GAMBARAN KONDISI FISIK SUMUR GALI DAN KUALITAS
BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI DI DESA KAWANGKOAN
KECAMATAN KALAWAT KABUPATEN MINAHASA UTARA TAHUN 2015 Wildan Akbar*, Jootje M.L. Umboh *, Paul A.T. Kawatu*
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK
Sumur gali merupakan salah satu sumber penyediaan air bersih bagi masyarakat di pedesaan, maupun perkotaan. Sumur gali merupakan salah satu sumber air bersih bagi sebagian masyarakat namun harus ditunjang dengan syarat sumur gali yang di tetapkan di antaranya kondisi fisik sumur gali, lokasi sumur dengan sumber pencemar, dan juga syarat kualitas air bersih sumur gali, agar air sumur aman untuk dikonsumsi bagi kesehatan.
Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui kondisi fisik sumur gali yang ditinjau dari dinding sumur, tinggi dinding sumur, penutup sumur, lantai sumur, drainase, dan jarak dengan sumber pencemar. Untuk mengetahui kualitas air bersih ditinjau dari uji bakteriologis yaitu total angka coliform.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dimana sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 sumur gali. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan checklist sebagai instrumen penelitian kondisi fisik sumur gali dan uji laboratorium untuk menentukan angka total coliform pada kualitas air.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata kondisi fisik sumur gali tidak memenuhi syarat yang berdasarkan konstruksi sumur gali, jarak dengan jamban dan jarak dengan genangan air di sekitar sumur. Berdasarkan uji laboratorium total coliform pada air sumur gali mendapatkan hasil (90%) sumur gali tidak memenuhi syarat dan terdapat (10%) sumur gali yang memenuhi syarat total coliform.
Dari hasil penelitian ini peneliti memberikan saran bahwa perlunya perbaikan pada konstruksi sumur gali yang digunakan sebagai sumber air bersih, serta perlu adanya pengawasan kualitas air bersih agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari yang dalam hal ini penggunaan air bersih.
Kata Kunci : Kondisi Fisik, Kualitas Bakteriologis Air, Sumur Gali. ABSTRACT
Dug is one source of water supply for people in rural and urban areas. Dug is one source of clean water for some people but should be supported by the terms wells were in charge of which the physical condition of wells, well locations with the sources of pollution, and also the quality requirements of clean water wells, so that the well water is safe for consumption for health.
The purpose of this study to know the physical condition of the wells are evaluated from the walls of the well, the high walls of the well, the well cover, floor wells, drainage, and the distance to the sources of pollution. To determine the water quality in terms of bacteriological test is total coliform numbers.
This study was a descriptive study where the sample in this study amounted to 30 wells. In this study, researchers used the checklist as a research instrument of the physical conditions of dug wells and laboratory tests to determine the number of total coliform in water quality.
These results indicate that the average physical condition of the wells did not qualify based on the construction of wells, latrines and distance with the distance with a puddle of water around the well. Based on laboratory test of total coliform in water wells getting the results (90%) dug wells and are not eligible (10%) wells are eligible total coliform.
From the results of this study, researchers advise that the need for improvements in the construction of wells which are used as a source of clean water, as well as the need for monitoring water quality so that people can meet their daily needs, in this case the use of clean water Keywords: Physical, Bacteriological Water Quality,dug wells.
PENDAHULUAN
Air sangat penting bagi
kehidupan manusia. Kebutuhan manusia pada air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara – negara maju setiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di Negara – Negara berkembang, termasuk Indonesia setiap orang memerlukan air antara 30 - 60 liter air per hari (Notoatmojo, 2012).
Ditinjau dari segi kualitas, air harus memenuhi syarat kesehatan baik fisik, bakteriologis, kimiawi maupun
radioaktif (Keputusan Menteri
Kesehatan RI NO.
907/Menkes/SK/VII/2002).
Menurut Dirjen PPM PLP Departemen Kesehatan RI, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila dimasak.
Sedangkan air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Persyaratan air bersih diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas Air (Suyono, 2010).
Salah satu jenis sarana
penyediaan air bersih pedesaan yang banyak diusahakan oleh pemerintah sebagai sumber air bersih adalah sumur
gali. Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum. Sekitar 45% masyarakat di Indonesia menggunakan sumur sebagai sarana air bersih dan 45% yang menggunakan sarana sumur tersebut diperkirakan sekitar 75% menggunakan jenis sumur gali (Chandra, 2006).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif dengan pendekatan Observasional dimana kajian dilakukan dengan mengamati dan mendeskripsikan kondisi lingkungan air bersih dan kualitas air bersih. Tempat penelian ini
dilakukan di Desa Kawangkoan
Kecamatan Kalawat Kabupaten
Minahasa Utara. Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2015. Populasi dari penelitian ini adalah sumur gali di Desa Kawangkoan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 sumur gali yang ada di Desa
Kawangkoan Kecamatan Kalawat
Kabupaten Minahasa Utara dengan
menggunakan metode purposive
sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah kondisi fisik sumur gali jarak sumber pencemar dan kualitas air sumur gali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Penelitian Tentang Kondisi Fisik Sumur Gali
Pada penelitian ini digunakan 30 sumur gali sebagai objek penelitian, yaitu sumur gali yang digunakan sebagai sumber air bersih di Desa Kawangkoan
Kecamatan Kalawat Kabupaten
Minahasa Utara. Kondisi fisik sumur gali meliputi dinding sumur, dinding parapet, lantai sumur, drainase, penutup sumur. Sumber pencemar yang meliputi, jarak jamban dengan sumur gali dan jarak genangan air dengan sumur gali. Tabel 1. Distribusi Kondisi Fisik Sumur Gali
Kondisi Fisik Sumur Gali
Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi
Syarat Total n % n % n % Dinding Sumur 20 67 10 33 30 100 Dinding Parapet 19 63 11 37 30 100 Drainase 11 37 19 63 30 100 Lantai Sumur 16 53 14 47 30 100 Penutup Sumur 6 20 24 80 30 100
Berdasarkan rekapitulasi pada tabel 1 dapat diketahui bahwa hasil
observasi dengan menggunakan
instrument checklist, menunjukan bahwa terdapat 20 dinding sumur gali (67%) yang terbuat dari batu yang disemen (diplester) dan 10 sumur gali (33%) tidak terbuat dari batu yang disemen (diplester). Untuk dinding parapet terdapat 19 sumur gali (63%) terbuat dari bahan yang kuat, kedap air dan tinggi ≥80 cm dan 11 sumur gali (37%) tidak terbuat dari bahan yang kuat, kedap air dan tinggi <80 cm. Untuk drainase menunjukan 11 sumur gali (37%) terdapat drainase yang memenuhi syarat dan 19 sumur gali (63%) tidak
terdapat drainase atau saluran
pembuangan air limbah. Untuk kondisi lantai sumur gali, 16 sumur gali (53%) yang memenuhi syarat sedangkan 14
sumur gali (47%) tidak terbuat batu yang disemen (diplester) dengan jarak < 1 meter dari dinding parapet. Hasil observasi untuk penutup sumur, 6 sumur gali (20%) terdapat penutup sumur dan 24 sumur gali (80%) tidak terdapat penutup sumur.
Kondisi fisik sumur gali sangat mempengaruhi kualitas air sumur gali. Kondisi fisik sumur gali yang diteliti meliputi dinding sumur. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukan terdapat 20 dinding sumur gali (67%) yang terbuat dari batu yang disemen (diplester) paling tidak sedalam 3 meter dari permukaan tanah dan 10 sumur gali (33%) tidak terbuat dari batu yang disemen (diplester). Dinding sumur gali yang tidak terbuat dari batu yang disemen (diplester) dapat terjadi pencemaran, hal ini disebabkan air
sumur gali tercemar lewat rembesan yang masuk melalui pori – pori tanah, sehingga berpengaruh terhadap kualitas air sumur.
Demikian pula halnya dengan
dinding parapet yaitu bangunan
berbentuk cincin tingginya minimal 80 cm dan terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air. Fungsi dari dinding parapet selain untuk keselamatan pengguna sumur.
Setelah dilakukan penelitian pada 30 sumur gali menunjukan bahwa 11 sumur gali (37%) Tidak terbuat bahan yang kuat , kedap air dan tinggi ≤80 cm dan 19 sumur gali (63%) yang terbuat dari bahan yang kuat, kedap air dan tinggi ≥80 cm. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 19 sumur gali (63%)
tidak terdapat drainase yang
menyambung dengan sumur sehingga memungkinkan terjadi pencemaran yang dapat merembes ke dalam sumur gali dan 11 sumur gali (37%) memiliki drainase atau saluran pembuangan air yang dibuat menyambung dengan parit agar tidak terjadi genangan air disekitar sumur.
Lantai sumur harus terbuat dari semen dan lebarnya lebih kurang 1
meter ke seluruh jurusan yang
melingkari sumur dengan kemiringan sekitar 10 derajat ke arah tempat pembuangan air (Chandra 2007). Hal ini
dikarenakan agar tidak terjadi
pencemaran pada sumur gali.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan mendapatkan hasil 14 sumur gali (47%) Tidak terbuat dari batu yang disemen (diplester) dengan jarak ≤ 1 meter dari dinding parapet dan 16 sumur gali (53%) Terbuat dari batu yang disemen (diplester) dengan jarak ≥1 meter dari dinding parapet.
Penutup sumur berfungsi untuk
meminimalisir resiko pencemaran
terhadap sumur gali dan penutup sumur harus ditutup secara rapat pada bagian dinding parapet. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, 6 sumur gali (20%) terdapat penutup sumur dan 24 sumur gali (80%) tidak terdapat penutup sumur.
b. Jarak Sumber Pencemar
Pada penelitian 30 sumur gali, jarak sumber pencemar adalah jarak yang terdiri dari jarak jamban dan genangan air terhadap sumur gali dalam satuan meter. Jarak yang ditetapkan minimal 11 meter dan pengukuran dilakukan dengan meteran Essen.
Tabel 2. Jarak Sumber Pencemar dengan Sumur Gali
Jarak Sumber Pencemar n %
a. Jarak jamban dengan sumur gali
Memenuhi Syarat 0 0
Tidak Memenuhi Syarat 30 100
Total 30 100
b. Jarak genangan air dengan sumur gali
Memenuhi Syarat 1 3
Tidak Memenuhi Syarat 29 97
Total 30 100
Berdasarkan hasil observasi di lapangan untuk sumber pencemar dalam hal ini jarak jamban dengan sumur gali, 30 sumur gali (100%) berada pada jarak ≤11 meter dan untuk sumber pencemar genangan air menunjukan 29 sumur gali (97%) berada pada jarak ≤11 meter dan 1 sumur gali (3%) berada pada jarak ≥11meter.
Berdasarkan hasil pengukuran jarak jamban dengan sumur gali, tidak terdapat sumur gali (0%) yang memiliki jarak lebih dari 11 meter. Jarak sumur gali yang kurang dari 11 meter bisa terkontaminasi dengan kotoran manusia
(tinja) yang mengandung Eschericia Coli (E. coli). Untuk jarak genangan air dengan sumur gali mendapatkan hasil 29 sumur gali (97%) kurang dari jarak 11 meter dan 1 sumur gali (3%) memiliki jarak lebih dari 11 meter.
c. Hasil Pemeriksaan Air
Berdasarkan Uji Bakteriologis Pengambilan sampel sumur gali dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2015 dan waktu pengambilan pukul 08.15-11.40 Wita dan kemudian sampel dibawa ke laboratorium BTKLPP Kelas I Manado untuk diperiksa.
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Bakteriologis
Kode Sampel Total Coliform Hasil Analisis
Sampel 1 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 2 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 3 11 Memenuhi Syarat
Sampel 4 170 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 5 280 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 6 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 7 11 Memenuhi Syarat
Sampel 8 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 9 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 10 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 11 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 12 240 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 13 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 14 540 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 15 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 16 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 17 920 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 18 540 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 19 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 20 350 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 21 540 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 22 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 23 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 24 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 25 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 26 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 27 43 Memenuhi Syarat
Sampel 28 920 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 29 920 Tidak Memenuhi Syarat
Sampel 30 >1600 Tidak Memenuhi Syarat
Tabel 4. Distribusi Kualitas Air Sumur Gali Berdasarkan Total Coliform
Kualitas Air Sumur Gali N %
Memenuhi Syarat 3 10
Tidak Memenuhi Syarat 27 90
Total 30 100
Pada tabel 4, berdasarkan hasil laboratorium kualitas air sumur gali menunjukan bahwa 3 sumur gali (10%) memenuhi syarat dengan total coliform ≤50 per 100 ml dan 27 sumur gali (90%) tidak memenuhi syarat dengan total Coliform >50 per 100 ml.
Berdasarkan uji laboratorium mendapatkan hasil 3 sumur gali (10%) yang memenuhi syarat total coliform dan 27 sumur gali (90%) tidak memenuhi syarat total colifirm. Peneliti berasumsi bahwa 27 sumur gali (90%)
bakteriologis air sumur gali disebabkan oleh kondisi fisik sumur gali yang tidak memenuhi syarat dan jarak jamban dengan sumur gali (100%) yang kurang
dari 11 meter serta jarak genangan air dengan sumur gali (97%) yang kurang
dari 11 meter.
Tabel 5. Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali Terhadap Kondisi Fisik Sumur
Kondisi Fisik Sumur Total Coliform Total
TMS MS n % n % n % Dinding Sumur TMS 8 27 2 7 10 34 MS 19 63 1 3 20 66 Dinding Parapet TMS 9 30 2 7 11 37 MS 18 60 1 3 19 63 Drainase TMS 17 57 2 7 19 64 MS 10 33 1 3 11 36 Lantai Sumur TMS 12 40 2 7 14 47 MS 15 50 1 3 16 53 Penutup Sumur TMS 22 73 2 7 24 80 MS 5 17 1 3 6 20
Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat tabel silang antara kualitas bakteriologis air sumur gali terhadap kondisi fisik sumur gali. Rekapitulasi untuk 8 dinding Sumur gali (27%) yang tidak memenuhi syarat, juga tidak memenuhi syarat total Coliform. Pada 9 Dinding parapet (30%) yang tidak memenuhi syarat, juga tidak memenuhi syarat total Coliform. Berdasarkan tabel silang pada 30 sumur gali yang memiliki
drainase yang tidak memenuhi
syarat,terdapat 17 sumur gali (57%) yang tidak memenuhi syarat total coliform. Untuk 12 lantai sumur gali (40%) yang tidak memenuhi syarat, juga tidak memenuhi syarat total Coliform. Pada 22 penutup sumur gali (73%) yang tidak memenuhi syarat kondisi fisik dan
menjadi salah satu faktor tingginya angka total Coliform.
Berdasarkan penelitian kondisi fisik sumur gali masih banyak yang
tidak memenuhi syarat. Hal ini
dikarenakan jika kondisi fisik sumur gali di kategorikan memenuhi syarat apabila semua kriteria atau variabel dalam penelitian sumur gali memenuhi syarat. Rekapitulasi untuk 8 dinding Sumur gali (27%) yang tidak memenuhi syarat, juga tidak memenuhi syarat total Coliform. Pada 9 dinding parapet (30%) yang tidak memenuhi syarat, juga tidak memenuhi syarat total Coliform. Berdasarkan tabel silang pada 30 sumur gali yang memiliki drainase tidak memenuhi syarat terdapat 17 sumur gali (57%) yang tidak memenuhi syarat total coliform. Untuk 12 lantai sumur gali (40%) yang tidak
memenuhi syarat, juga tidak memenuhi syarat total Coliform. Pada 22 penutup sumur gali (73%) yang tidak memenuhi
syarat dan juga tidak memenuhi syarat total Coliform.
Tabel 6. Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali Terhadap Jarak Sumber Pencemar
Jarak Sumber Pencemar Total Coliform Total
TMS MS n %
n % n %
Jarak Jamban TMS 27 90 3 10 30 100
MS 0 0 0 0 0 0
Jarak Genangan air TMS 26 87 3 10 29 97
MS 1 3 0 0 3 3
Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat tabel silang antara kualitas bakteriologis air sumur gali terhadap
jarak sumber pencemar. Hasil
rekapitulasi jarak jamban yang tidak memenuhi syarat sebanyak 30 sumur gali (100%) dan yang tidak memenuhi syarat total Coliform sebanyak 27 sumur gali (90%) sedangkan 3 sumur gali (10%) memenuhi syarat total Coliform.
Jarak genangan air yang tidak
memenuhi syarat sebanyak 29 sumur gali (97%) dan sebanyak 26 sumur gali (87%) tidak memenuhi syarat total Coliform. Hanya terdapat 1 sumur gali (3%) jarak genangan air yang memenuhi syarat, dan sebanyak 3 sumur gali (10%) yang memenuhi syarat total Coliform.
Berdasarkan tabel silang antara kualitas bakteriologis air sumur gali
terhadap jarak sumber pencemar
menunjukan bahwa jarak jamban yang tidak memenuhi syarat sebanyak 30 sumur gali (100%) tetapi yang tidak
memenuhi syarat total Coliform
sebanyak 27 sumur gali (90%) dan
hanya 3 sumur gali (10%) yang memenuhi syarat total Coliform
Berdasarkan tabel silang
kualitas bakteriologis air terhadap jarak
genangan air dengan sumur gali
menunjukan bahwa sebanyak 29 sumur gali (97%) dan sebanyak 26 sumur gali (87%) tidak memenuhi syarat total Coliform. Kemudian dari pada itu hanya 1 sumur gali (3%) jarak genangan air yang memenuhi syarat dan sebanyak 3 sumur gali (10%) yang memenuhi syarat total Coliform.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Kondisi Fisik Sumur Gali di Desa Kawangkoan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara dan sampel diambil sebanyak 30 sumur gali, yang meliputi 20 sumur gali
(67%) dinding sumur yang
memenuhi syarat dan 10 sumur gali
(30%) tidak memenuhi syarat,
gali (63%) yang memenuhi syarat dan 11 sumur gali (37%) yang tidak memenuhi syarat, terdapat 16 sumur gali (53%) lantai sumur yang memenuhi syarat dan 14 sumur gali (47%) yang tidak memenuhi syarat, sedangkan drainase terdapat 19
sumur gali (63%) yang tidak
memenuhi syarat dan 11 sumur gali (37%) memenuhi syarat, terdapat 24
sumur gali (80%) yang tidak
mempunyai penutup sumur dan tidak memenuhi syarat, 6 sumur gali (20%) yang menggunakan pentup sumur dan memenuhi syarat. Jarak sumber
pencemar dengan sumur gali
berdasarkan hasil observasi checklist dalam hal ini jarak jamban dengan sumur gali, semua sumur gali atau 30 sumur gali (100%) berada pada jarak ≤11 meter dan untuk sumber pencemar genangan air sebanyak 29 sumur gali (97%) berada pada jarak ≤11 meter sedangkan hanya 1 sumur gali (3%) yang berada pada jarak ≥11 meter.
2. Berdasarkan uji bakteriologis kualitas air bersih yang dilakukan uji laboratorium di BTKLPP Kelas 1 Manado mendapatkan hasil 3 sumur gali (10%) yang memenuhi syarat total coliform dan 27 sumur gali (90%) tidak memenuhi syarat total coliform.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas hal-hal yang disarankan yakni:
1. Pemerintah membuat contoh kondisi fisik sumur gali yang memenuhi
syarat agar masyarakat dapat
melakukan perbaikan terhadap
kondisi fisik sumur gali yang meliputi dinding sumur, dinding parapet, lantai sumur, drainase,
penggunaan tutup sumur yang
memenuhi syarat agar tidak
berdampak pada pencemaran air sumur gali.
2. Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya kondisi fisik sumur gali yang berpengaruh terhadap kualitas air sumur gali yang
digunakan masyarakat untuk
keperluan sehari-hari. DAFTAR PUSTAKA
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Departeman Kesehatan, Republik Indonesia, 2002 Undang-Undang No 907 Tahun 2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, Juli 2002. Jakarta Notoatmodjo, S. 2012. Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Suyono, 2010. Ilmu Kesehatan
Masyarakat Dalam Konteks Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.