• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN X Vol. XII No. 2, Desember 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN X Vol. XII No. 2, Desember 2020"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

i

ISSN 1997-293X

Vol. XII No. 2, Desember 2020

TIM REDAKSI

Penanggung Jawab : Ir. Pryo Handoko, MM.

(Ketua STIA Banten)

Pembina : Dr. Agus Lukman Hakim, SE., M.Si. (Plt. Wakil Ketua I STIA Banten)

: Ihin Solihin, S.AP, M.Si.

(Wakil Ketua III STIA Banten)

Mitra Bestari : Prof. Dr. Drs. H. Sam’un Jaja Raharja, M.Si. (Guru Besar Ilmu Administrasi FISIP

Universitas Padjadjaran)

: Prof. Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si. (Guru Besar Komunikasi Lintas Budaya Universitas Sultan Agung Tirtayasa) Pemimpin Umum : Dra. Atik Atiatun Nafisah, MM.

(Ketua LPPM STIA Banten) Dewan Editor

Ketua : Dr. Agus Lukman Hakim, SE., M.Si. Anggota : Dr. Agus Sjafari, M.Si

: Leo Agustino, Ph.D

: Dr. Juliannes Cadith, S.Sos, M.Si : Dra. Atik Atiatun Nafisah, MM Redaksi Pelaksana

Ketua : Ade Hadiono, ST, M.Si Sekretaris : Nopi Andayani, S.AP., MA. Bendahara : Reni Tania, S.Pd., MA. Tata Usaha dan Kearsipan : Litono, S.TP., S.AP.

Distribusi dan Sirkulasi : Adi Purwanto, S.AP Alamat Redaksi : LPPM STIA Banten

Jl Raya Serang Km. 1.5 Cikondang Pandeglang 42211 Telp. (0253)5500250 – 5207579 – 5207577

Website: http//www.stiabanten.ac.id. Email : lppm_stiabanten@yahoo.co.id

Jurnal Niagara merupakan media komunikasi ilmiah, diterbitkan dua kali setahun oleh Lembaga Penellitian dan Pengabdian Masyarakat berisikan ringkasan hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.

(4)
(5)

iii

ISSN 1997-293X

Vol. XII No. 2, Desember 2020

PENGANTAR REDAKSI

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Illahi Rabbi, Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII, No. 2, Desember 2020 dapat kembali hadir dan sampai pula ditangan Anda, baik dari komunitas ilmuwan, praktisi dan pemerhati ilmu administrasi.

Terbitan edisi Desember 2020 ini, berisikan tulisan dari rekan-rekan dosen di lingkungan STIA Banten dan Dosen dari Fakultas Ekeonomi UNTIRTA serta rekan dosen dari Universitas Bina Bangsa Serang yang dengan setia selalu mengisi agar konsistensi penerbitan jurnal ini tetap terjaga. Redaksi berharap semua artikel dalam jurnal kali ini dapat bermanfaat untuk menambah informasi dan wawasan pengetahuan, baik dalam bidang administrasi ataupun lainnya.

Kami menyadari dalam penyajian materi jurnal edisi kali ini tidak luput dari kekurangan dan kekhilafan, untuk itu kami mohon maaf dan mohon masukan untuk penyempurnaaan edisi mendatang. Selamat membaca, dan terima kasih atas partisipasi dan dukungannya.

Pandeglang, Desember 2020

(6)
(7)

v

ISSN 1997-293X

Vol. XII No. 2, Desember 2020

DAFTAR ISI

Tim Redaksi ... ii Pengantar Redaksi ... iii Daftar Isi ... v PERAN KODIM 0601/PANDEGLANG

DALAM PEMBINAAN PRAMUKA SAKA WIRA KARTIKA

Oleh : Rozikin, Ade Hadiono ... 109 – 125 ANALISIS COST AND BENEFIT KEBIJAKAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA

Oleh: Jumanah ... 126 – 131 PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI

PADA BAGIAN TATA USAHA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIDANAU-CIUJUNG-CIDURIAN

Oleh: Daelami Ahmad ... 132 – 150 PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PESERTA BPJS KESEHATAN

DI PUSKESMAS RANGKASBITUNG KABUPATEN LEBAK

Oleh: Muhamad Zeni, Trisna Sonjaya ... 151 – 171 PENGARUH KUALITAS REKRUTMEN KARYAWAN, KUALITAS SELEKSI KARYAWAN

DAN KESESUAIAN PENEMPATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus pada PT. The Univenus)

Oleh : Cici Jayanti, H. Wawan Prahiawan dan Hayati Nufus ... 172 – 178 KINERJA SEKSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PADA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN

Oleh : Rusito ... 179 – 206 PERANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN PANDEGLANG

DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN PANDEGLANG

Oleh : Natta Sanjaya, Didi Rosyadi, Reza Qrista Adianti ... 207 – 218 URGENSI DIGITALISASI DAN PENGAWASAN KONTEN PENYIARAN DIGITAL

DI INDONESIA

Oleh : Agus Widiarto, Teguh Husadani ... 219 – 236 STRATEGI PROMOSI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH

ANGGOTA DI KSP KODANUA CAPEM SERANG

(8)
(9)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 109

PERAN KODIM 0601/PANDEGLANG

DALAM PEMBINAAN PRAMUKA SAKA WIRA KARTIKA Oleh :

Rozikin, Ade Hadiono

rozikin1972@yahoo.go.id - bah.ade67@gmail.com Program Studi Ilmu Administrasi Negara - STIA Banten

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Peran Kodim 0601/ Pandeglang Dalam Pembinaan Pramuka Saka Wira Kartika. Menggunakan metodologi penelitian deskriptif kualitatif dengan melibatkan 11 orang informan yang terlibat dalam pembinaan kepramukaan, khususnya pada pramuka Saka Wira Kartika di bawah pembinaan Kodim 0601/Pandeglang.

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingginya minat para pemuda untuk mengikuti kegiatan kepramukaan di bawah pembinaan KODIM 0601/Pandeglang, namun kurang mendapatkan dukungan dari orang tua siswa, terutama dalam hal pembiayaan. Sementara dari Kodim 0601/Pandeglang sendiri memiliki keterbatasan dalam hal pembiayaan mengingat tidak adanya alokasi khusus untuk kegiatan Pembinaan Pramuka Saka Wira Kartika. Namun demikian, pembinaan tetap berjalan walau dalam keterbatasan baik dari pendanaan maupun peralatan pendukung.

Dari hasil penilaian kecakapan dan keterampilan para anggota Pramuka Saka Wira Kartika terutama dalam kegiatan survival dan penanggulangan bencana tidak terlalu banyak diajarkan dan dipraktekan, sehingga penilaian keterampilan matra darat serta kemampuan para anggota Pramuka Saka Wira Kartika tidak sepenuhnya terukur.

Kata Kunci: Peran, Pembinaan PENDAHULUAN

Kepramukaan yang terbina ditingkat Korem 064/MY merupakan pembinaan lanjutan setelah pembinaan pramuka tersebut melalui berbagai tingkatan mulai dari tingkat siaga, penggalang, Penegak dan Pandega atau dari usia 7 sampai 25 tahun dari tingkat SD, SMP SMA bahkan sampai Perguruan tinggi. Materi yang ditanamkan dikepramukaan ini salah satunya adalah Bela Negara Kesadaran Bela Negara sesuai amanat pasal 30 ayat (2) UUD 1945.

Sesuai dengan Pasal 7 Ayat 1 Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004 menyatakan bahwa tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan Wilayah NKRI

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan ayat 2 menyatakan bahwa tugas pokok TNI dilaksanakan melalui Operasi Militer Untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) serta pada butir 8 menyatakan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan dan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta. Sebagai aplikasi dari Pemberdayaan Wilayah Pertahanan, salah satunya memberdayakan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Indonesia, terutama generasi potensial dalam wadah pembinaan Gerakan Pramuka.

Satuan karya adalah tempat menyalurkan minat dan bakat pramuka

(10)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

110 STIA BANTEN

penegak dan pramuka pandega guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan menambah pengalaman para pramuka dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan tehnologi keterampilan.

Satuan Karya Pramuka Wira Kartika merupakan bagian integral dari Gerakan Pramuka dan jajaran Kwartir Gerakan Pramuka yang merupakan wadah pendidikan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan Pengalaman Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dalam bidang matra darat, serta memotivasi mereka untuk melaksanakan kegiatan karya nyata dan produktif sehingga dapat memberi bekal bagi kehidupan dan pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan Negara, sesuai dengan aspirasi pemuda Indonesia dan tuntutan perkembangan pembangunan dalam rangka peningkatan ketahanan nasional. Keberadaan dan kegiatan operasional dari Saka Wira Kartika sebagai kepanjangan proses pendidikan progresif sepanjang hidup Kepramukaan yang berlandaskan pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. Dalam mendukung operasional Saka Wira Kartika dibutuhkan Buku Panduan Syarat Kecakapan Khusus yang merupakan kumpulan materi kegiatan dalam Saka Wira Kartika yang harus dilakukan oleh peserta didik, sehingga apabila dinyatakan lulus dalam materi kegiatan yang disyaratkan, maka peserta didik berhak memperoleh dan memakai Tanda Kecakapan Khusus merupakan produk bersama sesuai hasil pengkajian Tim Pokja Kwarnas Gerakan Pramuka dan Tim Pokja TNI AD. Dengan adanya panduan tersebut, maka dapat membantu kelancaran para pelatih, instruktur dan Pamong dalam rangka pembinaan dan pengembangan kegiatan Kepramukaan dalam wadah Saka Wira Kartika di wilayah. Minat untuk menjadi anggota Pramuka Saka Wira Kartika

memang cukup tinggi, yang berdasarkan data yang ada tercatat sebagai berikut:

Tabel : Data Minat Menjadi anggota Pramuka Saka Wira Kartika

Tahun Angkatan Jumlah

2018 Angkatan VII 87 2019 Angkatan VIII 114

2019 Angkatan IX 57

Sumber : Arsip Dewan Saka Kodim 0601/ Pandeglang

Syarat utama untuk menjadi anggota Saka Wira Kartika, sesuai dengan buku panduan adalah sebagai berikut : 1) Pramuka Penegak Bantara, penegak laksana dan Pramuka pandega; 2) menyatakan keinginan untuk menjadi Anggota Saka Wira Kartika secara sukarela dan tertulis; 3) mendapat ijin dari ortu atau wali secara tertulis; 4) bagi pramuka penegak dan pramuka pandega mendapat ijin tertulis dari Pembina gudep dan tetap menjadi anggota gudep asalnya; 5) Sehat Jasmani dan rohani serta 6) tidak sedang menjadi anggota saka lain.

Menjadi anggota pramuka di Saka Wira Kartika, tidaklah berjalan dengan mulus, ternyata banyak masalah yang dihadapi baik oleh anggota ataupun oleh pelatih. Berdasarkan observasi lapangan dan wawancara dengan anggota pramuka, terdapat beberapa permasalahan yang terulang pada setiap angkatan, yaitu sebagai berikut:

Dalam berbagai kegiatan seperti dalam penanganan bencana alam, menyambut Hari Raya Natal, Tahun baru dan Hari Raya idul fitri, anggota pramuka Saka Wira Kartika selalu diminta diperbantukan dalam kegiatan tersebut, kegiatan tersebut selain mengaplikasikan latihan yang sudah didapat juga berfungsi untuk mematangkan jiwa dan kepemimpina anggota pramuka yang dikirim, namun dalam pelaksanaanya banyak hal yang menjadi kendala seperti :

(11)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 111

1. Izin dari orang tua, / ongkos untuk menuju ke lokasi penugasan mereka tidak diberi ongkos walaupun di ahir kegiatan biasanya suka diberi uang saku; 2. Secara umum semua kegiatan pramuka

Saka Wira Kartika berpedoman kepada buku panduan, namun yang menjadi masalah buku panduan tersebut hanya bersifat global tidak merinci kegiatan yang bersifat prosedural, pedoman itu tidak merinci pada kegiatan apa yang akan dilakukan, karena praktek dilapangan adalah belajar hidup;

3. Progaram latihan yang sudah tersusun kadang tidak terlaksana dengan baik, hal ini dikarenakan peralatan untuk latihan kurang lengkap, anggota tidak memiliki beberapa kegiatan yang seharusnya dilaksanakan dalam pembinaan kadang sulit dilaksanakan karna kurangnya fasilitas salah satunya kegiatan penanggulangan bencana;

4. Jumlah Instruktur yang terbatas. Instruktur utama adalah para anggota TNI yang berdinas di Kodim 061/Pandeglang, dan mereka bertugas secara sukarela. Ketika mereka ada tugas utama, kadang terjadi kekosongan sehingga jadwal latihan tidak ada yang menggantikan.

4. Semua kegiatan yang dilaksanakan adalah menilai individu setiap anggota Saka Wira Kartika sebelum mereka dikukuhkan secara resmi dalam agenda pengukuhan angkatan, namun demikian tidak semua anggota yang dikukuhlan itu pernah mengikuti semua kegiatan yang telah dijadwalkan;

5. Penerapan sanksi yang diberikan pada anggota pramuka, secara umum telah diatur dalam buku pedoman, namun demikian bilaman ada anggota yang melanggar, penerapan sanksi kadang tidak sesuai dengan buku pedoman.

Menjadi anggota pramuka yang terampil dan handal, memang butuh didikan dan pelatihan yang kontinyu, namun ternyata di lapangan banyak

ditemukan permasalahan yang kadang tidak diinginkan oleh semua pihak. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka perlu dikaji lebih lanjut mengenai atas Peran Kodim 0601/Pandeglang Dalam Pembinaan Pramuka Saka Wira Kartika. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Peran

Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.

Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya seseorang yang telah menjalankan hak dan kewajiban- kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu peran. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lain tergantung, Artinya tidak ada peran tanpa status dan tidak ada status tanpa peran. Sebagaimana kedudukan, maka setiap orangpun dapat mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola pergaulan hidupnya. Hal tersebut berarti pula bahwa peran tersebut menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Peran sangat penting karena dapat mengatur perilaku seseoarang, di samping itu peran menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan orang lain pada batas-batas tertentu, sehingga seseorang dapat menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompok-nya (Narwoko, 2014: 138-139)

Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat (social-position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Sedangkan peran lebih banyak menunjuk pada fungsi, artinya

(12)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

112 STIA BANTEN

seseorang menduduki suatu posisi tertentu dalam masyarakat dan menjalankan suatu peran. Suatu peran paling sedikit mencakup 3 hal, sebagai berikut :

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

b. Peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat.

c. Peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Narwoko,2014: 139).

Seiring dengan adanya konflik antara kedudukan-kedudukan, maka ada juga konflik peran (conflict of role) dan bahkan pemisahan antara individu dengan peran yang sesungguhnya harus dilaksanakan (role distance). Role distance terjadi apabila individu merasakan dirinya tertekan, karena merasa dirinya tidak sesuai untuk melaksanaka peran yang diberikan masyarakat kepadanya, sehingga tidak dapat melaksanakan perannya dengan sempurna atau bahkan menyembunyikan diri. Menurut Abu Ahmadi (2012) peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya.

Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2010:243), yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Dari hal di atas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang peran yang telah ditetapkan sebelumnya disebut sebagai peranan normatif. Sebagai peran normatif dalam hubungannya dengan tugas dan kewajiban TNI AD dalam pertahanan negara mempunyai arti pertahanan negarasecara total enforcement, yaitu pertahanan negara secara penuh, (Soerjono Soekanto 2010: 220).

Sedangkan peran ideal, dapat diterjemahkan sebagai peran yang diharapkan dilakukan oleh pemegang peranan tersebut. Misalnya TNI AD sebagai suatu organisasi formal tertentu diharapkan berfungsi dalam pertahanan negara dapat bertindak sebagai pengayom bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan ketertiban, keamanan yang mempunyai tujuan akhir kesejahteraan masyarakat, artinya peranan yang nyata, (Soerjono Soekamto).

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan status merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu fungsi.

Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Kepribadian seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan. Peran yang dimainkan hakekatnya tidak ada perbedaan, baik yang dimainkan / diperankan pimpinan tingkat atas, menengah maupun bawah akan mempunyai peran yang sama.

Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial, syarat-syarat peran mencangkup 3 (tiga) hal, yaitu :

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

b. Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peran juga dapat dikatakan

(13)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 113

sebagai perilaku individu, yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

c. Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok.

Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan. Dalam kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang dinamakan peran (role). Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan. Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas ada baiknya terlebih dahulu kita pahami tentang pengertian peran, (Miftah Thoha, 2012).

Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu.

Persoalan yang menonjol dalam penggolongan fenomena peran ini meliputi pertama : konsep-konsep yang menggambarkan aspek-aspek yang signifikan dari perilaku dalam kehidupan nyata yang kompleks, kedua konsep-konsep ini dimaksudkan sebagai konsep yang umum, mandiri tajam dan komprehensif, meskipun bukan merupakan konsep yang tuntas dan lengkap. ketiga: dengan penggolonan baik pada konsep, ubahan maupun ciri-ciri fenomenanya, pembaca akan dipermudah dalam mengidentifikasi-kan mana yang termasuk hal yang deskriptif, teoritis ataupun keduanya. Menurut Biddle dan Thomas dalam Edy Suhardono (2018:179) pada mulanya mengemukakan empat landasan penalaran

tentang cara menggolongkan fenomena peran pertama : penggolongan yang mengacu pada apa yang disebut “acuan fenomenal” (phenomenal referant). Misalkan istilah “indifidual” mempunyai acuan fenomenal berupa “seseoarang” “norma” mempunyai acuan fenomenal berupa suatu perilaku; sedangkan “posisi” (position) mempunyai acuan fenomenal berupa orang dan perilakunya. Kedua penggolongan yang merujuk pada operasi konseptual, yang disertakan dalam pembentukan suatu sub-kelas dari acuan fenomenal. “Individual”, dalam hal ini, merupakan suatu konsep yang didasarkan pada suatu pembagian analistis dari acuan fenomenal, berupa orang. Ketiga, formulasi kriteria yang beraneka ragam, yang digunakan untuk mengelompokkan sub-kelas dari acuan fenomenal, diantaranya adalah “kesamaan” (similarity), “penentuan” (determination) dan “besaran” (numerosity). Keempat, adalah konsep golongan, yang memiliki elemen kategoris, misalnya: pembagian menurut jenis pekerjaan. Diantara keempat cara penggolongan itu, cara kedualah yang dipilih oleh Biddle dan Thomas untuk memformulasikan teorinya. Pemilahan konsep-konsep untuk perilaku (partitioning concepts for behafior) perilaku dipilahkan atas “aksi”, “patokan”, “penilaian”, dan “sanksi”.

a. Aksi (action)

“Aksi” adalah suatu perilaku yang dibedakan atas pernah tidaknya hal tersebut dipelajari sebelumnya, keterarahannya pada tujuan, serta penampakan dari aspek kehendaknya (bersifat volutional). Istilah ini lebih umum dipakai untuk menenjuk suatu “perilaku kasat mata “ (overt behavior), yang dalam kaitannya dengan teori peran lebih tepat dikatakan sebagai “penampilan/unjuk peran” (role performance) atau “perwujudan peran” (role enactment), “perilaku peran” (role behavior) atau “pola

(14)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

114 STIA BANTEN

perilaku” (behavior pattern). Istilah “untuk peran” pada umumnya menunjuk pada penampilan dari kategori “person” tertentu, atau konteks institusi tertentu, misalnya: “unjuk peran pemimpin” atau “unjuk kerja pelajar”

b. Patokan (Prescription)

Sebenarnya istilah peran” sudah dengan sendirinya di lakukan secara preskriptif (sebagai patokan), artinya menunjuk pada perilaku yang mengandung “keharusan” (oughtness, shouldness) untuk dibawakan sejajar dengan istilah patokan ini, terdapat pula istilah “pengharapan” (expectation), “pengharapan peran” (role expectation),” “bakuan” (standard), “norma” (norm) dan “kaidah” (rules). Patokan yang dianut secara tak kasat mata (covert) disebut sebagai norma, sedang yang dianut secara kasat mata adalah “tuntutan” (demand). Tuntutan lebih lazim diterapkan pada lingkungan politis, pekerjaan, pendidikan dan situasi kelompok kecil. Pada hakikatnya, setiap kehidupan sosial tak dapat bebas dari patokan ini.

c. Penilaian (Evaluation)

Suatu perilaku dipilahkan sebagai evaluatif, kalau hal itu pertama-tama dihubungkan dengan persoalan setuju-tak setuju (approval-disapproval), yang terungkap dalam “imbalan” (reward) “hukuman” (punishment), atau “sanksi”. Istilah yang dikaitkan dengan “penilaian” adalah “pilihan” (preference), “nilai”, “kecondongan” (affect) dan “penghargaan” (esteem). Perilaku tak kasat mata yang menyertakan penilaian, dinamakan nilai, sedang pada perilaku kasat mata, dinamakan “taksiran” (assessment).

d. Paparan (Description)

Suatu perilaku bersifat deskriptif, kalau orang yang menghadirkan kejadian perilaku tersebut, baik berwujud proses atau fenomenanya,tidak mengundang aspek evaluatif atau efektif. Paparan tak kasat mata dinamakan “konsepsi” (conception),

sedang paparan kasat mata diistilahkan dengan “pernyataan” (statement).

e. Sanksi

Suatu perilaku dipertimbangkan sebagai “sanksi” kalau melalui perilaku tersebut tersirat niat untuk menimbulkan perubahan pada perilaku lainnya. Arah dari perubahan yang diinginkan, pada umumnya, tertuju pada naiknya konformitas terhadap suatu patokan yang dicanangkan. Dalam konteks yang sama, sering disertakan istilah-istilah, seperti “hukuman”, “rangsangan” (incentive), dan “motivasi”. Kalau dihadirkan secara tertutup, sanksi tersebut disebut “sanksi tak kasat mata” (covert sanction), sedang kalau terbuka disebut sebagai “sanksi kasat mata” (overt sanction). Sanksi juga mempunyai konotasi positif-negatif, tergantung kepada apakah hal itu ditujukan pada perilaku yang diharapkan atau tidak diharapkan. Kelima konsep yang telah disebutka, dalam kehidupan sosial nyata, akan saling kait mengait, dan agak sulit dibedakan satu dengan yang lain, terkecuali patokan, penilaian dan paparan. Tidak jarang perilaku yang dikategorikan dalam salah satu konsep tersebut, juga digolongkan sebagai aksi. Sedangkan perilaku yang dikategorikan sebagai aksi acap kali disebut pula sebagai patokan, paparan atau penilaian. Dalam kehidupan sosial masyarakat, terjadi semacam rekaman simbolis perilaku (symbolic records of behaviors), semacam sistem pencatatan yang terjadi secara simbolis, sehingga masing-masing konsep yang telah disebutkan tadi menjadi operasional.

Berdasarkan hal-hal diatas dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan instansi di TNI-AD, peran tidak berarti sebagai hak dan kewajiban individu, melainkan merupakan tugas dan wewenang TNI-AD.

2. Konsep Pembinaan

Pembinaan kata dasarnya adalah “bina”, yang memperoleh awalan pe- dan

(15)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 115

memperoleh variasi bentuk “m” serta akhiran –an sehingga menjadi kata pembinaan Harsono (2011:122). Menurut Ivancevich (2014:48) yaitu:

“mendefinisikan pembinaan sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera. Selanjutnya sehubungan dengan definisi tersebut, Ivancevich mengemukakan sejumlah butir penting yaitu, pembinaan adalah sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi. Pembinaan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pembinaan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (konpetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.”

Pembinaan Menurut Peraturan Bupati Lebak Nomor 15 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pembentukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Di Desa.

“Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, supervise, monitoring, pengawasan umum, dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa”.

Menurut Tanzeh ( 2011 : 144 ), Pembinaan diartikan bahwa : “bantuan dari seseorang atau sekelompok orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai apa yang diharapkan”. Sementara menurut pendapat

Tazmi (2011) Pembinaan adalah : “proses, perbuatan, cara membina, pembaharuan, penyempurnaan, uasaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik”.

Pembinaan yang lain adalah usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil lebih baik. (Peorwadarmita, 1991:44) dalam Hidayat (2013 : 12). Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Miftah Thoha dalam bukunya yang menyebutkan bahwa : Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil atau pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi, atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari pengertian ini yakni pembinaan itu sendiri bisa berupa suatu tindakan, proses atau pernyataan dari suatu tujuan, dan kedua pembinaan (Miftah Thoha, 2003:7) dalam Hidayat (2013 : 12).

Sementara itu menurut Sadoko Isono dan Heriyadi (2001:14) dalam Rachman (2015:37) Pembinaan adalah proses mengajarkan keahlian dan memberikan pengetahuan yang perlu serta sikap supaya mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Komisi Tenaga Kerja yang dikutip Sukardi Hamdani dalam bukunya Pengaruh Pembinaan terhadap Pertumbuhan Usaha Kecil (1999:114) dalam Rachman (2015 : 37-38) Pembinaan adalah suatu proses terencana untuk mengubah sikap, pengetahuan atau tingkah laku, keahlian melalui pengalaman untuk mencapai kinerja yang efektif dalam kegiatan atau sejumlah kegiatan. Tujuannya dalam situasi kerja adalah untuk mengembangkan kemampuan individu dan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam organisasi saat ini dan di masa yang akan datang”.

(16)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

116 STIA BANTEN

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan para pakar, penulis menyimpulkan bahwa program pembinaan merupakan proses peningkatan pengetahuan dan kemampuan teknis seseorang maupun tim atau kelompok dalam mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.

a. Ruang Lingkup Pembinaan

Menurut Sudjana (2004:210) dalam Chintya (2017:31) menjelaskan ruang lingkup pembinaan yaitu, pembinaan meliputi dua sub-fungsi yaitu pengawasan (controlling) dan supervisi (supervising). Secara umum, persamaan antara pengawasan dan supervisi ialah bahwa keduanya merupakan bagian dari kegiatan pembinaan sebagai fungsi manajemen. Inspeksi merupakan jabatan dalam suatu instansi pendidikan, seperti pengawas yang mempunyai tugas untuk memeriksa pelaksanaan segala instruksi dan peraturan yang telah ditetapkan. Pengawasan dilaksanakan berdasarkan prinsip otokrasi. Sedangkan yang disebut supervisi adalah fungsi untuk membina situasi penyelenggaraan kegiatan melalui upaya pelayanan, bantuan, dan bimbingan ke arah perbaikan situasi secara menyeluruh. Pelayanan, bantuan, dan bimbingan juga diberikan pada saat dilakukan program orientasi. Program orientasi yang juga disebut “induksi” yakni memperkenalkan para karyawan baru dengan peranan atau kedudukan mereka, dengan organisasi dan dengan para karyawan lain.

Sejalan dengan prinsip-prinsip manajemen, Domi C. Matutina dkk. (1993: 60) dalam Chintya (2017 : 31) menyebutkan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian seorang pimpinan yang kaitannya dengan kelancaran pelaksanaan tugas, yaitu membina hubungannya dengan para pegawainya melalui pendekatan dengan menumbuhkan motivasi diri yang timbul dan melekat dari diri pegawai itu sendiri, mengadakan kompetisi yang sehat untuk meningkatkan produktifitas kerja,

menimbulkan konflik yang sifatnya positif dengan maksud dapat mengubah tingkah laku pegawai, membagi tanggung jawab sesuai dengan kemampuan pegawai untuk membuat suatu keputusan yang ada hubungannya dengan tugas-tugasnya dan juga untuk dapat mencapai sasaran organisasi dan perorangan dengan setiap pegawai berkontribusi atas dasar hasrat dan kemampuannya.

Dengan mengadakan pendekatan secara terpadu kepada pegawai (bawahan) seorang pimpinan akan lebih mudah melakukan koordinasi dan menggerakkan aktivitas, serta menumbuhkan kerjasama yang baik di antara para pegawainya, maka dengan sendirinya pegawai tersebut akan menerimanya melalui penerapan kerjasama dan loyalitas. Realisasi kerjasama bawahan terhadap pimpinan dapat berupa pemberian dukungan, menghormati, menghargai dan menaruh kepercayaan kepada pimpinan serta mengusahakan iklim persaudaraan, kesetiakawanan dan melaksanakan kebijaksanaan pimpinannya dengan baik, Chintya. Loyalitas (kesetiaan) yang dituntut atau yang diberikan seseorang terhadap seseorang adalah sah dan hendaknya tulus, karena suatu tingkat kepatuhan atau kesetiaan tertentu dibutuhkan untuk menjalankan program organisasi, Chintya (2017:32).

Tuntutan kesetiaan oleh atasan atau pimpinan terhadap bawahan hendaknya bersifat menggerakkan, mengarahkan, dan membina pegawai berdasarkan hakikat dan harkat pegawai sebagai manusia seutuhnya dan bertolak ukur perikemanusiaan yang adil dan beradab. Disamping itu pegawai (bawahan) dan pimpinan perlu mempererat hubungan kerjasama agar terjalin kesetiaan yang baik dan keharmonisan hubungan. Dengan demikian akan menumbuhkan semangat dan kegairahan kerja yang seoptimal mungkin. Dengan meningkatkannya semangat dan gairah kerja, maka tugas-tugas akan lebih dapat

(17)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 117

diselesaikan, dan hambatan-hambatan akan dapat diperkecil, Chintya (2017:33).

b. Tujuan Pembinaan

Pembinaan pada pegawai yang ada, pada akhirnya akan meningkatkan prestasi kerja yang lebih baik. Berkaitan dengan hal itu maka seorang Pegawai perlu mendapatkan pembinaan. Dan pembinaan pegawai harus dilakukan secara keseluruhan, sistematis dan berkesinambungan, yang berarti bahwa pembinaan Pegawai tidak bisa dilakukan secara terpisah, tapi perlu dilakukan secara terarah, komprehensif dan terintegrasi dengan menggunakan konsep yang jelas, Mohede (2013:2).

Pembinaan terhadap setiap orang secara umum memiliki tujuan dan manfaat yang sama yaitu membentuk karakter dan kepribadian. Begitu juga halnya dengan Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara dalam menjalankan roda pemerintahan, dengan demikian kepribadian mereka harus dibentuk sedemikian rupa agar dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat yang harus menjunjung tinggi martabat dan citra kepegawaian demi kepentingan masyarakat dan negara, Dahlia (2010:6).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan memiliki tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai apa yang diharapkan,dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

c. Pendekatan Pembinaan

Fungsi pembinaan yang telah dijabarkan diatas akan dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan tersebut dijelaskan oleh Sudjana (2004: 229) dalam Chintya (2017 : 33-35) antara lain:

1) Pendekatan langsung

Pendekatan langsung terjadi apabila pihak pembina melakukan pembinaan melalui tatap muka dengan pihak yang dibina atau pelaksana program. Pendekatan langsung dapat dilakukan melalui diskusi, rapat-rapat, tanya jawab, kunjungan lapangan, kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Pendekatan langsung sering digunakan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi/lembaga yang relatif kecil atau sederhana, dan dalam wilayah kegiatannya yang masih terbatas. Pendekatan langsung bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan program dengan rencana yang telah ditetapkan, untuk mengidentifikasi penyimpangan, masalah, atau hambatan yang mungkin terjadi serta untuk menemukan alternatif upaya guna memperbaiki kegiatan, memecahkan masalah, atau mengatasi hambatan. Cara-cara pembinaan langsung antara lain:

a) Pembinaan individual, yaitu pembinaan yang dilakukan terhadap seseorang pelaksana kegiatan. Teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain adalah dialog, diskusi, bimbingan individual, dan peragaan.

b) Pembinaan kelompok, yaitu pembinaan yang dilakukan secara kelompok.

Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam pembinaan kelompok antara lain diskusi, rapat kerja, penataran, lokakarya, demonstrasi, pameran, dan karyawisata.

2) Pendekatan tidak langsung

Pendekatan tidak langsung terjadi apabila pihak yang melakukan upaya pembinaan kepada pihak yang dibina melalui media massa elektronik seperti radio, kaset dan atau internet. Pendekatan tidak langsung dilakukan apabila kegiatan pembinaan dilaksanakan dalam organisasi yang besar, wilayah kegiatannya luas, dan

(18)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

118 STIA BANTEN

tugas-tugas pimpinan lebih banyak. Mekanisme pembinaan ini sering didasarkan atas laporan dari instansi atau pelaksana lebih rendah yang disampaikan kepada instansi atau pimpinan di tingkat lebih tinggi secara hierarkis.

Pembinaan tidak langsung dapat dilakukan melalui komunikasi tertulis seperti surat-menyurat dan pengiriman petunjuk tertulis, dan dapat pula melalui komunikasi lisan yang disampaikan lewat struktur organisasi yang ada.

3) Pendekatan gabungan Pendekatan gabungan memadukan pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung. Pendekatan gabungan ini dapat mengetahui kenyataan yang benar-benar terjadi saat kegiatan itu berlangsung dan dapat menggunakan laporan sebagai dasar informasi pembanding terhadap kenyataan kegiatan yang sedang dilakukan seperti tentang kesesuaian dan penyimpangan kegiatan dari rencana, serta permasalahan yang dihadapi. Manfaat pendekatan gabungan adalah bahwa pimpinan dapat memperoleh gambaran objektif yang dapat digunakan untuk mengembangkan atau memperbaiki penampilan pelaksana dan jalannya kegiatan untuk masa yang akan datang. Dalam pengembangan program pembinaan, agar pembinaan dapat bermanfaat dan mendatangkan keuntungan diperlukan tahapan atau langkah-langkah yang sistematik. Secara umum ada tiga tahap pada pembinaan yaitu tahap perencanaan pembinaan, tahap pelaksanaan pembinaan dan tahap evaluasi pembinaan.

d. Prosedur Pembinaan

Dalam melakukan pembinaan agar berjalan sesuai dengan tujuan, Sudjana (2004:236) dalam Chintya (2017 : 35-37)menjelaskan prosedur pembinaan yang efektif dapat digambarkan melalui lima

langkah pokok yang berurutan. Kelima langkah itu adalah sebagai berikut:

1) Mengumpulkan Informasi

Informasi yang dihimpun berdasarkan kenyataan atau peristiwa yang benar-benar terjadi dalam kegiatan, berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.Pengumpulan informasi yang dianggap efektif adalah yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dengan menggunakan pemantauan (monitoring) dan penelaahan laporan kegiatan. 2) Mengidentifikasi Masalah

Masalah yang diangkat berasal dari informasi tahap pertama dan akan muncul jika terjadi ketidak sesuaian dengan atau penyimpangan dari kegiatan yang telah direncanakan. Ketidaksesuaian atau penyimpangan menyebabkan adanya jarak antara kegiatan yang seharusnya terlaksana dengan kegiatan yang benar-benar terjadi.

3) Menganalisis Masalah

Kegiatan analisis adalah untuk mengetahui jenis-jenis masalah dan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut. Faktor-faktor itu antara lain pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan, fasilitas, biaya, proses, waktu, kondisi lingkungan, dan lain sebagainya. 4) Mencari dan Menetapkan Alternatif

Pemecahan Masalah

Kegiatan pertama yaitu mengidentifikasi alternatif upaya yang dapat dipertimbangkan untuk memecahkan masalah. Selanjutnya menetapkan prioritas upaya pemecahan masalah yang dipilih dari alternatif yang tersedia.Pemilihan alternatif upaya dan penetapan prioritasnya dapat dilakukan oleh pihak Pembina, pihak yang dibina, atau kedua belah pihak secara partisipatif.

5) Melaksanakan Upaya Pemecahan Masalah

Pelaksanaan upaya ini dapat dilakukan Pembina baik secara langsung maupun

(19)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 119

secara tidak langsung. Langkah-langkah

pokok pembinaan dapat

dikembangkansesuai dengan kondisi lingkungan dan kemampuan pihak Pembina.Fungsi pembinaan erat kaitannya dengan kegiatan pemantauan atau monitoring.

e. Macam-Macam Pembinaan

Dengan pembinaan yang baik akan memotivasi pegawai untuk bekerja lebih giat atau semangat serta penuh rasa tanggung jawab. Beberapa diantara pembinaan tersebut menurut Domi C. Matutina dkk. (1993: 98) dalam Chintya (2017 : 37-41) antara lain pembinaan karir, pembinaan disiplin, pembinaan pendidikan dan pelatihan.

1) Pembinaan Karir

Dalam rangka upaya meningkatkan mutu, keterampilan kerja, memupuk kegairahan kerja atau semangat kerja pegawai, maka pembinaan pegawai harus dilaksanakan atas dasar perpaduan sistem karir dan sistem prestasi kerja.Sistem karir adalah suatu sistem manajemen personalia, dimana untuk pengangkatan pertama didasarkan atas kecakapan dan keterampilan yang bersangkutan, bidang pengembangan lebih lanjut masa kerja (lama bekerja), kesetiaan (loyalitas), ketaatan, tanggung jawab, interest (minat) terhadap tugas yang dibebankan dan syarat-syarat lainnya.

Sistem prestasi kerja adalah suatu manajemen personalia, dimana untuk menduduki suatu jabatan didasarkan atas kemampuan dan prestasi nyata yang dicapai oleh pegawai yang bersangkutan. Agar prestasi ini dapat mendorong pegawai untuk mempertinggi kecakapan dan memperbesar prestasi kerjanya maka salah satu faktor yang dominan adalah pemberian penghargaan yang layak. Yang menjadi pokok persoalan, bagaimana cara mencatat dan mengukur

data-data yang dapat menentukan prestasi atau konduite para pegawai dalam rangka pemberian penghargaan. Penilaian harus berdasarkan atas penelitian yang cermat, obyektif, dan adil.

Sistem pembinaan karir pegawai harus disusun sedemikian rupa, sehingga menjamin terciptanya kondisi objektif yang dapat mendorong peningkatan prestasi pegawai.Hal tersebut dapat dimungkinkan apabila penempatan pegawai negeri sipil didasarkan atas tingkat keserasian antara persyaratan jabatan dengan kinerja pegawai yang bersangkutan.Sistem pembinan karir pegawai pada hakekatnya adalah suatu upaya sistematik, terencana yang mencakup struktur dan proses yang menghasilkan keselarasan kompetensi pegawai dengan kebutuhan organisasi. 2) Pembinaan disiplin

Bila dilihat dari makna kata disiplin terkandung beberapa pengertian:

a) Latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib.

b) Ketaatan pada aturan tata tertib. Dengan pengertian tersebut terdapat batasan-batasan mengenai pengertian disiplin secara lengkap, suatu sikap mental yang mantap yang mengandung kerelaan kewajiban atau kekerasan untuk mematuhi atau mentaati segala peraturan perundang-undangan, norma-norma yang berlaku dan telah disepakati bersama. Dari rumusan ini terdapat beberapa poin yang mendapat perhatian yaitu : adanya kerelaan namun harus dilaksanakan (keharusan), adanya larangan, sanksi bagi yang melanggar. Pada dasarnya seorang pegawai termotivasi untuk melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan disiplin dikarenakan ada motif yang mempengaruhi. Motif yang berasal

(20)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

120 STIA BANTEN

dari dalam diri seseorang, Hal ini disebabkan oleh pengetahuan, pengertian dan perasaan, dan keinginan untuk melaksanakan disiplin. Motif yang timbul dari luar diri seseorang yaitu larangan, perintah, kewajiban, sanksi bagi yang melanggar, ancaman, pengawasan, ganjaran, pujian dan lain sebagainya. Disiplin adalah merupakan bentuk pelatihan yang menegakkan peraturanperaturan instansi atau perusahaan. Dalam perusahaan ada beberapa hal yang dilakukan untuk menegakkan disiplin pegawai yaitu: a) Konseling: Konseling dapat

menjadi hal penting dalam pendisiplinan pegawai karena memberikan kesempatan kepada pimpinan untuk mengidentifikasi gangguan prilaku kerja pegawainya serta mendiskusikan solusinya. Tujuan tahap ini adalah untuk meningkatkan kesadaran karyawan terhadap kebijakan dan peraturan. b) Dokumentasi tertulis, jika perilaku

karyawan tidak juga terkoreksi, maka pertemuan kedua dilakukan antara supervisor dengan si karyawan. Jika tahap pertama dilakukan hanya secara lisan, maka tahap ini didokumentasikan dalam formulir tertulis. Sebagai bagian dari tahap ini, si karyawan dan supervisor menyusun solusi tertulis untuk mencegah munculnya persoalan yang lebih jauh.

c) Peringatan terakhir. Ketika pegawai tidak juga mengikuti solusi tertulis yang dilakukan, maka hal yang kemudian dilakukan

adalah membuat

pertemuanterakhir. Dalam hal ini diberikan kesempatan satu hari untuk pegawai mengoreksi tingkah lakunya dan juga membuat rencana kerja.

d) Pemberhentian. Jika si pegawai gagal mengikuti rencana kerja yang telah dibuat maka langkah terakhir adalah melakukan pemberhentian. 3) Pembinaan pendidikan dan pelatihan

Untuk lebih meningkatkan rasa pengabdian dan tanggung jawab pegawai disamping dilakukan pembinaan terhadap pegawai perlu dilaksanakan pengembangan pegawai. Pengembangan pegawai adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan kecakapan dan perilaku pegawai yang sesuai dengan bidang tugas dan kedudukannya sebagai pegawai. Salah satu upaya untuk mengembangkan pengetahuan pegawai adalah pendidikan dan pelatihan.

Pada prinsipnya latihan ini dibagi dalam dua bagian yaitu :preservice training, yaitu latihan yang diberikan kepada pegawai baru dengan maksud agar terampil dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya; dan inservice training, bertujuan untuk meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan dan keterampilan. Disamping itu bahwa tujuan latihan dimaksudkan antara lain: a) Meningkatkan moral, dedikasi,

pengabdian, mutu keahlian, dan keterampilan.

b) Perbaikan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan dan mempermudah penentuan standar pelaksanaan tugas. c) Untuk menentukan metode-metode

perbaikan yang dapat ditempuh dan yang berorientasi ke masa depan.

d) Memungkinkan mempertahankan manajer atau pimpinan yang berkaliber tinggi dalam satuan organisasi.

e) Mengurangi labour turn over atau untuk menstabilisasi pegawai.

f) Menciptakan adanya pola berpikir yang sama.

(21)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 121

3. Pramuka

a. Gerakan Pramuka

Menurut Undang undang Republik Indonesia No 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka bahwa : Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Menurut Anggaran dasar gerakan pramuka nomor 07/MUNAS/2018 bahwa: Gerakan Pramuka merupakan organisasi pendidikan nonformal sebagaimana UU RI Nomor 12 Tahun 2010 tetang Gerakan Pramuka dan berstatus badan hukum. Gerakan Pramuka mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi kaum muda guna menumbuhkan tunas bangsa yang berkarakter agar menjadi generasi yang lebih baik, bertanggungjawab, mampu membina dan mengisi kemerdekaan serta membangun dunia yang lebih baik.

Gerakan Pramuka berfungsi sebagai penyelenggara pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar keluarga sebagai wadah pembinaan serta pengembangan kaum muda dilandasi Sistem Among, Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan. b. Pendidikan Kepramukaan

Menurut Undang undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka bahwa :

• Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai- nilai kepramukaan;

• Pendidikan kepramukaan dilaksanakan berdasarkan pada nilai kepramukaan dan prinsip dasar kepramukaan dalam upaya membentuk karakter kebangsaan dan kecakapan hidup;

• Pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan nonformal dalam sistem pendidikan sekolah yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur, dan

terarah, dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, agar terbentuk kepribadian dan watak yang berakhlak mulia, mandiri, peduli, cinta tanah air, serta memiliki kecakapan hidup.

• Pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, meliputi aspek spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat;

• Pendidikan kepramukaan merupakan proses pembinaan dan pengembangan potensi kaum muda agar menjadi warganegara yang berkualitas serta mampu memberikan sumbangan positif bagi kesejahteraan dan kedamaian masyarakat baik nasional maupun internasional;

• Pendidikan kepramukaan secara luas diartikan sebagai proses pembinaan yang berkesinambungan bagi kaum muda, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

c. Satuan Karya Pramuka

Menurut Undang undang Republik Indonesia No 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka bahwa Satuan Karya Pramuka adalah satuan organisasi penyelenggara pendidikan kepramukaan bagi peserta didik sebagai anggota muda untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pembinaan di bidang tertentu.

Sedangkan menurut Anggaran dasar Gerakan Pramuka No 007/MUNAS /2018, Satuan karya pramuka disingkat saka yang berfungsi sebagai organisasi pendukung pendidikan kepramukaan bagi pramuka penegak dan pandega Untuk melaksanakan fungsinya, satuan karya pramuka mendirikan pangkalan di kwartir ranting, Satuan karya pramuka di tingkat ranting dipimpin oleh pamong saka, Satuan karya pramuka di tingkat kwartir dipimpin secara

(22)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

122 STIA BANTEN

kolektif oleh suatu pengurus yang disebut pimpinan saka, Pimpinan saka adalah bagian integral dari kwartir.

Adapun satuan karya yang di syahkan oleh kwartir Nasional adalah :

1) Saka taruna bumi di bawah binaan kementerian pertanian

2) Saka Dirgantara di bawah binaan TNI-AU 3) Saka Bahari di bawah binaan TNI-AL 4) Saka Bakti Husada di bawah binaan

kementrian Kesehatan

5) Saka Bhayangkara di bawah binaan Kepolisian RI

6) Saka Kencana di bawah binaan Badan Keluarga Berencana Nasional

7) Saka Wana Bakti di bawah binaan Kementrian Kehutanan Dan Lingkungan Hidup

8) Saka Wira Kartika di bawah binaan TNI-AD

9) Saka Kalpataru di bawah binaan Kementrian Kehutanan Dan Lingkungan Hidup

10) Saka pariwisata di bawah binaan kepariwisataan

11) Saka Widya Budaya bakti di bawah binaan kementrian pendidikan dan kebudayaan.

d. Saka Wira Kartika

Menurut PP no 205 tahun 2009 tentang petunjuk penyelenggaraan saka wira kartika bahwa : Satuan Karya Pramuka Wira Kartika yang untuk selanjutnnya disebut wira kartika merupakan wadah kegiatan bagi pramuka penegak dan pramuka pandega untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. khususnya yang berkaitan dengan kesadaran bela negara.

Dalam melaksanakan kegiatan saka wira kartika diperlukan dukungan dari berbagai pihak baik instansi pemerintah maupun swasta terutama yang berkaitan dengan giat bela negara. Untuk mencapai keberhasilan dalam penyelenggaraan kegiatan saka wira kartika diperlukan

petunjuk penyelenggaraan, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman bagi penyelenggara serta tercapainya sasaran dan tujuan gerakan pramuka.

Saka atau Satuan Karya Pramuka Wira Kartika merupakan salah satu Satuan Karya Pramuka yang bersifat nasional. Saka yang dibentuk lewat kerjasama antara Kwartir Nasional dengan TNI Angkatan Darat ini bertujuan untuk mengembangkan pendidikan bela negara. Di samping Saka Wira Kartika, saka lainnya yang bersifat nasional seperti Saka Bhayangkara, Saka Bahari, Saka Bakti Husada, Saka Dirgantara, Saka Kencana, Saka Taruna Bumi, Saka Wanabakti, Saka Pariwisata, Saka Kalpataru, dan Saka Widya Budaya Bakti.

Saka Wira Kartika adalah wadah kegiatan bagi Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk meningkatkan kesadaran bela negara melalui pengetahuan dan keterampilan di bidang matra darat. Membentuk patriot bangsa yang setia, berbakti, dan menjunjung tinggi nilai luhur bangsa serta tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Matra darat sendiri dapat diartikan sebagai segala aktifitas dan kegiatan yang dilakukan secara terorganisir, perorangan ataupun kelompok yang memanfaatkan kondisi alam di darat seperti hutan, gunung, rawa, dan sungai.

Saka Wira Kartika dibentuk berdasarkan Keputusan Bersama antara TNI AD dan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor Perkasad 182/X/2007 dan Nomor 199 Tahun 2007 tentang Kerjasama dalam Usaha Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Bela Negara dan Kepramukaan. Diperkuat dengan Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Nomor 13/Munas/2008 tentang Satuan Karya Pramuka Wira Kartika. Dalam pelaksanaannya Saka ini diatur oleh Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 205 Tahun 2009 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Satuan Karya Pramuka Wira Kartika, terakhir diatur

(23)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 123

dalam Permenhan No 71 tahun 2012 Tentang Pedoman Pendidikan Wawasan Kebangsaan.

e. Sasaran Dalam pembinaan saka wirakartika

1. Terwujudnya sikap dan perilaku serta pengetahuan dan keterampialan sebagai anggota saka wirakartika krida navigasi darat

2. Terwujudnya sikap dan perilaku serta pengetahuan dan keterampilan sebagai anggota pramuka saka wirakartika krida pionir.

3. Terwujudnya sikap dan prilaku serta pengetahuan dan keterampilan sebagai anggota pramuka saka wirakartika krida mountenering.

4. Terwujudnya sikap dan prilaku serta pengetahuan dan keterampilan sebagai anggota pramuka saka wirakartika krida survival.

5. Terwujudnya sikap dan perilaku serta pengetahuan dan keterampilan sebagai anggota saka wirakartika krida penanggulangan bencana.

f. Sifat – sifat

1. Persuasif, pembinaan pramuka saka wira kartika dilaksanakan melalui ajakan. Himbauan dan pendekatan kekeluargaan sehingga para anggota pramuka merasa terpanggil untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung kegiatan Pramuka Saka Wirakartika Secara Sukarela.

2. Edukatif, Pembinaan pramuka saka wira kartika bersifat mendidik generasi muda agar memiliki sifat mental sebagai warga negara yang memiliki rasa tanggung jawab untuk ikut serta dalam upaya bela negara.

3. Terkoordinir, pembinaan pramuka saka wira kartika melibatkan berbagai pihak secara koordinir sehingga terjadi keterpaduan dalam pelaksanaan kegiatan pramuka saka wira kartika di wilayah.

4. Terencana, pembinaan saka wira kartika harus direncanakan dengan baik

sehingga dapat menccapai tujuan dan sasaran secara optimal.

5. Fleksibel, pembinaan saka wira kartika dilaksanakan secara luwes menyesuaikan dengan situasi dan kondisi satuan dan anggota pramuka saka wira kartika yang dibina.

6. Terus-menerus, pembinaan saka wira kartika dilaksanakan secara berkesinambungan dari waktu ke waktu dan berjalan secara terus menerus. g. Organisasi

1. Saka wira kartika dibentuk ditingkat ranting yang anggota nya terdiri dari pramuka penegak dan pramuka pandega dari beberapa guugus depan diwilayah tersebut yang mempunyai minat dan ingin mengembangkan pengetahuan dan keterampilan di bidang matra darat. 2. Saka wirakrtika di kordinir pengelolaan,

pengendalian , dan pembinannya oleh kwartir ranting/Cabang. Sedangkan pengesahannya dilakukan oleh kwartit cabang. Apabila kwartir ranting belum mampu membentuk saka wirakartika maka pembentukan saka wira kartika dapat dilaksanakan oleh kwartir cabang. 3. Satuan saka wira kartika beranggotakan

sedikitnya 10 orang dan sebanyak banyak nya 40 orang.yang terdiri dari sedikitnya dua krida yang masing masing beranggotakan 5 hingga 10 orang, apabila lebih dari 40 orang maka di bentuk saka wira kartika baru.

4. Saka wira kartika memiliki lima krida yang terdiri dari :

a) Krida navigasi darat b) Krida Pionering c) Krida Mountenering d) Krida survival

e) Krida penggulangan bencana,

5. Jika salah satu krida peminatnya lebih dario 10 orang dapat menambahkan nama yang sama dengan menambahkan nomor urut dibelakangnya/

Contoh : Krida Navigasi Darat (Navrat) I, Krida Navrat II, dst.

(24)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

124 STIA BANTEN

METODOLOGI

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif yaitu penelitian tentang data yang ditentukan dan dinyatakan dalam bentuk kata- kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat misalnya, kalimat wawancara antara peneliti dan informan. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, peneliti menguraikan teknik analisis data dengan metode kualitatif, peneliti membahas mengenai “Peran kodim 0601/ pandeglang dalam pembinaan pramuka saka wira kartika. Bersadarkan hasil observasi dan wawancara di Kodim 0601/ Pandeglang, untuk mengukur keberhasilan peran pembinaan tersebut maka dapat diukur kedalam teori implementasi peran menurut Biddle dan Thomas yaitu Aksi (action), Patokan (prescription), Penilayan, Paparan (description,) dan Sanksi, hal tersebut digabung sebagai berikut :

Dari hasil wawancara yag telah dilakukan, Peran Kodim 0601/ Pandeglang dalam pembinaan pramuka saka wira kartika yaitu sebagai berikut :

1. Aksi yang dilakukan oleh saka wira kartika kodim 0601/ pandeglang dalam pembinaan menysuaikan dengan peraturan penylenggaraan saka wira kartika nomor 215 tahun 2009 dan ditambah dengan adat yang berlaku di kodim dan menysuaikan dengan SDM dan SDA yang ada dikarnakan jumblah peralatan dan personil yang terbatas. 2. Patokan dalam pembinaan saka wira

kartika berpatokam pada Undang-undang RI NO 12 Tahun 2010 tentang gerakan pramuka, AD-ART Gerakan pramuka, PP Saka wira kartika No 205 Tahun 2009 dan program kerja dewan saka yang di sesuaikan dengan program kodim.

3. Penilaian yang diambil yaitu penilaian ketrampilan matra darat dan kepramukaan, kedisiplinan dan kreatifitas namun penilaian ini jarang dilakukan oleh pmbina sehingga kemampuan para peserta didik tida sepenuhnya terukur.

4. Paparan materi yang diberikan oleh pembina saka wira kartika kodim 0601/ Pandeglang biasanya yang disampaikan tentang kepramukaan, wawasan kebangsaan dan bela negara, PBB dan matra darat namun materi yang disampaikan ada yang jarang diberikan contohmya survival dan penanggulangan bencana.

5. Sanksi yang diberikan oleh pengurus saka wira kartika bilamana ada pelanggaran yang terjadi dalam setiap pelatihan maka akan ditindak sesuai peraturan yang berlaku baik itu praturan lingkungan kodim, pramuka maupun adat yang sudah di sepakati sebelumnya dan dilimpahkan kepada dewan kehormatan sesuai dengan PP saka wira kartika bahwa dewan kehormatan bertugas menindak setiap pelanggaran yang terjadi dan memberikan sanksi. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa Peran KODIM 0601/Pandeglang dalam Pembinaan Pramuka Saka Wira Kartika sudah baik namun masih ada beberapa catatan diantaranya penilaian ketrampilan matra darat dan kepramukaan jarang dilakukan oleh pmbina sehingga kemampuan para peserta didik tidak sepenuhnya terukur. Dalam pemaparan materi yang disampaikan jarang diberikan contohnya survival dan penanggulangan bencana.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu H., Supriyono, 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

(25)

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 125

Ahmad, Tanzeh, 2011, Metodologi Penelitian Praktis, Yogyakarta: Teras Rosdakarya.

Chintya Lica, 2017. Evaluasi Pembinaan Sdm Polda Lampung (Studi Pada Anggota Polri Yang Bermasalah. Lampung : UNILA.

Dahlia, 2010. Pengaruh Pembinaan Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara. Medan : USU.

Harsono, 2011. Perencanaan Kepegawaian. Bandung: Fokusmedia.

Hidayat Anggih Wahid, 2013. Pembinaan UMKM Kota Surakarta oleh Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta [skripsi]. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Iin Ainun Sa’adah & Muhammad Turhan Yani, 2017. Peran Pramuka Saka Wira Kartika Dalam Pembentukan Sikap Kemandirian Remaja Di Koramil 0815/08 Dawarblandong Kabupaten Mojokerto. Surabaya : Univ. Negeri Surabaya.

Ivancevich John, dkk, 2014, Organization Behavior, McGraw-Hill Company

Miftah Toha, 2012, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Mohede, Rezky Pratama Putra 2013. Pembinaan Aparatur Pemerintah Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Kerja (Suatu Studi Di Kecamatan Siau Timur). Sitaro : UNSRAT.

Moleong, J. Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Narwoko, Dwi J, Bagong Suyanto, 2014. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta : Prenadamedia Group.

Niken Pratiwi, 2015. Peran Saka Wira Kartika Dalam Pembentukan Sikap Bela Negara di Kodim 0710 Pekalongan. Semarang : UNNES.

Rachman Muh Rachdian, 2015. Strategi Pembinaan Usaha Kecil Menengah (UKM) Dinas Koperasi Dan UKM Kota Makassar [skripsi]. Makasar : Universitas Hasanuddin.

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Rajawali Pres. Suhardono, Edy. 2018. Teori Peran (Konsep,

Derivasi dan Implikasinya), PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sugiyono, 2016. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta.

Dokumen lain:

AD/ART Gerakan Pramuka Saka Wirakartika No. 007 Tahun 2018

Peraturan Bupati Lebak Nomor 15 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pembentukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Di Desa

Undang-undang Dasar 1945.

Undang-undang No 12 Tahun 2000 tentang Tentang Gerakan Pramuka.

Undang-undang No12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka.

Undang-undang No 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

Gambar

Tabel  :  Data  Minat  Menjadi  anggota  Pramuka Saka Wira Kartika

Referensi

Dokumen terkait

Kemiringan bidang konsentrator atau reflektor parabola dapat diatur agar energi surya yang diterima oleh permukaan modul surya maksimal sehingga daya listrik output yang

nasional tidak terlepas dari produksi dan konsumsi produk kayu secara nasional.. Peningkatan konsumsi produk kayu menurut beberapa penelitian

Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki dan berprofesi sebagai wiraswasta, dari karakteristik responden tersebut dapat dilihat,

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan yaitu biodiesel dapat dihasilkan dari minyak sawit off-grade yang berkualitas rendah melalui

Dengan ini saya menyatakan dengan benar, bahwa Tugas Akhir saya yang berjudul Pembuatan Film Animasi 2D Dengan Gaya Komik Berjudul "Rarang dan Leungli" yang

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka jenis penelitian ini digolongkan sebagai penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti

Berdasarkan hasil fraksinasi dari daun matoa diperoleh fraksi n-heksana sebanyak 23,6360 g dan fraksi metilen klorida sebanyak 22,9560 g dengan hasil uji fitokimia

Menurut Salahudin (2010:115) bimbingan karir adalah pelayanan bantuan untuk siswa, baik secara perseorangan maupun kelompok agar siswa mampu mandiri dan berkembang secara