• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Intrusi Air Laut Pada Sumur Dangkal Di Desa Denai Kuala Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Intrusi Air Laut Pada Sumur Dangkal Di Desa Denai Kuala Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ABSTRACT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Intrusi Air Laut Pada Sumur Dangkal Di Desa Denai Kuala

Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

(Study Of Seawater Intrusion At Shallow Wells In The Denai Kuala Village, District Of Pantai Labu Regency Of Deli Serdang)

Santa Odilia Permatasari Nainggolan1, Pindi Patana2, Rusdi Leidonald 3

1

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email : odiliasanta@gmail.com)

2

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155

3

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155

ABSTRACT

The increase of population in the coastal area affects in exploitation of ground water . Shallow well is one of the media that be used to fulfill the needs of water. The location of ground water that closed to coastal area, caused the sea water intrution and then shallow well water changed into brackish and salty. The aim of this research is to analyze the salinity of shallow well water and mapping the distribution shallow well water. This research was done in Denai Kuala village district of Pantai Labu, Deli Serdang on May until June 2015. The water sample was taken randomly with 80 samples of shallow well water spread in four station. This research uses the Arc GIS 9.3 software to obtain a map of the spread of salinity. Spread show that the salinity of the shallow well water in the Denai Kuala village varied. Salinity of shallow well at station 1 is 0 mg/l ( category fresh water), at station 2 is 2250 mg/l ( category brackish water), at station 3 is 0 mg/l (category fresh water), and at station 4 is 3150 mg/l (category brackish water). The spread of salinity show that the biggest of sea water intrusion are on the station 2 and station 4, while on the station 1 and station 3 have not been affected by seawater intrusion.

Keywords : Seawater Intrusion, Salinity, Shallow Wells.

PENDAHULUAN

Pertumbuhan penduduk semakin meningkat sepanjang tahun, dan diprediksi di abad ke 21 tiga perempat penduduk dunia akan tinggal di daerah pantai. Hal ini juga meningkatkan kebutuhan masyarakat akan pentingnya memanfaatkan sumberdaya alam yang ada Salah satu sumberdaya alam yang sangat penting dan perlu untuk kelangsungan hidup masyarakat adalah air. Air digunakan untuk keperluan memasak, minum, mandi, mencuci dan lain-lain.

Sehingga untuk memenuhi hal tersebut masyarakat membuat sumur dengan memanfaatkan air bawah tanah (Ginting, 2014).

Air bawah tanah telah memainkan peran penting pada penyediaan pasokan kebutuhan air bagi berbagai keperluan, sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran nilai terhadap air bawah tanah itu sendiri. Masyarakat, baik perseorangan maupun kelompok membutuhkan air untuk keperluan sehari-hari dan untuk kebutuhan lainnya. Dari

(2)

berbagai macam kebutuhan tersebut, maka air untuk keperluan air minum merupakan prioritas utama, di atas segala keperluan yang lain. Hal ini berarti fungsi air sebagai air minum harus diupayakan sebaikbaiknya agar memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitasnya, serta digunakan sebaik-baiknya bagi kebutuhan mahkluk hidup. Mengingat peran air bawah tanah semakin penting, maka pemanfaatan air bawah tanah harus didasarkan pada keseimbangan dan kelestarian air bawah tanah itu sendiri, atau dengan kata lain pemanfaatan air bawah tanah harus berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Daerah pantai adalah daerah yang letaknya ditepi laut dimana sejauh air pasang masih bisa mencapai daratan. Masyarakat yang hidup di daerah pantai dalam memenuhi kebutuhan hidupnya cenderung dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya, walaupun tidak sepenuhnya mutlak. Penduduk yang bertempat tinggal di pantai tidak selalu bermata pencaharian sebagai nelayan. Hal ini tergantung pada kondisi pantainya, jika pantainya curam dan terjal tentu saja akan mencari jalan lain, misalnya sebagai petani, atau sebagai pencari sarang burung walet. Karena pada pantai yang tebingnya terjal menyulitkan dipakai sebagai pelabuhan ikan. Tetapi jika pantainya landai justru mata pencahariannya sebagai nelayan menangkap ikan, karena pantai yang landai, gelombang laut tidak terlalu besar, baik untuk dijadikan dermaga tempat berlabuhnya kapal-kapal motor para nelayan. Salah satu wilayah yang merupakan daerah pantai adalah Desa Denai Kuala (Purba, 2009).

Dengan adanya peningkatan penduduk di daerah pantai dan kebutuhan akan air bersih juga meningkat. Maka masyarakat melakukan eksploitasi air bawah tanah dengan membuat sumur dangkal. Namun air bawah tanah yang sebelumnya layak digunakan sebagai air bersih, karena adanya intrusi air laut sehingga tidak layak lagi digunakan

sebagai air bersih. Sehubungan dengan hal ini, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Kajian Intrusi Air Laut Pada Sumur Dangkal di Desa Denai Kuala Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang”

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini di lakukan di Desa Denai Kuala, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, refraktometer, kamera digital, pipet tetes, tisu, softwere Arc GIS 9.3, dan GPS (Global Positioning System). pH meter, ember, botol sampel, tali, dan termometer. Bahan yang digunakan adalah akuades, air sumur dangkal dan kuisioner bagi pemilik sumur di Desa Denai Kuala, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan secara random sampling. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan jumlah pengguna sumur dangkal di Desa Denai Kuala yaitu 393 sumur perhitungan terdapat di Lampiran 4. Karena jumlah sampel lebih dari 100, dapat diambil antara 10%-15% sebagai ukuran sampel. Dengan rumus Slovin (Setiawan, 2007) sebagai berikut:

n

=

Keterangan:

n = Ukuran sampel yang dibutuhkan

N = Ukuran populasi e = Margin error yang

diperkenankan (10%-15%) Prosedur Penelitian

Jumlah sumur dangkal yang diukur salinitasnya adalah 80 sumur. Lokasi setiap sumur dangkal diidentifikasi

(3)

menggunakan GPS sehingga diperoleh koordinat geografis dari masing-masing sumur. Pengukuran salinitas masing-masing sumur dangkal dengan mengambil airnya, dan diukur salinitasnya dengan menggunakan refraktometer. Nilai salintas yang diperoleh akan diklasifikasikan berdasarkan menurut jenis air.

Analisis Data

Untuk mengetahui status mutu kualitas air, digunakan metoda storet yaitu membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Klasifikasi penilaian skor dengan metode storet sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency adalah:

(1) Kelas A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu

(2) Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10 cemar ringan

(3) Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30 cemar sedang

(4) Kelas D : buruk, skor = ≥-31cemar berat

Hasil

Klasifikasi Air Berdasarkan Jenis Air Air sumur dangkal yang termasuk dalam jenis air tawar sebesar 65% yang berada di dusun 1 dan dusun 3, dan air asin sebesar 10% dan air payau sebesar 25% yang berada di dusun 2 dan dusun 4. Nilai salinitas yang diperoleh diklasifikasikan berdasarkan Kurniati (2009).

Kualitas Air Berdasarkan Salinitas Jumlah air sumur dangkal yang termasuk dalam klasifikasi sangat bagus sebesar 65% berada di dusun 1 dan dusun 3, dan berbahaya sebesar 23% dan meragukan sebesar 12% berada di dusun 2 dan dusun 4. Nilai salinitas yang diperoleh akan diklasifikasikan berdasarkan jumlah konsentrasi garam di dalam air menurut Kodoatie (1996).

Gambar 5. Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas

Gambar 6. Kualitas Air Berdasarkan Salinitas

Hubungan Jarak Terhadap Nilai Salinitas

Koefisien determinasi antara jarak dan salinitas jauh dari nilai satu (Gambar 7) yaitu 0,594. Hal ini menunjukkan bahwa 59,4% variabel dependen yaitu salinitas dapat dijelaskan oleh faktor jarak terdekat ke garis pantai. Sedangkan 40,6% dijelaskan oleh faktor ataupun variabel lainnya.

Gambar 7. Grafik Hubungan Jarak Terhadap Nilai salinitas Pemetaan Salinitas

Jumlah sumur dangkal yang diukur adalah 80 sumur, pada setiap sumur diperoleh data salinitas dan koordinat yang dibutuhkan untuk membuat pemetaan. Hasil pemetaan menggambarkan air sumur yang memiliki jenis air asin dan payau berada pada dusun 2 dan dusun 4, sedangkan dusun 1 dan dusun 3 air sumur dangkal yang diteliti menunjukkan jenis air tawar. Hasil pemetaan salinitas di Desa

(4)

Denai Kuala dapat dilihat pada Gambar 8 & Gambar 9.

Gambar 8. Peta Persebaran Salinitas

Gambar 9. Peta Persebaran Salinitas Kualitas Air

Parameter yang digunakan dalam penentuan kualitas air pada sumur dangkal di Desa Denai Kuala ini terdiri atas lima (5) parameter, yang meliputi pengukuran suhu, salinitas, TSS, pH, dan Total Coliform. Sesuai dengan ketentuan pemberian skor dengan metode storet untuk jumlah pengamatan < 10. Nilai maksimum dan nilai minimum yang tidak memenuhi nilai baku mutu diberi skor -1 untuk parameter fisika), -2 (untuk parameter kimia), -3 (untuk parameter biologi). Bila nilai rata-ratanya yang tidak memenuhi nilai baku mutu, maka diberi skor -3 (untuk parameter fisika), -6 (untuk parameter kimia), -9 (untuk parameter biologi). Selanjutnya semua skor dijumlah dan dibandingkan dengan nilai total skor tersebut dengan klasifikasi tingkat kualitas perairan menurut metode storet. Total nilai skor atau indeks storet dari kualitas air pada dusun 2 adalah -16, sedangkan pada dusun 4 sebesar -13.

Tabel 5. Nilai Rata-rata Hasil Analisis Kualitas Air

No Parameter Satuan Baku Mutu

Kelas I Stasiun

Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV

1 TSS mg/l 50 9 50.5 9.5 48 2 Suhu oC Deviasi 3 28.16 24.93 28.76 26.20 3 Salinitas mg/l 0 2.25 0 3.15 4 pH - 6-9 6.21 6.82 6.01 6.96 5 Total Coliform jml/100 ml 1000 265 1600 430 1260

Skor Metode Storet 0 -16 0 -13

Pembahasan

Klasifikasi Air Berdasarkan Jenis Air Kondisi air sumur dangkal di Desa Denai Kuala beberapa masih mempunyai kondisi yang layak pakai. Namun sumur yang lokasinya dekat dengan daerah pantai mempunyai kondisi yang tidak layak pakai seperti air yang berwarna kuning dan berasa asin dan payau. Kondisi ini membuat sebagian besar penduduk

menggunakan jasa air bantuan pemerintah yaitu PNPM air sumur bor yang ditampung dalam tabung kemudian dipasang keran air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena terdapatnya air sumur di Desa Denai Kuala telah terkena intrusi air laut.

Hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap air sumur di Desa Denai Kuala menunjukkan bahwa air

(5)

sumur yang termasuk dalam klasifikasi jenis air tawar kebanyakan terdapat pada dua dusun yaitu dusun 1 dan dusun 3. Sesuai dengan persentase yang paling besar yaitu 65% (Gambar 5). Air sumur di dua dusun ini memiliki nilai salinitas 0

o

/oo. Hal ini menandakan bahwa air sumur

belum terkena intrusi air laut. Dengan salinitas 0 o/oo maka air sumur tersebut

tergolong dalam klasifikasi air tawar. Berdasarkan Cashiro (2013) nilai salinitas yang diijinkan adalah sebesar 3% atau 0,3 dan tidak melebihi angka tersebut. Dengan angka tersebut dapat digolongkan bahwa nilai salinitas 0 o/oo merupakan jenis air

tawar yang nilainya masih sesuai dengan yang diijinkan.

Berdasarkan Gambar 5

menunjukkan bahwa air sumur yang termasuk air asin sebesar 10%, dimana air sumur tersebut kuning dan berasa asin. Jenis air asin sebagian kecil terdapat pada dusun 2 dan dusun 4 yang berada di daerah pantai. Menurut (Indahwati dkk., 2012) menyatakan bahwa kasus intrusi air laut merupakan masalah yang sering terjadi di daerah pesisir pantai. Masalah ini selalu terkait dengan kebutuhan air bersih, dimana air bersih merupakan air yang layak untuk dikonsumsi. Rusaknya air tanah pada daerah pesisir ditandai dengan keadaan air yang tidak bersih dan rasanya asin.

Air sumur yang berubah menjadi payau dan asin semakin lama akan semakin meningkat yang mengharuskan masyarakat untuk mencari alternatif lain dalam memperoleh air bersih dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Sumber air bersih yang terbatas mengakibatkan masyarakat menjadi sulit dalam memperoleh air bersih dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Kondisi ini membuat masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah yang paling merasakan dampaknya. Penyediaan air bersih yang berasal dari PNPM sudah ada namun untuk memperoleh air tersebut masyarakat harus membelinya.

Kualitas Air Berdasarkan Salinitas Desa Denai Kuala yang terdiri dari empat dusun, mempunyai beberapa sumur yang memiliki kandungan salinitas. Air sumur yang memiliki kandungan salinitas terbagi dalam klasifikasi meragukan dan berbahaya. Air sumur yang seharusnya air tawar berubah menjadi air asin karena adanya penurunan air tanah yang disebabkan oleh manusia dalam pemenuhan kebutuhan akan air. Selain adanya pengambilan air tanah yang berlebihan, faktor yang mempengaruhi kondisi air tanah adalah adanya curah hujan dan vegetasi yang ada di daerah tersebut. Menurut Purba (2009) menyatakan bahwa keterdapatan air tanah sangat berkaitan dengan adanya komponen lain seperti adanya iklim (curah hujan dan temperatur), vegetasi serta jenis lapisan tanah dan batuan. Oleh karena itu keterdapatan air tanah pada setiap daerah berbeda tergantung dari komponen tersebut. Perubahan tersebut akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas air tanah tersebut.

Air sumur yang termasuk klasifikasi meragukan sebesar 12% (Gambar 6). Air sumur tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari namun memiliki kualitas air yang buruk untuk bahan baku air minum. Air sumur yang termasuk dalam klasifikasi meragukan tidak dapat dikonsumsi sebagai air minum dan keperluan masak. Air sumur yang termasuk dalam klasifikasi meragukan dengan nilai salinitas 1400-2100 mg/l. Menurut Hidayat (2011) menyatakan bahwa air laut memiliki kadar garam sekitar 33000 mg/l, sedangkan kadar garam pada air payau berkisar antara 1000-3000 mg/l. Air minum tidak boleh mengandung garam lebih dari 400 mg/l.

Air sumur yang termasuk dalam klasifikasi sangat bagus mencapai 65% (Gambar 6). Air sumur ini memiliki salinitas <175 mg/l. Air sumur ini digunakan untuk mandi dan mencuci. Air sumur ini memiliki warna yang jernih dan tidak berbau. Rahayu (2004) menyatakan

(6)

bahwa manusia membutuhkan air dalam semua aspek kehidupan, untuk memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air berperan pada semua proses dalam tubuh manusia, misalnya pencernaan, metabolisme, transportasi, mengatur keseimbangan suhu tubuh. Kekurangan air akan menyebabkan gangguan fisiologis, bahkan mengakibatkan kematian apabila kekurangan tersebut mencapai 15% dari berat tubuh. Namun apabila air itu tidak jernih misalnya tercemar bahan organik, air akan merupakan media yang baik bagi kuman penyakit. Pada air tercemar bahan anorganik (khemis) akan menyebabkan gangguan fisiologis secara menahun bahkan ada yang bersifat toksis.

Data air sumur yang diteliti terdapat sumur yang jaraknya jauh dari lokasi pantai namun memiliki salinitas. Hal ini dapat dikatakan bahwa air sumur tersebut sudah mengalami adanya intusi air laut. Menurut Nasjono (2010) bahwa adanya sumur yang jaraknya dari pantai relatif jauh tetapi mempunyai nilai salinitas yang tinggi sehingga diduga telah terjadi interusi air laut yang berat didaerah tersebut, Walaupun ada juga dugaan bahwa kemungkinan salinitas yang tinggi ini disebabkan air laut yang terperangkap saat pembentukan daerah tersebut atau batuan daerah tersebut mengandung garam.

Pemetaan Salinitas

Sebaran salinitas yang bervariasi mulai dari klasifikasi sangat bagus dengan nilai salinitas < 175 mg/l, meragukan dengan nilai salinitas 1400-2100 mg/l, dan berbahaya dengan nilai salinitas >2100 mg/l. Terlihat bahwa pada dusun 1 dan dusun 3 klasifikasi salinitas termasuk dalam kategori sangat bagus dengan nilai salinitas <175 mg/l. Hal ini terjadi karena adanya jarak yang jauh dari pantai sehingga meminimalkan adanya intrusi air laut terhadap air sumur tersebut. Namun pada dusun 2 dan dusun 4 yang dekat dengan pantai beberapa sumur memiliki kandungan salinitas yang berbahaya dan

meragukan. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah karena jarak yang relatif dekat dengan pantai dan adanya intrusi air laut yang membuat keseimbangan hidrostatis antara air tawar dan air asin sudah terganggu. Selain karena adanya pengambilan air tanah yang berlebihan mempengaruhi kualitas air sumur tersebut, serta faktor lingkungan setempat seperti batuan penyusun akuifer. Hal ini sesuai dengan Sastra (2011) yang menyatakan bahwa pencampuran air tawar menjadi air asin dikarenakan adanya faktor lingkungan setempat dan areal lintasan pada saat aliran air bergerak dari sumber air sampai ke tempat daerah penyimpanan cadangan air tanah atau akuifer, kualitas air tanah juga dipengaruhi oleh perilaku manusia terutama menyangkut limbah yang dihasilkan oleh aktifitas manusia.

Intrusi air laut yang terjadi di Desa Denai Kuala khususnya dusun 2 dan dusun 4 terjadi dikarenakan tanah di daerah tersebut sudah memiliki kerapatan porositas yang rendah. Air asin yang berasal dari laut melalui air tanah dapat lolos sampai ke air tanah. Air tanah tersebut dimanfaatkan masyarakat untuk membuat sumur dangkal dalam memenuhi kebutuhan akan air. Menurut Asfiainnisa dkk., (2015) bahwa meskipun intrusi air laut belum terjadi, namun area tersebut dekat dengan daerah yang mengalami intrusi air laut dan tekstur tanahnya memiliki kerapatan porositas yang rendah. Hal ini menyebabkan tanah mudah meloloskan air laut dari daerah yang mengalami intrusi air laut sehingga dikhawatirkan air laut tersebut akan menyusup ke air tanah pada titik pengeboran sumur dalam. Oleh karena itu pengambilan air tanah perlu dikelola dan dikontrol secara efektif serta mengurangi pengambilan air secara berlebihan agar kuantitas air tanah tidak berkurang secara berlebihan pula yang dapat menyebabkan turunnya muka air tanah. Turunnya muka air tanah juga menyebabkan cepatnya proses terjadinya intrusi air laut.

(7)

Hubungan Jarak Terhadap Nilai Salinitas

Nilai dari koefisien determinasi sebesar 0,594 menandakan bahwa hubungan nilai salinitas dan jarak tidak terlalu erat karena masih jauh dari nilai 1. Sebesar 59,4 % jarak mempengaruhi nilai salinitas, sedangkan 40,6% yang mempengaruhi salinitas pada sumur dangkal seperti penurunan muka air tanah, jenis tanah, kedalaman sumur, pengambilan air tanah yang berlebihan. Hal ini sesuai dengan literatur Damayanti dkk., (2015) bahwa pada saat terjadinya

pasang, air laut yang akan merembes

masuk ke dalam air tawar. Hal tersebut terjadi karena adanya hubungan hidrolik antara air asin dan air tawar. Air asin memiliki kadar mineral lebih tinggi dan tekanan air yang lebih besar dibanding air tawar, maka air laut memiliki massa jenis yang lebih tinggi dan tekanan air yang lebih besar. Air kemudian akan masuk melalui celah air laut untuk bergerak ke

daratan. Berbagai aktivitas manusia

terutama pemompaan air tanah dari akuifer pantai dapat meningkatkan intrusi air laut karena tekanan air tanah berkurang dan

akan menjadi relatif lebih kecil

dibandingkan tekanan air laut.

Pengambilan air tanah akan menurunkan

tinggi muka air tanah sehingga

menyebabakan sumur-sumur dangkal

banyak yang terkontaminasi.

Kualitas Air

Dari hasil analisis kualitas air sumur Desa Denai Kuala yang telah dibandingkan dengan Kriteria Mutu Kualitas Air berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 kelas I dan menurut sistem nilai storet yang tercantum pada tabel 5 menunjukkan bahwa, skor parameter kualitas air untuk dusun 1 dan dusun 3 adalah 0, sedangkan pada dusun 2 adalah -16, dan dusun 4 adalah -13. Nilai tersebut masuk kategori tercemar sedang.

Bakteri pengganggu kesehatan manusia seperti diare biasanya disebabkan oleh bakteri dari jenis Vibrio. Menurut Widowati (2008) penyebab diare adalah

bakteri Vibrio. Vibrio merupakan bakteri akuatik yang dapat ditemukan di sungai, muara sungai, kolam, dan laut. Salah satu jenis bakteri dari marga Vibrio yang hidup di laut dan merupakan patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia adalah Vibrio parahaemolyticus. Bakteri ini adalah jenis bakteri yang hidupnya di laut, memiliki daya tahan terhadap salinitas cukup tinggi. Oleh sebab itu bakteri patogen ini dapat mencemari pangan hasil laut.

Tindakan Manajemen

Tindakan manajemen untuk mengurangi dampak dari intrusi air laut yang ada di lokasi penelitian adalah dengan memberikan jarak yang tidak terlalu dekat dengan pantai. Keberadaan air tanah menentukan kualitas air sumur yang digunakan. Menurut Maulana (2010) pemanfaatan air tanah secara tidak tepat, dapat mengakibatkan degradasi kualitas dan kuantitas terhadap air tanah itu sendiri, juga akan berdampak terhadap integritas ekologi di sepanjang daerah aliran. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami keberadaan air tanah (lokasi, kedalaman, dan arah aliran) serta potensi air tanah (kualitas dan kuantitas). Semakin pentingnya peranan air tanah sebagai sumber pasokan untuk berbagai keperluan tersebut, diperlukan tindakan nyata dalam pengelolaan sumber daya air tanah yang berwawasan lingkungan, yakni segala upaya yang mencakup inventarisasi, pengaturan pemanfaatan, perizinan, pembinaan, dan pengendalian serta pengawasan dalam konservasinya. Pengelolaan air tanah tersebut perlu dilakukan secara bijaksana dengan bertumpu pada asas fungsi sosial dan nilai ekonomi, kemanfaatan umum, keseimbangan, dan kelestarian.

Tindakan manajemen melalui vegetasi adalah karena adanya mangrove di lokasi daerah sumur yang dekat dengan pantai. Sehingga untuk mengurangi dampak intrusi air laut peran mangrove sangat penting, karena sistem perakaran mangrove yang kuat dan tegak berdiri

(8)

dalam meredam adanya gelombang. Menurut Kushartono (2009) ekosistem bakau ini mempunyai beberapa fungsi ekologis bagi lingkungan bahwa akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur dan pohonnya mengurangi energi gelombang dan memperkuat arus serta vegetasi secara keseluruhan dapat mengurangi laju sedimentasi. Kemudian Onrizal (2005) menambahkan bahwa pada umumnya transpirasi jenis-jenis mangrove adalah rendah, sedangkan akarnya terus menerus mengabsorbsi air garam. Hal ini menyebabkan terjadinya akumulasi garam pada daun. Untuk mengatasi hal ini beberapa jenus mangrove mempunyai kelenjar pengeluaran garam (excreation gland) pada daunnya, sedangkan bagi jenis mangrove yang tidak memiliki kelenjar pengeluaran garam dilakukan dengan cara mengalirkan garam tersebut ke daun-daun muda yang baru terbentuk.

Tindakan manajemen untuk mengurangi dampak dari adanya air sumur masyarakat yang asin dan payau akibat intrusi air laut adalah dengan dilakukannya berbagai penelitian terkait. Menurut Yusuf dkk., (2008) proses desalinasi yang selama ini sudah dilakukan adalah dengan cara penguapan (evaporasi) dan proses Reverse Osmosis namun kedua cara tersebut memerlukan biaya dalam cukup mahal dan perawatannya pun cukup rumit. Alternatif proses yang mungkin bisa lebih sederhana adalah dengan resin penukar ion. Dengan resin ini maka garam-garam yang terkandung dalam air payau akan bisa di turunkan kandungannya. Resin yang digunakan sebagai penukar ion–ion Na+ dan Cl- menggunakan resin yang ada dipasaran. Metode pertukaran ion merupakan suatu metode yang digunakan untuk memisahkan ion-ion yang tidak dikehendaki berada dalam larutan , untuk dipindahkan kedalam media padat yang disebut dengan media penukar ion, dimana media penukar ion ini melepaskan ion lain kedalam larutan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Nilai salinitas air sumur dangkal di Desa Denai Kuala pada dusun 1 sebesar 0, pada dusun 2 sebesar 2.250 mg/l, pada dusun 3 sebesar 0, dan pada dusun 4 sebesar 3.150 mg/l.

2. Gambaran pemetaan sebaran salinitas menunjukkan bahwa dampak dari intrusi air laut terbesar berada pada dusun 2 dan dusun 4, sedangkan pada dusun 1 dan dusun 3 belum terkena dampak intrusi air laut.

Saran

Penelitian mengenai intrusi air laut perlu dilakukan lebih lanjut dengan meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas air tanah juga metode yang lebih sempurna lagi seperti dengan menggunakan metode konduktivitas listrik dengan menggunakan parameter daya hantar listrik. Mengenai tindakan manajemen yang harus dilakukan adalah dengan melakukan pengelolaan seperti memberikan peraturan untuk membatasi pengambilan air tanah, dan untuk mengurangi dampak air asin/ payau dilakukan penelitian seperti pengelolaan air asin melalui teknik reverse osmosis. Selain itu bantuan pemerintah perlu ditingkatkan lagi agar masyarakat yang berada pada Desa Denai Kuala ini dapat memperoleh air bersih tanpa susah payah. Bagi masyarakat sebaiknya lebih memperhatikan daya dukung dari air tanah tersebut dengan tidak melakukan pengambilan air tanah yang secara berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

Asfiainnisa, Yushardi., dan A. D. Lesmono. 2015. Pendugaan Intrusi Air Laut Dalam Persiapan Pengeboran Sumur Dalam Dengan Metode Geolistrik 2d Konfigurasi Wenner Di Desa Keting Kecamatan Jombang Kabupaten Jember. Jurnal Pendidikan. Pendidikan Fisika FKIP. Vol. 3 (4): 390-396

(9)

Damayanti, A. D., A. R. Djamaluddin., dan A. Arsyad. 2015. Studi Salinitas Air Tanah Dangkal Di Daerah Pesisir Bagian Utara Kota Makassar. Jurnal Fakultas Teknik. Universitas Hasanuddin.

Ginting, I. I. 2014. Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hidayat, R. 2011. Rancang Bangun Alat Pemisah Garam Air Tawar dengan Menggunakan Energi Matahari. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2003. Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Nomor :115 Tahun 2003.

Kurniati, E. 2009. Kualitas Air. evikurniati.lecture.ub.ac.id.

[Tanggal Akses: 3 Oktober 2015]. Kodoatie, R. 1996. Pengantar

Hidrogeologi. ANDI. Yogyakarta. Kushartono, E. W. 2009. Beberapa aspek

Bio-Fisik Kimia Tanah di Daerah Mangrove Desa Pasar Banggi Kabupaten Rembang. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol. 14 (2) : 76-83.

Nasjono, J. K. 2010. Pola Penyebaran Salinitas Pada Akifer Pantai Pasir Panjang , Kota Kupang, NTT. Jurnal Bumi Lestari. Jurusan Teknik Sipil. Universitas Nusa Cendana. NTT. Vol.10 (2) : 263-269.

Onrizal. 2005. Adaptasi Tumbuhan Mangrove Pada Lingkungan Salin dan Jenuh Air. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.

2008. Pengelolaan Sumberdaya Air. Nomor: 42 Tahun 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.

2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Nomor: 82 Tahun 2001.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.1990. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Nomor: 416 tahun 1990.

Purba, D. F. 2009. Analisis Pencemaran Logam Berat Pada Air Sumur Bor dengan Metode Spektrofotometri Untuk Dapat Digunakan Sebagai Air Minum di Kecamatan Medan-Belawan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rahayu, T. 2004. Karakteristik Air Sumur Dangkal di Wilayah Kartasura dan Upaya Penjernihannya. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Vol. 5 (2) :104-124

Sastra, Z. 2011. Analisis Intrusi Air Laut Dan Zona Klorida Pada Sumur Bor Dalam dan Dangkal di Kawasan Kota Medan dan sekitarnya. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sunandar, A. 2009. Kualitas Airtanah Di Dataran Rendah Teluknaga Kabupaten

Tangerang. Skripsi. Fakultas MIPA Alam. Universitas Indonesia. Jakarta.

(10)

Widowati, R. 2008. Keberadaan Bakteri Vibrio Parahaemolyticus Pada Udang Yang Dijual Di Rumah

Makan Kawasan Pantai

Pangandaran. Jurnal Vis Vitalis. Fakultas Biologi. Universitas Nasional. Jakarta. Vol. 1 (1): 9-14. Yusuf, E., T, A. Rachmonto., dan R.

Laksmono. 2008. Pengolahan Air Payau Menjadi Air Bersih Dengan Menggunakan Membran Reverse Osmosis. Jurnal Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Universitas Pembangunan Nasional. Jawa Timur. Vol 1 (1) : 6-15.

Gambar

Gambar 5. Klasifikasi Air Berdasarkan                      Salinitas
Gambar 8. Peta Persebaran Salinitas

Referensi

Dokumen terkait

Tahap sikap terhadap alam sekitar KR meningkat kepada tahap tinggi (3.26) berbanding dengan KK yang masih berada di tahap sederhana (2.94). Beberapa tema dikenalpasti daripada

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu apakah transparansi, akuntabilitas dan

Representasi penyelesaian Soal nomor 1 , dari deskripsi data diperoleh bahwa terjadi hambatan semantik dan sintaksis, dimana pada ST 1. mengalami hambatan

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B1, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague,

Upaya Sektor Bisnis dalam Pengendalian Karlahut di Sumatra Narasumber : Sinar Mas dan RAPP Dukungan Kebijakan Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan Narasumber :

The de-noising result of the near-range signal shown in figure 2(a) processed by the proposed method is shown in figure 4, where the noise-level of the de-noising signal

9 Harry Octavian Scale Up Riau 10 Riko Kurniawan Walhi Riau 11 Woro Supartinah Jikalahari Riau. 12 Dede

The experimental results implied that the slope of the terrain, backscattering coefficient and reflectivity, target height, target position in the footprint and area