• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Narapidana Remaja Dengan Gejala Depresi Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pontianak Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Karakteristik Narapidana Remaja Dengan Gejala Depresi Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pontianak Tahun 2013"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK NARAPIDANA REMAJA DENGAN GEJALA DEPRESI DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK PONTIANAK TAHUN 2013

JESSICA CHRISTIEN SIHOTANG I11109032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2013

(2)

LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK NARAPIDANA REMAJA DENGAN GEJALA DEPRESI DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK PONTIANAK TAHUN 2013

TANGGUNG JAWAB YURIDIS MATERIAL PADA

JESSICA CHRISTIEN SIHOTANG NIM: I11109032

DISETUJUI OLEH

MENGETAHUI

DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

dr. Bambang Sri Nugroho, SpPD NIP. 19511218 197811 1 001 PENGUJI PERTAMA

dr. Ambar Rialita, SpKK NIP. 19691025 200812 2 002

PEMBIMBING UTAMA

dr. Jojor Putrini Sinaga, SpKJ NIP. 19720620 200012 2 001 PEMBIMBING KEDUA dr. Virhan Novianry NIP. 19821129 200801 1 002 PENGUJI KEDUA Agus Fitriangga, SKM, MKM NIP. 19790826 200812 1 003

(3)

1

HUBUNGAN KARAKTERISTIK NARAPIDANA REMAJA DENGAN GEJALA DEPRESI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK

PONTIANAK TAHUN 2013

Jessica Christien Sihotang1, Jojor Putrini Sinaga2, Virhan Novianry3

Intisari

Latar Belakang. Depresi merupakan gangguan kejiwaan yang sering ditemukan pada narapidana remaja di lembaga pemasyarakatan anak. Narapidana remaja akan tinggal dan dibina di lembaga pemasyarakatan anak, jauh dari keluarga atau orang-orang terdekatnya, selama vonis yang dijatuhkan padanya. Seseorang perlu beradaptasi ketika mengalami suatu perubahan dalam hidupnya. Perubahan yang terjadi dalam kehidupan seorang narapidana yang penuh dengan tekanan dan rasa kehilangan tersebut dapat meningkatkan terjadinya depresi. Tujuan. Mengetahui gambaran dan hubungan karakteristik narapidana remaja, yaitu: usia, tindak pidana, vonis hukuman, lama hukuman yang telah dijalani, dan banyaknya kunjungan keluarga dengan gejala depresi di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pontianak. Metode. Jenis penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dengan menggunakan instrumen penelitian Children Depression Inventory

(CDI) dan dianalisis secara bivariat menggunakan uji T Tidak Berpasangan. Hasil Penelitian. Jumlah sampel sebesar 26 orang narapidana remaja dan yang mengalami gejala depresi sebesar 57,7%. Proporsi banyaknya gejala depresi tiap variabel: usia 14-16 tahun 71,4% dan 17-19 tahun 52,6%, tindak pidana non-narkoba 61,9% dan narkoba 40%, vonis hukuman ” WDKXQ GDQ ! WDKXQ ODPD

hukuman yang telah dijalani ” WDKXQ GDQ ! WDKXQ

banyaknya kunjungan keluarga ” NDOL VHEXODQ GDQ ! NDOL

sebulan 42,9%. Kesimpulan. Terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara: usia (p=0,003) dan kunjungan keluarga (p=0,048) dengan gejala depresi. Tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara: tindak pidana, vonis hukuman, dan lama hukuman yang telah dijalani dengan gejala depresi di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pontianak.

Kata kunci. Depresi, narapidana remaja, Children Depression Inventory.

1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteraan Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat.

2. Departemen Psikiatri, Rumah Sakit Dr. Rubini, Mempawah, Kalimantan Barat.

3. Departemen Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat.

(4)

2

JUVENILE OFFENDERS CHARACTERISTIC RELATIONSHIP WITH DEPRESSION SYMTOMPS IN PONTIANAK

JUVENILE INCARCERATION IN 2013

Jessica Christien Sihotang1, Jojor Putrini Sinaga2, Virhan Novianry3

Abstract

Background. Depression is a psychiatric disorder that frequently found in

juvenile offenderes in juvenile incarceration. Juvenile offenders would lived and fostered in prison facility far from reach of family or other relatives. The changes that happened in individual life force that individual to adapt such changes. The changes of life of convicted criminal which full of pressure and sense of lost could increase the likelihood of clinical depression disorder. Objective. The purpose of this research is to know the descriptive picture and relationship between juvenile offenders characteristic, that is: age, crime committed, criminal sentence, punishment period that has been passed, and frequency of family visit with symptoms of depression in Pontianak Juvenile Incarceration. Method. The method used in this research is analytical study with cross sectional approach. Data was gathered with Children Depression Inventory (CDI) research instrument and analyzed with independent sample T Test.

Result. From 26 juvenile offenders that were gathered as sample of this research, 57,7% is having depression symptoms. Sample with depression symptoms proportion on each variable was: 71,4% in 14-16 years age group compared with 52,6% in 17-19 years age group; 61,9% in non drugs related crime group compared with 40% in drugs related crime group; 57,1% in less than 3 years sentences group compared with 58,3% in more than 3 years sentences group; 81,8% in group with less than 1 years time spent in sentence compared with 40% in group with more than 1 years time spent in sentence; and 63,2% in group with 1 more times or less family visit per month compared with 42,9% in group with more than once a month family visit. Conclusion. There is significant mean difference between group in these variables: age group (p=0,003) and family visit frequencies (p=0,048) with depression symptoms. There is no significant mean difference between groups in these variables: crime type, crime sentence, and time spent in sentence with depression symptoms in Pontianak Juvenile Incarceration.

Key Words. Depression, juvenile offenders, Children Depression

Inventory. a

1. Medical School, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura, Pontianak, West Kalimantan.

2. Department of Psychiatry, Dr. Rubini Hospital, Mempawah, West Kalimantan.

3. Department of Biochemistry, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura, Pontianak, West Kalimantan.

(5)

3 PENDAHULUAN

Depresi termasuk gangguan mood, yaitu kondisi emosional yang ditandai dengan rasa putus asa, tidak berdaya, dan penurunan semangat hidup. Depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius.1 Depresi dapat menyebabkan individu tidak mampu lagi berfungsi secara wajar dalam hidupnya dengan kondisi yang demikian.2 World Health Organization tahun 2007 menyatakan bahwa gangguan depresi berada pada urutan ke-4 penyakit di dunia. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penderita depresi semakin meningkat dan akan menempati urutan ke-2 penyakit di dunia. Depresi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain, yaitu faktor biologis, faktor genetika, dan faktor psikososial.1,3

Depresi merupakan penyakit kejiwaan yang sering ditemukan di lembaga pemasyarakatan anak. Narapidana akan kehilangan kemerdekaannya di dalam lapas.4 Seseorang perlu beradaptasi ketika mengalami suatu perubahan dalam hidupnya. Perubahan yang terjadi dalam kehidupan seorang narapidana yang penuh dengan tekanan dan rasa kehilangan tersebut dapat meningkatkan terjadinya depresi.5

Penelitian menunjukkan gangguan mood tersebut ditemukan 1 dari 12 remaja di lapas dan 8% mengalami gangguan depresi. Banyak studi menemukan prevalensi angka yang lebih tinggi antara 17-78%.6 Studi prevalensi di Canada oleh Ulzen dan Hamilton tahun 1998 mengenai prevalensi gangguan mental pada pusat penahanan anak dan remaja menunjukkan hasil 30,4% mengalami gangguan depresi.

Domalanta (2004) melakukan penelitian mengenai depresi pada 1.024 remaja yang berada di lapas, usia 11-18 tahun dengan menggunakan kuisioner Beck Depression Inventory, dan menemukan 25% menderita depresi sedang, 22% menderita depresi berat.7 Teplin et al

(2002), mendapatkan prevalensi depresi pada narapidana remaja awal lebih kecil dibandingkan remaja pertengahan dan remaja akhir.8 Penelitian di Indonesia pada tahun 2008, di Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan oleh Adhayani Lubis, didapatkan 19,7% anak mengalami gejala depresi.9

(6)

4

Penelitian depresi pada narapidana remaja di Lapas Anak Pontianak belum pernah dilakukan sebelumnya. Mengingat keadaan yang ada di lapas berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja maka penelitian “Hubungan Karakteristik Narapidana Remaja dengan Gejala Depresi di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pontianak Tahun 2013” perlu dilaksanakan. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui dan menurunkan angka morbiditas gangguan piskiatri pada remaja dengan adanya deteksi dini gejala depresi di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pontianak, dan hubungannya terhadap karakteristik narapidana remaja tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan

cross sectional, dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pontianak dari bulan Januari sampai dengan November 2013.

Subjek dalam penelitian ini adalah narapidana remaja yang tinggal di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIB Pontianak. Pemilihan sampel dengan tidak berdasarkan peluang (non-probality sampling), yaitu dengan cara total sampling. Ada 26 orang narapidana remaja yang menjadi subjek penelitian.

Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Narapidana yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi terlebih dahulu mengisi informed consent, selanjutnya melakukan pengisian identitas dan instrumen penelitian Children Depression Inventory (CDI) secara terpimpin.

Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis bivariat dengan menggunakan uji T Tidak Berpasangan. Jika tidak memenuhi syarat, digunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian bermakna jika didapatkan p<0,05.10

(7)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gejala Depresi pada Narapidana Remaja

Dari 26 subjek penelitian, didapatkan sebanyak 15 orang narapidana remaja (57,7%) mengalami gejala depresi, sedangkan sisanya sebanyak 11 orang narapidana remaja (42,3%) tidak mengalami gejala depresi.

B. Usia

Tabel 1. Hubungan Usia dengan Gejala Depresi

Usia

Gejala Depresi

Total Ada Tidak Ada

n % n % n %

14-16 tahun 5 71,4% 2 28,6% 7 100% 17-19 tahun 10 52,6% 9 47,4% 19 100%

15 11 26

Uji T Tidak Berpasangan (p=0,003)

Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara usia dengan gejala depresi karena p=0,003 (p<0,05).

Berbagai penelitan mengungkapkan bahwa golongan usia muda, yaitu remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan yang penting, yaitu peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja, remaja ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah atau bekerja, serta masa pubertas ke masa pernikahan. Namun sekarang ini usia rata-rata penderita depresi semakin menurun yang menunjukan bahwa remaja dan anak-anak semakin banyak yang terkena depresi.11 Hal ini juga berkaitan dengan mekanisme koping, yaitu cara individu dalam mengatasi stres. Mekanisme koping seseorang akan berubah sesuai dengan pertambahan usia. Pada remaja akhir lebih dapat

(8)

6

mengatasi stresor yang terjadi dalam hidupnya dibandingkan dengan remaja awal dan pertengahan.12

C. Tindak Pidana

Tabel 2. Hubungan Tindak Pidana dengan Gejala Depresi

Tindak Pidana

Gejala Depresi

Total Ada Tidak Ada

n % n % n %

Narkoba 2 40% 3 60% 5 100%

Non-narkoba 13 61,9% 8 38,1% 21 100%

15 11 26

Uji T Tidak Berpasangan (p=0,662)

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara tindak pidana dengan gejala depresi p=0,662 (p>0,05).

Seseorang dapat merasa bersalah akibat pelanggaran atau nilai-nilai moral yang dilakukannya. Perasaan bersalah yang terjadi secara terus menerus terhadap dirinya sendiri, dapat membuat seseorang tersebut menjadi marah dan benci terhadap dirinya sendiri. Rasa bersalah terus menerus tersebut dapat membuat seseorang menjadi depresi. Hal ini sama seperti teori cognitive-behavioral, bahwa depresi terjadi karena pandangan yang negatif terhadap diri sendiri, interpretasi yang negatif terhadap pengalaman hidup, dan harapan yang negatif untuk masa depan. Ketiga pandangan ini menyebabkan timbulnya depresi, rasa tidak berdaya dan putus asa. Anak yang menderita depresi mempunyai konsep diri yang negatif.13

Dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara narapidana yang melakukan tindak pidana non-narkoba dan narkoba. Hal ini bisa dikarenakan mekanisme koping pada tiap individu yang berbeda-beda dalam mengatasi stres yang terjadi dalam hidupnya.12

(9)

7 D. Vonis Hukuman

Tabel 3. Hubungan Vonis Hukuman dengan Gejala Depresi

Vonis Hukuman

Gejala Depresi

Total Ada Tidak Ada

n % n % n %

” WDKXQ 8 57,1% 5 42,9% 19 100%

> 3 tahun 7 58,3% 6 41,7% 7 100%

15 11 26

Uji Mann-Whitney(p=0,588)

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan rerata yang bermakna antara vonis hukuman dengan gejala depresi p=0,588 (p>0,05). Ketika seseorang harus memasuki kehidupan barunya di dalam lembaga pemasyarakatan, ia akan mengalami banyak kehilangan, seperti kehilangan kemerdekaan. Kehilangan tersebut merupakan sumber stres bagi seseorang, sehingga lembaga pemasyarakatan menjadi tempat yang potensial bagi timbulnya gangguan-gangguan psikologis, seperti depresi.14

Singleton et al., menyatakan bahwa kejadian depresi pada narapidana dipengaruhi oleh lamanya vonis hukuman atau lamanya narapidana tersebut menghabiskan waktu di penjara. Semakin lama vonis hukuman, semakin lama seorang narapidana mendekam di penjara, maka akan semakin mudah mengalami depresi.15

Hal ini tampak pada hasil penelitian, yaitu narapidana remaja yang divonis hukuman ” WDKXQ PHPLOLNL SHUVHQWDVH JHMDOD GHSUHVL OHELK NHFLO

daripada narapidana remaja yang divonis hukuman > 3 tahun. Tetapi tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara vonis hukuman dengan gejala depresi. Hal ini bisa disebabkan oleh mekanisme koping tiap individu yang berbeda, yaitu bagaimana cara individu tersebut mengatasi stres dalam kehidupannya.12

(10)

8 E. Lama Hukuman yang telah Dijalani

Tabel 4. Hubungan Lama Hukuman yang telah Dijalani dengan Gejala Depresi Lama Hukuman yang telah Dijalani Gejala Depresi Total Ada Tidak Ada

n % n % n %

” WDKXQ 9 81,8% 2 18,2% 19 100%

> 1 tahun 6 40% 9 60% 7 100%

15 11 26

Uji Mann-Whitney (p=0,532)

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara vonis hukuman dengan gejala depresi p=0,532 (p>0,05).

Keadaan kehilangan kebebasan dan tekanan di dalam lapas merupakan suatu stresor psikososial bagi narapidana remaja. Bila suatu organisme mengalami stres, maka segera akan ada usaha untuk mengatasinya.2 Narapidana yang baru menjalani kehidupan di Lapas mengalami tekanan yang hebat dalam hidupnya, karena kehilangan kebebasan dan harus beradaptasi dengan kehidupan baru di lapas. Hal ini memungkinkan para narapidana tersebut mengalami depresi.16

Selama satu tahun pertama terjadi stres pada narapidana remaja akibat penyesuaian diri dalam lingkungan lembaga pemasyarakatan. Menurut Schneider, penyesuaian diri merupakan suatu proses, yang melibatkan respons mental dan perbuatan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan. Individu berusaha keras agar berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhannya dan mengatasi ketegangan, frustasi, dan konflik secara sukses, serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup. Haber dan Runyon mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses yang akan terus berlangsung selama hidup. Efektivitas penyesuaian diri

(11)

9

dilihat dari bagaimana seseorang mengatasi situasi yang terus berubah. Kualitasnya akan bervariasi dari waktu ke waktu dan dari stuasi ke situasi.

Tetapi dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna secara statistik. Hal ini bisa dikarenakan adaptasi yang dimiliki tiap individu berbeda-beda. Ada yang dapat beradaptasi dengan baik, tetapi ada juga yang telah lama menjalani masa hukumannya, belum dapat beradaptasi dengan baik.

F. Banyaknya Kunjungan dari Keluarga

Tabel 5. Hubungan Banyaknya Kunjungan dari Keluarga dengan Gejala Depresi Banyaknya Kunjungan dari Keluarga Gejala Depresi Total Ada Tidak Ada

n % n % n %

1 kali sebulan 12 63,2% 7 36,8% 19 100% > 1 kali sebulan 3 42,9% 4 57,1% 7 100%

15 11 26

Uji Mann-Whitney(p=0,048)

Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara banyaknya kunjungan dari keluarga dengan gejala depresi p=0,048 (p<0,05).

Untuk menemukan penyebab depresi kadang menemui kesulitan karena ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa di antaranya bekerja pada saat yang sama. Namun dari sekian banyak penyebab dapat dirangkum karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi.17

Menurut pandangan psikodinamika studi psikologik tentang depresi oleh Sighmund Freud dan Karl Abraham, yang menggambarkan bahwa depresi merupakan reaksi kompleks terhadap kehilangan. Pada orang yang mengalami depresi terjadi pengurangan harga diri secara luar biasa.

(12)

10

Dilanjutkan dengan pandangan behavioral, di mana teori belajar berasumsi bahwa antara depresi dan penguat yang kurang saling berhubungan satu sama lain.

Menurut model sistem keluarga, depresi terjadi karena buruknya fungsi keluarga. Depresi pada anak dan remaja dapat terjadi akibat ketidakmampuan orangtua untuk menciptakan hubungan yang baik seperti yang dibutuhkan oleh anak.13

Pada narapidana, faktor dukungan keluarga memiliki peranan yang potensial untuk memicu terjadinya proses pengurangan stres atau meningkatkan terjadinya stres karena faktor ketidakberdayaan narapidana untuk menangani secara langsung masalah-masalah yang dihadapinya berkaitan keberadaan keluarganya.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara: usia (p=0,003) dan kunjungan keluarga (p=0,048) dengan gejala depresi. Tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara: tindak pidana, vonis hukuman, dan lama hukuman yang telah dijalani dengan gejala depresi di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pontianak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry, Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press; 2009.

3. Power M. Mood Disorders: A Handbook of Science and Practice. England: John Wiley & Sons Ltd; 2004; 99-106.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

(13)

11

5. Odgers CL, Burnette ML, Chauhan P, Moretti MM, Reppucci ND. Misdiagnosing the Problem: Mental Health Profiles of Incarcerated Juveniles. Can Chil Adolesc Psychiatr Rev; 2005; 14(1): 26-29.

6. Ryan EP, Redding RE. A Review of Mood Disorders Among Juvenile Offenders. Psychiatric Services, Vol. 55, No.12; 2004; 55(12): 1397. 7. Domalanta DD,Risser WL, Roberts RE, Risser JM. Prevalence of

Depression and Other Psychiatric Disorders Among Incarcerated Youths. Houston: Department of Pediatrics, University of Texas-Houston. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry; 2003; 42(4): 477-84. 8. Teplin LA, Abram KM, McClelland GM, Dulcan MK, Mericle AA.

Psychiatric Disorders in Youth in Juvenil Detention. Arch Gen Psychiatry,Vol.59.American Medical Association;2002;59(12):1133-43. 9. Lubis A. Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, Universitas Sumatera Utara. Medan: Fakultas Kedokteran (Tesis); 2008.

10. Dahlan S. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT. Arkans; 2004; 16-18, 26-27.

11. Greg, Wilkinson. Depresi. Jakarta: Arcan; 1995.

12. Frydenberg, E. Adolescent coping : Advance in theory, research, and practice. New York: Routledge; 2008.

13. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto; 2004; 219-31.

14. Tanti R. Stres dan Kehidupan Penghuni Lembaga Pemasyarakatan. Jurnal Ilmiah Kebijakan Umum Vol. 1, No. 2; 2007; 73-85.

15. Fazel S, Hope T, O’Donnell I, Jacoby R. Hidden Psychiatric Morbidity in Eldery Prisoner. The British Journal of Psychiatry; 2001; 179:535-9. 16. Koenig HG, Johnson S, Bellard J, Denker M, Fenlon R. Depression

and Anxiety Disorder Among Older Inmates at a Federal Correctional Facility. Durham, North Carolina: Duke University Medical Center. Psychiatric Services; 1995; 46(4):399-401.

(14)

Gambar

Tabel 1. Hubungan Usia dengan Gejala Depresi
Tabel 2. Hubungan Tindak Pidana dengan Gejala Depresi
Tabel 3. Hubungan Vonis Hukuman dengan Gejala Depresi
Tabel  4.  Hubungan  Lama  Hukuman  yang  telah  Dijalani  dengan  Gejala  Depresi  Lama  Hukuman  yang  telah  Dijalani  Gejala Depresi  Total Ada Tidak Ada
+2

Referensi

Dokumen terkait

4 Pelaksana Pemeriksa menerima SPMB lembar ke-2 dari Pelaksana Administrasi kemudian mencocokkan kesesuaian data antara SPMB lembar pertama dengan lembar ke-2 dan melakukan

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai: 1.Tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh Perseroan dalam menjalankan

Beberapa persoalan kajian telah dikenal pasti yang menjurus kepada tiga perkara iaitu (a) kepentingan peraturan keselamatan di makmal dan bengkel elektrik, (b) pendedahan

Hasil penelitian menunjukkan: praktik penundaan pernikahan karena tidak terpenuhinya tuntutan mahar di Desa Ngetuk Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara dimulai dengan notok

Pada algoritma Entropy dibutuhkan nilai probabilitas terdahulu yang didapat dari data karakteristik anak penyandang disleksia dari pengumpulan kuesioner

(1) Selain Pejabat penyidik Polri yang bertugas menyidik tindak pidana penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Peraturan Daerah ini, dapat juga

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk memberikan gambaran apakah perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat 2 atas bunga deposito

Analisa Terhadap Pengaturan Peredaran Minuman Beralkohol yang Merupakan Salah Satu Kewenangan Pemerintah Daerah. Peraturan