• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFFECT OF PROVIDING LIQUID ORGANIC FERTILIZER AND ORGANIC MULCH TO the PRODUCTION OF GREEN BEANS CROPS (Vigna radiata (L.) R. Wilczek)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFFECT OF PROVIDING LIQUID ORGANIC FERTILIZER AND ORGANIC MULCH TO the PRODUCTION OF GREEN BEANS CROPS (Vigna radiata (L.) R. Wilczek)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

8

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN MULSA ORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna

radiata (L.) R. Wilczek)

EFFECT OF PROVIDING LIQUID ORGANIC FERTILIZER AND ORGANIC MULCH TO the PRODUCTION OF GREEN BEANS CROPS (Vigna radiata

(L.) R. Wilczek)

Normawati1), Diana Sri Susanti2), Amelia A Limbongan3)

1Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian,Universitas Jendral Soedirman, Banyumas 2Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian,Universitas Musamus, Merauke 3Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian,Universitas Musamus, Merauke

ABSTRACT

This study aims to obtain the interaction of liquid organic fertilizer dose and type of organic mulch, get a dose of liquid organic fertilizer Papuagro, the best types of organic mulch on the growth and yield of green beans. This research was conducted in the Kuler village, Naukenjerai district, Merauke regency, with a height of ± 25 meters above sea level, from August to November 2016. This study was conducted using a randomized block design factorial (RAKF), with 4 dosages of liquid organic fertilizer Papuagro which consists of 4 levels is P0 (without liquid organic fertilizer), P1 (40 ml / 15 liters of water), P2 (65ml / 15 liters of water), P3 (90ml / 15 liters of water) and three types of mulch treatment was repeated three replications with 3 levels is M0 (without mulch), M1 (straw mulch 5 ton / ha or 1.5 kg / plot (3M2)), M2 (mulch chaff 5 ton / ha or 1.5 kg / plot (3M2)).The results of this study showed significantly different interactions on the growth component of branches age of 21 days after planting on (POC 65ml / 15 liters of water + straw mulch 5 ton / ha or 1.5 kg / plot) treatment and production component weight of 100 seeds in the treatment of total production (POC 65ml / 15 liters of water + straw mulch 5 ton / ha or 1.5 kg / plot) and (POC 65ml / 15 liters of water + straw mulch 5 ton / ha or 1.5 kg / plot) in combination treatment with an average yield of 2.72 tonnes / ha and the the best treatment outweighed the potential results of the Vima 1 variety description was 1.76 tonnes / ha.

Keywords: Papuagro liquid organic fertilizer; organic mulch.

PENDAHULUAN

Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman legum yang dapat beradaptasi luas diberbagai daerah yang beriklim panas (tropik) dan merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Peran strategis dari kacang hijau

adalah sebagai bahan komplementer atau pelengkap beras, sebab protein beras yang miskin lisin akan diperkaya oleh kacang hijau yang kaya lisin (asam amino esensial yang mendukung pertumbuhan dan memelihara kesehatan tubuh), kandungan energi, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, magnesium, vitamin (A, C, B1 dan E) yang banyak sehingga sangat baik bagi

(2)

9 tubuh (Atman, 2007). Banyaknya kandungan kacang hijau tersebut berdampak pada banyaknya permintaan konsumen terhadap kacang hijau. Produktifitas kacang hijau tanpa terkecuali di daerah Merauke masih sangat rendah, selama ini pemenuhan kebutuhan akan kacang hijau lebih banyak didatangkan dari luar kota.

Produksi kacang hijau di Merauke mengalami penurunan berdasarkan laporan produksi tanaman palawija kabupaten Merauke pada tahun 2009-2013 pada Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Merauke, dibanding produksi tanaman palawija lainnya, kacang hijau memiliki produksi paling rendah yaitu dengan rata-rata 1,86 ton/ha, sedangkan produksi kacang kedelai sebanyak 1,91 ton/ha, kacang tanah sebanyak 2,89 ton/ha (BPS,2013). Produksi kacang hijau Kabupaten Merauke dalam lima tahun terakhir (2009-2013) cenderung menurun, disebabkan oleh menurunnya minat petani menanam kacang hijau karena teknik budidaya yang kurang tepat (dalam hal pemupukan), selain itu gulma juga merupakan salah satu pesaing unsur hara, kelembaban serta sinar matahari pada tanaman kacang hijau. Untuk memperbaiki teknik budidaya tanaman kacang hijau dapat dilakukan dengan pemupukan dan pemberian mulsa, namun petani sering terkendala dengan keterbatasan modal untuk memperoleh pupuk dan mulsa yang harganya

cenderung meningkat khususnya pupuk anorganik dan mulsa sintetik sehingga salah satu alternatif yang dapat digunakan yaitu dengan memanfaatkan pupuk organik dan mulsa organik yang tersedia di sekitar lingkungan lahan petani. tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui interaksi dosis pupuk organik cair papua agro dan jenis mulsa organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Kuler, Distrik Naukenjerai, Kabupaten Merauke, dengan ketinggian ± 25 mdpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan November 2016.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Dengan 2 faktor penelitian sebagai berikut:

Faktor 1 adalah dosis POC Papuagro, terdiri dari 4 taraf yaitu:

P0 : tanpa POC P1 : 40 ml/15 liter air P2 : 65 ml/15 liter air P3 : 90 ml/15 liter air

Faktor 2 adalah jenis mulsa organik (M) dengan 3 taraf yaitu:

(3)

10 M1 : mulsa jerami padi 5 ton/ha atau 1,5 kg/plot (3 m2)

M2 : mulsa sekam padi 5 ton/ha atau 1,5 kg/plot (3 m2)

Populasi Dan Sampel

Jumlah populasi yang diteliti untuk luas plot 1,5 m x 2 m (3 m2) dengan jarak tanam 25 cm x 40 cm, jumlah tanaman dalam setiap petak percobaan adalah 30 tanaman, dalam setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, dalam satu ulangan terdapat 12 petak perlakuan, jumlah semua petak percobaan yaitu 36 petak, total keseluruhan populasi tanaman dalam 36 petak percobaan adalah 1080 tanaman. Jumlah sampel yang akan diambil untuk diamati dalam penelitian ini adalah sebesar 15% dari populasi. Dengan demikian dalam setiap petak percobaan akan diamati sebanyak 5 tanaman sehingga total sampel untuk seluruh petak percobaan sebanyak 180 tanaman.

HASIL

Jumlah Polong Keseluruhan Tanaman Sampel

Tabel 1. Rata-rata jumlah polong keseluruhan tanaman kacang hijau pada perlakuan dosis POC dan jenis mulsa

Pada komponen produksi jumlah polong keseluruhan tanaman sampel menunjukkan interaksi antara perlakuan dosis POC dan jenis mulsa tidak berbeda nyata, pada perlakuan dosis POC tidak berbeda nyata, namun berbeda sangat nyata pada perlakuan jenis mulsa dengan hasil terbaik pada perlakuan M1 (mulsa jerami) yaitu dengan rata-rata 44,70 yang berbeda nyata terhadap perlakuan M0 (tanpa mulsa) dan M2 (mulsa sekam).

Jumlah Polong Berisi Tanaman Sampel

Tabel 2. Rata-rata jumlah polong berisi tanaman kacang hijau pada perlakuan dosis POC dan jenis mulsa

Pengamatan rata-rata jumlah polong berisi tanaman sampel memberikan interaksi tidak berbeda nyata dan pada jenis mulsa memberikan hasil berbeda sangat nyata yaitu 43,67.

(4)

11 Tabel 3. Rata-rata jumlah polong hampa

tanaman kacang hijau pada perlakuan dosis POC dan jenis mulsa

Pada parameter jumlah polong hampa tanaman kacang hijau menunjukkan interaksi antara kedua faktor perlakuan tidak berbeda nyata, demikian pula dengan perlakuan dosis POC dan jenis mulsa.

Berat 100 biji (g)

Tabel 4. Rata-rata bobot 100 biji tanaman kacang hijau pada perlakuan dosis POC dan jenis mulsa

Pengamatan rata-rata bobot 100 biji tanaman kacang hijau memberikan interaksi antara perlakuan dosis POC dan jenis mulsa berbeda nyata. Respon terbaik dihasilkan pada kombinasi perlakuan P2M1 (65 ml/15 liter air + mulsa jerami padi 5 ton/ha) yang memberikan bobot rata-rata 7,08 gram dan berbeda nyata pada seluruh kombinasi

perlakuan, serta bobot terendah diperoleh pada perlakuan P3M1 (POC 90 ml/15 liter air +mulsa jerami padi 5 ton/ha) yaitu dengan bobot 5,93 gram

Produksi Tanaman Sampel (g)

Tabel 5. Produksi tanaman sampel

Rata-rata produksi tanaman sampel menunjukkan menunjukkan hasil interaksi antara perlakuan dosis POC dan jenis mulsa tidak berbeda nyata, namun pada perlakuan dosis POC berbeda nyata dan pada perlakuan jenis mulsa berbeda sangat nyata. Dimana produksi tertinggi pada perlakuan dosis POC yakni P2 (65 ml/15 liter air) dengan rata-rata 24,39 gram yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P1 (40 ml/15 liter air) dan berbeda nyata pada perlakuan P0 (tanpa POC) dan P3 (90 ml/15 liter air) atau produksi terendah pada perlakuan P0 (tanpa POC) sebagai perlakuan kontrol dengan hasil rata-rata 19,06 gram. Pada perlakuan jenis mulsa, hasil terbaik diperoleh dengan perlakuan M1 (mulsa jerami) yaitu 27,95 gram yang berbeda nyata terhadap perlakuan MO ( tanpa mulsa) dan M2 (mulsa sekam)

(5)

12 Tabel 6. Rata-rata produksi total tanaman

kacang hijau pada perlakuan dosis POC dan jenis mulsa

Hasil analisis produksi total menunjukkan interaksi antara perlkauan dosis POC dan jenis mulsa menunjukan hasil berbeda nyata, pada perlakuan dosis POC berpengaruh nyata dan pada perlakuan jenis mulsa memberikan hasil berbeda sangat nyata. Produksi total tertinggi dengan berat rata-rata 2722,22 kg/ha 2,72 ton/ha diperoleh pada kombinasi perlakuan P2M1 (65 ml/15 liter air mulsa jerami padi 5 ton/ha atau 1,5 kg/plot) dan produksi terendah dengan berat rata-rata 1527,78 kg/ha atau 1,53 ton/ha diperoleh pada perlakuan P0M0 (tanpa POC + tanpa mulsa) dan P3M0 (POC 90 ml/15 liter air + tanpa mulsa). Perlakuan dosis POC memberikan hasil produksi total tertinggi pada perlakuan P2 (65 ml/15 liter) dengan nilai rata-rata 2231,48 kg/ha atau 2,23 ton/ha dan berbeda nyata pada semua perlakuan dosis POC, sedangkan pada perlakuan jenis mulsa hasil tertinggi diperoleh dengan pemberian perlakuan M1 (mulsa jerami) yaitu rata-rata 2541,67 kg/ha atau 2,54

ton/ha dan berbeda nyata terhadap perlakuan MO (tanpa mulsa) dan M2 (mulsa sekam). Perlakuan P2M1 (POC 65 ml/liter air + mulsa jerami padi sebanyak 5 ton/ha atau 1,5 kg/plot) merupakan kombinasi perlakuan terbaik yang menghasilkan rata-rata produksi tertinggi yaitu 2722,22 kg/ha atau 2,72 ton/ha, hasil tersebut jauh lebih tinggi dari potensi hasil pada deskripsi varietas Vima 1 yang hanya sebesar 1766 kg/ha atau 1,76 ton/ha.

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan perlakuan yang paling menonjol adalah pada perlakuan kombinasi POC P2 (65 ml/15 liter air) dan M1 (mulsa jerami). Hal ini membuktikan bahwa pemberian POC dengan dosis yang tepat dan pemberian mulsa jerami akan mempengaruhi produksi tanaman kacang hijau.

Pada parameter pengamatan jumlah polong keseluruhan lebih di engaruhi oleh pemberian mulsa jerami, hal ini disebabkan karena akumulasi panas sebagai efek dekomposisi segera akan dapat ditranslokasikan ke udara, sehingga akumulasi panas di bawah mulsa dapat teratasi (stabil). Mustakim (2012) menjelaskan bahwa munculnya bakal polong atau bunga tanaman kacang hijau selain dipengaruhi oleh ketersediaan hara, juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan atau iklim.

(6)

13 Pupuk organik cair tidak menimbulkan efek buruk bagi kesehatan tanaman karena bahan dasarnya alamiah, sehingga mudah diserap secara menyeluruh oleh tanaman. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosa sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan menyerap nitrogen dari udara (Yusuf,2010).

Purwono dan Hartono (2008) mengemukakan Tanamaan kacang hijau tumbuh dengan baik pada tanah yang tidak terlalu banyak mengandung liat.

Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi sangat disukai oleh tanaman kacang hijau, asalkan kandungan air tanah tetap terjaga dengan baik adapun jenis tanah yang dianjurkan adalah latosol atau regosol. Keasaman tanah yang diperlukan tanaman kacang hijau untuk tumbuh optimal yaitu pH tanah antara5,8 -6,8. Tanah dengan pH di bawah 5,8 perlu diberikan pengapuran.

Varietas kacang hijau yang berdaya hasil tinggi belum tentu memberikan keuntungan yang tinggi kepada petani. Selera konsumen atau permintaan pasar

terhadap kualitas tertentu, seperti ukuran dan warna biji, turut menentukan harga jual. Kriteria mutu biji kacang hijau yang baik adalah biji berukuran besar (65–70 g / 1000 biji), tidak mengandung biji keras, kandungan protein tinggi (>30%), bentuk biji bundar, dan warna biji hijau kusam. Varietas unggul yang sudah dilepas mempunyai kandungan protein berkisar antara 18 − 26% (Suhartina 2005).Sifat lain yang turut menentukan mutu biji kacang hijau adalah ukuran dan warna biji. Ukuran biji berhubungan erat dengan kandungan biji keras. Varietas kacang hijau yang berbiji kecil mengandung biji keras lebih tinggi daripada varietas berbiji besar, makin besar ukuran biji maka kandungan biji keras makin rendah. Oleh karena itu, kacang hijau yang berbiji besar dan biji berwarna hijau kusam lebih disenangi petani karena rasanya lebih enak (pulen) serta harga jualnya lebih tinggi daripada yang berbiji kecil. Karakterisasi terhadap kacang hijau berbiji besar 70 − 73 g / 1.000 biji (Hakim, 2006).

Tingginya hasil polong berisi tanaman kacang hijau yang diberi mulsa jerami juga disebabkan distribusi asimilat tanaman lebih dikonsentrasikan pada pertumbuhan generative dan dipengaruhi oleh kompetisi antara organ tanaman. Mulsa dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau. Meningkatnya hasil produksi tanaman kacang hijau. Mulsa jerami juga memiliki kemampuan untuk

(7)

14 menyerap air lebih banyak, serta mampu meyimpan air lebih lama dibanding mulsa sekam. Air sangat berperan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain sebagai penyusun utama tanaman, air diperlukan untuk melarutkan unsur hara agar mudah diserap akar. Dalam tubuh tanaman, air digunakan sebagai media transport unsur hara, serta hasil fotosintat. Menurut Adiningsih cit Kasli (2008) jerami padi memiliki kandungan hara yakni bahan organik 40,87 %, N 1,01%, P 0,15%, dan K 1,75%. Sedangkan kandungan unsur hara pada sekam padi: C-organik (45,06%), N-total (0,31%), P-total(0,07%), K-total (O,28%), Ca (0,06 cmol(+).kg -1) dan Mg (0,04 cmol(+).kg 1). Kandungan N, P, dan K pada mulsa jerami lebih tinggi dibanding mulsa sekam. Selain sebagai mulsa, jerami dan sekam juga dapat digunakan sebagai penambah bahan organik. Kandungan unsur hara jerami yang lebih tinggi, serta kemampuan menyerap dan menyimpan air yang lebih lama menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang hijau yang diberi mulsa jerami lebih optimal dibanding kacang hijau yang diberi mulsa sekam.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R.A, Sudiarso dan Nugroho.A. 2013. Pengaruh Mulsa Organik Pada Gulma dan Tanaman Kedelai (Glycine Maxl.) var.Gema. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang

Atman. 2007. Teknologi Budidaya Kacang Hijau (Vigna radiata L.) dilahan Sawah. Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. Sumatera Barat.

BPS. 2013a. Laporan Produksi Tanaman Palawija Tahun 2013. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Merauke. Merauke

Hakim, L. 2006. Pemanfaatan keragaman genetik plasma nutfah kacang hijau asal introduksi.Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 25(3): 176−180.

Ibrahim. R., Nurdin, Zakaria. F. 2013. Respon Beberapa Varietas Tanaman Jagung (Zea mays L.) Hibrida pada Berbagai Dosis Pupuk Kalium terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Hibrida. Universitas Negeri Gorontalo.

Jumin, H.B. 2002. Agronomi. Pt. Raja Grafido Persada. Jakarta.

Kasli. 2008. Pembuatan Beberapa Pupuk Hayati Hasil Dekomposisi. http://www.lp.unand.ac.id/?pModule=p enelitian&pSub=penelitian&pAct=deta il&id137&bi=20.

Kurnadi, P.F, Husni.Y., Edison.A. 2011. Peningkatan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L.) dengan Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan NPK. http://repository.unri.ac.id/bitstream/12 3456789/1786/1/karya%20ilmiah%20p uguh%20faluvi%20kurniadi.pdf [10 juli 2013].

Mulyatri. 2003. Pengaruh Ketebalan Mulsa Jerami terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).Jurnal Produksi tanaman hal: 660

Mustakim, M. 2012. Budidaya Kacang Hijau Secara intensif. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Priambodo, A., Bambang, G dan Agung, N. 2009. Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk

(8)

15 Organik Cair. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-.Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan

dan Umbi-umbian (BALITKABI). Malang.

Purwono dan R. Hartono, 2008. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta. Yusuf, T., 2010. Pemupukan dan

Penyemprotan Lewat Daun. Tohari Yusuf’sPertanianBlog.http://tohariyusu f.wordpress.com/.

Gambar

Tabel  4.  Rata-rata  bobot  100  biji  tanaman  kacang hijau pada perlakuan dosis POC  dan jenis mulsa

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa “Skripsi” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,

Tabel 2. Karakter kualitatif sifat morfologi planlet calon mutan jeruk keprok SoE hasil iradiasi sinar gamma.. Dendrogram analisis keragaman genetik berdasar morfologi mutan

Proses pembelajaran di departemen keperawatan maternitas menekankan pada penerapan konsep dan teori keperawatan maternitas untukmeningkatkan kesehatan wanita usia subur, ibu

Pada Pilihan Raya Umum 2004, beliau memperolehi majoriti 2866 undi menewaskan Haji Sufly dari parti PAS.Walaubagaimanapun, majoriti kemenangan UMNO/BN dalam Pilihan

Berdasarkan hasil sidik ragam 5% bobot segar akar minggu ke 10 diketahui bahwa perlakuan masing-masing olah tanah tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata

Nilai signifikansi dari pernyataan tersebut berada dibawah tingkat alpha 0,1, yang menunjukan bahwa perkuliahan etika bisnis berpengaruh terhadap persepsi etika dalam

Percobaan Harris dan Mathuma (2015) menyatakan bahwa pemberian Zn melalui daun tidak memberikan hasil yang nyata pada jumlah daun tomat.. Rata-rata jumlah daun