A. Kajian Pustaka
1. Teori Stakeholde r (Stakeholders Theory)
Stakeholders Theory (Teori Stakeholder), mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholders. Stakeholder adalah semua pihak, internal maupun eksternal, yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Stakeholder is a group or an individual who can affect, or be affected by, the success or failure of an organization (Luk, Yau, Tse, Alan, Sin, Leo, dan Raymond, dalam Nor Hadi.
2011:93).
Berdasarkan asumsi stakeholders theory, maka perusahaan tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan sosial. Perusahaan perlu
menjaga legitimasi stakeholder serta mendudukkannya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat
mendukung pencapaian tujuan perusahaan, yaitu stabilitas usaha dan
jaminan going concern (Adam, dalam Nor Hadi. 2011: 94-95).
Wibisono (dalam Kirana, 2009) mengartikan stakeholders sebagai pemangku kepentingan yaitu pihak atau kelompok yang
berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap
dilontarkan oleh Rhenald Kasali sebagaimana dikutip oleh Wibisono
(dalam Kirana, 2009) yang menyatakan bahwa yang dimaksud
stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan
keberhasilan perusahaan. Mereka adalah pemasok, pelanggan
pemerintah, masyarakat local, investor, karyawan, kelo mpok politik,
asosiasi perdagangan dan lainnya.
Pada teori ini, pengungkapan CSR penting karena para stakeholder perlu mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana perusahaan
melaksanakan perannya sesuai dengan keinginan stakeholders, sehingga menuntut adanya akuntanbilitas perusahaan atas kegiatan
CSR yang telah dilakukannya (Riswari, 2012). Perusahaan yang
memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif
oleh investor melalui peningkatan harga saham (Rustiarini, 2010).
2. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)
Teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak
dengan masyarakat. Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis
bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan usahanya, hal itu
dapat di jadikan wahana untuk menyusun strategi perusahaan, terutama
terkait dengan memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat
yang semakin maju (Hadi, 2011:87). Dalam pengertian secara
mendasar, legitimasi adalah hubungan sosial tertentu yang dikukuhkan
Tilt (1994) dalam Sudaryanto (2011) menyatakan bahwa
perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan
kegiatanya berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, dan
bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan
untuk melegitimasi kepentingan perusahaan. Teori legitimasi
kaitannya dengan kinerja ekonomi dan kinerja keuangan adalah
apabila terjadi ketidakselarasan antara sistem-sistem nilai perusahaan
dan sistem nilai masyarakat maka perusahaan dapat kehilangan
legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan
perusahaan (Lindblom, dalam Sudaryanto 2011).
Dalam usaha memperoleh Legitimasi , perusahaan melakukan
kegiatan sosial dan lingkungan yang memiliki implikasi akuntansi
pada pelaporan dan pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan
melalui pelaporan sosial dan lingkungan yang dipublikasikan (Deegan,
dalam Anggraini, 2006). Teori legitimasi menegaskan bahwa untuk
memperoleh kepercayaan dari masyarakat atas kegiatan yang
dilakukan, maka perusahaan harus menjalankan kegiatannya sesuai
dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan sekitar.
3. Penge rtian Corporate Social Responsibility
Definisi mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) sangatlah beragam. Salah satunya yang di kemukakan oleh World Business Council for Suistainable Development (2004) mendefinisikan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
“CSR is commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives, the local community and society at large to improve quality of live, in ways that are both good for business and good for development.”
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen bisnis yang memberikan kontribusi terhadap keberlangsungan
pembangunan ekonomi, para pekerja dan keluarganya, komunitas lokal
dan lingkungan yang lebih luas untuk meningkatkan kualitas hidup.
Menurut World Business Council For Sustainable Development, CSR bukan sekedar discretionary, tetapi suatu komitmen yang merupakan kebutuhan bagi perusahaan yang baik sebagai perbaikan kualitas
hidup. Secara filosofis, jika perusahaan berusaha untuk berguna bagi
umat manusia maka dalam jangka panjang tentunya akan tetap eksis.
Menurut Untung (2008, hal.1) memberikan pengertian mengenai
corporate social responsibility sebagai berikut:
”Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi
yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian
terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan”.
Definisi lain mengenai Corporate Social Responsibility (CSR), Salah satu yang cukup menarik adalah yang dibuat oleh lingkar studi
Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia, adalah: upaya sungguh- sungguh dari entitas bisnis untuk meminimalkan dampak
negatif dan memaksimalkan dampak positif operasinya terhadap
seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan
lingkugan, agar mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan.
(Nurdizal et. All, 2011:15).
Corporate Social Responsibility dihitung berdasarkan jumlah pendapatan bersih perusahaan dan dibagi dengan 91 indikator
berdasarkan GRI-G4. GRI-G4 menyediakan rerangka kerja yang
relevan secara global untuk mendukung pendekatan yang
terstandardisasi dalam pelaporan, yang mendorong tingkat transparansi
dan konsistensi yang diperlukan untuk membuat informasi yang
disampaikan menjadi berguna dan dapat dipercaya oleh pasar dan
masyarakat. Fitur yang ada di GRI-G4 menjadikan pedoman ini lebih
mudah digunakan, baik bagi pelapor yang berpengalaman dan bagi
mereka yang baru dalam pelaporan keberlanjutan dari sektor apapun
dan didukung oleh bahan-bahan dan layanan GRI lainnya.
(www.globalreporting.org).
4. Kepemilikan Saham Asing
Dalam Pasal 1 ayat 8 UU No. 25 Th. 2007 menyebutkan bahwa
Modal Asing adalah Modal yang dimiliki oleh negara asing,
perseorangan warga negara asing, dan Badan Hukum Indonesia yang
pada pasal diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan saham
asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan yang dimiliki oleh
perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang
berstatus luar negeri. Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan
pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan. (Djakman dan Machmud,
2008) dalam (Erida, 2011).
Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh asing
biasanya lebih sering menghadapi masalah asimetri informasi
dikarenakan hambatan geografis dan bahasa. Oleh sebab itu
perusahaan dengan kepemilikan asing yang besar akan terdorong
untuk melaporkan atau mengungkapkan informasinya secara sukarela
dan luas. (Xiao et Al., 2004) dalam (Erida, 2011) .
Ada beberapa alasan mengapa perusahaan yang memiliki
kepemilikan saham asing harus memberikan pengungkapan yang lebih
dibandingkan dengan yang tidak memiliki kepemilikan saham asing
menurut (Susanto, 1992) dalam (Angling, 2010) sebagai berikut:
1. Perusahaan asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik dalam
bidang akuntansi dari perusahaan induk di luar negeri
2. Perusahaan tersebut mungkin punya sistem informasi yang lebih
efisien untuk memenuhi kebutuhan internal dan kebutuhan
3. Kemungkinan permintaan yang lebih besar pada perusahaan
berbasis asing dari pelanggan, pemasok, dan masyarakat umum.
5. Leverage
Leverage menunjukkan seberapa besar asset perusahaan diperoleh atau didanai oleh utang. Variabel ini diukur dengan membagi total
utang dengan total asset. Leverage memiliki arti penting bagi perusahaan, karena dapat diketahui dampak leverage terhadap resiko perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage besar kemungkinan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha
melaporkan laba yang lebih tinggi dengan cara mengurangi
biaya-biaya termasuk biaya-biaya pengungkapan pertanggungjawaban sosial
perusahaan.
Rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap total
ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang
semakin besar dibanding dengan total modalsendiri, sehingga
berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak
luar(kreditur) (Angling, 1997). Alat ukur ini juga telah digunakan
secara luas oleh berbagai pene litian terdahulu dalam area penelitian
tentang CSR antara lain oleh Rawi (2008) dan Sembiring (2005). 6. Profitabilitas
Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni (2005:118) profitabilitas
dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dari definisi ini
terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicari adalah laba perusahaan.
Hubungan antara kinerja keuangan suatu perusahaan, dalam hal ini
profitabilitas, dengan pengungkapan tanggung jawab sosial menurut
Belkaoui dan Karpik (dalam Angling, 2006) paling baik diekspresikan
dengan pandangan bahwa tanggapan sosial yang diminta dari
manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat
suatu perusahaan memperoleh laba. Manajemen yang sadar dan
memperhatikan masalah sosial juga akan memajukan kemampuan
yang diperlukan untuk menggerakkan kinerja keuangan perusahaan.
Konsekuensinya, perusahaan yang mempunyai respon sosial dalam
hubungannya dengan pengungkapan tanggung jawab sosial seharusnya
menyingkirkan seseorang yang tidak merespon hubungan antara
profitabilitas perusahaan dengan variabel akuntansi seperti tingkat
pengembalian investasi dan variabel pasar seperti differential return harga saham.
7. Size (Ukuran Pe rusahaan)
Size merupakan tingkat identifikasi besar atau kecilnya suatu perusahaan. Besar kecilnya size perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga
kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item- item tersebut maka
semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka
semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar
maka semakin besar pula ia dikenal dalam masyarakat (Hilmi dan Ali,
2008).
Size merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam
laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan
mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil.
Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang
lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan
besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk
melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang
lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan
Hasibuan (2001).
8. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk menguji struktur
kepemilikan asing, leverage, profitabilitas dan size terhadap aktivitas
pertanggungjawaban sosial yang dilakukan oleh perusahaan
manufaktur dalam bidang industri dasar dan kimia yang terdaftar di
bursa efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan karena berdasarkan
penelitian sebelumnya, masih menunjukkan ketidak konsistenan hasil
variable struktur kepemilikan asing, leverage, profitabilitas dan size
terhadap aktivitas pertanggungjawaban sosial. Maka peneliti ingin
Farah Diba (2012) dengan penelitian Pengaruh Karakteristik
Perusahaan dan Regulasi Pemerintah Terhadap Pengungkapan
Laporan Corporate Social Responsibility di Indonesia memberikan
hasil kepemilkan saham pemerintah, kepemilkan asing, regulasi
pemerintah, size dan profitabilitas berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR. Tipe industry berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR. Sementara Angling Mahatma Pian KS (2010)
dengan penelitian Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Regulasi
pemerintah terhadap pengungkapan CSR pada Laporan Tahunan di
Indonesia menunjukan hasil faktor kepemilikan saham pemerintah,
regulasi pemerintah, tipe perusahaan dan ukuran industri berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia. Sementara itu,
kepemilikan saham asing dan profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia.
Rizkia Anggita Sari (2012) dengan penelitian Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure pada perushaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
memberikan hasil Secara simultan variable profile, size, profitabilitas, leverage dan growth berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Sementara Marzully Nur dan Denies Priantinah M.Si.,Akt (2012) dengan penelitian Analisis Faktor-faktor
yang mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social responsibility di
listing di BEI) memberikan hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa
profitabilitas,kepemilikan saham publik danpengungkapan media tidak
berpengaruh terhadappengungkapan CSR. Ukuran perusahaan
berpengaruhpositif dan signifikan terhadappengungkapan CSR. Dewan
komisaris dan leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Rafika Anggraini Putri dan Yulius Jogi Christiawan
(2014)Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage Terhadap
Pengungkapan Corprate Social Responsibility (Studi Pada
Perusahaan-perusahaan yang mendapat penghargaan ISRA dan Listed(Go-Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2010-2012)Menunjukan hasil
profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, sedangkan likuiditas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Secara ringkas, penelitian yang telah dilakukan mengenai struktur
kepemilikan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial
disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Variable Judul Hasil pe nelitian
1 Farah Diba (2012) independent: Kepemilikan saham pemerintah, kepemilikan saham asing , Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Regulasi Pemerintah Terhadap Pengungkapan Laporan Corporate Social Responsibility di Kepemilkan saham pemerintah, kepemilkan asing, regulasi pemerintah, size dan profitabilitas
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
regulasi pemerintah , tipe industry, size, profitabilitas. Dependent: pengungkapan CSR
Indonesia. Tipe industry
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR 2 ANGLING MAHATMA PIAN KS (2010) Independent: kepemilikan saham pemerintah, kepemilikan saham asing, regulasi pemerintah, tipe perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas. Dependent: Corporate Social Responsibility(CSR). Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Regulasi pemerintah terhadap pengungkapan CSR (CSR) pada Laporan Tahunan di Indonesia. faktor kepemilikan saham pemerintah, regulasi pemerintah, tipe perusahaan dan ukuran industri berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia. Sementara itu, kepemilikan saham asing dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia 3 Rizkia Anggita Sari (2012) Independent : Profile, Size, profitabilitas , leverage, growth. dependent: Corporate Social Responsibility Disclosure, Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada perushaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek.
Secara simultan variable profile, size,
profitabilitas, leverage dan growth berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
4 Marzully Nur dan Denies Priantinah M.Si.,Akt (2012) profitabilitas, Ukuran perusahaan, Kepemilikan saham public, Dewan komisaris, leverage, pengungkapan media. Corporate Social Responsibility. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social responsibility di Indonesia (studi empiris pada perusahaan berkategori high profileyang listing di BEI)
profitabilitas,kepemilika n saham publik dan pengungkapan media tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Dewan komisaris dan leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. 5 Rafika Anggraini Putri dan Yulius Jogi Christiawan (2014) Independent: Likuiditas, ROA, Leverage. Dependent : CSR. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corprate Social Responsibility (Studi Pada Perusahaan-perusahaan yang mendapat penghargaan ISRA dan Listed (Go-Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2010-2012). profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, sedangkan likuiditas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. 6 Suskim Riantani , Hafidz Nurzamzam Independent : SIZE, FINANCIAL LEVERAGE, AND PROFITABILITY Analysis of company size, financial leverage, and profitability and its effect to CSR
Hasilnya menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan memiliki pengaruh positif dan
(2015) Dependent:
CSR DISCLOSURE.
DISCLOSURE. signifikan terhadap pengungkapan CSR , leverage keuangan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR , profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR selama penyelidikan. 7 Won Yong Oh • Young Kyun Chang • Aleksey Martynov (2011) Independent: Institutional ownership, Managerial Ownership, Foreign ownership, Dependent: Corporate Social Control: Firm age, size, financial performance, leverage, and industry dummies The Effect of Ownership Structure on Corporate Social Responsibility: Empirical Evidence from Korea Hasil menunjukkan signifikan , hubungan positif antara Peringkat CSR dan kepemilikan oleh institusi dan asing investor . Sebaliknya , kepemilikan saham oleh manajer puncak adalah negatif terkait dengan perusahaan rating CSR sementara di luar kepemilikan direktur tidak signifikan . 8 Arifur Khan • Mohammad Badrul Muttakin • Javed Siddiqui (2013) Independent: Managerial Ownership Public Ownership Foreign Ownership Board Independence Role Duality Audit Committees Dependent : Corporate Social Responsibility Corporate Governance and Corporate Social Responsibility Disclosures: Evidence from an Emerging Economy hasil kami menunjukkan bahwa meskipun pengungkapan CSR umumnya memiliki hubungan negatif dengan kepemilikan manajerial kepemilikan publik , kepemilikan asing , papan kemandirian dan kehadiran audit
dampak positif yang signifikan pada CSR pengungkapan . Namun, kami gagal untuk menemukan dampak yang signifikan CEO dualitas. 9 Amir Barnea and Amir Rubin (2010) Independent: Insider Ownership, Institusional Ownership, Leverage Dependent : Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility as a Conflict between Shareholders
kita menemukan bahwa rata-rata ,
kepemilikan dan leverage berpengaruh negatif terkait dengan Peringkat sosial perusahaan , sedangkan kepemilikan institusional adalah
berkorelasi dengan itu . Dengan asumsi bahwa peringkat yang lebih tinggi CSR adalah terkait dengan tingkat pengeluaran CSR lebih tinggi, 10 Anggraini (2006) Independen : Kepemilikan manajemen, leverage, ukuran perusahaan, tipe industry, profitabilitas Dependen : Pengungkapan CSR Pengaruh informasi social dan factor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan infor masi social dalam laporan keuangan tahunan (studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)
Adanya pengaruh yang signifikan antara kepemilikan manajemen dan tipe industry terhadap pengungkapn CSR. Sedangkan ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap pengungkapan social. Sumber : Berbagai Penelitian Terdahulu
B. Rerangka Pe mikiran
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah
dikemukakan diatas maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Pengaruh Kepemilikan Saham Asing (Foreign Shareholding)
terhadap pengungkapan CSR
Kepemilikan saham asing adalah jumlah saham yang dimiliki o leh
pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap
saham perusahaan di Indonesia (Rustiarni, 2011). Kepemilikan asing
dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan (Machmud dan
Djakman, 2008). Jika dilihat dari sisi stakeholder perusahaan, pengungkapan CSR merupakan salah satu media yang dipilih untuk
memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di
sekitarnya. Dengan kata lain, apabila perusahaan memiliki kontrak
dengan foreign stakeholders baik dalam ownership dan trade, maka perusahaan akan lebih didukung dalam melakukan pengungkapan
tanggung jawab sosial (CSR) (Puspitasari, 2009).
2. Pengaruh leverage terhadap pengungkapan CSR
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi berarti sangat tergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya.
Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Tingkat leverage perusahaan dengan demikian menggambarkan resiko keuangan
perusahaan (Sembiring, 2005).
Rasio leverage digunakan untuk memberikan gambaran mengena i
struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat
resiko tak tertagihnya suatu utang. O leh karena itu, perusahaan dengan
rasio leverage yang tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk
mengungkapkan tanggung jawab sosialnya.
3. Pengaruh Profitabilitas terhadap pengungkapan CSR
Menurut Heinze (1976) dalam Devina et al,. (2004) dijelaskan
bahwa profitabilitas merupakan factor yang memberikan kebebasan
dan fleksibilitas kepada manajemen untuk melakukan dan
mengungkapkan kepada pemegang saham program tanggung jawab
sosial secara lebih luas. Hubungan untuk profitabilitas perusahaan
dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan telah menjad i
postulat (anggapan dasar) untuk mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial. Sehingga semakin tinggi
tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan
informasi sosial (Bowman & Haire, 1976 dan Preston, 1078, Hackston
4. Pengaruh size terhadap pengungkapan CSR
Ukuran perusahaan (size) merupakan salah satu variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan mengenai variasi pengungkapan
dalam laporan tahunan perusahaan. Terdapat beberapa penjelasan
mengenai pengaruh ukuran perusahaan (Size) terhadap kualitas ungkapan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai penelitian empiris yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa pengaruh total aktiva hampir
selalu konsisten dan secara statistik signifikan. Beberapa penjelasan
yang mungkin dapat menjelaskan fenomena ini adalah bahwa
perusahaan besar mempunyai biaya informasi yang rendah, perusahaan
besar juga mempunyai kompleksitas dan dasar pemilikan yang lebih
luas dibanding perusahaan kecil (Diba 2012).
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran Corporate Social Responsibility (CSR) Variabel Independen Struktur Kepemilikan Saham Asing Variabel Dependen Leverage Profitabilitas Size H1 (+) H4 (+) H3 (+) H2 (+)
C. Hipotesis
H1 : kepemilikan saham asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan
CSR
H2: Leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR. H3: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.