• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Arus Kas Bebas, Ukuran KAP, Spesialisasi Industri KAP, Audit Tenur dan Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba (Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Arus Kas Bebas, Ukuran KAP, Spesialisasi Industri KAP, Audit Tenur dan Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba (Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

i

Indonesia tahun 2009-2011)

SKRIPSI

Diajukan sebagi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro

Disusun oleh :

FRANSISKA DIAN PERMATASARI KONO NIM. C2C009174

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

ii

Nama Penyusun : Fransiska Dian Permatasari Kono

Nomor Induk Mahasiswa : C2C009174

Fakultas / Jurusan : Ekonomika dan Bisnis / Akuntansi

Judul Skripsi : PENGARUH ARUS KAS BEBAS, UKURAN

KAP, SPESIALISASI INDUSTRI KAP,

AUDIT TENUR, INDEPENDENSI AUDITOR

TERHADAP MANAJEMEN LABA

Dosen Pembimbing : Dr. Etna Nur Afri Yuyetta, S.E., M.Si., Akt

Semarang,9 Juli 2013

Dosen Pembimbing

Dr. Etna Nur Afri Yuyetta, S.E., M.Si., Akt

(3)

iii

Nama Penyusun : Fransiska Dian Permatasari Kono

Nomor Induk Mahasiswa : C2C009174

Fakultas / Jurusan : Ekonomika dan Bisnis / Akuntansi

Judul Skripsi : PENGARUH ARUS KAS BEBAS, UKURAN

KAP, SPESIALISASI INDUSTRI KAP,

AUDIT TENUR, INDEPENDENSI AUDITOR

TERHADAP MANAJEMEN LABA

Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 22 Juli 2013

Tim Penguji:

1. Dr. Etna Nur Afri Yuyetta, S.E., M.Si., Akt (……….)

2. Andri Prastiwi, S.E., M.Si, Akt (……….)

(4)

iv

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Fransiska Dian Permatasari Kono, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Pengaruh Arus Kas Bebas, Ukuran KAP, Spesialisasi Industri KAP, Audit Tenur dan Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba, adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya tiru , atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulisan aslinya.

Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri. Bila kemudian saya terbukti melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Semarang, 9 Juli 2013 Yang membuat pernyataan,

Fransiska Dian Permatasari Kono NIM C2C009174

(5)

v

importance. Earnings management in this study is measured by total discretionary accruals of the company. The population of this study is the manufacture companies listed in Indonesia Stock Exchange year period 2009-2011. Sampling method that’s used in this study is purposive sampling.

The total number of sample in this study are 138 research samples. However, there are found 30 sample as outlier should be excluded from sample of observation. So, the final amounts of the sample are 108 research samples. The analysis technique in this study uses a multiple regression analysis with help from a program named SPSS. The analysis technique in this study uses a multiple regression analysis with help from a program named SPSS. The analysis technique in this study uses a multiple regression analysis with help from a program named SPSS.

The result of this study indicate that the free cash flow negative effect on earnings management. Meanwhile, size of auditor firm, auditor firm industry specialization, client importance and audit tenure has no significantly impact on earning management.

Keywords : Earnings management, free cash flow, size of auditor firm, auditor firm industry specialization, auditor independence, client importance

(6)

vi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh arus kas bebas, ukuran KAP, spesialisasi industri KAP, audit tenur dan independensi auditor terhadap manajemen laba. Pengukuran independensi auditor menggunakan client importance. Pengukuran manajemen laba diukur dengan jumlah discretionary accruals yang dimiliki oleh perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek selama tahun 2009-2011. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode pursposive sampling.

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 138 sampel penelitian. Akan tetapi, dalam pengelolahan data terdapat 30 sampel sebagai outlier yang harus dihapuskan, sehingga jumlah sampel akhir yang layak dijadikan sampel penelitian adalah 108. Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan program bernama SPSS.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa arus kas bebas berpengaruh negative terhadap manajemen laba. Sementar itu ukuran KAP, spesialisasi industri KAP, audit tenur dan client importance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Kata Kunci : manajemen laba, arus kas bebas, ukuran KAP, spesialisasi industri KAP, audit tenur, independensi auditor, client importance.

(7)

vii

“ All is well” (Three Idiots)

“Be Joyful in hope, patient in affliction, faithful in prayer” ( Romans 12:12)

Skripsi ini saya persembahkan untuk : Papa dan Mama Keluarga Akuntansi Reguler 2 Undip 2009

(8)

viii Berkah Dalem,

Puji syukur penulis panjatkan Kehadiratan Tuhan Yesus atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Arus Kas Bebas, Ukuran KAP, Spesialisasi Industri KAP, Audit Tenur dan Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba sebagi syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada program Sarjana Universitas Diponegoro.

Selama penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin berterima kasih kepada :

1. Prof. Drs. Mohamad Nasir, M.Si., Akt., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro.

2. Prof. Dr. Muchamad Syafruddin, M.Si., Akt selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro. 3. Dr Etna Nur Afri Yuyetta, S.E., M.Si., Akt selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan arahan, masukan, dan saran selama penyusunan skripsi. Terima Kasih telah sabar membimbing penulis selama ini.

4. Andri Prastiwi, S.E., M.Si, Akt, selaku dosen wali yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis selama kuliah.

(9)

ix

6. Staf, Karyawan Perpustakaan dan Karyawan Jurusan Akuntansi khususnya Mbak Novita Dewi Ambarwati yang telah membantu dan direpotkan penulis.

7. Keluarga Tercinta; Bapak Theodorus Kono ayah pekerja keras tak kenal lelah dan Ibu Elisabeth Haryani yang selalu memotivasi, nasihat dan doa. 8. Simbah Kakung dan Mbah Putri, Budhe Rini, Om John dan Budhe Tus,

Budhe Sulis dan Om Max, Tante Yul dan Om Sam, Lek Esti dan Om Macho, Lek Agus, Lek Wati dan Om Berto yang selalu mendoakan. 9. Pak Dhe Gab dan Mama Marta yang datang dari Timor untuk

mendukungku.

10. Bapak Ani Augusty Fernandy dan Mama ani Agustina sebagai Bapak dan Ibu Baptis yang selalu memberikan motivasi, nasihat dan doa.

11. Kakak-kakakku; Bunda Grace menemani malam-malamku, Mbak As selalu mengingatkanku untuk menjadi dewasa, Mbak Pretty memberikan masukan skripsiku dan teman galau percintaan, Mbak Metty selalu mengajarkan ku menjadi wanita, Mbak Evi wanita pekerja keras yang menjadi panutanku, dan Mbak Ance, Mbak Noni, Mbak Inggrid.

(10)

x Agape, Adi, Grace, dan Nana.

13. Keponaan-keponaanku; Austin usil yang selalu ngangenin, Juan yang beranjak dewasa, Wenlin, Chelse, Macho, Gian, Bella, Max, Elvis, Tasya. 14. Susi Ika, Susi Dosy, Susi Sella, dan Nitya Purusharta, Albertus Tiananta,

Andreas Anggit sahabat-sahabatku, yang selalu mendukung dan mendoakan.

15. Glory Sianipar, sahabatku sejak masuk kuliah sampai sekarang, selalu mendukung, memberikan nasihat, saling bertukar pikiran dan selalu sabar menghadapiku.

16. Achie dan Didot, sahabatku yang bertemu karena perbedaan antara kita dan hati yang tulus untuk bersahabat.

17. Sahabat PAYUNG; Eyang Uti Santi (Si galau akhirnya sembuh), Anas (Devil yang baik), Rino (Wajah galak hati lembut), Hemi, Bima (Lelaki Avaliable), Yudha Kucing, Galih, Dimas, Bang David (Jiwa Vespa sejati), Mbah Adit, Geygy, Dedy, Wibi (Penyelamat data skripsiku), dan Surip; persahabatan kita yang timbul tanpa banyak syarat dan persamaan.

18. Teman-teman kelas B regular 2 Akuntansi 2009; Okta (Pejuang Cinta sejati), Riris ( Si cantik yg kurang PD), Mbak Yuyun, Tiak, Fani, Anis, Ratih, Ummu, Sika, Putri, Sinta, Chesna, Velli, Mbak Itto, Dhilla, Mega.

(11)

xi

dan Fahry yang selalu memberikan support satu sama lain.

21. Luky, Mayco yang mau meluangkan waktu untuk mengajarkan SPSS dan Wibi yang menyelamatkan data skripsi saya.

22. Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan penulis selama penyusunan skripsi ini, sehingga saran dan kritik diharapkan untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Salam Damai

Semarang, 9 Juli 2013 Penulis

(12)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... iv

ABSTRACT... v

ABSTRAK ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4 Sistematika Penulisan ... 11

(13)

xiii

2.1.3 Discretionary Accrual ... 24

2.1.4 Arus Kas Bebas ... 26

2.1.5 Ukuran KAP ... 27

2.1.6 Spesialisasi Industri KAP ... 28

2.1.7 Audit Tenur ... 29 2.1.8 Independensi Auditor ... 31 2.1.8.1 Client Importance ... 32 2.2. Penelitian Terdahulu ... 33 2.3. Kerangka Pemikiran ... 38 2.4.Hipotesis ... 40

2.4.1.Pengaruh Arus Kas Bebas terhadap Manajemen Laba... 40

2.4.2.Pengaruh Ukuran KAP terhadap Manajemen Laba ... 41

2.4.3.Pengaruh Spesialisasi Industri KAP terhadap Manajemen Laba ... 42

2.4.4.Pengaruh Audit Tenur terhadap Manajemen Laba... 44

2.4.5.Pengaruh Client Importance terhadap Manajemen Laba .... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

(14)

xiv

3.1.2.Variabel Independen... 49

3.1.2.1.Arus Kas Bebas ... 49

3.1.2.2.Ukuran KAP... 51

3.1.2.3.Spesialisasi Industri KAP ... 52

3.1.2.4.Audit Tenur ... 53

3.1.2.5.Independensi Auditor ... 53

3.1.3.Definisi Operasional Skripsi... 54

3.2.Populasi dan Sampel ... 57

3.3.Jenis dan Sumber Data ... 58

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 58

3.5.Metode Analisis ... 58

3.5.1.Analisis Statistik Deskriptif... 58

3.5.2.Uji Asumsi Klasik ... 59

3.5.2.1.Uji Normalitas ... 59

3.5.2.2.Uji Multikolinearitas ... 60

3.5.2.3.Uji Heteroskedastisitas ... 60

3.5.2.4.Uji Autokorelasi ... 61

3.5.3.Analisis Regresi Berganda ... 61

3.5.4.Uji Hipotesis... 63

(15)

xv

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 65

4.2.Statistik Deskriptif ... 66

4.3.Hasil Uji Asumsi Klasik ... 69

4.3.1.Uji Normalitas ... 69 4.3.2.Uji Multikolinearitas ... 72 4.3.3.Uji Heteroskedastisitas ... 73 4.3.4.Uji Autokorelasi ... 74 4.4.Pengujian Hipotesis ... 76 4.4.1.Koefisiensi Determinasi ... 76 4.4.2.Uji Statistik F... 77 4.4.3.Uji Statistik t... 78 4.5.Intrepetasi Hasil ... 81

4.5.1.Pengaruh Arus Kas Bebas terhadap Manajemen Laba... 81

4.5.2.Pengaruh Ukuran KAP terhadap Manajemen Laba ... 82

4.5.3.Pengaruh Spesialisasi Industri KAP terhadap Manajemen Laba ... 83

4.5.4.Pengaruh Audit Tenur terhadap Manajemen Laba... 85

(16)

xvi 5.1.Kesimpulan ... 87 5.2.Keterbatasan ... 88 5.3.Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN... 94

(17)

xvii

Tabel 4.2 Jumlah Sampel Perusahaan Berdasarkan Jenis Industri ... 66

Tabel 4.3 Data Statistik Deskriptif... 67

Tabel 4.4 Uji Normalitas Kolmogorov- Smirnov ... 70

Tabel 4.5 Uji Normalitas Kolmogorov- Smirnov ... 71

Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas ... 72

Tabel 4.7 Uji Heteroskedatisitas ... 74

Tabel 4.8 Uji Autokorelasi... 75

Tabel 4.9 Uji Koefisien Determinasi ... 76

Tabel 4.10 Uji Statistik F ... 77

(18)

xviii

(19)
(20)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi dan kinerja keuangan suatu entitas dalam suatu periode. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pihak-pihak eksternal seperti investor, kreditor, pelanggan dan masyarakat luas. Laporan ini digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Oleh karena itu seluruh informasi yang terdapat laporan keuangan harus relevan, reliable dan tidak terdapat kesalahan material sehingga tidak menyesatkan pengguna dalam menginterpretasikannya.

Laporan keuangan yang relevan artinya informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat membantu pemakai laporan keuangan untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan memprediksi peristiwa masa depan. Salah satu informasi laporan keuangan yang menjadi pusat perhatian pemakai laporan keuangan adalah informasi laba (Beattie et al., 1994). Laba dapat digunakan untuk menaksir resiko dalam investasi dan dasar pembagian deviden, akibatnya pemakai laporan keuangan sering menyoroti laba perusahaan. Nurika (2010) menguatkan bahwa pasar memberikan respon positif terhadap informasi laba perusahaan.

(21)

Pemakai laporan keuangan melihat laba perusahaan sebagai salah satu indikator pengukuran kinerja manajemen (Suranta dan Merdistusi, 2004). Laba yang meningkat merupakan indikasi meningkatnya kinerja manajemen, dan sebaliknya. Manajemen menyadari bahwa pemakai laporan keuangan cenderung memperhatikan laba, khususnya manajemen yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi laba perusahaan. Hal ini mendorong manajemen melakukan manajemen laba. Konsep manajemen laba dapat menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory), yang isinya menyatakan bahwa pratik manajemen laba dipengaruhi antara kepentingan antara manajemen dengan principal yang timbul karena setiap pihak berusaha mencapai keinginan masing-masing (Salno dan Baridwan, 2000). Manajemen melakukan manajemen laba karena mengharapkan adanya manfaat dari tindakan tersebut dan mengantisipasi kejadian tidak terduga.

Motivasi manajemen melakukan manajemen adalah adanya program bonus, perusahaan akan go public, motivasi perjanjian utang, pergantian CEO, meningkatkan kepercayaan kreditor dan investor, ataupun menghindari pajak dan kebijakaan pemerintah (Scoot, 2006). Menurut Scoot (2006), manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari Standar Akuntansi Keuangan yang ada dan secara alamiah dapat memaksimalkan utilitas mereka atau nilai pasar perusahaan. Manajemen memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk modifikasi laba yang dilaporkan (Halim et al., 2005). Laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual memberi

(22)

kesempatan bagi manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pelaporan laba. Manajemen laba dapat terjadi dengan cara pemanfaatan transaksi akrual, perubahan metode akuntansi, menggeser periode biaya atau pendapatan dan penerapan suatu kebijakan.

Salah satu cara manajemen melakukan manajemen laba dengan cara perubahan metode akuntansi, contohnya : mengubah metode depresiasi aktiva dari metode angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. Manajemen juga mempengaruhi laba melalui judgement terhadap estimasi akuntansi, antara lain estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap dan amortisasi aktiva tak berwujud. Manajemen mungkin juga memanfaatkan arus kas bebas untuk melakukan manajemen laba. Bukit dan Iskandar (2009) menyatakan perusahaan memiliki surplus arus kas bebas cenderung memiliki manajemen laba lebih tinggi.

Jaggi dan Gul (dalam Fitriyah, 2011) menyatakan salah satu penyebab muncul konflik keagenan yang akan menyebabkan timbulnya agency cost adalah arus kas bebas. Arus kas bebas adalah kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) atau investasi pada aset tetap (Ross, dalam Akhmad 2011). Arus kas bebas positif berfungsi untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan dividen, sedangkan arus kas negatif berarti sumber dana internal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi perusahaan.

(23)

Chung (dalam Akhmad, 2011) mengatakan perusahaan yang memiliki surplus arus kas bebas menghadapi masalah keagenan yang lebih besar. Masalah keagenan muncul ketika prinsipal menginginkan arus kas bebas dibagikan untuk memaksimalkan atau menyeimbangkan pendapatan saham dalam bentuk investasi yang menguntungkan (Jensen, dalam Akhmad 2011). Di sisi lain manajemen menginginkan arus kas bebas digunakan untuk memperbesar perusahaan melebihi ukuran optimalnya sehingga mereka tetap melakukan investasi yang terkadang memberikan net present value negatif. Prinsipal akan merasa bahwa manajemen tidak memberikan informasi sebenarnya dan tidak mampu memberikan keuntungan kepada pemilik perusahaan.

Tindakan manajemen tidak memberikan informasi sebenarnya karena kurangnya sistem pengawasan yang efektif atau tindakan disipliner oleh pemakai laporan keuangan. Manajemen memanfaatkan kesempatan untuk melakukan manajemen laba. Pengawasan manajemen dapat dilakukan oleh auditor independen. Auditor independen memiliki tugas mengungkap kesalahan saji materi dan asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pemakai laporan keuangan, salah satunya manajemen laba.

Auditor independen sebagai pihak internal yang bersikap netral terhadap manajemen dan investor, sebaiknya memiliki kualitas auditor yang baik agar dapat mengungkap kesalahan saji materi pada laporan keuangan. Akhir-akhir ini kualitas auditor sering dipertanyakan kemampuannya karena terjadinya kasus-kasus

(24)

kegagalan audit. Kegagalan audit pada perusahaan terkemuka seperti Enron, Worldcom, dan Xerox yang melibatkan banyak pihak, seperti: CEO, Komisaris, Komite audit, bahkan auditor internal dan eksternal. Kejadian ini menyebabkan profesi akuntan publik mendapat kritikan dan menyebabkan kualitas audit seorang auditor dipertanyakan. Investor menjadi mempertanyakan kemampuan auditor dalam mengungkap manajemen laba.

Kegagalan audit tersebut menimbulkan banyak penelitian tentang pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba. Pemerikaan laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor memiliki kualitas yang berbeda-beda. Indriani (2010) mengatakan bahwa audit yang berkualitas tinggi bertindak sebagai pecegah manajemen laba yang efektif, karena reputasi manajemen akan hancur dan nilai perusahaan akan turun bila pelaporan yang salah ini terdeteksi dan terungkap. Ratmono (2010) juga berpendapat bahwa auditor yang berkualitas mampu mendeteksi tindakan manajemen laba yang dilakukan klien, sehingga manajemen akan cenderung melakukan pembatasan terhadap besarnya manajemen laba.

Ada beberapa cara untuk mengukur kualitas auditor baik. Salah satunya adalah ukuran dari Kantor Akuntan Publik (KAP), yaitu KAP big four dan KAP non-big four. Krishnan (2003) menunjukkan bahwa auditor KAP non-big four lebih baik dalam menghambat klien melakukan manajemen laba dibandingkan dengan KAP non-big four, dan klien KAP non-big four memiliki jumlah discretionary accrual lebih tinggi. Luhgiatno (2010) menemukan bahwa unexpected accruals akan

(25)

berkurang jika perusahan yang telah mengalami go public menggunakan KAP big four.

Kualitas auditor juga dapat dilihat melalui spesialisasi industri auditor. Spesialisasi industri auditor merupakan dimensi dari kualitas audit, sebab pengetahuan dan pengalaman auditor tentang industri merupakan salah satu elemen dari keahlian auditor. Auditor spesialis industri diyakini mampu mendeteksi kesalahan-kesalahan secara lebih baik pada perusahaan industri tertentu. Oleh karena itu, penggunaan auditor dengan spesialisasi industri diharapkan akan membantu mengekang manajemen laba.

Bedard (dalam Krishnan, 2003) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman dalam industri manufaktur lebih memiliki kemampuan dalam mengenali kesalahan data perusahaan manufaktur klien dibandingkan dengan auditor yang memiliki sedikit pengalaman dalam industri manufaktur. Zhou (dalam Mahdi Safari, 2011) berpendapat bahwa discretionary accrual klien auditor spesialisasi industri lebih rendah dari discretionary accrual non-spesialisasi industri klien. Argumen ini menunjukkan bahwa auditor dengan keahlian industri lebih kemungkinan untuk mendeteksi kekeliruan dan penyimpangan dari auditor tanpa keahlian industri, terutama di tahun-tahun awal penugasan audit.

Studi mengenai spesialisasi industri auditor masih sedikit dilakukan di Indonesia. Hal ini juga mendorong penulis untuk membahas spesialisasi industri yang terjadi di Indonesia. Penelitian mencoba menjawab pertanyaan apakah auditor

(26)

spesialisasi industri di Indonesia dapat memberikan pengaruh positif bagi kualitas laporan keuangan yang dilihat dari sisi kualitas laba yang dilaporkan.

Salah satu pengukuran kualitas audit yang masih hangat dibicarakan adalah audit tenur. Sejak terjadi kegagalan audit pada perusahaan Enron (2000) di Amerika Serikat sempat mengejutkan banyak pihak dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas auditor. Hal ini terjadi karena keterlibatan kantor akuntan publik internasional Arthur Andersen dalam kasus Enron. KAP Arthur Andersen melakukan tugas pengauditan keuangan Enron selama hampir 20 tahun. Hal ini mendorong munculnya sebuah undang-undang yang dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act 2002. Sarbanes-Oxley Act 2002 yang biasa disebut SOX, SOA atau SarbOx bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan investor pasca skandal akuntansi dan kebangkrutan perusahaan-perusahaan besar di Amerika. Salah satu undang-undangnya mengatur tentang lamanya masa penugasan KAP, bahwa auditor harus mengganti partner jika satu partner telah memimpin audit pada satu klien selama lima tahun.

Di Indonesia, Menteri Keuangan menetapkan Keputusan Menteri Keuangan nomor: 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik yang direvisi dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor 359/KMK.06/2003 tanggal 21 Agustus 2003 mewajibkan perusahaan untuk membatasi masa penugasan KAP selama lima tahun dan auditor independen selama tiga tahun. Pada tahun 2008, ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan No. 17 tahun 2008, berisi tentang batasan masa pemberian jasa

(27)

audit selama tiga tahun untuk auditor independen dan enam tahun untuk KAP. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah pengaruh audit tenur terhadap kualitas laba perusahaan perusahaan di Indonesia.

Penelitian Ahmed Ebrahim (2001) menyatakan audit tenur berhubungan negatif dengan besarnya discretionary accrual. Hal ini menunjukkan auditor dengan audit tenur yang lebih lama menjadi lebih akrab dengan operasi dan keuangan klien. Lama hubungan auditor-klien memiliki potensi untuk menciptakan kedekatan antara auditor dan klien, dan hal ini cukup untuk mencegah independensi auditor dan mengurangi kualitas audit (Al-Thuneibat et al., 2010). Penelitian serupa juga dilakukan oleh Myers et al,. (2003) dan Al-Thuneibat et al,. (2010), namun dengan temuan yang berbeda. Mereka menemukan bahwa pembatasan tenur audit akan memberikan kualitas audit yang lebih baik. Hasil penemuan yang berbeda ini mendorong penulis untuk menjadikan audit tenur menjadi objek penelitian.

Kualitas auditor yang baik sebaiknya memiliki sikap independensi. Independensi artinya adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan objektif yang tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2001). Jika auditor memiliki sikap independensi, maka diharapkan bisa menemukan salah saji dalam laporan keuangan manajemen termasuk manajemen laba. Pengukuran independesi auditor bermacam-macam, salah satunya dengan client importance.

(28)

Client importance masih jarang diteliti di Indonesia. Client importance merupakan ukuran dari kualitas audit untuk menguji kecenderungan auditor memiliki ketergantungan ekonomi pada klien sehingga dapat mengurangi independensi auditor. Chi et al., (2011) juga berargumen semakin penting klien bagi auditor/KAP, semakin rendah kualitas audit karena adanya faktor ketergantungan ekonomi. Faktor ketergantungan ekonomi, dapat mendorong auditor melakukan apa saja yang diminta manajemen. Hal ini mengakibatkan turunnya kualitas laporan keuangan dan kualitas auditor tersebut.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Antonius (2012) menunjukkan Kantor Akuntan Publik memiliki tingkat ketergantungan ekonomi terhadap klien, namun Kantor Akuntan Publik tetap dapat menjaga reputasinya (reputation protection). Hasil penelitian membuktikan dengan adanya pengaruh negatif ketergantungan ekonomi dengan manajemen laba akrual. Hasil penelitian yang berbeda ini mendorong penulis memasukkan client importance sebagai proksi dari independensi auditor

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena selama ini arus kas bebas dan kualitas audit diuji secara terpisah. Arus kas bebas biasanya diuji terpisah dengan kualitas audit karena arus kas bebas biasanya dihubungkan kinerja perusahaan dan kesempatan investasi. Di sisi lain kualitas auditor biasanya diuji secara terpisah dengan variabel lainnya, mungkin karena posisi auditor sebagai pihak penengah antara manajemen dengan investor. Maka penulis tertarik

(29)

mengkombinasikan arus kas bebas dan kualitas audit terhadap manajemen laba. Selain itu kualitas audit diproksikan dengan ukuran KAP, spesialisasi industri KAP, audit tenur, dan independensi auditor. Penelitian mengenai arus kas bebas dan kualitas audit ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris apakah adanya pengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan latar belakang masalah di ats, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Arus Kas Bebas dan Ukuran KAP, Spesialisasi Industri Auditor, Audit Tenur, Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka mendorong perumusan masalah berikut ini: 1. Apa arus kas bebas dapat mempengaruhi manajemen laba?

2. Apakah ukuran KAP dapat mempengaruhi manajemen laba?

3. Apakah spesialisasi industri KAP dapat mempengaruhi manajemen laba? 4. Apakah audit tenur dapat mempengaruhi manajemen laba?

5. Apakah independensi auditor mempengaruhi manajemen laba?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari permasalahan yang telah dirumuskan tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah :

(30)

1. Untuk menganalisis pengaruh arus kas bebas terhadap manajemen laba

2. Untuk menganalisis pengaruh ukuran KAP terhadap manajemen laba

3. Untuk menganalisis pengaruh spesialisasi industri auditor terhadap manajemen laba

4. Untuk menganalisis pengaruh audit tenur terhadap manajemen laba 5. Untuk menganalisis independensi auditor terhadap manajemen laba

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut, yaitu:

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat menjadi masukan sekaligus acuan dalam mencermati arus kas bebas perusahaan dan kualitas KAP yang digunakan dalam proses audit untuk meningkatkan kredibilitas informasi laba yang dihasilkan dalam laporan keuangan.

2. Bagi Investor

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi investor dalam membuat keputusan investasi pada suatu perusahaan.

(31)

3. Bagi Penelitian Mendatang

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitan mendatang mengenai arus kas bebas, ukuran KAP, spesialisasi industri KAP, audit tenur, dan independensi auditor dalam pengaruhnya terhadap manajemen laba.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang gambaran secara menyeluruh mengenai isi penelitian dan gambaran permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang landasan teori dan penelitian terdahulu. Kemudian dari landasan teori dan penelitian terdahulu dapat terbentuk hipotesis dan kerangka penelitian yang melandasi penelitian ini.

(32)

Bab ini berisi tentang deskripsi variabel- variabel yang akan diuji dalam penelitian tentang arus kas bebas, ukuran KAP, spesilisasi industri KAP, audit tenur dan independensi auditor, metode pengumpulan data, serta teknik analisi data.

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang deskripsi objek penelitian yang terdiri dari deskripsi variabel dependen dan independen yang digunakan dalam penelitian tentang arus kas bebas, ukuran KAP, spesilisasi industri KAP, audit tenur dan independensi auditor. Selain itu, bab ini juga menguraikan tentang analisis data dan interpretasi data berdasarkan alat dan teknik analisi yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB V: PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian ini yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian yang akan datang tentang kelengkapan kualitas audit.

(33)

14 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Teori keagenan timbul ketika pemilik perusahaan tidak mampu mengelola perusahaan sendiri, sehingga pemilik harus melakukan kontrak dengan agent untuk menjalankan perusahaan. Jensen dan Mackling (1976) mengemukakan teori yang menjelaskan tentang konflik kepentingan antara agent dan principal sering disebut teori keagenan (agency theory). Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan (manajemen) dan kepemilikian (principal) akan rentan terhadap masalah agensi (agency problem) (Lambert, 2001).

Masalah agensi adalah masalah yang timbul karena konflik kepentingan antara agent dan principal. Manajemen menjalankan semua aktivitas bisnis

perusahaan, sehingga perlu membuat laporan untuk

mempertanggungjawabkan kinerja dan bisnis yang dijalankan kepada principal. Di sisi lain manajemen berkeinginan untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka. Widyaningdyah (2001) mengatakan agency theory

(34)

memiliki asumsi bahwa sifat dasar manusia semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent.

Einsenhard ( dalam Akhmad, 2011 ), menyatakan bahwa adanya asumsi yang mengenai sifat dasar manusia : (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi manusia mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Ketiga sifat tersebut menyebabkan informasi yang dihasilkan oleh satu individu untuk individu lain selalu dipertanyakan reabilitasnya. Berdasarkan asumsi mengenai sifat dasar manusia, manajemen mungkin tidak menyampaikan kondisi perusahaan yang sebenarnya kepada prinsipal. Kejadian ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (Ujiyantho dan Pramuka,2007).

Scott (2006) menyatakan apabila beberapa pihak yang terkait dalam transaksi bisnis lebih memiliki informasi daripada pihak lainnya, maka kondisi tersebut dikatakan sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi dapat berupa informasi yang terdistribusi dengan tidak merata diantara agent dan principal, serta tidak mungkinnya principal untuk mengamati secara langsung usaha yang dilakukan oleh agent. Tindakan memonitor dan kontrol yang dilakukan principal untuk mengawasi perilaku manajemen, akan menimbulkan agency cost.

(35)

Jaggi dan Gul (dalam Fitriyah,2011) menyatakan salah satu penyebab muncul konflik keagenan yang akan menyebabkan timbulnya agency cost adalah arus kas bebas. Hal ini terjadi karena ada perbedaan kepentingan antara principal dan manajer. Prinsipal menginginkan sisa dana tersebut ( arus kas bebas) dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Di sisi lain manajer berkeinginan arus kas bebas digunakan untuk memperbesar perusahaan melebih ukuran optimalnya meskipun investasi tersebut memberikan net present value negatif. Keputusan ini dinilai tidak berpihak pada prinsipal.

Selain agency cost, masalah agensi menyebabkan agent cenderung melakukan perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behaviour). Salah satu disfunctional behaviour yang dilakukan agent adalah pemanipulasian data dalam laporan keuangan agar sesuai dengan harapan principal meskipun laporan tersebut tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Schipper ( dalam Muhammad Dahlan, 2009) menyatakan bahwa kepentingan manajemen ke atas perusahaan yang menyebabkan terjadinya manipulasi laporan keuangan, misalnya praktik manajemen laba.

Manajemen laba dapat menyebabkan penurunan kualitas pelaporan keuangan karena manajemen laba cenderung untuk menyediakan informasi yang menyesatkan para pengguna laporan keuangan (Hearly dan Wahlen, 2009). Oleh karena itu proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan

(36)

ketidaksesuaian informasi yang wujud diantara manajemen dan pemegang saham dengan menggunakan pihak lain adalah auditor untuk mengesahkan laporan keuangan (DeAngelo, 1981). Adanya proses pengauditan oleh pihak ketiga yang independen sebagai mediator hubungan antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manajemen agar bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal.

Auditor merupakan pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal dan manajer dalam mengelola keuangan perusahaan. Auditor dapat menjadi mekanisme pengendalian terhadap manajemen agar manajemen menyajikan informasi keuangan secara andal, dan terbebas dari praktik kecurangan akuntansi (Nuryaman,2008). Tugas auditor adalah memberikan penilaian secara independen dan profesional atas kehandalan dan kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan. Dalam usahanya untuk mengesahkan laporan keuangan klien, auditor diharapkan dapat mempertahankan kualitas audit dari pengaruh apapun yang dapat mempengaruhi penilaiannya.

Teori keagenan menjelaskan bahwa seorang auditor dengan kualitas audit yang tinggi akan memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan (Becker et al., 2010) . Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor diharapkan dapat dipercaya dan digunakan oleh pihak principal. Selain itu, teori

(37)

keagenan menjelaskan variabel arus kas bebas, bahwa arus kas bebas dapat menimbulkan masalah agensi karena adanya konflik kepentingan antara manajemen dan principal (Akhmad, 2011). Manajemen bisa memanfaatkan surplus arus kas bebas untuk melakukan investasi yang sia-sia demi kepentingan pribadi.

2.1.2 Manajemen Laba

Defond (1997) menyatakan manajemen laba merupakan suatu upaya yang dipraktikan bagi perataan pendapatan. Pendapatan yang dilaporkan dalam laporan keuangan tersebut bukanlah pendapatan yang diperoleh pada periode itu saja akan tetapi merupakan perataan pendapatan baik bagi periode sekarang maupun periode akan datang. Sedangkan Scoot (2006) mengatakan manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari Standar Akuntansi Keuangan yang ada dan secara alamiah dapat memaksimalkan utilitas mereka atau nilai pasar perusahaan. Laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual memberi kesempatan bagi manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pelaporan laba.

Menurut Hearly (dalam Muhammad Dahlan, 2009) manajemen laba merupakan upaya yang dipraktikan oleh manajemen dengan menggunakan penilaian dan penyesuaian-penyesuaian dalam proses pembuatan laporan

(38)

keuangan. Penilaian dan penyesuaian dapat berupa mengubah (memanipulasi) laporan keuangan untuk menyesatkan pengguna. Laporan keuangan yang ada menjadi tidak lagi mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

Berdasarkan definisi yang diungkapkan diatas, manajemen laba merupakan upaya manajemen memanipulasikan laporan keuangan bagi kepentingannya dengan memanfaatkan sistem akuntansi akrual. Manajemen pasti memiliki alasan mengapa melakukan manajemen laba. Watt dan Zimmerman (dalam Akhmad, 2011) mengungkapkan teori akuntansi positif yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba:

(1) Hipotesis Program bonus (the bonus plan hypotesis)

Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitas yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.

(2) Debt to Equity Hypothesis

Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal

(39)

(3) Political cost Hypothesis

Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarekan laba yang tinggi akan segera mengambil tindakan, misalnya: mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan dan lain-lain.

Manajemen membutuhkan pola atau cara untuk manajemen laba. Menurut Scoot (2006) terdapat empat pola manajemen laba yaitu :

(1) Taking a bath

Hal ini terjadi selama periode dimana terjadi tekanan dalam organisasi atau reorganisasi, misalnya pergantian direksi. Bila teknik ini digunakan maka biaya-biaya yang ada pada periode yang akan datang diakui pada periode berjalan. Ini dilakukan bila kondisi yang tidak menguntungkan dan tidak bisa dihindari. Akibatnya laba pada periode yang akan datang menjadi tinggi meksi kondisi sedang tidak menguntungkan.

(2) Income maximization

Maksimalisasi laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar. Selain itu tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran terhadap kontrak hutang jangka panjang

(40)

(3) Income minimization

Cara ini hampir sama dengan taking a bath namun tidak ekstrim. Cara ini dilakukan pada saat profibilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud mengurangi kemungkinan munculnya biaya politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan barang modal dan aktiva tidak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan serta pembebanan biaya riset.

(4) Income smoothing

Perusahaan cenderung lebih memilih untuk melaporkan trend pertumbuhan laba yang stabil daripada perubahaan laba yang meningkat/menurun secara drastis.

Manajemen dalam melakukan manajemen laba semestinya memiliki motivasi. Motivasi manajemen laba menurut Scott (2006) adalah sebagai berikut :

1) Bonus Purpose

Laba sering dijadikan indikator penilaian prestasi manajer perusahaan, motivasi bonus merupakan dorongan bagi manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang diperolehnya untuk mendapatkan bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut, jika laba

(41)

lebih rendah daripada laba yang ditetapkan maka akan mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba, dengan cara meningkatkan tingkat laba yang harus dicapai dalam periode tertentu.

2) Other Contractual Motivations

Motivasi ini muncul ketika perusahaan melakukan perjanjian utang yang berisikan perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman dari aksi manajer yang tidak sesuai dengan kepentingan investor, seperti deviden yang berlebihan, pinjaman tambahan, Pelanggaran perjanjian dapat mengakibatkan biaya tinggi, maka manajer perusahan akan berusaha untuk menghindarinya dengan perjanjian yang telah disepakati.

3) Political Motivations

Motivasi ini terjadi pada perusahaan-perusahaan besar dan industri strategis yang cenderung menurunkan laba visibilitasnya, khususnya selama periode kemakmuran tinggi. Tindakan ini diperoleh untuk mengurangi biaya politis dan pengawasan dari pemerintah, memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah, misalnya subsidi, perlindungan dari pesaing luar negeri, untuk meminimalkan tuntutan serikat buruh.

(42)

4) Taxation Motivations

Dalam hal ini manajer berusaha menurunkan laba untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayar. Karena laba berbanding lurus dengan beban pajak, apabila laba semakin besar maka beban pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan semakin tinggi. Untuk menghindari hal tersebut maka perusahaan akan melakukan manajemen laba agar laba yang dilaporkan kepada fiscal lebih rendah sehingga akan mengurangi beban pajak yang akan ditanggunganya.

5) Changes of CEO ( Chief Executive Officer)

Motivasi ini terjadi ketika dalam kasus pergantian manajer biasanya diakhir tahun tugasnya, manajer akan melaporkan laba yang tinggi, sehingga CEO yang baru merasa sangat berat untuk mencapai tingkat laba tersebut atau ketika pimpinan perusahaan yang mempunyai kinerja buruk sehingga mereka akan melakukan manajemen laba untuk menunda pemecatan agar pimpinan tersebut mempunyai cukup waktu untuk memperbaiki kinerjanya.

6) Initial Public Offering ( IPO)

Perusahaan yang baru saja menerbitkan saham perdana (IPO) belum bisa memiliki harga pasar saham yang mapan. Cara untuk

(43)

mempengaruhi pasar adalah dengan memberikan informasi net income sehimgga pasar memberikan respon positif terhadap harga saham.

7) To Communicate Information to investors

Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

2.1.3 Dicretionary Accrual

Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuangan menggunakan akuntansi akrual. Akuntansi berbasis akrual menggunakan prosedur akrual, deferral, pengalokasian yang tujuannya untuk menghubungkan pendapatan, biaya, keuntungan dan kerugian, yang menggambarkan kinerja perusahaan selama periode berjalan,meski kas belum diterima dan dikeluarkan (Sulistyanti, 2008). Hal ini sesuai dengan definisi akutansi berbasis akrual yang dikeluarkan oleh Financial Accounting Board Standard (FASB), yaitu :

Accrual accounting attempts to record the financial effects on an entity of transactions and other events and circumstances have the cash consequences for the entity in the periods in which those transactions, events, and sircumstances occur rather than only in the periods in which cash is received or paid by the entity (SFAC No. 6 paragraf 139).

(44)

Metode akrual membuat perusahaan dapat menunda pendapatan periode berjalan menjadi pendapatan periode berikutnya, meskipun kas telah diterima. Artinya perusahaan dapat mengakui pendapatan pada periode tertentu walaupun kas akan baru diterima pada periode yang akan datang. Hal ini mengakibatkan munculnya account akrual dalam laporan keuangan, misalnya piutang dagang, pendapatan diterima dimuka, hutang biaya, biaya depresiasi, dan biaya yang dikeluarkan dimuka, biaya cadangan dan lain-lain.

Menurut De Angelo (dalam Muhammad Dahlan, 2009) sistem akuntansi akrual memberi kesempatan bagi manajemen untuk memanipulasikan laba akuntansi. Konsep akrual dapat dibagi dua yaitu discretionary accrual dan non-discretionary accrual. Discretionary accrual merupakan komponen akrual yang dapat dimanipulasi oleh manajemen dan biasanya untuk mencapai tingkat pendapatan yang diinginkan. Manajer dapat merekayasa discretionary accrual, misalnya kebebasan menentukan estimasi dan memilih depresiasi aktiva tetap, menentukan estimasi presentase jumlah piutang tak tertagih, memilih metode penentuan jumlah persediaan, karena manajemen memilki kemampuan pengawasan dan tindakan. Semakin besar manajemen laba dalam perusahaan, semakin tinggi tingkat discretionary accrual dalam perusahaan tersebut.

(45)

2.1.4 Arus Kas Bebas

Ross et.al. (dalam Akmad, 2011 ) mendefinisikan free cash flow sebagai kas perusahaan yang dapat didistribusi kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) atau investasi pada aset tetap. Free cash flow digunakan untuk penggunaan akuisis dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan, pembayaran hutang dan pembayaran kepada pemegang saham dalam bentuk deviden. Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan pembayaran deviden. Pertumbuhan dan fleksibilitas keuangan bergantung pada ketersediaan arus kas bebas.

Free cash flow memiliki manfaat untuk menyiasati pasar dan meningkatkan nilai perusahaan dengan dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada investor. Jika perusahaan melakukan pengeluaran modal, free cash flow akan menunjukan dengan jelas mengenai perusahaan manakah yang masih mempunyai kemampuan di masa depan dan yang tidak. Free cash flow dikatakan mempunyai kandungan informasi bila free cash flow memberi sinyal bagi pemegang saham (Rosdini, 2009).

Free cash flow (arus kas bebas) dapat dihitung dari laporan arus kas. Jika free cash flow dari perusahaan adalah positif (FCF ≥ 0) maka keuangan

(46)

perusahaan dalam kondisi yang baik. Free cash flow negatif (FCF ≤ 0) menunjukkan perusahaan mengeluarkan saham untuk menambah modal. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya keuntungan per saham dari perusahaan tersebut.

2.1.5 Ukuran KAP

Ukuran KAP adalah besar kecilnya perusahaan audit. Ada empat kelebihan skala auditor menurut Firth & Liau Tan (1998), yaitu:

1. besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP;

2. banyaknya ragam jasa yang ditawarkan;

3. luasnya cakupan geografis, termasuk adanya afiliasi international;

4. banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP

Menurut De Angelo (dalam Muhammad Dahlan, 2009), ukuran auditor akan berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dengan demikian, diperkirakan bahwa dibandingkan dengan KAP kecil, KAP besar mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam melakukan audit, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi. Kualitas audit yang lebih tinggi, diharapkan dapat menemukan dan melaporkan kesalahan yang ditemukan.

(47)

Beberapa penelitian mengenai hubungan ukuran KAP dengan manajemen laba. Becker et al., (1998), Francis et al., (1999) dan Krishnan (2003) menunjukkan bahwa auditor KAP besar (big four) lebih baik dalam menghambat klien melakukan manajemen laba dibandingkan dengan KAP kecil (non-big four), selain itu mereka menemukan bahwa klien KAP kecil (non- big four) memiliki tingkat discretionary accrual lebih tinggi. Selain itu, Zhou (2003) dan Chen et al., (2005) menemukan bahwa auditor KAP big four berhubungan sedikit dengan manajemen laba perusahaan. Muhammad Dahlan (2009) mengatakan terdapat hubungan negative antara ukuran KAP dengan discretionary accrual.

2.1.6 Spesialisasi Industri KAP

Auditor spesialis industri menggambarkan keahlian dan pengalaman audit seorang auditor pada bidang industri tertentu yang diproksi dengan jasa audit pada bidang industri tertentu. Auditor spesialis industri memiliki pengetahuan yang spesifik dan mendalam serta berpengalaman dalam suatu bidang industri tertentu. Auditor spesialis industri diyakini mampu mendeteksi kesalahan-kesalahan secara lebih baik, meningkatkan efisiensi dan meningkatkan penilaian tentang kejujuran laporan keuangan. Zhou dan Elder (dalam Mahdi Safari, 2011) menyatakan bahwa spesialisasi industri KAP merupakan dimensi dari kualitas audit, sebab pengetahuan dan pengalaman auditor

(48)

tentang industri merupakan salah satu elemen dari keahlian auditor. Oleh karena itu, penggunaan auditor dengan spesialisasi industri akan membantu mengekang manajemen laba.

Bedard dan Biggs (dalam Krishnan, 2003) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman dalam industri manufaktur lebih memiliki kemampuan dalam mengenali kesalahan data perusahaan manufaktur klien dibandingkan dengan auditor yang memiliki sedikit pengalaman dalam industri manufaktur. Selain itu, Zhou (dalam Mahdi Safari,2011) berpendapat bahwa discretionary accrual klien auditor spesialisasi industri lebih rendah dari discretionary accrual non-spesialisasi industri klien. Argumen ini sehingga menunjukkan bahwa auditor dengan keahlian industri lebih kemungkinan untuk mendeteksi kekeliruan dan penyimpangan dari auditor tanpa keahlian industri, terutama di tahun-tahun awal penugasan audit.

2.1.7 Audit Tenur

Audit tenure adalah masa jabatan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Di Indonesia, Menteri Keuangan kemudian menetapkan Keputusan Menteri Keuangan nomor: 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik yang direvisi dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor 359/KMK.06/2003 tanggal 21 Agustus

(49)

2003 mewajibkan perusahaan untuk membatasi masa penugasan KAP selama lima tahun dan akuntan publik selama tiga tahun.

Pada tahun 2008, Menteri Keuangan merevisi kembali tentang audit tenur yaitu Peraturan Menteri Keuangan No 17 Tahun 2008, isi peraturan ini disebutkan batasan masa pemberian jasa audit selama tiga tahun untuk auditor dan enam tahun untuk KAP (Kementerian Keuangan RI, 2008). Hal ini kemudian membuka pertanyaan mengenai pengaruh tenur audit terhadap kualitas laba di perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia.

Regulator memperlihatkan adanya hubungan positif antara tenur auditor dengan pengurangan kualitas laba (Myers et al., 2003). Alasannya adalah sebagai berikut : 1) Jika seorang Auditor mengaudit perusahaan yang sama dari tahun ke tahun akan menjadi kurang kreatid dalam merancang prosedur audit; 2) Terjadi peningkatan kompetisi antara KAP didasarkan pada kualitas jasa audit; 3) Auditor tidak akan tergantung secara ekonomi kepada klien, dan 4) Rotasi auditor akan memampukan KAP untuk saling mengawasi dengan yang lain (Holye,1978).

Giri (2010) menyebutkan bahwa menurut pendapat pendukung rotasi mandotori auditor, hubungan dalam waktu yang lama dengan manajer perusahaan merupakan alasan utama yang mengancam dan merusak independensi auditor. Ada dua dasar argumentasi rotasi yang bersifat mandatory umumnya dikelompokan menjadi dua hal: (1) kualitas dan

(50)

kompetensi pekerjaan audit cenderung menurun secara signifikan dari waktu kewaktu, (2) independensi auditor dapat rusak oleh panjangnya hubungan dengan manajemen (Giri,2010).

2.1.8 Independensi Auditor

Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan objektif yang tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2001). Independensi auditor merupakan suatu hal yang penting untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan mejadi salah satu faktor untuk menilai mutu jasa audit. Hal ini dikarenakan pendapat yang sering diberikan oleh auditor berkaitan dengan kepentingan banyak pihak.

Kepercayaan yang diberikan untuk verifikasi auditor terhadap laporan keuangan kliennya cenderung tergantung kepada kompetensi dan independensi. Dalam melaksanakan proses audit, auditor memperoleh kepercayaan dari klien dan pemakai laporan keuangan apabila seorang auditor memiliki sikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan

(51)

keuangan. Penilaian masyarakat terhadap independensi auditor bukan hanya individunya tapi secara keseluruhan. Apabila sebuah Kantor Akuntan Publik lalai atau gagal mempertahankan sikap independensinya, maka kemungkinan besar anggapan masyarakat bahwa semua auditor di KAP tersebut tidak independen.

Sehingga diperlukan prinsip-prinsip seorang auditor berkaitan dengan independensi,maka AICPA memberikan prinsip-prinsip tersebut sebagai panduan :

1. Auditor dan perusahaan tidak boleh tergantung dalam hal keuangan terhadap klien.

2. Auditor dan perusahaan seharusnya tidak terlibat dalam konflik kepentingan yang akan mengganggu objektifitas berkenaan dengan cara-cara yang mempengaruhi laporan keuangan.

3. Auditor dan perusahaan seharusnya tidak memiliki hubungan dengan klien yang akan mengganggu objektifitas auditor.

2.1.8.1 Client Importance

Client importance merupakan ukuran dari kualitas audit untuk menguji kecenderungan auditor memiliki ketergantungan ekonomi pada klien

(52)

sehingga dapat mengurangi independensi auditor ( Chen et al., 2010). Pengaruh client importance berdampak pada kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Menurut Kerler dan Brandon (2010), client importance didefinisikan sebagai pentingnya keuangan relatif dari klien audit bagi auditor dari KAP. Terdapat 2 argumen mengenai client importance (Nur Wahyani,2012) yaitu pertama, semakin penting klien bagi auditor/KAP, semakin rendah kualitas audit karena adanya faktor ketergantungan ekonomi. Argumen kedua menyatakan bahwa semakin penting klien bagi auditor/KAP, semakin tinggi kualitas audit karena faktor perlindungan reputasi. Penelitian mengenai client importance di Indonesia masih jarang dilakukan, jadi kurang diketahui bagaimana dampak client importance terhadap manajemen laba.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tinjauan umum dari beberapa literatur yang relevan mengindikasikan bahwa telah terdapat penelitian-penelitian mengenai praktik manajemen laba secara komprehensif (Muhammad Dahlan,2009; Al-Thuneubat et al., 2010; Mahdi et al., 2011; Akhmad Bakkurudin,2011). Beberapa penelitian terdahulu berhasil membuktikan keterkaitan antara kualitas auditor dengan praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.

(53)

Muhammad Dahlan (2009) meneliti apakah kualitas audit mempengaruhi discretionary accrual. Populasi penelitian ini mengambil laporan keuangan perusahaan yang tercatat di Bursa Saham Kuala Lumpur. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan positif antara kualitas audit dengan discretionary accrual. Independensi auditor dapat digeneralisasi dapat mempengaruhi discretionary accrual.

Al Thuneibat et al., (2010) menguji pengaruh audit tenur terhadap kualitas audit. Kualitas audit diproksikan dengan kualitas klama menggunakan komponen discretionary accrual. Lama hubungan auditor-klien memiliki potensi menciptakan kedekatan antara auditor dan klien sehingga dapat mengurangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit ( Al Thuneibat et al., 2010). Penelitian ini menunjukkan audit tenur berpengaruh positid terhadap discretionary accrual.

Mahdi et al., (2011) melakukan penelitian terhadap 540 perusahaan di Iran pada tahun 2004 sampai 2009. Penelitian ini menunjukan ukuran KAP berpengaruh negative terhadap manajemen laba dengan proksi discretionary accrual. Mahdi et al,. berpendapat bahwa discretionary accrual klien auditor spesialisasi industri lebih rendah dari discretionary accrual non-spesialisasi industri klien.

Akhmad Bakkarudin (2011) melakukan penelitian terhadap laporan keuangan 63 perusahaan selama 4 tahun dari tahun 2006-2009). Penelitian ini

(54)

menyimpulkan arus kas bebas memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba dengan arah negatif. Perusahaan dengan arus kas bebas yang lebih besar memilki discretionary accrual yang lebih rendah atau perusahaan melakukan pelaporan laba yang lebih rendah. Lalu komite audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.

Antonius (2012) melakuakn penelitian Analisis Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba Akuntansi: Studi Pendekatan Composite Measure Versus Conventional Measure. Kualitas audit dalam penelitian ini diproksikan dengan ukuran KAP, spesialisasi industri KAP, audit tenur, client importance, dan kesediaan dan keakuratan pelaporan Opini Audit Going Concern (RQA). Antonius (2012) menyatakan kualitas audit berpengaruh negatif kecuali keakuratan pelaporan Opini Audit Going Concern.

(55)

Tabel 2.1

Ringkasan Peneliti Terdahulu

NO NAMA PENELITI VARIABEL HASIL 1. Muhammad Dahlan (2009) Kualitas audit, independensi auditor Kualitas audit (ukuran KAP) berhubungan positif dengan discretionary accrual 2. Al-Thuneubat et al., (2010) Discretionary Accrual, audit tenur, ukuran KAP Audit tenur berpengaruh positif terhadap Discretionary Accrual

(56)

Lanjutan Tabel 2.1 3. Mahdi et al., (2011) Audit quality, earning management, discretionary accrual Discretionary accrual klien auditor spesialisasi industri lebih rendah dari discretionary accrual non-spesialisasi industri klien. 4. Akhmad Bakkurudin (2011)

Arus kas bebas dan komite audit

Arus kas bebas

dan komite audit memilki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba

(57)

Lanjutan Tabel 2.1

2.2 Kerangka Pemikiran

Banyaknya kasus manipulasi laba mendorong pihak independen untuk mengatasi dan meminimalisir kecurangan atau konflik keagenan antara agent dan principal. Keberadaan arus kas bebas diduga bisa mempengaruhi manajemen laba. Adanya pihak ketiga juga diharapkan meningkatkan kualitas

5. Antonius (2012) ukuran KAP, spesialisasi industri KAP, audit tenur, client importance, dan kesediaan dan keakuratan pelaporan Opini Audit Going Concern (RQA) Kualitas audit termasuk client importance berpengaruh negative terhadap manajemen laba kecuali keakuratan pelaporan Opini Audit Going Concern.

(58)

laba yang dihasilkan pada laporan keuangan. Pihak ketiga yang dimaksud adalah auditor. Ukuran KAP diduga dapat mempengaruhi hasil kualitas audit. Spesialisasi industri KAP juga mungkin bisa mempengaruhi auditor dalam menghasilkan laporan audit sesuai dengan spesialisasinya. Audit tenur diduga mempengaruhi manajemen laba. Sementara itu, independensi auditor diduga mempengaruhi manajemen laba. Berikut ini bagan mengenai kerangka pemikiran penelitian ini. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran UKURAN KAP SPESIALISASI INDUSTRI KAP AUDIT TENUR MANAJEMEN LABA ARUS KAS BEBAS

INDEPENDENSI AUDITOR H1+ H2+ H3+ H4+ ++ H5+

(59)

2.4 Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Arus Kas Bebas terhadap manajemen laba

Jaggi dan Gul (dalam Fitriyah,2011) menyatakan salah satu penyebab muncul konflik keagenan yang akan menyebabkan timbulnya agency cost adalah arus kas bebas. Arus kas bebas merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap. Arus kas bebas dapat menimbulkan perbedaan kepentingan antara principal dan manajer. Principal menginginkan sisa dana tersebut (arus kas bebas) dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya, sedangkan manajer berkeinginan arus kas bebas digunakan untuk memperbesar perusahaan melebihi ukuran optimal. Manajer tetap melakukannya meskipun memberi net present value negatif, karena manajer melihat peluang memanfaatkan investasi tersebut untuk melakukan manajemen laba.

Arus kas bebas yang harusnya digunakan untuk akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan (growth-orientend), pembayaran hutang, dan pembayaran kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Manajemen dapat menyalahgunakan arus kas bebas demi kepentingan pribadi. Menurut Akhmad (2011), arus kas bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba yang diukur dengan

(60)

mengunakan discretionary accrual (DA). Perusahaan yang memiliki arus kas bebas akan cenderung melakukan pelaporan laba yang lebih rendah. Negrea (2009) menemukan bahwa arus kas bebas dalam jumlah besar juga menunjukkan adanya kinerja keuangan yang lebih rendah.

Berdasarkan uraian di atas , maka hipotesis penelitian ini adalah :

H1 : Arus Kas bebas berpengaruh positif terhadap manajemen laba

2.4.2 Pengaruh Ukuran KAP terhadap manajemen laba

Ukuran KAP menunjukkan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan melaksanakan audit secara profesional. KAP big four merupakan auditor yang memiliki keahlian dan reputasi yang tinggi dibanding dengan auditor KAP non-big four (Nurina,2010). Auditor big four diharapkan lebih bisa mengungkap salah saji material pada laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Selain itu, auditor dalam kelompok KAP big four cenderung memiliki auditor yang lebih berpengalaman yang pada gilirannya memiliki kemampuan dalam membatasi besarnya manajemen laba suatu perusahaan.

Muhammad Dahlan (2009) mengatakan terdapat hubungan positif antara ukuran KAP dengan discretionary accrual. KAP big four memiliki dorongan yang lebih besar untuk mengetahui kesalahan dalam sistem akuntansi klien. Hal ini juga didukung oleh Meutia (2004) dan Sanjaya (2008), perusahaan

(61)

yang diaudit oleh auditor KAP big four cenderung akan membatasi praktik manajemen laba.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis kedua penelitian ini adalah sebagai berikut :

H2 : Ukuran KAP berpengaruh positif terhadap manajemen laba

2.4.3 Pengaruh Spesialisasi Industri auditor terhadap manajemen laba

Auditor spesialis industri menggambarkan keahlian dan pengalaman audit seorang auditor pada bidang industri tertentu yang diproksi dengan jasa audit pada bidang industri tertentu. Mereka memiliki pengetahuan yang spesifik dan mendalam mengenai suatu bidang industri tertentu. Auditor spesialis industri diharapkan mampu medekteksi kesalahan laporan keuangan, meningkatkan penilaian laporan keuangan dan mengungkap asimetri informasi yang terjadi antara pihak manajemen dan pemegang saham.

Zhou (dalam Mahdi Safari,2011) menyatakan bahwa spesialisasi industri KAP merupakan dimensi dari kualitas audit, sebab pengetahuan dan pengalaman auditor tentang industri merupakan salah satu elemen dari keahlian auditor. Mereka juga menyimpulkan bahwa besaran manajemen laba perusahaan yang diaudit oleh spesialis industri KAP lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh non-spesialis industri KAP. Hasil

(62)

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusmin (2010) yang menemukan bahwa perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industri menghasilkan nilai discretionary accruals yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh auditor non-spesialis industri.

Bedard (dalam Krishnan, 2003) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman dalam industri manufaktur lebih memiliki kemampuan dalam mengenali kesalahan data perusahaan manufaktur klien dibandingkan dengan auditor yang memiliki sedikit pengalaman dalam industri manufaktur. Selain itu, Mahdi Safari (2011) berpendapat bahwa discretionary accrual klien auditor spesialisasi industri lebih rendah dari discretionary accrual non-spesialisasi industri klien. Argumen ini sehingga menunjukkan bahwa auditor dengan keahlian industri lebih memungkinan untuk mendeteksi kekeliruan dan penyimpangan dari auditor tanpa keahlian industri, terutama di tahun-tahun awal penugasan audit.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis ketiga penelitian ini adalah

H3 : Spesialisasi Industri Auditor berpengaruh positif terhadap manajemen laba

(63)

2.4.4 Pengaruh Audit Tenur terhadapa manajemen laba

Sejak terjadi kasus kegagalan audit pada perusahaan Enron (2000) di Amerika Serikat dan melibatkan auditor internal. Hal ini mendorong munculnya peraturan mengenai lamanya masa penugasan KAP. Audit tenur diharapkan dapat menjaga kualitas auditor dan menjaga agar hubungan klien dan auditor tidak semakin akrab yang dapat mendorong tindakan melanggar independensi auditor. Auditor diharapkan mampu mengungkap asimetri informasi dengan lama masa penugasan KAP yang telah ditetapkan.

Myers et al., (2003) memberikan bukti bahwa manajemen laba diperhatikan auditor dalam tenur KAP yang lama. Al Thuneibat et al., (2010) menguji menunjukkan audit tenur berpengaruh positif terhadap discretionary accrual. Lama hubungan auditor-klien memiliki potensi menciptakan kedekatan antara auditor dan klien sehingga dapat mengurangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit ( Al Thuneibat et.al., 2010).

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis keempat penelitian ini adalah sebagai berikut :

(64)

2.4.5 Pengaruh Independensi Auditor terhadap manajemen laba

Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak bergantung pada orang lain (Mulyadi,2001). Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur akuntansi yang harus dimiliki oleh auditor. Independensi auditor diharapkan mampu mengungkapkan informasi yang sebenarnya atas laporan yang telah dibuat oleh manajemen. Independensi auditor diproksikan dengan client importance. Client importance (CI) merupakan ukuran dari kualitas audit untuk menguji kecenderungan auditor memiliki economic dependence sehingga dapat mengurangi independensi auditor (Reynolds dan Francis, 2001; Francis dan Yu, 2009; Chen et al., 2010).

Antonius (2012) menemukan bahwa, walaupun KAP memiliki tingkat ketergantungan ekonomi terhadap klien, namun KAP tetap dapat menjaga reputasinya (reputation protection), terbukti dengan adanya pengaruh negatif ketergantungan ekonomi dengan akrual diskresioner absolut. Terdapat 2 argumen mengenai client importance (Nur Wahyani, 2012) yaitu pertama, semakin penting klien bagi auditor/KAP, semakin rendah kualitas audit karena adanya faktor ketergantungan ekonomi. Argumen kedua menyatakan bahwa semakin penting klien bagi auditor/KAP, semakin tinggi kualitas audit karena faktor perlindungan reputasi. Nur Wahyani (2012) menemukan juga

(65)

bahwa client importance tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit yang diproksikan dengan manajemen laba. Hal ini menunjukkan auditor tetap menjaga independensinya walaupun klien tersebut penting.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis kelima penelitian ini adalah :

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 5 Perhitungan Perk iraan Pengembalian Modal A wal Jika Eirys Melakukan Pengembangan Bisnis Dengan Pemanfaatan Media Sosial Dan Inovasi Penawaran Home Service

Namun demikian, upaya peningkatan mutu dan daya saing perguruan tinggi harus terus dilakukan, termasuk peningkatan mutu dan relevansi Lembaga Pendidikan dan

Oleh karena itu, Dalam skripsi ini akan membahas mengenai dinamika hubungan Tiongkok dan Taiwan, lalu menjelaskan ancaman apabila Taiwan lepas dari Tiongkok,

Kegiatan inti yang dilakukan peneliti masih juga mendapat nilai cukup terutama pada saat Guru berkeliling untuk memberi bimbingan kepada setiap kelompok cara

Pendidikan merupakan variabel yang sangat berpengaruh dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah atau negara, terlebih lagi hal tersebut dapat dilihat

Salah satu kecerdasan ganda (multiple intelligensi). Adalah kecerdasan linguistiknya.Kecerdasan linguistik merupakan kecerdasan dalam mengelolah kata-.. kata.Kecerdasan

Hasil uji statistik didapatkan nilai odds ratio sebesar 2,935 dengan tingkat kepercayaan 95% nilai OR berada pada interval 1,464-5,885 menunjukkan bahwa responden

Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan distribusi proporsi terbesar kasus seksio sesarea berdasarkan frekuensi kunjungan ANC terdapat pada kasus dengan