Optimalisasi Jumlah Karyawan Melalui Pengukuran
Beban Kerja Dengan Metode
Stopwatch Time Study
(SWTS) pada PT. XYZ
Kata Kunci—beban kerja, stopwatch time study, tenaga kerja, waktu standar
Beban kerja adalah tuntutan pekerjaan, baik secara fisik maupun mental terhadap pegawai yang melakukan pekerjaan tertentu dengan kapasitas tertentu. Beban kerja yang berlebihan (overload) dapat mengakibatkan kelelahan dan timbul stres pada pegawai. Namun, beban kerja yang rendah (underload) akan berdampak pada performansi kerja yang rendah [1]. Sehingga, penting bagi suatu perusahaan untuk menerapkan beban kerja yang optimal. Penurunan jumlah output kacang yang dihasilkan oleh grup C shift 1 dibandingkan dengan grup A dan B secara langsung berdampak pada penurunan beban kerja atau jumlah pekerjaan yang harus dilakukan oleh setiap operator. Kondisi inilah yang disebut sebagai kondisi under capacity [2] atau kondisi dimana beban kerja yang diberikan pada seorang operator terlalu sedikit dibandingkan dengan kemampuan dan waktu kerja yang dimilikinya. Jumlah pekerja saat ini berjumlah 15 orang dengan 2 orang bagian intake, 4 orang bagian ayak (2 mesin) dan 9 orang pada bagian sortir
manual. Urutan operasi pada sortex kacang diawali dengan proses intake kacang, ayak, dan sortir manual. Para proses sortex ose kacang, waktu standar mempunyai peranan yang cukup penting. Tenaga kerja yang bekerja pada proses tersebut sangat diperhatikan. Oleh karena itu, beban kerja pada setiap stasiun kerja harus seimbang agar tidak menimbulkan kerugian dan pemborosan dari segi biaya ataupun kualitas kacang ose. Pada proses sortex kacang sebanyak 11 ton dengan jam kerja selama 8 jam per hari termasuk 1 jam untuk istirahat, hasil standar yang menjadi keluaran proses sortex adaah sebesar 10,5 ton. Pada proses intake kacang terjadi beban kerja yang rendah dan bagian sortir manual terjadi beban kerja yang berlebihan dibandingkan dengan yang lainnya. Kondisi under capacity dan over capacity dapat mengakibatkan inefisiensi tenaga kerja pada perusahaan. Inefisiensi tenaga kerja menyebabkan perusahaan harus menggaji terlalu banyak operator idengan jumlah beban kerja yang lebih ringan. Adanya inefisiensi kerja pada Grup C Shift 1 tersebut, menjadi landasan untuk diterapkannya analisis beban kerja yang membantu perusahaan dalam menyeimbangkan kembali antara jumlah tenaga kerja yang dimiliki dengan beban kerja yang ada. Sehingga efisiensi tenaga kerja pun dapat tercapai.
A. Pengukuran Kerja
B. Stopwatch Time Study (SWTS)
Metode pengukuran ini pertama kali dikenalkan oleh F.W. Taylor pada abad ke19. Pengukuran waktu kerja menggunakan stopwatch dengan mengamati dan mencatat waktu saat operator melakukan pekerjaannya. Ini merupakan teknik pengamatan secara langsung dan metode ini diaplikasikan pada pekerjaan sifatnya yang singkat, terspesifikasi jelas, menghasilkan output
yang mirip, dan berulang. Pengukuran ini merupakan cara yang 1st Salsabila Ayu Nurul Aini
Departemen Teknik Industri Universitas Diponegoro
Semarang, Indonesia [email protected]
2nd Manik Mahachandra
Departemen Teknik Industri Universitas Diponegoro
Semarang, Indonesia [email protected] Abstrak—Dalam menghitung jumlah tenaga pekerja perlu
memperhatikan 3 (tiga) aspek pokok yaitu beban kerja, standar kemampuan rata-rata dan waktu kerja efektif yang dibutuhkan. Keberhasilan suatu proses produksi, sangat dipengaruhi oleh peran operator di dalamnya. Namun, pada area sortex ose PT. XYZ belum memiliki pemetaan uraian tugas pada masing-masing jabatan yang jelas. Terdapat pekerjaan yang dilakukan oleh jabatan lain, sehingga perlu dilakukan pemetaan proses operasi. Selain itu, dilakukan perhitungan beban kerja dan mengoptimalkan beban kerja pegawai untuk dapat menentukan jumlah pegawai optimal. Oleh karena itu dilakukan pengukuran terhadap beban kerja karyawan di perusahaan, sehingga diketahui jumlah optimal karyawan yang seharusnya bekerja dibagian tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan waktu baku dan jumlah tenaga kerja optimal pada setiap tahapan proses. Metode pengukuran yang digunakan yaitu metode Stopwatch Time Study (SWTS). Dari elemen proses yang ada, waktu siklus untuk intake kacang adalah sebesar 44,413 detik, ayak 114,384 detik dan sortir 201,574 detik. Dengan menggunakan elemen waktu tersebut dapat diketahui beban kerja pada masing-masing bagian sortex yaitu pada bagian intake sebesar 21,5%, ayak sebesar 79,78% dan sortir manual sebesar 119,8%.
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran waktu kerja adalah suatu metode untuk menetapkan keseimbangan antara pekerjaan yang dikerjakan pekerja yang diukur dengan banyaknya output yang dihasilkan. Tujuan dari pengukuran waktu kerja tersebut adalah untuk mencari waktu baku. Waktu baku ini kemudian akan digunakan untuk mencari output standar dan beban kerja karyawan. Pengukuran waktu dilakukan terhadap beberapa alternatif sistem kerja, yang terbaik dilihat dari waktu penyelesaian tersingkat. [3]
objektif karena waktu yang ada merupakan fakta langsung di lapangan [3].
C. Uji Keseragaman dan Uji Kecukupan Data
Suatu data dikatakan seragam jika semua data berada diantara dua batas kontrol, yaitu batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Adapun perumusan dari batas kontrol atas dan batas kontrol bawah adalah sebagai berikut [3]
𝐵𝐾𝐴 = 𝑋̅ + α ()
𝐵KB = 𝑋̅ − α ()
Uji kecukupan data dilakukan untuk mendapatkan apakah jumlah data hasil pengamatan cukup untuk melakukan penelitian. Untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% adalah sebagai berikut [4]
𝑁 ′ = (𝑘/𝑠 (√𝑁(∑ 𝑋2)− (∑ 𝑋)2 )/ (∑ 𝑋) )2 (3) Apabila N’≤N, maka jumlah data sudah cukup. Begitu sebaliknya.
D. Waktu Siklus
Waktu siklus atau cycle time adalah waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit produk pada satu stasiun kerja [5]. Persamaan waktu siklus ditunjukkan pada persamaan 4
x = x n ()
E. Faktor Penyesuaian
Faktor Penyesuaian merupakan teknik untuk menyamakan waktu hasil observasi terhadap seorang operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu yang diperlukan oleh operator normal dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut [6]. Besarnya harga faktor penyesuaian (p) memiliki tiga batasan, yaitu [7].
a. p > 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal (terlalu cepat)
b. p < 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di bawah normal (terlalu lambat)
c. p = 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar
F. Waktu Normal
Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada tempo kerja yang normal. Persamaan waktu normal ditunjuukan pada persamaan 5.
Wn = Wsx p ()
G. Allowance
Allowance adalah lama waktu atau kelonggaran yang terjadi dalam sebuah aktivitas rutin operasional yang sulit untuk
diukur dengan menggunakan metode Stopwatch Time Study. Kelonggaran yang diberikan antara lain:
1) kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
2) kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (fatique) 3) kelonggaran untuk hal-hal yang tidak dapat dihindarkan
H. Waktu Baku
Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaannya [3]. Waktu baku didapatkan dengan mengalikan waktu normal dengan kelonggaran (allowance). Persamaan waktu baku ditunjukkan pada persamaan 6.
() I. Beban Kerja
Suatu perusahaan telah menentukan standar beban kerja bagi pekerjanya sehingga dalam menjalankan tugasnya pekerja
Penelitian ini dilaksanakan di PT XYZ Tbk. Area Sortex Ose. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama 1 bulan 3 minggu, terhitung dari tanggal 16 Desember 2019 hingga 7 Februari 2020. Waktu pelaksanaan selama 5 hari kerja, mulai pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB. Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan data waktu operasi kerja secara langsung dan wawancara dengan team leader grup C dan bagian PPIC. Data yang didapat berupa data sekunder dan data primer. Data primer berupa hasil pengamatan dan wawancara. Sementara data sekunder berupa data perusahaan yang meliputi
output yang dihasilkan dari masing-masing proses.
Dalam penelitian ini tahapan pengolahan dan analisa data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan dan analisa data menggunakan studi waktu operasi kerja
mengidentifikasi data menyimpang dari batas atas dan batas bawahnya. Data yang terlalu ekstrim dibuang dan tidak diikutkan ke dalam pengolahan data selanjutnya.
METODE PENELITIAN
tidak melebihi standar tersebut. Kebutuhan pekerja di perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan output yang ingin dicapai dari divisi tertentu [8]. Kemudian hal itu diterjemahkan dalam bentuk lamanya karyawan untuk mencapai output tersebut, sehingga dapat diketahui pada jenis pekerjaan apa saja yang terjadi kelebihan beban kerja atau kurang. [2, 8].
III.
IV. PENGOLAHANDAN ANALISIS DATA
2. Pengolahan dan analisa data dengan uji keseragaman dan kecukupan data
a. Menghitung waktu siklus
b. Melakukan uji keseragaman data untuk
c. Melakukan uji kecukupan untuk menentukan jumlah pengamatan yang seharusnya diambil dengan convidence level 95% dan degree of
4. Perhitungan usulan jumlah tenaga kerja 5. Analisis hasil pengolahan data
A. PROSES OPERASI DAN TENAGA KERJA
Pengamatan yang dilakukan yaitu pada proses intake, ayak, dan sortir manual. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi berupa waktu peroses operasi tiga stasiu kerja. Proses kerja dan jumlah tenaga kerja ditunjukkan pada Tabel I.
No. Proses Kerja Jumlah Tenaga Kerja Output (Kontainer)
1. Intake 2 220
2. Ayak 4 624
3. Sortir manual 9 1092
Masing-masing proses kerja ini memiliki operasi kerja yang ditunjukkan pada Tabel II
1. Intake
Mengambil karung kacang Melepas tali Menuang kacang Melipat karung 2. Ayak Menaruh kontainer Membuka corong Menyediakan karung Menutup korong Mengambil kontainer Menumpuk kontainer Menuang kacang Mengambil jarum dan tali Memasang tali
Menjahit karung Menumpuk karung di palet Mengambil hand pallet Memasang ke palet Mengantar ke sortir Melepas hand pallet
3. Sortir manual
Mengambil kontainer Menuang kacang Sortir manual
Meletakkan kontainer kosong Mengambil kontainer Menimbang Menumpuk kontainer Mengambil tumpukan ontainer Meyusun kontainer
Membersihkan tutup kontainer
B. UJI KESERAGAMAN DATA
Uji keseragaman untuk mengetahui data yang digunakan seragam atau tidak. Apabila data waktu operasi terdapat penyimpangan dari batas atas atau bawah, maka data tersebut dihilangkan. Uji keseragaman dilakukan pada semua stasiun kerja, yaitu intake, ayak dan sortir manual. Masing-masing hasil uji menandakan bahwa semua proses telah seragam dengan menggunakan persamaan 1 dan 2.
Berdasarkan hitungan dan grafik yang dihasilkan diperoleh rekapitulasi uji keseragaman yang ditunjukkan pada Tabel III.
No. Proses
Kerja Operasi Kerja Ket.
1. Intake
Mengambil karung kacang Seragam Melepas tali Seragam Menuang kacang Seragam Melipat karung Seragam
2. Ayak
Menaruh kontainer Seragam Membuka corong Seragam Menyediakan karung Seragam Menutup corong Seragam Mengambil kontainer Seragam Menumpuk kontainer Seragam Menuang kacang Seragam Mengambil jarum dan tali Seragam Memasang tali Seragam Menjahit karung Seragam Menumpuk karung di palet Seragam Mengambil hand pallet Seragam Memasang ke palet Seragam Mengantar ke sortir Seragam Melepas hand pallet Seragam
3. Sortir manual
Mengambil kontainer Seragam Menuang kacang Seragam Sortir manual Seragam Meletakkan kontainer kosong Seragam Mengambil kontainer Seragam
Menimbang Seragam
Menumpuk kontainer Seragam Mengambil tumpukan kontainer Seragam Meyusun kontainer Seragam Membersihkan tutup kontainer Seragam
Dari hasil uji keseragaman, semua data tidak ada yang melebihi batas atas dan batas bawah yang menandakan data waktu operasi sudah seragam. Sehingga dapat dilanjutkan ke uji kecukupan data dengan menggunakan persamaan 3.
a. UJI KECUKUPAN DATA
Uji kecukupan data menggunakan data dari waktu operasi yang sudah seragam. Rekap uji kecukupan data ditunjukkan pada Tabel IV. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5% dapat disimpulkan bahwa data yang telah diambil telah mencukupi untuk dijadikan pengamatan.
V. HASILDAN PEMBAHASAN
3. Perhitungan beban kerja dari setiap stasiun kerja, yaitu bagian intake, ayak, dan sortir manual.
TABEL III. OPERASI KERJA
TABEL II. OPERASI KERJA No. Proses Kerja Operasi Kerja
1. 80 78 Cukup 80 71 Cukup 80 77 Cukup 80 76 Cukup 2. 80 77 Cukup 80 62 Cukup 80 78 Cukup 80 77 Cukup 80 78 Cukup 80 79 Cukup 80 79 Cukup 80 74 Cukup 80 76 Cukup 80 63 Cukup 80 71 Cukup 80 67 Cukup 80 60 Cukup 80 78 Cukup 80 35 Cukup 3. 80 77 Cukup 80 77 Cukup 80 76 Cukup 80 77 Cukup 80 78 Cukup 80 79 Cukup 80 79 Cukup 80 78 Cukup 80 77 Cukup 80 77 Cukup b. FAKTOR PENYESUAIAN
Faktor penyesuaian digunakan untuk mengevaluasi kecepatan kerja operator. Dengan adanya faktor penyesuaian ini, waktu operasi kerja yang diukur dapat dinormalkan Kembali [8]. Nilai yang digunakan adalah p=1 karena operator bekerja dengan kecepatan yang wajar. Tabel V menunjukkan nilai faktor penyesuaian yang digunakan.
Faktor penyesuaian
1 Intake Kacang 1
2 Ayak 1
3 Sortir Manual 1
c. WAKTU NORMAL
Sesuai dengan persamaan 5, waktu normal didapatkan dengan mengalikan waktu siklus dengan faktor penyesuaian pada Tabel VI. Waktu normal masing-masing operasi ditunjukkan pada Tabel V. Waktu normal yang didapatkan pada proses intake yaitu 0,740 menit, proses ayak sebesar 1,906 menit dan proses sortir manual sebesar 3,359 menit. Oleh karena itu, besar waktu normal dipengaruhi oleh waktu siklus dan performance rating. Semakin besar waktu siklus, maka semakin lama waktu normal yang diperoleh.
1. Intake 0,155 0.318 0.241 0.060 2. Ayak 0.064 0.029 0.069 0.014 0.053 0.067 0.068 0.045 0.053 0.514 0.158 0.195 0.229 0.381 0.085 3. Sortir Manual 0,065 0,085 2,995 0,048 0,069 0,116 0,058 0,171 0,220 0,083 d. ALLOWANCE a. Intake
Rekap allowance bagian intake ditunjukkan pada Tabel VII
No. Tot. Relax. Allow
1 6
2 5
3 5
4 3
b. Ayak
Rekap allowance bagian ayak ditunjukkan pada Tabel VIII
No. Tot. Relax. Allow
1. 7 2. 2 3. 4 4. 2 5. 8 6. 9 7. 5 8. 2 9. 2 10. 5 11. 9 12. 5 13. 6 14. 6
TABEL IV. REKAP UJI KECUKUPAN DATA
No. N N’ Ket.
TABEL V. FAKTOR PENYESUAIAN No. Elemen
TABEL VI. REKAPITULASI WAKTU NORMAL No. Stasiun Kerja Waktu Normal
TABEL VII. ALLOWANCEINTAKE
c. Sortir Manual
Rekap allowance bagian intake ditunjukkan pada Tabel IX
No. Tot. Relax. Allow
1. 5 2. 5 3. 5 4. 2 5. 5 6. 2 7. 5 8. 5 9. 5 10. 2
Allowance yang digunakan untuk ketiga stasiun menggunakan keseluruhan faktor allowance yang ditunjukkan pada Tabel VII,8 dan 9. Allowance terbesar adalah 9 yang dan yang terendah sebesar 2. Hal ini dikarenakan adanya kondisi yang berbeda-beda, seperti tenaga yang dikeluarkan, sikap kerja, temperature, pencahayaan, ketelitian, dan kebisingan tempat kerja.
e. WAKTU BAKU
Perhitungan waktu baku dilakukan dengan memperhatikan
allowance yang telah ditetapkan. Rekap waktu baku ditunjukkan pada Tabel X.
1. Intake 0,155 0,318 0,241 0,060 2. Ayak 0,064 0,029 0,069 0,014 0,053 0,067 0,068 0,045 0,053 0,514 0,158 0,195 0,229 0,381 0,085 3. Sortir Manual 0,065 0,085 2,995 0,048 0,069 0,116 0,058 0,171 0,220 0,083
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh waktu baku yang diperlukan dalam proses intake adalah sebesar 0,773 menit, proses ayak sebesar 2,025 menit dan proses sortir manual sebesar 3,910 menit. Waktu baku sebanding dengan waktu normal namun berbanding terbalik dengan allowance. Semakin besar nilai allowance, maka akan semakin kecil waktu baku yang diperoleh dan semakin kecil nilai allowance, maka akan semakin besar waktu baku yang diperoleh.
f. BEBAN KERJA
Menghitung beban kerja digunakan waktu kerja yang telah diambil dalam satu hari kerja adalah 8 jam kerja dengan 1 jam untuk istirahat [8]. Maka total waktu kerja 7 x 60 menit = 420 menit dan allowance sebesar 5% dari total waktu menjadi 396 menit.
Hasil perhitungan beban kerja dapat dilihat pada Tabel X1.
No. Proses Kerja Beban Kerja
1. Intake 0,43
2. Ayak 3,19
3. Sortir manual 10,78
Berdasarkan perhitungan beban kerja tersebut, total beban kerja untuk proses intake yang dibutuhkan adalah 0,43 dengan masing-masing operator mempunyai beban kerja sebesar 42,97%. Berdasarkan workload tersebut, status beban kerja adalah underload yang berarti operator tidak memiliki beban kerja yang berlebih. Allowance yang digunakan juga terbilang rendah mengingat tidak membutuhkan ketelitian, tenaga yang berlebih. Total beban kerja untuk proses ayak yang dibutuhkan adalah 3,19 dengan masing-masing operator sebesar 79,78%. Berdasarkan workload tersebut, status beban kerja adalah
underload yang berarti operator tidak memiliki beban kerja yang berlebih. Sedangkan total beban kerja untuk proses sortir yang dibutuhkan adalah 10,78 dengan masing-masing operator sebesar 119,8% sehingga menunjukkan bahwa beban kerja yang diperoleh operator belum sesuai dengan beban kerja yang dapat diterima karena melebihi batas maksimum yaitu 100%.
g. JUMLAH TENAGA KERJA
Proses Kerja Beban
Kerja Jumlah Tenaga Kerja Awal Jumlah Tenaga Kerja Usulan Intake 0,43 2 1 Ayak 3,19 4 4 Sortir manual 10,78 9 11
TABEL IX. ALLOWANCE SORTIR MANUAL
TABEL X. REKAPITULASI WAKTU BAKU No. Stasiun Kerja Waktu Normal
TABEL XII. REKAPITULASI JUMLAH TENAGA KERJA
Perhitungan jumlah tenaga kerja menggunakan data yang telah diperoleh sebelumnya. Rekapitulasi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan ditunjukkan pada Tabel XII.
Berdasarkan perbandingan jumlah tenaga kerja dengan menggunakan waktu standar diperoleh jumlah tenaga kerja sebanyak 16 orang, sedangkan pada kondisi awal terdapat 15 tenaga kerja. Maka diperoleh bahwa pada bagian intake terdapat kelebihan tenaga kerja sebanyak 1 orang. Kegiatan intake tersebut hanya membutuhkan 1 orang untuk melakukan kegiatannya. Selanjutnya pada bagian sortir terdapat kekurangan tenaga kerja sebanyak 2 orang.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT XYZ dapat disimpulkan bahwa hasil untuk bagian intake memiliki waktu baku sebesar 0,773 menit, bagian ayak sebesar 2,025 menit dan untuk bagian sortir memiliki waktu baku sebesar 3,910 menit. Beban kerja yang diterima oleh masing-masing bagian antara lain bagian intake kacang sebesar 21,5%,
Bagian ayak sebesar 79,78% dan sortir manual sebesar 119,8%. Dalam hal ini bisa diketahui pada area sortex, yang mempunyai beban kerja terbesar adalah pada bagian sortir. Berdasarkan perhitungan jumlah tenaga kerja secara teori adanya kekurangan jumlah tenaga kerja pada bagian sortir. Secara aktual jumlah tenaga kerja pada stasiun kerja di sortex berjumlah 15 orang. Sedangkan secara teoritis jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 16 orang.
Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan tugas yang diterima. Tenaga kerja yang terdapat pada bagian sortir sebanyak 9 orang, namun secara teoritis jumlah tenaga kerja yang seharusnya ada di bagian ini yaitu sebanyak 11 orang. Sedangkan pada bagian intake kacang tenaga kerja yang tersedia adalah 2 sedangkan secara teoritis, yang dibutuhkan hanya 1 orang.
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerja operatornya. Selain itu beban kerja yang sesuai dan tidak melebihi batas akan mengurangi resiko yang tidak diinginkan seperti jumlah produksi tidak tercapai. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menggunakan faktor ekonomi, manajerial, dan fasilitas area kerja untuk mendapatkan solusi terbaik dalam mengambil keputusan jumlah tenaga kerja yang efektif.
[1] Sanders, M.S. and McCormick, E.J, Human Factors In Engineering and Desain, 7 th edition, New York: McGraw-Hill Book Company, 1993 [2] Mangkuprawira, S, Manajemen Sumber Daya Manusia Stategik. Jakarta:
PT Ghalia Indonesia, 2003.
[3] Wignjosoebroto S, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Jakarta: Guna Widya, 1995. [4] Barnes, R. M, Motion and Time Study: Design and Measurement of Work,
New York: John Willey dan Sons, 1980.
[5] Purnomo H, Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2003 [6] Niebel, B. W. 1988. Motion and Time Study. Richard D Irwin, Inc.
Honewood, Illinois.
[7] Sutalaksana, Iftikar, Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung: ITB, 2006
[8] Dyah Ika Rinawati, Diana Puspitasari, dkk, “Penentuan Waktu Standar Dan Jumlah Tenaga Kerja Optimal Pada Produksi Batik Cap (Studi Kasus: Ikm Batik Saud Effendy, Laweyan),” Jurnal Teknik Industri Undip Vol.
7(3), 2012.
V. KESIMPULANDAN SARAN