• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan subjek tunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan subjek tunggal"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan subjek tunggal atau disebut Single Subject Research. Menurut Towney dan Gast (1984:10) Single Subject Research merupakan bagian integral dari analisis tingkah laku. Mengarah pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan perilaku subjek secara individu, melalui seleksi yang tepat dari pemanfaatan pola desain kelompok yang sama, hal ini untuk menunjukkan hubungan fungsional antara perlakuan dan perubahan tingkah laku. Single Subject Research sebenarnya adalah cara memperoleh hasil yang ditampilkan dan dianalisis dengan individual subject. Pendekatan dasarnya adalah mempelajari secara individu dalam keadaan belum diberi perlakuan dan kemudian dalam kondisi diberi perlakuan, dengan menunjukkan variabel bebas yang diukur secara berkelanjutan pada kedua kondisi (sebelum dan sesudah diberikan perlakuan) Mc.Millan dan Schumacher (2001:348).

Alasan menggunakan metode Single Subject Research pada penelitian ini karena subyeknya hanya satu orang. Meskipun demikian, bukan berarti Single Subject Sesearch digunakan hanya untuk satu subyek.

A. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini diambil subjek seorang anak tunanetra berjenis kelamin laki-laki di SLB A Surakarta kelas persiapan berusia 10 tahun.

(2)

61 Meskipun sudah berusia 10 tahun anak tersebut masih saja mengompol di dalam kelas selama jam pelajaran berlangsung, tidak mengkomunikasikan kebutuhan buang air kecilnya kepada guru dan tidak mengkomunikasikan perilaku mengompolnya kepada guru serta masih memerlukan bantuan untuk buang air kecil di kamar mandi. Secara rinci berikut disampaikan informasi mengenai subjek penelitian dan perilakunya.

1. Identitas Siswa

Nama : MA

Jenis Kelamin : Laki-laki

TTL : Surakarta, 01-01-2001

Sekolah : SLB A X Surakarta Anak ke : 1 dari 2 bersaudara Nama Ortu : A. T, S.sos/ E.H, SE

Pekerjaan : Dosen di sebuah PTN Surakarta/ PNS Pemkot

di Surakarta

Alamat : Kalitan, Surakarta

Kelainan : Tunanetra

2. Perilaku

MA memiliki kecenderungan tinggi melakukan gerakan-gerakan stereotype, seperti menggigit kuku jari, mengayun-ayunkan badan maju mundur, mengangguk-anggukkan kepala, mengayun-ayunkan kursi, menekan-nekan mata dengan lengan dan pinggiran meja,

(3)

menggerak-62 gerakkan tangan di depan mata, menggigit kancing baju, menirukan suara-suara yang tidak ada kaitannya dengan lingkungan sekitar saat itu. Sebagai contoh selama 10 menit MA berkata “ambinge lek to”. Pada kesempatan lain berkata “suara motore pak polisi, tot-tot”, “pak dokter” sambil menekan-nekan tangan ke dadanya secara berulang-ulang. Menyanyikan lagu burung kakak tua berulang-ulang. Menirukan suara kambing. Menendang-nendang meja. Menghadap ke pintu atau ke sumber cahaya, dan cenderung ekolalia.

3. Kemampuan ke Kamar Kecil

MA dapat melepas celana (kolor) sendiri jika disuruh. MA dapat memakai celana dengan duduk jika disuruh. MA masih perlu bantuan menuju kamar mandi, bantuan yang dilakukan guru berupa dorongan untuk pergi ke kamar kecil sendiri, memberi tahu arah kamar mandi dengan bertepuk tangan di depan MA menuju kamar mandi dan menggandengnya ke kamar mandi. MA tidak dapat berjalan di jalan yang tidak rata, jika menemukan undakan meskipun kecil dan rendah MA berhenti dan merangkak. MA belum dapat merawat celana yang basah terkena air seni, belum dapat memilih atau menemukan pakaian ganti, tidak memiliki inisiatif untuk memakai celana setelah melepasnya. MA belum dapat merapikan pakaiannya. Secara keseluruhan MA belum dapat buang air kecil sendiri secara mandiri ke kamar mandi.

(4)

63 B. Variabel penelitian

Variabel merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang diamati dalam penelitian. Dengan demikian variabel dapat berbentuk benda atau kejadian yang dapat diukur (Sunanto,et al.,2005:12)

Dalam Single Subject Research ada dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas

1. Variabel terikat

Variabel terikat disebut juga target behavior atau perilaku sasaran yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, artinya perilaku yang akan diubah atau dipengaruhi intervensi sesuai dengan tujuan.

Dalam penelitian ini yang menjadi target behavior adalah Perilaku mengompol atau enuresis siswa di dalam kelas. Perilaku ini berupa buang air kecil di celana tanpa disengaja dan tanpa mengkomunikasikannya kepada guru saat pelajaran berlangsung. Kursi dan celana anak menjadi basah oleh air seni. Anak tidak memiliki inisiatif untuk minta ijin buang air kecil, atau mengatakan bahwa ia ingin buang air kecil dan jika sudah terlanjur mengompol tidak berinisiatif minta ganti celana jika tidak ditanya.

Yang menjadi ukuran perilaku mengompol akan dicatat dalam bentuk, frekuensi yaitu berapa kali subjek mengompol saat pembelajaran berlangsung selama jam 07.00-10.15 yang dibagi dalam 2 tahap yaitu 3 sesi di jam pertama diselingi istirahat dan kemudian 2 sesi di jam kedua. Frekuensi mengompol ini dicatat oleh observer pada format pencatatan

(5)

64 data selama 24 hari yang terbagi menjadi 4 sesi yaitu 6 hari pada tahap baseline I, 10 hari pada tahap intervensi I, 5 hari baseline II dan 3 hari pada intervensi II.

2. Variabel Bebas

Variabel bebas atau intervensi adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Intervensi yang diberikan pada subjek penelitian untuk merubah perilaku dalam target behavior adalahdengan cara menggunakan alarm disertai penguatan positif dan penguatan negatif. Siswa diberikan pengingat untuk mengecek apakah ia merasakan ingin buang air kecil atau tidak dengan menggunakan alarm yang disetel pada jam-jam tertentu. Alarm berupa lagu anak-anak dari telepon seluler yang disetel setiap satu jam yaitu jam 08.00, 09.00 dan 10.00 sebagai pengingat waktu buang air kecil.

Sebelum pelajaran dimulai guru mengantarkan anak untuk buang air kecil serta mengkomunikasikan kepada anak bahwa jika alarm berbunyi ia harus mengatakan “saya mau pipis.” Dan guru/peneliti mula-mula (satu minggu) akan mengantarkan anak ke kamar kecil pada anak untuk kemudian anak pergi sendiri ke kamar mandi. Jika anak berkata “saya ingin pipis” atau memberi kode yang menandakan mau pipis sebelum mengompol akan diberikan reward berupa pujian dan tepukan di bahu, tetapi jika anak berkata mau pipis tapi sudah ngompol anak diberi peringatan “besok jangan diulang lagi/jangan mengompol”. Jika anak

(6)

65 tidak berbicara ingin pipis tetapi sudah mengompol anak mendapat hukuman tidak mendapatkan pakaian ganti sampai pada waktu istirahat/pulang tergantung waktu mengompolnya.

C. Prosedur penelitian

Observer adalah peneliti sendiri yang selanjutnya disebut pengamat dan dibantu oleh guru kelas ,masing-masing mencatat data perilaku subjek selama masa penelitian.

Tahapan penelitian terdiri dari Baseline I (A1), Intervensi I (B2) dan Baseline II (A2) dan Intervensi II (B2).

1. Tahap Baseline I (A1)

Pengambilan data baseline I dilakukan sebanyak 6 sesi, observer mencatat data target behavior subjek pada lembar pengumpulan data. Pada tahap ini subjek mengikuti pelajaran seperti biasa, meskipun ditengah pelajaran subjek mengompol, guru/peneliti tidak melakukan intervensi. Yang dilakukan hanya sebatas mengganti pakaian subjek yang basah tanpa berkomentar apapun.

2. Tahap Intervensi B1

Tahap ini dilakukan sebanyak 10 sesi. Pada sesi ini guru memberikan informasi terlebih dahulu pada subjek bahwa akan disetel alarm yang akan berbunyi setiap ganti jam pelajaran sebagai pengingat MA apakah merasa ingin buang air kecil. Guru memberikan informasi awal kepada subjek

(7)

66 bahwa jika alarm berbunyi maka MA berbicara dengan keras “saya mau pipis”. Guru/peneliti akan memberikan penguatan positif (positive reinforcement) berupa ucapan pujian disertai tepukan di bahu atau diusap kepalanya jika subjek berbicara “saya mau pipis” setelah alarm berbunyi ataupun sebelum alarm berbunyi dan dia belum mengompol. Jika subjek berbicara “saya mau pipis” setelah alarm berbunyi tetapi ia sudah ngompol maka guru/peneliti akan memberi penguatan negatif peringatan berupa ucapan “jangan diulangi lagi ya” kepada subjek atau kalimat sejenis yang mengingatkan subjek untuk tidak mengompol. Guru/peneliti akan memberikan penguatan negatif (negative reinforcement) berupa tidak mengganti pakaian yang basah selama satu jam pelajaran, sampai waktu istirahat atau sampai waktu pulang tergantung waktu mengompolnya jika alarm berbunyi subjek tidak memonitor dirinya dengan berbicara “saya mau pipis” tetapi ia sudah mengompol. Prosedur pemberian modifikasi perilaku berupa penguatan positif dan penguatan negatif secara lebih jelas dapat dilihat pada bagan 3.1.

Alarm diletakkan di dinding belakang anak atau digantung di belakang kursi dengan tujuan terjangkau oleh pendengaran dan tidak mengganggu aktifitas kelas. Alarm berupa lagu anak-anak yang direkam dengan telpon seluler yang disetel setiap 1 jam sekali atau setiap dua jam pelajaran. Bagi subjek penelitian alarm merupakan pengingat/monitor ia buang air kecil tetapi bagi siswa lain alarm merupakan pengingat jam pelajaran sudah

(8)

67 berakhir atau berganti, sehingga situasi kelas tidak menjadi terganggu karena kehadiran alarm tersebut. Berikut bagan intervensi yang dilakukan.

Bagan 3.1. Prosedur intervensi 3. Tahap Pengulangan (A1 dan B2)

Tahap ini merupakan tahap pengulangan tahap baseline dan intervensi yang pertama. Pada tahap ini dilakukan 5 sesi untuk baseline 2 dan 3 sesi untuk intervensi 2.

Dipasang Alarm

Komunikasi

Terjadi Tidak terjadi

Penguatan negatif Penguatan positif Pernguatan negatif

Diantar ke kamar kecil

Pergi sendiri ke kamar kecil

Sesudah Perilaku Mengompol Sebelum perilaku mengompol Belum mengompol Sudah mengompol Frekuensi enuresis berkurang

(9)

68 Pada pelaksanaan penelitian, peneliti berada di dekat tempat duduk subjek, hal ini dimaksudkan agar mudah melakukan perekaman data melalui observasi langsung. Peneliti berjarak satu meter di sebelah kiri subjek dalam melakukan pengamatan dengan posisi duduk menghadap subjek. Jarak satu meter digunakan mengingat kecilnya ruangan kelas dan pada jarak tersebut subjek masih dalam jarak pandang peneliti, serta tidak mengganggu aktivitas siswa lain di kelas tersebut. Di bawah ini digambarkan posisi duduk subjek, siswa lain, guru kelas dan observer.

Bagan 3.2. Posisi duduk Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sebuah SLB A X di Surakarta yang dilakasanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. Di dalam ruang kelas Pra sekolah terdiri dari 5 murid, 1 anak (Fi) Low Vision, 1 anak (Iv) dengan kelainan lapang pandang, 2 anak tunanetra (MA dan Fa) dan 1 anak awas (Fr) Down Syndrom. Yang dijadikan

Bagan Posisi

Keterangan:

= peneliti = Subjek (MA)

= siswa di dalam kelas

(10)

69 subjek penelitian adalah salah satu dari kedua anak tunanetra berinisial MA.

D. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan disain reversal A-B-A-B untuk lebih menunjukkan adanya kontrol terhadap variabel bebas yang lebih kuat sehingga diharapkan hasil penelitian menunjukkan hubungan fungsional antara variabel terikat dan variabel bebas yang lebih meyakinkan (Sunanto,et al.,2005). Pada desain ini, ada dua periode baseline dikombinasikan dengan dua periode treatment. Hal ini lebih menguatkan sebuah kesimpulan mengenai keefektifan sebuah treatment, sebab memberi kesempatan pada menguji cobakan treatment sebanyak dua kali. Keuntungan yang lain adalah kejadian atau permasalahan etika meninggalkan subjek dalam kondisi Baseline (A) tanpa adanya intervensi dapat dihindari (Mc.Millan & Schumacher, 2001: Fraenkel & Wallen, 2006).

A1 adalah kondisi awal subjek tanpa mendapatkan perlakuan yang ditetapkan sebagai baseline pertama. B1 adalah kondisi selama subjek diberi perlakuan yaitu hari setelah tahap baseline yang pertama.

A2 dan B2 adalah pengulangan dari baseline I dan intervensi I. Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

(11)

70 Bagan 3.3. Gambaran Desain Penelitian

E. Pengumpulan Data dan Instrumen 1. Teknil Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi langsung. Teknik ini digunakan untuk mengamati dan mencatat secara cermat berbagai informasi berhubungan dengan permasalahan. Observasi itu sendiri menurut Soehartono (2008) merupakan pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Sedangkan menurut Sukmadinata (2007) observasi atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Keuntungan observasi adalah data yang diperoleh adalah data yang dikumpulkan dari subjek pada saat terjadinya perilaku. Keuntungan yang lain adalah bahwa keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung sebab tingkah laku dapat dilihat maka segera diketahui yang diukur adalah sesuatu yang dimaksudkan untuk diukur (Soehartono, 2008). Metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah non partisipan dengan pertimbangan bahwa data yang diobservasi adalah peristiwa atau kejadian ketika siswa mengompol. Menurut Nasution

(12)

71 (2003) tujuan dilakukan observasi adalah memperoleh data faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial, serta konteks dimana kegiatan itu terjadi. Menurut Nasution, S. (2003) Dalam mengadakan observasi harus diperhatikan dua hal yaitu informasi (apa yang terjadi) dan konteks (hal-hal yang bertalian) karena informasi yang lepas dari konteks akan kehilangan makna. Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen (Arikunto, 1998).

2. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen nontes. Instrumen nontes bersifat menghimpun jawaban terstruktur atau kejadian, jawaban atau kejadian dapat dijumlahkan sehingga diperoleh angka. Angka tersebut bukan skor atau data ordinal, interval atau rasio tetapi data nominal yaitu frekuensi atau jumlah kejadian (Sukmadinata,2007). Instrumen yang digunakan berupa pedoman observasi ( bagan 3.4) untuk menghimpun jumlah kejadian dalam hal ini perilaku mengompol. Dari format pedoman observasi yang tertuang pada bagan 3.4 tersebut selain diperoleh data mengenai frekuensi juga akan diperoleh data menganai interval terjadinya perilaku mengompol. Data yang diperoleh berupa data nominal frekuensi nantinya akan diolah dan dituangkan di dalam grafik.

(13)

72 Bagan 3.4. Form Pengumpulan Data

Dengan menggunakan form pengumpulan data seperti diatas dapat diketahui tidak hanya frekwensi enuresis siswa, tetapi juga dapat

Bagan 3.4. Form Instrumen

F. Pencatatan dan Analisis Data 1. Pencatatan Data

Prosedur pencatatan data dilakukan melalui observasi langsung yang dilakukan pada saat data variabel terikat atau perilaku sasaran pada saat perilaku sedang terjadi (Sunanto, et al., 2005). Observer menuliskan jam terjadinya perilaku mengompol pada subjek selama sesi berlangsung, pada lembar pedoman observasi sehingga diperoleh data mengenai frekuensi berapa kali dalam sehari subjek berperilaku (mengompol) serta interval mengompolnya dalam satuan waktu.

Data yang telah terkumpul pada setiap sesi dari observer pada lembar pedoman observasi dikumpulakan dan dibuat resumenya berbentuk

Pedoman Observasi Hari/tanggal : Senin, 12 mei

Nama : M A

Perilaku : Enuresis/mengompol Obserever : peneliti

Petunjuk : pada kolom jam ditulis jam dan menit terjadinya enuresis dalam tiap-tiap sesi.

SESI I (07.00-07.35) II(07.35-08.10) III(08.10-08.45) IV(09.00-09.35) V(09.35-10.10) Jam

(14)

73 grafik garis (line chart), selanjutnya dilakukan penghitungan data dan dimasukkan grafik batang (column chart). Sebab menurut Towney dan Gast (1984:143) grafik mewakili penyediaan data oleh peneliti dengan efisien dan padat, rangkuman detail pada penampilan objek. Grafik juga dapat berfungsi untuk mengkomunikasikan pada pembaca (1) serangkaian kondisi eksperimen, (2) waktu yang dibutuhkan pada masing-masing kondisi, (3) variabel bebas dan variabel terikat, (4) desain eksperimental, dan (5) hubungan antara variabel.

Tampilan data akhir dituangkan ke dalam grafik garis. Grafik batang akan menggambarkan rata-rata hasil data dari pengamatan pada baseline dan intervensi. Untuk menganalisis data pada grafik dilakukan secara individual sesuai data yang diperoleh. Menurut Tawney dan Gast (1984:143) tujuan penggunaan grafik yaitu penyajiannya mempunyai dua tujuan dasar, pertama membantu mengelompokkan data selama proses pengumpulan data untuk memudahkan memberikan penilaian, kedua dapat memperlihatkan ringkasan atau rangkuman berbentuk angka secara detail dan menggambarkan tingkah laku.

2. Teknik Analisi Data

Analisis data yang digunakan penelitian ini adalah Analisis dalam Kondisi. Menurut Sunanto(2006) analisis perubahan dalam kondisi adalah analisis perubahan data dalam kondisi baseline atau kondisi intervensi. Adapun komponen yang akan dianalisis dalam kondisi ini meliputi (1)

(15)

74 panjang kondisi, (2) kecenderungan arah, (3) tingkat stabilitas, (4) tingkat perubahan, (5) jejak data, dan (6) rentang

Berikut langkah-langkah yang akan ditempuh dalam analisis data dalam kondisi:

1. Menandai kondisi dengan huruf kapital seperti (A) untuk baseline (B) untuk intervensi

2. Menentukan panjang interval yang menunjukkan berapa sesi dalam masing-masing kondisi

3. Mengestimasi kecenderungan arah dengan menggunakan metode belah dua

4. Menentukan kecenderungan stabilitas, dengan menggunakan kriteria stabilitas tertentu misalnya 15%, dengan mula-mula dihitung mean level, dicari batas bawah dan batas atas. Kemudian dihitung prosentase stabilitas. 5. Menentukan kecenderungan jejak data, agar diketahui perubahan data satu

dengan yang lain apakah cenderung menaik, mendatar atau menurun. 6. Menentukan level stabilitas dan rentang dengan menghitung banyaknya

data yang berada di dalam rentang 50% diatas dan dibawah mean. Jika sebanyak 50% atau lebih data berada dalam rentang 50% diatas dan dibawah mean maka data tersebut dikatakan stabil

7. Menentukan level perubahan dengan cara menandai data pertama dan data terakhir pada fase baseline, dan dihitung selisih antara kedua data dan ditentukan arahnya menaik atau menurun, kemudian diberi tanda positif

(16)

75 (+) untuk membaik, negatif (-) untuk memburuk, sama dengan (=) untuk tidak terjadinya perubahan.

Referensi

Dokumen terkait

 Antara yang berikut, berikut, manakah manakah bukan bukan  bahan   bahan tambah dalam detergen. tambah

Menggunakan metode homotopi untuk menyelesaikan model laju alir jumlah polutan pada tiga danau yang saling terhubung, dan membandingkan penyelesaian metode tersebut

Dari aspek ketersediaan dan kecukupan, evaluasi mencakup kelayakan dan daya dukung (service level) sumberdaya yang dimiliki perguruan tinggi untuk menyelenggarakan kegiatan

Kekurangannya adalah telepon seluler yang dapat digunakan hanya yang mendukung aplikasi java kemudian kekurangan lainnya adalah data mengenai identitas burung

Puji Syukur tak terhingga penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan karunia yang dilimpahkan kepada penulis sehingga

Salah satu makronutrien yang berperan pada proses pertumbuhan dan fotosintesis di dalam ekosistem adalah fosfat, dimana dalam jumlah yang berlebih pada

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan area pujasera lebih banyak dilakukan di pagi hari.Area pujasera selain digunakan untuk kegiatan berniaga, penghuni memanfaatkan

Pembekalan kemampuan dasar dalam pengelolahan perpustakaan sangat tepat dilakukan agar guru dan siswa yang menjadi pengelolah perpustakaan dapat menjalankan sistem di