• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Metode Diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas XII IPS 1 di SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Metode Diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas XII IPS 1 di SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut Tulungagung"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

SUNAN GUNUNG JATI NGUNUT TULUNGAGUNG” SKRIPSI

Oleh:

ZAINURI

Nim: 3211103030

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

(2)

SUNAN GUNUNG JATI NGUNUT TULUNGAGUNG” SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

ZAINURI

Nim: 3211103030

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

(3)

Jl. J Jl. Mayor Sujadi Timur No. 46 Telp. (0355) 321513 Fax. (0355) 321656

Tulungagung – Jawa Timur 66221 e-mail : stain_tagung@yahoo.co.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang disusun oleh: ZAINURI, NIM: 3211103030, dengan judul “IMPLEMENTASI METODE DISKUSI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA KELAS XII IPS 1 DI SMA ISLAM SUNAN GUNUNG JATI NGUNUT TULUNGAGUNG”, telah diadakan bimbingan, pemeriksaan dan disetujui untuk diujikan.

Pembimbing

Dr. H. Muwahid Shulhan, M.Ag. NIP. 19531205 198203 1 004

Tulungagung, 2 Juni 2014 Kajur PAI

H. Muh. Nurul Huda, M.Ag NIP. 19740408 200710 1 003

(4)

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA KELAS XII IPS 1 DI SMA ISLAM SUNAN GUNUNG JATI NGUNUT

TULUNGAGUNG SKRIPSI Disusun Oleh :

ZAINURI NIM. 3211103030

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada hari jumat tanggal 16 Mei 2014, dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata Satu dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) Dewan Penguji

Tanda Tangan Ketua/Penguji

Dr. H. Abd Aziz ,M.Pd,I

NIP. 19720601 200003 1 002 ….………… Penguji Utama Dr. H. Munardji, M.Ag NIP. 19541218 198602 1 001 ……… Skretaris/Penguji : Drs. Masduki,M.Ag NIP. 1920708 1999803 1 001 ………... Mengesahkan,

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung

Dr. H. Abd Aziz ,M.Pd,I Nip. 19720601 200003 1 002

(5)

Allah SWT. Berfirman:

”Serulah (manusia) kepada agama Tuhanmu dengan bijaksana dan

pengajaran yang baik, bertukar pikirlah dengan mereka itu dengan cara yang baik”

(QS.

al-Nahl: 125).

*

Departemen Agama RI, Al-Qur’an danTerjemahnya (AyatPojokBergaris), CV. AsySyifa’: Semarang. 1998, hal 434

(6)

v

Puji syukur Alhamdulilah atas segala

rahmad

dan

ridloNya

skripsi ini dapat

terselesaikan. Skripsi ini akan aku persembahkan kepada:

1.

Ayahandaku Sulaiman dan Ibundaku Siti Aminah tersayang, yang telah

mendidikku, menasehatiku, membiayaiku hingga terselesainya study ku, dan

memberikan segalanya yang takkan pernah aku lupakan.

2.

Bapak dan ibu dosen yang telah banyak memberikan pelajaran dan pengetahuan

yang berharga hingga sampai akhir perkuliahan.

3.

Sahabat-sahabatku di Pondok Hidayatul Mubtadi’ien yang senantisa menemani

dalam keseharian, membantu, dalam kesulitanku dan selalu memotivasiku

dalam mengerjakan skripsi ini.

4.

All my friends PAI A semester VIII yang selalu menemani suka duka dalam

menjalani perkuliahan, membantu dalam mengerjakan tugas, dan memotivasiku

dalam penyelesaian skripsi ini yang tak akan pernah ku lupakan.

5.

Almamaterku IAIN Tulungagung.

(7)

vii

Bismillahirrahmanirrahim…

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

karunianya sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan.

Shalawat

dan

salam

semoga senatiasa abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,

sahabat dan umatnya.

Sehubungan dengan selesainya penulisan skripsi ini maka penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1.

Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk mengumpulkan data sebagai bahan

penulisan laporan penelitian ini.

2.

Bapak Dr. H. Muwahid Sulhan, M.Ag, selaku pembimbing dalam penyusunan

skripsi ini, yang juga telah memberikan pengarahan dan koreksi sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai waktu yang telah direncanakan.

3.

Bapak Zamahsari Abdul Aziz, S.Ag, selaku kepala sekolah SMA Islam Sunan

Gunung Jati Ngunut Tulungagung yang telah berkenan memberikan izin

penelitian. kepada penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan penulisan

laporan penelitian ini.

4.

Bapak / ibu guru SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut Tulungagung, yang telah

banyak memberikan informasi kepada peneliti dan memberi pengarahan selama

penelitian.

(8)

vii

kekurangan dan kekhilafan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi pengembangan dan perbaikan dari pembaca yang budiman untuk

menyempurnakan skripsi ini.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah dan tercatat

sebagai ‘

amal shalih

.

Terakhir penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini ada gunanya dan

bermanfaat bagi para pembaca dan menjadi amal jariyah penulis bagi khazanah dunia

pendidikan.

Tulungagung, 19 April 2014

Penulis

Zainuri

NIM. 3211103030

(9)
(10)

x

Halaman Judul ...

i

Halaman Persetujuan Pembimbing ...

ii

Halaman Pengesahan ...

iii

Halaman Motto ...

iv

Halaman Persembahan ...

v

Kata Pengantar ...

vi

Daftar Isi ...

viii

Daftar Tabel ...

xi

Daftar Lampiran ...

xii

Abstrak ...

xiii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Konteks Penelitian ...

1

B.

Fokus Penelitian ...

6

C.

Tujuan Penelitian ...

6

D.

Manfaat Penelitian ...

7

E.

Metode Penelitian……… 7

F.

Penegasan Istilah ...

8

G.

Sistematikan Penulisan ...

10

(11)

x

1.

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) ...

12

2.

Dasar dan tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) ...

17

3.

Karakteristik Pembelajaran PAI... ...

25

B.

Pengertian Peserta Didik ...

27

1.

Karakteristik Peserta Didik ...

26

2.

Peserta Didik dalam Pendidikan Agama Islam ...

28

3.

Tugas dan Kewajiban Peserta Didik...

29

C.

Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .. 31

1.

Pengertian metode diskusi ...

31

2.

Langkah-langkah metode diskusi ... 34

3.

Peran guru dalam memimpin metode diskusi………. 36

4.

Peran peserta didik dalam metode diskusi………. 37

5.

Manfaat metode diskusi………. 39

6.

Jenis-jenis diskusi……….. 40

7.

Beberapa keuntungan dan kelemahan metode diskusi…….. 44

(12)

x

B.

Lokasi Penelitian ...

49

C.

Kehadiran Peneliti di Lapangan ...

50

D.

Sumber Data... ...

51

E.

Proses Pengumpulan Data ...

52

F.

Teknik Analisis Data ...

56

G.

Pengecekan Keabsahan Data...

61

H.

Tahap-tahap Penelitian ... 63

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN

A.

Hasil Penelitian ...

65

B.

Temuan Penelitian…..……… 90

C.

Pembahasan Temuan Penelitian ...

101

BAB V BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan ...

112

B.

Saran ...

114

DAFTAR RUJUKAN

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

Daftar Guru ... 67

Daftar Siswa ... 68

Daftar Pegawai ... 69

(14)

Lampiran I

: Pedoman Observasi

Lampiran II

: Pedoman Interview

Lampiran III

: Pedoman Dokumentasi

Lampiran IV

: Gambaran Umum SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut

Lampiran V

: Foto Keadaan obyek penelitan

(15)

ZAINURI, NIM. 3211103030, "Implementation Methods Discussion in learning Islamic education to students of class XII IPS 1 at SMA Islam Sunan Gunung Jati vBulletin Ngunut", thesis Tarbiyah Department, Islamic Religious Education Program, State Islamic Institute (IAIN) Tulungagung, guided by Dr. H. Muwahid Sulhan, M.Ag

Background research in this thesis departs from a teacher's success in delivering the subject matter, much influenced by several factors, one of which is the selection of appropriate learning methods.

This activity will apply to the authors of Sunan Gunung Jati Islamic High School, because the school is one of the largest private schools in Tulungagung, and the method can broaden students' discussions were outstanding, but the method is still prevalent discussion of the students who are less active and lazy when in the learning process especially when using the method of discussion.

The focus of this research is the problem (1) How is the implementation of measures in the discussion method of learning Islamic education that is used in class XII IPS 1 at SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut Tulungagung (2) What are the ease and difficulty of the discussion method in teaching EducationIslamic religion in class XII IPS 1 at SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut Tulungagung. The research objective of this thesis are: (1) To describe how the implementation steps of discussion method in teaching Islamic education that is used in class XII IPS 1 at SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut (2) To know What are the ease and difficulty discussion method in teaching Islamic education to students in class XII IPS 1 SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut

.

The research method in this paper uses the method of observation, interviews (interviews) and documentation.Observation method is used to look at the phenomenon and existing symptoms or the symptoms caused after the discussion method of management actions undertaken by teachers PAI. Interview or interview methods used to ask something tekait reason the use of the method of discussion, management measures and the implications of the discussion method management method of discussion.

After the authors conducted research with several methods of obtaining the above results that: With the preparation method to improve learning with discussion on Islam Sunan Gunung Jati SMA Ngunut, there are few results, namely: (A) The creation of student motivation to learn with practice interesting.(B) Availability of materials and learning materials. (C) The preparation from teachers or students about the material that will be discussed. (D) terarahnya purpose of the material to be taught.

(16)

51 17 5

8! - . - #

9 : 14 ; & < &=1 1> ?!5

@

A =) B6 0C D E F1G!

E H I

J 9# 45 (K L$M

6 N O

& P

6

&Q RM 7# 3145 0S

1 1 ST"

U T #E

& P

6

V ! < : #

B B W #M5 0

<

& P

X

& Y &Z [ M \5

] ^ _`# V !

X

?&

& ) V !

] a

X

3 * ) V !

!5

b

c J

@d

# T" e Q

G Gf J g6 * 6 h 4 T ij* k 0J5 ` L$M S

1 e Q

RV7# S[ 5

, - . - #?

9:6 8 lT #! m # $M5

G

5 0Y1&#E

: n o 1E p=6

3145 RM

1E gK 0

B

1

&

" #E eq! < G

L$M [5 0 G E

) " # r = i ! [s

S"6 M $

G ( / 1t& 1# : Q5 &

_

g [! 1# e ?=5 u

" #E

v

RM

L$M

N 9T J1

w

" #E G ( $ %#! ) n

= :

* 8! - . - # U

7 1t&

& x

y 1!

U T

z

<

y 1! U

" #E G ( 5 7? 8M

j E )

)

* 8! - . - # / < {

@

&# 8 e f S| 5

1 1 i 8 9T

&[ ) - g 1

) =$E .|

8

L

w

8! - . - # / < e 4 } G# i

& h?9& A~• G ( i

b

o

/

d

)

*

X

.| &

S " *1 W #M

X

RM5

w

d

i

& P

ij 1 c

/ _&M 3A

_E

@

d

_ & * E5 * E j !

@

d

e 4

5 h_ E * 1

7& " # & x * E

@

7? 1! & x * E

• ‚

@

(17)

1

A. KONTEKS PENELITIAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk

membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka

membangun masa depan. Karena itu pendidikan berperan mensosialisasikan

kemampuan baru kepada mereka agar mampu mengantisipasi tuntutan masyarakat

yang dinamik.

1

Dalam masyarakat yang dinamis pendidikan memegang peranan yang sangat

menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu Islam sebagai

agama Rahmatan Lil ‘Alamin merupakan konsekuensi logis bagi umatnya untuk

menyiapkan generasi penerus yang berkualitas, baik moral maupun intelektual serta

berketerampilan dan bertanggung jawab. Salah satu upaya untuk menyiapkan

genearasi penerus tersebut adalah melalui lembaga pendidikan sekolah.

Sekolah merupakan salah satu wadah bagi anak untuk belajar memperoleh

pengetahuan dan mengembangkan berbagai kemampuan dan keterampilan. Oleh

karena itu, pengajaran di sekolah adalah salah satu usaha yang bersifat sadar,

bertujuan, sistematis dan terarah.

Di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003

pasal 37 ayat (1) ditegaskan bahwa:

1

(18)

Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: pendidikan

agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan

alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan

olahraga, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal.

2

Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam adalah salah satu

usaha yang bersifat sadar, bertujuan, sistematis dan terarah pada perubahan tingkah

laku atau sikap yang sejalan dengan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Islam. Sejalan

dengan ini, Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah

usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta

menjadikannya sebagai

way of life

.

3

Dari definisi di atas dapat dikemukakan bahwa pendidikan agama Islam

bertujuan menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt yang

berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari bagi diri pribadi, keluarga, masyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam, sebagaimana dikutip oleh Abdul

Majid, dijelaskan bahwa,

Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan

dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,

penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga

menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,

ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada

jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

4

2

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 25-26.

3

Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 86. 4Ibid.,

(19)

Tahapan pendidikan Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah

dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap

ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju

pada tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai-nilai ajaran

agama Islam, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat

dengan kognisi, dalam arti bahwa penghayatan dan keyakinan siswa akan kokoh

manakala didasari oleh seperangkat pengetahun dan pemahamannya terhadap ajaran

dan nilai-nilai ajaran Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh

motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam

yang telah diinternalisasikan dalam dirinya (tahap psikomotorik). Dengan demikian

akan terbentuk manusia muslim yang beriman, dan bertakwa kepada Allah SWT.

Hasan Langgulung menyebutkan bahwa dalam pendidikan mengandung dua

aspek,

Pertama:

Aspek mengajar dan

Kedua:

Aspek belajar. Aspek mengajar itu

hanyalah suatu cara untuk memantapkan proses belajar itu. Sedangkan proses belajar

berlaku apa sebanarnya yang terjadi pada manusia.

5

Terlalu sering pengajaran dianggap sebagai pengalihan (transfer) pengetahuan

dan keterampilan. Pengalihan pengetahuan dan keterampilan memang perlu. Akan

tetapi apabila pengalihan tersebut hanya berhasil meneruskan sesuatu dari pengajar

yang mengetahui kepada peserta didik yang belum mengetahui dan apabila peserta

5Ibid

(20)

didik tidak dapat menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari, maka pengajarannya

itu tidak mencapai sasaran.

6

Oleh karena itu agar dalam penerapan pendidikan agama dapat mencapai

sasaran haruslah menggunakan metode. Metode pembelajaran mempunyai peranan

penting sebab merupakan jembatan yang menghubungkan pendidkan dengan anak

didik menuju kepada tujuan pendidikan Islam yaitu terbentuknya kepribadian

muslim. Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang mendukung pelaksanaan pembelajaran salah satunya adalah metode

pembelajaran. Memang metode sangat penting, karena itulah Rasulullah

menganjurkan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Beliau bersabda:

!" #$% &

' () *

Artinya:

Kami Para Nabi Diperintahkan Untuk Menempatkan Seseorang

Pada Posisinya, Berbicara Kepada Mereka Sesuai Dengan

Kemampuan Akalnya.

Dalam hal ini keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan suatu materi

pelajaran, banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, satu di antaranya ialah pemilihan

metode pembelajaran yang tepat. Dalam metode pembelajaran pendidikan agama

Islam, ada tiga unsur strategi yaitu; strategi penataan organisasi isi pembelajaran PAI,

strategi penyampaian pembelajaran PAI, dan strategi pengelolaan pembelajaran PAI.

7

Ketepatan strategi yang digunakan, baik berupa metode, pemanfaatan sarana

dan lain sebagainya, akan membawa efektivitas dan efesiensi kerja.

6

Ad. Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses (Jakarta: Gramedia, 1990), hlm. xix. 7

(21)

Dengan keadaan seperti itu, mendorong peneliti ingin mengetahui

kenyataan dengan mengamati secara teliti dan sistematis melalui penelitian.

Kegiatan ini akan penulis terapkan pada SMA Islam Sunan Gunung Jati,

dikarenakan sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah swasta terbesar di

tulungagung, dan dengan metode diskusi dapat menambah wawasan siswa yang

luar biasa, akan tetapi dengan metode diskusi tersebut masih banyak dari para

siswa yang kurang aktif dan malas ketika dalam proses pembelajaran, oleh

karena itu di sini peneliti mencoba membahas

dengan mengambil judul :

Implementasi Metode Diskusi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam pada Siswa Kelas XII IPS 1 di SMA Islam Sunan Gunung Jati

Ngunut Tulungagung

Pemilihan judul tersebut diharapkan mampu

memberikan sedikit gambaran mengenai penggunaan metode diskusi dalam

pembelajaran PAI, selanjutnya dapat memberikan motifasi bagi para guru dan

pada akirnya dapat bermanfaat. Amin.

(22)

B. FOKUS PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang penulis ungkapkan

meliputi:

1.

Bagaimanakah langkah-langkah implementasi metode diskusi kelompok

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan pada siswa

kelas XII IPS 1 di SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut Tulungagung

2.

Apa saja kemudahan dalam implementasi metode diskusi kelompok dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas XII IPS 1 di SMA

Islam Sunan Gunung Jati Ngunut Tulungagung

3.

Apa saja kesulitan dalam implementasi metode diskusi kelompok dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas XII IPS 1 di SMA

Islam Sunan Gunung Jati Ngunut Tulungagung

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelititan ini adalah:

1.

Untuk mendeskripsikan bagaimanakah langkah-langkah implementasi metode

diskusi kelompok dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang

digunakan pada siswa kelas XII IPS 1 di SMA Islam Sunan Gunung Jati

Ngunut Tulungagung

(23)

2.

Untuk mengetahui Apa saja kemudahan dalam implementasi metode diskusi

kelompok dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas XII

IPS 1 di SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut Tulungagung

3.

Untuk mengetahui Apa saja kesulitan dalam implementasi metode diskusi

kelompok dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas XII

IPS 1 di SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut Tulungagung

D. MANFAAT PENELITIAN.

1.

Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan atau masukan

sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan terutama

lembaga

pendidikan

Agama

Islam

yang

dalam

pembelajarannya

mengimplementasikan metode diskusi kelompok di kelas.

2.

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan pendidikan Agama

Islam dalam pengembangan pendidikan Agama Islam khususnya bagi tenaga

pengajar yang mengimplementasikan metode diskusi kelompok.

3.

Untuk menambah wawasan praktis sebagai pengalaman kususnya bagi

peneliti dan umumnya bagi para pembaca, sesuai dengan disipilin ilmu yang

telah tekuni selama ini.

(24)

E. PENEGASAN ISTILAH

1. Penegasan Konseptual :

a.

Implementasi : Penggunaan, pelaksanaan, Penerapan.

8

b.

Metode: Berasal dari bahasa Yunani (Greeka) yaitu metha dan hodos.

Metha berarti melalui atau melewati, dan hodos berarti jalan atau cara.

Metode berarti Jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai

tujuan tertentu.

9

c.

Diskusi: Suatu proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang

berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai

tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar menukar

informasi, mempertahankan pendapat, atau memecahkan masalah.

10

d.

Pembelajaran: secara umum menjelaskan pengertian pembelajaran

sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa

sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik”.

Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan

belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar

adalah siswa yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi yang

berorientasi

pada

pengembangan

pengetahuan,

sikap,

dan

keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses

8

Windy Novia, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kashiko), hal.468 9

Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Teras, Yogyakarta, 2009), hlm. 56 10Ibid

(25)

pembelajaran akan mencakup berbagai komponen lainnya, seperti

media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.

11

e.

Pendidikan Agama Islam: usaha untuk membimbing, kearah

pertumbuhan kepribadian peserta didik secara sistematis dan

pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam sehingga

terjalin kebahagiaan dunia dan di akherat.

12

2. Penegasan Operasional:

Implementasi Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam pada Siswa Kelas XII IPS 1 di SMA Islam Sunan Gunung Jati

Ngunut Tulungagung adalah Metode diskusi merupakan metode yang

digunakan oleh guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada

Siswa Kelas XII IPS 1 di SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut

Tulungagung guna tercapainya tujuan pendidikan Islam yang sudah

direncanakan atau dirumuskan sebelumnya.

11 http://ichaledutech.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar pengertian.html, 2 November 2013 23;45

12

(26)

F. SISTEMATIKA PENULISAN DAN PEMBAHASAN LAPORAN

Dalam sebuah karya ilmiah, adanya sistematika merupakan bantuan yang

dapat mempermudah pembaca mengetahui urutan sistematika dari isi karya ilmiah

tersebut sistematika pembahasan dalam skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian

yaitu sebagai berikut:

1. Bagian primelier: terdiri dari halaman judul, halaman pengajuan, halaman

persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman

persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar table dan abstrak.

2. Bagian teks atau isi, terdiri dari lima bab masing-masing bab berisi sub-sub bab

antara lain :

Bab I: Pendahuluan, bab ini membahas tentang keseluruhan penulisan

skripsi ini yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup Pembahasan, dan Sistematika

Pembahasan.

Bab II: Kajian pustaka, yang mencakup tentang metode diskusi yang

diimplementasikan oleh guru mata pelajaran PAI demi tercapainya suatu

pembelajaran yang efektif dan efisien serta menarik minat siswa terhadap mata

pelajaran PAI.

Bab III: Metode penelitian, mencakup tentang Latar Belakang Obyek

Penelitian, Penyajian Data dan Analisa Data, kehadiran peneliti, lokasi

penelitian, subyek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data,

analisis data, dan tahap penilaian.

(27)

Bab IV: Hasil penelitian, berisi tentang diskripsi lokasi dan paparan data

yang akan digunakan oleh peneliti sebagai bahan utama dalam penelitian,

seperti: Visi dan Misi SMA Islam Sunan Gunung Jati, keadaan guru, siswa dan

karyawan SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut, paparan data penelitian,

temuan penelitian dan pembahasan temuan penelitian.

Bab V: Penutup, bab terakhir yang didalamnya berisikan dengan

kesimpulan dan saran. Bagian ini merupakan pembahasan yang terakir dari

skripsi ini oleh karena itu penulis memberikan kesimpulan-kesimpulan dan

saran saran yang kontruktif bagi perkembangan dan perbaikan nanti.

3. Bagian akhir terdiri dari lampiran-lampiran.

Pada bagian akir ini peneliti akan melampirkan beberapa

lampiran data yang akan melengkapi atas apa yang sudah diteliti,

lampiran-lampiran tersebut terdiri dari:

Lampiran I

: Pedoman observasi

Lampiran II

: Pedoman interview

Lampiran III

: Pedoman dokumentasi

Lampiran IV : Sejarah berdirinya SMA Islam SGJ

Lampiran V

: Foto keadaan obyek penelitan

Lampiran VI

: Surat-surat keterangan

(28)

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pengertian pendidikan agama tidak dapat dipisahkan dangan pengertian pendidikan pada umumnya, sebab pendidikan agama merupakan bagian integral dari pendidikan secara umum.

Menurut Marimba sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Tafsir menyatakan bahwasanya pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya keperibadian yang utama,1 sehingga pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.

Dalam hal ini menurut Zuhairini, yang dikutip oleh Muhaimin menjelaskan bahwa dalam Islam pada mulanya pendidikan disebut dangan kata “ta’lim” dan “ta’dib” mengacu pada pengertian yang lebih tinggi, dan mencakup unsur-unsur pemgetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pembimbingan yang baik (tarbiyah). Sedangkan menurut Langgulung (1997), pendidikan Islam itu setidak-tidaknya tercakup dalam delapan pengertian, yaitu Al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan keagamaan), ta’lim al-din (pengajaran agama), al-ta’lim al-diny (pengajaran keagamaan), al-ta’lim

1

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal. 24

(29)

al-Islamy (pengajaran keislaman), tarbiyah al-muslimin (pendidikan orang-orang Islam), al-tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam), al-tarbiyah ‘inda al-muslimin (pendidikan di kalangan orang-orang Islam), dan al-tarbiyah al-Islamiyah (pendidikan Islami).2

Para ahli pendidikan biasanya lebih menyoroti istilah tersebut dari aspek perbedaan antara tarbiyah dan ta’lim, atau antara pendidikan dan pengajaran, sebagaimana sering diperbincangkan dalam karya-karya mereka.

Di kalangan para penulis Indonesia, istilah pendidikan biasanya lebih diarahkan pada pembimbingan watak, moral sikap atau kepribadian, atau lebih mengarah pada afektif, sementara pengajaran lebih diarahkan pada penguasaan ilmu pengetahuan atau menonjolkan dimensi kognitif dan psikomotor.

Akhir-akhir ini di kalangan masyarakat Indonesia istilah “pendidikan” mendapatkan arti yang sangat luas. Kata-kata pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan, sebagai istilah-istilah teknis tidak lagi dibeda-bedakan oleh masyarakat kita, tetapi ketiga-tiganya lebur menjadi satu pengertian baru tentang pendidikan.3

Sedangkan dalam Enclyclopedia education, pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan orang beragama, dengan demikian dapat diarahkan kepada pertumbuhan moral dan karakter, pendidikan agama tidak cukup hanya memberikan

2

Muhaimin, MA, Paradigma Pendidikan Islam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal.36

3

(30)

pengetahuan tentang agama saja akan tetapi disamping pengetahuan agama, mestilah ditekankan pada felling attitude, personal ideal, aktivitas, kepercayaan.4

Pengertian pendidikan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya secara sadar yang dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial. Sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak. Oleh karena itu pendidikan Islam, berarti pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup yang bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah/Al-Hadits.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mengajar agama hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan sehingga peserta didik akan memiliki pengetahuan agama, bukan menjadi orang yang taat beragama. Dalam hal ini mengajar lebih berorientasi pada segi kognitif dibandingkan segi afektif dan psikomotorik. Sedangkan mendidik agama arahnya adalah pembentukan pribadi muslim yang taat, berilmu, dan beramal. Oleh kaena itu, orientasi mendidik disamping aspek kognitif dan psikomotorik, yang

4

(31)

lebih penting lagi, adalah aspek penghayatan sehingga di dalam pendidikan agama peserta didik selain memiliki pengetahuan dan penghayatan juga mampu menerapkan pengalaman agama5

Di dalam GBPP PAI 1994, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalaui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional.

Sedangkan pendidikan Agam Islam Sekolah Menengah Atas (SMA/MA) diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetesi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri:

1) lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaaan materi;

2) mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia;

5

Zuhairini, Dkk, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, UM Press, Malang,2004, hal.2

(32)

3) memberiklan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran seauai dengan kebutuhan dan ketersedian sumber daya pendidikan.

Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.

Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, dan bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk

(33)

menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar ummat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Dasar dan tujuan secara umum

Dasar pendidikan adalah suatu landasan yang dijadikan pegangan dalam menyelenggarakan pendidikan. Dasar pendidikan negara kita secara Yuridis Formal telah dirumuskan dalam:

1) Ketetapan MPRS No.XXVII/ MPRS/1966 Bab II pasal 2

yaitu,”dasar pendidikan adalah falsafah Negara Pancasila”.

2) Undang-Undang RI No. 2, 1989, tentang sistem pendidikan Nasional Bab II pasal 2 yaitu,”pendidikan Nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

3) Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45, hal ini sesuai dengan UUSPN No. 2 1989, tentang sistem pendidikan Nasional. 4) Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)

No. 20 tahun 2003 memuat Tujuan Pendidikan Nasional sebagai berikut: “Pendidikan Nasional bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

(34)

Adapun yang dimaksud dengan tujuan pendidikan adalah suatu faktor yang sangat penting di dalam pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak dituju oleh pendidikan.

Tujuan pendidikan Nasional di Indonesia termuat dalam ketetapan MPR No. II.MPR/1988 tentang GBHN tahun 1988, disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian, berdisiplin, berkerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. b. Dasar dan tujuan secara khusus

1). Dasar Pendidikan Agama Islam

Konsep dasar pendidikan agama Islam adalah konsep atau gambaran umum tentang pendidikan. Sumber pendidikan agama Islam adalah ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.6 Sebagai sumber dasar ajaran Islam, Al-Qur’an memang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad Saw. Untuk memberikan petunjuk dan penjelasan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan permasalahan hidup dan kehidupan umat manusia di dunia ini. Di antara permasalahan hidup manusia itu adalah masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan.

6

(35)

Sedangkan As-Sunnah, berfungsi untuk memberikan penjelasan secara oprasional dan terperinci tentang berbagai permasalahan yang ada dalam Al-Qur’an tersebut sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan situasi dan kondisi kehidupan nyata.

Dengan demikian dasar pendidikan agama Islam sudah jelas dan tegas yaitu firman Allah dan Sunnah Rasulullah SAW, maka isi Al-Qur’an dan Hadits-lah yang menjadi pedoman pendidikan agama Islam. Al-Qur’an adalah sumber kebenaran dalam agama Islam, sedangkan Sunnah Rasulullah yang dijadikan landasan pendidikan agama Islam adalah berupa perkataan, perbuatan, atau pengakuan Rasulullah SAW dalam bentuk isyarat. Sebagaimana firman Allah Dalam al-Qur’an.

“Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia Telah mendapat kemenangan yang besar”. (Q.s. Al-Ahzab: 71)7

Islam adalam agama yang membawa misi agar umatnya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ayat yang pertama kali turun adalah berkenaan disamping masalah keimanan juga pendidikan.

7

(36)

Allah berfirman :

!"

#

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-alaq: 1-5)

Bahkan tidak hanya itu Tuhan juga memberikan bahan (materi pendidikan agar manusia hidup sempurna di dunia ini). Allah berfirman

$

$ %

&

'

()

* +

,

(- .

$

$/0 1

2

!

"

3

45

#

“Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"(QS. Al-baqarah: 31)

Ayat ini menjelaskan bahwa untuk memahami segala sesuatu belum cukup kalau hanya memahami apa, bagaimana serta manfaat benda itu tetapi harus memahami sampai ke hakikat dari benda itu.8

Rasulullah SAW. Mengatakan bahwa beliau adalah juru didik. Dalam kaitan denagan ini M. Athiyah Al-Abrasyi

8

(37)

mengatakan: pada suatu hari Rasulullah keluar dari rumahnya dan beliau menyaksikan adanya dua pertemuan; dalam pertemuan pertama, orang-orang yang berdoa kepada Allah ‘Azza Wajalla, mendekatkan diri kepada-Nya; dalam pertemuan kedua orang sedang memberikan pelajaran. Langsung beliau bersabda:

!

"

#

$

%

&

'

“Mereka ini (pertemuan pertama), minta kepaa Allah, bila tuhan menghendaki maka ia akan memenuhi permintaan tersebut, dan jika ia tidak menghendaki maka tidak akan dikabulkannya. Tetapi golongan kedua ini, mereka mengajar manusia, sedangkan saya sendiri diutus untuk mengajar.”9

Setelah itu beliau duduk pada pertemuan kedua ini. Praktek ini membuktikan kepada kita suatu contoh terbaik betapa rasul mendorong orang untuk belajar dan menyebarkan ilmu secara luas dan suatu pujaan atas keutamaan juru didik 10

Sikap Rasulullah SAW. Seperti di atas merupakan fakta bahwa islam sangat mementingkan adanya pendidikan dan pengajaran. Rasulullah bersabda:

(

)*

'

+

,

$

-./

(

!

0

1

,2 ($ 3 0

4

9

Imam Gozali, Ihyak Ulumiddin, Bairut, hal. 23

10

M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1970, hal. 36-37

(38)

Barang siapa yang menyembunyiakan ilmunya maka tuhan akan mengekangnya dengan kekang berapi” (HR. Ibn Majah)

Dari ayat dan hadits tersebut dapat dipahami, bahwa apabila manusia telah mengatur seluruh aspek kehidupannya (termasuk pendidikannya) dengan berpedoman pada Al-qur’an dan Sunnah Rasulullah, maka akan bahagia hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Disamping itu Rasulullah mewajibkan umatnya untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Dengan demikian, jelaslah bahwa dasar pendidikan agama Islam dan sekaligus sebagai sumbernya adalah Al-Qur’an dan Hadits.

2). Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu tujuan pendidikan agama Islam secara umum ialah,”meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”(GBPP PAI, 1994). Sedangkan dalam GBPP mata pelajaran pendidikan agama Islam kurikulum 1999, tujuan PAI tersebut lebih dipersingkat lagi, yaitu,”agar siswa memahami, menghayati, menyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga

(39)

menjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah Swt dan berakhlak mulia.11

Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam menurut beberapa para ahli adalah:

a) Menurut Al-Ghazali, tujuan pendidikan Islam adalah; pertama kesempurnaan manusia yang puncaknya adalah dekat dengan Allah, kedua kesempatan manusia yang puncaknya kebahagiaan didunia dan akhirat, karena itu berusaha mengajar manusia agar mampu mencapai tujuan-tujuan yang dirumuskan tadi.

b) Menurut Athiya al-Abrasi, tujuan pendidikan Islam secara umum adalah:

(1) Untuk membantu pembentukan akhlak yamg mulia (2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat

(3) Persiapan mencari rezki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatan.

(4) Menumbuhkan semangat ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan memuaskan keinginan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri. (5) Menyiapkan pelajar dari segi profesional tertentu, dan

keterampilan tertentu agar ia dapat mencapai rezeki dalam hidup, disamping memelihara segi kerohanian.12

11

Muhaimin, Paradigma……. hal. 78

12

(40)

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa tujuan pendidikan agama Islam yaitu untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan diri pribadi manusia muslim secara menyeluruh melalui latihan kejiwaan, akal, pikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indera, sehingga memiliki kepribadian yang utama untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa aspek dari tujuan pendidikan agama Islam yaitu; aspek keimanan, ilmu dan amal, yang pada dasarnya berisi:

(a) Menumbuhsuburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai kehidupan anak yang nantinya diharapkan menjadi manusia bertaqwa kepada Allah SWT taat kepada perintah-Nya dan Rasul-Nya.

(b) Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan motivasi intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki anak. Berkat pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu pengetahuan (agama dan umum) maka anak menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah SWT yang beriman dan berilmu pengetahuan.

(41)

(c) Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah SWT melalui ibadah shalat umpamanya dan dalam hubungan dengan sesama manusia yang tercermin dalam Akhlak perbuatan, serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara pemeliharaan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil usahanya.13

3). Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Karakteristik merupakan ciri/bentuk-bentuk watak, karakter yang dimiliki oleh setiap individu, corak tingkah laku, tanda khusus.14Menurut Degeng, Pembelajaran yang sebelumnya lebih dikenal dengan “pengajaran” adalah upaya untuk membelajarkan siswa.15 Dalam defenisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran tersebut ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode/strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang di inginkan dalam kondisi tertentu

Pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong

13

Zakiyah Deradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1992, hal. 89-90

14

Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, 1994, hal.306

15

(42)

belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus-menerus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan.

Dari pengertian diatas dapat diambil pengertian bahwa, pembelajaran sebenarnya terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam dengan menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan agama yang terkandung dalam kurikulum.

Adapun tujuan pembelajaran pada hakekatnya mengacu pada hasil pembelajaran yang diharapkan. Sebagai hasil yang diharapkan, tujuan pembelajaran harus ditetapkan lebih dulu sehingga semua upaya pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan yang di inginkan.

B. Pengertian Peserta Didik (siswa)

Sebelum membahas tentang karakteristik siswa SMA dalam pembelajaran PAI. Perlu peneliti perjelas bahwa kata “siswa” mempunyai arti yang sama dengan peserta didik (anak didik). Peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan

(43)

kegiatan pendidikan. Peserta didik bukan binatang, tetapi ia adalah manusia yang mempunyai akal. Peserta didik adalah unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif.16Peserta didik dijadikan sebagai pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran. Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran peserta didik sebagai subyek pembinaan. Jadi peserta didik adalah kunci yang menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif. Dalam persepektif pedagogis, peserta didik adalah sejenis makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam arti ini peserta didik disebut sejenis makhluk “homo educatin”.17 Pendidikan merupakan suatu keharusan yang diberikan kepada peserta didik. Karena dia sebagai manusia yang berpotensi perlu dibina dan dibimbing dengan perantara guru.

Sebagai manusia yang berpotensi, maka didalam diri peserta didik ada satu daya yang dapat tumbuh dan berkembang di sepanjang usianya. Potensi peserta didik sebagai daya yang tersedia, sedangkan pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk mengembangkan daya itu.

1. Karakteristik peserta didik

Karakteristik peserta didik (siswa) termasuk dalam kondisi pembelajaran. Kondisi pembelajaran PAI adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran PAI. Karakteristik peserta didik ialah sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan peserta didik. Aspek-aspek tersebut bisa berupa bakat, motivasi belajar atau kemampuan awal (hasil belajar yang telah

16

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik Dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000. hal. 51

17

(44)

dimiliki).18 Karakteristik kemampuan awal peserta didik dapat dijadikan pijakan dalam pemilihan strategi pembelajaran. Kemampuan awal amat penting peranannya dalam meningkatkan kebermaknaan pembelajaran sehingga berdampak memudahkan proses internal yang berlangsung dalam diri peserta didik.

Menurut Sutari Imam Barnadib, peserta didik mempunyai karakteristik tertentu, yakni:

a) Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik (guru) atau

b) Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.

c) Memiliki dasar-dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja (kaki, tangan, jari), latar belakang sosial, latar belakang biologis (warna kulit, bentuk tubuh, dan lainnya), serta perbedaan individual.19

2. Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

Di dalam pendidikan Islam peserta didik termasuk kompenen terpenting. Dalam persepektif pendidikan Islam, peserta didik merupakan subyek dan obyek. Oleh karenanya, aktivitas kependidikan tidak akan telaksana tanpa keterlibatan pesrta didik di dalamnya. Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan

18

Muhaimin, Paradigma ……2002. hal. 246

19

(45)

memiliki sejumlah kompetensi (kemauan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Di sini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun pertimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniyah, ia memiliki bakat, kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.20

Dari paradigma di atas menjelaskan bahwa peserta didik merupakan subyek dan obyek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain (pendidik) untuk membantu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju kedawasaan. Potensi suatu kemampuan dasar yang dimilikinya tidak akan tumbuh dan berkembang secara optimal tanpa bimbingan pendidik. Karena pemahaman yang lebih konkrit tentang peserta didik sangat perlu diketahui oleh setiap pendidik. Hal ini sangat beralasan karena melalui pemahaman tersebut akan membantu pendidik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya melalui berbagai aktivitas kependidikan.

3. Tugas dan Kewajiban Peserta Didik

Agar pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang diinginkannya, maka setiap peserta didik hendaknya senantiasa menyadari tugas dan kewajibannya. Menurut Asma Hasan Fahmi, diantara tugas dan kewajiban yang perlu dipenuhi peserta didik, diantarnya ialah:

20

(46)

a) Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu. Hal ini disebabkan karena belajar adalah ibadah dan tidak sah ibadah kecuali dengan hati yang bersih.

b) Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keutamaan.

c) Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu diberbagai tempat.

d) Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya (guru).

e) Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.21

Kesemua hal di atas cukup penting untuk disadari oleh setiap peserta didik, sekaligus dijadikan sebagai pegangan dalam menuntut ilmu. Di samping berbagai pendekatan tersebut, pendidik hendaknya memiliki kesiapan dan kesediaan untuk belajar dengan tekun, baik secara fisik maupun mental. Dengan kesiapan dan kesediaan fisik dan psikis, maka aktivitas kependidikan yang diikuti akan terlaksana secara efektif dan efesien.

Disamping tugas dan kewajiban peserta didik, sifat-sifat ideal peserta didik juga perlu dalam upaya mencapai tujuan pendidikan Islam. Peserta didik hendaknya memiliki dan menanamkan sifat-sifat yang baik dalam diri dan kepribadiannya. Diantara sifat-sifat ideal yang perlu dimiliki peserta didik misalnya; berkemauan keras, atau pantang

21

(47)

menyerah, memiliki motivasi (yang tinggi, sabar, tabah, tidak mudah putus asa, dan lain sebagainya.22

Dari beberapa karakteristik peserta didik (siswa) di atas, maka guru sebagai pendidik atau pengajar sangat perlu untuk memahami karakteristik paserta didik sehingga mudah melaksanakan interaksi edukatif. Kegagalan menciptakan interaksi edukatif yang kondusif, berpangkal dari kedangkalan pemahaman seorang guru terhadap karakteristik peserta didik sebagai individu. Bahan, metode, sarana/alat, dan evaluasi, tidak dapat berperan lebih banyak, bila guru mengabaikan aspek peserta didik. Oleh karena itu guru sebagai pendidik sebelum melaksankan proses belajar mengajar, sebaiknya guru terlebih dahulu memahami keadaan peserta didik. Ini penting agar dapat mempersiapkan segala sesuatu secara akurat, sehingga tercipta interaksi dalam proses belajar mengajar yang kondusif, efektif, dan efesien. Dengan demikian karakteristik siswa dalam proses belajar mengajar perlu diperhatikan, karena karakteristik siswa termasuk dalam kondisi pembelajaran.

C.Metode Diskusi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Metode Diskusi

Metode: Berasal dari bahasa Yunani (Greeka) yaitu metha dan hodos. Metha berarti melalui atau melewati, dan hodos berarti jalan atau cara. Metode berarti Jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.

22

(48)

Istilah mengajar berasal dari kata “ajar” ditambah dengan awalan “me” menjadi “mengajar” yang berarti “menyajikan atau menyampaikan”. Jadi “metode mengajar” berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran.23

Kata “diskusi” berasal dari bahasa latin yaitu: “discussus” yang berarti “to examine”, “investigate” (memeriksa, menyelidiki). “Discutur” artinya menggoncang atau memukul (to shake atau strike), kalau diartikan maka discuture ialah suatu pukulan yang dapat memisahkan sesuatu. Atau dengan kata lain, membuat sesuatu itu jelas dengan cara memecahkan atau menguraikan sesuatu tersebut (to clear away by breaking up or cuturing).

Dalam pengertian umum, diskusi ialah: Suatu proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar menukar informasi (information sharing), mempertahankan pendapat (self maintenance), atau memecahkan masalah (problem solving). Hal senada disampaikan oleh Saiful Bahri Djamarah, bahwa metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.

Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses belajar terlihat saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah,

23

(49)

dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.

Metode diskusi dalam pendidikan adalah suatu cara penyajian atau penyampaian bahan pelajaran, dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa/ kelompok-kelompok siswa untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.

Dalam pengertian lain, metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau meyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. Sebagai dasar metode diskusi dapat dilihat al-Qur’an dan perbuatan-perbuatan Nabi sendiri. Dalam al-Qur’an Allah SWT. Berfirman:”Serulah (manusia) kepada agama Tuhanmu dengan bijaksana dan pengajaran yang baik, bertukar pikirlah dengan mereka itu dengan cara yang baik” (QS. al-Nahl: 125). Nabi SAW dalam mengajarkan dan menyiarkan agama islam pernah melaksanakan diskusi.24

Sedangkan pembelajaran adalah upaya guru untuk mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik. Menurut Zainal Aqib, pembelajaran adalah pertama; Pembelajaran merupakan suatu upaya guru mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi anak didik, kedua; pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa (anak

24

(50)

didik) menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.25Jelasnya metode pembelajaran berkenaan dengan pemilihan kegiatan belajar mengajar yang paling efektif dan efisien dalam memberikan pengalaman belajar yang diperlukan guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2. Langkah-langkah penggunaan metode diskusi

a) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya, dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. Yang penting judul atau masalah yang akan didiskusikan itu harus dijelaskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami baik-baik oleh setiap siswa.

b) Dengan pimpinan guru, para siswa meembentuk kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi ketua, sekertaris, pelapor dan sebagainya (bila perlu), mengatur tempat duduk ruangan, sarana dan sebagainya. Pimpinan diskusi sebaiknya berada ditangan siswa yang memiliki kriteria sebagai berikut:

Lebih memahami dan menguasai masalah yang akan didiskusikan Berwibawa dan disenangi oleh teman-temannya

Berbahasa dengan baik dan lancar bicaranya Dapat bertindak tegas, adil dan demokrasi

25

Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Insan Cendikia,Surabaya. 2002. hal. 41

(51)

Adapun Tugas pimpinan diskusi adalah: Pengatur dan pengarah acara diskusi Pengatur lalu lintas pembicaraan

Penengah dan penyimpul dari berbagai pendapat

c) Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain (kalau kelompok diskusi lebih dari satu kelompok), menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggauta kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan dengan lancar. Setiap anggauta kelompok harus tahu secara persis tentang apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggauta harus tahu bahwa hak berbicara sama.

d) Kemudian tiap kelompok diskusi melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil diskusi yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari kelompok lain). Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut.

e) Akhirnya para siswa mencatat hasil diskusi tersebut, dan guru memberikan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok, sesudah para siswa mencatatnya untuk “file” kelas.

(52)

3. Peranan Guru dalam mempimpin diskusi

Dalam proses diskusi, peranan guru sangat penting untuk memastikan diskusi berjalan dengan baik. Berikut ini peranan guru dalam metode diskusi:

a) Penunjuk jalan

1) Guru memberi petunjuk umum kepada murid untuk mencapai kemajuan dalam diskusi. Semua jawaban-jawaban yang diberikan oleh anggauta kelompok dijadikan bahan untuk pemecahan masalah berikutnya.

2) Merumuskan jalannya diskusi, andaikata terjadi penyimpangan dari masalah semula.

3) Andaikata dalam diskusi terjadi jawaban buntu yang tidak bisa ditembus oleh murid, maka guru meluangkan jalan bagi murid-murid sehingga diskusi berjalan dengan lancar.

b) Pengatur lalu lintas

1) Guru mengajukan semua pertanyaan secara teratur untuk semua anggota diskusi.

2) Menjaga agar semua anggota dapat berbicara bergiliran untuk ini biasanya diadakan urutan-urutannya atau terjamin.

3) Menjaga supaya diskusi jangan hanya semata-mata dikuasai oleh murid-murid yang gemar berbicara.

4) Terhadap murid yang pendiam dan pemalu guru harus mendorongnya supaya ia berani mengeluarkan pendapatnya.

(53)

c) Diding penangkis

Guru atau pemimpin diskusi harus memantulkan semua pertanyaan yang diajukan kepada semua pengikut diskusi. Dia tidak harus menjawab pertanyaan yang harus diberikan kepadanya. Dia hanya boleh menjawab pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh pengikut diskusi. Ini bukan karena guru tidak dapat menjawabnya tapi supaya semua pengikut diskusi dapat menjawabnya.

4. Peranan para peserta dalam diskusi

Meskipun tidak dapat disangkal lagi bahwa peranan pimpinan diskusi amat menentukan jalan dan keberhasilan diskusi, yang pada umumnya dijabat oleh mereka yang biasa memimpin dan yang pada akirnya bertanggung jawab terhadap tercapai tidaknya tujuan dari diskusi kelompok, namun tidak kurang juga pentingnya peranan yang harus dijalankan oleh para peserta. Agar diskusi dapat berjalan lancar dan menemui sasarannya, maka hendaknya telah dipersiapkan kondisi-kondisi yang memadai dari para peserta sebagai suatu keseluruhan. Kondisi-kondisi yang dimaksudkan antara lain:

Satu sama lain harus saling kenal mengenal. Biasanya tidaklah menjadi masalah bila peseta diskusi itu terdiri dari kawan sekelas atau sekelompok. Tetapi jika terjadi pencampuran atau pembauran antara anggauta kelas/kelompok yang satu dengan yang lainnya untuk suatu diskusi tertentu, sebaiknya lebih kenal dahulu satu sama lain.

(54)

Para peserta harus sudah mempersiapkn diri mereka harus sudah siap untuk menjadi peserta diskusi dengan mengetahui benar masalah dan hal-hal yang dapat disampaikannya, sehingga dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri menyumbangkan pikirannya terhadap masalah yang didiskusikan.

Para peserta harus berusaha beerpikir dengan berpijak kepada masalah, dan harus menilai pembicaraannya/gagasannya dari kaca mata ide-ide dan fakta baru yang berkembang dalam diskusi. Dengan demikian dapat dihindari “ngotot-ngototan” dan kepicikan yang pernah dengan emosi untuk mempertahankan kebenarannya sendiri saja.

Para peserta harus cukup “sabar dan menarik” . Diskusi menjadi bermakna jika peserta dapat menjadi pendengar yang baik, memahami segala sesuatu pembicaraan dengan cermat dan mengajukan pertanyaan dengan pokok-pokok pikiran.

Para peserta harus lebih mengembangkan kebersamaan kelompok. Jika ia bicara, pembicaraan dihadapkan kepada semua peserta, bukan satu ataupun dua orang saja.

Diskusi harus tetap berpegang kepada pokok masalah. Hendaknya mereka merasa bebas untuk bertanya atau mendapatpenjelasan satu sama lain mengenai berbagai hal yang kurang jelas dari pembicaran-pembicaran yang sedang berlangsung.

Para peserta dapat saling membantu. Mereka hendaknya mendorong atau meminta pendapat dari teman-temannya yang “bungkam” saja. Jika perlu ia

(55)

berusaha menolong dengan menerangkan kembali apa yang sudah dibicarakan.

5. Manfaat Metode Diskusi

Diskusi kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar murid, antara lain:

Membantu murid untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik ketimbang ia memutuskan sendiri, karena terdapat berbagai sumbangan pikiran dari peserta lainnya yang dikemukakan dari berbagai sudut pandangan.

Mereka tidak terjebak dengan jalan pikirannya sendiri yang kadangkadang salah, penuh prasangka dan sulit, karena dengan diskusi ia mempertimbangkan alasan-alasan orang lain.

Berbagai diskusi timbul dari percakapan guru dan murid mengenai sesuatu kegiatan belajar yang akan mereka lakukan.

Diskusi kelompok/kelas memberi motivasi terhadap berpikir dan meningkatkan perhatian kelas terhadap apa-apa yang sedang mereka pelajari karena dapat membantu murid untuk menjawab pertanyaan. Diskusi juga membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan antar kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat dari pada anggota kelas.

Apabila dilaksanakan dengan cermat, maka diskusi merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang pengalaman, karena dapat merupakan pelepasan ide-ide dan pendalaman, wawasan mengenai sesuatu.

Gambar

TABEL II
TABEL III
Foto Pengarahan dari kepala SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut  Tulungagung

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja guru matematika di SMP Islam Sunan Gunung Jati Ngunut Tulungagung mempunyai pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar

Dari hasil penelitian yang telah di lakukan dapat diketahui bahwa mengenai tingkat kecerdasan emosional Siswa baru kelas X SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) adakah hubungan kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri pada siswa baru kelas X SMA Islam Sunan Gunung Jati

PESERTA DIDIK KELAS VIII C SMP ISLAM SUNAN GUNUNG JATI NGUNUT TULUNGAGUNG TAHUN

Bagaimana kemampuan koneksi matematik dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar siswa berkemampuan sedang kelas IX SMP Islam Sunan Gunung Jati Ngunut

pada Siswa kelas VIII SMP Islam Sunan Gunung Jati Ngunut Tulungagung Tahun

Analisis data kecerdasan emosi pada siswa SMP Islam Sunan Gunung Jati Ngunut. Tulungagung dilaporkan pada

pendidikan formal dari Pesantren “Panggung” dan SMA Islam Sunan Gunung Jati. (SMAI SGJ) Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Ngunut Tulungagung