• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan tingkat stres kerja antara karyawan administrasi dan buruh kasar di PT. Pantjatunggal Knitting Mill Semarang - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan tingkat stres kerja antara karyawan administrasi dan buruh kasar di PT. Pantjatunggal Knitting Mill Semarang - USD Repository"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA

KARYAWAN ADMINISTRASI DAN BURUH KASAR

DI PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL

SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Nikolas Agung Adi Saputro

NIM : 039114059

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Nikolas Agung Adi Saputro (2008). Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Karyawan Administrasi Dan Buruh Kasar Di PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang.

Penelitian ini adalah penelitian komparatif yang bertujuan mengetahui perbedaan stres kerja yang dialami karyawan administrasi dan buruh kasar di PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang. Subjek dalam penelitian berjumlah 100 orang, masing.masing 50 orang dari karyawan administrasi dan 50 orang dari buruh kasar. Uji reliabilitas menggunakan metode alpha.cronbach, nilai reliabilitas setelah seleksi item sebesar 0,928 yang berarti instrument penelitian ini sangat dapat dipercaya. Uji hipotesis dilakukan dengan

. Dari hasil uji.t diperoleh nilai t sebesar 4,017 dan p sebesar 0,000 membuktikan bahwa hipotesis diterima, yang mana menggambarkan adanya perbedaan yang signifikan mengenai tingkat stress antara karyawan administrasi dan buruh kasar.

(8)

ABSTRACT

Nikolas Agung Adi Saputro (2008). Differentiation Level of Job Stress Between Administration Employees And Laborer In PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang.

(9)
(10)
(11)

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademis ……….v

A. Latar Belakang Masalah ………....1

B. Rumusan Masalah ……….3

C. Tujuan Penelitian ………..3

D. Manfaat Penelitian ………3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………...5

A. Stres Kerja……….5

(12)

C. Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Karyawan Administrasi dan

Buruh Kasar ………11

C. Hipotesis ...………....………....13

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .………....14

A. Jenis Penelitian ...….………...14

B. Variabel Penelitian ...……….14

C. Definisi Operasional .………...14

D. Subjek Penelitian ….……...……….15

E. Metode Pengumpulan Data ..………...16

F. Prosedur Penelitian …………...……..……….20

G. Metode Analisis Data ..………....20

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..………...22

A. Persiapan Penelitian ………....22

B. Pelaksanaan Penelitian ..………..26

C. Hasil Analisis Data Penelitian ..………...27

D. Pembahasan ..………...32

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..……….36

A. Kesimpulan …..………..36

B. Saran ……...………36

DAFTAR PUSTAKA ……..……….38

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penyebaran Item Stres Kerja ………...…....………...18

Tabel 2. Reliabilitas Sebelum Seleksi Item ...………...24

Tabel 3. Reliabilitas Setelah Seleksi Item ………...24

Tabel 4. Penyebaran Item Stres Kerja Setelah Beberapa item gugur ...…………25

Tabel 5. One.Sample Kolmogorov.Smirnov Test ...………...27

Tabel 6. Test of Homogeneity of Variance ………...28

Tabel 7. Hasil Analisis Deskriptif ………29

Tabel 8. Norma Kategorisasi Skor Tingkat Stres Kerja………..……..29

Tabel 9. Kategorisasi Skor Tingkat Stres Kerja dan Deskripsi Subjek ………....30

Tabel 10. Independent Samples Test ….……….…...31

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Tingkat Stres Kerja pada Karyawan Administrasi dan Buruh

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Raw Score ………...………..39

Lampiran 2. Data setelah uji coba terpakai ...………60

Lampiran 3. Corrected item.total Correlation sebelum uji coba terpakai ...…….75

Lampiran 4. Corrected item.total Correlation setelah uji coba terpakai ...………76

Lampiran 5. Uji normalitas ...………77

Lampiran 6. Uji homogenitas ...……….78

Lampiran 7. Independent t.test ...………..84

Lampiran 8. Kuesioner ...………...85

Lampiran 9. Surat keterangan …………....………...86

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bekerja adalah idaman bagi setiap orang dalam upayanya memenuhi

kebutuhan hidup dan kehidupannya sepanjang masa (Anoraga, 1992). Kondisi

fisik yang baik kiranya mendukung seseorang menjalankan pekerjaannya

dengan baik pula. Demikian halnya dengan sisi psikologis seseorang, keadaan

psikologis dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Menjadi penting bilamana

pikiran seseorang tidak terkorupsi oleh Stres, sehingga kinerja kerja seseorang

tidak menurun. Apabila kondisi tersebut dapat tercapai, maka diharapkan

produktivitas perusahaan akan meningkat.

Stres adalah sebuah fenomena psikologis yang dapat hinggap pada diri

siapapun, termasuk di dalamnya karyawan. Stres kerja adalah salah satu hal

yang memicu timbulnya masalah dalam perusahaan dan menuntut penanganan

serius, karena dikhawatirkan mempengaruhi produktivitas. Robbins (1996)

mengungkapkan bahwa dari hasil sebuah survey kepada 600 pekerja di

Amerika, 276 orang mengatakan bahwa pekerjaan mereka sangat penuh.Stres

dan 204 orang mengatakan bahwa Stres yang mereka alami terlalu buruk dan

mendorong mereka untuk segera berhenti bekerja.

Perusahaan memiliki berbagai jabatan dengan perbedaan sifat

pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan yang bersifat internal dan eksternal. Pekerjaan

(17)

pekerja eksternal meliputi para pekerja lapangan atau yang betugas di luar

kantor. Perbedaan jabatan menjadi penentu tempat dan waktu kerja seseorang.

Pada sebagian pekerja, kebahagiaan kerja terletak pada kesesuaian pekerjaan

dengan bidang pendidikan yang dimilikinya, serta kenyamanan akan

lingkungan kerjanya. Semakin seseorang nyaman dengan kondisi tempat

kerjanya dan tidak terfokus pada ruang dan waktu yang monoton, maka

kecenderungan pekerja mengalami Stres kerja semakin kecil. Aset terbesar

dari sebuah perusahaan adalah para pekerjanya. Kesehatan mental dan fisik

pekerja adalah bisnis yang sangat menentukan dan bermanfaat bagi

perusahaan (Managing Stres, 2004).

Stres kerja adalah suatu kondisi yang berbeda di mana tantangan kerja

berubah menjadi sebuah tuntutan kerja yang mengubah kondisi santai menjadi

kondisi yang melelahkan. Kepuasan berubah menjadi rasa sakit, luka dan

kesalahan kerja, dikemukakan bahwa lingkungan kerja juga menjadi penyebab

potensial terjadinya stres kerja. Stres kerja erat hubungannya dengan pekerja

dan kondisi pekerjaannya. Penyebab utama stres kerja lebih disebabkan oleh

karakteristik pekerja dan kondisi pekerjaan. Kondisi yang penuh stress

ditanggapi secara berbeda oleh masing.masing pekerja, di mana

pencegahannya pun berbeda di antara pekerja dalam menghadapi tuntutan dan

kondisi kerja (NIOSH dan Robbins).

Stres pada karyawan administrasi dan buruh kasar disebabkan oleh

tuntutan yang banyak, seperti beban kerja yang berlebih, tekanan waktu,

(18)

kemudian memicu penurunan kinerja. Dalam jangka panjang hal tersebut akan

mempengaruhi kinerja, produktivitas, hubungan dan kesehatan yang menjurus

pada kondisi yang buruk (Managing Stress, 144.145). Tuntutan yang besar

pada kinerja buruh kasar dengan target yang harus dicapai setiap bulannya,

yang mengakibatkan golongan pekerja ini memiliki kecenderungan

mengalami stres kerja lebih tinggi di bandingkan dengan karyawan

administrasi.

B. RUMUSAN MASALAH

“Apakah ada perbedaan tingkat Stres kerja antara karyawan administrasi

dan buruh kasar di PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan tingkat stres kerja

yang dialami karyawan administrasi dan buruh kasar di PT.

PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini berguna dalam memperkaya literatur serta penelitian

dalam bidang Psikologi, khususnya Psikologi Industri. Dan dalam bidang

Psikologi Industri Organisasi diharapkan dapat menyumbangkan informasi

(19)

lingkungan kerjanya berdasarkan jabatan kerja. Penelitian ini juga berguna

dalam menambah wawasan dan pengetahuan peneliti, serta dapat

digunakan bagi peneliti selanjutnya dalam meneliti masalah serupa.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi PT.

PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang, baik kepada pihak

direksi, karyawan dan buruh, dalam upaya memahami, engevaluasi kinerja

secara keseluruhan dan sebagai refleksi megenai kondisi yang

menyebabkan pekerja mengalami Stres kerja terkait dengan kinerja dan

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. STRES KERJA

Stres dalam pekerjaan adalah bagian dari stres dalam kehidupan. Stres

dan pekerjaan yang dialami oleh individu adalah sebuah interaksi yang

kompleks. Stres yang berlebihan akan berkaitan dengan timbulnya gangguan

psikis dan fisik (Anoraga, 1992), selain itu juga memicu gangguan sosial.

1. Pengertian Stres

Stres (Hardjana, 1994) dirumuskan sebagai keadaan atau kondisi

yang terjadi apabila orang yang mengalami stres dan hal yang

mendatangkan stres membuat yang bersangkutan melihat

ketidaksepadanan antara keadaan biologis, psikologis dan sosial yang

terjadi padanya. Ditambahkan Selye (Fabella, 1993) Stres adalah sebuah

respon tubuh tidak spesifik terhadap tuntutan yang dihadapi oleh seorang

individu. Stres (Robbins, 1996) adalah kondisi dinamis saat individu

dihadapkan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan, terkait dengan

apa yang diinginkan dan hasil yang memiliki ketidakpastian mengenai apa

yang dipersepsikan. Stres tidak semata.mata berkesan negatif, namun Stres

dapat menimbulkan peluang baik bila akibatnya menawarkan hal yang

(21)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stres adalah

keadaan dan kondisi sebagai sebuah respon tubuh non spesifik saat

individu dihadapkan pada suatu peluang, kendala atau tuntutan tertentu.

2. Pengertian Stres Kerja

Stres Kerja menurut Anoraga (1992) merupakan suatu bentuk

respon individu baik secara fisik maupun mental dalam menghadapi

perubahan di lingkungan kerjanya. Stres kerja didefinisikan sebagai suatu

respon fisik dan emosi di mana terjadi saat tuntutan kerja tidak sesuai

dengan kemampuan, tenaga dan kebutuhan pekerja (NIOSH, 1998). Stres

kerja (Rini, 2002) adalah kondisi yang muncul di mana jika seseorang

dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu

tersebut.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja sebagai

respon fisik maupun mental yang timbul saat seseorang dihadapkan pada

tuntutan pekerjaan yang melampaui kekuatan individu tersebut.

3. Penyebab Umum Stres Kerja

Penyebab umum stres kerja (Perilaku Organisasional, 2003) terbagi

(22)

a. Penyebab fisik

1) Kebisingan, gangguan suara yang terus.menerus dapat menjadi

sumber stres bagi banyak orang, terlebih bagi mereka yang bekerja

dengan mesin.

2) Kelelahan, masalah kelelahan fisik potensial menyebabkan

kemampuan kerja menurun, dan mengakibatkan penurunan

prestasi, sehingga memicu terjadinya stres kerja.

3) Pergeseran kerja, terjadinya perubahan pola kerja yang tidak

menentu dari pekerjaan sebelumnya yang monoton juga dapat

menimbulkan stress kerja.

4) Jet.Lag, kelelahan karena perubahan waktu yang mempengaruhi

irama tubuh dan dapat menimbulkan stres.

5) Suhu dan kelembaban, suhu tinggi dan kelembaban yang rendah

dapat mempengaruhi kinerja dan menibulkan stres kerja.

b. Beban kerja

Beban kerja yang berlebihan menyebabkan timbulnya

ketegangan, karena beban kerja yang berlebihan membutuhkan

konsentrasi dan kecepatan, sehingga potensial memicu trejadinya stres

kerja.

c. Sifat pekerjaan

1) Situasi baru dan asing, situasi baru dan asing yang dijumpai

seseorang dalam pekerjaan atau organisasi dapat menimbulkan

(23)

2) Ancaman pribadi, yang ketat dari atasan mempengaruhi

kebebasan seseorang hingga menibulkan stres.

3) Percepatan, tuntutan pekerjaan yang tinggi sehingga memerlukan

kelincahan dan kecepatan, dapat mengakibatkan stres kerja pada

sebagian orang.

4) Ambiguitas, ketidakjelasan mengenai tugas yang diberikan dan

pekerjaan apa yang harus dilakukan akan menimbulkan

kebingungan dan kemudian mengakibatkan stres kerja.

5) Umpan balik, kurangnya reward dari atasan atau perusahaan dapat

menurunkan semangat kerja dan rentan timbulnya stres kerja.

d. Kebebasan

Kelonggaran peraturan yang diberikan perusahaan atau organisasi

terkadang menjadi masalah bagi karyawan yang terbiasa dengan

peraturan dan kedisiplinan. Kebebasan menimbulkan ketidakpastian

dan hal ini menjadi sumber stres kerja.

e. Kesulitan

Kesulitan.kesulitan yang dijumpai seseorang baik itu terkait

dengan pekerjaan maupun keluarga dapat mempengaruhi kinerja

seseorang. Hal tersebut merupakan penyebab terjadinya stres kerja.

4. Aspek Stres Kerja

Aspek stres kerja menurut Pandji Anoraga (1992) terbagi menjadi

(24)

1. Fisik, antara lain: sakit maag, sakit kepala, mudah kaget, banyak keluar

keringat dingin, lesu, letih, insomnia, gangguan pola tidur.

2. Emosi, antara lain: sukar konsentrasi, pelupa, sukar mengambil

keputusan, cemas, was.was, khawatir, mudah marah.

3. Sosial, antara lain : meningkatnya aktivitas seperti makan dan minum,

mudah bertengkar, menarik diri dari pergaulan sosial.

B. KARYAWAN ADMINISTRASI DAN BURUH KASAR 1. Pengertian pekerja

Pekerja atau tenaga kerja seperti disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 2

Undang.Undang Tentang Ketenagakerjaan dan menurut Soepomo (1982)

adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik secara internal

maupun eksternal dalam hubungan kerja guna menghasilkan jasa dan atau

barang dalam memenuhi kebutuhan bagi dirinya dan masyarakat. Pekerja

merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses

produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja dan

keluarganya. Pekerja juga disebut sebagai setiap orang yang bekerja

dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan kata lain,

pekerja dalam hal ini adalah mereka yang bekerja dalam hubungan kerja.

2. Pengertian karyawan administrasi

Menurut Dharmaputera (2003), karyawan administrasi atau yang

(25)

berdasi atau bergaun rapi, duduk di ruang yang sejuk berkursi empuk,

sibuk di belakang meja dengan pena, telepon, dan komputer mereka.

Karyawan administrasi juga dapat diartikan sebagai pekerja baik pria

maupun wanita yang bekerja pada suatu lembaga yang kegiatannya

meliputi penetapan tujuan serta penyelengaraan kegiatan kantor dan tata

usaha dengan medapat gaji (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karyawan

administrasi adalah pekerja baik pria maupun wanita yang bekerja dengan

telepon dan komputer yang tugasnya meliputi penetapan tujuan serta

penyelengaraan kegiatan kantor dan tata usaha dengan mendapat gaji.

3. Pengertian buruh kasar

Menurut Dharmaputera (2003), buruh kasar atau pekerja lapangan

adalah pekerja yang lebih mengandalkan kekuatan fisik daripada keahlian

atau kemampuan intelektual. Buruh kasar dapat diartikan sebagai orang

yang bekerja dengan bahan mentah, dengan tipikal pekerjaan yang agak

keras, dan mendapat upah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa buruh kasar

adalah pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik, bekerja dengan

(26)

C. PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA KARYAWAN ADMINISTRASI DAN BURUH KASAR DI PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL SEMARANG.

Stres kerja adalah hal yang biasa dialami oleh pekerja, karena dinamika

pekerjaan maupun karena terlalu monotonnya pekerjaan yang dihadapi.

Karakteristik pekerjaan yang berbeda memiliki perbedaan tingkat stres kerja

yang dialami seorang pekerja. Pekerjaan yang sifatnya internal secara teknis

memiliki tempat kerja dan suasana kerja yang lebih nyaman karena berada di

dalam ruangan dan didukung dengan penyejuk udara. Pekerjaan yang sifatnya

eksternal secara teknis jauh sekali dari kondisi yang disebut nyaman, pekerja

biasanya bekerja di ruangan, lekat dengan kegiatan produksi dan mesin.mesin

produksi. Kerja memiliki arti sejauh menghasilkan sesuatu (Anoraga, 1992),

akibatnya banyak orang bekerja secara terpaksa dan menganggapnya sebagai

beban hidup. Masih menurut Anoraga, orang.orang yang terlalu kaku akan

menjadi lebih buruk jika ia tidak bisa mengatasi stres kerja.

Jenis pekerjaan internal identik dengan karyawan administrasi,

sedangkan pekerjaan yang sifatnya eksternal identik dengan buruh kasar.

Bekerja di lingkungan yang kurang nyaman, lebih mengandalkan fisik dan

dekat dengan mesin adalah sebuah kondisi yang dapat memicu terjadinya stres

kerja. Robbins (1996) mengemukakan bahwa lingkungan kerja juga menjadi

penyebab potensial terjadinya stres kerja, selain kendala dan tuntutan kerja di

atas. Ketidakpastian lingkungan, yang dalam hal ini lebih difokuskan pada

(27)

teknologi merupakan ancaman bagi mereka yang memiliki kesulitan dengan

komputerisasi, sehingga potensial mengakibatkan stres. Pekerjaan dengan

tipikal seperti karyawan administrasi dengan tuntutan pekerjaan yang monoton

juga memiliki kemungkinan yang sama dengan buruh kasar dalam hal

timbulnya stres kerja.

Kendala dan tuntutan kerja sangat terkait terhadap stres kerja (Robbins,

1996). Menurut Fraser (Anoraga, 1992) stres kerja timbul saat ada perubahan

keseimbangan antara manusia dengan mesin dan manusia dengan lingkungan,

karena kedua hal tersebut adalah suatu sistem yang sifatnya interaksional.

Fraser juga mengemukakan bahwa ada dua macam pekerjaan yang memiliki

kecenderungan potensial terhadap stres, yaitu pekerjaan yang menuntut

kekuatan fisik dan pekerjaan yang menuntut keterampilan dan kemahiran, jadi

perbedaan tingkat stres dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang berbeda antara

karyawan administrasi dan buruh kasar. Smet (1994) mengemukakan bahwa

tidak ada kriteria obyektif yang dapat mengukur situasi yang penuh stres,

(28)

Gambar 1.

Alur Tingkat Stres Kerja pada Karyawan Administrasi dan Buruh Kasar

!

"

!

# $ " "

D. HIPOTESIS

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu, Ada perbedaan tingkat stres

(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

penelitian untuk melihat perbedaan dengan cara membandingkan tingkat stres

kerja (sebagai variabel tergantung) antara karyawan administrasi dan buruh

kasar (sebagai variabel bebas).

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini antara lain:

1. Variabel bebas : Jenis Pekerja

Karyawan administrasi

Buruh kasar

2. Variabel tergantung : Stres kerja

C. DEFINISI OPERASIONAL 1. Stres Kerja

Stres kerja adalah sebuah ketidakpastian kondisi fisik, psikis dan

sosial yang terjadi akibat tuntutan kerja yang tidak dapat diterima oleh

tubuh. Stres kerja diidentifikasi dalam tiga aspek, yang antara lain

meliputi aspek fisik, aspek emosi, dan aspek sosial. Aspek fisik meliputi

(30)

keluar keringat dingin, lesu, letih, insomnia, gangguan pola tidur. Aspek

emosi meliputi indikator.indikator seperti sukar konsentrasi, pelupa, sukar

mengambil keputusan, cemas, was.was, khawatir, mudah marah. Aspek

sosial meliputi inidkator.indikator seperti meningkatnya aktivitas seperti

makan dan minum, mudah bertengkar, menarik diri dari pergaulan sosial.

2. Karyawan Administrasi

Karyawan administrasi adalah orang yang bekerja dengan lebih

mengandalkan otak. Pekerjaan mereka biasanya berhubungan dengan lalu.

lintas barang yang keluar masuk perusahaan dan keuangan. Mereka bekerja

dengan komputer dan telepon, karena hal tersebut mendukung kinerja

mereka dalam bekerja.

3. Buruh Kasar

Buruh kasar adalah kaum pekerja yang berhubungan dengan barang

mentah. Buruh kasar pada penelitian ini bekerja dengan mesin.mesin

garmen yang digunakan memotong, menjahit dan mengepak kain yang

nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar pakaian. Bekerja secara

periodik (shift), untuk menjaga stamina pekerja guna menjaga mutu produk

yang dihasilkan.

D. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian adalah karyawan administrasi dan buruh kasar di PT.

PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang yang dilakukan dengan

(31)

1 Subjek adalah karyawan aktif yang masih bekerja dan tercatat sebagai

pekerja di PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang.

2 Subjek berusia minimal 18 tahun, sesuai dengan Undang.undang RI

Tentang Ketenagakerjaan (2003).

3 Subjek dalam penelitian ini sejumlah 100 orang, masing.masing 50 orang

dari buruh kasar dan 50 orang dari karyawan administrasi.

E. METODE PENGUMPULAN DATA Skala Stres Kerja

Sebuah skala merupakan kumpulan bermacam pernyataan sikap yang

disusun secara tertulis, sehingga respon seseorang akan sebuah sikap yang

ingin dilihat dari pernyataan yang diberikan dapat diberi skor dan kemudian

dinterpretasikan (Azwar, 2005). Demikian pula dengan skala stres kerja,

segala pernyataan mengenai stres kerja terkait dengan penelitian, maka untuk

memudahkan memperoleh data, peneliti menggunakan kuesioner dengan

. Penggunaan kuesioner berskala dengan banyak item,

kelak akan memudahkan dalam mengukur tingkat tinggi.rendahnya tingkat

stres kerja antara karyawan administrasi dan buruh kasar pada PT.

PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang.

Skala stres kerja yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada

atau sering disebut sebagai skala Likert. Penilaian

setiap skala diberikan berdasarkan kategori empat jawaban. Masing.masing

(32)

(Jarang), TP (Tidak Pernah) untuk jawaban subjek pada item yang bersifat

favorabel. Sebaliknya, untuk pernyataan yang bersifat unfavorabel akan

digunakan penilaian 1, 2, 3, 4 untuk SS (Sangat Sering), S (Sering), J (Jarang),

TP (Tidak Pernah).

Skala yang akan disajikan berisi empat puluh empat butir pernyataan,

item disusun berdasarkan indikator dari aspek.aspek stres kerja dan kemudian

dituangkan dalam bentuk item berskala guna mengukur tingkat stres kerja

yang dialami karyawan administrasi dan buruh kasar. Dari empat puluh empat

butir item, lima puluh persennya terdiri dari item dan lima puluh

persennya lagi terdiri dari item . Item.item adalah item.

item yang berisi pernyataan yang sifatnya mendukung pada objek sikap. Dan

item.item adalah item.item yang sifatnya kontra dengan objek

(33)

2. Kelayakan Skala Stres Kerja

a. Analisis Item

Pengukuran validitas dilakukan dengan analisis butir

menggunakan teknik uji reliabilitas dan sekaligus uji validitas

menggunakan atau lebih popular

(34)

tujuan untuk menguji apakah tiap item pernyataan benar.benar mampu

mengungkapkan variabel yang akan diukur atau konsistensi internal

tiap item alat ukur dalam mengukur semua faktor. Penghitungan ini

dilakukan dengan SPSS 13.00.

Sebagai kriteria pemilihan item berdasar pada korelasi item total

biasanya digunakan batasan rix ≥ 0,30 (Azwar, 1999). Item yang

memiliki koefisien korelasi minimal 0,30 diinterpretasikan sebagai

item yang memiliki daya diskriminasi tinggi dan dianggap

memuaskan, sedangkan item yang memiliki koefisien korelasi kurang

dari 0,30 diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya

diskriminasi rendah dan dianggap gugur.

b. Validitas

Validitas penelitian diukur menggunakan validitas isi dan

validitas tampang Validitas isi adalah validitas yang menunjukkan

kesesuaian antara alat ukur dengan tujuan penelitian, melalui isi materi

pada tiap.tiap item apakah sudah mewakili variabel yang akan diteliti

Uji validitas isi (Azwar, 1997) dilakukan oleh orang yang kompeten

pada bidang yang ingin diteliti dengan analisis rasional, atau dikenal

dengan istilah penilaian oleh ahlinya ).

Validitas tampang adalah penampilan alat tes yang dirasa mampu

(35)

c. Reliabilitas

Reliabilitas dari sebuah alat tes sangat penting, sehingga jika

suatu saat alat tes tersebut digunakan kembali sebagai alat ukur suatu

konstruk dapat menujukkan konsistensinya. Jenis cara yang

dipergunakan dalam mengukur reliabilitas alat tes ini adalah Alpha.

Cronbach (Azwar, 1997). Cara ini guna menentukan konsistensi

internal suatu tes dengan perhitungan statistik pada setiap item

soalnya.

F. PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini antara lain:

1. Membuat dari komponen stres kerja untuk kemudian dituangkan

menjadi item.item.

2. Menyebarkan kuesioner pada subjek yang telah ditentukan.

3. Melakukan uji validitas dan reliabilitas guna digunakan dalam uji coba

terlampir.

4. Melakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

5. Melakukan seleksi item gugur untuk selanjutnya dianalisis dengan uji.t.

G. METODE ANALISIS DATA 1 Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan dengan melakukan uji normalitas dan uji

(36)

kenormalan distribusi frekuensi sebaran. Uji homogenitas dilakukan untuk

melihat apakah subjek penelitian memiliki varian yang sama atau dapat

dikatakan subjek berasal dari populasi dengan varian yang sama (Triton,

2005). Pada akhirnya jika distribusi frekuensi sebaran normal dan subjek

homogen, asumsinya penelitian ini dapat dilanjutkan untuk dilakukan uji

hipotesis.

2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan SPSS 13.0. Untuk mengukur

perbedaan nilai rata.rata (mean) dari kelompok karyawan adminstrasi dan

buruh kasar, maka digunakan pengukuran signifikansi dengan independent

sample T.test. Dari hasilnya jika uji.t menunjukkan adanya perbedaan,

(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN PENELITIAN 1. Perijinan Penelitian

Perijinan untuk melaksanakan penelitian dikeluarkan oleh kampus

dengan nomor 20C/D/KP/Psi/USD/IV/2007 yang disahkan oleh Dekan

Fakultas Psikologi. Surat Ijin penelitian kemudian diberikan dengan nomor

073/PTKM/SDM.EXT/VII.13/2007 oleh perusahaan. Dan surat

keterangan telah melaksanakan penelitian dengan nomor

074/PTKM/SDM.EXT/VII.13/2007, sebagai bukti bahwa benar.benar

telah dilakukan penelitian.

2. Lokasi Penelitian

Semarang ditetapkan sebagai lokasi penelitian mengingat

Semarang tergolong sebagai kota Industri dan di sana banyak berdiri

perusahaan, sehingga masyarakatnya dapat digolongkan sebagai

masyarakat industri. Dan PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL

adalah perusahaan yang menjadi subjek penelitian di Semarang.

PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL adalah sebuah

perusahaan garmen yang berlokasi di Jl. Simongan no. 98, Semarang,

Jawa Tengah. Pada awal berdirinya di tahun 1975 perusahaan garmen ini

hanya memproduksi pakaian dalam, t.shirt, dan baju hangat dengan jumlah

(38)

ini mulai mengekspor produk mereka ke Amerika, Amerika Latin, Canada,

Eropa, Negara.negara timur tengah dan Kawasan Asia Pasifik. Dan kini

dengan 1170 orang karyawan dan enam ratus mesin garmen, perusahaan

dengan kapasiatas produksi tiga ratus ribu potong produk garmen per

bulan ini memegang lisensi untuk merek Nike, Esprit, Lerner New York,

SAG Harbour, Avenue, dll.

3. Penentuan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

teknik sampling purposif ( , yaitu suatu teknik

pemilihan sekelompok subyek berdasarkan ciri atau sifat tertentu yang

dipandang mempunyai kaitan dengan ciri atau sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya (Hadi, 2004).

4. Tahap Uji Coba

a. Pelaksanaan uji coba

Teknik uji coba terpakai digunakan dalam penelitian ini. Oleh

karena berbagai hal, yakni keterbatasan waktu, dan ijin yang diberikan

oleh perusahaan dengan persyaratan tidak mengganggu kegiatan

produksi, oleh karenanya penelitian hanya dilakukan sekali sehingga

cocok apabila menggunakan uji coba terpakai.

b. Hasil uji coba penelitian

Pada uji coba terlampir ini diperoleh reliabilitas pada 44 item

sebesar 0,917. Berdasarkan kaidah reliabilitas α = 0,8 . 1,00 tergolong

(39)

tingkat stres kerja didapatkan α= 0,917, dapat diartikan bahwa

instrumen penelitian yang dipergunakan ini sangat dapat dipercaya

(reliabel) dan sangat memiliki keandalan.

yang sekaligus menghitung reliabilitas atau keandalan tiap.tiap item

skala dan didapatkan sebanyak 11 item memiliki skor yang < 0,30

dianggap sebagai item yang gugur, maka diputuskan item yang lolos

seleksi item sebanyak 33 buah. Karena perubahan tersebut, maka

memicu perubahan reliabilitas menjadi α= 0,928. Hal itu berarti

reliabilitas setelah seleksi item lebih tinggi dibandingkan dengan

sebelumnya dan instrumen penelitian tersebut tetap sangat dipercaya

(reliabel) dan memiliki keandalan untuk mengukur tingkat stres kerja.

Tabel 3.

disajikan, tercatat sebelas item diantaranya dianggap gugur,

sehingga menyisakan tiga puluh tiga item yang akan digunakan

(40)

Uji validitas dalam penelitian ini adalah validitas isi, dimana

pengujian validitas ini dilakukan oleh Hal

ini dilakukan oleh dosen pembimbing dengan melihat kesesuaian

masing.masing item dengan aspek.aspek stres kerja yang hendak

(41)

adalah ada beberapa kalimat yang harus dibetulkan dan

beberapa item disesuaikan sesuai dengan aspek dan indikatornya.

3). Reliabilitas

Uji reliabilitas menggunakan metode Alpha.Cronbach

dengan SPSS 13.00, untuk melihat sejauh mana skala yang

diujicobakan terbukti reliabel atau tidak.

B. PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan selama bulan Juni 2007.

Skala yang disebar sebanyak 100 eksemplar, kembali dengan baik

seluruhnya sejumlah 100 eksemplar.

2. Pelaksanaan Skoring

Pelaksanaan skoring dilaksanakan setelah keseluruhan angket

kembali. Skoring diberikan sesuai dengan respon yang diberikan oleh

responden, dan sesuai dengan tipe item, apakah itu favorable ataukah

(42)

C. HASIL ANALISIS DATA PENELITIAN 1. Persiapan Analisis Data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah distribusi

frekuensi sebaran variabel bersifat normal atau tidak. Dari tabel di

bawah didapatkan nilai Kolmogorov Smirnov sebesar 0,968 dengan

probabilitas 0,305 (Asymp. Sig (2.tailed)). Karena p > 0,05 maka

diketahui bahwa data variabel stres kerja pada 100 responden adalah

normal, atau memenuhi persyaratan uji normalitas Kolmogorov.

Smirnov.

Uji homogenitas digunakan untuk menguji perbedaan rata.rata

variabel yang sifatnya independent. Dan metode ini juga berperan

sebagai langkah dasar yang wajib dilakukan sebelum melakukan

(43)

Pada output test homogenitas varian, angka signifikansi untuk

probabilitas dari based on mean sebesar 0,542, probabilitas dari based

on median sebesar 0,579, probabilitas dari based on median and with

adjusted df sebesar 0,579, dan probabilitas dari based on trimmed

mean 0,558. oleh karena keseluruhan probabilitas tersebut > 0,05,

maka dapat diketahui bahwa data hasil pengukuran tingkat stres kerja

memiliki varian yang homogen, atau dapat dikatakan bahwa data

penelitian berasal dari populasi dengan varian yang sama.

2. Deskripsi Data Penelitian

Tingkat Stres kerja pada buruh kasar dan karyawan administrasi

tampak dari tabel 7 di bawah ini, yaitu bahwa mean teoritik (68) lebih

besar daripada mean empirik (62,83). Dari data tersebut dapat diketahui

bahwa tingkat stres kerja pada buruh kasar dan karyawan adminstrasi pada

kenyataannya secara rata.rata lebih kecil dari rata.rata tingkat stres kerja

(44)

Tabel 7.

Hasil Analisis Deskriptif Stres Kerja Statistik Teoretik Empirik

N 100

kategori, yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat

rendah. Adapun kategori skor tingkat stres kerja dari buruh kasar dan

karyawan adminstrasi yang tampak pada tabel 8 berikut:

Tabel 8.

Norma Kategorisasi Skor Tingkat Stres Kerja

Kategori Skor

Dari hasil kategorisasi pada table 9, diketahui bahwa mean empirik

tingkat stres kerja pada karyawan administrasi dan buruh kasar secara

(45)

Tabel 9.

Kategorisasi Skor Tingkat Stres Kerja dan Deskripsi Subjek S u b j e k

Kategorisasi sangat tinggi terdiri dari enam subjek buruh kasar dan

nol subjek karyawan administrasi, pada kategorisasi ini buruh kasar

memiliki jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan

administrasi. Pada kategorisasi tinggi terdiri dari tiga subjek buruh kasar

dan empat subjek karyawan administrasi, pada kategorisasi ini karyawan

administrasi lebih tinggi jumlahnya dibandingkan dengan buruh kasar.

Buruh kasar lebih tinggi dalam jumlah pada kategori sedang, karena buruh

kasar yang tergolong dalam kategorisasi ini berjumlah dua puluh tujuh

orang, sedangkan karyawan administrasi hanya berjumlah enam belas

orang. Pada kategorisasi rendah karyawan administrasi lebih tinggi

jumlahnya dibandingkan dengan buruh kasar, karena jumlah karyawan

administrasi pada kategorisasi ini lebih tinggi sepuluh angka dibandingkan

dengan buruh kasar. Pada kategorisasi sangat rendah buruh kasar memiliki

(46)

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis penting dilakukan dalam pengambilan keputusan

apakah hipotesis itu diterima atau di tolak. Independent sample t.test

adalah pengujian menggunakan distribusi t terhadap signifikansi

perbedaan mean empirik dari buruh kasar dan karyawan administrasi.

Setelah diuji dengan uji homogenitas, maka didapati bahwa hasilnya kedua

kelompok populasi memiliki kesamaan varian. Selanjutnya didapatkan

nilai t dari sebesar 4,017 dan p (sig (2.

tailed)) sebesar 0,000. Oleh karena p < 0,05, maka hipotesis diterima atau

dapat dikatakan bahwa ada perbedaan mean yang signifikan antara kedua

populasi. Hasil dari pengukuran melalui independent sample t.tes tampak

pada tabel 10, sebagai berikut:

menggambarkan perbedaan antara buruh kasar dan karyawan administrasi

(47)

Jika dilihat dari rata.rata (mean), diketahui bahwa buruh memiliki

rata.rata sebesar 66,10, dan tergolong dalam kategori tingkat stres yang

sedang. Sedangkan karyawan memiliki rata.rata sebesar 55,76 dan

tergolong dalam kategori tingkat stres yang rendah.

D. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai t sebesar 4,017 dan p

sebesar 0,000, yang menggambarkan adanya perbedaan yang signifikan

mengenai tingkat stres yang terjadi antara buruh kasar dan karyawan

administrasi. Dan buruh kasar ternyata diketahui memiliki tingkat stres pada

kategori yang lebih tinggi dibandingkan karyawan administrasi, buruh kasar

berada pada kategori sedang dan karyawan administrasi berada pada kategori

rendah.

Kerja memiliki arti sejauh menghasilkan sesuatu (Anoraga, 1992),

akibatnya banyak orang bekerja secara terpaksa dan menganggapnya sebagai

beban hidup. Masih menurut Anoraga, orang.orang yang terlalu kaku akan

menjadi lebih buruk jika ia tidak bisa mengatasi stres kerja. Pada dasarnya

faktor yang berkaitan dengan stres adalah lingkungan dan manusia itu sendiri.

Buruh kasar pada dasarnya memiliki lingkungan yang kurang baik, jika

(48)

secara umum dapat digambarkan dari sisi intelektual bahwa karyawan

administrasi lebih baik daripada buruh kasar.

Smet (1994) mengemukakan bahwa tidak ada kriteria obyektif yang

dapat mengukur situasi yang penuh stres, karena setiap individu memberikan

respon yang berbeda terhadap stres. Buruh kasar dalam hal ini memberikan

respon yang positif terhadap stres, sehingga memiliki nilai rata.rata empirik

yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan adminstrasi.

Anoraga (1992) mengemukakan stres kerja sebagai suatu bentuk respon

individu baik secara fisik maupun mental dalam menghadapi perubahan di

lingkungan kerjanya. Tuntutan sebesar 300.000 produk garmen per bulan

menciptakan perubahan lingkungan kerja yang menuntut kecepatan, sehingga

buruh kasar yang dalam hal ini memiliki peranan paling besar dalam

merealisasikannya akan cenderung lebih rentan stres jika tidak dapat

menghadapi perubahan tersebut. Kendala dan tuntutan kerja sangat terkait

terhadap stres kerja (Robbins, 1996). Tuntutan yang besar terhadap buruh

kasar akan kinerjanya dan kendala keterbatasan waktu cenderung mendorong

terjadinya stres kerja di kalangan mereka.

Stres kerja didefinisikan sebagai suatu respon fisik dan emosi di mana

terjadi saat tuntutan kerja tidak sesuai dengan kemampuan, tenaga dan

kebutuhan pekerja (NIOSH, 1998). Rini (2002) yang mengemukakan

pengertian stres kerja yang hampir sama, dimana stres kerja didefinisikan

sebagai kondisi yang muncul di mana jika seseorang dihadapkan pada tuntutan

(49)

dialami oleh buruh kasar muncul pada kondisi di mana respon fisik dan emosi

yang terjadi saat tuntutan kerja yang berlebihan tidak sesuai dengan

kemampuan, tenaga dan kebutuhan yang dimiliki buruh kasar untuk

melaksanakan pekerjaannya.

Robbins (1996) mengemukakan bahwa lingkungan kerja juga menjadi

penyebab potensial terjadinya stres kerja, selain kendala dan tuntutan kerja di

atas. Ketidakpastian lingkungan, yang dalam hal ini lebih difokuskan pada

ketidakpastian teknologis, karena munculnya mesin.mesin baru dan

kurangnya keterampilan dan pengalaman buruh kasar menjadi hambatan untuk

bekerja secara maksimal. Inovasi teknologi merupakan ancaman bagi mereka

yang memiliki kesulitan dengan komputerisasi, sehingga potensial

mengakibatkan stres, sedangkan karyawan adminstrasi yang bekerja di

ruangan tertutup dan berpendingin udara memiliki lingkungan kerja yang

nyaman, sehingga kencenderungan terjadinya stres kerja lebih kecil

dibandingkan buruh kasar. Ditambahkan menurut Fraser (Anoraga, 1992),

bahwa stres kerja timbul saat ada perubahan keseimbangan antara manusia

dengan mesin dan manusia dengan lingkungan, karena kedua hal tersebut

adalah suatu sistem yang sifatnya interaksional. Fraser juga mengemukakan

bahwa ada dua macam pekerjaan yang memiliki kecenderungan potensial

terhadap stres, yaitu pekerjaan yang menuntut kekuatan fisik dan pekerjaan

yang menuntut keterampilan dan kemahiran. Buruh kasar identik dengan

pekerjaan yang menuntut kekuatan fisik, terlebih lagi buruh kasar pada

(50)

Berdasarkan hasil analisis deskriptif, maka hipotesis yang menyebutkan

bahwa ada perbedaan tingkat stres kerja antara buruh kasar dan karyawan

administrasi terbukti. Diperkuat dengan hasil nilai t

dari total item equal variances assumed sebesar 4,017 dan p (sig (2.tailed))

sebesar 0,000. Oleh karena p < 0,05, yang membuktikan bahwa hipotesis

diterima. Terlebih jika dilihat dari table 10, dengan rata.rata buruh sebesar

66,10 dan tergolong dalam kategori tingkat stres yang sedang. Sedangkan

karyawan memiliki rata.rata sebesar 55,76 dan tergolong dalam kategori

tingkat stres yang rendah. Dari pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa

penelitian ini telah berhasil mencapai tujuannya yaitu mengetahui perbedaan

(51)

karyawan administrasi. Buruh kasar memiliki rata.rata sebesar 66,10 dan

tergolong dalam kategori tingkat stres yang sedang, sedangkan karyawan

memiliki rata.rata sebesar 55,76 dan tergolong dalam kategori tingkat stres

yang rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa pekerjaan yang menuntut kekuatan

fisik dan keterampilan tertentu potensial terhadap terjadinya stres kerja. Stres

kerja yang dialami oleh buruh kasar lebih tinggi dibandingkan dengan

Hasil kesimpulan menunjukkan bahwa tingkat stres kerja pada buruh

kasar lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan administrasi. Berdasarkan

(52)

1. Kepada Pihak PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang:

Stres kerja merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap

kinerja, sehingga baik jika perusahaan memberikan perhatian dan

pelatihan yang baik kepada buruh kasar, karena stres kerja sangat potensial

mengganggu kinerja dan pada akhirnya mempengaruhi produktifitas

perusahaan.

2. Kepada Peneliti Selanjutnya

Peneliti menekankan bahwa perbedaan tingkat stres kerja antara

karyawan administrasi dan buruh kasar dipengaruhi oleh perbedaan jenis

pekerjaan, maka baik jika pada kesempatan selanjutnya penelitian

difokuskan pada subjek yang lain.

3. Kepada Subjek Penelitian

Subjek penelitian diharapkan dapat memperhatikan kesehatannya

dengan lebih baik cara mengatasi gangguan.gangguan yang dapat memicu

stres kerja pada dirinya sendiri, terutama bagi kaum buruh kasar yang

memiliki kecenderungan lebih tinggi dibandingkan karyawan administrasi.

4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini terbatas pada melihat tingkat stres kerja dari

perbedaan krakteritik pekerjaan, kiranya pada penelitian selanjutnya dapat

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji. (1992). . Jakarta: Rineka Cipta.

APA. (2001). .

Washington, DC: APA.

Azwar, Saifuddin. (2005). ! . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

... (1997). " # . Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Budi, Triton Prawira. (2006). ! !! $% & ' ( " ! .

Yogyakarta: Andi Offset.

Darmaputra, Eka. (2003). ) * + . Sinar Harapan,

diambil 22 Mei 2007, dari http://www.sinarharapan.co.id/ berita/0308/30/fea01.html.

Hadi, Sutrisno. (2004). ! , -. Yogyakarta: Andi.

Hardjana, Agus M. (1994). ! ' . / ! !

Robbins, Stephen P. (1996). 1 . New York: McGraw.Hill.

Smet, Bart. (1994). . Jakarta: Garsindo.

Soepomo, Iman. (1982). ) . Bandung: Djambatan.

Suharso., dan Ana Retnoningsih. (2005). + + * .

Semarang: CV. Widya Karya.

Gambar

Gambar 1.
Penyebaran Item Tabel 1. ������������
Penyebaran Item Tabel 4. ��������������������������������
Tabel 7. Hasil Analisis Deskriptif
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penghasilan meliputi pendapatan (revenue) dan keuntungan (gains). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas BLU PT yang biasa seperti

Bentuk tulisan yang muncul dalam kaligrafi pada makam-makam masa Aceh Darussalam dapat dikategorikan atas 5 jenis yaitu tulisan: Naskhi , Thuluth (terdiri dari dua tipe:

PENGARUH LATIHAN RELAKSASI DISERTAI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN1. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Apabila Saudara membutuhkan keterangan dan penjelasan lebih lanjut, dapat menghubungi kami sesuai alamat tersebut di atas sampai dengan batas akhir pemasukan Dokumen

DITA ANASTASIA SARAH ZURENAHUSLA : Pembuatan Arang Aktif dengan Bahan Baku Limbah Teh sebagai Peningkat Kualitas Fisik Air, dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan SAIPUL BAHRI

Lampu lalu lintas adalah suatu rangkaian peralatan elektronika yang digunakan untuk mengatur lalu lintas di jalan raya. Outputnya berupa led merah, kuning

[r]