ANALISIS INTRUSI AIR LAUT PADA SUMUR GALI DAN
SUMUR BOR DENGAN METODE KONDUKTIVITAS
LISTRIK DI KECAMATAN MEDAN MARELAN
TESIS
Oleh
HAPOSAN SENTOSA SITORUS
097026012/FIS
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS INTRUSI AIR LAUT PADA SUMUR GALI DAN
SUMUR BOR DENGAN METODE KONDUKTIVITAS
LISTRIK DI KECAMATAN MEDAN MARELAN
TESIS
Oleh
HAPOSAN SENTOSA SITORUS
097026012/FIS
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS INTRUSI AIR LAUT PADA SUMUR GALI DAN
SUMUR BOR DENGAN METODE KONDUKTIVITAS
LISTRIK DI KECAMATAN MEDAN MARELAN
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains dalam Program Studi Magister Ilmu Fisika pada
Program Pasca Sarjana Fakultas MIPA Universitas
Sumatera Utara
Oleh
HAPOSAN SENTOSA SITORUS
097026012/FIS
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGESAHAN TESIS
Judul tesis : ANALISIS INTRUSI AIR
LAUT PADA SUMUR GALI
DAN SUMUR BOR DENGAN
METODE KONDUKTIVITAS
LISTRIK DI KECAMATAN
MEDAN MARELAN
Nama Mahasiswa
: HAPOSAN SENTOSA SITORUS
Nomor Induk Mahasiswa
: 097026012/FIS
Program Studi
: Magister Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara
Menyetujui Komisi Pembimbing,
Prof. Dr. Timbangen Sembiring,M.Sc Dr. Perdinan Sinuhaji, MS
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Dekan,
PERNYATAAN ORISINALITAS
ANALISIS INTRUSI AIR LAUT PADA SUMUR GALI DAN
SUMUR BOR DENGAN METODE KONDUKTIVITAS
LISTRIK DI KECAMATAN MEDAN MARELAN
TESIS
Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.
Medan, 23 Juni 2011
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Haposan Sentosa Sitorus
NIM : 097026012
Program Studi : Magister Ilmu Fisika Jenis Karya Tulis : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif ( Non- Exclusive Royalty Free Right ) atau Tesis saya yang berjudul :
ANALISIS INTRUSI AIR LAUT PADA SUMUR GALI DAN
SUMUR BOR DENGAN METODE KONDUKTIVITAS
LISTRIK DI KECAMATAN MEDAN MARELAN
Dengan Hak Bebas Royalti eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Medan, 23 Juni 2011
Telah diuji pada
Tanggal : 23 Juni 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc. Anggota : 1. Dr. Perdinan Sinuhaji, MS
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama lengkap berikut gelar : Drs. Haposan Sentosa Sitorus
Tempat dan Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 11 September 1967
Alamat Rumah : Jl. L. Pemasyarakatan, Gg. Aries No. 21 Sukadono Medan
Telepon : (061) 8441648
Instansi Tempat Bekerja : SMA Negeri 9 Medan
Alamat Kantor : Jl. Sei mati Medan Labuhan
Telepon : (061) 77837846
DATA PENDIDIKAN
SD : Negeri No. 122357 Pematang Siantar tamat : 1980
SMP : Negeri 8 Pematang Siantar tamat : 1983
SMA : Swasta HKBP Pematang Siantar tamat : 1986
Diplima : FMIPA Program D-3 Fisika USU Medan tamat : 1989
Strata-1 : FMIPA Program Pendidikan Fisika IKIP Medan tamat : 1995
Strata-2 : PSMF PPs FMIPA USU tamat : 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “ANALISIS INTRUSI AIR LAUT PADA SUMUR
GALI DAN SUMUR BOR DENGAN METODE KONDUKTIVITAS LISTRIK DI KECAMATAN MEDAN MARELAN” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh Magister Sains pada Program Pasca sarjana Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.
Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Sains.
Dekan Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara Bapak. Dr. Sutarman, M.Sc. atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister Sains pada Program Pasca Sarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara.
Ketua Program Studi Magister Fisika Bapak Dr. Nasruddin, MN, M.Eng.Sc., Sekretaris Program Studi Dr. Anwar Dharma Sembiring, M.S. beserta seluruh Staf Pengajar pada Program Studi Magister Fisika Program Pasca Sarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc. selaku Pembimbing Utama yang dengan penuh perhatian dan telah memberikan dorongan, bimbingan dan arahan, demikian juga kepada Dr. Perdinan Sinuhaji MS selaku pembimbing Lapangan yang dengan penuh kesabaran menuntun dan membimbing penulis dalam mengerjakan penelitian ini sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Terima kasih kepada kedua orang tua saya Ayahanda A.sitorus. BA (alm) dan Ibunda M.J Marpaung serta istri tersayang Ir Rosnike Merly Panjaitan M.Si dan anak-anakku terkasih Angelia Martha Jessica Sitorus, Raja Kores Galatia Sitorus, Kesya Meirly Namora Sitorus, Naomi Meyrli Joela Sitorus dan Iddo Caesar Jethro Sitorus dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan, dukungan doa dan materi serta pengorbanan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan tesis ini tepat pada waktunya
Terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa program studi Magister Fisika angkatan 2009 atas kerja sama selama perkuliahan terutama rekan-rekan saya Bpk Eduard Sitorus, Bpk Matius Tarigan, dan Bpk Efendi Ginting secara khusus buat rekan saya Drs Adil.H.Pangaribuan M.Si. atas kerja samanya dalam melakukan penelitian ini sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
kekurangan dan kesalahan dalam tugas akhir ini. Kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca untuk perbaikan selanjutnya.
ANALISIS INTRUSI AIR LAUT
PADA SUMUR GALI DAN SUMUR BOR DENGAN METODE
KONDUKTIVITAS LISTRIK DI KECAMATAN MEDAN
MARELAN
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai analisa intrusi air laut pada sumur gali dan sumur bor dengan metode konduktivitas listrik dikecamatan Medan Marelan. untuk mengetahui tingkat intrusi air laut pada sumur gali dan sumur bor dilakukan dengan pengukuran Daya Hantar Listrik ( DHL ) air sumur gali dan sumur bor. Pengambilan sampel air laut, air sumur gali dan air sumur bor dimulai dari titik acuan dari garis pantai menuju titik air laut dan dari titik acuan dari garis pantai menuju kearah daratan yaitu sumur-sumur rumah penduduk .
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor jarak, kedalaman dan konsentrasi klorida terhadap intrusi air laut, kandungan air sumur gali dan air sumur bor( TDS ) dan suhu air sumur gali dan sumur bor
Dari analisis pengamatan dapat dilihat pada sumur gali nilai antara jarak, kedalaman dan konsentrasi klorida terhadap DHL cukup erat atau relative tinggi artinya terdapat hubungan yang positip dan kuat antara jarak,kedalaman dan konsentrasi klorida secara bersama sama terhadap Daya Hantar Listrik (DHL)
sebesar 73,2℅ sedangkan pada sumur bor nilai antara jarak, kedalaman dan konsentrasi klorida terhadap DHL tidak erat atau relatif rendah artinya terdapat hubungan yang lemah antara jarak,kedalaman dan konsentrasi klorida terhadap Daya Hantar Listrik (DHL) sebesar 36,4℅
ANALYSIS OF SEAWATER INTRUSION INTO THE DIG AND DRILL WELLS BY ELECTRICAL CONDUCTIVITY AT SUB DISTRICT OF
MEDAN MARELAN.
ABSTRACT
It had conducted a research on analysis of intrusion of sea water in to the dig and drill wells by electrical conductivity at sub district of Medan Marelam in order to study the intrusion level of sea water to the dig a nd drill wells by measurement of electrical conductivity of the dig and drill wells water.
Sampling of sea water, dig and drill well water is begin from the reference point on the coastal line on the point of sea water and from the reference point from the coastal line to the well..
The research aims to study the influence of factors i.e. distance, depth and concentration of chloride to the intrusion of sea water, water content of dig and drill wells and the temperature of dig and drill water.
Based on observation analysis is found that on the dig well, the distance, depth and concentration of chlorideto electrical conductivity is higher means that there is a positive and significant correlation between distance, depth and concentration of chloride simultaneously to the electrical conductivity for 73.2 ℅ while for the drill well, the value between distance, depth and concentration of chloride to electrical conductivity is lower means that there is a weak correlation between distance, depth and concentration of chloride to the electrical conductivity for 36.4 ℅
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Perumusan Masalah 3
1.3.Batasan Masalah 3
1.4.Tujuan penelitian 4
1.5.Hipotesis Penelitian 4
1.6.Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Air 6
2.1.1. Karakteristik Air 6
2.1.2. Air Tanah ( Ground water ) 9
2.2. Kualitas Air 12
2.2.1. Karakteristik Fisika 14
2.2.2. Karakteristik Kimia 16
2.3. Kualitas Air 17
2.4. Kebutuhan 18
2.5. Intrusi Air Laut ke Akifer Air Tanah 19
2.5.1. Air Tanah Bebas di Pantai 20
2.6. Pengambilan Air Tanah melalui Air Sumur 22
2.7. Konduktivitas Larutan Elektrolit 25
2.8. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 26
2.8.1. Keadaan Medan Marelan 26
2.8.2. Geologi Belawan 29
BAB III METODE PENELITIAN 30
3.1. Alat dan Bahan 30
3.2. Teknik Pengumpulan Sampel 31
3.3. Prosedur Penelitian 32
3.3.1. Penentuan DHL 32
3.3.2. Pengujian Konsentrasi Cl 32
3.3.3. Pengujian TDS 33
3.4. Teknik Analisa Data 34
3.4.1. Analisa Model Regresi Linier Berganda 34
3.4.2. Analisis Varian 35
3.4.3. Analisa Air Laut dan Air Sumur 36
3.5. Diagram Alir Penelitian 37
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 38
4.1.Hasil Penelitian 38
4.1.1. Air Laut 38
4.1.1.1. Pengukuran DHL Air Laut 38 4.1.1.2. Pengujian Konsentrasi Ion Klorida Air Laut 38
4.1.2. Air Sumur Bor 39
4.1.2.1. Pengukuran DHL Air Sumur Bor 39 4.1.2.2. Pengujian Konsentrasi Ion Klorida Air sumur Bor 40 4.1.2.3. Pengukuran TDS Air Sumur Bor 41
4.1.3. Air Sumur Gali 42
4.1.3.1. Pengukuran DHL Air Sumur Gali 42 4.1.3.2. Pengujian Konsentrasi Ion Klorida Air sumur Gali 43 4.1.3.3. Pengukuran TDS Air Sumur Gali 44
4.2. Pembahasan 45
4.2.1. Perhitungan DHL pada suhu 25oC 45 4.2.2. Pengklasifikasian Intrusi Air Laut pada Sumur Bor dan
Sumur Gali 47
4.3. Analisa Gambar DHL Air Sumur Bor 50
4.3.1. Analisa Jarak Kedalaman terhadap DHL air Sumur Bor 50 4.3.2. Analisa Jarak Kedalaman terhadap DHL air Sumur Bor
Pada grafik 3D 50
4.3.3. Analisa Konsentrasi Cl, TDS air Sumur Bor terhadap DHL
Air Sumur Bor 51
4.3.4. Analisa Konsentrasi Cl, TDS air Sumur Bor terhadap DHL Air Sumur Bor pada Grafik 3D 51
4.4. Analisa Grafik DHL Air Sumur Bor 52
4.4.1. Analisa Jarak Sumur Bor terhadap DHL air Sumur Bor 52 4.4.2. Analisa Kedalaman Air Sumur Bor terhadap DHL
air Sumur Bor 52
4.4.3. Analisa Suhu Air Sumur Bor terhadap DHL Air Sumur Bor 53 4.4.4. Analisa Konsentrasi Cl Air Sumur Bor terhadap DHL
Air Sumur Bor 53
4.4.5. Analisa TDS air Sumur Bor terhadap DHL Air Sumur Bor 54
4.5.2. Analisa Jarak, Kedalaman terhadap DHL air Sumur Gali
Pada grafik 3D 55
4.5.3. Analisa Konsentrasi Cl, TDS air Sumur Gali terhadap DHL
Air Sumur Gali 56
4.5.4. Analisa Konsentrasi Cl, TDS air Sumur Gali terhadap DHL Air Sumur Gali pada Grafik 3D 57
4.6. Analisa Grafik DHL Air Sumur Gali 57
4.6.1. Analisa Jarak Air Sumur Gali terhadap DHL air Sumur Gali 57 4.6.2. Analisa Kedalaman Air Sumur Gali terhadap DHL
air Sumur Gali 58
4.6.3. Analisa Suhu Air Sumur Gali terhadap DHL Air Sumur Gali 58 4.6.4. Analisa Konsentrasi Cl Air Sumur Gali terhadap DHL
Air Sumur Gali 59
4.6.5. Analisa TDS air Sumur Gali terhadap DHL Air Sumur Gali 59 4.7. Analisa Regresi Linier Berganda pada Sumur Bor dan Sumur Gali 60 4.7.1. Hasil Analisa Regresi Linier Berganda pada Sumur Bor 61 4.7.2. Hasil Analisa Regresi Linier Berganda pada Sumur Gali 65
BAB V Kesimpulan dan Saran 69
5.1. Kesimpulan 69
5.2. Saran 70
DAFTAR PUSTAKA 71
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
2.1. Klasifikasi air berdasarkan Daya Hantar Listrik ( DHL) 15 2.2. Klasifikasi intrusi air laut berdasarkan kondutivitas listrik 15 2.3. Klasifikasi air berdasarkan konsentrasi klorida 16
2.4. Kesadahan air 17
2.5. Standar Kebutuhan Air Rata-rata Perorangan untuk
kota-kota di Indonesia 19
2.6. Luas wilayah dirinci per Kelurahan di kecamatan
Medan Marelan tahun 2008 26
2.7. Jumlah penduduk, luas kelurahan, kepadatan penduduk per km dirinci menurut kelurahan dikecamatan
Medan Marelan tahun 2008. 27
2.8. Banyaknya perusahaan industri besar/sedang, kecil dan kerajinan rumah tangga menurut kelurahan
dikecamatan Medan Marelan tahun 2008. 28 2.9. Banyaknya rumah tangga pelanggan air minum
melalui PAM per kelurahan se kecamatan
Medan Marelan tahun 2008. 28
3.1. Diagram alir penelitian 37
4.1. Daya Hantar Listrik air laut sebagai fungsi jarak. 38 4.2. Data Hasil Pengujian konsentrasi ion klorida 38 4.3. DHL Air Sumur Bor sebagai fungsi jarak dan kedalaman 39 4.4. DHL air sumur bor sebagai fungsi konsentrasi klorida. 40 4.5. Daya Hantar Listrik air sumur bor sebagai fungsi TDS 41 4.6. DHL air sumur gali sebagai fungsi jarak dan kedalaman 42 4.7. DHL air sumur gali sebagai fungsi konsentrasi klorida 43 4.8. Daya Hantar Listrik air sumur gali sebagai fungsi TDS 44 4.9. Data hasil pengukuran Daya Hantar Listrik ( DHL )
air laut pada suhu 250C 45
4.10. Daya Hantar Listrik Air SumurBor pada suhu 250C 46 4.11. Daya Hantar Listrik Air Sumur gali pada suhu 250C 47 4.12. Klasifikasi intrusi air laut berdasarkan Daya Hantar listrik
( DHL ). 48
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar
2.1. Siklus Hidrologi 8
2.2. Akifer Air tanah 12
2.3. Hukum Herzberg pada air tanah tawar dan asin dekat
garis pantai 21
2.4. Kondisi dimana intrusi air laut terjadi karena
keseimbangan terganggu akibat pengambilan air 25 3. 1. Skema titik pengambilan sampel penelitian 31 4.1. Sistem Kontur Antara Jarak Sampel Air Sumur Bor Dari
Garis Pantai(m), Kedalaman Sumur Bor(m) dengan DHL
Air Sumur Bor(µ mhos/cm.25ºC) 50
4.2. Grafik 3 Dimensi Antara Jarak Sampel Air Sumur Bor Dari Garis Pantai(m), Kedalaman Sumur Bor(m) dengan DHL Air Sumur Bor(µ mhos/cm.25ºC) 50 4.3. Sistim Kontur antara TDS Air Sumur Bor dan Klorida
terhadap DHL Air Sumur Bor (µ mho/cm.25ºC) 51 4.4. Grafik antara TDS Air Sumur Bor dan Klorida Air Sumur Bor
terhadap DHL Air Sumur Bor (µ mho/cm,25ºC). 51 4.5. Grafik antara jarak sampel air sumur bor dari garis pantai
dengan DHL air sumur bor (µ mho/cm,25ºC). 52 4.6. Grafik antara kedalaman sumur bor dengan DHL
air sumur bor (µ mho/cm,25ºC). 52
4.7. Grafik antara suhu air sumur bor dengan DHL air sumur bor
(µ mho/cm,25ºC). 53
4.8. Grafik antara konsentrasi Cl air sumur bor dengan DHL
air sumur bor (µ mho/cm,25ºC). 53
4.9. Grafik antara TDS air sumur bor dengan DHL air sumur bor
(µ mho/cm,25ºC). 54
4.10. Kontur antara Jarak sampel air Sumur Gali dari garis pantai, Kedalaman Sumur Gali terhadap DHL air Sumur Gali (µ
mho/cm.25ºC) 55
4.11. Grafik 3D antara Jarak sampel air Sumur Gali dari garis pantai, Kedalaman Sumur Gali terhadap DHL
air Sumur Gali (µ mho/cm.25ºC) 55 4.12. Sistim kontur antara TDS air sumur gali dengan DHL
air sumur gali (µ mho/cm.25ºC) 56 4.13. Grafik 3D antara konsentrasi Klorida,TDS air sumur gali
_________________________________________________________________
4.15. Grafik antara Kedalaman Sumur Gali dengan DHL
Air Sumur Gali (µ mho/cm, 25ºC) 58 4.16. Grafik antara Suhu Sumur Gali dengan DHL
Air Sumur Gali (µ mho/cm, 25ºC) 58 4.17. Grafik antara Konsentrasi Cl Sumur Gali dengan
DHL Air Sumur Gali (µ mho/cm, 25ºC) 59 4.18. Grafik antara TDS Air Sumur Gali dengan DHL
Air Sumur Gali (µ mho/cm, 25ºC) 59
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran
1. Hasil Ujia Laboratorium dari BTKL & PPM L-1 2. Peta lokasi Penelitian L-2 3. Photo lokasi Penelitian L-3 4. Permenkes Nomor 492 tahun 2010 tentang persyaratan
kualitas air murni L-4 5. Surat Tugas Penelitian dari Program Magister Fisika
Universitas Sumatera Utara Medan L-5
ANALISIS INTRUSI AIR LAUT
PADA SUMUR GALI DAN SUMUR BOR DENGAN METODE
KONDUKTIVITAS LISTRIK DI KECAMATAN MEDAN
MARELAN
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai analisa intrusi air laut pada sumur gali dan sumur bor dengan metode konduktivitas listrik dikecamatan Medan Marelan. untuk mengetahui tingkat intrusi air laut pada sumur gali dan sumur bor dilakukan dengan pengukuran Daya Hantar Listrik ( DHL ) air sumur gali dan sumur bor. Pengambilan sampel air laut, air sumur gali dan air sumur bor dimulai dari titik acuan dari garis pantai menuju titik air laut dan dari titik acuan dari garis pantai menuju kearah daratan yaitu sumur-sumur rumah penduduk .
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor jarak, kedalaman dan konsentrasi klorida terhadap intrusi air laut, kandungan air sumur gali dan air sumur bor( TDS ) dan suhu air sumur gali dan sumur bor
Dari analisis pengamatan dapat dilihat pada sumur gali nilai antara jarak, kedalaman dan konsentrasi klorida terhadap DHL cukup erat atau relative tinggi artinya terdapat hubungan yang positip dan kuat antara jarak,kedalaman dan konsentrasi klorida secara bersama sama terhadap Daya Hantar Listrik (DHL)
sebesar 73,2℅ sedangkan pada sumur bor nilai antara jarak, kedalaman dan konsentrasi klorida terhadap DHL tidak erat atau relatif rendah artinya terdapat hubungan yang lemah antara jarak,kedalaman dan konsentrasi klorida terhadap Daya Hantar Listrik (DHL) sebesar 36,4℅
ANALYSIS OF SEAWATER INTRUSION INTO THE DIG AND DRILL WELLS BY ELECTRICAL CONDUCTIVITY AT SUB DISTRICT OF
MEDAN MARELAN.
ABSTRACT
It had conducted a research on analysis of intrusion of sea water in to the dig and drill wells by electrical conductivity at sub district of Medan Marelam in order to study the intrusion level of sea water to the dig a nd drill wells by measurement of electrical conductivity of the dig and drill wells water.
Sampling of sea water, dig and drill well water is begin from the reference point on the coastal line on the point of sea water and from the reference point from the coastal line to the well..
The research aims to study the influence of factors i.e. distance, depth and concentration of chloride to the intrusion of sea water, water content of dig and drill wells and the temperature of dig and drill water.
Based on observation analysis is found that on the dig well, the distance, depth and concentration of chlorideto electrical conductivity is higher means that there is a positive and significant correlation between distance, depth and concentration of chloride simultaneously to the electrical conductivity for 73.2 ℅ while for the drill well, the value between distance, depth and concentration of chloride to electrical conductivity is lower means that there is a weak correlation between distance, depth and concentration of chloride to the electrical conductivity for 36.4 ℅
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup mahluk hidup. Tanpa
air kelangsungan hidup hanya beberapa hari saja. Air adalah unsur kehidupan
yang sangat mendasar mencakup semua aktifitas manusia. Tidak semua air
didunia dapat dimanfaatkan langsung oleh manusia karena pada kondisi dan
keadaan tertentu air baku harus terlebih dahulu diolah atau diproses menjadi air
bersih yang sesuai dengan standart kesehatan.
Air tanah merupakan suatu sumber daya alam yang bersifat terbaharui
(renewable). Tetapi meskipun sifatnya demikian waktu pembarahuan tersebut relatif tergantung dari pengimbuhan ( recharge ) yang dapat berlangsung dalam ukuran detik hingga jutaan tahun. Penggunaan air tanah sebagai sarana kehidupan
semakin meningkat didaerah Sumatera Utara baik untuk kehidupan rumah tangga
maupun kebutuhan industri. Peningkatan pemanfaatan air ini dapat kita jumpai
pada daerah-daerah yang padat penduduk dan daerah industri.
Kecamatan Medan Marelan merupakan salah satu daerah pemukiman,
perumahan dan industri yang berkembang dengan pesat yang tercermin dari laju
pembangunannya. Sebagai konsekuensinya perlu ditingkatkan sarana maupun
prasarana seperti halnya pengadaan air bersih sebagai komuditi ekonomi yang
mempunyai peranan penting.
Sumber air bersih ini berasal dari air sungai, mata air dan air bawah tanah,
salah satu pengadaan air adalah dari air bawah tanah, karena air tersebut dapat
digunakan secara mudah dan ekonomis, diambil dengan cara pemboran ataupun
Kecamatan Medan Marelan adalah termasuk daerah dekat pantai yang
merupakan kota yang sangat cepat perkembangannya. Secara geografis kecamatan
Medan Marelan terletak pada posisi 3o43’25 11” lintang utara dan 98o39’ 12 18” bujur timur dengan luas 44,47 km2 dengan ketinggian 5 m dari permukaan laut.
Kecamatan Medan Marelan dihuni oleh 125.487 orang penduduk dimana
penduduk terbanyak berada dikelurahan Rengas Pulau yakni sebanyak 57.692
orang. Jumlah penduduk terkecil dikelurahan Paya Pasir yakni sebanyak 10.363
orang.
Peningkatan pemanfaatan air tanah ini dapat kita jumpai pada
daerah-daerah dekat pantai dan daerah-daerah dimana sarana Perusahaan Daerah Air Minum
( PDAM ) yang sangat terbatas sehingga masyarakat banyak menggunakan air
dari sumur gali dan sumur bor untuk memenuhi kebutuhannya yang harganya jauh
lebih murah.
Terjadinya penyedotan air tanah yang terus menerus tanpa
memperhitungkan daya dukung lingkungannya dapat menyebabkan permukaan air
tanah melebihi daya produksi dari suatu akifer ( lapisan pembawa air ) yang dapat
menimbulkan pengaruh negatif terhadap sumber air bawah tanah serta
menyebabkan penurunan lapisan tanah dipermukaan.
Penyedotan air bawah tanah yang berlebihan dibeberapa tempat yang
berakibat menurunnya permukaan air tanah setempat secara menyolok dapat kita
lihat misalnya di Jakarta, permukaan air tanah turun sampai 25 meter dibawah
permukaan air laut dan di Bandung sampai 20 meter dipermukaan air tanah
setempat, disamping itu untuk beberapa kota yang terletak ditepi pantai seperti
Medan, Jakarta, Semarang terjadi penyusupan air laut kedalam lapisan tanah yang
mengandung air tawar akibat penurunan permukaan air tanah tersebut. Di Jakarta
penyedotan air tanah telah sedemikian menurunkan permukaan air tanah sehingga
air laut telah menyusup sejauh 15 km ke daratan dan seluruh air tanah dipesisir
telah menjadi payau (Soekardi, 1990).
Sehubungan dengan hal di atas maka perlu diadakan penelitian khusus
mengenai ANALISIS INTRUSI AIR LAUT PADA SUMUR GALI DAN
SUMUR BOR DENGAN METODE KONDUKTIVITAS LISTRIK DI
KECAMATAN MEDAN MARELAN dalam upaya untuk mengetahui sampai
sejauh mana intrusi air laut akibat penyedotan air bawah tanah oleh manusia dan
industri dan upaya sedini mungkin dalam pemakaian/penyedotan air bawah tanah
tidak dilakukan secara berlebihan, serta dalam pembuatan sumur bor yang tidak
memperdulikan kondisi setempat.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang akan diteliti adalah
sebagai berikut:
1. Sejauh manakah intrusi air laut pada lapisan air bawah tanah di Kecamatan
Medan Marelan?
2. Apakah sumur - sumur ( air bawah tanah) telah dicemari oleh air laut?
3. Apakah faktor jarak, kedalaman dan konsentrasi klorida mempengaruhi intrusi
air laut?
1.3. BATASAN MASALAH
Dari masalah yang telah diuraikan di atas maka masalah tersebut akan dibatasi
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan bagaimana terjadinya intrusi air laut terhadap air bawah tanah
2. Mengukur Daya Hantar Listrik air sumur gali dan sumur bor
3. Membahas parameter-parameter yang mempengaruhi Daya Hantar Listrik air
sumur gali dan air sumur bor di Kecamatan Medan Marelan yang terintrusi air
Kedalaman sumur gali dan sumur bor
Jarak sumur gali dan sumur bor ke garis pantai
Total Dissolved Solid (TDS) air sumur gali dan sumur bor
Kandungan Klorida (Cl) pada air sumur gali dan sumur bor di Kecamatan Medan Marelan.
Suhu air sumur gali dan sumur bor
Kesadahan (CaCO3)
Derajat Keasaman ( pH )
1.4. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sebaran intrusi air laut pada air bawah tanah
2. Untuk mengetahui mutu/kualitas air sumur yang dipengaruhi air laut
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor jarak, kedalaman dan konsentrasi klorida air sumur gali dan sumur bor terhadap intrusi air laut.
1.5. HIPOTESISI PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang, masalah dan tujuan penelitian maka yang menjadi
hipotesa penelitian adalah:
1. Besar kemungkinan intrusi air laut merembes akibat penyedotan air tanah
yang berlebihan oleh masyarakat dan industri
2. Air sumur bor dan sumur gali sudah tidak layak untuk dikonsumsi
3. Ada faktor jarak, kedalamam dan konsentrasi klorida air sumur gali dan sumur
1.6. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang akan diperoleh setelah dilakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan informasi ilmiah bagi masyarakat khususnya kecamatan Medan
Marelan apakah air sumur gali dan sumur bor masih layak atau tidak layak
untuk dikonsumsi.
2. Dapat membantu instansi terkait untuk pembangunan sarana penyediaan air
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. AIR
2.1.1. Karakteristik Air
Air merupakan sumberdaya alam yang berlimpah di muka bumi, menutupi sekitar
71% dari permukaan bumi. Secara keseluruhan air di muka bumi, sekitar 98%
terdapat di Samudera dan laut dan hanya 2% yang merupakan air tawar yang
terdapat di sungai, danau dan bawah tanah. Diantara air tawar yang ada tersebut,
87% diantaranya berbentuk es, 12% terdapat di dalam tanah, dan sisanya sebesar
1% terdapat di danau dan sungai. Selain berlimpah keberadaannya di muka bumi,
airpun memiliki karakteristik yang khas, menurut Effendi (2007 : 22-23),
karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0oC (32o F) – 100o C, air berwujud cair. Suhu 0oC merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100oC merupakan titik didih (boiling point) air.
b. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpanan panas yang sangat baik. Perubahan suhu air yang lambat
mencegah terjadinya strees pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu
yang medadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup.
Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.
c. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan
(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah besar. Sebaliknya, proses perubahan
uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar.
Pelepasan energi ini merupakan salah satu penyebab mengapa kita merasa
sejuk pada saat berkeringat. Sifat ini juga merupakan salah satu faktor utama
d. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis
senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang
sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga
35.000 mg/liter, (Tebbut, 1992). Sifat ini memungkinkan unsur hara terlarut
diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan memungnkan
bahan-bahan toksik yang masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan
untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini juga memungkinkan air digunakan sebagai
pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar (polutan) yang masuk ke
dalam air.
e. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki
tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut
tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat
membasahi suatu bahan secara baik (higher wetting ability).
f. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada
saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki densitas (massa/volume)
yang lebih rendah daripada air.
Air mengalami sirkulasi yang disebut daur hidrologi. Proses ini berawal
dari permukaan tanah dan laut yang menguap ke udara kemudian mengalami
kondensasi yaitu berubah menjadi titik titik air yang mengumpul dan membentuk
awan. Titik- titik air itu memiliki kohesi sehingga titik- titik air menjadi besar dan
dipengaruhi gravitasi bumi sehingga jatuh disebut hujan. Air hujan yang jatuh
dipermukaan bumi sebagian diserap tanah dan sebagian lagi mengalir melalui
Seperti yang telah diterangkan diatas, siklus hidrologi yang kontiniu antara air laut
dan air daratan dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Menurut waktu dan tempat air dapat berubah kedalam tiga bentuk/sifat
yakni air sebagai bahan padat, air sebagai cairan, dan air sebagai uap seperti gas.
Berikut ini sifat-sifat fisik air antara lain:
- Titik beku 0OC
- Massa jenis es (0OC) 0,92 gr/cm3 - Massa jenis air (0OC) 1,00gr/cm3 - Panas lebur 80 kal/gr
- Titik didih 100OC
- Panas penguapan 540 kal/gr
- Temperatur kritis 347OC - Tekanan kritis 217 Atm
- Konduktivitas listrik spesifik (25OC)1x10-17/ohm-cm - Konstanta dielektri(25OC)78 ( Gabriel, 2001 )
2.1.2. Air Tanah (Ground Water)
a. Pengertian dan jenis air tanah
Bumi memiliki sekitar 1,3 -1,4 milyard km2 air, yang terbagi atas laut
sejumlah 97,5%, dalam bentuk es sejumlah 1,75% dan sekitar 0,73%
berada di darat. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan mengalir ke
daerah yang lebih rendah dan masuk ke sungai akhirnya mengalir sampai
ke laut, dalam perjalanan air tersebut sebagian akan masuk ke dalam tanah
(infiltrasi) dan ada pula yang menguap kembali.
Menurut Gelhar, 1972 (Seyhan, 1977:254). Lebih dari 98% dari
semua air tawar (diduga sedikit lebih dari pada 7 x 106 km3 ) diatas muka bumi tersembunyi di bawah permukaan dalam pori-pori batuan dan
bahan-bahan butiran. Dua persen sisanya adalah apa yang kita lihat di danau-
danau, sungai dan reservoir. Separuh dari dua persen ini disimpan di
reservoir buatan. Sembilan puluh delapan persen dari air di bawah
permukaan disebut air tanah dan digambarkan sebagai air yang terdapat
pada bahan yang jenuh di bawah muka air tanah. Dua persen sisanya
adalah lengas tanah pada mintakat tidak jenuh di atas muka air tanah.
Daryanto (2004 : 11) menyatakan bahwa : Air tanah ialah air yang
melekat pada butir-butir tanah, air yang terletak diantara butir-butir tanah,
dan air yang tergenang di atas lapisan tanah yang terdiri dari batu, tanah
lempung yang amat halus atau padat yang sukar ditembus air.”
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa airtanah adalah
air yang tersimpan dalam ruang antar butir tanah yang dibatasi oleh
formasi geologi dan struktur batuan yang sukar ditembus air. Lapisan
dimana airtanah dapat dengan mudah melaluinya disebut lapisan
permeabel seperti lapisan pasir atau lapisan krikil. Lapisan impermeabel
Lapisan permeabel yang jenuh dengan air tanah disebut juga akuifer
(lapisan pengandung air). Air terkekang merupakan airtanah dalam akuifer
yang tertutup dengan lapisan impermeabel yang mendapat tekanan. Air
tanah bebas adalah air tanah dalam aquifer yang tidak tertutup dengan
lapisan impermeabel.
b. Penggolongan air tanah
Penggolongan Ait tanah berdasarkan asal mulanya menurut Told dan Dam
(Seyhan 1977 : 256) dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu :
1) Air meteorik yakni air yang berasal dari atmosfir dan mencapai
mintakat kejenuhan baik secara langsung (infiltrasi permukaan tanah &
kondensasi uap air) maupun tidak langsung (perembesan influen)
2) Air Juvenil merupakan air baru yang ditambahkan pada mintakat
kejenuhan dari kerak bumi yang dalam (seperti, air magmatik, air
gunungapi dan air kosmik).
3) Air diremajakan (rejuvenated) ialah air yang untuk sementara waktu
telah dikeluarkan dari daur hidrologi oleh pelapukan, dan sebab-sebab
lain, kembali kedaur lagi dengan proses-proses metamorfisisme,
pemadatan atau proses-proses yang serupa.
4) Air konat adalah air yang dijebak pada beberapa batuan sedimen atau
gunung pada saat asal mulanya. Air tersebut biasanya sangat
termineralisasi dan mempunyai salinitas yang lebih tinggi daripada air
laut.
c. Kondisi air tanah
Menurut Sosrodarsono (2006 : 98-103) air tanah yang bersangkutan
dengan pengembangan air, diklasifikasikan dalam lima jenis sesuai dengan
dalam kipas detrital, air tanah dalam terras dilluvial, air tanah di kaki
gunung api dan air tanah dalam zone batuan retak.
1) Air tanah dataran aluvial
Volume air tanah dalam dataran alluvial ditentukan oleh tebal, penyebaran
dan permeabilitas dari akuifer yang terbentuk dalam alluvium dan
dilluvium yang mengendap dalam dataran. Air susupan. air tanah yang
dalam dataran. Airtanah dataran alluvial terbagi atas air susupan (influent water), airtanah dilapisan yang dalam, dan airtanah sepanjang pantai.
2) Air tanah di dalam kipas detrital
Endapan kipas detrital terbagi atas endapan diatas kipas dan dibagian
ujung bawah kipas. Endapan diatas kipas terdiri atas lapisan pasir dan
kerikil yang tidak terpilih sedangkan menuju ke arah ujung bawah kipas
cendrung di dominasi oleh lempung.
3) Air tanah di dalam teras dilluvial
Air tanah dalam teras diluvial yang tertutup dengan endapan teras yang
agak tebal ditentukan oleh keadaan bahan dasar dan daerah pengaliran dari
terras. Kondisinya pada lembah terdapat akuifer yang tebal dan mata air
pada batuan dasar yang dangkal, sedangkan jika terras bersambung dengan
gunung api dan endapannya juga bersambung dengan endapan kasar
gunung itu, maka pengisian air tanah akan menjadi besar.
4) Air tanah di kaki gunung api
Kaki gunung api memiliki topografi dan geografi yang khas maka air
tanahnya mempunyai karakteristik tersendiri. Kaki gunung api yang tinggi
mengakibatkan curah hujan tinggi, fragmen-fragmen gunung api memiliki
ruang-ruang yang banyak sehingga mudah menyalurkan airtanah serta
retakan dan ruang maka air tanah dengan mudah melalui dasar sepanjang
lembah tersebut.
5) Air tanah di zone retakan
Lapisan-lapisan zaman tersier mempunyai kepadatan yang besar, porositas
effektif antar butir tanah adalah kecil. Koeffisien permeabilitasnya adalah
kirakira10-4 sampai 10-6 cm/detik dan tidak terbentuk akuifer. Akan tetapi
jika terdapat zone retakan yang memotong lapisan-lapisan ini, maka
didalamnya terisi air celah.
Gambar 2.2. Akifer air tanah
2.2. Kualitas Air
Air merupakan sumber daya alam yang sangat melimpah di muka bumi, dan
dengan adanya siklus hidrologi menjadikan air sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui. Namun meskipun air merupakan sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui, air di alam sangat jarang ditemukan dalam keadaan murni. Air hujan
yang pada awalnya dalam keadaan murni tapi setelah mengalami reaksi dengan
gas-gas di udara dalam perjalanannya turun ke bumi dan selanjutnya selama
mengalir di atas permukaan bumi dan dalam tanah, menjadikan air tersebut
terkontaminasi. Kualitas air merupakan karakteristik mutu yang dibutuhkan dalam
Pengelompokan kualitas air dibagi menjadi empat golongan menurut
peruntukannya dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 1990, pembagian
tersebut sebagai berikut :
a. Golongan A : air dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B : air dapat digunakan sebagai air baku air minum.
c. Golongan C : air dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
d.Golongan D : air dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di
perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan
tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk
memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi atau
pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi. Banyak cara yang
digunakan untuk menentukan status mutu air, diantaranya dengan metode
STORET.
Dengan metode tersebut dapat diketahui parameter-parameter yang telah
memenuhi atau tidak memenuhi. Pada dasarnya metode STORET hanya
membandingkan antara data kualitas air yang di uji dengan standar baku mutu air
sesuai peruntukannya. Sistem nilai yang digunakan adalah dari US-EPA
(Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas, yaitu :
a. Kelas A : baik sekali, skor = 0 Æ memenuhi baku mutu.
b. Kelas B : baik, skor = -1 sampai -10 Æ cemar ringan.
c. Kelas C : sedang, skor = -11 sampai -30 Æ cemar sedang
Kualitas air dalam hal ini mencakup keadaan fisik dan kimia yang dapat
mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia pertanian, industri,
rekreasi dan pemanfaatan air lainnya, Asdak (2004:497). Dalam Peraturan
Pemerintah RI No 82 tahun 2001,kualitas air ditetapkan melalui pengujian
karakteristik fisika dan karakteristik kimia
2.2.1. Karakteristik Fisika.
1. Total dissolved solid (TDS)
Tubuh kita terdiri dari 80% air, maka air memiliki peranan yang sangat
penting untuk menjaga kesehatan. Banyak diantara kita hanya
mengetahui bahwa air yang layak konsumsi adalah air yang bebas bakteri
dan virus, pada hal kualitas air yang layak konsumsi adalah lebih dari itu.
Salah satu factor yang sangat penting dan menentukan bahwa air yang
layak konsumsi adalah kandungan Total Dissolved Solid (TDS) atau kandungan unsur mineral dalam air.
Menurut standart Organisasi Kesehatan Dunia Word Healt Organisatiton ( WHO ), air minum yang layak dikonsumsi memiliki kadar TDS < 100 ppm (parts per million), sedangkan menurut DEPKES
RI melalui PERMENKES: 492/Menkes/Per/ IV/2010, standar TDS
maksimum yang diperbolehkan adalah 500 mg/liter
2. Suhu
Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan
aktifitas biologi sehingga akan membentuk O2 lebih banyak lagi.
Kenaikan suhu perairan secara alamiah biasanya disebabkan oleh
aktifitas penebangan vegetasi disekitar sumber air tersebut, sehingga
menyebabkan banyaknya cahaya matahari yang masuk tersebut
3. Daya Hantar Listrik (DHL)
Konduktivitas air bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya
dan mobilitas ion-ion tersebut. Satuannya adalah (µmho/cm, 250C). Konduktivitas bertambah dengan jumlah yang sama dengan
bertambahnya salinitas. Secara umum, factor yang lebih dominan dalam
perubahan konduktivitas air adalah temperatur. Untuk mengukur
konduktivitas digunakan konduktivitimeter. Berdasarkan nilai DHL, jenis
air juga dapat dibedakan melalui nilai pengukuran daya hantar listrik
[image:36.595.157.486.348.451.2]dalam µmho/cm pada suhu 250C menunjukkan klasifikasi air sebagai berikut:
Tabel 2.1. Klasifikasi air berdasarkan Daya Hantar Listrik (DHL)
No. DHL (µmho/cm, 250C) Klasifikasi
1. 0,0055 Air Murni
2. 0,5-5 Air suling
3. 5-30 Air hujan
4. 30-200 Air tanah
5. 45000-55000 Air laut
Sumber : Davis dan Wiest, 1996)
Berdasarkan batas konduktivitas listrik klasifikasi intrusi air laut dapat
juga dibedakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.2. Klasifikasi intrusi air laut berdasarkan konduktivitas listrik
No. Batas konduktivitas (µmho/cm, 250C) Klasifikasi intrusi
1. ≤ 200,00 Tidak terintrusi
2. 200,01-229,24 Terintrusi sedikit
3. 229,25-387,43 Terintrusi sedang
4. 387.44-534,67 Terintrusi agak tinggi
5. ≥534,68 Terintrusi tinggi
4. Bau dan rasa
Air yang baik idealnya tidak berbau dan tidak berasa. Bau air dapat
ditimbulkan oleh pembusukan zat organik seperti bakteri serta
kemungkinan akibat tidak langsung terutama sistim sanitasi, sedangkan
rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu larut dalam air, dan
rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
5. Kekeruhaan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan
anorganik, kekeruhan juga dapat mewakili warna. Sedang dari segi
estetika kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya
pencemaran melalui buangan dan warna air tergantung pada warna air
yang memasuki badan air.
2.2.2. Karakteristik kimia
1. Klorida (Cl)
Klorida adalah merupakan anion pembentuk Natrium Klorida
yang menyebabkan rasa asin dalam air bersih (air sumur). Kadar klorida
pada sampel air dengan menggunakan metode Argentometri di dapatkan
nilai kadar klorida 9,10 mg/liter dan telah memenuhi persyaratan kualitas
air minum. Sesuai dengan PERMENKES RI No. 492/Menkes/Per/
IV/2010, sebagaimana kadar maksimal klorida yang diperbolehkan untuk
[image:37.595.155.468.645.722.2]air minum adalah 250 mg/liter.
Tabel 2.3. Klasifikasi air berdasarkan konsentrasi klorida No. Konsentrasi Cl (mg/liter) Klasifikasi
1. 0-200 Air Murni
2. 201-600 Air suling
3. >600 Air asin
2. Derajat Keasaman ( pH )
Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada
umumnya disebabkan gas oksida yang larut dalam air terutama
karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada
penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil
6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa
senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat menggangu kesehatan
3. Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,
umumnya Ion Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dalam bentuk garam
karbonat. Air sadah juga merupakan air yang memiliki kadar mineral
yang tinggi. Air dengan kesadahan yang tinggi memerlukan sabun lebih
banyak sebelum terbentuk busa (Mestati, 2007)
Tabel 2.4. Kesadahan air
No. Kelas 1 2 3 4
1. Kesadahan (mg/lt) 0-55 56-100 101-200 201-500
2. Derajat kesadahan Lunak Sedikit sadah
Moderat sadah
Sangat sadah Sumber : Suripin, 2001
2.3. Kuantitas Air
Kuantitas air secara umum di muka bumi relatif tidak berubah hanya mengalami
perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Keadaan geografis yang berbeda,
intensitas hujan tidak merata, maka ketersediaan air di suatu tempat berbeda
dengan tempat yang lain.
Secara keseluruhan, jumlah air di bumi sebesar 1.360.000.000 km3 , tersebar di laut sebesar 97,2 %, air permukaan hanya sekitar 2,15%, dan air yang
ada di bawah tanah sebesar kurang dari 1%. Besarnya air laut tersebut tidak dapat
manusia dapat menggunakan teknologi untuk memaksimalkan potensi-potensi air
yang ada.
2.4. Kebutuhan
Menurut kodoatie (2005:150) kebutuhan air adalah kebutuhan air yang digunakan
untuk menunjang segala kegiatan manusia, meliputi air bersih domestik dan non
domestik, air irigasi baik pertanian maupun perikanan, dan air untuk
penggelontoran kota. Air bersih digunakan untuk memenuhi kebutuhan :
a) Air Domestik yaitu air untuk rumah tangga yang ditentukan oleh jumlah
penduduk dan konsumsi per kapita.
b) Air Non Domestik yaitu air yang digunakan untuk industri, pariwisata, tempat
ibadah, tempat sosial, serta tempat-tempat komersial atau tempat umum
lainnya.
Menurut Gleick (Arsyad, 1989:163), pemakaian air oleh manusia
digolongkan dalam tiga golongan utama yaitu : 1) pemakaian domestik, 2)
pemakaian Industri, dan 3) pemakaian pertanian.
Kebutuhan air domestik sangat ditentukan oleh jumlah penduduk, dan
konsumsi air perkapita. Kecendrungan populasi dan sejarah populasi dipakai
sebagai dasar perhitungan kebutuhan air domestik terutama dalam penentuan
kecendrungan laju pertumbuhan (Growth Rate Trends). Selain pertumbuhan penduduk, estimasi populasi untuk masa yang akan datang juga merupakan salah
satu parameter utama dalam penentuan kebutuhan air domestik.
Jumlah penduduk yang terus berkembang pada suatu wilayah tertentu akan
mengakibatkan peningkatan akan ruang untuk hidup. Sejalan dengan pertambahan
jumlah penduduk, semakin sempit pula lahan untuk mendukung penduduk
tersebut. Semakin sempit lahan, semakin sempit pula infiltrasi (peresapan air ke
dalam tanah) yang terjadi karena tertutup oleh bangunan-bangunan. Selain itu
Salim (1991:188) menerangkan bahwa : “Permintaan terhadap penggunaan
air semakin meningkat, jumlah penduduk yang memerlukan air terus bertambah,
sedangkan penyediaan air dan kemampuan alam untuk menahan air semakin
berkurang. Hal tersebut berhubungan dengan kemampuan alam untuk menahan air
semakin berkurang. Hal tersebut berhubungan dengan kemampuan sejumlah air
untuk mendukung terhadap kehidupan manusia atau dikenal dengan daya dukung
air”.
Menurut Direktorat Penyehatan, Dirjen Cipta Karya DPU, Tahun 1982
mengenai standar kebutuhan air rata-rata perorang untuk kota di Indonesia dapat
dilihat pada tabel 2.7 (Tabel standar kebutuhan air rata-rata perorangan untuk
kota-kota di Indonesia)
Tabel 2.5 Standar Kebutuhan Air Rata-rata Perorangan untuk kota-kota di Indonesia
Kategori Kota Jumlah Penduduk (jiwa)
Standar (liter/orang/hari)
Metropolitan > 1.000.000 120
Kota Besar 500.000-1.000.000 100
Kota Sedang 100.000-500.000 90
Kota Kecil 20.000-100.0000 60
Semi Urban 3.000-20.000 45
Sumber : Ditjen Cipta Karya 1982
2.5. Intrusi air laut ke akifer air tanah
Air tanah tawar mengalir ke laut lewat akifer akifer di daerah pantai yang
berhubungan dengan laut dalam keadaan alami. Tetapi karena meningkatnya
kebutuhan air tawar, maka aliran air tawar ke arah laut telah menurun atau bahkan
sebaliknya air laut mengalir masuk ke akifer air tawar di daratan karena muka air
tanah telah berada dibawah permukaan air laut yang disebabkan oleh pengambilan
Jika air laut tersebut telah mengalir ke dalam sumur-sumur di daratan,
maka penyediaan air menjadi tidak berguna karena akifer telah dicemari oleh air
asin (Soemarto ,1987)
Adapun sebab-sebab utama terjadinya penerobosan air asin ke akifer air
tawar adalah sebagai berikut:
1. Akifer ini berhubungan dengan laut
2. Penurunan permukaan air tanah cukup besar sehingga dapat
mengakibatkan penerobosan air asin
Berdasarkaan faktor-faktor tersebut di atas, air tanah yang mempunyai
bahaya penerobosan air asin adalah sebagai berikut:
2.5.1. Air tanah bebas di pantai
Percampuran air asin dan air tawar dalam sebuah sumur dapat terjadi
dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Dasar sumur terletak dibawah perbatasan antara air asin dengan air tawar.
2 Permukaan air dalam sumur selama pemompaan menjadi lebih rendah
dari permukaan air laut, sehingga pengaruhnya mencapai tepi pantai.
3. Keseimbangan perbatasan antara air asin dan air tawar tidak dapat
dipertahankan, perbatasan itu dapat naik secara abnormal yang disebabkan
Mengingat sumur di tepi pantai itu tidak dapat dipergunakan kembali
setelah dimasuki air asin, maka harus diperhatikan untuk air tanah bebas seperti
gambar di bawah ini:
Gambar : 2.3 Hukum Herzberg pada air tanah tawar dan asin dekat garis pantai (Sumber: Sosrodarsono dan Takeda,1976)
Keterangan gambar: s = Permukaan air laut
f = Permukaan air tanah
B = Batas antara air asin dan air tawar
W = Sumur
Jika batas antara air asin dan air tawar berada dalam keseimbangan yang
statis, maka untuk zona air tanah bebas di pantai dengan permeabilitas yang
kira-kira merata, berlaku persamaan:
ρH = ρ0 ( H + h ) (2-1)
H =
Dimana: ρ0 = Kerapatan air tawar (kg/m3)
ρ = Kerapatan air asin (kg/m3)
h = Tinggi dari permukaan air asin ke permukaan air tawar (m)
H = Kedalaman dari permukaan laut ke batas (antara air asin dengan air tawar) (m)
Untuk ρ0 = 1,00 (kg/m3), ρ = 1,024 (kg/m3) di dapat H = 42 h (2.3)
Hubungan di atas disebut hukum Herzberg (Sasrodarsono dan Takeda,1976).
Jika terdapat keadaan yang sesuai dengan hukum Herzberg dimana air asin telah
berada di bawah akifer, maka air asin akan segera menerobos ke dalam sumur
setelah permukaan air yang telah dipompa itu berada lebih rendah dari permukaan
air laut. Demikikan pula jika akifer itu tidak tebal, maka penerobosan air asin
perlahan-lahan akan menyebar dari pantai
2.6. Pengambilan air tanah melalui air sumur
Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang
tinggal di daerah pedesaan maupun diperkotaan Indonesia. Secara teknis dapat
dibagi menjadi 2 jenis:
1. Sumur dangkal (shallow well)
Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan
membuat sumur gali dengan kedalaman lebih rendah dari posisi
permukaan air tanah. Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali
biasanya terbatas, dan air yang diambil adalah air dangkal. Untuk
pengambilan air yang lebih besar diperlukan luas dan kedalaman galian
yang lebih besar. Kedalaman sumur gali tergantung lapisan tanah,
ketinggian dari permukaan air laut, dan ada tidaknya air bebas di bawah
dari 5-8 meter di bawah permukaan tanah. Cara ini cocok untuk daerah
pantai dimana air tanah berada di atas air asin.
Berdasarkan jenis tanah dan kedalaman, air bebas sumur gali
dapat diperoleh sebagai berikut:
Tanah berpasir: Sumur gali cukup 6-8 m telah memperoleh air bebas
Tanah liat: kedalaman sumur ≥ 12 m baru memperoleh air bebas Tanah kapur: Umumnya sumur gali harus ≥ 40 m baru diperoleh air
bebas
Keadaan atau sifat air sumur gali antara lain:
- Ketinggian air bebas umumnya sekitar 1-3 m dari dasar sumur
- Ketinggian air bebas bervariasi, tergantung jumlah air yang diambil
dan tergantung musim
- Rasa dan warna air tergantung jenis tanah yang ada, tanah sawah
airnya kekuningkuningan, tanah berpasir airnya jernih dan rasanya
sejuk, tanah liat rasanya sedikit sepat, tanah kapur airnya terasa sedikit
sepat dan warnanya kehijau-hijauan dan tanah gambut airnya
berwarna kemerah-merahan seperti teh dan rasanya asam.
- Mudah tercemar oleh karena kelalaian dalam menutup mulut sumur
- Mengandung algae dalam jumlah sedikit
- Mengandung bakteri cukup banyak (Gabriel, 2001)
2. Sumur dalam (deep well)
Pengambilan air tanah dilakukan dengan membuat sumur dalam (deep well) atau yang lazim disebut sumur bor.
Kedalaman sumur bor berdasarkan struktur dan lapisan tanah:
- Tanah berpasir: biasanya kedalaman 30-40 m sudah memperoleh air.
- Tanah liat/padas: biasanya kedalaman 40-60 m akan diperoleh air
yang baik dan air akan naik mencapai 7 m dari permukaan tanah
- Tanah berkapur: biasanya sumur dengan kedalaman di atas 60 m
kemungkinan baru mendapat air dan apabila ada air, airnya
sukar/tidak bias naik ke atas dengan sendirinya
- Tanah berbukit: biasanya sumur dibuat diatas 100 m atau diatas 200 m
kemungkinan tipis sekali untuk memperoleh air. Air yang diperoleh
sukar/tidak bias naik ke atas dengan sendirinya
Keadaan/sifat air sumur bor:
- Airnya jernih dan rasa sejuk
- Pencemaran air tidak terjadi/sukar terjadi
- Jumlah bakteri jauh lebih kecil dari sumur gali
- Jumlah algae dalam air sumur bor jauh lebih banyak dibanding dengan
air sumur gali
Air tanah yang disedot secara besar-besaran sehingga terjadi ketidak
seimbangan antara pengambilan/ pemanfaatan dengan pembentukan air
tanah. Hal ini dapat menyebabkan menurunkan air tanah, di daerah
pesisir penurunan permukaan air tanah akan mengakibatkan perembesan
air laut ke daratan (intrusi), karena tekanan air tanah menjadi lebih kecil
Gambar 2.4. Kondisi dimana intrusi air laut terjadi karena keseimbangan terganggu akibat pengambilan air. (Todd,1974)
2.7. Konduktivitas larutan elektrolit
Konduktivitas atau daya hantar merupakan ukuran kemampuan mengalirkan arus
listrik, menandakan banyaknya ion (Hartomo dan Widiatmoko,1992). Alat yang
dipergunakan untuk mengukur konduktivitas larutan disebut konduktivitimeter
dengan satuan mikromho/cm (µmho/cm)
Hambatan berbanding terbalik dengan luas penampang dan sebanding
dengan panjang, dengan persamaan:
R =
(2.4)
Dimana : R = Hambatan (Ω)
ρ = Hambatan jenis (Ω m )
l = Panjang ( m )
A = Luas penampang ( m2)
Konstanta perbandingan ρ disebut resistivitas sampel. Konduktivitas (K) merupakan kebalikan dari resistivitas, sehingga :
R = . (2.5)
atau K =
Besar tahanan dinyatakan dalam ohm dan kebalikannya disebut mho. Dalam
Sistim satuan SI, kebalikan ohm adalah Siemens (S).
2.8. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
2.8.1 Keadaan Medan Marelan
1. Letak dan Geografis Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008
Kecamatan Medan Marelan merupakan salah satu Daerah Tingkat 2 yang
berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Kecamatan Medan
Marelan menempati areal atau luas wilayah 44,47 km2 yang terdiri dari 5(lima) kelurahan yakni Tanah Enam Ratus, Rengas pulau,Terjun, Paya
Pasir dan Labuhan Deli. Kecamatan Medan Marelan terletak di wilayah
utara Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia
Sebelah Utara berbatasan dengan Medan Belawan.
2. Luas wilayah dirinci per kelurahan di kecamatan Medan marelan ( 2008)
Dari lima Kelurahan di Kecamatan Medan Marelan, kelurahan Terjun
memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 16,05 km2 sedangkan kelurahan Tanah Enam Ratus mempunyai luas terkecil yakni 3,42 km2. Table 2.6 Luas wilayah dirinci per Kelurahan di kecamatan Medan
Marelan tahun 2008
No Kelurahan Luas (km2) Persentase Terhadap luas kecamatan
1 Tanah Enam Ratus 3,42 7,69
2 Rengas Pulau 10,50 23,61
3 Terjun 16,05 36,09
4 Paya Pasir 10,00 22,49
5 Labuhan Deli 4,50 10,12
Medan Marelan 44,47 100
3. Jumlah penduduk, luas kelurahan, kepadatan penduduk per km dirinci
menurut kelurahan dikecamatan Medan Marelan tahun 2008.
Kecamatan Medan Marelan dihuni oleh 125.487 orang penduduk dimana
penduduk terbanyak berada dikelurahan rengas pulau yakni sebanyak
57.692 orang. Jumlah penduduk terkecil dikelurahan Paya Pasir yakni
sebanyak 10.363 orang. Bila dilihat dari luas kelurahan, kelurahan tanah
enam ratus memiliki luas yang terbesar yakni 30,42 km2 sedangkan kelurahan Labuhan Deli memiliki luas terkecil yakni 4,5 km2. Bila dibandingkan antrara jumlah penduduk serta luas wilayahnya maka
kelurahan Rengas Pulau merupakan kelurahan terpadat yakni 5,494 jiwa
tiap km2.
Tabel 2.7. Jumlah penduduk, luas kelurahan, kepadatan pendudk per km dirinci menurut kelurahan dikecamatan Medan Marelan tahun 2008.
No Kelurahan Jumlah
Penduduk
Luas (km2)
Kepadatan peduduk per km2
1 Tanah Enam Ratus 23100 30,42 759
2 Rengas Pulau 57692 10,50 5494
3 Terjun 19070 16,05 1188
4 Paya Pasir 10363 10,00 1036
5 Labuhan Deli 15262 4,50 3392
Medan Marelan 125487 71,47 1756
Sumber Badan Pusat Statistik Kota Medan
4. Banyaknya perusahaan industri besar, sedang, kecil dan kerajinan rumah
tangga dikecamatan Medan Marelan tahun 2008.
Perusahaan industri di Medan Marelan belum mulai bermunculan.
Perusahaan indutri di kelurahan Medan Marelan lebih didominasi oleh
industi kecil. Tercatat pada tahun 2008 hanya terdapat 3 industri besar/
sedang, 11 industri kecil dan 7 industri rumah tangga dikecamatan
Tabel 2.8. Banyaknya perusahaan industri besar/sedang, kecil dan kerajinan rumah tangga menurut kelurahan dikecamatan Medan Marelan tahun 2008.
No Kelurahan Industri
besar/sedang Kecil
Rumah tangga
1 Tanah Enam Ratus 0 7 0
2 Rengas Pulau 2 4 0
3 Terjun 0 0 5
4 Paya Pasir 1 0 0
5 Labuhan Deli 0 0 2
Medan Marelan 3 11 7
Sumber kantor Lurah se kecamatan Medan Marelan
5. Banyaknya rumah tangga pelanggan listrik Negara dan air minum PAM di
kecamatan Medan Marelan tahun 2008.
Pada tahun 2008 penyediaan listrik dari PLN dan penyediaan air dari
PAM sudah mulai membaik. Tercatat sebanyak 25.908 rumah tangga
yang berlangganan listrik PLN dan 983 rumah tangga yang berlanganan
air PAM dikecamatan Medan Marelan.
Tabel 2.9. Banyaknya rumah tangga pelanggan air minum melalui PAM per kelurahan se kecamatan Medan Marelan tahun 2008.
No Kelurahan Banyaknya pelanggan air minum
1 Tanah Enam Ratus 107
2 Rengas Pulau 307
3 Terjun 67
4 Paya Pasir 232
5 Labuhan Deli 270
Medan Marelan 983
Sumber kantor Lurah se kecamatan Medan Marelan
6. Iklim dan Curah Hujan
Daerah penelitian ini termasuk daerah tropis dengan temperatur udara
antara 27 minimal hingga 35 maksimal,seperti umumnya dengan
daerah-daerah yang lainnya yang berada di kawasan Sumatera utara.kecamatan
Medan Marelan memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim
sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan-bulan
terjadinya musim.
Kalau dilihat dari jumlah hari hujan yang turun musim hujan
dimulai pada bulan september sampai dengan desember dimana puncak
musim hujan terjadi bulan november,sedangkan kemarau pada bulan
januari sampai dengan bulan agustus dan puncaknya terjadi pada bulan
januari
2.8.2. Geologi Medan Marelan
1. Morfologi Dataran
Berdasarkan topografi daerah Sumatera utara dibagi tiga bagian yaitu
bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang
sampai berbukit dan bagian barat merupakan dataran.
Secara regional kecamatan medan marelan termasuk kawasan
pantai timur dengan morfologi yang bervariasi mulai dari morfologi
landai sampai morfologi bergelombang. Daerah penelitian yang terletak
di sepanjang pantai timur kecamatan Medan Marelan dengan ketinggian
lima meter di atas permukaan laut
2. Statigrafi
Berdasarkan data geologi jenis batuan yang terdapat di daerah penelitian
terdiri dari sedimen lepas berupa bongkahan, kerikil, pasir, lempung dan
batu gamping termasuk di dalam satuan Alluvium (Departemen
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Alat dan bahan
3.1.1. Peralatan
Alat – alat yang dipergunakan selama penelitian adalah :
- Global Position System ( GPS )
- Termometer Digital
- Konduktivitimeter
- Gelas Ukur
- Labu Erlenmeyer 250 mLl
- Pipet Volume 25 mL dan 50 mL
- TDS Meter
- Mikroburet 50 mL
3.1.2. Bahan – bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Sampel air sumur Bor dan gali
2. Sampel Air laut
3. Aquades 100%
4. Larutan indikator Kalium Kromat (K2CrO4) 5% b/v
5. Larutan baku Perak Nitrat ( AgNO3 ) 0,0141 N
6. Indikator Fenolftalein ( PP ) 1%
7. Larutan Natrium Hidroksida ( NaOH ) 1N
3.2. Teknik pengumpulan sampel
Untuk pengambilan sampel dimulai dari garis pantai sebagai titik acuan sampai
titik air laut murni, kemudian dari titik acuan garis pantai menuju sumur – sumur
bor dan sumur gali yang berada di daerah kecamatan Medan Marelan.
Titik pengambilan sampel
[image:52.595.121.510.229.551.2]
Titik acuan garis pantai
3.3. Prosedur penelitian 3.3.1. Penentuan DHL
Prinsip kerja :
Daya Hantar Listrik ( DHL ) dengan menggunakan larutan KCL sebagai larutan
baku pada suhu 25oC diukur dengan alat elektroda konduktimeter. Cara kerja :
Pengambilan data kelapangan dengan mengikuti teknik pengumpulan
sampel air sumur bor dan sumur gali, maka dilakukan perlakuan Laboratorium
sebagai berikut :
1. Dihidupkan alat DHL meter yang sudah dibilas dengan air suling dan
sampel sebanyak tiga kali dan diatur sampai menunjukkan angka1413
µmho/cm.
2. DHL meter dicelupkan kedalam gelas ukur yang berisi sampel.
3. Ditunggu 2 -5 menit, sampai pada pembacaan alat stabil
4. Dicatat hasil tanpa mengangkat DHL meter dari permukaan sampel.
3.3.2. Pengujian konsentrasi Cl
1. Diukur larutan sampel 100 mL, dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer 250
mL.
2. Ditetesi PP 1% sebanyak tiga tetes, ditambah NaOH 0,5 sampai warna
merah muda, ditambah H2SO4 1N sampai berubah warna putih jernih.
3. Lalu ditambahkan lagi 1 mL larutan K2CrO4 5% b/v dan diaduk sampai
warna kuning jernih, lalu dititrasi dengan larutan baku Ag NO3 0,0141 N
sampai titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya endapan
berwarna merah kecoklatan.
Untuk perhitungan kadar Klorida sampel ( mg/L )
Mg/L =
x 100% ( 3.1 )
Dengan :
A= Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi sampel ( mL )
B = Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko ( mL )
N= Normalitas larutan baku AgNO3
V= Volume sampel ( mL )
3.3.3. Pengujian Total Dissolved Solid ( TDS ) Prinsip kerja :
Banyaknya total padatan yang terlarut dalam sampel dengan menggunakan alat
TDS meter. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per
Million ( ppm) atau sama dengan milligram per liter ( mg/L ).
Cara kerja :
1. Dihidupkan alat TDS meter yang sudah dibilas dengan air suling dan
sampel.
2. TDS meter dicelupkan ke dalam gelas ukur yang berisi larutan sampel
3. Ditunggu 2 -5 menit, sampai pembacaan pada alat stabil
3.4. Teknik analisa data
3.4.1. Analisa Model regresi linear berganda
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dan mengukur DHL air sumur bor
dan sumur gali, pengujian ini dilakukan dengan model regresi berganda dengan
persamaan :
Ý = a0 +a1X1+ a2X2+ a3X3 (3.2)
Dengan :
Ý = daya hantar listrik
a0 = konstanta regresi
a1 = koefisien regresi untuk variable X1 ( jarak sumur )
a2 = koefisien regresi untuk variable X2 ( kedalaman sumur)