• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Struktur Kondotel Grand Darmo Suite Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perencanaan Struktur Kondotel Grand Darmo Suite Surabaya"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERENCANAAN STRUKTUR KONDOTEL GRAND DARMO SUITE

SURABAYA

Elfrida G. Lumbantobing, Septesen Nababan, Indrastono*), Sukamta*)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl.Prof.Soedarto,SH., Tembalang, Semarang, 50239,

Telp.: (024) 7474770, Fax.: (024) 7460060 ABSTRAK

Struktur Kondotel Grand Darmo Suite Surabaya direncanakan 13 lantai dan terletak di wilayah gempa 2. Tugas akhir ini merencanakan struktur gedung beton bertulang dengan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).

Bangunan model Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) menggunakan konsep Strong Column and Weak Beam (kolom kuat dan balok lemah) sesuai dengan SNI 03-2847-2002 dan SNI-1726-2002. Perencanaan struktur gedung ini menggunakan konsep Desain Kapasitas. Struktur ditinjau dengan menggunakan analisa pengaruh beban statik ekuivalen dan analisis struktur dihitung dengan bantuan program SAP2000 v11.

Hasil perencanaan struktur Kondotel Grand Darmo Suite Surabaya terdiri dari portal beton dengan tulangan diameter (D22, D19, D16, D13, dan P10), dinding geser dengan tebal 25 cm, atap menggunakan pelat beton bertulang, dan pondasi menggunakan tiang pancang beton pracetak berdiameter 40 cm dan 50 cm. Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa seluruh elemen struktur bangunan ini aman secara analisis.

Kata kunci : Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), Desain Kapasitas, SNI 03-2847-2002, SNI 03-1726-2002.

ABSTRACT

Structure Condotel Grand Darmo Suite Surabaya planned 13 floors and is located in the region quake 2. The final task is to plan the structure of the building of reinforced concrete using System Frame bearers Special Moment (SRPMK).

Building System model frame bearers Special Moment (SRPMK) using the concept of Strong Column and Weak Beam (strong column and weak beam) in accordance with SNI 03-2847-2002 and SNI-1726-2002. Planning the structure of the building using the concept of design capacity. Structure is reviewed by using the analysis of load effects equivalent static and structural analysis calculated with the help of the program SAP2000 v11.

Results of the structural design Condotel Grand Darmo Suite Surabaya consisting of concrete frame with reinforcement diameter (D22, D19, D16, D13, and P10), shear wall thickness of 25 cm, the roof using a reinforced concrete slab and foundation using concrete piles precast diameter of 40 cm and 50 cm. Calculations that have been done show that all elements of the building structure is safe in the analysis.

Keywords : Spesial Moment Resisting Frame System (SMRFS), Capacity Design,SNI 03-2847-2002, SNI 03-1726-2002.

I. PENDAHULUAN

Kekakuan dan kekuatan struktur adalah hal yang sangat menentukan dalam proses perencanaan gedung bertingkat banyak untuk mengantisipasi gaya lateral yang terjadi. Gaya lateral yang terjadi akan semakin besar seiring semakin tingginya struktur gedung yang direncanakan. Untuk itu sistem struktur didesain dengan kekakuan yang optimal. Gaya lateral sangat bergantung pada berat dari struktur yang direncanakan sehingga untuk meminimalkan gaya lateral tersebut massa bangunan harus diperhatikan

agar bisa seminimal mungkin. Disamping itu gaya lateral yang cukup besar bisa diantisipasi dengan perencanaan dinding struktural atau dinding geser. Dengan demikian diharapkan sistem struktur akan kuat menahan gaya-gaya lateral yang bekerja pada struktur gedung bertingkat banyak.

Gedung Kondotel Grand Darmo Suite terletak di Surabaya. Gempa menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan struktur gedung ini karena Surabaya berada dalam zona wilayah gempa 2. Besarnya gaya lateral akibat gempa harus

(2)

2

diperhitungkan dengan mengacu pada peraturan SNI

03-1726-2002, yaitu Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Gedung Kondotel Grand Darmo Suite didesain dengan struktur beton bertulang sesuai dengan SNI 03-2847-2002, yaitu Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pembebanan Struktur

Pembebanan mengacu pada Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 (PPIUG 1983), dimana jenis pembebanan yang dipakai dalam perencanaan struktur gedung ini adalah sebagai berikut:

a. Beban statis

1) Beban mati (PPIUG 1983 Tabel 2.1) 2) Beban hidup (PPIUG 1983 Tabel 3.1). b. Beban gempa

Pada peraturan SNI 03-2847-2002, disebutkan perencanaan struktur bangunan gedung dirancang menggunakan kombinasi pembebanan, diantaranya: 1. 1,4D

2. 1,2D + 1,6L

3. 1,2D + 1,0L ± 1,0EX ± 0,3EY 4. 1,2D + 1,0L ± 0,3EX ± 1,0EY Dimana : D = Beban Mati

L = Beban Hidup E = Beban Gempa 2. Faktor Reduksi Kekuatan

Faktor reduksi kekuatan merupakan suatu bilangan yang bersifat mereduksi kekuatan bahan, dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi paling buruk jika pada saat pelaksanaan nanti terdapat perbedaan mutu bahan yang ditetapkan sesuai standar bahan yang ditetapkan dalam perencanaan sebelumnya. SNI 03-2847-2002 pada pasal 11.3, menetapkan berbagai nilai faktor reduksi ( ) untuk berbagai jenis besaran gaya yang didapat dari perhitungan struktur.

III. METODOLOGI

Garis besar langkah-langkah perencananaan struktur gedung Kondotel Grand Darmo Suite ini disajikan dalm flowchart berikut:

Gambar 1. Flowchart Perencanaan Struktur Gedung Kondotel Grand Darmo Suite

IV. PERENCANAAN STRUKTUR

1. Pemodelan Seluruh Struktur Dengan SAP2000

Gambar 2. Pemodelan Struktur 3D dengan SAP2000

Analisis struktur gedung terhadap beban gempa mengacu pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002),

(3)

3

dimana analisis beban gempa struktur gedung

dilakukan dengan Metode Analisis Dinamik Spektrum Respons sebagai berikut :

a. Lokasi bangunan : Surabaya, Jawa Timur b. Faktor keutamaan (I) : 2

c. Kategori risiko : 1

d. Koef. respons (R) : 8,5 (SRPMK)

Hasil penyelidikan tanah menunjukkan bahwa kondisi tanah dasar termasuk tanah lunak dan grafik

Respons spektrum gempa rencana adalah sebagai berikut.

Gambar 3. Respons Spektrum Gempa Rencana Wilayah 2 untuk Tanah Lunak

Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Pasal 7.2.1, jumlah pola getar yang ditinjau dalam penjumlahan respon ragam harus mencakup partisipasi massa sekurang-kurangnya 90%. Dalam analisis dinamik yang dilakukan, digunakan 12 pola ragam getar, dan partisipasi massa yang disumbangkan oleh masing-masing pola getar dan dari hasil perhitungan terlihat bahwa pada mode yang ke-7 mencapai 92,01 %.

Tabel 1. Partisipasi Massa Bangunan Mode Periode (T) Sum UX (%) Sum UY (%) 1 1,685077 63,08% 7,20% 2 1,571036 70,33% 70,17% 3 1,008616 70,67% 70,23% 4 0,470468 84,31% 72,02% 5 0,438297 86,44% 84,87% 6 0,26789 86,65% 84,97% 7 0,228992 92,01% 85,41% 8 0,208539 92,49% 91,00% 9 0,142549 95,80% 91,11% 10 0,123736 95,88% 95,12% 11 0,078566 98,69% 95,36% 12 0,067621 98,88% 98,83%

2. Perencanaan Struktur Sekunder a. Tangga

Pada perencanaan tangga 2 ditetapkan untuk tinggi antar lantai 3200 mm, lebar tangga 1340 mm, lebar anak tangga 1900 mm, tinggi optrade 180 mm,

lebar antrede 300 mm, lebar bordes 1250 mm, kemiringan tangga 34°, tebal selimut beton 20 mm dan tebal pelat tangga 150 mm. Mutu beton f’c = 30 MPa dan baja untuk tulangan menggunakan mutu baja fy = 240 MPa.

Gambar 4. Model Struktur Tangga 2 Lantai 1 ke Lantai 2

Dari analisis struktur dengan SAP2000 didapat momen:

Tabel 2. Momen pada Tangga 2 Kategori Gaya Dalam Nilai (kg m/m) Nilai (N.mm/mm) Bordes M11 -487,01 -4870,1 M22 -220,83 -2208,3 Tangga M11 -1676,3 -1676,3 M22 -808,92 -8089,2

Gambar 5. Penulangan Tangga 2 Lantai 1 ke Lantai 2 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0 ,0 0 ,2 0 ,4 0 ,6 0 ,8 1 ,0 1 ,2 1 ,4 1 ,6 1 ,8 2 ,0 2 ,2 2 ,4 2 ,6 2 ,8 3 ,0 Fa k to r Re sp o n G em p a , C Periode , T (detik)

(4)

4

Perencanaan tulangan pada balok bordes

tangga (G7C) yang direncanakan adalah 250×400 mm, dengan L = 2800 mm dan kriteria desain sebagai berikut h = 400 mm b = 250 mm, p = 25 mm, mutu beton f’c = 30 MPa dan baja untuk tulangan menggunakan mutu baja fy = 400 MPa..

Tabel 3. Momen Balok Tangga G7C Kondisi Lokasi Arah

Momen Mu (kg m) 1. Tumpuan Negatif 945,07 2. Lapangan Positif 427,85 Tumpuan Lapangan

Gambar 6. Potongan Balok Tangga G7C

b. Pelat Lantai

Pada perencanaan pelat lantai SB menggunakan beton bertulang dengan mutu beton f’c = 30 MPa dan baja untuk tulangan menggunakan mutu baja fy = 240 MPa.

Gambar 7. Denah Pelat Lantai SB Lantai Mezzanine yang Ditinjau

Dimensi pelat lantai yang direncanakan pada lantai Mezzanine As 4-6 dan As D-E, dengan ly= 5000 mm dan lx = 4450 mm.

Tabel 4. Perhitungan Tulangan Plat Lantai SB

M (kg.m) Mu (mm) dx/dy (kg.m) Mn Rn ρ ρdes (mm²) Ast Tul terpasang As terpasang (mm²) Mlx 432,417 95 540,521 0,599 0,0025 0,0058 554,17 P10-125 628 Mly 349,603 85 437,004 0,605 0,0026 0,0058 495,83 P10-125 628 Mtx 1012,452 95 1265,565 1,402 0,0060 0,0060 571,24 P10-125 628 Mty 916,677 85 1145,846 1,586 0,0068 0,0068 580,34 P10-125 628

Gambar 8. Detail Penulangan Plat Lantai SB

c. Balok Anak

Balok anak BA yang ditinjau pada lantai Mezzanine direncanakan dengan L = 5000 mm adalah h = 450 mm dan b = 200 mm.

Gambar 9. Beban Amplop pada Balok Anak BA

Gambar 10. Bidang Momen dan Geser yang Bekerja pada Balok BA akibat Kombinasi Beban 1,2 DL + 1,6 LL dengan

SAP2000

Tumpuan Lapangan

(5)

5

3. Perencanaan Struktur Primer

a. Balok Induk

Perencanaan balok induk G2A menurut Vis dan Gideon (1997), dimensi tinggi balok induk diperkirakan h = (1/10 – 1/15) L dan perkiraan lebar balok induk b = (1/2 – 2/3) h. Sehingga direncanakan dimensi balok induk dengan ukuran panjang L = 5000 mm adalah b = 350 mm dan h = 650 mm. Mutu beton f’c = 30 MPa dan baja untuk tulangan menggunakan mutu baja fy = 400 MPa.

Tabel 5. Resume Momen Desain Balok Induk G2A Portal Arah X

Pembebanan/ Kombinasi Pembebanan

Posisi

Posisi pada Bentang Kiri (kNm) Tengah (kNm) Kanan (kNm) D M- Tump. 29,994 - 49,882 M+ Tump. - - - M+ Lap. - 35,994 - L M- Tump. 9,636 - 13,554 M+ Tump. - - - M+ Lapa. - 10,331 - Eka M- Tump. 168,564 - 143,208 M+ Tump. - - - M+ Lapa. - - - Eki M- Tump. - - - M+ Tump. 168,564 - 143,208 M+ Lap. - - - 1,2D + 1,0L ± 1,0EY ± 0,3EX M- Tump. 208,194 206,584 M+ Tump. 128,934 - 79,833 M+ Lap. 46,275 Rasio tulangan:

Karena f’c= 30 MPa < 31,36 MPa, maka;

1) Perhitungan Tulangan Utama

Cek

Luas tulangan yang dibutuhkan Tulangan yang dibutuhkan (n)

Cek momen nominal (Mn)

Diamsusikan tulangan tekan diabaikan (jika ada)

Cek Mn > Mu (Ok)

Gambar12. Zona 3 Kondisi Penulangan Balok Induk

Tabel6. Kebutuhan Tulangan pada Balok Induk G2A

Jenis Kondisi Dimensi As (mm²) n D (mm) Ast (mm2) Tumpuan 1 4 19 283,39 1133,54 2 3 19 283,39 850,16 Lapangan 3 3 19 283,39 850,16

2) Perhitungan Tulangan Geser

a) Kapasitas minimum momen positif dan negatif

Kapasitas momen positif dan negatif minimum pada sembarang penampang disepanjang bentang balok tidak boleh kurang dari 1/4 kali kapasitas momen maksimum yang disediakan pada kedua muka kolom-balok tersebut (SNI 03-2847-02 Pasal 23.3.2.2).

 Momen positif-negatif terbesar pada bentang = 210,421 kNm

 1/4 momen negatif terbesar = 52,605 kNm

 Kapasitas momen terkecil (tengah bentang) = 159,543 kNm

Dari perhitungan diatas didapatkan:

1/4 momen negatif terbesar = 52,605 kNm < 159,543 kNm (Terpenuhi)

b) Kapasitas momen probabilitas

Geser seismik pada beam dihitung dengan mengamsusikan sendi plastis terbentuk di ujung-ujung balok dengan tegangan tulangan lentur mencapai hingga 1,25fy dan = 1.

 Kondisi 1 (M pr di ujung i akibat goyangan ke kanan dan atau di ujung j akibat goyangan ke kiri)

Tulangan tekan (atas) 4D19 (A’s = 1133,54 mm2) Tulangan tarik (bawah) 3D19 (As = 850,16 mm2)

(6)

6

Gambar 13. Diagram Regangan dan Gaya Dalam Kondisi 1

 Kondisi 2 (M pr di ujung j akibat goyangan ke kanan dan atau di ujung i akibat goyangan ke kiri)

Tulangan tarik (atas) 4D19 (As = 1133,54 mm2) Tulangan tekan (bawah) 3D19 (A’s = 850,16 mm2)

Gambar 14. Diagram Regangan dan Gaya Dalam Kondisi 2

Kapasitas momen:

Gambar15. Gaya Dalam Akibat Goyangan ke Kanan

Gambar16. Gaya Dalam Akibat Goyangan ke Kiri

Perhitungan gaya geser akibat beban gravitasi:

Rangka bergoyang ke kanan

Total reaksi geser di ujung kiri balok = 53,068 – 124,758 = –71,690 kN

Total reaksi geser di ujung kanan balok = 53,068 + 124,758 = 177,825 kN Geser maksimum Vu = 177,825 kN Jadi dipasang tulangan geser: Tumpuan: 2D10-100 (Av = 157 mm2) Lapangan: 2D10-150 (Av = 157 mm2)

Tumpuan Lapangan

Gambar 17. Penulangan dan Potongan Balok Induk G2A (350×650)

b. Kolom

Perhitungan struktur kolom yang direncanakan pada struktur gedung ini adalah kolom lantai Mezzanine As D-3 dengan ukuran 550 × 750 mm dan tinggi 4,5 m.

(7)

7

Tabel7. Gaya-gaya Terfaktor pada Kolom Lantai Mezzanine As D-3 Posisi Kolom Gaya Aksial (kN) Gaya Geser (kN) 1,2DL + 1,6LL 1,2DL + 1,0LL 1,2DL + 1,0LL Kolom di lantai atas 3239,217

a. Goyangan (Gempa X) 3242,230 b. Goyangan (Gempa Y) 3268,362 Kolom yang didesain 3640,489

a. Goyangan (Gempa X) 3652,566 76,648 b. Goyangan (Gempa Y) 3680,232 68,006 Kolom di lantai bawah 4015,751

a. Goyangan (Gempa X) 4006,856 b. Goyangan (Gempa Y) 4055,344

Gambar 19. Diagram Interaksi P-M pada Kolom C1.550×750 pada Sumbu X

Gambar 20. Diagram Interaksi P-M pada Kolom C1.550×750 pada Sumbu Y

1) Kuat Kolom

Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.2.2 diterangkan bahwa kuat kolom Mn harus memenuhi

g

c M

M  

 1,2 .

a) Kuat Kolom terhadap Sumbu X  Join Kolom Atas

Cek kuat kolom:

 Join Kolom Bawah

Cek kuat kolom:

b) Kuat Kolom terhadap Sumbu Y  Join Kolom Atas

Cek kuat kolom:

 Join Kolom Bawah

Cek kuat kolom:

1518,080; 5075,172 801,702; 0,000 0,000; -2431,616 968,322; 2604,498 641,362; 0,000 0,000; -1945,293 0,000; 10236,280 0,000; 12795,350 0,000; 6653,582 0,000; 8316,978 -4000 -2000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 P (kN ) M (kNm) 1088,594; 4915,917 569,318; 0,000 0,000; -2431,616 690,763; 2508,652 455,455; 0,000 0,000; -1945,293 0,000; 10236,280 0,000; 12795,350 0,000; 6653,582 0,000; 8316,978 -4000 -2000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 0 200 400 600 800 1000 1200 P (kN ) M (kNm)

(8)

8

Gambar 21. Detail Penulangan Kolom C1.550×750

c. Dinding Geser

Dinding geser yang direncanakan adalah dinding geser SW.3 di lantai ground 1 gedung yang berada di antara As 3-4 dan As B. Perencanaan berdasarkan analisis komponen struktur yang menerima kombinasi lentur dan beban aksial pada bangunan dengan kategori gedung Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) berdasarkan ketentuan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4 adalah sebagai berikut:

1) Gaya-Gaya Dalam Diding Geser

Dinding geser direncanakan dengan panjang 5,25 m tebal 0,25 m dan tinggi 3,2 m. Hasil analisis struktur dinding geser berupa kombinasi momen, gaya aksial dan gaya geser akibat beban mati, beban hidup, dan beban gempa adalah seperti berikut. Momen (Mu) = 105,692 tonm = 1056,92 kNm Gaya geser (Vu) = 71,22 t = 712,2 kN

Gaya aksial (Pu) = 1022,744 t = 10227,44 kN

Gambar 22. Gaya-gaya Dalam pada Dinding Geser

2) Penentuan Baja Tulangan Horizontal Dan Transversal Minimum Yang Diperlukan Kuat geser maksimum:

Gaya geser yang bekerja masih di bawah batas kuat geser dinding geser.

Rasio distribusi tulangan minimum 0,0025 dan spasi maksimum 45 cm.

Dipasang baja tulangan D13-200.

3) Penentuan Baja Tulangan Yang Diperlukan Untuk Menahan Geser

Peninjauan konfigurasi tulangan sebelumnya yaitu dua layer D13 spasi 200 mm.

Kuat geser dinding geser: Dimana: hw/lw = 43/5, 25 = 8,19 > 2

hw = tinggi total struktur gedung αc = 0,167 → untuk hw/lw≥ 2, untuk hw/lw≤ 1,5, αc = 0,25 Vn = 0,75 x 3984,108 kN = 2988,081 kN Vu = 712,2 kN < Vn = 2988,081 kN, dinding geser kuat menahan geser.

Untuk itu, digunakan dual layer D13 dengan spasi 200 mm.

Rasio tulangan ρv tidak boleh kurang dari ρn apabila hw /lw < 2. Jadi karena hw/lw = 8,19, maka ρv boleh kurang dari ρn.

(9)

9

Digunakan dua layer D16 (A = 201 mm2) untuk arah

vertikal dengan spasi 200 mm. As = 2 × 201 = 402 mm

2

4) Kebutuhan Baja Tulangan Untuk Kombinasi

Aksial dan Lentur

Kuat tekan dan kuat lentur dinding geser dengan konfigurasi yang didesain seperti terlihat pada diagram interaksi dinding geser.

Gambar 23. Diagram Interaksi Dinding Geser SW3 dengan spColumn

Dari diagram pada gambar 4.18 di atas dapat disimpulkan bahwa dinding geser cukup kuat menerima kombinasi beban aksial 10227,44 kN dan lentur 1056,92 kNm.

5) Analisa Spesial Boundary Element

Special boundary element diperlukan apabila kombinasi momen dan gaya aksial terfaktor yang bekerja pada dinding geser melebihi 0,2f’c.

Special boundary element diperlukan jika:

 Special boundary element diperlukan jika jarak c dari serat terluar zone kompresi lebih besar dari harga yang diperoleh dari:

dimana

Dari hasil analisis spColumn, didapat jarak c = 1673 mm (c untuk kondisi kombinasi aksial dan momen terfaktor).

Perpindahan maksimum di puncak gedung dalam arah pembebanan gempa yang ditinjau δs adalah 34,46 mm, maka; δu= 0,7Rδs = 0,7 x 8,5 x 34,46 = 205,04 mm Dipaka nilai Sehingga;

Sehingga special boundary element diperlukan. c – 0,1lw = 1673 – 0,1 x 5250 = 1148 mm c/2 = 1673/2 = 836,5 mm

Digunakan yang terbesar, panjang special boundary element = 1148 mm ≈ 1200 mm.

Gambar 24. Detail Penulangan pada Boundary Element

Gambar 25. Detail Penulangan Dinding Geser SW1

d. Hubungan Balok Kolom (HBK)

Hubungan balok-kolom (HBK) atau beam-column joint mempunyai peranan yang sangat penting dalam perencanaan suatu struktur gedung, khususnya pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Berikut adalah contoh perencanaan penulangan dan hubungan balok-kolom pada lantai

(10)

10

Gambar 26. Detail Tulangan pada Hubungan Balok-Kolom

e. Pondasi

Perhitungan pondasi yang ditinjau pada struktur gedung kuliah ini terdapat empat tipe. Pembebanan pondasi yang direncanakan berasal dari pembebanan pada kolom yang dimasukkan sebagai input data untuk program SAP2000 yang akan menghasilkan output berupa gaya-gaya dalam yang bekerja pada pondasi (reaksi perletakan pada joint tumpuan).

Gambar 27. Penulangan Pile Cap Tipe 3P50

Gambar 28. Penulangan Pile Cap Tipe 4P50

Gambar 29. Penulangan Pile Cap Tipe 1P40

Gambar 30. Penulangan Pile Cap Tipe 8P50

f. Tie Beam

Tie beam merupakan balok penghubung atau pengikat antar pile cap yang berfungsi agar dapat mengantisipasi terjadinya tarikan atau tekanan akibat goyangan kolom dan meningkatkan kekakuan antar pile cap. Selain itu, perencanaan tie beam juga dimaksudkan agar struktur pondasi berperilaku jepit. Perhitungan tie beam yang direncanakan pada struktur gedung kuliah ini adalah tie beam pada As C4 – D4

Tumpuan Lapangan

Gambar 31. Detail Penulangan Tie Beam

V. PENUTUP 1. Kesimpulan

a. Agar dapat merencanakan suatu struktur bangunan yang sederhana, aman dan ekonomis, perencanaan harus didasarkan pada peraturan-peraturan perencanaan struktur yang berlaku b. Gempa merupakan faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam perencanaan struktur gedung bertingkat jika berada di wilayah yang memiliki intensitas gempa dan didesain sesuai daerah zonasi gempa dimana bangunan tersebut akan dibuat

(11)

11

c. Perencanaan dari suatu struktur gedung pada

daerah gempa haruslah menjamin struktur bangunan tersebut tidak rusak atau runtuh oleh gempa kecil dan gempa sedang, tetapi oleh gempa yang kuat struktur utama boleh rusak tetapi tidak menyebabkan keruntuhan

d. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dirancang dengan menggunakan konsep Strong Column Weak Beam, dimana kolom dirancang sedemikian rupa agar struktur dapat berespon terhadap beban gempa dengan mengembangkan mekanisme sendi plastis pada balok–baloknya dan pada dasar kolom

e. Untuk mengurangi resiko kegagalan struktur akibat penurunan/settlement tanah maka pondasi dirancang berada sampai lapisan tanah keras.

2. Saran

Dalam merencanakan struktur gedung yang berada di wilayah yang terdapat intensitas gempa, sebaiknya menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan konsep Desain Kapasitas, karena dengan menggunakan metode perencanaan ini diharapkan sendi plastis dapat terbentuk di balok, sehingga apabila terjadi gempa yang kuat struktur masih bisa berdiri (tidak terjadi keruntuhan) dan kemungkinan jatuhnya korban jiwa masih bisa dihindari.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia: Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002. Bandung: BSN.

Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002. Bandung: BSN.

Departemen Pekerjaan Umum. 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia. Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan Gedung.

Wang, Chu-Kia and Salmon, Charles G. 1987. Disain Beton Bertulang (Edisi Ke-4). Jakarta: Erlangga.

Christady, Hary. 2008. Teknik Fondasi 2 (Cetakan Ke-4). Yogyakarta: Beta Offset.

Bowles, Jossephe, 1997 “Analisa dan Desain Pondasi”, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Gambar

Gambar 2. Pemodelan Struktur 3D dengan SAP2000  Analisis struktur gedung terhadap beban gempa  mengacu  pada  Tata  Cara  Perencanaan  Ketahanan  Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002),
Gambar 4. Model Struktur Tangga 2  Lantai 1 ke Lantai 2
Gambar 12. Zona 3 Kondisi Penulangan Balok Induk
Gambar 14. Diagram Regangan dan Gaya Dalam   Kondisi 2
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong sampai dengan saat ini sekitar 12989, jumlah produksi kakao sebesar 7500% dan produktivitas kakao lebih meningkat

Abstrak – Proses bisnis pada Sekolah Tinggi Teknologi Garut sudah dilengkapi dengan berbagai sistem informasi untuk menunjang kinerja, baik pembelajaran maupun

1) Sistem informasi yang dirancang dapat menangani proses CRUD data pegawai lebih efektif. 2) Sistem informasi yang dirancang dapat menangani proses rekap data dari file excel

Hal tersebut menjadikan BPM lebih memilih untuk tidak melayani pasien sebagai peserta Program Jampersal atau melayani pasien peserta Program Jampersal tetapi

Ho : ρ = 0 (Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengembangan sumber daya manusia terhadap prestasi kerja pegawai di Kantor Kecamatan Pagaden Barat

Secara garis besar, aplikasi yang dibangun dalam tugas akhir ini nyaris serupa dengan apa yang telah dibangun oleh Christianti (2008) yaitu, “Pembuatan Aplikasi

Hasil penelitian tentang pemberian makanan tambahan (PMT) lokal di Kota Semarang menunjukan bahwa ada perbedaan status gizi anak balita gizi kurang berdasarkan

Proses pengujian dilakukan dengan melakukan panggilan antara kedua SIP Client yang telah terigester pada SIP server, kemudian laptop sniffer melakukan proses