• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23

1. Merubah struktur UKKI dengan berubahnya status kantor sejalan dengan reformasi birokrasi di lingkungan DJBC.

2. Menghilangkan, merubah, dan menambahkan beberapa definisi dalam Perdirjen sesuai kebutuhan.

3. Merubah (menyederhanakan) tugas UKKI sehingga rumusannya sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.01/2009.

4. Merubah (menambahkan) Fungsi UKKI sehingga fungsi UKKI merupakan penjabaran dari tugas UKKI yang meliputi 8 Strategi penegakan kepatuhan internal.

5. Menambahkan satu fungsi UKKI ke dalam strategi penegakan kepatuhan internal, yaitu: “Pemantauan pengendalian intern terhadap unit-unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

6. Dalam kaitannya dengan hubungan kerja antara PUSKI dengan UKKI Vertikal:

- mereposisi Pasal yang mengatur hubungan kerja antara PUSKI dengan UKKI Vertikal sehingga menjadi BAB tersendiri;

- merumuskan kembali hubungan tersebut dengan memperjelas wilayah kerja masing-masing UKKI;

- menambahkan fungsi asistensi kepada PUSKI dan UKKI Kantor Wilayah.

7. Mereposisi Pasal yang mengatur mekanisme pelaporan menjadi BAB tersendiri dan merumuskan kembali mekanisme pelaporan tersebut sehingga:

- pelaporan semua kegiatan penegakan kepatuhan internal dilakukan secara berjenjang (UKKI KPPBC, PSO, BPIB melaporkan kepada UKKI Kantor Wilayah) sehingga UKKI Kantor Wilayah mengetahui apa yang dilakukan UKKI kantor-kantor di bawah pengawasannya.

- pelaporan dilakukan dalam periode bulanan dengan berbasis pada kegiatan (bukan ada atau tidaknya temuan).

- Pelaporan dilakukan dalam format utuh yang meliputi semua kegiatan penegakan kepatuhan internal.

8. Dalam kaitannya dengan strategi penegakan kepatuhan internal “Pengawasan Melekat”:

a. perlu menegaskan fungsi UKKI dalam kaitannya dengan pelaksanaan waskat para atasan langsung, yaitu:

- UKKI melakukan pengawasan terhadap para atasan langsung untuk memastikan bahwa pengawasan melekat telah dilaksanakan di unit kerjanya masing-masing;

- UKKI memberikan asistensi dan supervisi kepada para atasan langsung pegawai bersangkutan dalam proses pemeriksaan pegawai;

- UKKI melakukan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan pegawai untuk memastikan bahwa pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan melekat dilakukan sesuai ketentuan.

Lampiran I Surat Kepala Pusat KIKC Nomor : S- 119 /KIBC/2012 Tanggal : 26 Maret 2012

(3)

b. Perlu dibuatkan tatacara pengujian pelaksanaan waskat sebagai pedoman penilaian UKKI terhadap para atasan langsung dalam pelaksanaan waskat.

9. Dalam kaitannya dengan strategi penegakan kepatuhan internal “Pengawasan Kepatuhan Pelaksanaan Tugas (PKPT)”:

a. lebih menegaskan batasan wilayah kerja masing-masing UKKI semua level;

b. menambahkan objek PKPT terkait dengan kegiatan identifikasi titik-titik rawan terjadinya penyimpangan pada unit-unit yang diawasi, dalam rangka menyelaraskan dengan rencana pencabutan INS-04/BC/2010 dan SE-15/BC/2010;

c. Perlu dibuatkan tatacara PKPT sebagai pedoman para petugas UKKI dalam melaksanakan tugasnya.

d. mereposisi pasal yang mengatur kewenangan UKKI dalam PKPT ke dalam BAB KEWENANGAN UKKI dalam penegakan kepatuhan internal.

e. Menegaskan bahwa tindak lanjut hasil PKPT oleh UKKI bukanlah untuk dilakukan pemeriksaan berdaarkan PP-30 (sekarang PP-53) melainkan pemeriksaan kepatuhan internal yang dalam hal ini adalah investigasi internal, karena pemeriksaan berdasarkan PP-53 adalah kewenangan atasan langsung.

10. Perlu menambahkan satu strategi penegakan kepatuhan internal di P-23 yaitu terkait dengan tugas “Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan DJBC” karena secara ketentuan tugas tersebut dibebankan kepada UKKI pada semua level.

11. Dalam kaitannya dengan strategi penegakan kepatuhan internal “Evaluasi Kinerja” :

a. menegaskan bahwa mekanisme evaluasi kinerja terhadap pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan dan tugas administrasi serta pelaksanaan tugas yang target kinerjanya telah ditetapkan dalam Rencana Strategis, Road Map, dan Rencana Kerja Tahunan, dilakukan dengan:

- audit kinerja

- evaluasi SOP (menindaklanjuti hasil audit Tim Itjen terkait kinerja UKKI) - survey (menindaklanjuti hasil audit Tim Itjen terkait kinerja UKKI).

b. Perlu dibuatkan tatacara melakuka audit kinerja, evaluasi SOP dan survei pengguna jasa sebagai pedoman para petugas UKKI dalam melaksanakan tugasnya.

12. Terkait dengan strategi penegakan kepatuhan internal “penelitian, pemeriksaan, penilaian, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional”, perlu menambahkan peran PUSKI yang lebih substantif dalam penyelesaian temuan APF, sehingga auditee merasa terbantu dengan keberadaan PUSKI, antara lain:

- memberikan asistensi dan mencarikan solusi untuk menyelesaikan temuan

- temuan yang telah lewat waktu 10 (sepuluh) tahun atau yang belum lewat waktu 10 (sepuluh) tahun namun proses klarifikasinya tidak mungkin dilakukan karena sulitnya menemukan bukti pendukung, PUSKI melakukan konsultasi kepada Aparat Pengawas Fungsinonal untuk menghapuskan temuan tersebut.

(4)

13. Terkait dengan strategi penegakan kepatuhan internal “penelitian, pemeriksaan, penilaian, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut terhadap laporan pengawasan atau pengaduan masyarakat” :

a. perlu penegasan bahwa penanganan pengaduan bukan hanya tugas PUSKI, tapi juga tugas UKKI pada semua level;

b. perlu penegasan batasan wilayah kerja antara PUSKI, UKKI Kantor Wilayah dan UKKI KPU/KPPBC/PSO/BPIBdalam penanganan pengaduan.

c. memberikan penguatan peran UKKI Kantor Wilayah dalam penanganan pengaduan sehingga diupayakan investigasi internal atas pengaduan masyarakat yang diterima UKKI Kantor Wilayah atau berkas pengaduan yang diteruskan PUSKI, diselesaikan dengan membentuk Tim Investigasi di tingkat Kantor Wilayah.

d. menegaskan bahwa tindak lanjut penanganan pengaduan masyarakat setelah dilakukan penelitian, pemeriksaan, penilaian, serta penyiapan bahan tanggapan oleh UKKI bukanlah untuk dilakukan pemeriksaan berdaarkan PP-30 (sekarang PP-53) melainkan pemeriksaan kepatuhan internal yang dalam hal ini adalah investigasi internal, karena pemeriksaan berdasarkan PP-53 adalah kewenangan atasan langsung.

14. Terkait dengan kegiatan investigasi internal:

a. Perlu merumuskan kembali definisi “investigasi internal” sehingga kegiatan investigasi internal bukan hanya menjadi tugas PUSKI melainkan juga tugas UKKI Vertikal.

b. Menyederhanakan rangkaian kegiatan investigasi internal menjadi satu tahapan saja

c. Perlu dibuatkan tatacara investigasi internal sebagai pedoman para petugas UKKI dalam melaksanakan tugasnya.

15. Perlu mengatur dalam BAB tersendiri secara lebih rinci pola hubungan PUSKI dengan UKKI Vertikal dalam pelaksanaan tugas penegakan kepatuhan internal, antara lain:

a. Kegiatan PKPT yang perlu didelegasikan oleh PUSKI kepada UKKI Vertikal

b. Kegiatan PKPT yang perlu didelegasikan oleh UKKI Kantor Wilayah kepada UKKI KPPBC/PSO/BPIB.

c. Kegiatan penanganan pengaduan yang perlu diteruskan oleh PUSKI kepada UKKI Vertikal. d. Kegiatan penanganan pengaduan yang perlu diteruskan oleh UKKI Kantor Wilayah kepada

UKKI KPPBC/PSO/BPIB.

e. Perlu dibukakesempatan bagiUKKI Kantor Wilayah untuk meminta asistensi kepada PUSKI dalam penanganan pengaduan masyarakat.

f. Perlu dibuka kesempatan bagiUKKI KPPBC/PSO/BPIB meminta asistensi kepada UKKI Kantor Wilayah dalam penanganan pengaduan masyarakat.

16. Perlu mengatur pada BAB tersendiri beberapa kewenangan UKKI dalam melaksanakan tugas pegakan kepatuhan internal serta kewajiban pihak-pihak yang berkaitan untuk membantu dan memenuhi permintaan UKKI dalam pelaksanaan tugasnya.

(5)

17. Perlu mengatur dalam BAB tersendiri tentang rekomendasi UKKI:

a. UKKI menyampaikan rekomendasi sebagai tindak lanjut kegiatan penegakan kepatuhan internal

b. Kewajiban pejabat yang menerima rekomendasi untuk melaksanakan rekomendasi tersebut. c. Dalam hal-hal tertentu pejabat yang menerima rekomendasi dapat meminta UKKI meninjau

kembali rekomendasinya.

d. Kewajiban UKKI untuk melakukan monitoring terhadap rekomendasi yang pernah disampaikan.

18. Perlu mengatur kewajiban UKKI untuk mendokumentasikan semua kegiatan penegakan kepatuhan internal.

19. Perlu mengatur kembali mekanisme pelaporan terkait penegakan kepatuhan internal, dengan mempertimbangkan hal-hal sbb:

a. Penyampaian laporan dilakukan secara berjenjang dalam periode bulanan dengan format yang telah ditentukan

b. UKKI UKKI KPPBC/PSO/BPIB menyampaikan laporan bulanan kegiatan penegakan kepatuhan internal kepada UKKI Kantor Wilayah, sedang UKKI KPU dan UKKI Kantor Wilayah menyampaikan laporan bulanan kegiatan penegakan kepatuhan internal kepada PUSKI. c. Mekanisme pelaporan berjenjang dibuat dengan tujuan agar UKKI Kantor Wilayah mengetahui

tingkat efektivitas pelaksanaan tugas UKKI KPPBC/PSO/BPIB di bawah pengawasannya. d. Dikondisikan agar pelaporan bulanan memuat semua UKKI dalam pelaksanaan semua

kegiatan penegakan kepatuhan internal.

20. Guna meningkatkan efektivitas kinerja UKKI, perlu diatur mekanisme evaluasi kinerja UKKI, dimana PUSKI melakukan evaluasi kinerja UKKI KPU dan UKKI Kantor Wilayah. UKKI Kantor Wilayah melakukan evaluasi kinerja UKKI KPPBC/PSO/BPIB di bawah pengawasannya.

(6)

USULAN PERUBAHAN PER-23/BC/2010

No. Lama Baru Keterangan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

NOMOR P- /BC/2010 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TUGAS UNIT KERJA KEPATUHAN INTERNAL

DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

NOMOR P- /BC/2010 TENTANG

PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-23/BC/2010 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TUGAS UNIT KERJA KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT

JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang:

a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.01/2009 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, telah dibentuk Unit Kerja Kepatuhan Internal di tingkat pusat dan tingkat vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memiliki tugas antara lain pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dan evaluasi kinerja di bidang pelayanan, pengawasan, dan administrasi, serta melakukan penelitian, pemeriksaan, penyiapan bahan tanggapan, dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional dan laporan pengaduan masyarakat;

b. bahwa untuk lebih menjamin arah pelaksanaan tugas dan memberikan kejelasan ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang unit kerja kepatuhan internal di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta hubungan kerja unit

Menimbang:

a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai, telah dilakukan perubahan atas tipe dan struktur kantor-kantor di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mengakibatkan perubahan pada struktur UKKI DJBC;

b. bahwa dengan berkembangnya tugas dan fungsi DJBC, terdapat beberapa tugas dan fungsi UKKI yang tidak tertampung di Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-23/BC/2010 tanggal 8 April 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tugas Unit Kerja Kepatuhan Internal di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b tersebut di atas, perlu dilakukan perubahan pertama Peraturan Direktur Jenderal Bea dan

Lampiran II Surat Kepala PUSKI KC  Nomor  : S‐119  /KIBC/2012  Tanggal  : 26 Maret 2012 

(7)

Page 2 of 43 

kerja kepatuhan internal di tingkat pusat dan tingkat vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, perlu untuk melakukan pengaturan pelaksanaan tugas Unit Kerja Kepatuhan Internal di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tugas Unit Kerja Kepatuhan Internal di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

Cukai Nomor P-23/BC/2010 tanggal 8 April 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tugas Unit Kerja Kepatuhan Internal di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Mengingat:

1. Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 1980 Tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara RI Tahun 1980 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3176)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4890);

3. Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan;

4. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat;

5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah;

6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik;

7. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/46/M.PAN/4/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan; 8. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

KEP/118/M.PAN/8/2004 tentang Pedoman Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat bagi Instansi

Mengingat:

1. Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara RI Tahun 1980 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5135)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4890);

3. Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan;

4. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat;

5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah;

6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik;

7. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/46/M.PAN/4/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan; 8. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

KEP/118/M.PAN/8/2004 tentang Pedoman Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat bagi Instansi Pemerintah;

(8)

Pemerintah;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PM.4/2008 tentang Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.01/2009;

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

12. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 12/KMK.01/2010 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Departemen Keuangan;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PM.4/2008 tentang Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan;

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai;

12. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2011 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan;

MEMUTUSKAN: MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TUGAS UNIT KERJA KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-23/BC/2010 TANGGAL 8 APRIL 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TUGAS UNIT KERJA KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI.

A. Ketentuan Umum

Pasal 1 Pasal 1

1. Unit Kerja Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai yang selanjutnya disingkat UKKI adalah aparat pengawasan internal di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang terdiri atas:

1. Unit Kerja Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai yang selanjutnya disingkat UKKI adalah aparat pengawasan internal di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang terdiri atas:

a. aparat pengawasan internal pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang disebut Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai yang selanjutnya disingkat PUSKI yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan, yang karena sifat tugasnya, secara teknis operasional dan administratif bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai

a. aparat pengawasan internal pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang disebut Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai yang selanjutnya disingkat PUSKI yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan, yang karena sifat tugasnya, secara teknis operasional dan administratif bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai

b. aparat pengawasan internal pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala instansi vertikal terdiri atas:

b. aparat pengawasan internal pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala instansi vertikal terdiri atas:

Mendefinisikan ulang UKKI berdasarkan kajian akademik pembentukan KPPBC modern tahun 2012 di DJBC

(9)

Page 4 of 43 

1. Bagian Umum dan Kepatuhan Internal pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

2. Bidang Kepatuhan Internal pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe A atau Tipe B;

3. Seksi Kepatuhan Internal pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean atau Tipe Madya Cukai;

4. Subbagian Umum pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A1, Tipe A2, atau Tipe A3;

5. Urusan Umum pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe B;

6. Subbagian Umum padaPangkalan Sarana Operasi; 7. Subbagian Umum Balai Pengujian dan Identifikasi

Barang.

1) Bagian Umum dan Kepatuhan Internal pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

2) Bidang Kepatuhan Internal pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe A;

3) Bidang Kepatuhan Internal pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe Tipe B;

4) Seksi Kepatuhan Internal pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean A;

5) Seksi Kepatuhan Internal pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B;

6) Seksi Kepatuhan Internal pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Cukai.

7) Seksi Kepatuhan dan Penyuluhan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C;

8) Subseksi Kepatuhan dan Penyuluhan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Pratama;

9) Subbagian Umum padaPangkalan Sarana Operasi;

10) Subbagian Umum Balai Pengujian dan Identifikasi Barang.

2. Kepatuhan internal adalah

a. kesesuaian kegiatan unit kerja dalam rangka pelaksanaan tugasnya terhadap tujuan, sasaran, rencana, kebijakan, instruksi, dan/atau ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam organisasi;

b. ketaatan atau kesesuaian sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai terhadap kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai

2. Kepatuhan internal adalah

a. kesesuaian kegiatan unit kerja dalam rangka pelaksanaan tugasnya terhadap tujuan, sasaran, rencana, kebijakan, instruksi, dan/atau ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam organisasi;

b. ketaatan atau kesesuaian sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai terhadap kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawaidi lingkungan kantor maupun di luar kantor.

Definisi internal lebih ditekankan bahwa subjeknya adalah pada pegawai DJBC, bukan terkait dengan lokasi dimana subjek melakukan perbuatan.

3. Pengawasan adalah salah satu fungsi organik manajemen dalam proses kegiatan organisasi untuk memastikan, menjamin, atau memberikan keyakinan memadai atas tercapai atau terwujudnya kepatuhan internal di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yang dilakukan dalam bentuk pengamatan, pemantauan, pemeriksaan, peninjauan, dan/atau penilaian.

DIHILANGKAN

Definisi ini dihilangkan karena tidak ada pengulangan kata “Pengawasan” secara berdiri sendiri di dalam P-23 dan tidak selaras dengan definisi tugas pengawasan yang diatur dalam P-23

4. Pengawasan Kepatuhan Internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh UKKI terhadap kesesuaian kegiatan unit kerja dalam rangka pelaksanaan tugasnya terhadap tujuan,

sasaran, rencana, kebijakan, instruksi, dan/atau ketentuan- DIHILANGKAN

Merubah kalimat “Pengawasan

kepatuhan internal” menjadi

“pengawasan kepatuhan

(10)

ketentuan yang berlaku dalam organisasi dan ketaatan atau kesesuaian sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai terhadap kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai sesuai dengan ruang lingkup wilayah kerja berdasarkan struktur organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

sesuai dengan substansi pekerjaan PKPT dan menempatkan definisi tersebut

setelah definisi“pegawai bawahan”

5. Penegakan Kepatuhan Internal adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendorong, meningkatkan, memelihara, mempertahankan, atau menjaga kepatuhan internal

5. Penegakan Kepatuhan Internal adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendorong, meningkatkan, memelihara, mempertahankan, atau menjaga kepatuhan internal

6. Tugas Pelayanan Kepabeanan dan Cukai adalah tugas pelayanan terhadap pemenuhan kewajiban di bidang kepabeanan dan cukai, yang harus dilakukan pejabat bea dan cukai dalam bentuk penerimaan pemberitahuan pabean dan cukai, pemeriksaan lebih lanjut, pemberian persetujuan, perizinan, dan/atau keputusan dalam rangka penyelesaian pemenuhan kewajiban di bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan prosedur, tata kerja, dan peraturan perundang-undangan

6. Tugas Pelayanan Kepabeanan dan Cukai adalah tugas pelayanan terhadap pemenuhan kewajiban di bidang kepabeanan dan cukai, yang harus dilakukan pejabat bea dan cukai dalam bentuk penerimaan pemberitahuan pabean dan cukai, pemeriksaan lebih lanjut, pemberian persetujuan, perizinan, dan/atau keputusan dalam rangka penyelesaian pemenuhan kewajiban di bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan prosedur, tata kerja, dan peraturan perundang-undangan

7. Tugas Pengawasan Kepabeanan dan Cukai adalah tugas pengawasan yang secara aktif dilakukan oleh pejabat bea dan cukai sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dalam rangka penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai yang tidak didasarkan pada penerimaan pemberitahuan pabean dan cukai

7. Tugas Pengawasan Kepabeanan dan Cukai adalah tugas pengawasan yang secara aktif dilakukan oleh pejabat bea dan cukai sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dalam rangka penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai yang tidak didasarkan pada penerimaan pemberitahuan pabean dan cukai

8. Tugas Administrasi adalah tugas yang dilakukan di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam rangka pengadaan, perolehan, pengurusan, penggunaan, pemeliharaan, penatausahaan, pengelolaan, atau pengembangan organisasi, keuangan, kepegawaian, sarana, dan sumber daya organisasi lainnya

8. Tugas Administrasi adalah tugas yang dilakukan di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam rangka pengadaan, perolehan, pengurusan, penggunaan, pemeliharaan, penatausahaan, pengelolaan, atau pengembangan organisasi, keuangan, kepegawaian, sarana, dan sumber daya organisasi lainnya

9. Pengawasan Melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian pelaksanaan tugas secara terus-menerus, yang dilakukan oleh atasan langsung terhadap pegawai bawahannya bersifat preventif atau represif agar pelaksanaan tugas pegawai bawahan berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan, peraturan perundang-undangan, kode etik pegawai, dan peraturan disiplin pegawai.

9. Pengawasan Melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian pelaksanaan tugas secara terus-menerus, yang dilakukan oleh atasan langsung terhadap pegawai bawahannya bersifat preventif atau represif agar pelaksanaan tugas pegawai bawahan berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan, peraturan perundang-undangan, kode etik pegawai, dan peraturan disiplin pegawai.

10. Atasan langsung adalah pejabat atasan yang karena struktur organisasi atau suatu kewenangan khusus membawahkan dan wajib mengawasi pegawai bawahannya.

10. Atasan langsung adalah pejabat atasan yang karena struktur organisasi atau suatu kewenangan khusus membawahkan dan wajib mengawasi pegawai bawahannya.

(11)

Page 6 of 43 

11. Pegawai bawahan adalah pegawai yang bertanggung jawab serta wajib melapor kepada pejabat atasannya tentang pelaksanaan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.

11. Pegawai bawahan adalah pegawai yang bertanggung jawab serta wajib melapor kepada pejabat atasannya tentang pelaksanaan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.

12. Pengawasan Kepatuhan Kepatuhan Pelaksanaan Tugas adalah pengawasan yang dilakukan oleh UKKI terhadap kesesuaian kegiatan unit kerja dalam rangka pelaksanaan tugasnya terhadap tujuan, sasaran, rencana, kebijakan, instruksi, dan/atau ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam organisasi dan ketaatan atau kesesuaian sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai terhadap kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai sesuai dengan ruang lingkup wilayah kerja berdasarkan struktur organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Perubahan dari definisi “Pengawasan kepatuhan internal”

13. Pemantauan Pengendalian Intern adalah adalah kegiatan yang

dilaksanakan untuk menilai kualitas sistem pengendalian intern sepanjang waktu sebagaimana diatur dalam peraturan yang mengatur tentang pemantauan pengendalian intern.

Definisi “Pemantauan Pengendalian Intern” ditambahkan karena penambahan tugas UKKI dengan

adanya KMK-152 12. Pengawasan Fungsional adalah pengawasan yang dilakukan

oleh aparat pengawasan secara fungsional baik intern pemerintah maupun ekstern pemerintah terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan untuk mencegah agar tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan.

14. Pengawasan Fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan secara fungsional baik intern pemerintah maupun ekstern pemerintah terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan untuk mencegah agar tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan. 13. Laporan atau pengaduan masyarakat adalah informasi yang

disampaikan masyarakat secara lisan, tertulis, atau elektronik kepada pejabat bea dan cukai berupa sumbangan pikiran, saran, gagasan, keluhan atau pengaduan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan/atau tugas administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

15. Laporan atau pengaduan masyarakat adalah informasi yang disampaikan masyarakat secara lisan, tertulis, atau elektronik kepada pejabat bea dan cukai berupa sumbangan pikiran, saran, gagasan, keluhan atau pengaduan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan/atau tugas administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

14. Kinerja adalah hasil kerja pegawai atau unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur menurut perbandingan dengan standar atau tolok ukur yang telah ditentukan berdasarkan tugas, tujuan, atau sasaran kerja.

16. Kinerja adalah hasil kerja pegawai atau unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur menurut perbandingan dengan standar atau tolok ukur yang telah ditentukan berdasarkan tugas, tujuan, atau sasaran kerja.

15. Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengetahui keadaan hasil atau proses kerja dengan cara membandingkannya dengan tolok ukur atau indikator tertentu guna memperoleh

17. Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengetahui keadaan hasil atau proses kerja dengan cara membandingkannya dengan tolok ukur atau indikator tertentu guna memperoleh

(12)

kesimpulan. kesimpulan. 16. Evaluasi kinerja adalah kegiatan penilaian hasil kerja

menurut indikator tertentu atas dasar target hasil kerja yang telah ditetapkan.

18. Evaluasi kinerja adalah kegiatan penilaian hasil kerja menurut indikator tertentu atas dasar target hasil kerja yang telah ditetapkan.

17. Investigasi internal adalah serangkaian tindakan pejabat pada PUSKI untuk melakukan penyelidikan dalam bentuk meminta keterangan dari pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan sumber-sumber lainnya serta mengumpulkan data dan fakta-fakta guna menemukan ada tidaknya indikasi pelanggaran Kode Etik Pegawai dan/atau Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yang dalam hal ditemukan adanya indikasi pelanggaran maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap pegawai terkait menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pelanggaran yang terjadi beserta identitas pegawai yang melakukan pelanggaran

19. Investigasi internal adalah serangkaian tindakan pejabat/pegawai UKKI untuk melakukan penelitian dalam bentuk meminta keterangan dari pejabat/pegawai DJBC dan pihak-pihak lainnya serta mengumpulkan data dan/atau fakta guna menemukan adanya dugaan pelanggaran kode etik pegawai dan / atau peraturan disiplin pegawai negeri sipil yang dilakukan oleh pegawai DJBC hingga mendapatkan kejelasan ada tidaknya pelanggaran yang terjadi beserta identitas pegawai yang melakukan pelanggaran.

Merubah definisi investigasi internal sehingga :

− kegiatan investigasi internal bukan hanya menjadi tugas PUSKI, melainkan juga tugas UKKI vertikal

− menyederhanakan rangkaian investigasi internal menjadi satu tahapan kegiatan.

18. 20. Petugas UKKI adalah pejabat/pegawaiPUSKI atau UKKI Instansi Vertikal yang mendapatkan surat tugas dari Direktur Jenderal atau Kepala PUSKI atau Kepala Instansi Vertikal untuk melaksanakan kegiatan Penegakan Kepatuhan Internal.

B BATANG TUBUH BATANG TUBUH

BAB II

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, TUJUAN, DAN SASARAN UNITKERJAKEPATUHAN INTERNAL DI

LINGKUNGANDIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB II

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, TUJUAN, DAN SASARAN UNITKERJAKEPATUHAN INTERNAL DI

LINGKUNGANDIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Pasal 2

PUSKI mempunyai tugas sebagai berikut:

a. menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi, dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan kepatuhan pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan tugas administrasi;

b. menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi,bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan evaluasi kinerja;

c. menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi,bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan analisis dan tindak lanjut kepatuhan internal;

d. pelaksanaan pengawasan kepatuhan internal;

e. pemberian rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas;

Pasal 2

PUSKI mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan penegakan kepatuhan internal dan laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Mendefinisikan ulang perumusan tugas PUSKI sebagaimana PMK

76/PMK.01/2009 tentang Pedoman Penataan Organisasi di

Lingkungan Departemen Keuangan, yaitu rumusan tugas

ditulis dalam satu kalimat yang memuat hal-hal yang bersifat pokok saja yaitu “Penegakan Kepatuhan Internal”

(13)

Page 8 of 43 

f. penyusunan rencana kerja, rencana strategik, dan laporan akuntabilitas kinerja;

sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas, PUSKI menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, dan

evaluasi pelaksanaan kepatuhan pelaksanaan tugas;

b. perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan evaluasi kinerja;

c. perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan analisis dan tindak lanjut kepatuhan internal;

d. pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

e. evaluasi kinerja seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

f. penelitian, pemeriksaan, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional dan laporan masyarakat;

g. investigasi internal atas pelanggaran kode etik dan pelanggaran peraturan disiplin pegawai;

h. pemberian rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas; i. koordinasi penyusunan rencana kerja, rencana strategik, dan

laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

j. pelaksanaan urusan tata usaha PUSKI.

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas, PUSKI menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, dan

evaluasi pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas;

b. perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan evaluasi kinerja;

c. perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan analisis dan tindak lanjut kepatuhan internal;

d. pengawasan terhadap kegiatan pengawasan melekat atasan langsung kepada pegawai bawahan;

e. pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

f. pemantauan pengedalian intern terhadap unit-unit kerja Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

g. evaluasi kinerja seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

h. penelitian, pemeriksaan, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional dan laporan masyarakat;

i. penelitian, pemeriksaan, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut terhadap laporan pengawasan/pengaduan masyarakat;

j. investigasi internal atas pelanggaran kode etik dan pelanggaran peraturan disiplin pegawai;

k. pemberian rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas; l. pembinaan personil kepada para pegawai;

m. koordinasi penyusunan rencana kerja, rencana strategik, dan laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

n. pelaksanaan urusan tata usaha PUSKI.

1. Merapihkan redaksi kalimat 2. Melengkapi fungsi PUSKI

yaitu:

a. pengawasan terhadap kegiatan pengawasan melekat atasan langsung kepada pegawai bawahan; b. pemantauan pengedalian

intern terhadap unit-unit kerja Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan

c. pembinaan personil kepada para pegawai

(14)

UKKI pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan tugas dalam wilayah kerja masing-masing sebagai berikut :

a. pelaksanaan pengawasan pelaksanaan tugas; b. evaluasi kinerja;

c. khusus untuk UKKI pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga melakukan penyiapan koordinasi pengawasan pelaksanaan tugas

UKKI pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan tugas melaksanakan penegakan kepatuhan internal dalam wilayah kerja masing-masing

tugas PUSKI sebagaimana PMK

76/PMK.01/2009 tentang Pedoman Penataan Organisasi di

Lingkungan Departemen Keuangan, sehingga rumusan

tugas ditulis dalam satu kalimat yang memuat hal-hal yang bersifat pokok yaitu Penegakan Kepatuhan Internal

Pasal 5

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, UKKI pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyelenggarakan fungsi:

a. pengawasan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kepabeanan dan cukai,intelijen, penindakan, penyidikan, dan administrasi;

b. khusus untuk UKKI pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai juga melaksanakan fungsi pengawasan pelaksanaan tugas di bidang audit;

c. evaluasi kinerja di bidang pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai, dan bidang administrasi;

d. khusus untuk UKKI pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga melaksanakan fungsi koordinasi pengawasan pelaksanaan tugas pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai dan tugas administrasi serta fungsi koordinasi evaluasi kinerja Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

e. pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional dan pengawasan masyarakat; f. khusus untuk UKKI pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan

Cukai dan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya juga melaksanakan fungsi pemberian rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas.

Pasal 5

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, UKKI pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyelenggarakan fungsi:

a. pengawasan terhadap kegiatan pengawasan melekat atasan langsung kepada pegawai bawahan;

b. pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas di bidang tugas pelayanan, tugas pengawasan dan tugas administrasi;

c. pemantauan pengendalian intern terhadap kegiatan unit kerja instansi vertikal masing-masing;

d. evaluasi kinerja di bidang tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan tugas administrasi;

e. penelitian, pemeriksaan, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut terhadap laporan pengawasan/pengaduan masyarakat;

f. investigasi internal atas pelanggaran kode etik dan pelanggaran peraturan disiplin pegawai;

g. pemberian rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas; h. pembinaan personil pegawai;

i. pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional dan pengawasan masyarakat; j. khusus untuk UKKI pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai juga melaksanakan fungsi koordinasi pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan tugas administrasi serta fungsi koordinasi evaluasi kinerja Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

1. Merapihkan redaksi kalimat 2. Penambahan beberapa fungsi

UKKI vertikal sesuai dengan cakupan strategi penegakan kepatuhan internal yang benar-benar dilaksanakan UKKI.

Pasal 6

Penyelenggaraan fungsi di bidang kepatuhan internal bertujuan untuk mewujudkan kondisi yang mendukung efektivitas dan

Pasal 6

Penyelenggaraan fungsi di bidang kepatuhan internal bertujuan untuk mewujudkan kondisi yang mendukung efektivitas dan

(15)

Page 10 of 43 

efisiensi serta kelancaran dan ketertiban proses pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan tugas administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan sasaran: a. menekan hingga sekecil mungkin penyalahgunaan wewenang

dalam pelaksanaan tugas yang merugikan orang lain, masyarakat, dan/atau negara;

b. menekan hingga sekecil mungkin segala bentuk pungutan liar, pemerasan, penyuapan, korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme dalam pelaksanaan tugas;

c. meningkatkan kelancaran, ketepatan, ketertiban, kepastian, keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas proses pelaksanaan tugas pelayanan dan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai, dan tugas administrasi sesuai dengan tata kerja dan prosedur yang berlaku;

d. mendorong, meningkatkan, dan menjaga kesesuaian sikap, perilaku, danperbuatan pegawai dalam melaksanakan tugas dan dalam pergaulan hidup sehari-hari dengan kode etik pegawai dan/atau peraturan disiplin pegawai

efisiensi serta kelancaran dan ketertiban proses pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan tugas administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan sasaran: a. menekan hingga sekecil mungkin penyalahgunaan wewenang

dalam pelaksanaan tugas yang merugikan orang lain, masyarakat, dan/atau negara;

b. menekan hingga sekecil mungkin segala bentuk pungutan liar, pemerasan, penyuapan, korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme dalam pelaksanaan tugas;

c. meningkatkan kelancaran, ketepatan, ketertiban, kepastian, keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas proses pelaksanaan tugas pelayanan dan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai, dan tugas administrasi sesuai dengan tata kerja dan prosedur yang berlaku;

d. mendorong, meningkatkan, dan menjaga kesesuaian sikap, perilaku, danperbuatan pegawai dalam melaksanakan tugas dan dalam pergaulan hidup sehari-hari dengan kode etik pegawai dan/atau peraturan disiplin pegawai

BAB III

ORIENTASI KERJA DAN STRATEGI PELAKSANAAN PENEGAKAN KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB III

ORIENTASI KERJA DAN STRATEGI PELAKSANAAN PENEGAKAN KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Pasal 7

Pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja kepatuhan internal berorientasi kepada:

a. Tujuan dan sasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; b. Visi Unit Kerja Kepatuhan Internal yaitu menjadi unit kerja

yang berwibawa, bermartabat, dan memiliki komitmen yang solid dan konsisten untuk mewujudkan aparatur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berintegritas, disiplin, dan profesional;

c. Misi Unit Kerja Kepatuhan Internal yaitu mewujudkan aparatur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berintegritas, disiplin, dan profesional melalui upaya pencegahan terhadap perbuatan pelanggaran kode etik dan peraturan disiplin pegawai, penindakan terhadap aparatur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang melakukan pelanggaran, dan pembinaan sikap perilaku pegawai

Pasal 7

Pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja kepatuhan internal berorientasi kepada:

d. Tujuan dan sasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; e. Visi Unit Kerja Kepatuhan Internal yaitu menjadi unit kerja

yang berwibawa, bermartabat, dan memiliki komitmen yang solid dan konsisten untuk mewujudkan aparatur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berintegritas, disiplin, dan profesional;

f. Misi Unit Kerja Kepatuhan Internal yaitu mewujudkan aparatur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berintegritas, disiplin, dan profesional melalui upaya pencegahan terhadap perbuatan pelanggaran kode etik dan peraturan disiplin pegawai, penindakan terhadap aparatur Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang melakukan pelanggaran, dan pembinaan sikap perilaku pegawai

(16)

Pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja kepatuhan internal berlandaskan pada nilai budaya kerja:

a. keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. kebenaran faktual;

c. integritas;

d. penghargaan terhadap hak asasi manusia; e. rasa keadilan;

f. penghormatan atas norma kepatutan, norma kesusilaan, dan norma hukum;

g. independen;

h. netralitas dan tidak diskriminatif; i. akuntabilitas;

j. keterbukaan dan transparansi proses.

Pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja kepatuhan internal berlandaskan pada nilai budaya kerja:

a. keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. kebenaran faktual;

c. integritas;

d. penghargaan terhadap hak asasi manusia; e. rasa keadilan;

f. penghormatan atas norma kepatutan, norma kesusilaan, dan norma hukum;

g. independen;

h. netralitas dan tidak diskriminatif; i. akuntabilitas;

j. keterbukaan dan transparansi proses.

Pasal 9

Pelaksanaan penegakan kepatuhan internal di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilakukan dengan strategi pelaksanaan:

a. Pengawasan Melekat yang dilakukan oleh pemimpin masing-masing unit kerja dan/atau atasan langsung terhadap pegawai bawahannya;

b. pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dilakukan oleh UKKI masing-masing instansi vertikal dan/atau PUSKI;

c. evaluasi kinerja yang dilakukan oleh UKKI masing-masing instansi vertikal dan/atau PUSKI;

d. penelitian, pemeriksaan, penilaian, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional;

e. penelitian, pemeriksaan, penilaian, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut terhadap laporan pengawasan atau pengaduan masyarakat;

f. pembinaan personil oleh atasan langsung, UKKI pada masing-masing instansi vertikal dan/atau PUSKI agar para pegawai menjadi insan yang sadar dan mampu melaksanakan dengan baik tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan tugasnya, kode etik dan peraturan disiplin pegawai;

g. sebagai tindak lanjut pengawasan dan evaluasi kinerja, atasan langsung, UKKI pada masing-masing instansi vertikal, dan/atau PUSKI menyampaikan kepada pejabat yang berwenang tentang rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas yang dapat berupa:

Pasal 9

Pelaksanaan penegakan kepatuhan internal di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilakukan dengan strategi pelaksanaan:

a. Optimalisasi pelaksanaan pengawasan melekat yang dilakukan oleh pemimpin masing-masing unit kerja dan/atau atasan langsung terhadap pegawai bawahannya;

b. pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dilakukan oleh UKKI masing-masing instansi vertikal dan/atau PUSKI;

c. pemantauan pengendalian intern terhadap unit-unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

d. evaluasi kinerja yang dilakukan oleh UKKI masing-masing instansi vertikal dan/atau PUSKI;

e. penelitian, pemeriksaan, penilaian, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional;

f. penelitian, pemeriksaan, penilaian, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut terhadap laporan pengawasan atau pengaduan masyarakat;

g. pembinaan personil oleh atasan langsung, UKKI pada masing-masing instansi vertikal dan/atau PUSKI agar para pegawai menjadi insan yang sadar dan mampu melaksanakan dengan baik tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan tugasnya, kode etik dan peraturan disiplin pegawai;

h. penyampaian rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas kepada pejabat yang berwenang.

1. Penambahan strategi penegakan kepatuhan internal, yaitu pemantauan pengendalian intern terhadap unit-unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

2. Penjabaran mekanisme penyampaian rekomendasi dituangkan dalam bab tersendiri, dilengkapi dengan kewajiban bagi pejabat yang menerima rekomendasi.

(17)

Page 12 of 43 

1) tindakan administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian;

2) tindakan pemberian penghargaan kepada mereka yang memiliki prestasi yang dinilai patut mendapat penghargaan;

3) tindakan tuntutan perbendaharaan, tindakan penyempurnaan aparatur pemerintahan di bidang kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan;

4) tindakan peningkatan daya guna dan hasil guna terhadap fungsi pengendalian maupun pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada agar dapat terselenggara dan tercapai hasil kerja sebaik-baiknya dan secara optimal.

BAB IV

HUBUNGAN KERJA ANTARA UKKI

PADA INSTANSI VERTIKAL DAN PUSKI DIPINDAHKAN DAN DIRUMUSKAN KEMBALI PADA BAB XII

Pasal 10

(1) UKKI pada instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan pengawasan pelaksanaan tugas, evaluasi kinerja,pelaporan, dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional dan pengawasan masyarakat dalam lingkungan wilayah kerjanya.

(2) PUSKI pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan pengawasan pelaksanaan tugas, evaluasi kinerja, serta penelitian, pemeriksaan, dan penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional dan pengawasan masyarakat terhadap seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang meliputi personil dan unit kerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

(3) Pelaksanaan tugas pengawasan PUSKI dilakukan secara langsung terhadap pelaksanaan tugas instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyangkut masalah dugaan atau kemungkinan terjadi pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai yang:

a. melibatkan Kepala instansi vertikal dan/atau pejabat UKKI; b. mendapatkan perhatian yang meresahkan masyarakat; c. proses penanganannya oleh UKKI pada instansi vertikal

berlarut-larut atau tertunda-tunda tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;

d. tidak ditindaklanjuti oleh UKKI pada instansi vertikal;

DIPINDAHKAN DAN DIRUMUSKAN KEMBALI PADA BAB V Pasal 15

(18)

e. berdasarkan analisis manajemen risiko atas data-data kegiatan atau kinerja pelaksanaan tugas instansi vertikal yang bersangkutan menunjukkan

f. adanya potensi yang merugikan masyarakat dan negara; atau

g. berdasarkan perintah Direktur Jenderal Bea dan Cukai

Pasal 11

(1) Kepala Kantor Wilayah, Kepala Kantor Pelayanan Utama, Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai melalui Kepala Kantor Wilayah masing-masing, Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai, dan Kepala Balai Pengujian dan Identifikasi Barang menyampaikan laporan tentang pelaksanaan penegakan kepatuhan internal di lingkungan masing-masing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 kepada Kepala PUSKI.

(2) Penyampaian laporan pelaksanaan tugas Pengawasan Melekat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a dan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas sebagaimana dalam Pasal 9 huruf b dilakukan dalam hal hasil pelaksanaan tugas terdapat temuan pelanggaran kode etik, peraturan disiplin pegawai, dan/atau peraturan perundang-undangan dan disampaikan pada tanggal 10 dari setiap bulan setelah bulan pelaksanaan tugas pengawasan bersangkutan dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran I yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini.

(3) Penyampaian laporan evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c disampaikan kepada Kepala PUSKI sesuai dengan format yang telah ditentukan dalam ketentuan tentang pelaporan evaluasi kinerja.

(4) Khusus untuk penyampaian laporan evaluasi kinerja yang telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam kontrak kinerja, dilakukan oleh pemimpin Unit Eselon II kepada Kepala PUSKI setiap bulan dan diterima oleh PUSKI paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya dengan format sebagaimana ditentukan dalam ketentuan tentang pelaporan capaian kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU). (5) Penyampaian laporan pemeriksaan aparat Pengawasan

Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d dilakukan oleh kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang bersangkutan kepada Kepala PUSKI

DIPINDAHKAN DAN DIRUMUSKAN KEMBALI MEKANISME

PELAPORAN PADA BAB XVI PELAPORAN Pelaporan kegiatan di bidang penegakan kepatuhan internal ditempatkan pada BAB tersendiri di pasal-pasal terakhir setelah pasal-pasal yang menjabarkan strategi penegakan kepatuhan internal, dengan JUDUL BAB: PELAPORAN.

(19)

Page 14 of 43 

segera ketika mulai dilakukan pemeriksaan dan hasil pemeriksaannya dilaporkan segera setelah diterimanya laporan hasil pemeriksaan bersangkutan dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran II yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini.

(6) Penyampaian hasil penelitian atas laporan pengawasan atau pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf e dilakukan oleh kepala instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang bersangkutan kepada Kepala PUSKI segera setelah selesai dilakukan penelitian dan pemeriksaan akan kebenaran pengawasan atau pengaduan masyarakat tersebut dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran III yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini.

(7) Penyampaian laporan pembinaan personil oleh atasan langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf f dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran IV yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini

(8) Penyampaian laporan rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf g dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran V yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini.

BAB V

PENGAWASAN MELEKAT OPTIMALISASI PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT BAB IV Penambahan kata “optimalisasi” supaya lebih menggambarkan peran UKKI dalam pelaksanaan waskat

Pasal 12

(1) Dalam rangka mengoptimalkan penegakan kepatuhan internal, setiap atasan langsung wajib melakukan Pengawasan Melekat terhadap pegawai bawahannyamenurut prinsip-prinsip, sasaran, metode pelaksanaan, tindak lanjut pelaksanaan, dan mekanisme pelaporan berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan melekat.

(2) Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan Pengawasan Melekat: a. Pengawasan Melekat dilakukan secara rutin dan

terus-menerus untuk mencegah penyimpangan dan

Pasal 10

(1) Dalam rangka mengoptimalkan penegakan kepatuhan internal, setiap atasan langsung wajib melakukan Pengawasan Melekat terhadap pegawai bawahannyamenurut prinsip-prinsip, sasaran, metode pelaksanaan, tindak lanjut pelaksanaan, dan mekanisme pelaporan berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan melekat.

(2) Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan Pengawasan Melekat: a. Pengawasan Melekat dilakukan secara rutin dan

(20)

penyalahgunaan wewenang;

b. Pengawasan Melekat juga bertujuan untuk menyelesaikan setiap masalah penyimpangan dalam rangka tertib pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi/unit kerja;

c. Pengawasan Melekat diterapkan secara intensif, terutama pada kegiatan yang mengandung risiko kesalahan dan sangat menentukan keberhasilan pencapaian sasaran, tugas, dan fungsi organisasi/unit kerja;

d. Pengawasan Melekat didasarkan pada penilaian yang obyektif dengan menggunakan kriteria atau standard sesuai dengan ketentuan di bidang Pengawasan Melekat; e. Pengawasan Melekat berorientasi pada masa depan untuk

mencegah penyimpangan yang mungkin akan terjadi; f. Pengawasan Melekat bersifat membina terhadap semua

bawahan.

(3) Sasaran Pengawasan Melekat:

a. meningkatkan integritas, disiplin, dan prestasi kerja pegawai dalam pencapaian sasaran pelaksanaan tugas; b. meningkatkan kinerja organisasi;

c. mencegah terjadinya penyimpangan, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan/atau pemborosan keuangan negara.

(4) Metode pelaksanaan Pengawasan Melekat:

a. mengamati dan membandingkan proses dan hasil pelaksanaan tugas dengan rencana kerja dan peraturan perundang-undangan;

b. mengidentifikasi dan menginventarisasi penyimpangan dan kesalahan yang dilakukan oleh pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi;

c. menganalisis hambatan pelaksanaan tugas;

d. merumuskan dan mengambil tindakan perbaikan pelaksanaan tugas;

(5) Evaluasi pelaksanaan Pengawasan Melekat:

a. mengumpulkan berbagai data yang berkaitan dengan sistem dan sarana kerja dan pelaksanaan tugas organisasi/unit kerja;

b. menganalisa kelayakan sarana dan sistem kerja dalam rangka menjamin kelancaran tugas pokok;

c. membandingkan kesesuaian pelaksanaan kegiatan terhadap rencana dengan tolok ukur yang konkrit;

d. menganalisis sebab penyimpangan dan selanjutnya

penyalahgunaan wewenang;

b. Pengawasan Melekat juga bertujuan untuk menyelesaikan setiap masalah penyimpangan dalam rangka tertib pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi/unit kerja;

c. Pengawasan Melekat diterapkan secara intensif, terutama pada kegiatan yang mengandung risiko kesalahan dan sangat menentukan keberhasilan pencapaian sasaran, tugas, dan fungsi organisasi/unit kerja;

d. Pengawasan Melekat didasarkan pada penilaian yang obyektif dengan menggunakan kriteria atau standard sesuai dengan ketentuan di bidang Pengawasan Melekat; e. Pengawasan Melekat berorientasi pada masa depan untuk

mencegah penyimpangan yang mungkin akan terjadi; f. Pengawasan Melekat bersifat membina terhadap semua

bawahan.

1. Sasaran waskat, metode waskat, evaluasi waskat, tindak lanjut waskat diatur tersendiri dalam ketentuan

mengenai Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai(SE-05/BC/2011)

(21)

Page 16 of 43 

melakukan langkah-langkah tindak lanjut terkait aspek sumber daya organisasi, sumber daya manusia, sarana, prasarana, system, prosedur, keuangan, dan pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi;

e. melakukan evaluasi metode Pengawasan Melekat.

(6) Tindak lanjut hasil pelaksanaan Pengawasan Melekat sesuai dengan peraturan perundang-undangan terdiri atas:

a. tindakan administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian termasuk penerapan hukuman disiplin;

b. tindakan tuntutan/gugatan perdata, antara lain tuntutan ganti rugi/penyetoran kembali, tuntutan perbendaharaan, dan tuntutan perdata berupa pengenaan denda, ganti rugi dan lain-lain;

c. tindakan pengaduan tindak pidana dengan menyerahkan perkaranya kepada instansi yang berwenang sesuai dengan prosedur dan peraturan perundang-undangan; d. tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah di bidang

kelembagaan kepegawaian dan tata laksana;

e. tindakan peningkatan daya guna dan hasil guna terhadap fungsi pengendalian maupun pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada agar dapat mendukung terselenggaranya tugas dan fungsi organisasi dengan sebaik-baiknya;

f. tindakan pemberian penghargaan kepada mereka yang memiliki prestasi yang dinilai patut mendapatkan penghargaan.

(7) Pelaksanaan Pengawasan Melekat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) dilaporkan oleh:

a. Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan kepala unit kerja di bawahnya, secara berjenjang melalui Pejabat Eselon II, setiap bulan, kepada Kepala PUSKI;

b. Kepala Kantor Wilayah, Kepala Kantor Wilayah Khusus Kepulauan Riau, dan Kepala Kantor Pelayanan Utama, setiap bulan, kepada Kepala PUSKI;

c. Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai, Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai, dan Kepala Balai Pengujian dan Identifikasi Barang, setiap bulan, kepada Kepala PUSKI melalui Kepala Kantor Wilayah atasannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal

(22)

11 ayat (1) dan ayat (2).

(8) Pengawasan Melekat dilakukan terhadap:

a. pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

b. pelaksanaan kebijakan sistem dan prosedur di bidang Kepabeanan dan Cukai;

c. pelaksanaan kebijakan perencanaan sebagaimana dituangkan dalam Rencana Strategis, Rencana Kinerja Tahunan, dan Indikator Kinerja Utama, yang telah ditetapkan oleh setiap satuan unit organisasi;

d. Sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai berkaitan dengan kode etik, norma kepatutan, norma kesusilaan, dan norma hukum termasuk peraturan disiplin pegawai.

(9) Pelaksanaan Pengawasan Melekat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sepanjang tahun dan dievaluasi sekali dalam setahun.

(3) Tatacara Pelaksanaan Pengawasan Melekat dilakukan sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai.

Pasal 11

(1)

Dalam pelaksanaan pengawasan melekat, UKKI melakukan pengawasan terhadap para atasan langsung untuk memastikan bahwa pengawasan melekat telah dilaksanakan di unit kerjanya masing-masing.

(2)

Dalam hal atasan langsung menemukan pegawai bawahan melakukan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai, UKKI dapat memberikan asistensi dan supervisi kepada para atasan langsung pegawai bersangkutan dalam proses pemeriksaan pegawai.

(3)

UKKI melakukan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan pegawai untuk memastikan bahwa pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan melekat dilakukan sesuai ketentuan.

Pasal 12

Pengawasan UKKI terhadap para atasan langsung untuk

2. Penambahan 1 ayat bahwa petunjuk teknis pelaksanaan melekat sudah diatur dalam SE-05/BC/2011

3. Penambahan satu Pasal tentang peran UKKI dalam pelaksanaan waskat

(23)

Page 18 of 43 

memastikan bahwa pengawasan melekat telah dilaksanakan di unit kerjanya masing-masing sebagaimana Pasal 13 ayat (1) dilakukan dengan cara:

a. melakukan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas pada setiap tahapan proses pengawasan melekat agar berjalan sesuai Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai.

b. pengujian pengawasan melekat, dengan mengacu pada tata cara pengujian pengawasan melekat sebagaimana lampiran xxx Peraturan Direktur Jenderal ini.

menjelaskan mekanisme UKKI dalam pengawasan pelaksanaan waskat.

BAB VI

PENGAWASAN KEPATUHAN PELAKSANAAN TUGAS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB V

PENGAWASAN KEPATUHAN PELAKSANAAN TUGAS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Pasal 13

(1) UKKI melaksanakan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas sebagaimana Pasal 9 huruf b.

(2) UKKI pada KPU, KPPBC, PSO dan BPIB melakukan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dalam lingkungan wilayah kerjanya masing-masing berdasarkan surat tugas Kepala Unit Kerja masing-masing.

(3) UKKI pada Kantor Wilayah melakukan kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dalam unit kerja Kantor Wilayah serta KPPBC di bawah pengawasannya berdasarkan surat tugas Kepala Kantor Wilayah atau Kepala PUSKI.

(4) PUSKI pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas terhadap seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan surat tugas Kepala PUSKI atau Direktur Jenderal.

Penjabaran cakupan tugas UKKI dalam pelaksanaan PKPT

berdasarkan wilayah kerja dan objek PKPT nya.

Pasal 13

(1) Pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b dilakukan terhadap kegiatan unit kerja dan/atau sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai dalam rangka pelaksanaan tugas yang terdiri atas pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan tugas administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

(2) Tujuan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas adalah untuk memastikan, menjamin, atau memberikan keyakinan

Pasal 14

(1) Pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dilakukan terhadap kegiatan unit kerja dan/atau sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai dalam rangka pelaksanaan tugas yang terdiri atas pelaksanaan tugas pelayanan, tugas pengawasan, dan tugas administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

(2) Tujuan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas adalah untuk memastikan, menjamin, atau memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian proses pelaksanaan tugas dengan prosedur, tata kerja, dan peraturan

perundang-1. Penambahan cakupan PKPT yaitu atensi terhadap titit-titik rawan unit yang diawasi (INS-04/BC/2010 diwacanakan utk

dihapus, materinya dimasukkan ke perubahan

P-23)

(24)

memadai tentang kesesuaian proses pelaksanaan tugas dengan prosedur, tata kerja, dan peraturan perundang-undangan dan kesesuaian sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai dengan kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai.

(3) Pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dilakukan melalui kegiatan pengamatan, pemantauan, pemeriksaan, peninjauan, dan/atau penilaian.

undangan dan kesesuaian sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai dengan kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai.

(3) Kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas meliputi kegiatan pengamatan, pemantauan, pemeriksaan, peninjauan, dan/atau penilaian terhadap titik-titik rawan unit yang diawasisertaproses pelaksanaan tugas dan sikap/perilaku/perbuatan pegawai.

(4) Tatacara pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dilakukan sebagaimana lampiran xxx peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 15

(1) Kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas oleh PUSKI dilakukan secara langsung terhadap pelaksanaan tugas instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam hal menyangkut masalah dugaan atau kemungkinan terjadi pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai yang:

a. melibatkan Kepala instansi vertikal dan/atau pejabat UKKI;

b. mendapatkan perhatian yang meresahkan masyarakat; c. proses penanganannya oleh UKKI pada instansi vertikal

berlarut-larut atau tertunda-tunda tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;

d. tidak ditindaklanjuti oleh UKKI pada instansi vertikal; e. berdasarkan analisis manajemen risiko PUSKI atas

data-data kegiatan atau kinerja pelaksanaan tugas instansi vertikal yang bersangkutan menunjukkan adanya potensi yang merugikan masyarakat dan negara; atau

f. berdasarkan perintah Direktur Jenderal Bea dan Cukai. (2) Kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas yang

tidak memenuhi kriteria sebagaimana ayat (1), PUSKI mendelegasikan tugas tersebut kepada UKKI Kantor Wilayah

Penegasan kapan dalam hal apa PUSKI melakukan PKPT

langsung ke Instansi Vertikal

Pasal 14

(1) Pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dilakukan oleh UKKI pada instansi vertikal berdasarkan: a. analisis manajemen risiko atas data-data kegiatan atau

kinerja pelaksanaan tugas menunjukkan adanya potensi penyimpangan, pelanggaran peraturan

perundang-Pasal 16

(1) Kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas oleh UKKI Kantor Wilayah dilakukan secara langsung terhadap pelaksanaan tugas KPPBCdi bawah pengawasannya dalam hal menyangkut masalah dugaan atau kemungkinan terjadi pelanggaran kode etik dan/atau peraturan disiplin pegawai

Penegasan kapan dalam hal apa UKKI Kantor Wilayah melakukan PKPT langsung ke

(25)

Page 20 of 43 

undangan, dan/atau yang merugikan masyarakat dan negara;

b. laporan atau pengaduan masyarakat tentang terjadinya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau perbuatan yang merugikan masyarakat dan negara dalam pelaksanaan tugas;

c. perintah Kepala instasi vertikal;

d. permintaan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terhadap instansi vertikal yang berada di bawah pengawasannya; atau

e. permintaan Kepala PUSKI.

(2) Pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas dilakukan PUSKI terhadap pelaksanaan tugas seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (3).

(3) Pelaksanaan kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan Surat Tugas Kepala instansi vertikal.

(4) Pelaksanaan kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan Surat Tugas Kepala PUSKI atau Surat Tugas dari Direktur Jenderal Bea dan Cukai

dalam hal:

a. berdasarkan analisis manajemen risiko UKKI Kantor Wilayah atas data-data kegiatan atau kinerja pelaksanaan tugas menunjukkan adanya potensi penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau yang merugikan masyarakat dan negara;

b. terdapat laporan atau pengaduan masyarakat yang diterima UKKI Kantor Wilayah tentang terjadinya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau perbuatan yang merugikan masyarakat dan negara dalam pelaksanaan tugas;

c. permintaan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; atau

d. permintaan Kepala PUSKI

(2) Kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas yang tidak memenuhi kriteria sebagaimana Pasal 17 ayat (2), UKKI Kantor Wilayah mendelegasikan tugas pengawasan tersebut kepada UKKI KPPBC.

Pasal 15

(1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas, tim atau petugas yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) dan ayat (4) berwenang untuk meminta data, informasi, dan bukti-bukti terkait dan para pegawai terkait wajib untuk membantu dan memenuhi data, informasi dan bukti-bukti yang diperlukan. (2) Permintaan data, informasi, dan bukti-bukti sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertulis

DIPINDAHKAN DAN DIRUMUSKAN KEMBALI DALAM BAB XIII KEWENANGAN UKKI

Pasal 16

(1) Dalam hal dari hasil pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) yang dilakukan UKKI instansi vertikal ditemukan indikasi terjadinya penyimpangan, pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan/atau yang merugikan masyarakat dan negara, Kepala UKKI instansi vertikal menyampaikan kasus tersebut kepada Kepala instansi

Pasal 17

(1) Atas pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas yang telah selesai dilaksanakan, Ketua Tim atau petugas yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan wajib menyampaikan laporan tertulis tentang pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas yang telah selesai dilaksanakan, paling kurang berisi titik rawan unit yang diawasi, kegiatan pengawasan yang dilakukan, hasil pengawasan, saran dan

Pasal 16 ditempatkan setelah pasal 17 supaya alurnya jelas

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah pembelajaran kimia dengan metode TGT dapat memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan metode STAD pada

Ḥakīm dari Ibn „Umar, Ia berkata: Seorang wanita tidak diperbolehkan menjadi saksi kecuali atas sesuatu yang tidak boleh terlihat kecuali dia, karena bagian

Deskripsi data dimaksudkan untuk memperjelas atau memaparkan data hasil penelitian dalam ruang lingkup yang terbatas, dalam hal ini data hasil penelitian

Sistem chatbot tidak dapat menentukan semester mahasiswa ketika mengambil cuti kuliah, sehingga chatbot bisa tidak akurat dalam menjawab pertanyaan yang

Untuk menghindari kesalahan penafsiran mengenai variabel penelitian maka berikut ini dijelaskan definisi operasional dari variabel output adalah: Hasil belajar IPA

- Dinas Pertanian selalu memberikan UPTD yaitu sebagai tim pengawas di Kecamatan Rawang Panca Arga, dimana UPTD berfungsi sebagai sarana pelaporan dari tim

Hasil penelitian ini sebanding dengan hasil penelitian yang ditemukan pada pertambahan berat badan bayi yaitu bayi yang diberi PASI lebih tinggi dibandingkan dengan

Dari uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana berdirinya Bank BJB Syariah Kantor Cabang Pembantu padalarang dan menganalisis