• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POTENSI INVESTASI KOPI BERBASIS SPASIAL DI DESA UJUNGBULU KECAMATAN RUMBIA KABUPATEN JENEPONTO MAGFIRA ANGRIANI NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS POTENSI INVESTASI KOPI BERBASIS SPASIAL DI DESA UJUNGBULU KECAMATAN RUMBIA KABUPATEN JENEPONTO MAGFIRA ANGRIANI NIM:"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI INVESTASI KOPI BERBASIS

SPASIAL DI DESA UJUNGBULU KECAMATAN

RUMBIA KABUPATEN JENEPONTO

MAGFIRA ANGRIANI

NIM: 105960201115

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

(2)

ii

ANALISIS POTENSI INVESTASI KOPI BERBASIS

SPASIAL DI DESA UJUNG BULU KECAMATAN

RUMBIA KABUPATEN JENEPONTO

MAGFIRA ANGRIANI 105960201115

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

(3)
(4)
(5)

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Analisis Potensi Investasi Kopi Berbasis Spasial di Desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar,18 Juli 2019

Magfira Angriani 105960201115

(6)

v

ABSTRAK

MAGFIRA ANGRIANI. 105960201115. Analisis Potensi Investasi Kopi Berbasis Spasial di Desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto. Di bimbing oleh Ir.Hj. Nailah dan ISNAM JUNAIS

Penelian ini bertujuan untuk mengetahui potensi investasi, penilaian faktor dominan potential investasi dan Proyeksi Spasial Desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto

Populasi dalam penelitian ini secara keseluruhan 250 orang petani kopi yang terbagi dari setiap klaster wilayah. Sampel yang diambil sebanyak 187 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan data sensus. Dimana sampel dapat mewakili populasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi investasi yang ada di Desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto. Potensi investastasi kopi perlu ditingkatkan karena harga sangat rendah dikalangan petani, Karena untuk mendapatkan nilai potensi yang maksimum petani harus melakukan perbaikan mutu produksi, dan menambah pengatahuan petani mengenai budidaya kopi perlu diasah. Sehingga petani dapat memperoleh hasil yang baik dalam usaha kebun kopinya. Adapun faktor-faktor penilaian meliputi kecocokan lahan, ketersediaan lahan, ketersediaan tenaga kerja, produksi kopi ditingkatkan, kelembagaan, infrastruktur, dan akses pinjaman keuangan. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor penunjang dalam meningkatkan potensi investasi yang ada di Desa Ujung Bulu. Adapun potensi eksisting yang di di petani kopi yaitu Rp. 872.380.000 sementara jika petani dapat memperbaiki produksi kopi dengan perbaikan mutu maka potensi pendapatan petani yang seharunya diterima yaitu Rp. 7.076.700.000 selisih antara potensi eksisting dengan potensi pendapatan yaitu Rp. 6.204.320.000 dari rata-rata responden sebanyak 187. Potensi investasi yang paling efisien ditinjau dari Sistem Geografis dengan adanya peta kewilayahan dapat membantu petani dalam memasarkan produksi kopi dan dapat terkenal diseluruh dunia bahwa Desa Ujung bulu memiliki potensi kopi yang dapat dikembangkan.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah S W T, karena

atas Rahmat, Hidayah-Nya dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan

kepada penulis. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada

Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para

pengikutnya, sehingga dengan penuh ketenangan hati penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul

Analisis Potensi Investasi Kopi

Berbasis Spasial di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten

Jeneponto

”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk

memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skirpsi ini tidak akan

terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada yang terhormat :

1.

Ibunda Ir.Hj.Naila.M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Isnam

Junais, S.TP, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa

(8)

vii

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis,

sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

2.

Bapak Dr. H. Burhanuddin,S,Pi., M.P selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3.

Ibunda Dr. Sri Mardiyati, S.P.,M.P selaku ketua Jurusan

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Makassar.

4.

Kedua orangtua ayahanda H. Zaenal Abidin, ibunda Hj. Hasnah

Insan, dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan

bantuan, baik moral maupun materi sehingga skripsi ini

terselesaikan.

5.

Seluruh dosen jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali

segudang ilmu kepada penulis.

6.

Kepada pihak pemerintah Kecamatan Rumbia Khususnya

kepala Desa Ujung Bulu beserta jajarannya yang telah

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di daerah

tersebut.

7.

Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari

awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

(9)

viii

Sebagai manusia biasa, tentunya penulis masih membutuhkan

masukan dan saran. Oleh karena itu, penulis akan sangat senang jika

menerima masukan dari para pembaca baik berupa kritik maupun

saran yang sifatnya membangun. Harapan penulis, semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat dan dapat memberikan sumbangan yang

berarti bagi pihak yang membutuhkan. Amin.

Makassar, 18 Juli 2019

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Usahatani Kopi ... 6

(11)

x

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi ... 11

D. Kriteria Investasi ... 13

E. Mengevaluasi Potensi Investasi ... 14

F. Analisis Spasial ... 15

G. Penelitian Terdahulu ... 17

H. Kerangka Pemikiran ... 21

III METODE PENELITIAN ... 22

3.1Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2Teknik Penentuan Sampel/inform ... 22

3.3Jenis dan Sumber Data ... 24

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.5Teknik Analisis Data ... 25

3.6Definisi Operasional ... 28

IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 31

1.1 Kondisi Geografis ... 31

1.2 Kondisi Demografis ... 35

1.3 Kondisi Pertanian ... 43

V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

5.1. Identitas Responden ... 49

5.2.Potensi Investasi ... 53

(12)

xi

5.4Sebaran Spasial Potensi Investasi Komoditi Kopi di Desa Ujung

Bulu ... 60

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

6.1. Kesimpulan ... 73

6.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 77 RIWAYAT HIDUP ...

(13)

xii

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Klasifikasi Potensi Investasi Berdasarkan Derajat Kepentingan ... 26

2. Skala Penilaian Untuk Pernyataan Positif dan Negatif Sugiono (2010) ... 26

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 38

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 39

5. Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Pendapatan Perbulan ... 40

6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 44

7. Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia Di Desa Ujung Bulu Kecamaatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 50

8. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden ... 51

9. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 53

10 Potensi Investasi Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 54

11 Sebaran Spasial Jumlah Pohon, Potensi Lahan, Potensi Investasi, Potensi Eksisting, Rata-Rata Umur, Berdasarkan Klaster ... 61

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Kerangka Pikir ... 21

2. Peta Lokasi Penelitian ... 22

3.Diagram Proses Pembuatan Peta-Peta Tematik ... 28

4.Assessment Factor Investment Potential ... 56

5. Sebaran Spasial Jumlah Pohon Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 63

6. Sebaran Spasial Luas Lahan Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto... 65

7.Sebaran Spasial Potensi Investasi Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 67

8.Sebaran Spasial Potensi Eksisting Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 69

9.Sebaran Spasial Potensi Umur Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto... 71

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman 1. Kuesioner Penelitian... ... 77

2. Identitas Responden di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 79

3. Peta Administrasi Wilayah Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 88

4. Dokumentasi Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 89

(16)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi adalah salah satu komoditi yang sangat penting yang dibudidayakan di seluruh dunia. Kopi merupakan salah satu komoditi ekspor andalan yang besar artinya bagi kesejahteraan masyarakat petani dan pekebun kopi di berbagai daerah. Budidaya kopi lebih merupakan usaha petani rakyat yang mengembangkan kopi Robusta dan Arabika. Persaingan dipasar kopi dunia diperhitungkan akan semakin ketat dan aspek mutu nyata semakin menentukan porolehan pasar dengan harga yang baik. Hal ini disebabkan karena komoditi ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan strategis, baik untuk memberikan peningkatan pendapatan petani bahkan dapat menambah devisa bagi negara. Kopi arabika di Indonesia umumnya ditanam di Aceh, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara Timur.

Sulawesi Selatan adalah pengembang jenis kopi arabika, robusta, kolusi dan toraja. Kopi kalosi adalah salah satu kopi terbaik di dunia, merupakan salah satu komoditi unggulan Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan. Di Indonesia, jenis kopi kalosi ini hanya bisa tumbuh di Kabupaten Enrekang yang terletak di daerah pegunungan (dengan ketinggian kurang 2.000 meter di atas permukaan laut) dengan iklim dingin. Kabupaten Enrekang, menjadi salah satu penghasil kopi berkualitas bagus yang mendapat pengakuan dari beberapa negara di dunia. Sejak beberapa tahun silam, kopi Kalosi sudah terkenal bahkan diekspor hingga ke luar negeri dengan harga tinggi, seperti ke Jerman, Jepang dan Amerika. Kopi ini

(17)

2 disukai di luar negeri karena rasa dan aromanya yang khas. Memang kopi ini lebih dikenal diluar negeri, dan untuk di Indonesia sendiri kopi ini masih kalah pamor dengan kopi luwak, kopi Bali, atau kopi Toraja. Selain itu pemasarannya khusus di Indonesia masih terbatas karena kelangkaannya.

Petani-petani penanam kopi arabika mendapat penghasilan yang cukup baik karena produksi dunia tidak melimpah seperti kopi robusta. Dengan sendirinya harga kopi itu pun stabil. Kopi arabika mampu memberikan kesejahteraan yang cukup baik bagi para petaninya serta tambahan pendapatan daerah Sulawesi Selatan . Biji kopi arabika yang dihasilkan Sulawesi Selatan diekspor ke beberapa negara di Asia, Eropa, dan Amerika. Bahkan Jepang sedari dulu melakukan survei tanaman kopi dan meyakini kopi dari Sulawesi Selatan dapat berkembang dan menguasai pasar Internasional yang kemudian menanamkan modal untuk budi daya kopi arabika di Sulawesi Selatan sejak tahun 1976 patungan bersama beberapa perusahaan Indonesia. Dan keterbatasan modal dalam pemenuhan teknologi untuk meningkatkan produksi, sehingga produktivitas masih sulit untuk ditingkatkan walaupun permintaan global dan pasar domestik cukup besar.

Investasi memegang peranan penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini yang menyebabkan mengapa investasi sebagai suatu faktor yang krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Investasi pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi, investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama antara pemerintah dan swasta. Pendapatan asli daerah merupakan sumber dana yang diperoleh pemerintah daerah dari pemanfaatan dan pengelolaan

(18)

3 sumber-sumber daya yang dimiliki oleh daerah tersebut yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan daerah.

Investasi juga merupakan kegiatan untuk mentransformasikan sumber daya potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dimana sumber daya alam yang ada di masing-masing daerah diolah. dimana sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk pengadaan berbagai barang modal yang akan digunakan dalam kegiatan proses produksi.

Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 749,79 km2 dan berpenduduk sebanyak 330.735 Jeneponto terkenal dengan wilayah yang kering dan gersang. Namun hal ini tak sepenuhnya benar, dikarenakan ada beberapa wilayah jeneponto yang berada pada ketinggian 600-1900 mdpl. Salah satu wilayah di kabupaten Jeneponto yang berada pada ketinggian 1400 mdpl yaitu desa Ujung Bulu, kecamatan Rumbia, kabupaten Jeneponto. Desa Ujung Bulu berada di dataran tinggi yang memiliki lahan pertanian dan perkebunan yang sangat luas, serta kaya akan potensi sumber daya alam lainnya, seperti sumber mata air yang dapat ditemukan di setiap dusun.

Berbagai masalah yang dihadapi oleh petani di desa Ujung Bulu dalam mengembangkan agribisnis kopi diantaranya adalah data potensi wilayah yang masih belum tersedia, penurunan mutu serta penurunan produktivitas kopi ini disebabkan oleh budidaya yang kurang efektif dan keterbatasan dana para petani kopi dalam membangun kebun kopinya. Keterbatasan dana para petani kopi disebabkan oleh pengeluaran/biaya dengan pendapatan yang tidak seimbang. Dari

(19)

4 pernyataan diatas selain menunjukkan lemahnya segi dana bagi pengembangan kebun kopi yang produktif.

Sedangkan pola alokasi yang masih tertuju kepada pola pemenuhan kebutuhan pangan, sedangkan pola alokasi pendapatan bagi keperluan non pangan seperti tabungan, dan investasi yang masih sedikit sekali. Sehingga hal tersebut mendasari peneliti untuk melakukukan penelitian terkait analisis potensi investasi komoditi kopi di Desa Ujung Bulu. Analisis ini digunakan untuk melihat besar potensi investasi yang ada di Desa ujung Bulu sehingga dapat memberikan informasi kepada pelaku investor dalam menanamkan sahamnya guna pengembangan agribisnis kopi. Informasi potensi investasi komoditi kopi kemudian akan ditampilkan dalam bentuk data spasial (pemetaan).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang dapat dikemukakan yaitu :

1. Bagaimana potensi investasi komoditi kopi di Desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Je‟neponto.

2. Bagaimana penilaian faktor dominam potential investasi komoditi kopi.

3. Bagaimana sebaran spasial potensi investasi komoditi kopi di Desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Je‟neponto

(20)

5 1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dan kegunaan penelitian sebagai berikut : A. Tujuan

Berdasar pada permasalahan yang dihadapi, maka tujuan dalam penelitian adalah:

1. Untuk mengidentifikasi potensi investasi komoditi kopi di Desa Ujung Bulu 2. Untuk mengetahui penilaian faktor dominan potential investasi.

3. Menggambarkan informasi sebaran spasial potensi investasi komoditi kopi di Desa Ujung Bulu

B. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berukut :

1. Mendapatkan gambaran tentang potensi investasi komoditi kopi sebagai produk unggulan ekspor.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan untuk menciptakan peluang pasar komoditi kopi yang dianggap lebih berpotensi dalam menghasilkan devisa negara secara berkelanjutan dengan menggunkan analisis spasial.

3. Para peneliti lain, peneliti ini diharapkan bisa menjadi salah satu saran dan rekomendasi, serta sebagai rujukan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

(21)

6

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Usahatani Kopi

Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia. Beberapa jenis kopi yang sudah dikenal di Indonesia antara lain kopi robusta, kopi arabica, dan kopi spesial Indonesia. Kopi spesial Indonesia yang sudah di ekspor ke luar negeri adalah kopi lintong, kopi gayo, kopi toraja, kopi sulawesi, kopi luwak, dan lain sebagainya. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari kopi robusta. Kopi arabika merupakan salah satu jenis kopi yang memiliki kualitas cita rasa tinggi dan kadar kafein lebih rendah dibandingkan kopi robusta sehingga harganya lebih mahal (Nursamsiyah dkk., 2014).

Menurut Prastowo dkk. (2011), Indonesia adalah salah satu negara produsen dan eksportir kopi paling besar di dunia sehingga perlu adanya sistem budidaya yang baik dan benar. Tanaman kopi dapat tumbuh dengan baik paa ketinggian tempat di atas 700 m di atas permukaan laut (dpl). Curah hujan yang sesuai untuk kopi seyogyanya adalah 1500-2500 mm per tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 150C– 250C.

Berikut ini merupakan faktor keuntungan keunggulan mutlak yang dimiliki Indonesia :

1. Faktor Kondisi (Conditions), kondisi lahan dan tingkat keasaman tanah serta kondisi alam Indonesia yang sangat cocok untuk perkembangan tanaman kopi membuat biji kopi Indonesia menghasilkan biji kopi dengan rasa dan aroma

(22)

7 yang kuat. Rasa biji kopi Indonesia yang kuat kemudian menarik minat importir kopi di Amerika Serikat untuk mengimpor kopi dari Indonesia.

2. Faktor persaingan (Rivalry), areal perkebunan kopi di Indonesia yang tersebar hampir diseluruh daerah dengan tingkat keasaman tanah yang berbeda dari tiap-tiap daerah di Indonesia telah menciptakan jenis-jenis biji kopi arabika dan robusta yang beragam. Kondisi tanah yang berbeda di tiap daerah penghasil di Indonesia menghasilkan karakteristik biji kopi yang memiliki cita rasa yang unik di tiap-tiap daerah. Biji-biji kopi tersebut kemudian yang disebut sebagai kopi specialty. Industri coffeeshop di Amerika Serikat telah memasuki era The

Third Wave pada tahun 2001, yaitu jenis kopi yang ditawarkan mulai beragam

dari jenis kopi specialty. Kemunculan era The Third Wave di kalangan penikmat kopi di Amerika Serikat tentu membuka peluang besar untuk meningkatkan daya saing ekspor biji kopi specialty Indonesia dipasar kopi Amerika Serikat.

3. Faktor permintaan (Demand), tingginya tingkat konsumsi kopi di Amerika Serikat dan besarnya minat konsumen kopi di negara tersebut dalam menikmati kopi dari Indonesia telah mendorong jumlah permintaan ekspor kopi ke Amerika Serikat. Tingginya jumlah permintaan impor kopi dari Amerika Serikat menjadi peluang ekspor bagi Indonesia untuk terus meningkatkan jumlah ekspor kopi ke Amerika Serikat. Adapun aspek yang mempengaruhi kelayakan usahatani antara lain :

(23)

8 a. Aspek Finansial

Menurut Menurut Arifin (2007), aspek finansial mempunyai peran strategis sebagai dasar pengambilan keputusan (decision), di samping aspek lainnya dalam suatu studi kelayakan proyek. Studi kelayakan proyek di bidang keuangan bertujuan untuk melakukan serangkaian analisa dalam perhitungan-perhitungan (forecasting) secara tepat dan akurat dari suatu investasi modal dengan membandingkan aliran biaya (cost) dengan kemanfaatan (benefit) menggunakan berbagai criteria penilaian investasi. Kompleks suatu proyek yang direncanakan akan menjadi semakin rumit proses

B. Landasan Teori Investasi

Menurut Mankiw (2000) investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Investasi juga dibagi menjadi tiga sub kelompok yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap rumah tangga, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan; investasi tetap rumah tangga adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah; sedangkan investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan.

Secara umum, investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical

person) dalam upaya meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya,

baik yang berbentuk uang tunai, peralatan, aset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian (Harjono, 2007). Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik unsur-unsur penting dari kegiatan investasi, yaitu:

(24)

9 1. Adanya motif untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai modal. 2. Modal tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat kasat mata dan dapat

diraba (tangible), tetapi juga mencakup sesuatu yang bersifat tidak kasat mata dan tidak dapat diraba (intangible). Intangible mencakup keahlian, pengetahuan, jaringan, dan sebagainya yang dalam berbagai kontrak kerja sama (joint venture agreement) yang biasanya disebut valuable services. a. Penanaman Modal Asing

Pengertian penanaman modal asing menurut Hulman Panjatan dalam Harjono (2007) adalah suatu kegiatan penanaman modal yang didalamnya terdapat unsur asing (foreign element) yang ditentukan oleh adanya kewarganegaraan yang berbeda, asal modal, dan sebagainya. Dalam penanaman modal asing, modal yang ditanam merupakan modal milik asing maupun modal patungan antara modal asing dengan modal dalam negeri.

Negara yang sedang berkembang umumnya berkeyakinan bahwa pembangunan ekonominya akan dapat dikembangkan lebih baik lagi jika dapat memanfaatkan modal asing. Modal tersebut dimanfaatkan ke dalam sektor-sektor yang produktif. Banyaknya manfaat yang didapat dari adanya modal asing dalam suatu negara apabila modal tersebut dapat termanfaatkan secara bijak maka untuk mendapatkan aliran modal asing yang lebih besar lagi maka perlu diciptakan iklim yang baik sehingga modal asing tersebut dapat disertakan dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, persyaratan-persyaratan mengenai masuknya modal asing perlu dipersiapkan sebaik-baiknya

(25)

10 Pada saat ini baik negara maju maupun negara yang sedang berkembang telah mengusahakan hubungan kerjasama antara pemerintah dan swasta sebagai salah satu cara yang harus ditempuh dengan tujuan untuk meningkatkan penanaman modal dari negara maju ke negara sedang berkembang. Bagi negara maju, motif mencari untung dari kegiatan penanaman modal akan selalu diutamakan, sedangkan bagi negara berkembang menganggap bahwa kegiatan penanaman modal asing tersebut merupakan suatu langkah mendapatkan modal tambahan untuk melakukan pembangunan ekonomi.

b. Penanaman Modal Dalam Negeri

Keberadaan penanaman modal dalam negeri diatur dalam UU No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Menurut ketentuan penanaman modal tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan modal dalam negeri (yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-haknya dan benda-benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan atau disediakan guna menjalankan usaha) bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya (Harjono, 2007).

Usaha pengembangan penanaman modal dalam negeri telah dirintis oleh pemerintah, salah satunya adalah dengan kebijakan kredit investasi. Pemberian kredit investasi memerlukan keahlian dalam prioritas pembangunan. Sebuah pengalaman menunjukkan bahwa penyaluran kredit investasi sering didasarkan pada perintah atau komando dari atasan. Hal demikian telah menimbulkan

(26)

hal-11 hal yang tidak diinginkan dimana terjadi pemborosan keuangan negara dan pengaruhnya kepada laju inflasi

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi

a. Suku Bunga

bunga merupakan balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Ada dua jenis bunga yang diberikan kepada nasabah, yaitu bunga simpanan dan bunga pinjaman. Bunga simpanan merupa kan bunga yang diberikan sebagai rangsangan bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank, dimana semakin tinggi bunga simpanan yang ditetapkan oleh perbankan yang mengacu pada suku bunga bank sentral maka hal ini akan mendorong nasabah untuk menyimpan dananya.

b. Inflasi

tingkat inflasi yang tinggi tidak dapat dikendalikan hanya dengan kebijakan fiskal saja. Oleh karena itu, perpanduan antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal diperlukan untuk mengendalikan laju inflasi dalam suatu negara. Teori kuantitas uang menyatakan bahwa bank sentral yang mengawasi money supply memiliki kendali tertinggi atas tingkat inflasi Menurut Mishkin (2001),

inflasi merupakan kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus menerus. Tingkat inflasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap investasi. Ketika terjadi inflasi, maka harga-harga akan mengalami kenaikan termasuk faktor-faktor produksi. Ketika harga-harga faktor produksi meningkat maka perusahaan atau investor cenderung mengurangi investasinya. Hal ini dikarenakan peningkatan harga faktor-faktor produksi akan mendorong terjadinya peningkatan biaya

(27)

12 produksi secara keseluruhan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan atau investor sehingga akan menurunkan tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan atau investor tersebut.

c. Pendapatan Riil

Istilah pendapatan nasional dapat berarti sempit dan berarti luas. Dalam arti sempit, pendapatan nasional merupakan terjemahan langsung dari national

income. Sedangkan dalam arti luas, pendapatan nasional dapat merujuk ke Produk

Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) (Dumairy, 1996). PDB itu sendiri adalah pendapatan total yang diperoleh secara domestik, termasuk pendapatan yang diperoleh dari faktor-faktor produksi yang dimiliki asing (Mankiw, 2000).

Perlu disadari bahwa peranan pendapatan atau PDB terhadap investasi tidak dapat diabaikan. Dimana pendapatan nasional yang semakin tinggi akan mendorong terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang meningkat akan memperbesar permintaan terhadap barang dan jasa. Hal ini tentu akan menyebabkan keuntungan perusahaan bertambah dan akan menjadi stimulus untuk terciptanya iklim investasi yang kondusif sehingga dapat meningkatkan investasi nasional per sektor. Dengan kata lain, apabila pendapatan nasional bertambah tinggi maka investasi akan bertambah tinggi pula. Dengan demikian investasi berhubungan positif terhadap pendapatan nasional (Sukirno, 2001). Selain itu, jika pendapatan masyarakat tinggi maka bagian dari pendapatan masyarakat tersebut yang dapat dipergunakan untuk investasi meningkat sehingga investasi dapat meningkat.

(28)

13 d. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk pada suatu negara selalu mengalami perubahan yang disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi atau perpindahan penduduk. Perubahan keadaan penduduk tersebut dinamakan dinamika penduduk. Dinamika atau perubahan penduduk cenderung kepada pertumbuhan. Pertumbuhan penduduk ialah perkembangan jumlah penduduk suatu daerah atau negara. Jumlah penduduk suatu negara dapat diketahui melalui sensus, registrasi dan survei penduduk. Jumlah penduduk Indonesia sejak sensus pertama sampai dengan sensus terakhir jumlahnya terus bertambah.

Jumlah penduduk Indonesia berpengaruh positif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk mengindikasikan terjadinya peningkatan permintaan akan barang dan jasa, sehingga memperbesar pangsa pasar.

D. Kriteria Investasi

Kegiatan investasi adalah proses menanamkan modal dalam jangka waktu tertentu, yaitu dalam bentuk sejumlah pengeluaran awal dan pengeluaran yang secara periodik perlu dipersiapkan. Pengeluaran tersebut terdiri dari biaya operasional (operational cost), biaya pemeliharaan (maintenance cost) dan biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan selama berlangsungnya kegiatan investasi tersebut. Kemudian pada suatu periode tertentu investasi tersebut akan menghasilkan sejumlah keuntungan atau manfaat dalam bentuk penjualan produk atau jasa atau penyewaan

(29)

14 fasilitas. Untuk melakukukan investasi, maka diperlukan suatu analisis investasi agar dapat diketahui apakah suatu investasi akan memberikan manfaat ekonomis (benefit) atau keuntungan (profit) dalam jangka panjang terhadap pihak yang akan menanamkan investasinya.

E. Mengevaluasi Potensi Investasi

Mengukur potensi investasi suatu wilayah bukanlah satu set sederhana, namun merupakan sistem yang kompleks dimana sumber daya investasi digunakan secara sinergi untuk untuk mencapai tujuan (Bulgakova, 2012).

Dalam pengembangan potensi investasi di suatu wilayah berdasarkan karakteristik ekonomi mikro, terdapat tujuh sumber daya investasi yang tidak dapat dipisahkan, diantaranya (Mikhailovna IG & Pavlovna, 2014):

1. Sumberdaya dan bahan baku (swasembada rata-rata dengan stok yang seimbang dari jenis komoditas utama sumber daya alam);

2. Tenaga kerja (tingkat tenaga kerja dan pendidikan);

3. Potensi produksi (hasil kumulatif aktivitas ekonomi penduduk di wilayah tersebut);

4. Potensi kelembagaan (tingkat pengembangan lembaga);

5. Infrastruktur (berdasarkan posisi geografis ekonomi kawasan dan keamanan infrastrukturnya);

(30)

15 F. Analisis Spasial

a. Model Data Spasial di Dalam SIG

Secara umum persepsi manusia mengenai bentuk representasi entitas spasial adalah konsep raster dan vektor. Data spasial direpresentasikan di dalam basisdata sebagai raster atau vector.

1. Data Spasial

Data Spasial merupakan data yang menunjuk posisi geografi dimana setiap karakteristik memiliki satu lokasi yang harus ditentukan dengan cara yang unik. Untuk menentukan posisi secara absolut berdasar sistem koordinat. Untuk area kecil, system koordinat yang paling sederhana adalah grid segiempat teratur. Untuk area yang lebih besar, berdasarkan proyeksi kartografi yang umum digunakan

2. Analisa Spasial

Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi adalah kemampuan menganalisis sistem seperti analisa statistik dan overlay yang disebut analisa spasial. Analisa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi yang sering digunakan dengan istilah analisa spasial, tidak seperti sistem informasi yang lain yaitu dengan menambahkan dimensi „ruang (space)‟ atau geografi. Kombinasi ini menggambarkan attribut-attribut pada bermacam fenomena seperti umur seseorang, tipe jalan, dan sebagainya, yang secara bersama dengan informasi seperti dimana seseorang tinggal atau lokasi suatu jalan. Analisa Spasial dilakukan dengan mengoverlay dua peta yang kemudian menghasilkan peta baru hasil analisis

(31)

16 4. Overlay Spasial

Salah satu cara dasar untuk membuat atau mengenali hubungan spasial melalui proses overlay spasial. Overlay Spasial dikerjakan dengan melakukan operasi join dan menampilkan secara bersama sekumpulan data yang dipakai secara bersama atau berada dibagian area yang sama. Hasil kombinasi merupakan sekumpulan data yang baru yang mengidentifikasikan hubungan spasial baru. 5. Pencocokan Alamat (Geocoding)

Alamat jalan merupakan bentuk umum dari informasi lokasi. Walaupun masih merupakan informasi dalam bentuk teks yang berisi nomor rumah, nama jalan, arah dan kodepos. SIG memerlukan satu mekanisme untuk mentransfer infromasi dalam bentuk teks ini untuk menghitung koordinat geografi sebelum satu alamat bisa ditampilkan pada satu peta. Pencocokan alamat (geocoding) merupakan proses untuk menggabungkan satu alamat fisik lokasi di bumi dengan alamat logiknya. Untuk melakukannya SIG menggabungkan alamat-alamat yang disimpan dalam berkas tabel dengan data spasialnya yang ada alamatnya. SIG kemudian menggunakan koordinat fitur-fitur jalan untuk menghitung dan menandai koordinat satu alamat dalam satu file. Hasilnya adalah layer data spasial yang baru dari titik lokasi yang menggambarkan alamat dari file. Pencocokan alamat digunakan untuk membuat coverage ARC/INFO.

6. Analisa Buffer

Analisa Buffer digunakan untuk mengidentifikasi area sekitar fitur-fitur geografi. Proses mengenerate sekitar lingkaran buffer yang ada fitur-fitur geografi

(32)

17 dan kemudian mengidentifikasi atau memilih fitur-fitur berdasarkan pada apakah mereka berada di luar atau didalam batas buffer.

7. Overlay Peta

Merupakan proses dua peta tematik dengan area yang sama dan menghamparkan satu dengan yang lain untuk membentuk satu layer peta baru. Kemampuan untuk mengintegrasikan data dari dua sumber menggunakan peta merupakan kunci dari fungsifungsi analisis Sistem Informasi Geografi.

8. Konsep Overlay Peta

Alamat Overlay Peta merupakan hubungan interseksi dan saling melengkapi antara fitur-fitur spasial.. Overlay Peta mengkombinasikan data spasial dan data attribut dari dua theme masukan.

Tiga tipe fitur masukan, melalui overlay yang merupakan polygon yaitu : a. Titik – dengan - poligon, menghasilkan keluaran dalam bentuk titik-titik b. Garis – dengan - poligon, menghasilkan keluaran dalam bentuk garis c. Poligon – dengan - poligon menghasilkan keluaran dalam bentuk polygon G. Penelitian Terdahulu

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hosanna Sri Arta (2010) yang berjudul “Analisis Usahatani Kopi di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo”, menyatakan kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. Peranan sektor perkebunan kopi terbukti dalam penyediaan lapangan kerja dan penyedia devisa negara melalui ekspor. Perkembangan kopi Indonesia di dominasi oleh perkebunan rakyat dengan total areal 1,06 juta ha atau 94,14%, sedangkan areal perkebunan besar negara dan

(33)

18 perkebunan besar swasta masing-masing memiliki luas 39,3 ribu ha (3,48%) dan 26,8 ribu ha (2,38%). Kelayakan usahatani kopi di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo ditentukan berdasarkan nilai keuntungan dari hasil analisis B/C. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa usaha tani kopi di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo secara finansial layak untuk dilanjutkan sebab berdasarkan kriteria investasi nilai NPV>0 yaitu sebesar 8.386.247,8, nilai IRR>i (15%) yaitu sebesar 16,95% sedangkan nilai Net B/C>1 yaitu sebesar 30,80. Rata-rata penerimaan adalah sebesar Rp 13.062.700 atau Rp 18.850.597,22 per hektar. Biaya produksi total adalah sebesar Rp 3.194.223,89 per hektar. Pendapatan yang diterima petani sebesar Rp 11.536.269,54 atau Rp 15,642.088,95 per hektar.

Menurut hasil penelitian Ati Kusmiati dan Devi Yulisia Nursamsiyah (2015) yang berjudul “Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika dan Prospek Pengembangannya di Ketinggian Sedang”, menyatakan bahwa kelayakan usaha tani kopi arabikadi Desa Karangpring Kecamatan Sukorambi Kabupetan Jember menggunakan beberapa metode analisis, misalnya dengan menggunakan kriteria investasi NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit-Cost Ratio), Gross B/C (Gross Benefit-Cost Ratio), IRR (Internal Rate of Return), PR (Profitabilitas

Ratio), da PP (Payback Period). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

nilai NPV bernilai positif dan memberikan tingkat keuntungan bersih sekarang Rp 3.690.704, oleh karena NPV>0 usaha tani kopi arabika layak untuk dilaksanakan dan menguntungkan secara finansial. Net B/C usahatani kopi arabika di Desa Karangpring sebesar 1,5 (Net B/C>1) sehingga layak untuk dilanjutkan karena dapat memberikan manfaat bersih sebesar 1,5. Gross B/C menunjukkan angka 1,6

(34)

19 yang berarti Gross B/C>1 sehingga usahatani kopi arabika bersifat feasibleatau layak untuk dilanjutkan. IRR usahatani kopi arabika di Desa Karangpring adalah menguntungkan karena IRR menunjukkan hasil 34,38% sedangkan tingkat suku bunga yang berlaku di desa tersebut sebesar 24%, artinya IRR>tingkat suku bunga yang berlaku. Hasil perhitungan Profitabilitas Ratio (PR) sebesar 6,4 artinya jika dikeluarkan satu rupiah biaya investasi maka didapatkan keuntungan sebesar Rp 6,4. Sehingga usahatani kopi arabika layak untuk dikembangkan. Hasil analisis PP menunjukkan bahwa modal investasi yang ditanamkan telah kembali dalam jangka waktu 3 tahun 10 bulan 24 hari. Hasil tersebut menggambarkan bahwa usahatani kopi arabika di Desa Karangpring masih bisa mengembalikan biaya investasi dengan jangka waktu yang relatif cepat dari umur ekonomis kopi arabika yaitu 25 tahun dan masih layak untuk dilanjutkan.

Menurut hasil penelitian Syusanti S Sairdama (2013) yang berjudul “Analisis Pendapatan Petani Kopi Arabika (Coffea arabica) dan Margin

Pemasaran di Distrik Kamu Kabupaten Dogiyai”, menyatakan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran kopi arabika di Distrik Kamu Kabupaten Dogiyai yaitu saluran pemasaran I terdiri dari petani, pedagang kabupaten, pengecer, konsumen. Saluran pemasaran II terdiri dari petani, pedagang distrik, pedagang kabupaten, pengecer, konsumen. Saluran pemasaran III terdiri dari petani, pedagang distrik, pedagang provinsi, pengecer lalu konsumen. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriyanto Dwi Laksono, Joni Murti Mulyo Aji, dan Julian Adam Ridjal (2014) yang berjudul “Analisis Kelayakan Pada Usaha Tani Kopi Rakyat di Kabupaten Jember”, menyatakan bahwa aspek teknis perkebunan rakyat terdiri dari beberapa

(35)

20 kriteria diantaranya kriteria peenentuan lokasi, luasan produksi, penggunaan teknologi dan layout (proses) produksi serta kegiatan on farm yang dilakukan petani kopi rakyat di Kabupaten Jember.

Kriteria-kriteria tersebut merupakan kriteria yang diharapkan ada untuk mendukung dan memperlancar kegiatan perkebunan kopi rakyat di Kabupaten Jember. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelayakan teknis usahatani kopi rakyat berdasarkan lokasi di Kabupaten Jember dikatakan layak sebab telah memenuhi beberapa kriteria penentuan lokasi antara lain ketersediaan bahan baku dan pembantu, ketersediaan tenaga kerja langsung, ketersediaan sarana transportasi, telekomunikasi, air, dan tenaga listrik, kedekatan letak pasar, iklim dan keadaan tanah, kemungkinan pengembangan, serta strategi kebijakan pemerintah setempat. Lokasi yang digunakan untuk usahatani kopi rakyat telah memenuhi semua kriteria dari penentuan lokasi usahatani.

(36)

21 H. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian Pemetaan Potensi Investasi

Mengenditifikasi potensi Investasi komoditi kopi

Nilai Potensi Investasi Assesment Sumber Daya Potensi

Investasi:

1. Sumberdaya dan bahan baku 2. Tenaga kerja 3. Potensi produksi 4. Potensi kelembagaan 5. Infrastruktur 6. Potensi keuangan 7. Potensi konsumen

(37)

22

III METODE PENELITIAN

3. 1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kabupaten Jeneponto, merupakan kabupaten yang masih menyandang status sebagai satu satunya daerah tertinggal yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian akan dilakukan pada Bulan Mei-Juni 2019.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian

3.2 Teknik Penentuan Sampel/Inform

Pengertian populasi menurut Sugiyono (2010) mengemukakan mengenai populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan, pengertian sampel menurut Sugiyono (2010) adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Cluster Sampling merupakan teknik sampling yang digunakan untuk membangun data kewilayahan dalam menyusun pemetaan yang melibatkan data yang cukup luas. Teknik sampling ini digunakan melalui dua tahap, yaitu yang

(38)

23 pertama menentukan klaster daerah lokasi sampling dan yang kedua adalah menentukan sampling variabel/orang dalam setiap klaster wilayah. Dalam penentuan variabel dapat dilakukan dengan sampel jenuh ( sampel sensus )

Sampel Jenuh yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut harus betul-betul mewakili .sampling jenuh dilakukan

untuk memberikan tingkat keakuratan data dalam menyusun pemetaan masalah. Masyarakat Desa Ujung Bulu yang berprofesi sebagai petani kopi yaitu sebanyak 250 orang (RPJM Desa Ujung Bulu, 2016) yang terbagi disetiap klaster wilayah di Desa Ujung Bulu.

Berdasarkan pengertian diatas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian maka yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian adalah masyarakat Desa Ujung Bulu yang berprofesi sebagai petani kopi yaitu sebanyak 816 orang (RPJM Desa Ujung Bulu, 2016).

Berdasarkan penelitian ini populasi ini dibagi menjadi 7 klaster wilayah berdasarkan jumlah dusun yang ada, serta sampel sebanyak 187 orang responden selanjutnya ditentukan sampel yang digunakan dalam penelitian ini di setiap klasternya, sistem pengambilan sampel dilakukan dengan sampel sensus, di mana setiap sampel dapat mewakili populasi.

(39)

24 3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini digolongkan dalam dua jenis yaitu :

Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka. Data ini berasal dari dalam lokasi penelitian. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu :

a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian, melalui wawancara dengan kaum muda yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

b. Data sekunder adalah berupa dokumen-dokumen dan laporan tertulis dari kaum muda serta informasi lain yang ada hubungannya dengan masalah ini. 3.4 Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Teknik observasi langsung, yaitu cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan langsung di desa penelitian.

2. Interview atau wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara bertanya

kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan. 3. Dokumentasi dengan mengambil gambar di tempat penelitian.

(40)

25 3.5 Teknik Analisis Data

Data-data yang diperoleh baik itu data primer maupun data sekunder akan diolah dan dianalisis untuk menghasilkan kesimpulan. Kemudian disajikan secara deskriptif guna memberikan pemahaman yang jelas dan terarah dari hasil penelitian nantinya. Analisis data yang digunakan adalah: Untuk mengetahui analisis potensi investasi kopi, maka metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Potensi Investasi

Unutk mengitung potensi sumberdaya investasi digunakan Rumus Jumlah Produksi: Jumlah Pohon produksi dalam 1 pohon kopi

Potensi Maks : Jumlah Produksi Harga

2. Assesment Factor Investment potential

Untuk mengukur derajat kepentingan faktor potensial investasi dalam suatu wilayah digunakan analisis deskripsi . Adapun faktor potensial investasi yang digunakan meliputi sumberdaya lahan. tenaga kerja. potensi produksi. potensi kelembagaan. infrastruktur. potensi keuangan. dan potensi konsumen

(41)

26 Tabel 1. Klasifikasi potensi investasi berdasarkan derajat kepentingannya

Nilai indikator potensi investasi Karakteristik potensi wilayah

1 – 2 Potensi tidak signifikan

2 – 4 Potensi yang lebih rendah

4 – 6 Potensi rata-rata

6 – 8 Potensi tinggi

8 – 10 Potensi maksimum

a) Untuk melihat variable pengaruh digunakan skala likert. Skala likert menurut Sugiyono (2010) merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur sikap. pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor. maka responden harus menggambarkan. mendukung pernyataan. Untuk digunakan jawaban yang dipilih. Dengan skala likert. maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak ukur menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

Tabel 2 Skala Penilaian untuk pernyataan positif atau negatif. Sugiyono (2010). No Keterangan Skor Positif Skor Negatif

1 Sangat Setuju 5 1

2 Setuju 4 2

3 Ragu-ragu 3 3

4 Tidak Setuju 2 4

(42)

27 Skala Penilaian untuk pernyataan positif atau negatif. Sugiyono (2010). Untuk menentukan batas skala skor dapat digunakan rumus yaitu:

Nilai Maksimum- Nilai Minimum Skala Rentang

3. Analisis Spasial

Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi adalah kemampuan menganalisis sistem seperti analisa statistik dan overlay yang disebut analisa spasial. Analisa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi yang sering digunakan dengan istilah analisa spasial. tidak seperti sistem informasi yang lain yaitu dengan menambahkan dimensi „ruang (space)‟ atau geografi. Kombinasi ini menggambarkan attribut-attribut pada bermacam fenomena seperti umur seseorang. tipe jalan. dan sebagainya. yang secara bersama dengan informasi seperti dimana seseorang tinggal atau lokasi suatu jalan.

Analisis Spasial digunakan untuk membangun gambaran berdasarkan struktur geografis dengan melibatkan unsur perspektif sosial dalam geografi yang mencoba memahami proses pembentukan dan evolusi bentang lahan dan tempat (places) dengan referensi prinsip-prinsip universal dan general.

Hasil Anlisis spasial akan memproyeksikan gambaran geografis sebaran investasi disetiap wilayah. Analisis spasial dan penyajian hasil dilakukan dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan menggunakan software utama ArcGIS 10.2

(43)

28 Gambar 3. Diagram Proses Pembuatan Peta-peta Tematik

3.6 Definisi Operasional

1. Investasi

Investasi merupakan kegiatan permodalan dengan harapan dana tersebut dapat menghasilkan keuntungan atau peningkatan nilai investasi. Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk pengadaan berbagai barang modal yang akan digunakan dalam kegiatan proses produksi.

Peta Analog/Peta Citra Survey dan Observasi

Lapangan

Penentuan Koordinat Lokasi Obyek (GPS)

Geostatistical analysis Peta Vektor Olah Data Komputer

Program ArcGIS 10.2.

Digitasi Peta

Overlay Atribut Peta

Olah Data Komputer Program GIS

Peta Potensi Investasi Berbasis Spasial Data

(44)

29 2. Komoditi Kopi

Komoditi Kopi adalah salah komoditi ekspor yang sangat potensial, karena kebutuhan pasar dunia sangat besar dan tidak semua negara dapat memproduksi kopi. Kebutuhan dan permintaan pasar dunia terhadap kopi (baik dalam bentuk biji maupun bubuk) masih jauh lebih besar dibandingkan dengan produksi yang ada.

3. Potensi Desa

Potensi desa merupakan segala sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang terdapat serta tersimpan di desa. Dimana semua sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan bagi kelangsungan dan perkembangan desa.

6. Identifikasi

Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari “kebutuhan” lapangan. 7. Nilai Potensi investasi

Nilai potensi innvestasi merupakan salah satu keuntungan dimasa yang akan datang, dan dapat mengukur kondisi bisnis pada waktu mendatang.

8. Assesment Factor Investment potential

Assesment Factor Investment potential adalah Mengukur potensi investasi

suatu wilayah. Namun merupakan sistem yang kompleks dimana sumber daya investasi digunakan secara sinergi untuk untuk mencapai tujuan faktor potensial investasi yang digunakan meliputi sumberdaya lahan, tenaga kerja, potensi produksi, potensi kelembagaan, infrastruktur, potensi keuangan, dan potensi konsumen.

(45)

30 9. Analisis Spasial

Analisis spasial adalah suatu perspektif dalam geografi yang mencoba memahami proses pembentukan dan evolusi bentang lahan dan tempat (places) dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi adalah kemampuan menganalisis sistem seperti analisa statistik dan overlay. Analisa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi yang sering digunakan dengan istilah analisa spasial, tidak seperti sistem informasi yang lain yaitu dengan menambahkan dimensi „ruang (space)‟ atau geografi.

(46)

31 BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Desa UjungBulu terletak di sebelahutara Ibu kota Kecamatan Rumbia pada koordinat 5°26‟31.56” S 119°53‟00.36‟‟ E dan 5°23‟04.72” S 119°56‟18.09‟‟ E. Desa dengan luas 666,12 ha ini berjarak ± 15 km dari kota kecamatan dan ± 40 km dari Ibu kota Kabupaten. Adapun batas wilayah Desa Ujung Bulu adalah sebagai berikut:

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sinjai b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tompobulu c) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jenetallasa d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Gowa

Berdasarkan letak geografisnya, Desa Ujung Bulu berada di dataran tinggi yang memiliki lahan pertanian dan perkebunan yang sangat luas, serta kaya akan potensi sumber daya alam lainnya, seperti sumber mata air yang dapat ditemukan di setiap dusun. Desa ini merupakan salah satu desa di Jeneponto yang mempunyai tingkat kesuburan tanah yang sesuai dengan berbagai jenis tanaman, baik tanaman palawija maupun tanaman hortikultura.

Desa Ujung Bulu termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Desa ini terdiri dari tujuh (7) dusun yaitu:

(47)

32 1) Dusun Bonto Manai

2) Dusun Bonto Jai 3) Dusun Kambutta Toa 4) Dusun Kayu Colo 5) Dusun Bungayya 6) Dusun Panakkukang 7) Dusun Balewang.

Desa Ujung Bulu memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau Umumnya musim terjadi pada bulan November hingga April, bahkan kadang hingga bulan Juni. Sedangkan musim kemarau pada Desa Ujung Bulu terjadi pada bulan Mei hingga Oktober. Rata-rata curah hujan mencapai 1.535 mm, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Februari, sedang kan curah hujan terendah pada bulan Juli, Agustus, dan September.

a) Keadaan Fisik

Keadaan fisik wilayah yang meliputi keadaan topografi wilayah Desa Ujung Bulu merupakan penggambar relief ataupun bentuk permukaan tanah/lahan wilayah desa yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan

(landform). Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan (landform)

dan secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng.

(48)

33 Topografi wilayah Desa Ujung Bulu di dominasi dengan bentang alam perbukitan yang memiliki varian ketinggian 900-1.700 mdpl, di bagian Utara wilayah desa merupakan bentang alam Pegunungan Lompobattang dengan ketinggian 1.700-2073 mdpl.

Topografi Desa Ujung Bulu mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara: jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah, kedalaman air tanah, besarnya erosi yang terjadi, arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah.

Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama elemen iklim secara tidak langsung berkolerasi terhadap: pelapukan fisik dan kimiawi batuan, transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah, translokasi (pemindahan secara gravitasi) atau euvasi dan podsolisi, deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan).

Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap tanah adalah pada tebal daging (solum) tanah. Solum tanah pada daerah lembah dan dataran akan lebih tebal dibandingkan solum tanah yang terdapat dipuncak bukit atau lereng terjal.

b) Iklim

Desa Ujung Bulu memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Umumnya musim hujan terjadi pada bulan November hingga April, bahkan kadang hingga bulan Juni. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei hingga Oktober. Rata-rata curah hujan mencapai 1.535 mm, dengan curah

(49)

34 hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Februari, sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juli, Agustus, dan September.

c) Keadaan Penutup dan Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan/tanah di Ujung Bulu di dominasi lahan pertanian/perkebunan yang diklasifikasikan kedalam dua kategorisasi penggunaan, yaitu penggunaan tanah untuk tegalan/ladang dan penggunaan tanah untuk kebun campur. Selain itu, penggunaan lahan untuk kawasan Hutan Lindung, dan penggunaan lahan untuk sarana dan prasarana desa.

Kondisi eksisting penggunaan lahan Desa Ujung Bulu: 1) Tegalan/Ladang

Tegalan/ladang merupakan areal pertanian lahan kering dan ditanami tanaman semusim. Desa Ujung Bulu memiliki luas penggunaan lahan untuk tegalan, yaitu seluas 228 Ha, dengan jenis komoditas tanaman yang di dominasi oleh tanaman hortikultura, dan sebagian tanaman palawija.

2) Kebun/Tanaman Campur

Kebun/Tanaman campur merupakan lahan yang tumbuhi oleh berbagai jenis vegetasi, utamanya tanaman keras dair berbagai jenis, yang menghasilkan bunga, buah, getah, dan kayu. Kebun campur di Desa Ujung Bulu memiliki luas 337 Ha, sekitar 50% dari luas wilayah Desa Ujung Bulu.

3) Hutan Lindung

Penggunaan lahan wilayah Desa Ujung Bulu, sekitar 84 Ha digunakan sebagai oleh Hutan Lindung, yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,

(50)

35 mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah. Dan pengaturan pengelolaan kawasan hutan ini sepenuhnya berada dalam kewenangan Kementserian Kehutanan.

4) Sarana dan Prasarana Desa

Penggunaan lahan untuk sarana dan prasarana desa seluas 17,8 Ha. Sarana

dan prasarana desa selain ditujukan untuk mendukung layanan pemerintah desa,

juga ditujukan untuk mendukung aktifitas ekonomi pertanian, sosial, dan budaya

masyarakat Ujung Bulu. Selain itu, panjang jalan lokal yang terdapat di Desa

Ujung Bulu 2.322 meter, dan jalan setapak/tani sepanjang 4.148 meter.

4.2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Desa Ujung Bulu dapat dilihat dari hasil sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2015. Tercatat jumlah penduduk Desa Ujung Bulu 2.382 jiwa dengan perbandingan laki-laki 1.223 jiwa dan perempuan sebanyak 1.159 jiwa. Berdasarkan data pemerintah Desa Ujung Bulu tahun 2015, jumlah rumah tangga yang ada di Desa Ujung Bulu tercatat sebanyak 807 KK. Pertambahan penduduk tidak terlalu pesat, hanya saja tingkat pernikahan usia dini yang masih tinggi dimana perempuan rata-rata menikah diusia 15-18 tahun, yang mestinya pada usia tersebut mereka masih mengenyam bangku sekolah. Walaupun demikian angka kepadatan penduduk di Desa Ujung Bulu masih tergolong kurang padat. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata jumlah anggota keluarga setiap rumah tangga sebanyak lima jiwa yang terdiri dari dua orang tua dan tiga anak.

(51)

36 Jumlah rumah tangga di Desa Ujung Bulu sangat besar sehingga perlu ada pemberdayaan baik di tingkat Pemerintah Desa maupun tingkat masyarakat sehingga pendapatan masyarakat meningkat guna mencukupi kebutuhan rumah tangga apa lagi dengan potensi yang ada di Desa Ujung Bulu yang apabila dimanfaatkan dengan baik dapat menunjang peningkatan pendapatan masyarakat. Berdasarkan hasil sensus penduduk Desa Ujung Bulu pada tahun 2015, tingkat kemiskinan masyarakat mencapai 41%. Hal ini menandakan bahwa Desa Ujung Bulu memiliki tingkat kesejahteraan yang masih sangat perlu ditingkatkan. Masyarakat Ujung Bulu umumnya adalah masyarakat yang religius, sopan, ramah, tekun dan rajin bekerja. Ketekunan ini dibuktikan dengan kebiasaan masyarakat yang menghabiskan hampir seluruh aktivitasnya di kebun. Kehidupan sosial masyarakat sehari-hari masih kental dengan budaya timur yang mempertahankan semangat gotong royong dan bekerja sama dalam berbagai bidang, baik dalam hal pekerjaan fisik bangunan maupun pertanian.

Hal ini menjadi ciri khas masyarakat Jeneponto pada umumnya dan masya rakat Desa Ujung Bulu pada khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil sensus tahun 2015 tingkat pendidikan warga Desa Ujung Bulu meningkat dibandingkan tahun lalu dan setara dengan pendidikan di desa lainnya. Namun, masih perlu perhatian yang lebih serius untuk memberi penyadaran kepada seluruh masyarakat Ujung Bulu akan pentingnya pendidikan bagi pembangunan desa, karena dengan adanya pendidikan masyarakat lebih mampu melakukan pengembangan dan pemanfaatan potensi yang ada di desa. Sarana dan prasarana

(52)

37 pendidikan cukup memadai dengan adanya bangunan sekolah dasar yang ada di Desa Ujung Bulu.

Mayoritas penduduk Ujung Bulu memiliki mata pencaharian sebagai petani dan berkebun, sesuai dengan hasil komoditi terbesar yang bersumber dari Ujung Bulu adalah kopi. Selain itu, banyak juga yang mengandalkan tanaman hortikultura seperti bawang merah, kol, wortel, tembakau dan sawi. Berdasarkan hasil diskusi dan informasi dari masyarakat bahwa di Desa Ujung Bulu tidak ada penyakit yang mendominasi dikarenakan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Penyakit yang umumnya diderita warga adalah penyakit muntaber dan influenza. Penyakit ini kadang terjadi pada musim hujan dan pada saat pergantian musim.

Unit pelayanan kesehatan yang ada di Desa Ujung Bulu berupa 1 unit Pustu yang dijadikan sebagai sarana pertolongan pertama bagi warga desa. Namun untuk saat ini masih belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat karena adanya beberapa kendala, seperti sangat jauh dari standar kesehatan serta fasilitas yang masih belum memadai. Oleh karena itu, diperlukan perhatian dari semua pihak baik pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten untuk memberikan bantuan sarana dan prasarana.

Desa Ujung Bulu yang berada di dataran tinggi ini merupakan daerah yang subur dan memiliki sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan, baik itu dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan, maupun ekowisata. Pada sektor pertanian dan perkebunan, masyarakat pada umumnya menanam tanaman sayur-sayuran, jagung, kopi, tembakau, dan cengkeh.

(53)

38 Sedangkan untuk sektor peternakan, masyarakat umumnya memelihara sapi, kambing, kuda, dan lain-lain. Adapun untuk sektor ekowisata, desa ini memiliki banyak objek wisata yang dapat dikembangkan misalnya wisata hortikultura, air terjun, dan wisata alam pegunungan. Namun untuk saat ini, masyarakat umumnya hanya memperoleh pendapatan dari sekor pertanian, perkebunan, dan peternakan. Kondisi geografis desa Ujung Bulu yang sangat potensial sehingga sangat memungkinkan bagi masyarakat untuk memiliki mata pencaharian ganda. Selain bertani masyarakat Ujung Bulu juga memperoleh pendapatan dari sektor peternakan. Walaupun secara umum teknik beternak masyarakat masih bersifat tradisional sehingga masih perlu dikembangkan untuk memperoleh pendapatan yang maksimal demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

1) Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Ujung Bulu dapat dilihat dari hasil sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2015. Terdapat jumlah penduduk Desa Ujung Bulu 2.382 jiwa dengan dengan perbandingan, laki-laki 1.223 jiwa dan perempuan sebanyak 1.159 jiwa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jiwa Persentase (%)

1. Laki-laki 1223 51,34

2. Perempuan 1159 48,66

Total 2.382 100

(54)

39 Berdasarkan data pemerintah Desa Ujung Bulu tahun 2015, jumlah rumah tangga yang ada di Desa Ujung Bulu tercatat sebanyak 807 KK. Pertambahan penduduk tidak terlalu pesat, hanya saja tingkat pernikahan usia dini yang masih tinggi dimana perempuan rata-rata menikah diusia 15-18 tahun, yang mestinya pada usia tersebut mereka masih mengenyam bangku sekolah. Walaupun demikian angka kepadatan penduduk di Desa Ujung Bulu masih tergolong kurang padat. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata jumlah anggota keluarga setiap rumah tangga sebanyak lima jiwa yang terdiri dari orang tua dan tiga anak. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

No. Umur (Thn) Jumlah (Org) Persentase (%)

1. 0-5 30 1,42 2. 6-12 281 13,36 3. 13-15 139 6,61 4. 16-18 139 6,61 5. 19-24 244 11,60 6. 25-60 1.119 53,18 7. 61-90 152 7,22 Total 2.104 100

Sumber: RPJM Desa Ujung Bulu. 2016

Tabel 4. menunjukkan bahwa umur dengan jumlah orang paling banyak yaitu berada pada umur 25-60 tahun dengan persentase 53,18%. Kemudian umur

(55)

40 dengan jumlah orang paling sedikit hanya sebesar 30 orang berada pada umur 0-5 tahun dengan persentase sebesar 1,42%.

2) Kondisi Ekonomi

Desa Ujung Bulu yang berada di dataran tinggi ini merupakan daerah yang subur dan memiliki sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan, baik itu dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan, maupun ekowisata. Pada sektor pertanian dan perkebunan, masyarakat pada umumnya menanam tanaman sayur-sayuran, jagung, kopi, tembakau, dan cengkeh. Sedangkan untuk sektor peternakan, masyarakat umunya memelihara sapi, kambing, kuda, dan lain-lain. Adapun untuk sektor ekowisata, desa ini memiliki banyak objek wisata yang dapat dikembangkan, misalnya wisata hortikultura, air terjun, dan wisata alam pegunungan. Namun, untuk saat ini, masyarakat umunya hanya memperoleh pendapatan dari sektor pertanian, perkebunana, dan peternakan. Berikut adalah Tabel 5 pendapatan masyarakat Ujung Bulu pada tahun 2015

Tabel 5. Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Pendapatan Per bulan

No. Pendapatan Perbulan (Rp) Jumlah Kepala Keluarga Persentase (%) 1. < 500.000 98 12,14 2. 500.000 – 1.000.000 327 40,52 3. 1.000.000 – 2.000.000 284 35,19 4. 2.000.000 – 3.000.000 98 12,14 Total 807 100

(56)

41 3) Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

Berdasarkan hasil sensus penduduk desa Ujung Bulu pada tahun 2015, tingkat kemiskinan masyarakat mencapai 41%. Hal ini menandakan bahwa desa Ujung Bulu memiliki tingkat kesejahteraan yang masih sangat perlu ditingkatkan. Secara rinci tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

4) Sarana dan Prasarana (Infrastruktur) a. Jalan

Kondisi jalan poros di Desa Ujung Bulu sudah beraspal, namun mengalami kerusakan yang sangat parah sehingga membahayakan pengguna jalan. Luapan air dari drainase yang belum permanen menjadi penyebab kerusakan di semua ruas jalan, baik jalan poros maupun jalan pemukiman masyarakat. Sebagian jalan pemukiman masyarakat masih berupa jalan tanah sehingga pada musim hujan sangat sulit dilalui alat transportasi seperti mobil dan motor sehingga perlu perhatian seluruh pihak untuk segera memperbaiki jalan-jalan yang ada di Desa Ujung Bulu

b. Jembatan

Di Desa Ujung Bulu terdapat satu unit jembatan beton yang sudah permanen, namun masih butuh penambahan jembatana di beberapa titik untuk menjadi penghubung ke semua wilayah yang ada di Desa Ujung Bulu, baik ke Dusun-Dusun maupun ke Desa tetangga dan ke Kabupaten Jeneponto.

c. Drainase

Drainase di Desa Ujung Bulu sudah dibangun di beberapa titik, namun masih banyak titik/daerah yang belum terbangun sehingga sering terjadi luapan air

(57)

42 ke jalan-jalan bahkan hingga ke perumahan penduduk. Kondisi drainase yang belum permanen ditambah dengan debit air yang sangat besar sering menyebabkan terjadinya penyumbatan pada drainase yang masih berbahan tanah dan batu. Maka yang terjadi khususnya yang terkait dengan saluran pembuangan/drainase yang belum cukup memadai.

d. Irigasi

Hampir semua dusun di Desa Ujung Bulu memiliki irigasi. Namun masih menggunakan irigasi yang dibuat secara tradisional dari batu dan tanah sehingga terkadang air meluap dan merusak tanaman masyarakat. Meluapnya air menyebakan air terbuang begitu saja, sehingga masih ada area perkebunan yang tidak dapat terairi. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan irigasi secara permanen.

e. Bangunan Pustu

Terdapat 1 unit bangunan Pustu yang kondisinya masih baik, namun masih belum bisa dimanfaatkan karena adanya beberapa kendala/masalah, perlu adanya perhatian serius dari pihak yang berwenang dalam rangka mengatasi kendala/masalah tersebut agar bangunan Pustu tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

F. Posyandu

Di Desa Ujung Bulu terdapat tujuh kelompok kader Posyandu, namun yang jadi permasalahan ialah belum adanya bangunan sehingga perlu pembangunan gedung guna meningkatkan pelayanan bagi para balita dan ibu hamil agar tidak lagi melakukan pelayanan di kolong rumah penduduk. Ini juga

(58)

43 akan menjadi motivasi bagi para kader ketika sudah ada wadah di setiap wilayah dusun di Desa Ujung Bulu, serta masyarakat juga akan mengetahui tempat pelayanan ketika sudah ada posyandu di setiap Dusun.

g. Bangunan Sekolah Dasar (SD)

Keberadaan bangunan sekolah sangat menunjang siswa dalam belajar. Ada beberapa sekolah tingkat SD, walaupun kondisi masih sangat baik namun masih sangat membutuhkan penambahan bangunan yang permanen, baik itu RKB, kantor, maupun peprustakaan di setiap sekolah. Disamping itu, perlu dibangun juga PAUD untuk mengajak anak usia dini mengenal pendidikan agar tidak banyak lagi yang putus sekolah

f. Pemukiman Penduduk

Letak pemukiman penduduk warga di sepanjang poros jalan desa, namun ada juga yang terletak pada lorong menuju kebun yang tidak begitu jauh dari jalan poros. Jarak antara rumah warga saling berdekatan. Di sepanjang jalan desa yang tidak ditempati bangunan rumah warga, ditumbuhi tanaman jangka panjang seperti kopi, nangka, pisang, cengkeh dan mangga.

4.3 Kondisi Pertanian

Mayoritas penduduk Ujung Bulu memiliki mata pencaharian sebagai petani dan berkebun. Sesaui dengan hasil komoditi terbesar yang bersumber dari Ujung Bulu adalah Kopi. Selain itu, banyak juga yang mengandalkan tanaman hortikultura seperti bawang merah, kol, wortel, tembakau dan sawi.

Gambar

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian Pemetaan Potensi Investasi
Gambar 2. Peta lokasi penelitian  3.2 Teknik Penentuan Sampel/Inform
Tabel 2 Skala Penilaian untuk pernyataan positif atau negatif. Sugiyono (2010).  No  Keterangan  Skor Positif  Skor Negatif
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Desa Siborongborong I memiliki potensi fisik yang mempengaruhi pengembangan produk kopi bubuk yakni topografi (1.365 meter

Analisis kelayakan usaha pada industri pengolahan kopi yang ada di Desa Sidomulyo (yaitu: (1) UD. Barokah) menunjukkan keduanya layak untuk dilanjutkan. Kata Kunci:

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul: ” Analisis Usahatani Perkebunan Kopi Rakyat Di Desa Gombengsari Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menghitung curahan waktu kerja pada petani kopi dalam melakukan usahatani kopi dan usahatani lainnya serta jumlah potensi waktu luang, (2)

Hasil penelitian yang diperoleh dari aspek non finansial menunjukan bahwa investasi usaha perkebunan rambutan layak dilakukan, ditunjukkan potensi pasar yang cukup

Mengingat bahwa Desa Potokullin memiliki potensi yang cukup baik untuk usahatani kopi Arabika dan merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat setempat, maka

Oleh karena itu butuh adanya optimalisasi eksplorasi potensi Desa Sukartu pada aspek pemanfaatan hasil perkebunan bersama warga masyarakat setempat berbasis community