• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kelayakan Kinerja Sistem Instalasi Pengolah Air Limbah Domestik: Studi Kasus Di Kabupaten Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Kelayakan Kinerja Sistem Instalasi Pengolah Air Limbah Domestik: Studi Kasus Di Kabupaten Sleman"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Kelayakan Kinerja Sistem Instalasi

Pengolah Air Limbah Domestik: Studi Kasus

Di Kabupaten Sleman

Gregorius Henry Diavid

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakulltas Teknik Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

greghenrydiavid@gmail.com

Sri Puji Saraswati

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakulltas Teknik Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

Spswatinz@ugm.ac.id

Arief Setiawan Budi Nugroho

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakulltas Teknik Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

arief_sbn@ugm.ac.id

Abstrak---Kondisi air tanah di D.I. Yogyakarta terindikasi terjadi pencemaran, salah satunya akibat dari Instalasi Pengolah Air Limbah Domestik (IPALD) di Sleman yang mengandung

Total Coliform hasil pemantauan dan monitoring Badan Lingkungan Hidup DIY tahun 2017, oleh karena itu kinerja sistem IPALD di Sleman dan jenis bak kontrol perlu dievaluasi.

IPALD yang diteliti adalah IPALD tipe I terdiri bak perata,

settler, Anaerobic Filter (AF), Horizontal Gravel Filter, dan klorinasi berada di Sembir dan IPALD tipe II terdiri bak perata,

settler, Anaerobic Baffled Reactor (ABR), AF di Tambakrejo. Merujuk Permen PUPR nomor 04/PRT/M/2017 variabel kinerja IPALD meliputi Debit dan kualitas influent, kondisi fisik prasarana dan sarana pendukung, kapasitas, kualitas effluent. Permen LHK RI No P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang baku mutu air limbah domestik dan Perda D.I.Yogyakarta No. 7 Tahun 2016 tentang baku mutu air limbah sebagai rujukan kualitas effluent. Permenkes RI No 32 tahun 2017 merupakan rujukan kajian rembesan pada Bak kontrol precast, pasangan bata, beton cor setempat, dan buis beton.

Hasil Kinerja IPALD tipe I tidak maksimal karena jumlah penggunaan air bersih melebihi rencana, dampaknya melebihi kapasitas rencana, pengolahan air limbah domestik tidak optimal, waktu tinggal tidak proporsional, beberapa nilai parameter di atas standar baku mutu air limbah dengan indeks polusi (PI) 7.02, kategori cemar sedang. Kinerja IPALD tipe II kapasitas pengolahan air limbah hampir melebihi kapasitas rencana, beberapa parameter di atas standar baku mutu air limbah dengan PI 6.96, kategori cemar sedang. Tanah di bawah bak kontrol terdapat Total Coliform dan bakteri E. Coli melebihi Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan terdapat pada bak kontrol pasangan bata, precast, beton cor setempat, dan buis beton. Pada sebagian tanah di bawah bak kontrol buis beton tidak ditemukan bakteri E. Coli.

Kata kunci---Sleman, Kinerja IPALD, Bak Kontrol

I.PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kondisi air tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercemar, antara lain akibat dari IPALD (Instalasi Pengolah Air Limbah Domestik) di Kabupaten Sleman yang mengandung Total Coliform (Badan Lingkungan Hidup D.I.Yogyakarta, 2017), oleh karenanya kelayakan kinerja dari IPALD terbangun, yaitu IPALD tipe I dan IPALD tipe II di Kabupaten Sleman perlu dikaji. Kajian kelayakan kinerja IPALD yang dimaksud yaitu debit influent , kondisi kualitas influent, kualitas effluent, kapasitas, dan sarana prasarana pendukung. Jika kinerja effluent IPALD tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan maka badan penerima air dan air tanah dapat tercemar.

Sumber pencemaran air tanah lainnya diduga dari rembesan air limbah di bawah bak kontrol dalam sistem perpipaan IPALD berupa rembesan air limbah yang mengandung Total Coliform termasuk bakteri Escherichia Coli (E. Coli), sehingga tanah di bawah bak kontrol perlu diukur kadar pencemarannya untuk mengetahui kebocoran atau rembesan.

B. Rumusan Masalah

Sistem IPALD tipe I, terdiri atas bak perata, bak pengendap (settler), bak penyaring Anaerobic Filter, bak Horizontal Gravel Filter, dan bak Klorinasi di Sembir Madurejo Kabupaten Sleman; kinerjanya belum pernah dievaluasi meliputi debit influent dan kualitas influent air limbah domestik; kondisi fisik prasarana dan sarana pendukung; kapasitas pengolahan air limbah domestik; dan kualitas effluent hasil olahan.

(2)

Sistem IPALD tipe II, terdiri atas bak perata, bak pengendap (settler), bak penyaring Anaerobic Baffled Reactor, dan bak penyaring Anaerobic Filter di Tambakrejo Sariharjo Kabupaten Sleman; kinerjanya belum pernah dievaluasi meliputi debit influent dan kualitas influent air limbah domestik; kondisi fisik prasarana dan sarana pendukung; kapasitas pengolahan air limbah domestik; dan kualitas effluent hasil olahan.

Salah satu penyebab rembesan pada bak kontrol di lokasi Sembir, Tambakrejo, Tamananpabrik, dan Cokrowijayan adalah jenis material yang digunakan. Dampak dari rembesan tersebut adalah pencemaran air tanah di bawah bak kontrol yang mengandung Total Coliform termasuk Bakteri E Coli.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengevaluasi kelayakan kinerja sistem IPALD tipe I, yang menggunakan bak Horizontal Gravel Filter, dan bak Klorinasi tanpa bak penyaring Anaerobic Baffled Reactor dengan perpipaan di Kabupaten Sleman. 2. Mengevaluasi kelayakan kinerja sistem IPALD tipe II,

yang menggunakan bak penyaring Anaerobic Baffled Reactor tanpa bak Horizontal Gravel Filter, dan tanpa bak Klorinasi dengan perpipaan di Kabupaten Sleman 3. Mengevaluasi kelayakan jenis material bak kontrol

yang diukur pada tanah di bawah bak kontrol yang mengandung jumlah Total Coliform termasuk Bakteri E Coli di Kabupaten Sleman.

D. Batasan Penelitian

Sistem IPALD dengan perpipaan skala pemukiman yang diteliti di Kabupaten Sleman terdiri dua jenis yaitu IPALD tipe I: bak perata, bak pengendap (settler), bak penyaring Anaerobic Filter, bak Horizontal Gravel Filter, dan bak Klorinasi berada di Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. IPALD tipe II : bak perata, bak pengendap (settler), bak penyaring Anaerobic Baffled Reactor, dan bak penyaring Anaerobic Filter, berada di Tambakrejo, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

Kinerja sistem IPALD yang diteliti adalah debit influent dan kualitas influent air limbah domestik; kondisi fisik prasarana dan sarana pendukung; kapasitas pengolahan air limbah domestik; dan kualitas effluent hasil olahan.

Bak kontrol yang diteliti adalah bak kontrol yang memiliki jenis material dan pada lokasi sebagai berikut.

1. Precast di Sembir, Madurejo, Prambanan 2. Pasangan bata di Tambakrejo, Sariharjo, Ngaglik 3. Buis beton di Tamananpabrik, Tamanmartani, Kalasan 4. Cor setempat di Cokrowijayan, Banyuraden, Gamping

Indikator yang digunakan untuk evaluasi kelayakan adalah kinerja IPALD; dan penilaian kualitas effluent dengan menggunakan Indeks Pencemaran.

Standar baku mutu pada parameter untuk kualitas air limbah olahan domestik adalah pH, BOD5 (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solved), Minyak dan Lemak, Total Coliform (bakteri pathogen), Amoniak, TSD (Total Disolved Solved), Detergen, dan Suhu. Standar tersebut adalah standar yang

diberlakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Peraturan Daerah D.I. Yogyakarta

Parameter yang akan digunakan untuk evaluasi jenis material bak kontrol terhadap rembesan tanah adalah jumlah Total Coliform dan bakteri E. Coli yang terkandung dalam tanah sekitar bak kontrol.Standar tersebut adalah standar yang diberlakukan oleh Peraturan Menteri Kesehatan

Pengertian air limbah domestik adalah air buangan dari limbah rumah tangga berupa kotoran manusia berupa tinja (fases) dan Air seni (urine) maupun sullage. Campuran fases dan urine disebut sebagai excreta, sedangkan campuran excreta dengan air bilasan toilet disebut black water. Sullage (air limbah dari kamar mandi, cuci dapur) disebut juga Grey water [1]. Kualitas limbah dinilai dari kondisi fisiknya, kandungan kimiawi, dan kandungan biologisnya. Berdasarkan penampilan fisik dari air limbah, cairan tersebut tersusun dari suspendel solid (plastic, faeces, dan lain-lain); colloidal tersuspensi (tidak mengendap); dan polutan terlarut [2]. Kandungan biologis dalam bentuk mikroorganisme tersebut antara lain bakteri, jamur, protozoa, dan alga. Bakteri Escherichia Coli (E. Coli) adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia atau hewan (Fardiaz, 1992). Kandungan kimia antara lain pH, BOD5, COD, TSS, Minyak dan lemak, Amoniak, TDS, Detergen [1].

E. Penelitian tentang Kinerja IPAL

Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan seperangkat hasil usaha yang merujuk pada pengoptimalan kemampuan pengolahan air limbah pada debit influent dan kualitas influent air limbah domestik; kondisi fisik prasarana dan sarana pendukung; kapasitas pengolahan air limbah domestik; dan kualitas effluent air hasil olahan. Sistem IPAL mempengaruhi kinerjanya. Jenis sistem dari IPAL antara lain bak klorinasi [1] bak perata, bak pengendap (settler), bak penyaring Anaerobic Filter, bak Horizontal Gravel Filter, dan bak penyaring Anaerobic Baffled Reactor[3].

Penelititian tentang kinerja IPAL Komunal di Ngudi Sehat Tamananpabrik menyebutkan bahwa operasional pemeliharaan mempengaruhi kualitas air limbah yang dihasilkan [4]. IPAL dengan constructed wetland skala lapangan yang memenuhi kriteria desain dapat mengoptimalkan kinerjanya[5]. Salah satu sistem IPAL yaitu ABR disarankan untuk daerah tropis; namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu tidak mengosongkan dua bak ABR pertama karena sebagian besar aktivitas lumpur terjadi di ruang tersebut; penyedotan lumpur lebih sering dilakukan; dan perlu diselidiki tentang dampak masuknya lumpur ke ABR [6].Sistem tersebut digunakan untuk menurunkan kadar parameter effluent sehingga air limbah yang dibuang ke badan air tidak mencemari lingkungan.

Salah satu cara untuk menurunkan kandungan biologis effluent adalah pembahan zat klorin. Pemakaian klorin bermanfaat dan berbahaya bagi kehidupan manusia. Manfaatnya sebagai disinfektan pada pengolahan air minum, pemutih kertas, pestisida, dan industri lainnya. Dampak klorin yang berbahaya bagi manusia, antara lain menimbulkan karsinogen bagi manusia. Dampak buruk bagi lingkungan

(3)

antara lain penipisan lapisan ozon dan pemanasan global. Untuk itu diperlukan pengolahan terhadap limbah klorin antara lain dengan mengembangkan biocide yang menggunakan bakteri pseudomonas fluorescens strain sebagai pengganti klorin pada pembangkit listrik [7]. Penelitian dengan metode klorin pada skala rumah tangga menunjukan bahwa klorin memang dapat membunuh pathogen yang terdapat di air baku namun residu klorin yang terdapat dalam air olahan juga memiliki dampak kurang baik bagi mahluk hidup sekitar [8].

Pengujian sampel terhadap parameter BOD5, COD, TSS, NO3, dan PO4 dari ABR yang telah digunakan di Kota Malang menggunakan metode pengambilan sampel sesuai dengan SNI 6989.57:2008 tentang metode pengambilan air limbah. Metode analisa parameter untuk BOD5 menggunakan APHA.5210B-1998, COD menggunakan QI/KLA/19 (Spektrofotometri), TSS menggunakan APHA.2540D-2005, NO3 menggunakan QI/LKA/65, dan PO4 menggunakan SNI 19-2483-1991 [9].

Hasil pengujian sampel selanjutnya dinilai dengan pengindeksan. Penentuan status mutu perairan sungai tropis di Indonesia telah diteliti sebelumnya, yaitu dengan metode indeks kualitas air (IKA) untuk penentuan status mutu air antara lain metode Pollution Index (USA), metode Storet (USA) dan metode CCME (Canada). Kelebihan metode IP adalah dapat digunakan untuk menentukan status mutu air atau perairan dari hanya 1 kali pengambilan spesimen kualitas air, sementara CCME dan Storet harus dengan data pantau lebih banyak. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah mutu air dari pantauan kualitas air sesaat (single sampling) bermanfaat bagi kajian kontrol limbah di off stream sementara pantauan air periodik dan time series bermanfaat bagi kajian dampak polusi dengan fluktuasi yang menetap. [10].

Pada penelitian ini, pengindekan menggunakan metode Pollution Index; dan hal itu sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115/2013 tentang standar baku mutu air.

F. Penelitian tentang Bak Kontrol

Bak kontrol merupakan bagian dari sistem perpipaan di IPAL. Fungsinya untuk mengontrol aliran air limbah rumah tangga menuju sistem IPAL. Monitoring bak kontrol dalam sistem perpipaan IPAL dilakukan minimal 2 kali seminggu. Bak kontrol harus bebas sampah padat. Jika di dalam bak kontrol tidak ada aliran air limbah domestik maka dilakukan pengecekan antara bak kontrol [11]. Pembersihan bak kontrol tidak rutin menyebabkan luapan air limbah dan berdampak buruk bagi lingkungan [12].

Penyebab kebocoran pada bak kontrol dapat terjadi akibat pemasangan yang tidak tepat atau bahan dari bak kontrol itu sendiri yang kurang tepat. Pemakaian membrane keramik dapat menurunkan kadar Total Coliform pada air tanah yang tercemar. Membran keramik merupakan lempengan keramik yang terbuat dari 50% tanah liat, 20% serbuk sekam, dan 30% zeolit. Kandungan Total Coliform dapat diturunkan sebesar 230 MPN/liter. Rekayasa tersebut dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan bak outlet dengan harapan dapat menurukan kadar Total Coliform [13].

Total Coliform sebagai salah satu parameter mikrobiologi dapat digunakan untuk menentukan kualitas air tanah dangkal. Jumlah kandungan mikrobiologi dihitung dengan menggunakan metode Most Probable Number (MPN). Pengambilan sampel pada penelitian tersebut dilakukan sebanyak 2 kali pada waktu yang berbeda. Metode MPN dipakai untuk konsentrasi Total Coliform dan faecal coliform [14].

II. METODEPENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

IPALD dan bak kontrol yang dibahas pada penelitian ini sebagai berikut.

1.IPALD tipe I, dengan perpipaan yang menggunakan bak klorinasi di Sembir, Madurejo Prambanan Sleman; pada koordinat 07o 47' 40,041” LS dan 110o 29' 46,117” BT. 2.IPALD tipe II, dengan perpipaan yang tanpa bak klorinasi di Tambakrejo Sariharjo Ngaglik Sleman; pada koordinat 07o 41' 18,764” LS dan 110o 18' 14,661” BT.

3.Bak kontrol dengan jenis material precast di Sembir Madurejo Prambanan Sleman; pada koordinat 07o 47' 40,041” LS dan 110o 29' 46,117” BT.

4.Bak kontrol dengan jenis material pasangan bata di Tambakrejo, Sariharjo, Ngaglik Sleman; pada koordinat 07o 41' 18,764” LS dan 110o

18' 14,661” BT.

5.Bak kontrol dengan jenis material buis beton di Tamananpabrik, Tamanmartani Kalasan Sleman; terletak pada koordinat 07o 44' 9,223” LS dan 110o 29' 2,494” BT.

6.Bak kontrol dengan jenis material cor setempat di Cokrowijayan Banyuraden Gamping Sleman ; pada koordinat 07o 47' 0,064” LS dan 110o 20' 11,419” BT.

B. Hipotesis

Hipotesa-hipotesa yang disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.Kinerja IPALD tipe I yang tidak optimal mengakibatkan terjadinya pencemaran air pada badan penerima air limbah. 2.Kinerja IPALD tipe II yang tidak optimal mengakibatkan terjadinya pencemaran air pada badan penerima air limbah. 3.Adanya jumlah Total Coliform dan bakteri E. Coli dari tanah di bawah setiap jenis material bak kontrol, menunjukkan adanya indikasi rembesan adanya air limbah domestik.

(4)

C. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar 1 Alur Penelitian

sesuai tidak sesuai sesua i tidak sesuai Rekomendasi Rekomendasi

Cek Parameter dan kriteria

1.Debit:cek thd perencaan desain; Kualitas influent : uji lab dgn 10 parameter

2.Kondisi fisik prasarana : Permen PU & PR no 04/PRT/M/2017 3.Kapasitas IPALD: RKM Sanimas 2017 dan RKM USRI 2012 4.Kualitas efflluent: ; 10 parameter (dg bak klorinasi: kadar residunya)

menurut Permen LHK n0 68/2016 dan Perda DIY no 7/2016; dan Penilaian dengan Pollution Index menurut Nemerow & Sumitomo Pengukuran pada Kinerja IPALD

a. debit dan kualitas influent air limbah domestik; b. kondisi fisik prasarana dan sarana pendukung; c. kapasitas pengolahan air limbah domestik; d. kualitas effluent air hasil olahan

Sistem IPALD

1.IPALD tipe I Sembir, Madurejo, Prambanan Sleman: Bak Perata >Bak Settler>bak AF> bak HGF > bak Klorinasi

2.IPALD tipe II Tambakrejo, Sariharjo, Ngaglik, Sleman : bak perata > bak setller > bak ABR > bak AF

Jenis Material Bak Kontrol 1)Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman: Precast

2)Tambakrejo, Sariharjo, Ngaglik, Sleman: Pas. Batu Bata

3)Tamananpabrik, Tamanmartani, Kalasan, Sleman: Buis Beton

4)Cokrowijayan, Banyuraden, Gamping, Sleman: Cor Setempat

Tinjauan Pustaka, Landasan Teori

Data Primer dan Data Sekunder Hipotesis Rumusan Masalah Pengukuran ketahanan jenis material bak kontrol

terhadap rembesan air limbah domestik

Cek Parameter dan kriteria

Kandungan Total Coliform dan bakteri E.Coli pada tanah di bawah bak kontrol

(Permen Kes No. 32 tahun 2017)

Perbandingan Hasil Penilaian Kinerja

IPALD dengan Parameter dan kriteria

Perbandingan Hasil Penilaian Kadar Total

Coliform dan E. Coli

dengan Parameter kriteria

Kesimpulan

(5)

D. Pengambilan Data Primer dan Data Sekunder

Data primer adalah data yang diambil langsung dari lapangan antara lain sampel influent, effluent, dan tanah di bawah bak kontrol melalui pengambilan, pengukuran, dan pencatatan. Pengukuran debit air limbah dari inlet dilakukan selama 12 periode dalam satu hari sejak pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 [15].; dan dalam 1 periode dilakukan pengukuran sebanyak 5 kali di setiap masing-masing IPALD. Pengambilan sampel air limbah domestik untuk kualitas influent dan effluent dilakukan pukul 08.00 WIB selama tiga hari berturut-turut. Pengambilan data untuk fisik prasarana setiap IPALD dengan observasi dilengkapi dengan fotodokumentasi. Sampel tanah di bawah setiap bak kontrol berupatanah segar, diambil langsung dari setiap lokasi sesuai dengan prosedur. Data sekunder berupa data-data yang telah tersedia berupa dokumen pelaksaaan pembangunan IPAL dan bak kontrol.

E. Cek Parameter dan Kriteria Pengumpulan Data

Pengecekan parameter dari sampel dilakukan dengan mengunakan instrumen (Gambar 5). Data parameter kualitas influent dan effluent diperoleh dari hasil uji laboratorium dari Balai Pengujian Informasi dan Permukiman dan Bangunan (Balai PIPBJK) Yogyakarta. Sedangkan data Total Coliform untuk kualitas influent dan effluent diperoleh dari hasil uji laboratorium Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta. Pengumpulan data untuk fisik prasarana dan sarana pendukung menggunakan dokumen, pengambilan foto dan lembar observasi.

F. Variabel penelitian

Evaluasi kelayakan adalah proses menilai suatu kegiatan yang berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan untuk menentukan apakah kegiatan tersebut dapat dilanjutkan atau dilanjutkan dengan catatan Instalasi Pengolah Air Limbah Domestik (IPALD) merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengolah air limbah domestik atau rumah tangga agar air limbah buangan tersebut layak dibuang ke badan penerima air; dalam penelitian ini adalah IPALD dengan perpipaan dan bak kontrol termasuk didalamnya.

G. Analisa data

Kegiatan analisa kualitas influent, effluent IPALD diuji melalui laboratorium; selanjutnya dikorelasikan dengan parameter baku mutunya. Parameter pH menggunakan metode uji SNI 06-6989.11-2004, BOD5 menggunakan metode uji SNI 6989.72:2009, COD menggunakan metode uji SNI 6989.2:2009, TSS menggunakan metode uji SNI 6989.3-2004, Minyak & Lemak menggunakan metode uji SNI 6989.10-2004, Amoniak menggunakan metode uji SNI 06-6989.30-2005, TDS menggunakan metode uji SNI 6989.3-2004, Detergen menggunakan metode uji SNI 06-6989.51:2005, Klorin menggunakan metode Hach, dan Coliform menggunakan Metode IKM/5.4.1.M/BLK-Y.

Kegiatan analisa debit dan kapasitas dari sistem pengolahan air limbah adalah korelasi hasil perhitungan debit dan kapasitas sesuai dengan kondisi pasca konstruksi yang telah di manfaatkan terhadap perencanaan desain awalnya.

Kegiatan analisa kondisi fisik prasarana dan sarana pendukung melalui pengamatan visual yang didiskripsikan, didokumentasi, dan dikaji dengan persyaratan kinerja IPALD. Kegiatan pengambilan sampel tanah di bawah bak kontrol diuji melalui laboratorium pada Coliform dengan menggunakan metode MPN dan E. Coli dengan metode Plating; selanjutnya akan dikorelasikan dengan parameter baku mutu kesehatan lingkungan.

H. Perhitungan

Dasar perhitungan dalam penelitian ini berdasarkan data yang diperoleh dari Rencana Kerja Masyarakat Sanimas 2017[16] dan Rencana Kerja Masyarakat. Sanitation and Rural Infrastructure (USRI) 2012 [17]. Adapun persamaan perhitungan debit adalah sebagai berikut.

(1)

Debit periode (Qperiode) adalah debit yang diukur setiap pengambilan sampel dalam satu periode dalam satuan m3/hari. Satu periode dalam penelitian adalah pengambilan sampel lima kali dalam satu jam pada waktu tertentu selama 12 periode dalam satu hari. Vperiode adalah volume sampel air limbah rata-rata yang ditampung oleh bejana dalam lima kali pengambilan di setiap periode dengan satuan m3 atau liter. Waktu (Tperiode) adalah waktu rata-rata setiap periode pengambilan air limbah dalam satu periode.

∑ (2)

∑Qn adalah jumlah debit selama periode dan n adalah jumlah periodenya.Kapasitas influent IPALD diperoleh dari persamaan berikut.

(3)

Qmax adalah debit maksimum merupakan kapasitas eksisting IPALD dalam satuan m3/hari. Kapasitas rencana yang diperoleh melalui persamaan –persamaan berikut.

Koefisien Saat Jam Sibuk x Volume Air Limbah (4) Persamaan Volume Air Limbah diperoleh dari

% Air Limbah x Penggunaan Air Bersih (5) Persamaan Volume Air Bersih diperoleh dari

Jumlah Pengguna x Penggunaan Air Bersih (6) Koefisien, prosentase air limbah, dan jumlah pengguna diketahui dari data desain rencana pada setiap IPALD berikut .

TABEL I. PARAMETER DESAIN IPALDTIPE I DAN TIPE II Parameter IPALD Tipe I IPALD Tipe II*

Jumlah Pengguna 450 jiwa 400 jiwa

Penggunaan Air

Bersih 90 liter/hari 90 – 100 liter.hari

Penggunaan Air

Limbah 70% - 80% dari Air Bersih 90% dari Air bersih Koefisien Saat Jam

Sibuk 1,1 – 1,2 1

a.

(6)

Data yang telah diukur, selanjutnya dinilai dengan perhitungan sebagai berikut.

1.Perhitungan waktu tampung, volume alat tampung = --- liter (Volume alat penampung harus tetap dan sudah diketahui, jika belum diketahui harus diukur terlebih dahulu). Perhitungan tersebut mengadaptasi dari Persamaan (1).

2.Penghitungan debit air limbah (Q) merupakan hasil volume air limbah domestik sampel yang ditampung berbanding dengan waktu sesuai dengan Persamaan (1).

3.Penghitungan debit puncak air limbah dengan menggunakan Persamaan (3). Data yang digunakan adalah data yang diukur pada saat jam puncak selama pengambilan sampel air limbah domestik.

4.Penghitungan waktu tinggal pada tiap bak

5.Penghitungan kecepatan aliran pada tiap bak bak dihitung dengan membagi debit Air limbah yang terjadi terhadap luas Penampang.

III. HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN

A. IPALD tipe I, IPALD tipe II dan Bak Kontrol

IPALD Denah kinerja IPALD tipe I diilustrasikan pada Gambar 6 dan IPALD tipe II diilustrasikan pada Gambar 7 sebagai berikut.

b.

Keterangan : A = Inlet; B = Settler; C = Anaerobic Filter; D = Horizontal Gravel Filter; E = Bak Klorinasi

Gambar 2 Denah IPAL Tipe I

(Sumber : Rencana Kerja Masyarakat Sanimas 2017

c.

Keterangan : A = Bak perata; B = Settler; C = Baffle Reaktor; D = Anaerobic Filter

Gambar 3 Denah IPAL Tipe II

(Sumber : Rencana Kerja Masyarakat USRI 2012)

Jenis material bak kontrol yang diilustrasikan pada Gambar 4.

Precast Pasangan Bata Buis Beton Cor Setempat

Gambar 4 Jenis Material Bak Kontrol

B. Kinerja IPALD

Debit IPALD memenuhi standar jika debit rencana lebih kecil dari debit eksisting Hasil pengukuran debit inlet IPALD tipe I dan IPALD tipe II adalah sebagai berikut.

TABEL II.DEBIT INLET IPALD TIPE I DAN DEBIT INLET IPALD TIPE II

Waktu (Pukul) dalam setiap periode T periode (detik) Q m3/hari T periode (detik) Q m3/hari IPALD Tipe I (450 jiwa) IPALD Tipe II (400 jiwa) 1 06.00 - 07.00 3.044 113.53 6.212 27.82 2 07.00 – 08.00 4.918 70.27 7.662 22.55 3 08.00 – 09.00 6.832 50.59 7.364 23.47 4 09.00 – 10.00 6.272 55.10 10.838 15.94 5 10.00 – 11.00 5.484 63.02 8.344 20.71 6 11.00 – 12.00 6.838 50.54 18.304 9.44 7 12.00 – 13.00 7.428 46.53 22.306 7.75 8 13.00 – 14.00 12.4 27.87 18.818 9.18 9 14.00 – 15.00 15.894 21.74 16.172 10.69 10 15.00 – 16.00 4.782 72.27 11.254 15.35 11 16.00 – 17.00 4.086 84.58 5.018 34.44 12 17.00 – 18.00 4.18 82.68 12.712 13.59 Debit (Q) Rata2 A 61.56 A 17.58 Debit rencana B 40.50 B 36.00

Deviasi (b-a) (21.06) (b-a) 18.42

Tabel 2 di atas menunjukkan debit puncak IPALD tipe I sebesar 113.53 m3/hari terjadi pada pukul 06.00 – 07.00 WIB, debit terendah sebesar 21,74 m3/hari terjadi pada pukul 14.00 – 15.00 WIB dan debit rata-rata sebesar 61,56 m3

/hari serta debit rencana sebesar 40,50 m3/hari. Debit puncak dan debit rata-rata lebih besar dari debit rencana. Debit puncak IPALD tipe II sebesar 34,44 m3/hari terjadi pada pukul 16.00 – 17.00 WIB, debit terendah sebesar 7,75 m3/hari terjadi pada pukul 12.00 – 13.00 WIB dan debit rata-rata sebesar 17,58 m3/hari serta debit rencana sebesar 36 m3/hari.

Kinerja berikutnya adalah penilaian kualitas influent dan effluent berdasarkan typical composition of untreated domestic wastewater, yaitu pH (toksisitas akibat kelebihan keasaman), BOD5, COD, TSS, Minyak dan Lemak, Total Coliform, Amoniak, TDS, Detergen, dan Suhu.

Kadar air limbah yang masuk ke sistem IPALD tipe I dan II melalui inlet masih dalam batas tenggang unsur. Penilaian effluent dengan standar baku mutu yang disyaratkan pemerintah menunjukkan bahwa 4 dari 10 parameter pada IPALD tipe I memenuhi berikut residu klorin; dan 5 dari 10 parameter IPALD tipe II memenuhi.

Parameter standar baku mutu air limbah influent menggunakan typical composition of untreated domestic wastewater sebagaiberikut BOD5 =110– 400 mg/L; COD = 250 – 1000 mg/L, TSS = 100 – 350 mg/L; Minyak & Lemak 50 – 150 mg/L; Total Coliform = 106 - 109 jumlah/100ml; Amoniak = 12 – 50 mg/L ; TDS = 280 – 850 mg/L ; Detergen = 20 – 50 mg/L [18]. Inle t

A

B

A

C

A

C

A

C

A

C

A

D

A

E

A

Outlet

A

D

D

C

C

C

B

B

C

C

Inlet Outlet

(7)

Parameter standar baku mutu air limbah effluent menggunakan syarat- syarat dari beberapa peraturan. Kemen LHK No. P.68/Menlhk/Sekjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik untuk kadar pH 6-9, BOD5 (Biochemical Oxygen Demand) = 30 mg/L, COD (Chemical Oxygen Demand) = 100 mg/L, TSS (Total Suspended Solved) = 30 mg/L, Minyak & Lemak= 5 mg/L, Total Coliform (bakteri pathogen) = 3000 jumlah/100ml, Amoniak = 10 mg/L [19]; Peraturan Daerah DIY No. 7 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk kadar TDS (Total Disolved Solved) = 2000 mg/L, Detergen = 5 mg/L, dan Suhu = 24,5 – 27,5 derajat C [20]; dan untuk kadar Chlorine = 0,2 ml/liter [21].

TABEL III. HASIL KUALITAS INFLUENT DAN EFFLUENT PADA IPALDTIPE I

DAN TIPE II

Parameter Satuan influent Effluent Hasil IPALD tipe I pH* - 7.47 7.06 Tidak Memenuhi BOD5* mg/L 202.95 106.72 Tidak Memenuhi COD* mg/L 388.60 247.59 Tidak Memenuhi TSS* mg/L 72.33 15.33 Memenuhi Minyak & Lemak* mg/L 12.67 5 Memenuhi Total Coliform** MPN/100m l >1600x10 2 >1600x102 Tidak Memenuhi Amoniak* mg/L 36.50 40.5 Tidak Memenuhi TDS** mg/L 164.33 179.33 Memenuhi Detergen** mg/L 13.75 9.18 Tidak Memenuhi Suhu** C 27.97 28.3 Tidak Memenuhi Chlorine *** ml/liter - <0.001 Memenuhi IPALD tipe II pH* - 7.47 7.07 Tidak memenuhi BOD5* mg/L 202.95 54.94 Tidak memenuhi COD* mg/L 388.60 84.22 Memenuhi. TSS* mg/L 72.33 20.90 Memenuhi. Minyak & Lemak* mg/L 12.67 4.67 Memenuhi. Total Coliform** MPN/100ml >1600x10 2 >1600x102 Tidak memenuhi. Amoniak* mg/L 36.50 27 Tidak memenuhi TDS** mg/L 164.33 117.67 Memenuhi. Detergent* * mg/L 13.75 4.01 Memenuhi. Suhu** C 27.63 27.97 Tidak memenuhi.

Kapasitas IPALD memenuhi atau tidak dapat diketahui melalui debit yang terjadi. Debit maksimal pada IPALD tipe I terjadi pada pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 07.00 WIB.Pada IPALD tipe II terjadi pada pukul 16.00 WIB

sampai dengan 17.00 WIB pada tabel 4 Hasil dan pembahasan kapasitas IPALD tipe I dan IPALD tipe II

TABEL IV. KAPASITAS IPALD TIPE I DAN KAPASITAS IPALD TIPE II

Tipe Rencana Pengguna Pengguna Eksisting Kapasitas Rencana m3/hari Kapasitas Eksisting m3/hari Evaluasi I 450 jiwa1 389 jiwa3 35,641 113,53 Tidak memenuhi desain rencana II 400 jiwa2 278 jiwa4 36,002 34,44 memenuhi desain

rencana

d.

Keterangan : 1

) Rencana Kerja Masyarakat SANIMAS 2017 ; 2

) Rencana Kerja Masyarakat USRI 2012; 3

) Laporan Pelaksanaan SANIMAS 2017; 4

) Laporan Pelaksanaan USRI 2012

Berikut tabel hasil perhitungan waktu tinggal pada masing-masing bak pada IPALD tipe I.

TABEL V HASIL PERHITUNGAN WAKTU TINGGAL PADA IPALD TIPE I Uraian Desain Eksisting

td (jam) 1/6 0,02

v (m/jam) 2,68 8,51

td (jam) 12 3,78

Vv (maks 0,5 m/jam) 0,167 0,53

ttd ((jam) 12 1,01

v (maks 2m/jam) m/jam 1,24 3,94

td (jam) 3 0,95

v (m/jam) 3,41 2,57

td (jam) 0,5 0,16

v (m/jam 2,24 7,09

e.

Keterangan ; A = bak perata; B = bak pengendap (settler); C = bak penyaring Anaerobic Filter; D =

bak Horizontal Gravel Filter, dan E = bak Klorinasi

Tabel 5 diketahui, waktu tinggal yang terjadi (existing) dalam pengolahan air limbah IPALD tipe I tidak sesuai dengan rencana desain. Akibat dari waktu tinggal yang tidak sesuai adalah pengolahan air limbah tidak maksimal dan hasil olahan air limbah (effluent) tidak optimal Berikut tabel hasil perhitungan waktu tinggal pada IPALD tipe II.

TABEL VIHASIL PERHITUNGAN WAKTU TINGGAL IPALD TIPE II Uraian Desain Eksisting

td (jam) - - v (m/jam) - - td (jam) 2 0,35 Vv (m/jam) 0,5 0,5 ttd ((jam) 9,95 0,88 v (maks 2m/jam) m/jam 0,16 1,09 td (jam) 8,065 8,439 v (m/jam) 2,351 2,246 f.

Keterangan : A= bak perata; B = bak pengendap (settler); C = bak penyaring Anaerobic Baffled Reactor; dan D = bak penyaring Anaerobic Filter

(8)

Tabel 6 diketahui bahwa waktu tinggal existing lebih besar dan hampir sama dengan waktu tinggal rencana. Hal tersebut menunjukkan IPALD tipe II memiliki kinerja yang optimal. Fisik prasarana eksisting pada IPALD tipe I dan IPALD yang disyaratkan oleh Permen PU & PR no 4/PRT/M/2017 pada Tabel 7[22].

TABEL VII.FISIK PRASARANA IPALD TIPE I DAN FISIK PRASARANA IPALD

TIPE II Deskripsi Kriteria Desain Kondisi Lap. Desain Kondisi Lap. IPALD Tipe I IPALD Tipe II

Desain Ada Ada Ada Ada

Jalan Operasional Ada Ada Ada Ada

Jalan Inspeksi Ada Ada Ada Ada

Alat Pemeliharan Ada Ada Ada Tidak Ada

Pipa Pembuangan Ada Ada Ada Tidak Ada

Sumber Energi Listrik Ada Ada Ada Tidak Ada

Evaluasi untuk fisik prasarana IPALD tipe I menunjukkan sesuai dengan desain sedangkan IPALD tipe II kurang sesuai dengan desain.

C. Penentuan status mutu air dengan metoda indeks pencemaran

Sumitomo dan Nemerow mengusulkan suatu indeks yang berkaitan dengan senyawa bermakna suatu peruntukan yaitu Pollution Index (PI). Indeks Pencemaran (IP) digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relative terhadap parameter kualitas air yang diizinkan [23]. .Kualitas effluent dari setiap IPALD dinilai dengan Indeks Pencemaran (IP) dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1.Parameter-parameter dengan nilai rendah dipilih sehingga kualitas air akan membaik.

2.Konsentrasi parameter baku mutu yang dipilih adalah yang tidak memliki rentang.

3.Harga Ci/Lij dihitung untuk tiap parameter effluent.

Ci adalah konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil analisa sampel air pada suatu lokasi pengambilan sampel dari suatu alur sungai; Lij yaitu konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku peruntukan air (j). Maka PIj adalah PI bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij. Jika nilai baku Lij memiliki rentang dan Ci< Lij rata-rata

(7)

Penggunaan nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran kalau nilai ini lebih kecil dari 1,0

Penggunaan nilai (Ci/Lij)baru jika nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran lebih besar dari 1,0.maka mengunakan persamaan sebagai berikut.

(Ci/Lij)baru = 1,0 + P.log(Ci/Lij)hasil pengukuran (8)

P adalah konstanta dan nilainya ditentukan (biasanya digunakan nilai 5). Nilai rata-rata dan nilai maksimum dari ke seluruhan Ci/Lij

((Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M) ((9)

Menentukan harga Pij

√ (10)

Evaluasi terhadap nilai PIj adalah 0 ≤ PIj ≤ 1,0 dideskripsikan effluent memenuhi baku mutu (kondisi baik); 1,0 < PIj ≤ 5,0 dideskripsikan effluent cemar ringan; 5,0 < PIj ≤ 10 dideskripsikan effluent cemar sedang; PIj > 10 dideskripsikan effluent cemar berat.

Hasil pengindeksan kualitas effluent IPALD tipe I dengan menggunakan metode IP pada Tabel 8.

TABEL VII. KUALITAS PENILAIAN EFFLUENT IPALD TIPE I MELALUI METODE

IP Parameter Ci Lix Ci/Lix Ci/Lixbaru pH* 7.06 6-9 0,31 0,31 BOD5* 106.72 30 3,56 3,76 COD* 247.59 100 2,48 2,97 TSS* 15.33 30 0,511 0,511

Minyak & Lemak* 5 5 1 1

Total Coliform* >1600 x 102 3000 53,33 9,63 Amoniak* 40.5 10 4,05 4,04 TDS** 179.33 2000 0,09 0,09 Detergen** 9.18 5 1,84 2,32 Suhu** 28.3 24,5-27,5 1,53 1,92 Residu Chlorine <0.001 0,2 0,005 0,005 2.41 Penilaian effluent PI adalah : 7,02 kategori cemar sedang (5,0 < PIj ≤ 10)

Hasil penilaian effluent air limbah domestik di IPALD tipe I dengan IP memiliki nilai rata-rata sebesar 7,02 menurut Persamaan 10

Penilaian kualitas effluent dari IPALD tipe II (tanpa bak klorin) dengan metode IP pada Tabel 9.

TABEL IX PENILAIAN KUALITAS EFFLUENT IPALD TIPE II DENGAN METODE IP Parameter Ci Lix Ci/Lix Ci/Lixbaru pH* 7.07 6-9 0,28 0,28 BOD5* 54.94 30 1,83 2,31 COD* 84.22 100 0,84 0,84 TSS* 20.90 30 0,69 0,69 Minyak & Lemak* 4.67 5 0,93 0,93 Total Coliform* >1600 x 10 2 3000 53,33 9,63 Amoniak* 27.00 10 2,7 3,16 TDS** 117.67 2000 0,06 0,06 Detergen** 4.01 5 0,8 0,8 Suhu** 27.97 24,5-27,5 1,31 1,58 2,03 Penilaian effluent PI adalah : 6,96 kategori cemar sedang (5,0 < PIj ≤ 10 )

Hasil penilaian effluent air limbah domestik di IPALD tipe I dengan IP memiliki nilai rata-rata sebesar 6,96 menurut persamaan 10

D. Indikator mutu air tanah di bawah bak kontrol

Indikator mutu air tanah di bawah bak kontrol menggunakan Indikator standar baku mutu kesehatan lingkungan mengikuti

(9)

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk keperluan hygiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian umum adalah 50 MPN/100ml untuk Total Coliform dan 0 CFU/100ml untuk kandungan bakteri E. Coli [24].

Mutu air tanah di bawah bak kontrol sebagai perbandingan kondisi awal pencemaran air tanah sumur A dan sumur B di lokasi penelitian sebelum dibangunnya IPALD. Data sekunder menunjukan bahwa jumlah Total Coliform sumur A milik Bapak Haryanto sebesar 1600 MPN/100ml dan sumur B milik Bapak Yulianto 79 MPN/100ml. Hal tersebut menguatkan dugaan bahwa air tanah sudah mengalami pencemaran akibat sistem sanitasi dengan saptitank individual di setiap rumah. Hasil pengujian air sumur warga menguatkan dugaan adanya pencemaran air tanah akibat sistem sanitasi dengan saptitank individual di setiap rumah sebelum IPALD dibangun. Data sekunder menunjukan bahwa jumlah Total Coliform sumur milik Bapak Haryanto sebesar 1600 MPN/100ml dan sumur milik Bapak Yulianto sebesar 79 MPN/100ml.

Mutu air tanah di bawah bak kontrol diteliti sebagai perbandingan ada tidaknya pencemaran air tanah setelah dibangunnya IPALD. Potensi pencemaran air tanah akibat rembesan air limbah domestik dari setiap jenis material bak kontrol disampaikan pada Tabel 10.

TABEL X. KADAR BAKTERI ECOLI DAN TOTAL COLIFORM PADA TANAH DI BAWAH BAK KONTROL

Lokasi sampel

Hasil Uji

Laboratorium Hasil Uji Konversi

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan TC (MPN/g) E.Coli (cfu/g) TC (MPN /100ml) E.Coli (cfu/ 100ml) TC (MPN/ 100ml) E.Coli (cfu/ 100ml)

Bahan/Material Bak Kontrol : Precast

PC1 135000 214000 204440 2154600 50 0

PC2 5380 56700 359100 18658000 50 0

PC3 9450 491000 5130000 8132000 50 0

Bahan/Material Bak Kontrol : Pasangan Bata

PB1 30800 2950 1170400 112100 50 0

PB2 1270000 339000 48260000 12882000 50 0

PB3 57800 22100 2196400 839800 50 0

Bahan/Material Bak Kontrol : Buis Beton

BB1 468 - 95380 - 50 0

BB2 2510 - 17784 - 50 0

BB3 3120 3120 118560 118560 50 0

Bahan/Material Bak Kontrol : Cor Setempat

CS1 17300 40100 657400 1523800 50 0

CS2 1640 2560 184680 163400 50 0

CS3 4860 4300 62320 97280 50 0

Hasil uji laboratorium dikriteriakan dengan standar baku mutu Kesehatan Lingkungan dan satunnya dikonversi [25]. Masa jenis tanah diketahui 2,65 g/ml dikonversikan 1 gram tanah menjadi 0,38 ml [26]. Jumlah Total Coliform dan bakteri

E. Coli pada tanah di bawah bak kontrol lebih besar dibandingkan dengan standar baku mutu kesehatan lingkungan. Hal itu disebabkan karena perencanaan bahan yang kurang tepat, pekerjaan tidak sesuai dengan petunjuk teknis, dan tidak ada pengawasan dari ahli saat pelaksanaan pembangunan.

IV. KESIMPULANDANREKOMENDASI

A. Kesimpulan

1.Evaluasi kelayakan sistem IPALD tipe I. Penurunan kadar influent ke effluent terjadi pada beberapa parameter, yaitu pH, BOD5, COD, TSS, Minyak dan Lemak, Deterjen, kecuali pada parameter Total Coliform, Amoniak, TDS, dan Suhu. Debit influent lebih besar dari pada debit rencana (113,53 m3/hari ≥ 35.63 m3/hari) sehingga kapasitas kinerja IPALD kurang maksimal dalam mengolah air limbah domestik. Fisik prasarana telah memenuhi kriteria yaitu memiliki lima kriteria yang disyaratkan dan berfungsi sebagai mana mestinya. Kualitas effluent untuk indeks pencemaran pada kategori cemar sedang. Dengan adanya bak Klorinasi, tidak menyebabkan sistem IPALD tipe I menjadi effektif untuk mengurangi dari Total Coliform yang ada di effluent sehingga pemilihan proses ini tidak sesuai untuk diterapkan

2.Evaluasi kelayakan sistem IPALD tipe II. Penurunan kadar influent ke effluent terjadi pada parameter, yaitu pH, BOD5, COD, TSS, Minyak dan Lemak, Deterjen, Amoniak, TDS, dan Suhu kecuali pada parameter Total Coliform. Debit influent memenuhi debit rencana (34,44 m3/hari ≤ 36 m3/hari) sehingga kapasitas kinerja IPALD masih memenuhi dalam mengolah air limbah domestik. Pada fisik prasarana terdapat dua kriteria yang belum terpenuhi dari lima kriteria yang disyaratkan, yaitu tersedianya alat pemeliharaan dan sumber energi listrik. Kualitas effluent untuk indeks pencemaran pada kategori cemar sedang.

3.Evaluasi kelayakan jenis material bak kontrol dinilai dari jumlah kandungan Total Coliform dan bakteri E Coli yang terdapat pada tanah di bawah bak kontrol. Kandungan Total Coliform ditemukan pada semua tanah di bawah bak kontrol dari semua jenis material, yaitu precast, pasangan bata, buis beton, dan cor setempat. Bakteri E Coli ditemukan pada tanah di bawah bak kontrol kecuali tanah di bawah bak kontrol buis beton pada lokasi Bapak Parmadi RT 01(BB1) dan Bapak Rusbandono/ Sri Teguh RT 02(BB2). Kandungan parameter Total Coliform dan bakteri E Coli di atas standar baku mutu kesehatan lingkungan dalam parameter biologi.

B. Rekomendasi

1.Debit influent IPALD tipe I lebih besar dari pada debit rencana akibatnya over capasity. Untuk itu perlu peninjauan ulang dalam merencanakan volume air bersih yang dipergunakan setiap orang sesuai dengan kebutuhannya. Maka volume air bersih yang digunakan sebesar 90 liter/orang/hari sudah tidak relevan untuk diterapkan.

2.Perencanaan waktu tinggal perlu dipertimbangkan lagi, mengingat kebutuhan air bersih setiap orang dalam keseharian dipengaruhi oleh budaya dan kebiasaan masyarakat.

(10)

3.Gambar desain dan asbuilt drawing ditandangani oleh ahlinya, yaitu konsultan pengolah air limbah yang berkompeten.

4.Perencanaan material bak kontrol (manhole) pada sistem perpipaan perlu direncanakan berdasarkan sifat dari material tersebut. Selain itu pelaksanaan pekerjaan pemasangan bak kontrol perlu diawasi agar memenuhi rencana kerja yang telah dibuat oleh konsultan pengolah air limbah domestik.

5.Rekayasa pada bak kontrol (manhole) existing perlu segera dilakukan mengingat dampak kebocoran air limbah telah menyebar di tanah di bawah bak kontrol.

Referensi

[1] Asmadi dan Suharno, “Dasar-dasar teknologi pengelolaan air limbah,” Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2012

[2] Saraswati, Sri Puji, “Dasar-dasar pengolahan air limbah,” Yogyakarta: Laboratorium Teknik Penyehatan dan Lingkungan Jurusan Teknik Universitas Gadjah Mada.

[3] Sasse, Ludwig., “Decentralised Wastewater Treatment in Developing Countries,”. Bremen: Borda, 1998

[4] Hidayat, Panggih, “Kajian kinerja instalasi pengolahan air limbah (ipal) komunal sistem dewats,” belum dipublikasikan

[5] Djuniawan, Wawan,”Kajian Kinerja Contructed Wetland Skala Lapangan dalam Menurunkan BOD5, COD, Amoniak, dan Fosfat pada

Air Limbah Domestik di IPAL Komunal”, Thesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2016.

[6] Reynoud, Nicolas S., ”Operation of Decentralised Wastewater Treatment Systems (DEWATS) Under Tropical Field Conditions”. Faculty of Environmental Sciences Technical University, Dresden, 2014.

[7] Hasan, A, “Dampak Penggunaan Klorin,” Jurnal Teknik Lingkungan P3TL-BPPT.7, hal. 90-96, 2006.

[8] Suhatman, Hadi. dkk. Household Scale Clean Water Disenfection, Technique with Chlorination Method. Internasional Jurnal of Scientific and Research Publications. Vol. 4. ISSN 2250-3153. www.iksrp.org. 2014

[9] Hendriarianti, Evi., Karnaningroem, Nieke, “Evaluation of Communal Wastewater Treatment Plant Operating Anaerobic Baffled Reactor and Biofilter”, Waste Technology, Vol. 4(1) pp. 7-12. 2016.

[10] Saraswati, S.Puji., dkk. “Kajian Bentuk dan Sensitivitas Rumus Indeks PI, Storet, CCME untuk Penentuan Status Mutu Perairan Sungai Tropis di Indonesia”, Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 21, No. 2. 129-142, 2014.

[11] Ajakima, S.Oraendo., Soedjono, Eddy S, „‟Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal Di Kelurahan Kedung Cowek Sebagai Upaya Revitalisasi Kawasan Pesisir Surabaya‟. Jurnal Teknik ITS Vo 5, No. 2, 2016.

[12] Palangda, Diaz. “Evaluasi Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) Komunal Berbasis Masyarakat Di Kecamatan Tallo Kotamadya Makassar”. Tugas Akhir. Makasar: Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, 2015.

[13] Sari, Suci Fitria., Sutrisno, Joko, “Penurunan Total Coliform pada Air Tanah Menggunakan Membran Keramik”. JurnalTeknik WAKTU, Vol. 16., No. 01, 2018.

[14] Prilia, Desiana., Kamil, Maxdoni, “Penentuan Kualitas Air Tanah Dangkal Berdasarkan Parameter Mikrobiologi (Studi Kasus: Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung) Shallow Groundwater Quality Determination Based On Microbiological Parameters (Case Study: Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung),”. Jurnal Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Vol 17., No.2. Hal. 11-21, 2011.

[15] Ismanto, Ardi.2012.Pengukuran Debit Air Secara Sederhana. [Online] Avaiable at:http://konservasi-bidang1ntt.blogspot.co.id. [Accessed 20 Februari 2018]

[16] Kelompok Swadaya Masyarakat Sembir Asri, “Laporan Pelaksanaan Program Sanimas Pembangunan IPALD Skala Permukliman dengan Perpipaan. Yogyakarta: KSM Sembir Asri, 2017.

[17] Kelompok Swadaya Masyarakat Tambakrejo Bersih. “ Rencana kerja Masyarakat Program USRI”. Yogyakarta: KSM Tambakrejo Bersih, 2012.

[18] Tchobanoglous.”Small and Decentralized WastewaterManagement Systems”. Davis, California, 1998

[19] Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, Jakarta

[20] Peraturan Daerah DIY. No. 7 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah, Yogyakarta

[21] Saraswati, Sri Puji. 1996. Unit Proses Limbah Domestik. Yogyakarta: Laboratorium Teknik Penyehatan dan Lingkungan Jurusan Teknik Universitas Gajah Mada

[22] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 04/PRT/M/2017.Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik. Jakarta: Kemen PU dan PR

[23] Nemerow, Nelson.L., Sumitomo, H. “ Benefits of Water Quality Enhancement”, Report No. 16110 DAJ. Prepared for the US. Enviromental Protection Agency Syracuse. NY, 1970.

[24] Peraturan Menteri Peraturan Menteri Kesehatan No 32 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air, Jakarta: Kemenkes

[25] www.tutorialvalid. 2018.”Konversi Satuan”. 15 Mei

[26] Agus,F. dan Marwanto,S. Penetapan Berat Jenis Partikel Tanah. [Online] Avaiable at http://balittanah.litbang.pertanian.go.id. [Acessed May 22 2018]

Gambar

Gambar 1 Alur Penelitian
Gambar 3 Denah IPAL Tipe II
Tabel 5 diketahui, waktu tinggal yang terjadi (existing) dalam  pengolahan  air  limbah  IPALD  tipe  I  tidak  sesuai  dengan  rencana  desain
Tabel  6  diketahui  bahwa  waktu  tinggal  existing  lebih  besar  dan  hampir sama dengan waktu tinggal rencana

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah Domestik Kota Bogor Menggunakan Air Hujan Untuk Debit Penggelontoran

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kuantitas air limbah yaitu debit dan beban pencemaran air limbah (BPM dan BPA), mengevaluasi hasil kualitas IPAL jika

Puji syukur kepada Allah SWT yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan tugas akhir dengan judul “ Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah Domestik

pengelolaan sarana limbah cair domestik secara terpusat, kurang memadainya sistem pengelolaan limbah cair domestik rumah tangga individual atau semi komunal

Berdasarkan hasil analisis ekonomi sosial untuk menilai kelayakan penerapan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik UASB dan DHS di Wilayah Kecamatan Bogor Utara, maka

Kondisi realita di Kecamatan Simokerto tercatat 1.186 Kepala Keluarga atau sekitar 26,6% yang membuang air limbah domestik ( black water dan grey water ) ke saluran

Kondisi realita di Kecamatan Simokerto tercatat 1.186 Kepala Keluarga atau sekitar 26,6% yang membuang air limbah domestik ( black water dan grey water ) ke saluran

Gambar 1 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Pipa Air Limbah Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah Domestik Terpusat Perhitungan Debit Air Bersih Berdasarkan data dari Badan