• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Akuntansi Di Smk Lkia Pontianak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektifitas Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Akuntansi Di Smk Lkia Pontianak"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI AKUNTANSI DI

SMK LKIA PONTIANAK Devi Fathia, Mashudi, Maria Ulfah

Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Untan Pontianak

email: devifathia@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini berjudul Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Membuat Back Order dan Laporan Penjualan Kelas XI Akuntansi di SMK LKIA Pontianak. Masalahnya adalah seberapa efektif penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Hasil Belajar Siswa?. Bentuk penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimental. Sampelnya berjumlah 64 orang diambil dari 2 kelas XI Akuntansi, menggunakan teknis Sampling Purposive. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui efektfitas penggunaan model pembelajaran inquiry terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Menggunakan teknik pengumpul data dengan cara teknik pengukuran, studi dokumenter, dan observasi langsung. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu lembar test, kertas kerja dokumentasi, dan lembar observasi. Sedangkan analisis data penelitian diolah menggunakan program SPSS v16 dengan menguji normalitas distribusinya dan dilanjutkan dengan effect size. Diuji dengan hasil penelitian menunjukkan sangat efektif penggunaan model pembelajaran inquiry terhadap

hasil belajar (∆=0,84>0,8) bahwa ∆ hitung lebih besar dari 0,8 yang berarti Ha

diterima dan Ho ditolak.

Kata kunci : Model Pembelajaran Inquiry, Hasil Belajar, Back Order, Laporan Penjualan.

Abstract: This study entitled Effectiveness Using Inquiry Learning Model for Improving Student Results In Backing Material Sales Order and Statement of Accounting in Vocational Class XI LKIA Pontianak. The problem is how effective the use of Inquiry Learning Model Against Student Results ?. Form of study is Quasi Experimental. The sample amounted to 64 people who were taken from two classes XI Accounting, using purposive sampling technical. The method used is an experimental method in order to determine efektfitas use learning model for improving student learning outcomes. Using the techniques of data collection by way of measurement techniques, documentary studies, and direct observation. Data collection tools were used that test sheet, the paper documentation and observation sheet. While the analysis of the data were analyzed using SPSS v16 to test the normality of distribution and continued with the effect size. Tested with the results showed a very effective use inquiry learning model for learning outcomes (Δ = 0.84> 0.8) that Δ count is greater than 0.8, which means Ha Ho accepted and rejected.

Keywords: Inquiry Learning Model, Learning Outcomes, Back Order, Sales Reports.

(2)

2 untutan masyarakat terhadap sekolah yang semakin tinggi, telah membuat semakin banyak tuntutan kebutuhan kehidupan sosial masyarakat. Pada akhirnya tuntutan tersebut bermuara kepada pendidikan, karena masyarakat menyakini bahwa pendidikan mampu menjawab dan mengantisipasi berbagai tantangan tersebut. Pendidikan merupakan satu di antara upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah sebagai institusi tempat masyarakat berharap tentang kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Pembelajaran merupakan proses pendidikan yang tersusun dan memiliki hasil yang jelas. Bentuk pembelajaran yang baik yaitu suatu proses yang didalamnya guru dan murid sama-sama aktif. Peningkatan hasil belajar siswa juga terkait pada peranan guru dalam mengelola pembelajaran. Satu diantaranya faktor yang dapat mendukung keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan model pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pada dasarnya selalu terkait dua belah pihak yaitu pendidik/ guru dan peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan guru yang profesional dan kompeten dalam bidangnya dalam pembelajaran

Proses pembelajaran mata pelajaran adminstrasi piutang menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran masih bersifat tradisional (konvensional), sedangkan metode yang digunakan masih bersifat sederhana yaitu salah satunya ceramah. Siswa juga sering tidak mampu untuk mengingat materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dalam jangka waktu yang lama, yang disebabkan karena terlalu banyak teori. Hal ini membuat proses transfer ilmu dari guru kepada siswa menjadi tidak terwujud. Pada akhirnya, peningkatan hasil belajar siswa juga akan ikut terpengaruh.

Efektifitas pada umumnya dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti “ada pengaruhnya, akibatnya”. Selanjutnya menurut Peter Salim (dalam Notoadmodjo, 1991:33) “Efektifitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju dan bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Pekerjaan dikatakan efektif apabila pekerjaan itu memberikan hasil yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan semula. Efektif merupakan landasan untuk mencapai sukses. Jadi efektifitas berkenaan dengan derajat pencapaian tujuan, baik secara eksplisit maupun implisit, yaitu seberapa jauh tujuan tersebut tercapai. Efektifitas adalah suatu kondisi yang menunjukan tingkat tercapainya suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Efektifitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota.

Menurut Hamdani, (2011:270) “inquiry adalah teknik pengajaran guru dengan membagi tugas kepada siswa untuk meneliti suatu masalah”. Kemudian menurut Gulo (dalam Trianto, 2012:168) bahwa, Inquiry tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

(3)

3 Uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan yang sebelumnya belum mereka ketahui. Model ini mengembangkan kemampuan berfikir yang dipupuk dengan adanya kesempatan untuk mengobservasi problema, mengumpulkan data, menganalisis data, menyusun suatu hipotesa, mencari hubungan (data) dari data yang telah terkumpul untuk kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah tersebut. Sedangkan tujuan dari metode inkuiri ini adalah untuk membantu siswa dalam mengembangkan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidikinya untuk mendapatkan jawaban sesuai dengan keingin tahuan mereka.

Menurut Djamarah (dalam Fithra Ramadhian, 2013:24), mengemukakan bahwa, Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi pengajaran kepada anak dilaksanakan dengan lisan oleh guru di dalam kelas.

Model pembelajaran konvensional itu sifatnya adalah menghafal tanpa memberikan kreatifitas siswa untuk aktif berpikir dan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran konvensional ini membuat siswa menjadi pasif dan yang aktif adalah gurunya, dan ini bisa menyebabkan siswa menjadi malas dan mengantuk apalagi pada waktu pelajaran akhir atau pada siang hari karena siswa hanya mendengar guru ceramah menjelaskan materi.

Masalah dalam penelitian ini adalah “Efektifitas penggunaan model

pembelajaran inquiry terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi membuat back order dan laporan penjualan kelas XI akuntansi di SMK LKIA

Pontianak”. Dengan sub-sub masalah dalam penelitian ini yaitu (1) Seberapa besar hasil belajar dengan model pembelajaran Inquiry siswa kelas XI akuntansi pada materi back order dan laporan penjualan di SMK LKIA Pontianak? (2) Seberapa besar hasil belajar dengan model pembelajaran Konvensional siswa kelas XI akuntansi pada materi back order dan laporan penjualan di SMK LKIA Pontianak? (3) Apakah model pembelajaran Inquiry lebih efektif daripada model pembelajaran Konvensional?

Tujuan dalam penelitian ini secara umum ialah “Mengetahui efektifitas

penggunaan model pembelajaran Inquiry terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi membuat back order dan laporan penjualan”. Sedangkan secara khusus tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut (1) Untuk mengetahui hasil belajar dengan model pembelajaran Inquiry siswa kelas XI Akuntansi pada materi membuat back order dan laporan penjualan di SMK LKIA Pontianak. (2) Untuk mengetahui hasil belajar dengan model pembelajaran konvensional siswa kelas XI Akuntansi pada materi membuat back order dan laporan penjualan di SMK LKIA Pontianak. (3) Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Inquiry lebih efektif daripada model pembelajaran Konvensional

(4)

4 METODOLOGI

Menurut Sugiyono (2013:108-109), terdapat empat bentuk penelitian

eksperimen, yaitu: “Pre-Eksperimental, True-Eksperimental, Factorial Eksperimental, dan Quasi Eksperimental. Bentuk penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental). Model pembelajaran yang akan diteliti dalam peningkatan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran inquiry. Pelaksanaan metode eksperimen ini guru berkolaborasi bersama peneliti tentang materi yang akan disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry di dalam kelas. Penelitian ini terdapat kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan (treatmen) model pembelajaran kontekstual dan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan model pembelajaran konvensional (treatmen).

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Post-test only control design dimana rancangan ini terdiri dari dua kelompok kelas, kelas pertama adalah sebagai kelas eksperimen dan satu kelas yang lain sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen akan diberikan perlakuan yaitu dengan model pembelajaran

inquiry sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan konvensional.

Rancangan penelitian dapat digambarkan dengan tabel di bawah ini sebagai berikut:

TABEL 1 : Rancangan Penelitian Post-Test Only Control Design Kelas Perlakuan Post Test

Eksperimen X1 O1

Kontrol X2 O2

Keterangan:

O1 : Post-test pada kelas eksperimen

X1 : Perlakuan pada kelas eksperimen yaitu model pembelajaran inquiri

X2 : Perlakuan pada kelas kontrol yaitu dengan model pembelajaran konvensional O2 : Post-test pada kelas kontrol

(Sugiyono, 2013:76)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI Akuntansi SMK LKIA Pontianak. Jumlah kelas XI Akuntansi sebanyak 3 (tiga) kelas. Dari ketiga kelas tersebut guru yang mengajar merupakan orang yang sama. Berikut masing-masing jumlah siswa dalam kelas XI KN 1 sampai XI KN 3 :

TABEL 2 : Jumlah Siswa Masing-Masing Kelas

Kelas Jumlah Guru Pengasuh Mata Pelajaran

XI KN 1 34

Jamilah, S.Pd

XI KN 2 34

XI KN 3 34

(5)

5 Sampel dalam penelitian ini adalah 2 (dua) kelas, dimana satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Kelas XI KN 3 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 34 orang dan siswa Kelas XI KN 2 sebagai kelas kontrol dengan jumlah 34 orang. Kelas Eksperimen akan diberi perlakuan dengan model pembelajaran inquiry, dan kelas kontrol diberikan model pembelajaran konvensional.

Penelitian ini menggunakan teknik pengmpulan data dengan cara: (a) Teknik pengukuran, dalam penelitian ini penulis menggunakan pengukurannya test, yaitu

post-test. (b) Teknik studi dokumenter. (c) Teknik observasi langsung. Alat pengumpul data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan: a. Butir tes.

Butir tes tertulis dalam bentuk essay. Pemilihan bentuk tes essay sebagai pengumpulan data pada penelitian ini adalah untuk melihat kemampuan siswa karena dengan soal berbentuk essay siswa akan kreatif dalam menjawab, siswa yang menguasai materi bisa memberikan jawaban yang baik dan benar. b. Kertas kerja dokumentasi.

Lembar catatan dokumentasi untuk mengumpulkan nilai-nilai siswa, nama-nama siswa, rpp, dan lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini. c. Lembar observasi.

Lembaran yang berisi catatan peneliti selama proses penelitian berlangsung. Lembar catatan ini berfungsi sebagai alat untuk mencatat hal yang berhubungan dengan penelitian.

Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam ini yaitu: (1) Analisis butir tes (Pembuatan soal, Validitas tes, Reliabilitas tes).

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan cara: 1. Analisis Butir Tes

Soal tes yang telah dibuat, dilakukan validasi dan uji coba terlebih dahulu untuk kelayakan pemakaiannya sebelum pelaksanaan di kelas.

a. Pembuatan soal

Soal yang dibuat adalah soal tersatandar. Soal yang dibuat sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator. Soal yang telah dibuat diberi kunci jawaban dan pedoman penskoran.

b. Validitas tes

Menurut Nana Sudjana (2009:12), “Validitas adalah ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa

yang seharusnya dinilai”.

Suatu instrumen dikatakan valid karena mempunyai validitas yang tinggi dan terdapat kesamaan antara data terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Penelitian ini tidak menggunakan uji validitas, karena soal yang diujikan sudah digunakan selama 5 tahun terakhir secara berturut-turut oleh guru mata pelajaran Administrasi Piutang yang bersangkutan.

(6)

6 Menurut Nana Sudjana (2009:16), “Reliabilitas adalah ketetapan alat

tersebut dalam menilai apa yang dinilainya”. Maksudnya adalah kapanpun

alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali dalam waktu yang berbeda untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.

Penelitian ini tidak menggunakan uji realibilitas, karena soal yang diujikan sudah digunakan selama 5 tahun terakhir secara berturut-turut oleh guru mata pelajaran Administrasi Piutang yang bersangkutan.

2. Analisis Data Penelitian

Untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, maka peneliti akan melakukan kegiatan analisis dan mengolah data. Data-data yang telah diperoleh dari kelas eskperimen dan kelas kontrol baik dari post-test dianalisis dan diolah menggunakan program SPSS

(Statistical Product and Service Solution) versi 18.

Data yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil nilai post-test diuji normalitas distribusinya dengan Kolmogorov Smirnov (KS) menggunakan SPSS v18. Adapun kriteria pengujian sebagai berikut: a. Jika signifikansi ˃ 0,05 maka data berdistribusi normal

b. Jika signifikansi ˂ 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Duwi Priyatno, 2012: 37)

Setelah diuji normalitas distribusinya maka dilakukan uji hipotesis sesuai dengan langkah-langkah berikut:

a. Jika kedua data terdistribusi normal, maka dilakukan dengan uji homogenitas variannya. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

(1) Jika signifikansi ˃ 0,05 maka data hasil nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang sama

(2) Jika signifikansi ˂ 0,05 maka data hasil nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang berbeda

(Duwi Priyatno, 2012: 49)

b. Setelah di uji homogenitasnya dilanjutkan dengan Uji-t. Adapun pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (tingkat kepercayaan sebesar 95%). Kriteria pengujian sebagai berikut:

(1) Jika signifikansi ˃ 0,05 maka tidak ada perbedaan hasil nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang sama (2) Jika signifikansi ˂ 0,05 maka ada perbedaan hasil nilai posttest

kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang berbeda (Duwi Priyatno, 2012: 51)

Jika adanya perbedaan hasil nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dilanjutkan dengan effect size, jika tidak ada perbedaan hasil nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol maka tidak diperlukan

effect size. Effect size digunakan untuk melihat seberapa efektif model pembelajaran two stay two stray pada materi persamaan dasar akuntansi terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA Kemala Bhayangkari. Rumus effect size sebagai berikut:

(7)

7

Keterangan:

Effect size

ῩE Rata-rata perubahan skor kelas eksperimen

ῩK Rata-rata perubahan skor kelas kontrol SK Standar deviasi kelas kontrol

Dengan kriteria:

ES < 0,3 Digolongkan rendah 0,3 < ES < 0,7 Digolongkan sedang ES > 0,7 Digolongkan tinggi

(Leo Sutrisno dalam Fithra Ramadhian, 2013:44)

Jika salah satu atau kedua data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji U Mann Whitney.Uji U Mann Whitney ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komperatif dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal. Apabila dalam suatu pengamatan data berbentuk interval, maka perlu diubah dahulu ke dalam data ordinal. Apabila masih berbentuk interval, sebenarnya dapat menggunakan uji t untuk pengujiannya, tetapi bila asumsi uji-t tidak dipenuhi (misalnya data harus normal), maka uji t ini tidak dapat digunakan, atau dangan kata lain uji U Mann Whitney

digunakan sebagai alternatif lain dari uji t parametrik apabila asumsi yang diperlukan uji t tidak dipenuhi. Uji U Mann Whitney ini dapat menggunakan pengujian dua arah ataupun satu arah. Untuk menghitung nilai statistik uji U

Mann-Whitney, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: U1 = n1n2 + – R1 dan U2 = n1n2 + – R2 Keterangan U1 : Jumlah peringkat 1 U2 : Jumlah peringkat 2

n1 : Jumlah sampel kelas eksperimen n2 : Jumlah sampel kelas kontrol

R1 : Jumlah rangking pada kelas eksperimen R2 : Jumlah rangking pada kelas kontrol (Adithia dalam Fithra Ramadhian, 2013:46)

Pemberian rangking atau peringkat dilakukan dengan alternatif sebagai berikut :

(a) Pemberian rangking dimulai dari urutan terkecil ke yang terbesar

(b) Pemberian rangking juga memperhatikan tanda aljabarnya yakni, memberikan rangking terendah pada bilangan negatif terendah bila ada. (c) Bila terdapat nilai yang sama maka rangkingnya ialah diambil rata-ratanya

(8)

8 Keputusan yang diambil adalah jika U hitung lebih kecil dari U tabel maka Ho diterima dan jika U hitung lebih besar dari U tabel maka Ha diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penelitian ini melibatikan dua kelas dari SMK LKIA yaitu kelas XI KN 2 berjumlah 34 orang siswa sebagai kelas kontrolnya dan kelas XI KN 3 berjumlah 34 orang siswa sebagai kelas eksperimennya. Saat post-test siswa pada kedua kelas tersebut yakni XI KN 2 (kelas kontrol) dan XI KN 3 (kelas eksperimen) hadir semua. Kedua kelas tersebut diberi perlakuan yang mana kelas XI KN 2 menggunakan model pembelajaran konvensional dan kelas XI KN 3 menggunakan model pembelajaran inquiry. Materi yang disampaikan yaitu materi tentang membuat back order dan laporan penjualan. Kemudian siswa diberikan

post-test berupa tes essay sebanyak 4 soal.

Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) mata pelajaran administrasi piutang yang telah ditetapkan yaitu 80. Dari 34 siswa kelas kontrol, terdapat 10 siswa (29,41%) yang tuntas dan 24 siswa (70,59%) yang tidak tuntas. Sedangkan 34 siswa kelas eksperimen, terdapat 25 siswa (73,53%) yang tuntas dan 9 siswa (26,47%) yang tidak tuntas. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dalam diagram. P e r b a n d i n g a D i a

Digram 1 : Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Perbandingan rata-rata hasil post-test siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol secara ringkas dapat dilihat dalam tabel berikut:

(9)

9 TABEL 2 : Hasil Post-Test Siswa dan Ketuntasan Belajar Siswa

Keterangan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Rata-rata 83,95 63,50 Standar Deviasi 5,32 2,41

Banyaknya siswa yang tuntas 25 10 Persentase Banyaknya siswa yang tuntas 73,53% 29,41%

Sumber : Data olahan, (2014)

Dilihat dari tabel tampak bahwa rata-rata hasil post-test yang diperoleh dari kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, rata-rata hasil belajar kelas eksperimen adalah 83,95 dengan standar deviasi 5,32. Sedangkan rata-rata hasil

post-test kelas kontrol adalah 63,50 dengan standar deviasi 2,41. 1. Analisis Data Statistik

a. Hasil Analisis Data Masalah ke-1 dan ke-2

Berdasarkan hasil perhitungan persentase rata-rata hasil post-test siswa pada kelas eksperimen diperoleh persentase rata-rata sebesar 83,95. Berikut tabel hasil perhitungan SPSS v16.

TABEL 3 : Rata-rata Hasil Post Test Kelas Eksperimen Statistics Kelas Eksperimen N Valid 34 Missing 0 Mean 83.9559 Std. Deviation 5.32343 Minimum 76.50 Maximum 93.50

Sumber : Data Olahan SPSS v16, (2014)

Sedangkan hasil perhitungan persentase rata-rata hasil post-test siswa pada kelas kontrol diperoleh persentase rata-rata sebesar 63,50. Berikut tabel hasil perhitungan SPSS v16.

TABEL 4 : Rata-Rata Hasil Post-Test Kelas Kontrol

Sumber : Data Olahan SPSS v16, (2014)

Statistics Kelas Kontrol N Valid 34 Missing 0 Mean 63.5000 Std. Deviation 2.411557 Minimum 13.00 Maximum 94.50

(10)

10 b. Hasil Analisis Data k-3

Untuk mengetahui apakah hipotesis yang akan diuji menggunakan uji-t ataupun U-Mann Whitney, maka data hasil belajar harus diuji terlebih dahulu uji normalitas distribusinya dengan menggunakan Kolmogrov Smirnov (KS). Setelah diketahui berdistribusi normal atau tidak maka digunakan yang sesuai. Apabila berdistribusi normal menggunakan uji-t, jika tidak berdistribusi normal menggunakan U-Mann Whitney.

(1) Uji normalitas hasil post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

Uji normalitas distribusi data hasil post-test digunakan rumus

kolmogorof smirnov (KS) menggunakan SPSS v18. Berikut kriteria pengujian:

(a) Jika signifikansi ˂ 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (b) Jika signifikansi ˃ 0,05 maka data berdistribusi normal (Duwi Priyatno, 2013:38)

TABEL 5: Uji Normalitas Data Hasil Post-Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KONTROL EKSPRIMEN

N 34 34

Normal Parametersa Mean 63.5000 83.9559

Std. Deviation 24.11557 5.32343 Most Extreme Differences Absolute .168 .224 Positive .122 .224 Negative -.168 -.164 Kolmogorov-Smirnov Z .982 1.306

Asymp. Sig. (2-tailed) .290 .066

Sumber : Data Olahan SPSS v16, (2014)

Berdasarkan perhitungan olahan SPSS v16 dari One Sample Kolmogorov Smirnov Test kelas kontrol diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,29. Jadi kesimpulannya data kelas kontrol berdistribusi normal (0,29 ˃ 0,05). Kelas eksperimen diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,066. Jadi kesimpulannya data kelas eksperimen berdistribusi normal (0,066 ˃ 0,05).

(2)Karena kedua data berdistribusi normal, maka untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil post-test dilanjutkan dengan statistic parametric

yaitu uji-t. Adapun hipotesis yang akan di uji adalah:

Ho : Model pembelajaran inquiry tidak lebih efektif daripada pembelajaran konvensional pada materi membuat back order dan laporan penjualan siswa kelas XI Akuntansi di SMK LKIA Pontianak

Ha : Model pembelajaran lebih efektif daripada pembelajaran konvensional pada materi membuat back order dan laporan penjualan siswa kelas XI Akuntansi di SMK LKIA Pontianak.

(11)

11 Berikut adalah hasil perhitungan data post-test dengan uji-t menggunakan SPSS v16. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (tingkat kepercayaan sebesar 95%). Berikut kriteria pengujian (berdasar signifikansi) untuk menentukan homogenitas data.

(a) Jika signifikansi ˃ 0,05 post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama

(b) Jika signifikansi ˂ 0,05 post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang berbeda.

(Duwi Priyatno, 2013: 91) TABEL 6 : Hasil Post-Test dengan Uji-t

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Nilai test Equal variances

assumed 36.786 .000 -4.830 66 .000 -20.456 4.235 -28.912 -12.000 Equal variances

not assumed -4.830 36.208 .000 -20.456 4.235 -29.044 -11.868

Sumber : Data Olahan SPSS v16, (2014)

Dari tabel 6 menjelaskan tentang hasil uji Levene’s (uji homogenitas) dan

Independent Samples T Test yang digunakan untuk mengetahui tentang perbedaan nilai hasil post-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum melakukan uji Independent Samples T Test perlu dilakukan uji Levene’s untuk

mengetahui jenis varian data sama atau berbeda. Jika sama makaakan digunakan uji t Equal variances assumed. Sedangkan jika berbeda, maka akan digunakan uji t Equal variances not assumed

Signifikansi dari uji F didapatkan 0,00. Dengan demikian signifikansi ˂ 0,05 (0,00 ˂ 0,05). Dapat disimpulkan bahwakelompok data hasil nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang berbeda, jadi di uji

Independent Samples T Test menggunakan Equal variances not assumed..

Berikut kriteria pengujian (berdasar signifikansi) untuk menentukan post-test

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ada perbedaan atau tidak.

(a) Jika signifikansi ˃ 0,05 maka tidak ada perbedaan hasil nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

(b) Jika signifikansi ˂ 0,05 maka ada perbedaan hasil nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(Duwi Priyatno, 2013: 91)

Berdasarkan output yang didapatkan nilai signifikansi (Sig 2-tailed) adalah 0,000. Nilai signifikansi ˂ 0,05 (0,000 ˂ 0,05), maka ada perbedaan hasil nilai

post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Diketahui bahwa adanya perbedaan hasil post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol maka Ho ditolak dan Ha diterima. Bahwa kelas eksperimen lebih tinggi

(12)

12 hasil post-testnya daripada kelas kontrol, kelas eksperimen dengan model pembelajaran inquiry sedangkan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Jadi model pembelajaran inquiry lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi membuat back order dan laporan penjualan kelas XI Akuntansi di SMK LKIA Pontianak.

Kemudian setelah diketahui ada perbedaan hasil nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dilanjutkan dengan effect size. Untuk melihat seberapa besar efek model pembelajaran yang digunakan, maka digunakan rumus

effect size:

=

Berdasarkan dari hasil post-test siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, diperoleh skor rata-rata kelas eksperimen sebesar 83,96, skor rata-rata kelas kontrol sebesar 63,50 dan standar deviasi kelompok kontrol sebesar 24,116. Dengan demikian diperoleh:

=

= 0,84

Berdasarkan dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai effect sizesebesar 0,84. Maka berdasarkan kriteria yang berlaku nilai effect size termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa efek model pembelajaran inquiry

tinggi sebesar 0,84.

Pembahasan

1. Persamaan dan Perbedaan Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Kegiatan Pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen perbedaannya adalah dalam penyampaian materi, dan kegiatan inti pembelajaran. Selain dari itu kegiatan pembelajaran kelas kontrol dan kelas eksperimen sama.

a. Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Kontrol

Penelitian ini pada kelas kontrol pelaksanaannya dilakukan selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit disetiap pertemuannya. Yang mengajar pada kelas kontrol ialah diajar langsung oleh guru mata pelajaran administrasi piutang yang bersangkutan yaitu, Ibu Jamilah, S.Pd.

Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang. Seharusnya pada saat pemberian perlakuan menggunkan kurikulum 2013, namun pada waktu pelaksanaan tidak menggunakan kurikulum 2013 dikarenakan pihak sekolah baru memberikan pelatihan dan sosialisasi mengenai kurikulum 2013 terhadap guru yang bersangkutan. Selain itu pada saat penelitian ini berlangsung Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) maupun silabus mata pelajaran belum diterima oleh guru mata pelajaran. Hal ini menyebakan guru mata pelajaran tersebut harus mengajar dengan silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lama, yaitu dengan menggunakan silabus dan rpp berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

(13)

13 Guru menyampaikan materi dengan Standar Kompetensi (SK) Mengelola Order Penjualan. Sedangkan untuk Kompetensi Dasar (KD) sendiri yaitu, Membuat Back Order dan Laporan Penjualan. Model pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol ialah dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Sedangkan pada tahap pembelajara guru mengikuti langkah-langkah yang telah ada di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), namun penyampaian materi digunakan guru hanya dengan metode ceramah yang dimana guru mendominasi jalannya kegiatan pembelajaran. Siswa kurang diajak aktif secara maksimal, karena model konvensional dengan metode ceramah ini sifatnya adalah menghafal tanpa memberikan kreatifitas siswa untuk aktif berpikir dan aktif dalam pembelajaran. Seperti yang siswa lakukan setiap pertemuan berlangsung selama penelitian ini, mereka hanya mencatat pokok-pokok penting yang telah disampaikan oleh guru, itu pun masih banyak yang tidak mencatat.

Kegiatan belajar terlihat kaku dan membosankan sehingga terlihat siswa terkadang asyik sendiri seperti mengobrol dengan teman, menggambar pada buku, ataupun melamun terlihat seperti memperhatikan penjelasan guru. Namun ketika ditanya banyak dari siswa ini tidak mengerti dan guru terkadang terpaksa menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan.

Setelah materi selesai disampaikan guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Kemudian guru memberikan tugas kepada siswa sebagai evaluasi hasil belajar dalam bentuk essay/ uraian.

Peneliti mengamati pada saat siswa mengerjakan tugas tidak semua siswa dapat mengerjakan tugas tepat waktu dengan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Masih terdapat beberapa siswa yang menyelesaikan tugas melewati batas waktu yang telah ditentukan oleh guru. Terlihat juga bahwa tidak semua siswa bisa menyelesaikan tugas sampai dengan selesai. Ini mungkin dikarenakan siswa kurang mengerti pada materi yang dijelaskan oleh guru, karena kurang seriusnya mengerjakan tugas, dan bahkan hanya diam-diam saja sambil menunggu jawaban dari teman.

Diakhir pertemuan guru selalu menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya dan tidak lupa juga memotivasi siswa untuk lebih aktif dan rajin belajar.

b. Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen

Penelitian ini pada kelas eksperimen pelaksanaannya juga dilakukan selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit disetiap pertemuannya. Dan yang mengajar pada kelas eksperimen juga diajar langsung oleh guru mata pelajaran administrasi piutang yang bersangkutan yaitu, Ibu Jamilah, S.Pd.

Pelaksanaan pembelajaran juga disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang. Seperti halnya pada kelas kontrol, dikelas eksperimen juga seharusnya pada saat pemberian perlakuan menggunkan kurikulum 2013, namun pada waktu pelaksanaan tidak menggunakan kurikulum 2013 dikarenakan pihak sekolah baru memberikan

(14)

14 pelatihan dan sosialisasi mengenai kurikulum 2013 terhadap guru yang bersangkutan. Selain itu pada saat penelitian ini berlangsung Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) maupun silabus mata pelajaran belum diterima oleh guru mata pelajaran. Hal ini menyebakan guru mata pelajaran tersebut harus mengajar dengan silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lama, yaitu dengan menggunakan silabus dan rpp berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kelas eksperimen ini juga guru menyampaikan materi dengan Standar Kompetensi (SK) Mengelola Order Penjualan. Sedangkan untuk Kompetensi Dasar (KD) sendiri yaitu, Membuat Back Order dan Laporan Penjualan. Model pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol ialah dengan menggunakan model pembelajaran inquiry.

Sama halnya seperti kelas kontrol, pada kelas eksperimen ini juga pada tahap pembelajara guru mengikuti langkah-langkah yang telah ada di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), namun penyampaian materi yang digunakan guru pada kelas eksperimen yaitu menggunakan model pembelajaran inquiry

dimana dalam penyampaian materi pembelajarannya pada kelas eksperimen jauh berbeda dibandingkan dengan kelas kontrol.

Kelas eksperimen siswa dibentuk kelompok berjumlah 4-5 orang setiap kelompoknya dan diberikan rumusan masalah yang harus dipecahkan oleh siswa. Kelompok dipilih oleh guru berdasarkan urutan absen. Kemudian dengan bimbingan guru siswa menetapkan hipotesis, setelah itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkah-langkah percobaan dalam mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan sehingga dapat ditarik kesimpulannya secara bersama-sama.

Saat pelaksanaan pembelajaran terlihat bahwa siswa tampak semangat dan antusias dalam proses pembelajaran berlangsung. Dalam kelompok terlihat juga bahwa siswa yang kurang paham lebih leluasa bertanya dengan teman satu kelompok yang lebih mengerti, sehingga diskusi kelompok berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan. dan siswa yang mengerti dapat menjelaskan kepada siswa yang kurang paham di dalam kelompoknya, ini merupakan salah satu cara untuk mendorong semua siswa untuk dapat menggali dan menemukan jawaban atas permasalahan yang diberikan. Namun tidak semua siswa aktif didalam kelompoknya, ini terlihat dari beberapa siswa yang pasif kurang bertanya hanya diam saja, lebih menuggu teman satu kelompoknya dalam memecahkan masalah yang diberikan guru.

Setelah materi selesai disampaikan guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Kemudian guru memberikan tugas kepada siswa sebagai evaluasi hasil belajar dalam bentuk essay/ uraian.

Siswa mengerjakan tugas tersebut bersama-sama kelompoknya. Pada saat pelaksanaan terlihat bahwa tidak semua siswa bertanggung jawab mengerjakan tugas kelompok yang telah diberikan oleh guru. Ini dilihat masih terdapat beberapa siswa yang kurang bertanggung jawab mengerjakan tugas kelompok, tetapi tidak semuanya hanya sebagian kecil saja dan itu terjadi pada anak yang

(15)

15 memang tergolong nakal di kelas, untuk anak yang tergolong sedang kemampuannya lebih menunjukan tanggung jawab yang cukup baik dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir.

2. Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol siswa diberikan post-test yang dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran administrasi piutang siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Dilihat dari rata-rata nilai kognitif siswa, skor post-test terendah dan tertinggi pada kelas eksperimen yaitu 76,5 dan 93,5. Sedangkan skor post-test

terendah dan tertinggi pada kelas kontrol yaitu 13 dan 94,5. Rata-rata hasil belajar dari post-test pada kelas eksperimen 83,95 dan kelas kontrol adalah 63,5 dari skor total 100. Jika dilihat dari ketuntasannya, banyaknya siswa yang tuntas pada kelas eksperimen sebanyak 25 siswa dengan persentase ketuntasan 73,53% dan banyaknya siswa yang tuntas pada kelas kontrol sebanyak 10 siswa dengan persentase ketuntasan 29,41%.

Setelah dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar, pada kelas eksperimen (73,53%) lebih tinggi daripada kelas kontrol (29,41%). Hal ini mungkin disebabkan oleh pembelajaran dengan model inquiry di kelas eksperimen lebih menarik bagi siswa, karena di dalam pembelajaran siswa dilibatkan secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki berbagai informasi, data dan fakta yang kemudian menuntut siswa untuk melihat hubungan atau keterkaitan diantara berbagai data dan informasi tersebut, sehingga pada akhirnya dapat menemukan jawaban dari masalah sebenarnya. Selain itu tugas yang diberikan oleh guru dikerjakan siswa secara berkelompok, sehingga siswa lebih mampu untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Inilah yang membuat siswa tidak bosan dan antusias dibandingkan dengan kelas kontrol.

Pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran secara konvensional, dimana para siswa terlihat tidak semangat dalam mengikuti pelajaran. Hal ini disebabkan pembelajaran yang kaku karena didominasi oleh guru, siswa hanya mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan dan diajarkan oleh guru. Tugas yang diberikan oleh guru juga kurang bisa dikerjakan dengan baik oleh siswa karena siswa kurang paham mengenai materi yang telah diberikan.

Selanjutnya Rata-rata hasil nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov (KS) untuk mengetahui apakah kedua data berdistribusi normal atau tidak. Hasil perhitungan menggunakan SPSS v16 diketahui bahwa kedua data berdistribusi normal yaitu kelas eksperimen diperoleh signifikansi ˃ 0,05 (0,066 ˃ 0,05) dan kelas kontrol diperoleh signifikansi ˃ 0,05 (0,29 ˃ 0,05). Diketahui bahwa kedua data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengn uji homogenitas varian. Hasil perhitungan menggunakan SPSS v16 diperoleh signifikansi ˂ 0,05 (0,000 ˂ 0,05). Dengan demikian kedua data memiliki

(16)

16 varian yang berbeda, jadi di uji Independent Samples T Test menggunakan

Equal variances not assumed.

Hasil uji-t menggunakan SPSS v16 didapatkan nilai signifikansi (Sig 2- tailed) adalah 0,000. Nilai signifikansi ˂ 0,05 (0,000 ˂ 0,05), maka ada perbedaan hasil nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Diketahui bahwa adanya perbedaan hasil post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol maka Ho ditolak dan Ha diterima. Bahwa kelas eksperimen lebih tinggi hasil post-testnya daripada kelas kontrol, kelas eksperimen dengan model pembelajaran inquiry sedangkan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Jadi model pembelajaran inquiry lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi membuat back order dan laporan penjualan kelas XI Akuntansi di SMK LKIA Pontianak.

Kemudian setelah diketahuinya ada perbedaan hasil nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dilanjutkan dengan effect size. Untuk melihat seberapa besar efek model pembelajaran yang digunakan. Effect size diperoleh sebesar 0,84. Maka berdasarkan kriteria yang berlaku nilai effect size

termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa efek model pembelajaran inquiry tinggi sebesar 0,84.

Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena model ini mengembangkan kemampuan berfikir yang dipupuk dengan adanya kesempatan untuk mengobservasi masalah, mengumpulkan data, menganalisis data yang telah terkumpul untuk kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban sesuai dengan keingintahuan mereka dari hasil pemecahan masalah tersebut.

Sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa model pembelajaran inquiry

merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubuahan perilaku (Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, 2009:77)

Sehubungan dengan itu, sejalan juga dengan penelitian sebelumnya oleh

Doni dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Metode Inkuiri dengan

Media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII A mata

pelajaran IPS Terpadu pada SMP Swasta Abdi Agape Pontianak”, bahwa

dengan penerapan metode pembelajaran inkuiri dengan media VCD dalam pembelajaran IPS terbukti dapat memperbaiki nilai dan meningkatkan prestasi belajar siswa karena dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap sikap belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yaitu adanya motivasi yang tinggi untuk saling berkompetensi, dan abekerja sama.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, selama berlangsungnya penelitian eksperimen semu ini dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut:

(17)

17 1. Berdasarkan perhitungan persentase rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata sebesar 83,95 dari 34 siswa yang mengikuti

post-test. Hasil belajar kelas eksperimen ini yang diperoleh siswa minimal 76,5 dan maksimal 93,5. Nilai SKBM adalah 80, pada kelas eksperimen terdapat 25 siswa (73,53%) yang tuntas dan 9 siswa (26,47%) yang tidak tuntas.

2. Berdasarkan perhitungan persentase rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol diperoleh rata-rata sebesar 63,5 dari 34 siswa yang mengikuti post-test. Hasil belajar kelas kontrol ini yang diperoleh siswa minimal 13 dan maksimal 94,5. Nilai SKBM adalah 80, terdapat 10 siswa (29,41%) yang tuntas dan 24 siswa (70,59%) yang tidak tuntas.

3. Ho ditolak dan Ha diterima. Bahwa kelas eksperimen lebih tinggi hasil post-testnya daripada kelas kontrol, kelas eksperimen dengan model pembelajaran

inquiry sedangkan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran inquiry lebih efektif dari pada model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi membuat

back order dan laporan penjualan kelas XI Akuntansi di SMK LKIA Pontianak.

Saran

Adapun saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya, kepada guru yang ingin menerapkan pembelajaran inquiry harus lebih aktif dan mengingatkan siswa yang kurang aktif dalam kelompok. Untuk itu guru diharapkan dapat lebih menguasai kelas. Selain itu kelompok yang dibagi juga lebih berimbang dipilih berdasarkan keamampuan intelektual, emosional, dan ras yang berbeda.

2. Sebaiknya, penggunaan model pembelajaran inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik. Untuk itu diharapkan peran aktif guru melaksanakan dalam pembelajaran administrasi piutang.

3. Sebaiknya, dalam penerapan model pembelajaran inquiry guru harus mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembembelajaran (RPP) secara rinci, matang dan jelas. Seperti tidak adanya langkah-langkah model pembelajaran, pembagian waktu, supaya di dalam pelaksanaan tidak terdapat kekeliruan yang dapat menyebabkan terbuangnya waktu pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif.

4. Sebaiknya, bagi peneliti yang ingin mengkaji penelitian ini lebih lanjut, untuk lebih memperhatikan memperhatikan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini.

5. Sebaiknya, untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai penelitian ini perlu di tambah waktu pelaksanaannya agar hasil penelitiannya lebih baik.

(18)

18 DAFTAR RUJUKAN

Duwi Priyatno. (2012). Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta.: Percetakan Andi Offset.

Fithra Ramadhian. (2013). Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Persamaan Akuntansi Kelas XI IPS Kemala Bhayangkari Kubu Raya (Skripsi tidak diterbitkan). Pontianak: Fakultas Keguruan dan Ilmy Pendidikan Universitas Tanjungpura.

Hamdani. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Nana Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung.: PT. Remaja Rosdakarya.

Notoadmodjo, Soekijo. (1991). Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta

Trianto. (2012). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung:Alfabeta.

Gambar

TABEL 1 :  Rancangan Penelitian Post-Test Only Control Design
TABEL 3 : Rata-rata Hasil Post Test Kelas  Eksperimen  Statistics  Kelas Eksperimen  N  Valid  34  Missing  0  Mean  83.9559  Std

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan alat yang digunakan antara lain : peralatan penggilingan (blender), autoclaf, unit fermentasi, erlenmeyer, gelas ukur, dan inkubator shaker.Variabel yang diuji

Pada tahun ketiga telah dilaksanakan pengujian kompatibilitas pencampuran antara fungisida organic dengan mikroba antagonis dalam menekan perkembangan pathogen

Dengan ini kami beritahukan bahwa perusahaan Saudara telah masuk dalam calon penyedia jasa untuk pekerjaan Pengawasan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Perkuatan Tebing, Perbaikan

pada empat jenis ekosistem yang berbeda yaitu, ekosistem hutan, perkebunan, semak dan permukiman, dan melakukan karakterisasi habitat perkembangbiakan termasuk perilaku mengisap

kelas jika anak berperilaku yang kurang baik, serta membantu anak bermain. dan berinteraksi dengan

[r]

Asosiasi klan yang dibcntuk masyarakat Batak Toba di pcrkotaan tidak terlepas dari efesiensinya sebagai wadah untuk: mempertahankan adat istiadat yang telah

Tujuan dari proposal ini adalah untuk memberdayakan masyarakat Desa Sanan, Girimarto, Wonogiri dalam pembuatan tepung mocaf ( modification cassava flour ). Pembuatan