36
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISIS
Bab ini akan menjelaskan mengenai pengujian panel dan analisis dari hasil pengujian tersebut. Pengujian bertujuan untuk mengetahui bagaimana alat bekerja, serta untuk mengetahui tingkat keberhasilan alat yang bekerja sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
4.1 Tata Letak Alat
Gambar 4.1 Susunan Alat
Seperti yang ditampilkan pada gambar 4.1, sensor DHT11 dan sensor infrared disambungkan ke ardunio Wemos yang berguna sebagai sumber daya sensor-sensor dan sebagai tempat ditampungnya data-data yang nantinya data-data tersebut dikirim ke pengguna melelui internet.
37
Gambar 4.2 Tampilan User Interface pada Smartphone
Pada tampilan user interface pada smartphone, seperti yang ditampilkan pada gambar 4.2, terdapat bagian-bagian yang perlu memiliki fungsi-fungsi untuk
user berikut adalah penjelasan fungsinya:
- Bagian A - menampilkan data suhu dan kelembaban pada greenhouse dalam bentuk angka.
- Bagian B – menampilkan kondisi kipas dalam keadaan ON/OFF.
- Bagian C – menampilkan data kelembaban dan suhu dalam bentuk grafik. - Bagian D – mengatur batas atau target dari suhu.
- Bagian E – mengatur batas atau target dari kelembaban.
38
- Bagian G – mengetahui alat sudah tersambung dengan internet atau belum. - Bagian H – menjalankan dan memberhentikan program Blynk di smartphone. 4.2 Pengujian Alat
Untuk memastikan alat dapat memenuhi spesifikasi yang sudah ditentukan maka alat dicoba pada beberapa jenis keadaan.
Pertama, alat dijalankan pertama kali dan tidak diberi hubungan internet atau WiFi. Hasil yang didapatkan alat tidak dapat menjalankan fungsinya seperti membaca data kelembaban ataupun suhu.
Kedua, alat dijalankan pertama kali dan diberi hubungan internet atau WiFi. Hasilnya alat mampu mengukur suhu dan kelembaban. Serta target suhu dan kelembaban bisa terbaca pada Arduino namun harus diatur terlebih dahulu karena di-set ke 0.
39
Gambar 4.3 Tampilan UI saat Alat Bekerja
Ketiga, alat diputus hubungkan dengan internet dalam keadaan alat sedang bekerja dan hasilnya alat tetap bisa menjalankan fungsinya namun hanya tidak dapat mengirim datanya ke user.
Keempat, ketika alat sedang bekerja diputus hubungkan dengan listrik kemudian disambungkan kembali dengan sumber listrik. Dan didapat hasil bahwa alat akan bekerja namun pada bagian batas suhu dan kelembabannya di-set menjadi 0 sehingga harus diatur kembali batasnya. Seperti yang terlihat pada gambar 4.4 dibawah pada lingkar berwana biru pada bagian pojok kanan atas alat tersambung dengan internet namun pada lingkaran berwarna kuning pada bagian bawah yang menampilkan target suhu dan kelembabannya di-set ke 0.
40
Gambar 4.4 Tampilan UI saat Alat Terputus dan Dihubungkan Lagi ke Sumber Listrik
Kelima, alat diberi suhu atau kelembaban melewati batas. Hasilnya user mendapat notifikasi dari Blynk seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.5.
41
Gambar 4.5 Bentuk Notifikasi dari Blynk
Selain notifikasi dari Blynk alat juga memberi notifikasi dalam bentuk e-mail sperti yang diperlihatkan pada gambar 4.6 dibawah ini.
42
Keenam, alat diberi suhu atau kelembaban melebihi batasnya dan kipas DC diputus hubungkan dari listrik sehingga tidak menyala. Hasilnya alat tidak dapat mengirim notifikasi padahal seharusnya alat harus bisa mengirim notifikasi bila kipas bermasalah.
Karena alat dapat membaca RPM dari kipas namun tidak dapat mengirim notifikasi, maka diuji notifikasi untuk kipas. Dan hasil yang dapat ketika program untuk pemerikasaan kipas diuji terpisah adalah pada Arduino dapat memeriksa berapa RPM yang seharusnya jika bekerja dengan baik namun tidak dapat memberi notifikasi padahal sudah terhubung ke internet. Setelah diuji beberapa kali akhirnya bisa diambil kesimpulan bahwa Blynk tidak dapat membaca data yang terlalu cepat dari hasil pembacaan sensor. Jadi ketika data dari sensor didapat, Blynk tidak dapat memprosesnya.
Oleh karena itu, dilakukan pengujian dengan menggunakan program yang pembacaan lebih lama. Akan tetapi ketika dicoba, alat tidak dapat mengukur RPM dari kipas.
Ketujuh, aplikasi Blynk ditutup saat program sedang berjalan. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah program pada Blynk tetap berjalan ketika aplikasinya ditutup. Karena ketika aplikasi pada android ataupun ios bila ditutup maka aplikasi akan berhenti dan bila ada notifikasi aplikasi harus dibuka lagi barulah notifikasi akan masuk lagi serta para pengguna smartphone bisa tidak sengaja menutup aplikasi untuk memberi ruang pada RAM smartphone. Dan hasil dari pengujian yang didapat adalah Blynk tetap dapat memberikan notifikasi dan ketika aplikasinya dibuka lagi datanya selama aplikasi ditutup tetap ada.
Tabel 4.1 Jenis Pengujian dan Hasil Pengujiannya
Jenis Pengujian Hasil
Alat pertama kali dijalankan dan tidak ada jaringan ke internet atau Wifi.
Alat tidak terhubung ke internet serta tidak dapat menjalankan fungsinya seperti pembacaan data kelembaban dan suhu.
Alat pertama kali dijalankan dan jaringan internet atau Wifi bekerja.
43
Jenis Pengujian Hasil
Alat terputus dengan jaringan internet ketika sedang bekerja.
Alat tetap bisa menjalankan fungsinya namun tidak dapat mengirim data ke user.
Alat diputus aliran listriknya dan disambungkan lagi.
Pada bagian target suhu dan
kelembaban ter-reset ke 0 dan harus diatur ulang pada smartphone. Alat diberi suhu atau kelembaban
melewati batas yang ditentukan.
Alat mengirim notifikasi jika suhu atau kelembaban greenhouse melebihi batas serta pada user interface
diperlihatkan jika alat bekerja. Alat diberi suhu atau kelembaban
melewati batas yang ditentukan serta kipas DC diputus hubungan dari listrik
Alat tidak memberi notifikasi, seharusnya alat mengirim notiifikasi bila kipas bermasalah.
Aplikasi Blynk ditutup ketika programnya sedang berjalan
Blynk tetap bisa mengirim notifikasi dan ketika aplikasi dibuka data selama aplikasi ditutup ada.
Selain kinerja alat, alat juga diuji keakuratan pengukuran suhu dan kelembabannya. Pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil-hasilnya dengan modul lain seperti termometer elektronik.
Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Pengukuran Suhu pada Alat dan Termometer Suhu Termometer
(Celcius)
Suhu Alat (Celcius) Error(%)
28,7 29 1,04 28,7 30 4,53 28,8 30 4,17 28,4 29 2,11 28,4 29 2,11 28,4 30 5,63 28,4 29 2,11
44 Suhu Termometer
(Celcius)
Suhu Alat (Celcius) Error(%)
28,5 29 1,75
28,4 29 2,11
28,6 30 4,67
28,6 29 1,4
28,6 29 1,4
Rata-rata Persentase Error 2,75
Dari data yang didapat pada tabel 4.2, bisa dilihat bila rata-rata persentase error dari pengukuran berkisar 2,75%. Bila dilihat dari hasil-hasil pengukuran persentase error terbesar adalah 5,63% dan yang terkecil sebesar 1,04%. Setelah mengukur data suhu, alat diuji hasil pengukuran kelembaban dan membandingkannya dengan hasil yang didapatkan oleh hygrometer. Berikut adalah tabel perbandingan hasilnya:
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kelembaban Kelembaban Hygrometer
(%)
Kelembaban Alat (%) Error(%)
83 83 0 82 82 0 69 74 7,25 75 83 10,67 80 82 2,5 69 75 8,69 76 66 13,16 76 66 13,16 78 73 6,41 77 73 5,19 77 71 7,79 76 72 5,26
45 Kelembaban Hygrometer (%) Kelembaban Alat (%) Error (%) 76 71 6,58 76 70 7,89 76 69 9,21
Rata-rata Persentase Error 6,92
Jika dilihat dari hasil pengukuran suhu pada tabel 4.2, pengukuran dari alat dan hygrometer rata-rata persentase error sebesar 6,92%. Adapun persentase error terbesar berkisar 13,16% dan yang terkecil 0%. Bila dibandingkan dengan spesifikasi dari DHT11 yang persentase errornya 5%, rata-rata dari persentase error dari pengujian yang telah dilakukan bisa dikatakan berbeda. Ada beberapa faktor yang membuat hasil pengukuran berbeda pada kedua modul. Pertama adalah dari rancang bangun alatnya. Sensor dari alat yaitu DHT 11 terbuka sehingga lebih sensitif, sedangkan pada termometer elektrik sensornya lebih tertutup sehingga tidak terlalu sensitif. Kedua adalah perbedaan sensor yang digunakan oleh alat dan termometer. Meskipun tidak diketahui sensor apa yang digunakan pada termometer elektrik tetapi seandainya jenis sensor yang dipakai berbeda maka bisa jadi berpengaruh pada hasil pengukurannya karena akan ada perbedaan pada bagaimana data dari sensor tersebut diproses.
Kemudian untuk menguji apakah alat bisa mendeteksi kipas menyala saat melewati batas kelembaban atau suhu, caranya dengan menguji program pengecekkan kipas pada alat dan dengan membuat salah satu indikatornya melewati batas serta dengan keadaan kipas on dan off. Susunan alatnya dengan sensor IR berada salah satu sisi kipas seperti gambar 4.7.
46
Gambar 4.7 Tata Letak IR Sensor untuk Pengecekkan Kipas
Untuk mempermudah dalam pengambilan data pengujian ini, alat akan diuji pada salah satu indikatornya yaitu kelembaban. Kelembaban dipakai sebagai indikator untuk pengujian ini dikarenakan kelembaban lebih mudah untuk dimanipulasi. Dan untuk melihat apakah alat bisa mendeteksi kipas, maka hasil yang dibaca akan ditampilkan pada Serial Monitor. Berikut adalah hasil percobaannya.
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Pengecekkan Kipas Kelembaban (%) Kipas (On/Off) RPM Yang Terbaca oleh Alat Notifikasi pada Serial Monitor (RPM<100) 95 Off 2 “Kipas Bermasalah!” 95 On 533 Tidak Ada 95 On 405 Tidak Ada 95 Off 1 “Kipas Bermasalah!” 95 Off 1 “Kipas Bermasalah!” 95 On 158 Tidak Ada
47 Kelembaban (%) Kipas (On/Off) RPM Yang Terbaca oleh Alat Notifikasi pada Serial Monitor (RPM<100) 95 Off 9 “Kipas Bermasalah!”
Indikator keberhasilannya bila kelembaban melewati batas
(Kelembaban>80) alat akan mengukur RPM-nya dan akan ditampilkan pada Serial Monitor Arduino.
Gambar 4.8 Tampilan Serial Monitor untuk Pengujian Pengecekkan Kipas
Kemudian bila RPM<100, alat akan memberi notifikasi seperti “Kipas Bermasalah” pada Serial Monitor.
48
Gambar 4.9 Ketika Kipas Off dan Kelembaban Melebihi Batas
Setelah dilakukan beberapa percobaan, bisa dikatakan alat sudah bisa mendeteksi berfungsi atau tidaknya kipas saat salah satu indikator melewati batas. Ketika kipas off, alat secara tetap mengukur RPM dibawah 100 meskipun hasil yang terukur berbeda-beda. Begitu pula ketika kipas on, alat secara tetap mengukur RPM kipas diatas 100 meskipun juga berbeda-beda hasil yang terukur.
Pengecekkan kipas ini gunanya untuk mengetahui apakah kipas pada greenhouse rusak atau tidak. Kemudian bila rusak alat akan memberi notifikasi kepada user, sehingga kipas bisa diganti dengan yang baru. Untuk menguji apakah alat dapat memberi notifikasi bila kipas rusak maka dilakukan pengujian.
Tabel 4.5 Pengujian Notifikasi Blynk untuk Kipas Suhu (<28°C) Kipas (On/Off) Notifikasi Blynk “Kipas Rusak”
30 Off Tidak ada
31 Off Tidak ada
32 Off Tidak ada
33 Off Tidak ada
32 Off Tidak ada
34 Off Tidak ada
49 Suhu (<28°C) Kipas (On/Off) Notifikasi Blynk “Kipas Rusak” 33 On Tidak ada
35 Off Tidak ada
34 On Tidak ada
Alat dapat membaca RPM dari kipas seperti yang diperlihatkan pada tabel 4.4, namun tidak dapat mengirim notifikasi. Setelah diuji dan hasilnya seperti yang diperlihatkan pada tabel 4.5 alat tidak dapat memberi notifikasi padahal sudah terhubung ke internet. Dari hasil tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa Blynk tidak dapat membaca data yang terlalu cepat dari hasil pembacaan sensor. Jadi ketika data dari sensor didapat, Blynk tidak dapat memprosesnya.