• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN MALARIA DI WILAYAH KERJA UPTD KESEHATAN KEC. NANGAPENDA KAB. ENDE FLORES NUSA TENGGARA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN MALARIA DI WILAYAH KERJA UPTD KESEHATAN KEC. NANGAPENDA KAB. ENDE FLORES NUSA TENGGARA TIMUR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN MALARIA DI WILAYAH KERJA UPTD KESEHATAN KEC. NANGAPENDA

KAB. ENDEFLORES NUSA TENGGARA TIMUR

Markus1), Wahyuningsih Safitri 2), Ika Subekti Wulandari3) 1)

Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2) 3)

Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK

Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit genus plsmodium yang ditularkan oleh nyamuk anopheles. Faktor keberhasilan pengobatan malaria bisa bersumber pada pengetahuan masyarakat tentang pencegahan malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan malaria.

Metode Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian observasional analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosis malaria dan teknik Pengambilan sampel purposive sampling sehingga di dapatkan sampel sebanyak 165 responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner. Data dianalisis secara statistik dengan uji chi sqaure.

Hasil penelitian menunjukan tingkat pengetahuan responden tentang penyakit malaria yang pengetahuan baik sebanyak 111 responden (67,3%), cukup 47 responden (28,5%), kurang 7 responden (4,2%). untuk perilaku pencegahan, 123 responden (74,5%) baik, 42 responden (25,5%) kurang baik.

Kesimpulan dalam penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan tentang penyakit malaria dengan perilaku pencegahan malaria (p value = 0,005).

Kata Kunci: pengetahuan, perilaku pencegahan malaria

ABSTRACT

Malaria is an infectious disease caused by parasites of the genus plasmodium transmitted by the Anopheles mosquito. The success factors for the treatment of malaria can be sourced on public knowledge about the prevention of malaria. This study aims to determine the relationship between knowledge and behavior of malaria prevention. Method of this research is quantitative descriptive analytic observational research with cross sectional approach. The population in this study was all patients diagnosed with malaria and sampling purposive sampling techniques soon get a sample of 165 respondents. The research instrument was a questionnaire. Data were statistically analyzed using chi square.

The results showed the level of knowledge about malaria good knowledge of as many as 111 respondents (67.3%), just 47 respondents (28.5%), less than 7 respondents (4.2%). for preventive health behaviors, 123 respondents (74.5%) good, 42 respondents (25.5%) less than good.

The conclusion of the study showed a link between knowledge about malaria in malaria prevention behaviors (p value = 0.005).

(2)

2 1. PENDAHULUAN

Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit

Genus Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk anopheles. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan ikterus (Harijanto, 2009). Malaria merupakan penyakit menular yang menyerang ke semua golongan umur yaitu bayi, anak-anak, dan orang dewasa (Kemenkes, 2010).

Menurut laporan WHO, pada tahun 2012 secara keseluruhan, diperkirakan ada 207 juta kasus malaria yang menyebabkan 627.000 kematian, menurut laporan tersebut termasuk informasi dari 102 negara dengan penularan malaria, sebagian besar kasus ini terjadi pada anak-anak yang tinggal di Afrika. Angka tersebut untuk membandingkan 219 juta kasus dan 660.000 kematian pada tahun 2010, tahun di mana data statistik tersedia.

Angka kematian malaria di Indonesia cukup tinggi, mencapai 250 juta dan penyebab 1 juta kematian utamanya pada anak balita. pada daerah yang terjangkit malaria, penyakit tersebut dapat menjadi penyebab utama kematian dan penghambat pertumbuhan anak (Kemenkes RI, 2010). Prevalensi malaria tahun 2013 adalah 6,0 persen. Lima provinsi dengan insiden dan prevalensi tertinggi adalah Papua (9,8%

dan 28,6%), Nusa Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%), Papua Barat (6,7% dan 19,4%), Sulawesi Tengah (5,1% dan 12,5%), dan Maluku (3,8% dan 10,7%) (Litbangdepkes, 2013).

Faktor keberhasilan pengobatan untuk malaria bisa bersumber pada pengetahuan penderita mengenai bahaya penyakit malaria yang gampang menular, motivasi keluarga baik saran dan perilaku keluarga kepada penderita untuk menyelesaikan pengobatannya dan penjelasan petugas kesehatan kalau pengobatan gagal akan diobati dari awal lagi. oleh karena itu pemahaman dan pengetahuan penderita memegang peranan penting dalam keberhasilan pengobatan malaria (Kemenkes, 2010).

Perilaku penderita untuk menjalani pengobatan secara teratur dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Teori Lawrence Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap, kepercayaan, fasilitas, sarana atau prasarana. terwujudnya sebuah perilaku menjadi suatu tindakan maka diperlukan sebuah motivasi. Motivasi diartikan sebagai dorongan dalam bertindak untuk mencapai tujuan tertentu. Hasil dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. Adapun perilaku itu sendiri terbentuk melalui proses tertentu, dan

(3)

2 berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.

Tingkat pendidikan yang rendah merupakan penyebab kurangnya pengetahuan sehingga pemahaman tentang pemberantasan malaria juga kurang. Kondisi ini menyebabkan buruknya tindakan masyarakat dalam pemberantasan penyakit malaria. Sikap pencegahan dan pencarian pengobatan yang baik pada saat kejadian malaria, menunjukan bahwa pemahaman masyarakat untuk segera mungkin melakukan tindakan pencegahan sesuai dengan yang disampaikan oleh petugas kesehatan dan media informasi lainya, sekaligus mengupayakan pencarian pengobatan untuk penyakit malaria (Ndona Martinus, 2009).

Berbagai komponen perilaku pencegahan malaria meliputi menghindari kontak manusia dengan nyamuk, kegiatan pembasmian larva, pemberantasan parasit malaria, dan partisipasi sosial perlu dikaji kembali guna mengevaluasi efektivitasnya dalam mencegah malaria (Kemenkes 2010).

Perilaku pencegahan dipengaruhi oleh kemungkinan aksi yang terdiri dari persepsi manfaat dan persepsi hambatan serta persepsi ancaman dibentuk melalui persepsi individual meliputi persepsi kerentanan dan persepsi kegawatan serta informasi.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada pengaruh atau hubungan antara sikap dengan perilaku pencegahan seperti dalam penelitian Marinda (2010) di Dusun Olas Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Goyang Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku menunjukkan sikap yang berhubungan dengan kejadian malaria. Sikap yang negatif dan tindakan yang kurang baik, saling berinteraksi dan sangat menentukan tingginya kejadian malaria dalam masyarakat yang ada di daerah tersebut. Penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian Yahya, dkk (2005) tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku Ibu terhadap malaria pada anak di kecamatan Sungai Liat Kabupaten Bangka.

Studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja UPTD Kesehatan Kec Nangapenda kejadian malaria klinis pada tahun 2013 jumlah kasus 1.300, positif 200 kasus. Tahun 2014 terjadi peningkatan kasus untuk 3 bulan terakhir yaitu pada bulan November – Januari 2015 sebanyak 280 kasus positif malaria. Terdapat dua kasus kematian yaitu ibu hamil dengan komplikasi malaria dan balita komplikasi pneumonia.

Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan seperti melakukan fogging, pengambilan sampel darah,

(4)

3 penyuluhan di posyandu, pengobatan gratis, pembagian kelambu berinsektisida. dengan adanya beberapa tindakan pencegahan tersebut seharusnya puskesmas Nangapenda dapat menekan atau menghilangkan angka kejadian malaria, namun pada kenyataannya angka kejadian malaria masih tinggi di wilayah kerja puskesmas Nangapenda.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang yang pernah mengalami penyakit malaria, 4 orang mengatakan jika keluhan badan panas, demam, sakit kepala, dan pusing, mereka tidak melakukan pengobatani ke puskesmas karena menurut mereka itu hanya merupakan demam biasa, dan 6 orang lainya mengatakan akan berkunjung ke puskesmas apabila, tidak sadar, muntah terus menerus, diare, nyeri uluh hati dan kejang. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pengetahuan masih kurang tentang pencegahan penyakit malaria, juga demikian dengan perilaku mereka dalam pencegahan penyaki malaria.

Mengingat terjadinya peningkatan kasus malaria di wilayah kerja UPTD Kesehatan Kec. Nangapenda Kabupaten Ende Flores Nusa Tenggara Timur. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang adakah hubungan antara pengetahuan dengan perilaku

pencegahan malaria di wilayah kerja UPTD Kesehatan Kec. Nangapenda Kabupaten Ende Flores Nusa Tenggara Timur.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain

observasional analitik deskriptif

dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Kesehatan Kec. Nangapenda Kab. Ende Flores NTT pada 7 September sampai dengan 28 November 2015. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 165 sampel. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.

Alat pengumpul data yang adalah kuesioner dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan data tingkat pengetahuan tentang malaria (alpha

cronbach: 0,909) dan perilaku

pencegahan malaria alpha

cronbach: 0,894) yang

dikembangkan oleh peneliti dengan nilai r di atas 0,361.

Analisis data dalam penelitian menjadi dua bagian yaitu analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi, dan analisis

(5)

4 bivariat dengan menggunakan chi square.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Analisa Univariat

Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Malaria No Pengetahuan Frekuensi Persentase

(%)

1 Baik 111 67,3

2 Cukup 47 28,5

3 Kurang 7 4,2

Total 165 100,0

Jawaban benar responden tentang penyakit malaria merupakan penyakit menular yang menyerang hanya pada orang dewasa, tanda dan gejala penyakit malaria yaitu menggigil, demam, sakit kepala, panas hilang timbul, mual muntah, nyeri ulu hati, nyeri sendi, terasa pegal-pegal pada tubuh, sehingga dapat diasumsikan responden sudah memahami tentang penyakit malaria. Asumsi ini diperkuat dengan hasil wawancara di mana sebagian besar responden mengatakan bahwa mereka sering mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh petugas dari puskesmas, dan apabila sakit sudah lebih dari 3 hari dengan keluhan panas, sakit kepala, pusing dan demam langsung memeriksakan ke tempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yakni pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojdo, 2007).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunawan, dkk (2009), menyatakan pengetahuan tentang malaria di suatu daerah akan sangat membantu program pemberantasan malaria dan juga dalam melindungi masyarakat dari infeksi malaria agar paradigma sehat dapat diwujudkan. Penelitian oleh Dalmunte (2008), menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit malaria berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam program pencegahan penyakit malaria. Keberhasilan pengembangan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pencegahan malaria terkait dengan ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas yang di gunakan dalam program pencegahan penyakit malaria, khususnya dalam kegiatan penyuluhan dan penyemprotan rumah. Menurut wisang dalam Lodang (2011) pengetahuan pencegahan yang kurang menyulitkan seseorang untuk

(6)

5 menentukan sikap positif dan negatif, apabila seseorang telah mengetahui suatu hal namun tidak diikuti kesadaran untuk berbuat maka pengetahuan tidak akan berlangsung lama dan tidak berguna lagi.

Tabel 2. Distribusi Perilaku Responden dalam Pencegahan Malaria

No Perilaku Frekuensi Persentase

(%) 1 Baik 123 74,5 2 Kurang Baik 42 25,5 Total 165 100,0 Sebagian responden mengatakan bahwa mereka sering mengikuti kegiatan penyuluhan yang diberikan oleh petugas dari puskesmas, penggunaan kelambu pada waktu tidur di malam hari, menggunakan obat anti nyamuk, membuang sampah pada tempat yang disediakan, menguras tempat penampungan air secara berkala, mengumpulkan barang-barang bekas dan membakarnya, pemberian abate pada tempat penampungan air, melakukan pemereksaan atau pengobatan pada fasilitas kesehatan yang terdekat misalnya, puskesmas pembantu (Pustu) apa bila sakit sudah lebih dari 3 hari.

Perilaku pencegahan yang baik umumnya didorong oleh sikap yang positif terhadap pentingnya tindakan pencegahan penyakit

malaria. Sikap pencegahan dan pencarian pengobatan yang baik pada saat kejadian malaria, menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat untuk segera mungkin melakukan tindakan pencegahan sesuai dengan yang disampaikan oleh petugas kesehatan dan media informasi lainya, sekaligus mengupayakan pencarian pengobatan untuk pencegahan penyakit malaria (Ndona Martinus, 2009).

Perilaku yang baik bisa terjadi karena pengalaman-pengalaman yang diperoleh seseorang serta faktor lingkungan baik fisik maupun non fisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan dan diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa perilaku (Kusyogo, 2006).

Peneltian ini diperkuat dari hasil penelitian Heldygrad Delvyan jacob, dkk (2012) tentang gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai perilaku pencegahan malaria di Desa Oesao Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang tahun 2012 mengemukakan pengetahuan dan dan sikap masyarakat terhadap perilaku pencegahan malaria secara teoritis

(7)

6 kedua dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan pencegahan malaria (Lerik, 2008). Faktor perilaku sangat berkontribusi terhadap terjadinya penyakit. Pengetahuan yang rendah akan memberi peluang yang besar untuk tidak melakukan tindakan pencegahan, begitu pula dengan sikap yang negatif akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan suatu tindakan, dalam hal ini perilaku pencegahan, hal ini sejalan dengan teori perilaku yang menyatakan bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi tindakan seseorang, jika pengetahuan seseorang rendah maka dapat mendukung seseorang agar tidak berperilaku secara baik dan benar.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Green bahwa perilaku juga dipengaruhi oleh faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku pada diri seseorang diantaranya adalah pengetahuan dan sikap seseorang terhadap apa yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2003).

b. Analisa Bivariat

Tabel 3. Bivariat Hubungan antara Pengetahuan tentang Malaria dengan

Perilaku Pencegahan Malaria

Pengeta huan

Perilaku

Total

Uji Chi Square Baik Kurang Baik X 2 hitung p value Baik 89 (53,9%) 22 (13,3%) 111 (67,3%) 10,688 0,005 Cukup 32 (19,4%) 15 (9,1%) 47 (28,5%) Kurang 2 (1,2%) 5 (3,0%) 7 (4,2%) Total 123 (74,5%) 42 (25,5%) 165 (100,0% )

Hasil penelitian ini menunjukan adanya kecenderungan semakin baik pengetahuan tentang penyakit malaria maka semakin besar kemungkinan untuk berperilaku baik dalam p]=encegahan penyakit tersebut.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Apabila masyarakat mengetahui dengan baik bahaya penyakit malaria, pentingnya tindakan-tindakan pencegahan, dan memahami dengan baik bagaimana cara melakukan tindakan pencegahan tersebut, maka mereka akan secara aktif menerapkan pengetahuan tersebut dalam perilaku sehari-hari.

(8)

7 Penelitian ini diperkuat dari penelitian Murawan, dkk (2011) dalam penelitiannya tentang model pencegahan penyakit malaria di pulau Kapoposang Tahun 2011 mengemukakan bahwa perlu diupayakan program pemberdayaan masyarakat khusunya peningkatan pengetahuan masyarakat untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku pencegahan malaria yang sudah baik seperti penggunaan kelambu, penggunaan obat anti nyamuk, pengobatan yang benar, dan pengobatan yang lebih intensif jika malaria semakin berat. Perilaku yang baik bisa terjadi karena pengalaman-pengalaman yang diperoleh seseorang serta faktor lingkungan baik fisik maupun non fisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan dan diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa perilaku (Kusiyogo, 2006).

Menurut hasil penelitian Eros Suryati, dkk (2011) dalam penelitiannya tentang Perilaku masyarakat dalam pencegahan demam berdarah dengue (DBD) antara zona merah dan zona hijau pengetahuan yang tinggi mempengaruhi perilaku pencegahan

demam berdarah (DBD). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Zaeri (2008) tentang Factor-factor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam pencegahan demam berdarah, mengungkapkan bahwa ada hubungan antara keterpaparan penyuluhan dengan praktek responden dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah (PSN / DBD) hasil penelitian Rambey (2004) yang dilakukan di Kota Jambi juga menggambarkan bahwa masyarakat yang memiliki sikap baik didapatkan perilaku baik terhadap pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah (PSN / DBD).

4. SIMPULAN

Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan malaria di UPTD Kesehatan Kec. Nangapanda Kab. Ende Flores NTT (p value = 0,005).

Puskemas dan Instansi Dinas Kesehatan terkait untuk lebih meningkatkan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat tentang pencegahan, pengobatan dan pemberantasan penyakit malaria secara cepat dan tepat. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti faktor sikap yang mempengaruhi perilaku pencegahan malaria.

(9)

8 5. REFRENSI

Dinkes Provinsi NTT. ( 2013). Data Jumlah Kasus Malaria

Eros Siti Suryati,dkk. (2011). Perilaku Masyarakat Dalam

Pencegahan Demam

Berdararh Dengue Antara Zona Hijoau Dan Zona Merah. Jurusan Poltekes Jakarta 111

Heldygrad Delvyan Jacob,dkk.

(2012). Gambaran

Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Mengenai Perilaku Pencegahan Malaria Di Desa Oesao Kecamatan Kupang Timur Kab.Kupang. Almuni Jurusan PKPI FKM Undana Kupang.

Harijanto, P.N, Nugroho, Agung dan Gunawan, Carta A,. (2009). Malaria : dari Molekuler ke Klinis. Ed.2. EGC : Jakarta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2010.Penuntun HidupSehat Edisi Keempat.

kerja sama UNICEF, WHO, UNESCO, UNFPA, UNDP, UNAIDS, WFP dan the World Bank.

Kementrian Kesehatan RI. 2010.

Riset Kesehatan Dasar.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Ndona Martinus, Faktor-faktor yang

berhubungan dengan

kejadian malaria di wilayah kerja puskesmas Maunori

Kab. Nagekeo. Skripsi.

Makassar : Stikes Nani Hasanuddin Makassar.

Soedarto. 2012. Protozoologi Kedokteran . CV. Karya Putra Darwati. Bandung. Sutanto I, Ismid S, Pudji K,

Sjarifuddin, Sungkar S. 2008. Parasitologi Kedokteran Edisi. Yahya, dkk.2005. Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu

Terhadap Malaria Pada

Anak Di Kecamatan Sungai

Liat Kabupaten Bangka.

Availableathttp:

//www.journal.unair.ac.ic /filerPDF/KESLING-2-2-07.pdf

Zaeri. 2008. Factor factor yang

berhubungan dengan

perilaku masyarakat dalam pencegahan penyakit demam berdarah dengue. Tesis program pasca sarjana FKM

Referensi

Dokumen terkait

Siispä vaikuttaa siltä, että hän olisi sanonut turhaan: ”Että olet kuullut minua.” Mutta hän puhuu näin juutalaisten takia osoittaen, että hän on

Terkait dengan hal tersebut maka perlu dikaji kualitas fisik, kimia dan nutrisi yang terdapat dalam silase ransum komplit tersebut sehingga dapat memenuhi

Kinerja campuran HRS-WC iller abu am pas tebu berdasarkan pengujian dengan alat Marshall yaitu, (1)KAO campuran sebesar 7,25%; (2) stabilitas campuran meningkat dan

Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari

Budaya Organisasi merupakan data primer yang diukur dengan instrumen non. tes yang berbentuk kuisioner dengan model skala likert yang

Meskipun belum ada hasil akhir dari revisi Perda KTR terkait pelarangan iklan tersebut dan bahkan telah lebih dari 3 kali sidang, namun hasil sementara dari sidang revisi pada

Pada saat kompresor memampatkan udara atau gas, ia bekerja sebagai penguat ( meningkatkan tekanan ), dan sebaliknya kompresor juga dapat berfungsi sebagai pompa

Kemudian dari hasil uji swelling menunjukkan bahwa derajat pengembangan poloakrilamida yang dicuci menggunakan air lebih besar dibandingkan dengan poliakrilamida yang