengan kecenderungan semakin menebal ke bagian bawah. Dengan estimasi luas daerah yang terlingkupi survey penelitian yakni sebesar 280.000 meter persegi, dan ketebalan rata-rata akuifer sebesar 30 meter

3.2 Saran

Pemanfaatan sumber air tanah dengan bijak khususnya akuifer hendaknya digunakan dengan sebaik-baiknya, agar keberadaan air tanah tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup untuk masa yang akan datang.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2009. Penurunan Muka Air Tanah Terhadap Faktor Tektonik.

http://www.snapdrive.net/files/578108/Hidrogeologi/Penurunan%20Muka %20Air%20Tanah%20Terhadap%20Faktor%20Tektonik.doc

diakses tanggal 30 November 2009 Anonim2. 2009. Akuifer.

http://randyweblog.blogspot.com/search/akuifer/hidrogeology.html

diakses tanggal 6 Desember 2009

Anonim3. 2008. Laporan Akhir Atlas Pesisir Utara Jawa Barat.

http://www.bapeda-jabar.go.id/docs/perencanaan/20080603_115936.pdf

diakses tanggal 6 Desember 2009

Fatur. 2009. Sumber Air Tanah dan Kedalaman Akuifer di Banjarbaru.

http://bagibagiinformasi.blogspot.com/2009/04/sumber-air-tanah-dan-kedalaman-akuifer.html

diakses tanggal 30 November 2009

Iskandarsyah, T. Yan W. M. 2008. Aplikasi Geologi Tata Lingkungan Untuk Daerah Pertambangan.

http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/padresources/Mak alah-GTL%20Pertambangan.pdf

diakses tanggal 6 Desember 2009

Sabella, Billy. 2009. Mari Belajar Lahan Basah.

http://billysabella.blogspot.com/2009/04/tugas-lahan-basah-patotok.html

(23)

Wuryantoro. 2007. Aplikasi Metode Geolistrik Tahanan Jenis Untuk Menentukan Letak dan Kedalaman Aquifer Air Tanah (Studi Kasus di Desa Temperak Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang Jawa Tengah).

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH0174/3ff6b e90.dir/doc.pdf

diakses tanggal 6 Desember 2009

Jayadi, Ishak. 2009. Air Tanah di Kalimantan Selatan Terkhusus Daerah Banjarbaru dan Sekitarnya.

http://chakylaba.blogspot.com/2009/04/air-tanah-di-kalimantan-selatan.html

Gambar

Gambar 1. Simulasi terbentuknya air tanah
Gambar 2. Lapisan permeable dan impermeable
Gambar 4. Diagram memperlihatkan posisi relatif beberapa istilah yang berkaitan dengan air bawah permukaan.
Gambar 6. Lapisan Pembawa Air Berdasarkan Sifatnya
+6

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan alokasi air bawah tanah yang dapat dimanfaatkan dengan empat cara alternatif, meliputi penurapan mata air, pembuatan sumur bor, sumur pasak, dan sumur

BUKU PUTIH SANITASI Profil Sanitasi Kota Mataram 44 Akses masyarakat pada sumber air tanah yang menggunakan sistem penyediaan air bersih non perpipaan (sumur

Permasalahan alokasi air bawah tanah yang dapat dimanfaatkan dengan empat cara alternatif, meliputi penurapan mata air, pembuatan sumur bor, sumur pasak, dan sumur

Penelitian dilakuk- an dengan mengambil air sampel pada 100 ti- tik di beberapa sumur gali maupun sumur bor yang tersebar pada akuifer dangkal dan dalam di 5 Kecamatan yang ada

Hasil pengamatan posisi geografis, kedalaman sumur, elevasi sumur dan muka air tanah sumur bor/ gali pada masing masing kawasan penggunaan lahan di

Peta Lokasi Pumping Test Sumur Dalam Kota Denpasar (10 titik data primer dan 5 titik data sekunder) Sumber : Hasil pemetaan.. Peta Kontur Air Tanah Tertekan Kota Denpasar

terlihat bahwa air tanah yang bersifat asin berasal dari sistem akuifer tertekan atas dengan jarak dari pantai &lt; 3 km, yaitu pada conto air dari Kapuk dan Tongkol, sedangkan

Daerah Recharge dan Discharge Dari data sebaran sumur gali, sumur bor, mata air dan geolistrik pada Cekungan Air Tanah Batutua, penentuan daerah recharge dan discharge berdasarkan