ANALISIS INTRUSI AIR LAUT DENGAN DAYA HANTAR LISTRIK
PADA SUMUR GALI DAN SUMUR BOR
DI KECAMATAN DUMAI TIMUR KOTA DUMAI
Skripsi
Diajukan Oleh:
DERLINA SIMARMATA
NIM.060801053
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
▸ Baca selengkapnya: contoh proposal sumur bor pertanian
(2)PERSETUJUAN
Judul : ANALISIS INTRUSI AIR LAUT DENGAN DAYA HANTAR LISTRIK PADA SUMUR GALI DAN SUMUR BOR DI KECAMATAN DUMAI TIMUR KOTA DUMAI
Kategori : SKRIPSI
Nama : DERLINA SIMARMATA Nomor Induk Mahasiswa : 060801053
Program Studi : SARJANA (SI) FISIKA Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan,
Diketahui/Disetujui oleh Departemen Fisika FMIPA USU
Pembimbing I Pembimbing II
(Prof.Dr. Timbangen Sembiring, MSc ) ( TuaRaja Simbolon, SSi, MSi ) NIP. 196212231991031002 NIP. 197211152000121001
Departemen Fisika FMIPA USU Ketua
PERNYATAAN
ANALISIS INTRUSI AIR LAUT DENGAN DAYA HANTAR LISTRIK
PADA SUMUR GALI DAN SUMUR BOR DI KECAMATAN DUMAI TIMUR KOTA DUMAI
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.
Medan,
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya yang telah memberikan hikmat dan kesehatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi berjudul “Analisis Intrusi Air Laut Dengan Daya Hantar Listrik Pada Sumur Gali dan Sumur Bor di kecamatan Dumai Timur Kota Dumai ”, disusun untuk menyelesaikan Program Sarjana S-1 pada Departemen Fisika Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof.Dr.Timbangen Sembiring, M.Sc selaku dosen pembimbing I skripsi dan Bapak TuaRaja Simbolon SSi,MSi selaku dosen pembimbing II skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan.Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU, ketua dan sekretaris Departemen Fisika FMIPA USU Bapak DR. Marhaposan Situmorang dan Dra.Yustinon,MS beserta pegawai Departemen Fisika FMIPA USU.
Teristimewa kepada keluarga, Ayahanda H.Simarmata dan Ibunda terkasih N.br Manurung, Paman/ibu Sodikin Manurung, kak Deni Simarmata, bang Erlinton, bang Parlin Sibarani, bang Jenri Sagala, bang Todo Hutahaean, Bang Ando Sinaga, kak Yusni, kak Lasta, kak Ando, adek-adek saya : Elviana, Roni, Albert, Juliana, Hiras Sitanggang dan buat persahabatan terindah dari Trisnopensia serta teman-teman Fisika 06 lainnya, terimakasih atas doa dan dukungannya yang selalu memberikan doa dan semangat setiap kali penulis menemui kesulitan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan disebabkan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki.Namun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.Dan penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun peneliti selanjutnya.
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang penganalisaan tingkat intrusi air laut pada air bawah tanah melalui sumur bor dan sumur gali di Kecamatan Dumai Timur Kota Dumai. Untuk mengetahui tingkat intrusi air laut pada sumur bor dan sumur gali dilakukan dengan pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL) air sumur bor dan sumur gali.
Pengambilan sampel air laut, air sumur bor, dan sumur gali dimulai dari titik acuan dari garis pantai menuju titik air laut dan ke arah daratan yaitu pemukiman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor jarak sumur bor dan gali dari garis pantai, kedalaman sumur terhadap intrusi air laut pada air sumur bor dan gali, kandungan air sumur bor dan gali(TDS dan Klorida), dan suhu air sumur bor dan gali.
Dari analisis pengamatan dapat dilihat pada sumur bor nilai antara jarak dan kedalaman terhadap DHL berdasarkan perhitungan Statistik dengan metode analisa regresi linear berganda diperoleh Ŷ= 402,405+ 0,028X1- 9,835X2, dimana koefisien korelasinya adalah
1 076 ,
ANALYSIS OF SEAWATER INTRUSION BASED ON ELECTRICAL CONDUCTIVITY IN ARTESIAN WELLS AND DUG WELLS IN EASTERN
DUMAI, DUMAI CITY
ABSTRACT
A research of analyzing the level of sea water intrusion in underground water through artesian wells and dug wells in Eastern Dumai, Dumai City has been done. The level of seawater intrusion in artesian wells and dug wells was determined by measuring the electrical conductivity (EC) of water in both of these wells. Sampling of sea water, artesian wells water, and dug wells water was started from reference point in shoreline to the point of ocean and toward the settlement. The object of this research is to know the influence of some factors on sea water intrusion in artesian wells and dug wells. These factors are the distance of artesian wells and dug wells from shoreline, the depth of wells, the content of artesian wells water and dug wells water (TDS and Chloride), and the temperature of artesian wells water and dug wells water.
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Intisari v
Abstract vi
Daftar isi vii
Daftar tabel ix
Daftar gambar x
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1
1.2. Rumusan masalah 3
1.3. Batasan masalah 3
1.4. Tujuan penelitian 4
1.5. Manfaat penelitian 4
1.6. Sistematika penelitian 5
BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Air 6
2.1.1 Siklus hidrologi 8
2.1.2 Sifat-sifat air 2.2 Sumber-sumber air 9
2.2.1 Air laut 9
2.2.2 Air atmosfer 9
2.2.3 Air permukaan 9
2.2.4 Air tanah 10
2.2.4.1 Penyusutan air tanah 11
2.2.4.2 Kondisi air tanah 11
2.3 Mutu air tanah 12
2.3.1 Parameter fisika 12
2.3.2 Parameter kimia 15
2.3.3 Parameter mikrobiologi 16
2.3.4 Parameter radioaktivitas 16
2.4 Pencemaran air 17
2.5 Akifer 19
2.5.1. Porositas dan permeabilitas 20
2.6 Intrusi air laut ke akifer air tanah 21
2.6.1. Air tanah bebas di pantai 22
2.6.2. Air tanah terkekang di Pantai 24
2.7 Pengambilan air tanah melalui sumur 25
2.8 Konduktivitas larutan elektrolit 28
2.9 Gambaran umum lokasi penelitian 28
2.9.2 Dumai Timur 29
2.9.3 Iklim dan curah hujan 30
2.9.4 Morfologi dan topografi 30
2.9.5 Hidrologi 30
2.9.6 Geologi 30
2.9.7 Stratigrafi 31
BAB III Metodelogi penelitian 3.1 Alat dan bahan 32
3.1.1 Peralatan 32
3.1.2 Bahan-bahan 32
3.2 Teknik pengumpulan sampel 33
3.3 Prosedur penelitian 33
3.3.1 Penentuan DHL 33
3.3.2 Pengujian konsentrasi Klorida 34
3.3.3 Pengujian Total Dissolved Solid(TDS) 34
3.4 Teknik analisa data 35
3.4.1 Analisa model regresi linear berganda 35
3.4.2 Uji linearitas 36
3.4.5 Analisa air laut dan air sumur 37
3.5 Diagram alir penelitian 38
BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan 4.1 Hasil penelitian 39
4.1.1 Air laut 39
4.1.1.1 Pengukuran DHL air laut 39
4.1.1.2 Pengujian konsentrasi ion Klorida air laut 39
4.1.2 Air sumur bor 40
4.1.2.1 Pengukuran DHL air sumur bor 40
4.1.2.2 Pengukuran konsentrasiion Klorida 41
air sumur bor 4.1.2.3 Pengukuran Total Dissolved Solid(TDS) 42
air sumur bor 4.1.3 Air sumur gali 43
4.1.3.1 Pengukuran DHL air sumur gali 43
4.1.3.2 Pengukuran konsentrasi ion Klorida 44
air sumur gali 4.1.3.3 Pengukuran Total Dissolved Solid(TDS) 45
air sumur gali 4.2 Pembahasan 46
4.2.1 Perhitungan DHL pada suhu 250C 46
4.2.2 Pengklasifikasian intrusi air laut 48
pada sumur bor dan sumur gali 4.3 Analisa DHL air sumur bor 51
4.3.1 Analisa jarak, kedalaman terhadap DHL 51
4.3.2 Analisa konsentrasi Klorida, TDS air sumur bor 53 terhadap DHL air sumur bor
4.3.3 Analisa konsentrasi Klorida, TDS air sumur bor 54 terhadap DHL air sumurbor pada Grafik 3D
4.4 Analisa DHL air sumur gali 54 4.4.1 Analisa jarak terhadap DHL air sumur gali 54 4.4.2 Analisa kedalaman air sumur gali terhadap 55
DHL air sumur gali
4.4.3 Analisa suhu air sumur gali terhadap 55 DHL air sumur gali
4.4.4 Analisa Konsentrasi Cl air Sumur gali terhadap 56 DHL Air Sumur Gali
4.4.5 Analisa TDS air sumur gali terhadap 56 DHL air sumur gali
4.4.6 Analisa jarak, kedalaman terhadap DHL 57 air sumur gali
4.4.7 Analisa jarak, kedalaman terhadap DHL 58 air sumur gali
4.5 Analisa regresi linear berganda 58 pada sumur bor dan sumur gali
4.5.1 Hasil perhitungan untuk sumur bor 59 4.5.2 Hasil perhitungan untuk sumur gali 63
BAB V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 67
5.2 Saran 70
DAFTAR PUSTAKA 71
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi air berdasarkan Daya Hantar Listrik(DHL) 13
Tabel 2.2 Klasifikasi intrusi air laut berdasarkan konduktivitas listrik 14
Tabel 2.3 Klasifikasi air berdasarkan konsentrasi Klorida 15
Tabel 2.4 Kesadahan air 16
Tabel 2.5 Porositas dan permeabilitas rata-rata untuk berbagai bahan 21
Tabel 2.6 Perbedaan antara sumur dangkal dan sumur dalam 27
Tabel 4.1. Data pengukuran DHL air laut sebagai fungsi jarak 39
Tabel 4.2 Data pengukuran konsentrasi ion Klorida air laut 39
Tabel 4.3 Data pengukuran DHL air sumur bor 40
sebagai fungsi jarak dan kedalaman Tabel 4.4 Data pengukuran konsentrasi ion Klorida air sumur bor 41
Tabel 4.5 Data pengukuran TDS air sumur bor 42
Tabel 4.6 Data pengukuran DHL air sumur gali 43
sebagai fungsi jarak dan kedalaman Tabel 4.7 Data pengukuran konsentrasi ion Klorida air sumur gali 44
Tabel 4.8 Data pengukuran TDS air sumur gali 45
Tabel 4.9 Data hasil pengukuran Daya Hantar Listrik air laut pada suhu 25°C 46
Tabel 5 Data pengukuran DHL air sumur bor pada suhu 25°C 47
Tabel 5.1 Data pengukuran DHL air sumur gali pada suhu 25°C 48
Tabel 5.2 Klasifikasi intrusi air laut berdasarkan Daya Hantar Listrik (DHL) 49
Tabel 5.3 Klasifikasi intrusi air laut pada sumur bor berdasarkan Daya Hantar 49
Listrik (DHL). Tabel 5.4 Klasifikasi intrusi air laut pada sumur gali berdasarkan Daya 50
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Siklus hidrologi 7
Gambar 2.2 Akifer air tanah 20
Gambar 2.3 Hukum Herzberg pada air tanah tawar dan asin 22
dekat garis pantai Gambar 2.4 penerobosan air asin pada air terkekang 24
Gambar 2.5 Intrusi air laut ke Daratan 27
Gambar 3.1 Skema titik pengambilan sample penelitian 33
Gambar 4.1 Sistem kontur antara jarak sampel air sumur bor 51
dari garis pantai (m), kedalaman sumur bor(m) dengan DHL air sumur bor (µmho/cm,25°C) Gambar 4.2 Grafik 3D antara jarak sampel air sumur bor 52
dari garis pantai (m), kedalaman sumur bor(m) dengan DHL air sumur bor (µmho/cm,25°C). Gambar 4.3 Sistem kontur antara TDS air sumur bor dengan DHL air sumur bor 53
(μmho/cm, 25°C). Gambar 4.4 Grafik 3D antara konsentrasi Klorida, TDS air sumur bor 54
terhadap DHL air sumur bor (µmho/cm,25°C) Gambar 4.5 Grafik antara kedalaman sumur gali dengan DHL air sumur gali 55
(μmho/cm, 25°C) Gambar 4.6. Grafik antara suhu air sumur gali dengan DHL air sumur gali 55
(μmho/cm, 25°C) Gambar 4.7 Grafik antara konsentrasi Cl air sumur gali dengan DHL air sumur 56
gali(μmho/cm, 25°C) Gambar 4.8 Grafik antara TDS air sumur gali dengan DHL air sumur gali 56
(μmho/cm, 25°C) Gambar 5.0 Kontur antara jarak sampel air sumur gali dari 57
garis pantai (m), kedalaman sumur gali(m) dengan DHL air sumur gali (µmho/cm,25°C). Gambar 5.1 Grafik 3D antara jarak sampel air sumur Gali 58
dari garis pantai (m), kedalaman sumur gali (m) dengan DHL
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang penganalisaan tingkat intrusi air laut pada air bawah tanah melalui sumur bor dan sumur gali di Kecamatan Dumai Timur Kota Dumai. Untuk mengetahui tingkat intrusi air laut pada sumur bor dan sumur gali dilakukan dengan pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL) air sumur bor dan sumur gali.
Pengambilan sampel air laut, air sumur bor, dan sumur gali dimulai dari titik acuan dari garis pantai menuju titik air laut dan ke arah daratan yaitu pemukiman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor jarak sumur bor dan gali dari garis pantai, kedalaman sumur terhadap intrusi air laut pada air sumur bor dan gali, kandungan air sumur bor dan gali(TDS dan Klorida), dan suhu air sumur bor dan gali.
Dari analisis pengamatan dapat dilihat pada sumur bor nilai antara jarak dan kedalaman terhadap DHL berdasarkan perhitungan Statistik dengan metode analisa regresi linear berganda diperoleh Ŷ= 402,405+ 0,028X1- 9,835X2, dimana koefisien korelasinya adalah
1 076 ,
ANALYSIS OF SEAWATER INTRUSION BASED ON ELECTRICAL CONDUCTIVITY IN ARTESIAN WELLS AND DUG WELLS IN EASTERN
DUMAI, DUMAI CITY
ABSTRACT
A research of analyzing the level of sea water intrusion in underground water through artesian wells and dug wells in Eastern Dumai, Dumai City has been done. The level of seawater intrusion in artesian wells and dug wells was determined by measuring the electrical conductivity (EC) of water in both of these wells. Sampling of sea water, artesian wells water, and dug wells water was started from reference point in shoreline to the point of ocean and toward the settlement. The object of this research is to know the influence of some factors on sea water intrusion in artesian wells and dug wells. These factors are the distance of artesian wells and dug wells from shoreline, the depth of wells, the content of artesian wells water and dug wells water (TDS and Chloride), and the temperature of artesian wells water and dug wells water.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemanasan Global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan
temperatur global dari tahun ketahun karena terjadinya efek rumah kaca
(greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti CFC, CO2,
dan Dinitrooksida(N2O) yang mengakibatkan dampak luas bagi lingkungan biogeofisik
seperti pelelehan es dikutub(kenaikan muka air laut). Kenaikan muka air laut secara umum
akan mengakibatkan terjadinya intrusi air laut. Intrusi air laut juga dipicu oleh terjadinya
land subsidence akibat penghisapan air tanah secara berlebihan melalui sumur gali dan
sumur bor.
Penggunaan air tanah sebagai sarana kehidupan semakin meningkat terutama untuk
kebutuhan pokok dan sanitasi umat manusia, misalnya kepentingan air minum, kebutuhan
rumah tangga, produksi berbagai barang industri, serta untuk produksi makanan, irigasi
dan serat kain. Karena air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan
umat manusia dan mahkluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tidak akan dapat
tergantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan manusia membutuhkan air
(Achmad, 2004).
Peningkatan pemanfaatan air tanah ini dapat kita jumpai pada daerah-daerah dekat
pantai dan daerah dimana sarana Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM) yang sangat
terbatas.
Kota Dumai adalah termasuk daerah dekat pantai yang merupakan kota yang sangat
cepat perkembangannya. Secara geografis kota Dumai terletak pada posisi antara
101023’37’’ – 101028’13’’ Lintang Utara dan 1023” – 1024’23” Bujur Timur dengan luas
1.727,385km2. Dengan ketinggian tiga meter dari permukaan laut. Daerah Dumai
merupakan daerah yang berpenduduk padat dengan populasi 262.111 jiwa dengan
kepadatan penduduk sebesar 51,95/km2. Lahan yang tertutupi bangunan lebih banyak
dibandingkan lahan terbuka. Di samping itu, kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga
sehingga masyarakat banyak menggunakan air dari sumur gali dan sumur bor untuk
memenuhi kebutuhannya yang harganya jauh lebih murah.
Tetapi penyedotan air tanah secara terus menerus tanpa memperhatikan daya
dukung lingkungannya dapat menyebabkan permukaan air tanah melebihi daya produksi
dari suatu akifer(lapisan pembawa air) yang dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap
sumber air bawah tanah berupa intrusi air laut.
Perembesan air laut menjadi persoalan serius dipemukiman penduduk didekat
pantai seperti Jakarta, Semarang, Medan, dan Dumai. Di Jakarta persoalan ini terus
berlangsung dan semakin menjadi lebih berat dan harus diupayakan pemecahannya.
Pada Tahun 1988 intrusi air laut telah merambah kebagian kota Jakarta sejauh 2 - 3
km, dipastikan saat sekarang intrusi air laut ini lebih jauh dibandingkan dengan yang
terjadi pada tahun 1988 (Kodoatie, 1996).
Sehubungan dengan hal di atas, penelitian seperti ini sebelumnya pernah dilakukan
didaerah Kawasan Industri Medan(KIM) Belawan, Hamparan Perak dan Pantai Cermin
yang menunjukkan bahwa semua daerah yang diteliti telah mengalami intrusi air laut.
Karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang sama pada daerah yang
berbeda yaitu kota Dumai-Riau, dengan Judul ”Analisis intrusi air laut dengan Daya
Hantar Listrik pada sumur gali dan sumur bor di Kecamatan Dumai Timur Kota
Dumai”. Dalam upaya untuk mengetahui sejauh mana intrusi air laut akibat penyedotan air
bawah tanah disekitar garis pantai dengan Daya Hantar Listrik(DHL) pada sumur gali dan
sumur bor, jika lebih dari 200µmho/cm, pada Temperatur 25°C berarti sudah terjadi intrusi
1.2. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini memiliki rumusan masalah yang akan diteliti, antara lain:
1. Bagaimana pengaruh pencemaran air laut pada air sumur gali dan sumur bor di
kecamatan Dumai Timur kota Dumai.
2. Apakah Daya Hantar Listrik berpengaruh terhadap kedalaman air sumur dan jarak
sumur dari garis pantai.
1.3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan bagaimana terjadinya intrusi air laut terhadap air bawah tanah
2. Mengukur Daya Hantar Listrik air sumur gali dan sumur bor
3. Mengukur Daya Hantar Listrik air laut murni dari garis pantai
4. Membahas parameter-parameter yang mempengaruhi Daya Hantar Listrik air sumur
gali dan sumur bor di Kecamatan Dumai Timur yang terintrusi air laut, meliputi:
• Kedalaman sumur gali dan sumur bor
• Jarak sumur gali dan sumur bor kegaris pantai
• TDS(Total Dissolved Solid) air sumur gali dan sumur bor
• Kandungan air sumur (Cl, Na, dan Fe)
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan memilki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui intrusi air sumur gali dan sumur bor di Kecamatan Dumai
Timur Kota Dumai, dan layak tidaknya air sumur gali dan sumur bor untuk
dikonsumsi.
2. Untuk mengetahui pengaruh kedalaman dan jarak sumur dari garis pantai terhadap
Daya Hantar Listrik.
3. Untuk mengetahui TDS(Total Dissolved Solid), suhu, dan kandungan air sumur gali
dan sumur bor terhadap Daya Hantar Listrik.
4. Untuk mengetahui Daya Hantar Listrik air sumur gali dan sumur bor di Kecamatan
Dumai Timur Kota Dumai.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan memiliki banyak manfaat, antara lain:
1. Sebagai informasi bagi masyarakat Dumai dalam pemakaian sumur gali dan bor
untuk mendapatkan air yang bersih.
2. Sebagai informasi kepada instansi yang terkait terutama Dinas Kesehatan dan
Pemerintah Daerah dalam pemakaian air sumur dan penyediaan sarana air bersih
bagi penduduk Dumai .
3. Memperoleh informasi mengenai hubungan antara Daya Hantar Listrik terhadap
Kedalaman sumur gali dan sumur bor, jarak sumur dari garis pantai yang jadi
indicator kualitas air bersih, TDS air sumur, kandungan air sumur gali dan sumur bor.
1.6. Sistematika Penulisan
Urutan penulisan dalam skripsi ini dipaparkan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tempat
penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini merupakan landasan teori yang menjadi acuan untuk proses
pengambilan data, analisa data, dan pembahasan.
BAB III Metodologi penelitian
Bab ini membahas tentang peralatan , bahan, diagram alir dan
prosedur kerja.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini merupakan pengolahan analisa data yang berisi tentang
pengolahan data hasil pengamatan dan analisa data penelitian.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini merupakan penutup yang memuat kesimpulan hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup dibumi
ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Mengingat
pentingnya peran air, sangat diperlukan adanya sumber air yang dapat menyediakan air
yang baik dari segi kuantitas dan kualitasnya.
Secara global kuantitas air di bumi ini relatif tetap, sedangkan kualitasnya makin
hari semakin menurun. Kuantitas dan kualitas air yang dibutuhkan manusia merupakan
faktor penting yang menentukan kesehatan hidup. Air yang digunakan manusia adalah air
permukaan tawar dan air tanah murni. Di Indonesia , umumnya sumber air minum berasal
dari air permukaan(surface water), air tanah(ground water), dan air hujan. Pada daerah
kering sebagian kebutuhan airnya berasal dari lautan, suatu sumber yang akan menjadi
penting setelah persediaan air tawar dunia relative berkurang dibandingkan kebutuhan
(Achmad, 2004).
Dari sekitar 1.386 juta km3 air yang ada di bumi, sekitar 1.337 juta km3 atau
97,39% berada di samudera dan lautan, dan hanya sekitar 35 juta km3 (2,35%) berupa air
tawar di daratan, dan sisa nya dalam bentuk gas/uap (Suripin, 2001).
2.1.1. Siklus hidrologi
Lingkungan air disebut juga Hidrosfir. Lingkungan air sangat erat kaitannya dengan
manusia. Sekalipun air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan
bersirkulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus
hidrologi.
Secara umum siklus hidrologi di mulai dari lautan dan dapat diterangkan sebagai
berikut; air menguap akibat panasnya matahari. Penguapan ini terjadi pada air permukaan,
air yang berada di dalam lapisan tanah bagian atas(evaporasi), air yang ada didalam
atmosfir. Didalam atmosfir uap ini akan menjadi awan, dan dalam kondisi cuaca tertentu
dapat mendingin dan berubah bentuk menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali
kepermukaan bumi sebagai hujan. Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk
kedalam permukaan(runoff), ada yang meresap kedalam tanah(perkolasi) dan menjadi air
tanah, baik yang dangkal maupun yang dalam dan ada juga yang diserap oleh tumbuhan.
Air tanah akan timbul kepermukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air
permukaan bersama-sama dengan air tanah dangkal dan air yang berada dalam tubuh akan
menguap kembali menjadi awan, maka siklus hidrologis akan kembali berulang
(Mulia, 2005).
Seperti yang telah diterangkan di atas, siklus hidrologi yang kontinu antara air laut
dan air daratan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.1. Siklus Hidrologi
2.1.2. Sifat – sifat air
Menurut waktu dan tempat, air berubah kedalam tiga bentuk/ sifat yakni air sebagai bahan
padat, air sebagai cairan dan air sebagai uap seperti gas. Air mempunyai volume yang
minimum pada suhu 4°C. lebih rendah dari 4°C, volume air menjadi agak besar.
Pada pembekuan, volume es menjadi 1/11 kali lebih besar dari volume air semula.
Mengingat es mengambang di permukaan air (karena es lebih ringan dari air), maka
keseimbangan antara air dan es dapat dipertahankan oleh pembekuan dan pencairan. Jika
es lebih berat dari air, maka es itu akan tenggelam ke dasar laut atau danau dan makin lama
makin menumpuk yang akhirnya akan menutupi seluruh dunia.
Air mempunyai kapasitas menahan panas(heat holding capacity) yang sangat besar,
demikian juga air dapat dengan mudah melarutkan banyak bahan.
Sifat-sifat fisik air antara lain:
• Titik beku 0°C
• Massa jenis es( 0°C) 0,92 gr/cm3
• Massa jenis air( 0°C) 1,00 gr/cm3
• Panas lebur 80 kal./gr
• Titik didih 100°C
• Panas penguapan 540 kal./gr
• Temperatur kritis 347°C
• Tekanan kritis 217 Atm
• Konduktivitas listrik spesifik(25°C) 1x 10-17/ohm-cm
• Konstanta dielektrik(25°C) 78
Air laut mempunyai titik beku(-1,9°C), massa jenis air tawar terbesar pada 4°C,
sedangkan air laut(kadar garam 3%) mempunyai massa jenis terbesar pada(-3,5°C)
2.2. Sumber – sumber air
2.2.1. Air laut
Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam
air laut 3%, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.
2.2.2. Air atmosfir
Air hujan merupakan jenis air yang paling murni. Namun saat air hujan turun ke bumi, air
hujan akan melarutkan partikel-partikel debu dan gas yang terdapat dalam udara. Dengan
demikian air hujan yang sampai di permukaan bumi sudah tidak murni
(Chandra, 2007).
Air hujan jumlahnya sangat terbatas, dipengaruhi oleh musim, jumlah, intensitas
dan distribusi hujan. Air hujan juga dipengaruhi oleh letak geografis suatu daerah dan
lain-lain. Kualitas air hujan sangat dipengaruhi oleh kualitas udara atau atmosfir di daerah
tertentu yang berbeda-beda sesuai dengan alam, kondisi aktivitas manusia yang berbeda di
sekitarnya (Suripin, 2001).
Untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu
menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan turun. Karena masih mengandung
banyak kotoran, misalnya pengotoran udara yang disebabkan oleh industri/debu dan gas.
Air hujan mempunyai sifat yang agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur yang
dapat mempercepat terjadinya korosi(karatan) dan air hujan juga mempunyai sifat yang
lunak.
2.2.3. Air permukaan
Air permukaan berasal dari aliran langsung air hujan, lelehan salju, dan aliran yang berasal
dari air tanah. Yang termasuk air permukaan adalah air sungai, rawa-rawa, danau, dan
waduk (Suripin, 2001).
Kualitas air permukaan tergantung dari daerah yang dilewati oleh aliran air. Pada
umumnya, kekeruhan air permukaan cukup tinggi karena banyak mengandung lempung
substansi organik. Sehingga ciri air permukaan yaitu melebihi padatan terendap
kandungan bahan terendap dan bahan tersuspensi tersebut maka kualitas air sungai relatif
lebih rendah daripada kualitas air danau, pond, rawa, dan reservoar. Air permukaan
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, setelah melalui proses tertentu.
2.2.4. Air tanah
Air tanah(ground water) adalah air yang bergerak dalam tanah, terdapat diantara
butir-butir tanah atau dalam retakan bebatuan. Air tanah lebih banyak tersedia daripada air
hujan. Ciri-ciri air tanah yaitu memiliki suspended solids rendah dissvolved solids tinggi.
Dengan demikian maka permasalahan pada air tanah yang mungkin timbul adalah
tingginya angka kandungan Total Dissvolved Solids(TDS), besi, mangan, kesadahan. Air
tanah dapat berasal dari mata air di kaki gunung, atau sepanjang aliran sungai atau berasal
dari air tanah dangkal dengan kedalaman antara 15 - 30 meter, yaitu berupa air sumur gali,
sumur bor tangan, atau bahkan terkadang mencapai lebih dari 100 meter.
Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan membuat
sumur gali(dug wells) dengan kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan air tanah.
Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas, dan yang diambil adalah
air tanah dangkal.
Air tanah terbagi menjadi 3 bagian antara lain:
a. Air tanah dangkal terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari permukaan
tanah. Air tanah dangkal dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui
sumur-sumur dangkal. Air sumur-sumur dangkal ini terdapat pada kedalaman 15 – 30meter.
Sebagai air minum, air tanah dangkal dari segi kualitas agak baik. Kuantitas
kurang cukup dan tergantung musim.
b. Air tanah dalam
Air tanah dalam dalam terdapat setelah rapat air yang pertama. Pengambilan air
tanah dalam tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan
bor memasukkan pipa kedalamnya sehingga kedalaman antara 100 – 300meter
akan didapat lapisan air. Kualitas air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air
c. Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata
air berasal dari tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas nya
sama dengan keadaan air dalam (Sutrisno, 1987).
2.2.4.1. Penyusutan air tanah
Air tanah empat puluh kali lebih banyak dari air tawar di permukaan. Di Indonesia
kebutuhan air tawar untuk kota-kota dan desa-desa masih lebih banyak dicukupi oleh air
air tanah. Sumber air tanah dapat terisi ulang, tetapi prosesnya sangat lambat. Kini
pengambilan air tanah lebih banyak dari pengisian ulang alami, mengakibatkan perubahan
lahan dan subsidensi serta susupan air asin lebih jauh kedaratan di Kota-kota dekat pantai
(Mulyanto, 2007).
2.2.4.2. Kondisi air tanah
Jika air tanah yang dipompa melebihi besarnya pengisian kembali(recharge), maka akan
terjadi pengurangan volume air tanah yang ada. Berkurangnya volume air tanah akan
kelihatan dalam bentuk penurunan permukaan air tanah atau penurunan tekanan air tanah
secara terus menerus yang dapat mengakibatkan penerobosan air laut(air asin) ke dalam air
tanah. Penerobosan air asin kedalam air tanah mengakibatkan air sumur tidak dapat
digunakan untuk kebutuhan air minum, sehingga dapat menimbulkan problem sosial yang
besar bagi penduduk sekitarnya(Sosrodarsono dan Takeda, 1993).
Penyadapan air dari dalam tanah dengan laju yang melebihi pemulihannya akan
mengakibatkan turunnya permukaan air tanah serta meningkatkan biaya pemompaan
(Linsley dan Franzini, 1991).
Akan tetapi penurunan permukaan tanah atau penerobosan air asin tidak seluruhnya
diakibatkan oleh pemompaan yang berlebihan, kejadian-kejadian tersebut mempunyai
hubungan yang erat dengan kondisi geologi di lokasi air tanah dan jenis air tanah di daerah
2.3. Mutu air tanah
Mutu air tanah dari suatu tempat ke tempat lain sangat beragam tergantung dari jenis
batuan, dimana air itu meresap, mengalir dan berakumulasi, serta kondisi lingkungan.
Dalam Peraturan Pemerintah R.I. No. 82 Tahun 2001, mutu air ditetapkan melalui
pengujian parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi dan parameter
radioaktivitas.
2.3.1. Parameter fisika
1. TDS(Total dissolved solid)
Tubuh kita terdiri dari 80% air, maka air memiliki peranan yang sangat penting
untuk menjaga kesehatan. Banyak diantara kita hanya mengetahui bahwa air yang
layak konsumsi adalah air yang bebas bakteri dan virus, padahal kualitas air yang
layak konsumsi lebih dari itu. Salah satu faktor yang sangat penting dan
menentukan bahwa air yang layak konsumsi adalah kandungan TDS
(Total Dissolved Solids) atau kandungan unsur mineral dalam air.
TDS adalah banyaknya total bahan-bahan padatan yang terlarut dalam
suatu larutan(diameter < 10-6) dan koloid(diameter 10-6 – 10-3 mm) yang berupa
senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, misalnya zat kapur, besi, timah,
magnesium, tembaga, sodium, chloride, dan chlorine. Umumnya berdasarkan
definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air(larutan) harus dapat melewati
saringan yang berdiameter < 10-6 dan koloid berdiameter 10-6 – 10-3 mm. Bila
TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Kesadahan yang tinggi dapat
mengakibatkan terjadinya endapan / kerak pada sistem perpipaan (Mulia, 2005).
Menurut standar WHO, air minum yang layak dikonsumsi memiliki kadar
TDS <100 ppm(parts per million), sedangkan menurut DEPKES RI melalui
PERMENKES 907/Menkes/SK/VII/2002 standart TDS maksimum adalah
2. Temperatur
Selain itu juga air tidak boleh memiliki perbedaan temperatur yang mencolok
dengan udara sekitar(udara ambien). Di Indonesia, temperatur air minum idealnya
kurang lebih 3°C, dari temperatur udara air yang secara mencolok mempunyai
temperatur diatas atau dibawah udara berarti mengandung zat-zat tertentu
(misalnya fenol yang terlarut) atau sedang terjadi proses biokimia yang
mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.
Temperatur sangat bergantung pada tempat dimana air tersebut berada, misalnya di
pegunungan temperatur air akan lebih dingin dibandingkan temperatur air di laut.
3. Daya Hantar Listrik(DHL)
Konduktivitas air bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya dan
mobilitas ion-ion tersebut. Satuannya adalah(μmho/cm, 25°C). Konduktivitas
bertambah dengan jumlah yang sama dengan bertambahnya salinitas. Secara
umum, faktor yang paling dominan dalam perubahan konduktivitas air adalah
temperatur. Untuk mengukur konduktivitas digunakan Konduktivitimeter.
Berdasarkan harga DHL, jenis air juga dapat dibedakan harga pengukuran daya
hantar listrik dalam μmho/cm pada temperatur 25°C menunjukkan klasifikasi air
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi air berdasarkan Daya Hantar Listrik (DHL)
No DHL(μmho/cm, 25°C) Klasifikasi
1 0,055 Air Murni
2 0,5-5 Air Suling
3 5-30 Air Hujan
4 30-200 Air Tanah
5 45000-55000 Air Laut
Berdasarkan batas konduktivitas listrik klasifikasi intrusi air laut dapat juga
dibedakan yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.2. Klasifikasi Intrusi Air Laut Berdasarkan Konduktivitas Listrik
No. Batas Konduktivitas (μmho/cm, 25°C) Klasifikasi Intrusi
1. ≤ 200,00 Tidak Terintrusi
2. 200.01 – 229,24 Terintrusi sedikit
3. 229,25 – 387,43 Terintrusi sedang
4. 387,44 – 534,67 Terintrusi agak tinggi
5. ≥ 534,67 Terintrusi tinggi
Sumber : Davis dan Wiest, 1996
3. Bau dan rasa
Air yang baik idealnya tidak berbau dan tidak berasa. Bau air dapat disebabkan
oleh bahan-bahan kimia terlarut, ganggang, plankton, tumbuhan air dan hewan air,
atau proses penguraian bahan organik yang terdapat di dalam air. Secara fisika, air
bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukan
air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang
larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun
asam anorganik.
4. Kekeruhan
Air yang mengandung material kasat mata dalam larutan disebut keruh. Air yang
baik idealnya harus jernih. Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran
koloid dari tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.
Disamping itu air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba patogen dapat
terlindung oleh partikel tersebut. Kekeruhan air minum dibatasi tidak lebih dari
2.3.2. Parameter kimiawi
1. Klorida( Cl )
. Klorida adalah merupakan anion pembentuk Natrium Klorida yang menyebabkan
rasa asin dalam air bersih(air sumur). Kadar klorida pada sampel air dengan
menggunakan metode Argentometri di dapatkan nilai kadar klorida 9,10 mg/liter,
dan telah memenuhi persyaratan kualitas air minum. Sesuai dengan Permenkes, R.I
No. 907/ Menkes/ SK/ VII/ 2002, sebagaimana kadar maksimal Klorida yang
diperbolehkan untuk air minum adalah 250 mg/ liter.
Tabel 2.3. Klasifikasi air berdasarkan konsentrasi klorida
No Konsentrasi Cl (mg/l) Klasifikasi
1 0 – 200 Air murni
2 201 – 600 Air suling
3 > 600 Air asin
Sumber: Davis dan Wiest, 1996
2. pH( Keasaman)
Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam atau basa.
Contoh air yang terasa asam adalah air gambut. Air murni mempunyai pH = 7.
Air dengan pH diatas 7 bersifat asam, dan pH lebih kecil dari 7 bersifat basa
(rasanya pahit). Nilai pH dapat diukur dengan potensiometer, yang mengukur
potensi listrik yang dibangkitkan oleh ion-ion H+. Air yang tercemar memiliki pH
yang sangat asam atau pH cendrung basa.
3. Alkalinitas
Banyak air bersifat alkaline karena garam-garam alkaline sangat umum berada di
tanah. Alkalinitas dinyatakan dalam mg/lt ekivalen Kalsium Karbonat. Ketidak
murnian air diakibatkan adanya Karbonat dan Bikarbonat dari Kalsium, Sodium,
4. Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tetentu di dalam air, umumnya
Ion Kalsium(Ca), dan Magnesium(Mg) dalam bentuk garam Karbonat. Air sadah
juga merupakan air yang memiliki kadar mineral yang tinggi. Air dengan
kesadahan yang tinggi memerlukan sabun lebih banyak sebelum terbentuk busa.
(Mestati, 2007).
Tabel 2.4. Kesadahan Air
No Kelas 1 2 3 4
1 Kesadahan
(mg/lt)
0 - 55 56 – 100 101- 200 201 - 500
2 Derajad
Kesadahan
Lunak Sedikit sadah Moderat
sadah
Sangat
sadah
Sumber: Suripin, 2001
Berdasarkan tingkat kesadahannya, air dapat dibedakan menjadi beberapa macam
yaitu: air lunak, air agak sadah, air sadah, air sangat sadah ( Fardiaz, 1992).
2.3.3. Parameter mikrobiologi
Penentuan parameter mikrobiologi dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba patogen
di dalam air minum. Jenis-jenis organisme yang hidup yang mungkin terdapat dalam air
meliputi bakteri. Keberadaan dan ketidakberadaan bakteri ini sangat menentukan kualitas
air bersih.
Pengujian parameter mikrobiologi dilakukan melalui pengukuran kadar fecal
coliform dan total coliform di dalam air.
2.3.4. Parameter radioaktivitas
Pembuangan sisa zat radioaktif ke lingkungan air secara tidak langsung tidak
diperbolehkan. Namun, mengingat aplikasi teknologi nuklir yang menggunakan zat
radioaktif pada berbagai bidang maka kemungkinan zat radioaktif ikut terbawa
Pengujian parameter radioaktivitas dilakukan dengan pengukuran Gross–A dan
Gross–B yang terdapat di dalam air.
2.4. Pencemaran air
Dengan perkembangan Ilmu dan teknologi, terjadi juga peningkatan aktivitas manusia.
Tidak jarang aktivitas manusia dapat menyebabkan penurunan kualitas(mutu) air. Bila
penurunan mutu air tidak diminimalkan maka akan terjadi pencemaran air.
Peraturan Pemerintah R.I No. 82 Tahun 2001 menyebutkan:
“Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat energi,
dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan
air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya”.
Di Indonesia, peruntukan badan air/ air sungai menurut kegunaannya ditetapkan
oleh Gubernur. Peraturan Pemerintah R.I No. 20 Tahun 1990, mengelompokkan kualitas
air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya.
Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut:
Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Golongan C : Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan .
Golongan D : Air yang dapt digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di
perkotaan , industri dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Menurut defenisi di atas, bila suatu sumber air yang termasuk dalam golongan B
(air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum) mengalami pencemaran yang
berasal dari air limbah suatu industri sehingga tidak dapat lagi dimanfaatkan untuk air baku
Pencemaran air dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu:
1. Sumber-sumber langsung
Sumber-sumber langsung adalah buangan( effluent ) yang berasal dari sumber
pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik atau suatu kegiatan dan limbah domestik
berupa buangan tinja dan buangan air bekas cucian, serta sampah. Pencemaran
terjadi karena buangan ini langsung dibuang ke dalam badan air, sistem seperti
sungai, kanal, parit atau selokan.
2. Sumber tidak langsung
Sumber tidak langsung adalah kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat
adanya pencemaran pada air permukaan baik dari limbah industri maupun dari
limbah domestik.
Secara umum, penyebab terjadinya pencemaran air antara lain:
• Infectious Agents(Mikroorganisme Patogen)
• Zat-zat pengikat oksigen
• Sedimen
• Nutrisi/ unsure hara
• Pencemar anorganik
• Zat kimia organik
• Energi panas
• Zat radioaktif
2.5. Akifer
Lapisan yang dapat dilalui dengan mudah oleh air tanah seperti lapisan pasir atau lapisan
kerikil disebut lapisan permeabel. Lapisan yang sulit dilalui air tanah seperti lempung,
disebut lapisan kedap air, atau disebut juga impermeable.
Formasi-formasi yang berisi dan memancarkan air tanah disebut sebagai akifer.
Jumlah air tanah yang dapat diperoleh dari suatu daerah tergantung pada sifat-sifat akifer
yang ada didaerah serta pada luas cakupan dan frekuensi imbuhan. Dengan demikian
karakteristik akifer mempunyai peranan yang menentukan dalam proses pembentukan air
tanah.
Untuk usaha-usaha pengisian kembali air tanah melalui peningkatan proses
infiltrasi tanah serta usaha-usaha reklamasi air tanah, maka kedudukan akifer dapat
dipandang dari dua sisi yang berbeda:
1. Zona akifer tidak jenuh adalah : suatu zona penampung air di dalam tanah yang
terletak di atas permukaan air tanah(water table) baik dalam keadaan alamiah
(permanen) atau sesaat setelah berlangsungnya periode pengambilan air tanah.
2. Zona akifer jenuh adalah : zona penampung air tanah yang terletak di bawah
permukaan air tanah kecuali zona penampung air tanah yang sementara jenuh dan
berada di bawah daerah yang sedang mengalami pengisian air tanah.
Uraian mengenai terbentuknya air tanah menunjukkan bahwa peranan formasi
geologi atau akifer amatlah penting. Formasi geologi tertentu, baik yang terletak pada zona
bebas(unconfined aquifer) maupun zona terkekang(confined aquifer), dapat memberikan
pengaruh tertentu pula terhadap keberadaan air tanah. Dengan demikian, karakteristik
akifer mempunyai peranan yang menentukan dalan proses pembentukan air tanah seperti
Gambar 2.2. Akifer air tanah
( Sumber: Linsley dan Franzini, 1991 )
2.5.1. Porositas dan permeabilitas
Porositas didefenisikan sebagai perbandingan isi ruang antara butiran(voids) dibagi total isi
suatu material tanah. Porositas merupakan angka tak berdimensi biasanya diwujudkan
dalam bentuk %. Umumnya untuk tanah normal berkisar antara 25% sampai 75%
sedangkan untuk batuan yang terkonsolidasi(consolidated rock) berkisar antara 0% sampai
100%. Biasanya porositas yang tinggi tidaklah menunjukkan bahwa suatu akifer akan
menghasilkan volume air yang besar bagi sebuah sumur.
Permeabilitas(permaebility) adalah kapasitas batuan untuk meloloskan fluida
sangat beragam dari viskositas fluida, tekanan hidrostatik, ukuran bukaan dan terutama
adalah tingkat bukaan yang saling terhubung(porositas efektif). Jika rongga pori sangat
kecil, maka batuan dapat mempunyai porositas yang tinggi tetapi permeabilitasnya rendah
karena air sukar melewati bukaan yang kecil.
Sedangkan parameter permeabilitas merujuk hanya pada sifat-sifat batuan dan
merupakan parameter yang menunjukkan beberapa besar luas area batuan yang dapat
dilalui oleh fluida. Parameter ini umumnya dipakai untuk kepentingan geologi
perminyakan karena keberadaan gas, minyak dan air didalam sistem aliran yang
berdimensi multiphase membuat parameter fluida bebas konduksi(hantaran) lebih atraktif,
biasanya dinyatakan dalam darcy (1darcy adalah 1 cc cairan dengan kecepatan 1 centipoise
melalui 1 cm² luas bidang sejauh 1cm dalam 1 detik dengan perbedaan tekanan 1 atm
Tabel 2.5. Porositas dan Permeabilitas rata-rata untuk berbagai bahan
No Nama bahan Porositas
(%)
Permeabilitas
(m/hari)
Permeabilitas hakiki
darcys
1 Lempung 45 0,0004 0,0005
2 Pasir 35 41 50
3 Kerikil 25 4100 5000
4 Kerikil dan pasir 20 410 500
5 Batu pasir 15 4,1 5
6 Batu kapur,serpih
padat
5 0,417 0,05
7 Kwarsit, granit 1 0,0004 0,0005
Sumber : Linsley dan franzini, 1991
2.6. Intrusi air laut ke akifer air tanah
Air tanah tawar mengalir ke laut lewat akifer-akifer di daerah pantai yang berhubungan
dengan laut dalam keadaan alami. Tetapi karena meningkatnya kebutuhan akan air tawar,
maka aliran air tawar kearah laut telah menurun, atau bahkan sebaliknya air laut mangalir
masuk ke dalam akifer air tawar di daratan karena muka air tanah telah berada dibawah
permukaan air laut yang disebabkan oleh pengambilan air yang berlebihan. Kejadian ini
disebut dengan intrusi air laut.
Jika air laut tersebut telah mengalir ke dalam sumur-sumur di daratan, maka
penyediaan air menjadi tidak berguna karena akifer telah dicemari oleh air asin
(Soemarto, 1987).
Adapun sebab-sebab utama terjadinya penerobosan air asin ke akifer air tawar
adalah sebagai berikut:
1. Akifer ini berhubungan dengan laut.
2. Penurunan permukaan air cukup besar sehingga dapat mengakibatkan penerobosan
Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas, air tanah yang mempunyai bahaya
penerobosan air asin adalah sebagai berikut:
2.6.1. Air tanah bebas di Pantai
Pencampuran air asin dan air tawar dalam sebuah sumur dapat terjadi dalam hal-hal
sebagai berikut:
1. Dasar sumur terletak dibawah perbatasan antara air asin dan air tawar.
2. Permukaan air dalam sumur selama pemompaan menjadi lebih rendah dari
permukaan air laut, sehingga daerah pengaruhnya mencapai tepi pantai.
3. Keseimbangan perbatasan antara air asin dan air tawar tidak dapat dipertahankan,
perbatasan itu dapat naik secara abnormal yang disebabkan oleh penurunan
permukaan air di dalam sumur selama pemompaan.
Mengingat sumur di tepi pantai itu tidak dapat dipergunakan kembali setelah
dimasuki air asin, maka harus diperhatikan untuk air tanah bebas seperti pada gambar di
[image:35.595.138.472.427.588.2]bawah ini:
Gambar 2.3. Hukum Herzberg pada air tanah tawar dan asin dekat garis pantai.
( Sumber : Sosrodarsono dan Takeda, 1976 )
Keterangan gambar:
s : Permukaan air laut B : Batas antara air asin dan air tawar
Jika batas antara air asin dan air tawar berada dalam keseimbangan yang statis,
maka untuk zone air tanah bebas dipantai dengan permeabilitas yang kira-kira merata,
berlaku persamaan :
ρH = ρ0 ( H + h ) (2. 1)
H h
0 0
ρ ρρ−
= (2. 2)
dengan :
ρ0 = Kerapatan air tawar (kg/m3)
ρ = Kerapatan air asin ( air laut) (kg/m3)
h = Tinggi dari permukaan air asin ke permukaan air tawar ( m )
H = Kedalaman dari permukaan laut ke batas
(antara air asin dan air tawar) (m)
Untuk ρ0 = 1.00 (kg/m3), ρ = 1.024(kg/m3) didapat H = 42 h (2. 3)
Hubungan di atas disebut hukum Herzberg ( Sasrodarsono dan Takeda, 1976 ).
Jika terdapat keadaan yang sesuai dengan hukum Herzberg dimana air asin telah
berada dibawah akifer, maka air asin akan segera menerobos ke dalam sumur setelah
permukaan air yang telah dipompa itu berada lebih rendah dari permukaan air laut.
Demikian pula jika akifer itu tidak tebal, maka penerobosan air asin perlahan-lahan akan
2.6.2. Air tanah terkekang di Pantai
Perbatasan antara air asin dan air tawar dalam akifer terkekang ditentukan oleh dalam nya
akifer, permeabilitas, besar tekanan dan lain-lain. Jadi meskipun sumur itu dalam dan
terletak di tepi pantai, tidak akan terdapat pencampuran air asin. Tetapi kadang-kadang
percampuran itu dapat terjadi meskipun sumur itu dangkal dan cukup jauh dari tepi pantai.
[image:37.595.122.490.227.417.2]Hal itu dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.4. Penerobosan air asin pada air terkekang
( Sumber : Sasrodarsono dan Takeda, 1976 )
Jika tekanan air tanah pada mulut akifer dilaut menjadi lebih rendah dari tekanan
air laut, maka mulailah penerobosan air asin. Mengingat kecepatan sirkulasi air tanah
terkekang dilapisan yang dalam itu rendah, maka kecepatan penerobosan air asin juga
rendah. Akan tetapi pengaruhnya terhadap penduduk besar sekali.
Faktor lingkungan setempat, terutama sifat kemampuan meneruskan air dari jenis
batuan yang menyusunnya serta perbedaan jarak dengan lokasi sumber pencemaran,
memegang peran penting dalam hal terjadinya proses pencemaran air pada banyak sumur.
Perbandingan pengaruh kedalaman serta volume air dalam sumur dari sumber
pencemaran, kondisi akifer secara keseluruhan merupakan faktor yang berpengaruh
aliran tanah dalam akifer, macam dan jumlah serta sifat bahan pencemar dalam akifer
berikut interaksi antara bahan pencemar itu sendiri di dalam akifer.
2.7. Pengambilan air tanah melalui sumur
Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di
daerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Secara teknis sumur dapat dibagi menjadi
dua jenis:
1. Sumur dangkal(shallow well)
Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan membuat
sumur gali dengan kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan air tanah. Jumlah
air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas, dan air yang diambil
adalah air tanah dangkal. Untuk pengambilan air yang lebih besar diperlukan luas
dan kedalaman galian yang lebih besar. Kedalaman sumur gali tergantung lapiasan
tanah, ketinggian dari permukaan air laut, dan ada tidaknya air bebas dibawah
lapisan tanah. Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman tidak lebih dari
5 – 8 meter dibawah permukaan tanah. Cara ini cocok untuk daerah pantai dimana
air tawar berada diatas air asin.
Berdasarkan jenis tanah dan kedalaman, air bebas sumur gali dapat
diperoleh sebagai berikut:
• Tanah berpasir : Sumur gali cukup 6 – 8 m telah memperoleh air bebas
• Tanah liat : Kedalaman sumur ≥ 12 m baru memperoleh air bebas.
• Tanah kapur : Umumnya sumur gali harus ≥ 40 m baru diperoleh air bebas.
Keadaan atau sifat air sumur gali antara lain:
• Ketinggian air bebas umumnya sekitar 1 – 3 m dari dasar sumur.
• Ketinggian air bebas bervariasi, tergantung jumlah air yang diambil dan tergantung musim.
• Rasa dan warna air tergantung jenis tanah yang ada, tanah sawah air nya kekuning- kuningan, tanah berpasir airnya jernih dan rasa nya sejuk, tanah
warnanya kehijau-hijauan, dan tanah gambut airnya berwarna kemerah-
merahan seperti teh dan rasanya asam.
• Mudah tercemar oleh karena kelalaian dalam menutup mulut sumur.
• Mengandung algae dalam jumlah sedikit.
• Mengandung bakteri cukup banyak (Gabriel, 2001).
2. Sumur dalam (deep well)
Pengambilan air tanah dilakukan dengan membuat sumur dalam (deep well) atau
yang lazim disebut sumur bor.
Kedalaman sumur bor berdasarkan struktur dan lapisan tanah:
• Tanah berpasir: biasanya kedalaman 30 – 40meter sudah memperoleh air. Biasanya airnya naik sampai 5 – 7meter dari permukaan tanah.
• Tanah liat/padas: biasanya kedalaman 40 – 60meter akan diperoleh air yang baik dan air akan naik mencapai 7 meter dari permukaan tanah
• Tanah berkapur: biasanya sumur dibuat dengan kedalaman di atas 60meter kemungkinan baru mendapat air dan apabila ada air, airnya sukar/tidak bisa
naik ke atas dengan sendirinya.
• Tanah berbukit: biasanya sumur dibuat diatas 100meter atau 200meter kemungkinan tipis sekali untuk memperoleh air. Air yang diperoleh
sukar/tidak bisa naik ke atas dengan senderinya.
.
Keadaan/sifar air sumur bor:
• Air nya jernih dan rasa sejuk
• Pencemaran air tidak terjadi/sukar terjadi
• Jumlah bakteri jauh lebih kecil dari sumur gali.
Tabel 2.6. Perbedaan antara sumur dangkal dan sumur dalam
No Sumur dangkal Sumur dalam
1 Sumber air Air permukaan Air tanah
2 Kualitas air Kurang baik Baik
4 Kualitas
bakteriologis
Kontaminasi Tidak
terkontaminasi
5 Persediaan Kering pada
musim kemarau
Tetap ada
sepanjang tahun
Sumber: Chandra, 2007
Air tanah yang disedot secara besar-besaran, sehingga terjadi ketidakseimbangan
anatara pengambilan/pemanfaatan dengan pembentukan air tanah. Hal ini dapat
menyebabkan menurunnya permukaan air tanah, di daerah pesisir, penurunan permukaan
air tanah akan mengakibatkan perembesan air laut ke daratan(intrusi), karena tekanan air
tanah menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan air laut.
[image:40.595.155.449.424.531.2]
2.8. Konduktivitas larutan elektrolit
Konduktivitas atau daya hantar merupakan ukuran kemampuan mengalirkan arus listrik,
menandakan banyaknya ion (Hartomo dan Widiatmoko, 1992). Alat yang dipergunakan
untuk mengukur konduktivitas larutan disebut konduktivitimeter dengan satuan mikromho
per centimeter(μmho/cm).
Hambatan berbanding terbalik dengan luas penampang dan sebanding dengan
panjang, dengan persamaan :
A l
R=ρ (2.4)
Konstanta perbandingan ρdisebut resistivitas sampel. Konduktivitas
(K) merupakan kebalikan dari resistivitas, sehingga:
A l x K
R= 1 (2.5)
atau :
RA l K =
Besar tahanan dinyatakan dalam ohm dan kebalikannya disebut mho. Dalam sistem
satuan SI, kebalikan ohm adalah siemens (S).
2.9. Gambaran umum lokasi penelitian
2.9.1. Keadaan Kota Dumai
Letak geografis
Secara geografis letak dan batas wilayah Kota Dumai terletak di Pesisir Timur Pulau
Sumatera, berhadapan langsung dengan Selat Rupat, dengan koordinat geografis
101023’37’’ – 101028’13’’ Lintang Utara dan 1023” – 1024’23” Bujur Timur, dengan
panjang garis pantai sepanjang 234,2km, ketinggian 3m dari permukaan laut, dan luas
Dumai terdiri dari 5 kecamatan dan 32 Kelurahan, dengan batas- batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu, Kebupaten Bengkalis
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis
4.Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bangko dan Tanah Putih,
Kabupaten Rokan Hilir.
2.9.2. Dumai Timur
Dumai Timur merupakan pemekaran wilayah Kecamatan Kota Dumai. Pada saat sebelum
dilakukan pemekaran Kelurahan, Kecamatan Dumai Timur terdiri dari enam Kelurahan,
kemudian dengan diterbitkannya Perda Kota Dumai Nomor 2 Tahun 2001 maka wilayah
Kelurahan di Kecamatan Dumai Timur telah dimekarkan dari 6(enam) Kelurahan menjadi
9(sembilan) Kelurahan yang terdiri dari:
No Nama Kelurahan Luas 1 Kelurahan Bintan 2,4 Km2 2 Kelurahan Bukit Batrem 1,1 Km2 3 Kelurahan Buluh Kasap 3,9 Km2
4 Kelurahan Bumi Ayu 2,0 Km2 5 Kelurahan Dumai Kota 12,2 Km2 6 Kelurahan Jaya Mukti 4,48 Km2 7 Kelurahan Sukajadi 4,48 Km2
8 Kelurahan Tanjung Palas 4,5 Km2 9 Kelurahan Teluk Binjai 26 Km2
Secara geografis Kecamatan Dumai Timur terletak di Pusat pemerintahan Kota
Dumai dengan luas 59 Km2 dengan batas-batas sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Rupat
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bukit Kapur
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dumai Barat
2.9.3. Iklim dan curah hujan
Dumai mengalami beberapa perubahan iklim yang sangat dipengaruhi oleh iklim laut
dengan rata-rata curah hujan 200 – 300m3, dan memiliki dua musim yaitu musim kering/
kemarau dari bulan Maret-Agustus, dan musim hujan dari September-Februari dengan
rata-rata temperatur 24°C – 33°C.
2.9.4. Morfologi dan topografi
Secara fisiografis daerah penelitian merupakan bagian dari dataran rendah bagian Timur
Sumatera, termasuk kedalam zona cekungan Sumatera Tengah. Berdasarkan atas bentuk,
ketinggian, relief dan litologinya, bentang alam di daerah penelitian dipisahkan menjadi
dua satuan morfologi, yaitu dataran(pantai ,rawa) dan perbukitan bergelombang lemah.
2.9.5. Hidrologi
Kota Dumai terletak di daerah pantai dari pesisir Timur Sumatera, di mana air tanah
maupun air permukaan selalu menjadi masalah utama yang cukup besar.
Dilihat dari kondisi Topografinya dengan evaluasi umumnya rendah dan membentuk
perbukitan bergelombang kurang mendukung untuk terbentuknya sungai-sungai dengan
aliran besar.
Di kota Dumai terdapat dua buah sungai utama yang cukup besar yaitu Sungai
Mesjid (4km dari pusat kota Dumai) yang bermuara di Selat rupat, dengan debit
363.75m3/det dan Sungai Dumai(0,5km dari puasat kota Dumai) bermuara di Selat Rupat,
memiliki debit 39 m3/det. Sungai-sungai lain yang ada di Dumai umumnya kecil-kecil dan
dangkal, dan merupakan sungai yang berasal dari rawa, serta kurang bermanfaat.
2.9.6. Geologi
Secara regional, geologi dan tektonik daerah Dumai termasuk kedalam cekungan Sumatera
Tengah yang memanjang Barat Laut Tenggara, mulai dari perbatasan Provinsi Riau
sebelah Barat atau sekitar Pulau Alang besar sampai Barat Laut pegunungan Tiga puluh di
wilayah provinsi Jambi. Peta geologi yang digunakan di daerah Dumai dan sekitarnya
2.9.7. Stratigrafi
Berdasarkan peta geologi lembar Dumai dan Bagan siapi-api, secara umum stratigrafi
regional di daerah Dumai dari yang tertua umurnya hingga ke muda adalah sebagai
berikut:
• Format minas( Qpmi )
Tersusun oleh batu lanau, pasir dan kerikil, batu lumpur lunak terkoalinkan dan
terurat limonitkan, dengan lingkungan pengendapan paralik-fluviatil(darat).
Penyebarannya cukup luas, menempati daerah morfologi perbukitan
bergelombang lemah dan morfologi dataran.
• Satuan endapan Aluvium tua(Qp) dan Aluvium muda(Qh)
Terdiri dari lempung, lanau, kerikil lempungan, sisa-sisa tumbuhan dan
rawa-rawa gambut, yang masih bersifat lepas, dengan kondisi lingkungan
pengendapan paralik-fluviatil(darat), berumur Holosen. penyebaran dari satuan
ini di daerah penelitian sangat luas, umumnya menempati daerah dataran pantai,
rawa, aluvial sungai. Hubungan stratigrafi dengan formasi di atasnya adalah
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Alat dan bahan
3.1.1. Peralatan
Alat-alat yang dipergunakan selama penelitian adalah:
1. Global Position System(GPS)
2. Thermometer Digital
3. Konduktivitimeter
4. Gelas Ukur
5. Labu Erlenmeyer 250 mL
6. Pipet Volume 25 mL dan 50 mL
7. TDS Meter
8. Mikroburet 50 mL
3.1.2. Bahan – bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Sampel air sumur Bor dan gali
2. Sampel Air laut
3. Aquades 100%
4. Larutan Indikator Kalium Kromat (K2CrO4) 5% b/v
5. Larutan baku Perak Nitrat (AgNO3) 0,0141 N
6. Indikator Fenolftalein ( PP ) 1%
7. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 1N
3.2. Teknik pengumpulan sampel
Untuk pengambilan sampel dimulai dari garis pantai sebagai titik acuan sampai titik air
laut murni, kemudian dari titik acuan garis pantai menuju sumur-sumur bor dan sumur gali
yang berada di daerah Kecamatan Dumai Timur.
SB 3
Titik AL 2 Titik AL 1 Titik AL 3
SG 20 SG 19 SG 18 SG 16 SG 15 SG 14 SG 13 SB 1 SB 2 SG 10 SB 5 SG 9 SB 6 SB 4 SG 12 SB 8 SB 9 SG 4 SG 7 SB 15 SB 17 SG 6 SB 7 SB 13 SB 10 SG 8 SB 18 SB 19 SB20 SB 12 SG 5 SG 2 SB 14 SG 3 SB 16 SB 11 SG 1
[image:46.595.108.501.162.474.2]Titik acuan/ garispantai Air Laut
Gambar 3.1. Skema titik pengambilan sampel penelitian
3.3. Prosedur penelitian
3.3.1. Penentuan DHL
Prinsip kerja:
Daya Hantar Listrik(DHL) dengan menggunakan larutan KCL sebagai larutan baku pada
suhu 25°C diukur dengan alat elektroda konduktometer.
Cara kerja:
Pengambilan data kelapangan dengan mengikuti teknik pengumpulan sampel air
sumur bor dan sumur gali, maka dilakukan perlakuan Laboratorium sebagai berikut:
1. Dihidupkan alat DHL meter yang sudah dibilas dengan air suling dan sampel
2. DHL meter dicelupkan kedalam gelas ukur yang berisi sampel.
3. Ditunggu 2 – 5 menit, sampai pada pembacaan alat stabil
4. Dicatat hasil tanpa mengangkat DHL meter dari permukaan sampel.
3.3.2. Pengujian konsentrasi Cl
1. Diukur larutan sampel 100mL, dimasukkan kedalam labu erlenmeyer
250 mL.
2. Ditetesi PP 1% sebanyak tiga tetes, ditambahkan NaOH 0,5 sampai
warna merah muda, ditambahkan H2SO4 1N sampai berubah warna
putih jernih.
3. Lalu ditambahkan lagi 1 mL larutan K2CrO4 5% b/v dan diaduk sampai
warna kuning jernih, lalu dititrasi dengan larutan baku Ag NO3
0,0141 N sampai titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya
endapan berwarna merah kecoklatan .
4. Dicatat volume AgNO3 yang digunakan.
Untuk perhitungan kadar Klorida sampel(mg/L) :
mg/L =( − )⋅ ⋅35,5⋅1000 Vsampel
N B A
(3.1)
Dengan:
A= Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi sampel (mL)
B= Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (mL)
N= Normalitas larutan baku AgNO3
V= Volume sampel (mL)
3.3.3. Pengujian Total Dissolved Solid(TDS)
Prinsip kerja:
Banyaknya total padatan yang terlarut dalam sampel dengan menggunakan alat TDS meter.
TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per Million(PPM) atau sama
Cara Kerja :
1. Dihidupkan alat TDS meter yang sudah dibilas dengan air suling dan sampel.
2. TDS meter dicelupkan ke dalam gelas ukur yang berisi larutan sampel
3. Ditunggu 2 – 5 menit, sampai pembacaan pada alat stabil
4. Dicatat hasil tanpa mengangkat TDS meter dari permukaan sampel
3.4. Teknik analisa data
3.4.1. Analisa model regresi linear berganda
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dan mengukur DHL air sumur bor dan
sumur gali, pengujian ini dilakukan dengan model regresi berganda dengan persamaan :
Ŷ=a0+a1X1 +a2X2 +..+akXk (3.2)
Dengan:
Ŷ = daya hantar listrik
0
a = konstanta regresi
k
a = koefisien regresi untuk variable Xk
k
X = variabel yang menyangkut sample.
Di dalam penelitian ini variabel terikat adalah Ŷ (Daya Hantar Listrik), dan variabel-variabel bebas adalah jarak sumur dari garis pantai
( )
X1 dan kedalamansumur
( )
X2 , maka bentuk persamaan regresinya :Ŷ=a0+a1X1 +a2X2 (3.3)
Koefisien-koefisien a0,a1dana2ditentukan dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil dengan persamaan :
3.4.2. Uji linearitas
Untuk menguji linieritas persamaan (3.2) digunakan uji F dengan persamaan :
(
1)
/ / − − = k n JK k JK F res reg (3.5) Dengan : reg
JK = jumlah kuadrat regresi
res
JK = jumlah kuadrat residu
n = jumlah sampel
k = banyaknya variabel bebas
JikaX1 = X1i −X−1 ,X2 = X2i −X−2 ,…….,
−
− = ki k
k X X
X danyi =Yi −Y−
maka jumlah kuadrat-kuadrat regresi dapat dihitung dengan persamaan:
JKreg =a1ΣX1iyi +a2ΣX2iyi +...+akΣXkiyi (3.6)
Jumlah kuadrat-kuadrat residu dapat dihitung dengan persamaan :
2 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − Σ
= i ∧i res Y Y
JK (3.7)
Jika Fhyang diperoleh melalui persamaan (3.5) lebih besar dari Ft maka
variabel-variabel X1,X2,...,Xn secara nyata sama-sama berpengaruh terhadap Y dengan
persamaan regresi linier seperti persamaan (3.2).
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara variabel-variabel X1danX2
terhadap Y digunakan koefisien korelasi berganda dengan persamaan:
2 2 i reg y JK R Σ
= (3.8)
∑
∑
∑
∑
−∑
∑ ∑
− − = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 i i ii X n Y Y
X
Yi Xi XiYi
n
Dengan :
n = Jumlah sample
X = Variabel bebas (Jarak sumur dari garis pantai dan kedalaman sumur )
Y = Variabel terikat ( Daya Hantar Listrik air sumur )
r = Koefisien korelasi Pearson
Berdasarkan indeks korelasi -1≤ r ≤1
Interprestasi koefisien korelasi :
r = 1 maka kedua variable dikatakan berhubungan erat secara positif, artinya
makin besar variable pertama dari suatu induvidu, makin besar pula nilai
variable kedua pada induvidu yang sama.
r = -1 maka kedua variabel dikatakan berhubungan erat secara negatif, artinya
makin kecil variable pertama dari suatu induvidu, makin kecil pula nilai
variable kedua pada induvidu yang sama.
r = 0 maka kedua variable tidak berhubungan sama sekali
3.4.3. Analisa air laut dan air sumur
Pada pengolahan data nilai DHL pada sample dilakuka