• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Bibit Kelor (Moringa oleifera Lamk) dari Biji dan Stek dengan Interval Pemberian Air yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pertumbuhan Bibit Kelor (Moringa oleifera Lamk) dari Biji dan Stek dengan Interval Pemberian Air yang Berbeda"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

A.175

E-ISSN: 2615-7721 P-ISSN: 2620-8512

Vol 2, No. 1 (2018)

Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis UNS Ke 42 Tahun 2018

“Peran Keanekaragaman Hayati untuk Mendukung Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia”

Pertumbuhan Bibit Kelor (

Moringa Oleifera

Lamk) dari Biji dan Stek dengan

Interval Pemberian Air yang Berbeda

Catur Wasonowati12, Endang Sulistyaningsih3, Didik Indradewa3, Budiastuti Kurniasih3

1 Ilmu Pertanian Minat Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada 2 Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura

3 Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada

(*korespondensi: [email protected])

Abstrak

Kelor (Moringa oleifera Lamk.) merupakan tanaman yang sangat bergizi dan mengandung zat nutrisi yang cukup tinggi serta memiliki berbagai manfaat potensial. Kelor tumbuh dengan mudah dan bisa dikembangbiakan dengan menggunakan biji dan stek. Tujuan percobaan untuk mengetahui prosentase tanaman hidup dan pertumbuhan bibit kelor dengan bahan tanam (bibit dan stek) dengan interval pemberian air yang berbeda. Percobaan dilakukan di rumah plastik di desa Telang, Kecamatan Kamal Bangkalan Madura pada bulan April-Mei 2016. Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi, petak utama : interval pemberian air yaitu A1: 2 hari, A2: 4 hari, dan A3: 8 hari sekali dan anak petak : bahan tanam yaitu B1: biji, B2: stek. Parameter pertumbuhan vegetatif yang diukur adalah pertambahan tinggi tanaman (cm), diameter batang (mm) dan jumlah daun. Hasilnya menunjukkan bahwa prosentase tanaman hidup dan pertumbuhan bibit tanaman kelor dari biji lebih baik pada awal pertumbuhan daripada bibit yang berasal dari stek. Hal ini disebabkan tanaman kelor yang diperbanyak dengan biji memiliki pertumbuhan yang lebih cepat pada pertumbuhan awal karena pertumbuhan akar lebih baik dan lebih banyak. Pertumbuhan kelor yang ditanam dengan biji lebih cepat daripada stek dapat dilihat dari pertumbuhan yang lebih tinggi pada parameter tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun tanaman.

Kata kunci: pertumbuhan, bibit, biji, stek, Moringa oleifera

Pendahuluan

Tanaman kelor merupakan tanaman yang sangat bergizi dan memiliki berbagai manfaat potensial. Daun kelor mengandung zat nutrisi yang cukup tinggi, tidak hanya unggul dari segi kuantitatif tetapi juga dari segi kualitatif dibandingkan dengan kandungan daun tanaman lain sehingga berpotensi sebagai sumber pangan untuk mengatasi mal nutrisi. Daun kelor mengandung multi vitamin, protein tersusun dari asam amino esensial dan sumber antioksidan alami seperti asam askorbat, flavonoid, phenolid dan karotenoid (Makkar & Becker, 1996).

(2)

A.176

E-ISSN: 2615-7721 P-ISSN: 2620-8512

Vol 2, No. 1 (2018)

Tanaman kelor di Indonesia banyak ditemukan di Madura, Sulawesi, NTT, Blora dan beberapa daerah lainnya. Kelor tumbuh secara alami pada ketinggian hingga 1.000 m dpl. Kelor merupakan pohon yang dapat tumbuh dengan cepat. Bahkan kelor ditemukan dapat tumbuh 6-7 m dalam satu tahun di daerah yang curah hujannya kurang dari 400 mm. Sebagai tanaman non budidaya, kelor dikenal dengan ketahanannya terhadap kekeringan dan penyakit. Persyaratan curah hujan tahunan minimum diperkirakan 250 mm maksimal di atas 3.000 mm, tetapi pada tanah tergenang air, akar akan membusuk. Adanya akar tunggang yang panjang membuatnya tahan terhadap periode kekeringan (Fuglie & Sreeja 2010; Oliver, 2009). Secara umum parameter lingkungan yang dibutuhkan tanaman kelor untuk tumbuh dengan baik adalah iklim tropis atau sub tropis, ketinggian 0-2.000 m dpl, suhu 25-35oC, curah hujan 250-2.000 mm per tahun, irigasi yang baik diperlukan jika curah hujan kurang dari 800 mm, tipe tanah berpasir atau lempung berpasir, pH 5-9 (Krisnadi, 2014).

Teknik budidaya yang baik diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bibit. Tanaman membutuhkan teknik khusus untuk memastikan produksi bibit yang baik dan dapat dipindah tanam pada waktu yang tepat sehingga dapat menjamin persentase kelangsungan hidup yang tinggi di lapangan (Said et al., 2015). Kelor sangat mudah ditanam baik dengan menggunakan stek maupun biji. Penanaman dengan stek merupakan praktek paling umum dilakukan sesuai dengan fungsinya sebagai batas tanah, pagar hidup atau batang perambat. Perbanyakan dengan stek cenderung memberikan biomassa yang lebih banyak karena tanaman cenderung menghasilkan banyak cabang yang rimbun sedangkan perbanyakan dengan biji menyebabkan tanaman cenderung tumbuh ke atas dengan batang utama atau percabangan yang sedikit (Krisnadi, 2014). Menurut Kurniasih (2014) perbanyakan tanaman kelor dengan menggunakan stek batang membutuhkan batang stek dengan tinggi antara 0,5-1,5 m disesuaikan dengan kebutuhan. Batang stek yang digunakan berasal dari tanaman yang sehat dan berumur lebih dari 6 bulan. Semakin besar lingkaran batang stek semakin besar peluang untuk hidup. Tanaman yang diperbanyak dengan biji mempunyai pertumbuhan yang lamban pada awal karena pertumbuhan lebih kepada pengembangan akar, namun setelah akar tumbuh dengan baik maka tanaman menjadi lebih kokoh, tumbuh dengan cepat, tahan kekeringan dan mampu menghasilkan biomasa daun yang tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa tindakan untuk dapat mempercepat pertumbuhan kelor yang ditanam dengan biji antara lain pemilihan biji dan perlakuan terhadap biji. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian mengenai perbanyakan tanaman kelor baik secara generatif (biji) dan vegetatif (stek batang) untuk mendapatkan bahan tanam yang sesuai dengan interval pemberian air yang berbeda.

(3)

A.177

E-ISSN: 2615-7721 P-ISSN: 2620-8512

Vol 2, No. 1 (2018)

Tujuan percobaan untuk mengetahui prosentase tanaman hidup dan pertumbuhan bibit kelor dengan bahan tanam dari biji dan stek batang dengan interval pemberian air yang berbeda di Madura

Metodologi

Percobaan dilakukan di rumah plastik di Desa Telang, Kecamatan Kamal Bangkalan Madura pada bulan April - September 2016. Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi, petak utama : interval pemberian air: A1: 2 hari, A2 : 4 hari, dan A3 : 8 hari sekali dan anak petak : bahan tanam: B1: biji, B2: stek. Perlakuan disusun dalam rancangan petak terbagi dengan empat ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 45 benih umur 4 MSP dan 45 stek batang sudah muncul tunas 0,5 cm sehingga total ada 360 unit percobaan. Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah bahan tanam (biji, stek batang), polibag ukuran 20x40 cm, tanah, kompos. Alat yang digunakan dalam percobaan adalah alat pengukur tinggi tanaman, jangka sorong, kamera. Parameter pertumbuhan bibit kelor yang diamati adalah : pertambahan tinggi tanaman menggunakan meteran, diameter batang menggunakan jangka sorong dan jumlah daun dengan penghitungan langsung. Semua data dianalisis dengan analisis varians (ANOVA) untuk melihat perbedaan antara perlakuan menggunakan uji Duncans pada 0,05. Analisis data menggunakan Excel dan program SAS.

Hasil dan Pembahasan - Persentase hidup tanaman

Prosentase hidup bibit tanaman kelor pada pengamatan 2-8 MST secara umum bibit yang berasal dari bahan tanam biji (B1) lebih tinggi dibandingkan dari stek batang (B2).

Gambar 1 Prosentase hidup dari bibit tanaman kelor (Moringa oleifera) pada interval pemberian air dan bahan tanam yang berbeda

0 20 40 60 80 100 2 4 6 8 % t an am an h id u p Pengamatan (MST)

% hidup bibit tanaman kelor

A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

(4)

A.178

E-ISSN: 2615-7721 P-ISSN: 2620-8512

Vol 2, No. 1 (2018) - Pertambahan tinggi tanaman (cm)

Hasil analisis menunjukan tidak ada interaksi antara interval pemberian air dan bahan tanam yang berbeda terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur pada 2-8 MST. Pada pengamatan 2 MST interval pemberian air 2 hari sekali (A1) memberikan nilai tertinggi dan tidak berbeda nyata pemberian 4 hari (A2) dan 8 hari sekali (A3). Pada 4 MST interval pemberian air 4 hari sekali (A2) memberikan nilai tertinggi dan tidak berbeda nyata pemberian 8 hari (A3) dan 2 hari sekali (A1). Pada 6 MST interval pemberian air 8 hari sekali (A3) memberikan nilai tertinggi dan tidak berbeda nyata pemberian 2 hari (A1) dan 4 hari sekali (A2). Pada 8 MST interval pemberian air 4 hari sekali (A2) memberikan nilai tertinggi dan tidak berbeda nyata pemberian 2 hari (A1) dan 8 hari sekali (A3). Sedangkan bahan tanam memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada 2-4 MST dengan biji (B1) yang memberikan nilai lebih tinggi dan berbeda nyata dengan stek (B2) sedangkan pada 6-8 tidak berbeda nyata (Tabel 1).

Tabel 1 Rata-rata pertambahan tinggi (cm) tanaman kelor (Moringa oleifera) pada interval pemberian air dan bahan tanam yang berbeda

PERLAKUAN Pengamatan (MST)

2 4 6 8

Interval pemberian air

A1 (2 hari sekali) 7.419 a 11.539 a 15.589 a 20.535 a A2 (4 hari sekali) 6.140 a 16.675 a 14.893 a 31.160 a A3 (8 hari sekali) 5.469 a 12.156 a 15.918 a 20.131 a Bahan tanam B1 (biji) 10.987 a 17.800 a 17.008 a 28.079 a B2 (stek) 1.698 b 9.113 b 13.925 a 19.805 a KK (%) 19.11 20.66 19.38 30.25

Ket : angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncans taraf 5%

- Diameter batang (mm)

Hasil analisis menunjukan tidak ada interaksi antara interval pemberian air dan bahan tanam yang berbeda terhadap diameter batang pada umur pada 2-8 MST. Pada pengamatan 2, 6 dan 8 MST interval pemberian air 4 hari sekali (A2) memberikan nilai tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan pemberian air 2 hari (A1) dan 8 hari sekali (A3), dan pada 4 MST interval pemberian air 8 hari sekali (A3) memberikan nilai tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan pemberian air 2 hari (A1) dan 4 hari sekali (A2). Sedangkan bahan tanam memiliki pengaruh yang nyata terhadap diameter tanaman pada 2, 6, 8 MST dengan biji (B1) yang memberikan nilai lebih tinggi dan berbeda nyata dengan stek (B2), pada 4 MST biji (B1) memberikan nilai lebih tinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan stek (B2) (Tabel 2).

(5)

A.179

E-ISSN: 2615-7721 P-ISSN: 2620-8512

Vol 2, No. 1 (2018)

Tabel 2 Rata-rata diameter batang (mm) tanaman kelor (Moringa oleifera) pada interval pemberian air dan bahan tanam yang berbeda

PERLAKUAN Pengamatan (MST)

2 4 6 8

Interval pemberian air

A1 (2 hari sekali) 2.037 a 4.470 a 6.236 a 8.788 a A2 (4 hari sekali) 2.128 a 4.315 a 6.450 a 9.032 a A3 (8 hari sekali) 2.025 a 4.525 a 6.242 a 8.743 a Bahan tanam B1 (biji) 3.170 a 4.530 a 7.702 a 11.555 a B2 (stek) 0.957 b 4.343 a 4.916 b 6.155 b KK (%) 6.94 10.98 16.90 16.76

Ket : angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncans taraf 5%

- Jumlah daun

Hasil analisis menunjukan tidak ada interaksi antara interval pemberian air dan bahan tanam yang berbeda terhadap jumlah daun pada umur pada 2-8 MST. Pada pengamatan 2-6 MST interval pemberian air 4 hari sekali (A2) memberikan nilai tertinggi dan tidak berbeda nyata pemberian air 2 (A1) dan 8 hari sekali (A3). Pada pengamatan 8 MST interval pemberian air 8 hari sekali memberikan nilai tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan interval pemberian air 2 dan 4 hari sekali. Sedangkan pada pengamatan 2-8 MST bahan tanam memiliki pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun dengan biji (B1) yang memberikan nilai lebih tinggi dan berbeda nyata dengan stek (B2) (Tabel 3).

Tabel 3 Rata-rata jumlah daun tanaman kelor (Moringa oleifera) pada interval pemberian air dan bahan tanam yang berbeda

PERLAKUAN Pengamatan (MST)

2 4 6 8

Interval pemberian air

A1 (2 hari sekali) 4.916 a 7.240 a 9.286 a 10.193 a A2 (4 hari sekali) 5.082 a 7.820 a 9.315 a 10.431 a A3 (8 hari sekali) 4.833 a 7.477 a 9.235 a 11.063 a Bahan tanam B1 (biji) 8.888 a 11.500 a 14.194 a 15.365 a B2 (stek) 1.000 b 3.524 b 4.363 b 5.760 b KK (%) 7.42 17.13 19.48 15.67

Ket : angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncans taraf 5%

Tingkat kelangsungan hidup dari dua bahan tanam yang digunakan untuk pembibitan kelor pada minggu ke 2-8 setelah pindah tanam menunjukkan bahwa bahan tanam yang berasal dari benih yang dipindah tanam pada umur 4 minggu memiliki tingkat ketahanan hidup lebih tinggi daripada stek batang. Hasil ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit tanaman dari biji pada awal

(6)

A.180

E-ISSN: 2615-7721 P-ISSN: 2620-8512

Vol 2, No. 1 (2018)

pertumbuhan lebih tinggi dari pada tanaman yang berasal dari stek. Hal ini disebabkan karena perbanyakan dari biji memiliki persyaratan yang berbeda dibanding budidaya stek batang. Pembibitan dan perkecambahan bergantung pada faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang paling penting meliputi suhu, air, oksigen dan sinar matahari (Araus et al., 2002). Tanaman kelor yang diperbanyak dengan biji memiliki pertumbuhan awal yang lebih cepat karena pertumbuhan akar lebih banyak dan bibit yang ditanam dari biji memiliki pertumbuhan rata-rata lebih tinggi daripada bibit yang ditanam dari stek batang. Hal ini karena benih tumbuh lebih bagus daripada stek batang karena benih dapat mematahkan dormansi dan berkecambah dalam kondisi lingkungan optimum lebih cepat dari stek batang. Perkecambahan dan pertumbuhan tanaman bisa beragam karena kondisi baik di dalam maupun di luar embrio bahan tanam. Daya tahan stek yang rendah dalam penelitian ini dapat disebabkan karena akar tidak berkembang cukup cepat untuk mulai menyediakan nutrisi dari tanah ke stek. Bahkan stek yang bertahan tidak memiliki akar yang berkembang dengan baik. Hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit kelor yang ditanam dari biji tumbuh lebih cepat dari pada stek dilihat dari parameter pertumbuhannya seperti pada pertambahan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun tanaman.

Prosentase dan tingkat perkecambahan yang tinggi, dengan tingkat keseragaman yang relatif baik, merupakan faktor penting untuk keberhasilan produksi bibit. Perkecambahan biji adalah pertumbuhan embrio yang terkandung di dalam benih sehingga perkecambahan dan pertumbuhan bibit tergantung pada faktor internal dan eksternal. (Araus et al., 2002). Hal ini sesuai dengan penelitian Ted (2005) bahwa kelor dapat ditanam dengan benih langsung, pindah tanam dan stek batang. Pertumbuhan yang kurang bagus dan ada yang tidak tumbuh dari beberapa stek batang menjelaskan keunggulan penanaman secara generatif dengan benih tanam langsung dibandingkan dengan perbanyakan vegetatif (stek batang). Hal ini sejalan dengan penelitian Palada (1996) bahwa stek batang digunakan bila tidak ada biji karena membutuhkan keterampilan dan teknis budidaya yang baik dan direkomendasikan penanaman dengan stek batang dengan panjang 45-150 cm. Transplanting bibit yang terbaik untuk bibit saat umur empat minggu karena bibit pulih dengan cepat dari kerusakan akibat pindah tanam.

Kesimpulan dan Saran

- Pertumbuhan awal bibit kelor pada perbanyakan tanaman dari biji tumbuh lebih cepat daripada stek batang. Bibit yang diperbanyak dari biji lebih cepat dan memiliki tingkat pertumbuhan awal yang lebih cepat dalam hal tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang dari pada bibit dari stek batang.

(7)

A.181

E-ISSN: 2615-7721 P-ISSN: 2620-8512

Vol 2, No. 1 (2018) Ucapan Terimakasih

Ungkapan terima kasih atas pendanaan penelitian disampaikan pada Kemenristek Dikti untuk Dana Hibah PDD

Daftar pustaka

Araus, J.L., Slafer, G.A., Reynolds, M.P. and Royo, C, 2002. Plant breeding and drought in C3 cereals: What should we breed for? Annals of Botany (London) 89:925-940.

Essien, B. A., Essien, J. B., Ogbu, J. U., Nwite, J. C., Anaele, U. M. and Keke, C. I. 2010. Study on nursery media for germination and early seedling growth of (Dennettia tripetala). Nigerian Journal of Horticultural science, 15: 9-13.

Fahey, J.W. 2005. Moringa oleifera : a review of medicine evidence for its nutritional, therapeutic and prophylatic properties : Part I. Trees Life J : 1 :5-5.

Fuglie, L. J. and Sreeja, K.V. 2010. Cultivation of Moringa. Retrieved on 3rd February 2010from http://www.Moringafarm.com

Jacob D.E, Ben N, Ajayi S, and L.U Nelson. 2016. Comparative study of propagation methods on the early growth rate of Moringa oleifera (Lam). International Journal of Research, vol 03 Issue 09 May 2016.

Krisnadi, D A. 2014. Kelor super nutrisi. Kelorina.com. Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia. LSM-MEPELING. Blora. 141p.

Kurniasih. 2014. Khasiat dan manfaat daun kelor untuk penyembuhan berbagai penyakit. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 183p.

Makkar dan Becker, 1996. Nutrient and antiquality factors in different morphological parts of the Moringa oleifera tree. J.Agric. Sci. Cambridge. 128, 311-322.

Olivier, C. 2009. Intensive Moringa oleifera cultivation the North Sinegal. Retrieved on 3rdFebruary, 2010 from www.syfia.com/fr/artcle

Palada MC. 1996. Moringa (Moringa oleifera Lam.) : A versatile tree crop with horticultural potential in the subtropical United States. Hort Science, 31(5), 794-797.

Said A, Lere GA, Yahqub M, Abdullahi H and Hamma I L. Influence of nursery media and age of cutting on the performace of Moringa (Moringa oleifera L) in Samaru Zaria. Nigerian Journal of Agriculture, Food ad Environment. 2015; 11(3) : 70-73.

Ted R. 2005. Farm and forestry production and marketing profile for Moringa. (Moringa oleifera)

Specialty crops for Pacific Island Agroforestry.

Gambar

Gambar 1  Prosentase hidup dari bibit tanaman kelor (Moringa oleifera)   pada interval pemberian air  dan bahan tanam yang berbeda
Tabel  1  Rata-rata  pertambahan  tinggi    (cm)  tanaman  kelor  (Moringa  oleifera)  pada  interval   pemberian air  dan bahan tanam yang berbeda
Tabel  2  Rata-rata diameter batang (mm)  tanaman kelor (Moringa oleifera) pada interval                    pemberian air  dan bahan tanam yang berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Beads komposisi perbandingan 8:1 menghasilkan persentase dekolorisasi yang paling tinggi namun memberikan nilai swelling dan tingkat kebocoran sel yang paling besar yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa munculnya konsumsi media massa untuk memberikan kontribusi yang signifikan untuk penggunaan TI dan tingkat modernitas; status sosial

Umumnya digunakan untuk tekanan operasi rendah, harganya murah dan digunakan untuk tangki dengan diameter kecil. • Torispherical Flanged &

Jaringan yang dipilih oleh informan dalam pemasaran sopi yaitu jaringan pertemanan, alasan pemilihan jaringan ini didasarakan oleh adanya kesamaan profesi yaitu informan

Kebutuhan yang dimaksud disini adalah berupa gaji/upah yang mereka terima setelah melakukan sesuatu bagi perusahaan, contohnya berupa kebutuhan untuk mendapatkan

Pengelolaan ruang sempit dapat dilakukan dengan menggabungkan fungsi-fungsi, mislanya dengan menanam pepohonan, rerumputan atau tanaman herba multiguna sepanjang

Dalam pra penelitian pendahuluan dengan 30 responden kepala SD negeri di kecamatan Mranggen kabupaten Demak, tentang gaya kepemimpinan demokratik kepala sekolah,

Sumber : Data olahan SPSS 2019 Dari hasil tersebut didapatkan nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,240 atau 24,0%. Jadi dapat disimpulkan bahwa