ANALISIS PENGOBATAN ANTIINFLAMASI NON STEROID PADA GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG)
DENGAN FORMULA MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE (MDRD) DI RUMAH SAKIT SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA
PERIODE 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Dita Maria Virginia NIM : 078114116
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
ANALISIS PENGOBATAN ANTIINFLAMASI NON STEROID PADA GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG)
DENGAN FORMULA MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE (MDRD) DI RUMAH SAKIT SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA
PERIODE 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Dita Maria Virginia NIM : 078114116
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iii
ANALISIS PENGOBATAN ANTIINFLAMASI NON STEROID PADA GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG)
DENGAN FORMULA MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE (MDRD) DI RUMAH SAKIT SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA
PERIODE 2009
Skripsi yang diajukan oleh : Dita Maria Virginia
NIM : 078114116
telah disetujui oleh
v
On any journey toward achieving your goals, it is
natural to expect that some difficulties or barriers
will present themselves for you to overcome.
If life were any other way then success would be too
easy.
(Dr. Keith Johnson, The Coach Confidence)
Kupersembahkan karya ini bagi
Tuhan Yesus ku
Papa dan Mama serta adik-adikku tercinta
Sahabat-sahabatku tersayang
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Dita Maria Virginia
Nomor mahasiswa : 078114116
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS PENGOBATAN ANTIINFLAMASI NON STEROID PADA GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG)
DENGAN FORMULA MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE (MDRD) DI RUMAH SAKIT SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA
PERIODE 2009
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 22 januari 2011 Yang Menyatakan
vii PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan kasih karunia yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pengobatan
Antiinflamasi Non Steroid Pada Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Dengan Formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) Di Rumah Sakit Se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009” dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
pada Fakultas Farmasi, Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung baik
berupa moral, materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis menghaturkan banyak
terima kasih kepada :
1. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di RS Panti Rapih.
2. Direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di RS Bethesda.
3. Direktur Rumah Sakit Kota Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di RS Kota Yogyakarta.
4. Direktur Rumah Sakit Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di RS Bethesda Lempuyangwangi.
5. Seluruh Apoteker, praktisi laboratorium, dan petugas rekam medis di RS Panti
viii
Bethesda Lempuyangwangi, yang telah membantu selama proses pengambilan
data.
6. Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini, dan telah
memberikan saran serta dukungan selama penyusunan skripsi ini.
7. dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan memberikan arahan, saran, kritikan serta dukungan kepada
penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi.
8. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing proyek payung
serta penguji yang dengan sabar membimbing dan memberikan arahan, saran,
kritikan serta dukungan kepada penulis selama proses penelitian skripsi.
9. Yosef Wijoyo, M. Si., Apt. selaku penguji yang memberikan saran dan kritikan
serta dukungan kepada penulis dalam proses menyempurnakan naskah skripsi.
10.Papa dan mama tersayang atas kasih sayang, doa, dukungan semangat, pengertian
serta bantuan finansial hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
11.Adik-adikku yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan hingga
terselesaikannya skripsi.
12.Felix Manuel yang selalu memberikan doa, dorongan, serta banyak bantuan
kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
13.Teman-teman kelompok payung, yaitu Frissa, Oliph, Sano, Tika, Mayan, Bimo,
Nila, dan Toi yang telah saling menguatkan, memberikan semangat dan bantuan
kepada peneliti serta bersama-sama menjalani suka dan duka selama menjalankan
ix
14.Sahabatku Susi dan Devi yang telah memberikan dorongan semangat dan banyak
membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
15.Teman-teman kelas FKK B 2007, terima kasih atas kebersamaannya dan
pengalaman yang tak terlupakan selama menjalani kuliah dan praktikum serta
dorongan semangat yang telah diberikan kepada peneliti selama penyusunan
skripsi ini.
16.Teman-teman dari angkatan 2004-2010 yang penulis kenal yang telah
memberikan perhatian dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan naskah.
17.Dan seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu disini, baik secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini
dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi yang membutuhkan.
x
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 8 Desember 2010
Penulis
xii
2. Tujuan Khusus...
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………... A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal Normal...
B. Geriatri... C. Perubahan Sistem Ginjal pada Geriatri... D. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) ...
E. Obat Antiinflamasi Non Steroid (AINS) ... F. Efek Obat Antiinflamasi Non Steroid Terhadap Penurunan
Fungsi Ginjal... G. Keterangan Empiris... BAB III METODE PENELITIAN...
A. Jenis dan Rancangan Penelitian... B. Variabel dan Definisi Operasional...
C. Subjek Penelitian... D. Bahan Penelitian... E. Tata Cara Penelitian...
1. Analisis Situasi... 2. Pengambilan Data...
3. Pengolahan Data... F. Tata Cara Analisis Hasil... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...
A. Profil Pasien Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus... B. Penyesuaian Obat Antiinflamasi Non Steroid (AINS) ...
xiii
C. Perlakuan dalam Terapi Obat AINS...
D. Jenis Obat AINS yang Tidak Sesuai Dosis... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...
A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA...
LAMPIRAN... BIOGRAFI PENULIS...
32
35 39
39 39 41
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG….. Tabel II. Contoh dan Regimen Dosis Obat AINS Menurut Drug
Information Handbook………. Tabel III. Persentase Nilai LFG Pasien Geriatri Berdasarkan Formula
MDRD yang Menggunakan Obat AINS di Empat Sampel Rumah Sakit di Kotamadya Yogyakarta Periode
2009………... Tabel IV. Persentase Perlakuan Peresepan Terapi Obat AINS Pada
Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit di
Yogyakarta Periode 2009………... Tabel V. Persentase Tiap Jenis Obat AINS yang Tidak Sesuai Dosis
Pada Peresepan Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit Yogyakarta Periode 2009……...……….. Tabel VI. Penyesuaian Regimen Dosis Pemberian Obat AINS di
Empat Sampel Rumah Sakit di Kotamadya Yogyakarta Periode 2009………...………...…
12
14
27
34
36
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Fungsional Nefron...
Gambar 2. Persentase Nilai LFG Pasien Geriatri Berdasarkan Formula MDRD yang Menggunakan Obat AINS se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009...
Gambar 3. Persentase Nilai LFG Pada Pasien Geriatri se-Kotamadya Yogyakarta yang Memperoleh Obat AINS Pada Tahun
2009 Terkait Jenis Kelamin... Gambar 4. Peran Prostaglandin Pada Ginjal... Gambar 5. Persentase Peresepan Pasien Geriatri yang Memerlukan
Penyesuaian Dosis dengan Penggunaan Obat AINS di Empat Sampel Rumah Sakit di Kotamadya Yogyakarta
Periode 2009... Gambar 6. Persentase Peresepan Pasien Geriatri yang Memerlukan
Penyesuaian Dosis dengan Penggunaan Obat AINS
se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009……... Gambar 7. Persentase Perlakuan Peresepan Terapi Obat AINS Pada
Pasien Geriatri se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009... Gambar 8. Persentase Tiap Jenis Obat AINS yang Tidak Sesuai
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Penyesuaian Dosis Obat Antiinflamasi Non
Steroid Menurut Drug Information Handbook... Lampiran 2. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Panti Rapih... Lampiran 3. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Bethesda...
Lampiran 4. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Kota Yogyakarta.... Lampiran 5. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Bethesda
Lempuyangwangi... Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Dinas Kota Yogyakarta... Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta………... Lampiran 8. Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta………... Lampiran 9. Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Kota Yogyakarta... Lampiran 10. Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Bethesda
xvii INTISARI
Pasien geriatri umumnya telah mengalami penurunan fungsi ginjal dimana hal ini dapat dinilai dari Laju Filtrasi Glomerulus (LFG). Nilai LFG dapat dihitung dengan menggunakan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD). Penurunan fungsi ginjal akan menimbulkan penyakit ginjal kronis bila dipacu dengan ketidaksesuaian terapi obat Antiinflamasi Non Steroid (AINS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan obat AINS pada pasien geriatri berdasarkan LFG menurut formula MDRD di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif evaluatif dengan desain cross sectional yang bersifat retrospektif dengan menggunakan 357 data pasien dan 487 kasus peresepan. Tata cara analisis hasil dengan membahas data kualitatif yang diperoleh dalam bentuk uraian serta bentuk tabel dan atau gambar diagram.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa pasien geriatri se-Kotamadya Yogyakarta tahun 2009 memiliki persentase nilai LFG paling besar (43%) pada tahap II (terjadi sedikit penurunan fungsi ginjal) , sebesar 41% kasus peresepan memerlukan penyesuaian dosis obat AINS, dan persentase kasus peresepan obat AINS yang tidak sesuai dosis sebesar 30%. Hasil ini merekomendasikan perlu adanya perhatian khusus dalam pelaksanaan terapi obat AINS pada pasien geriatri dengan penurunan fungsi ginjal.
xviii ABSTRACT
Geriatric generally get reduction of renal function and it can be marked from Glomerular Filtration Rate (GFR). Glomerular Filtration Rate could be calculated with Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) formulation. The reduction of renal function can induce chronic kidney disease with unappropriate dose of Non Steroidal Anti Inflammation Drugs (NSAIDs) therapy. The aim of this study is to know the NSAIDs usage on geriatric based on GFR with MDRD formulation in Yogyakarta municipality’s hospitals on 2009.
This research is observational descriptive evaluative study with cross sectional and retrospective design. This study used 357 patient’s data and 487 prescription case. Qualitative data that we got will be discussed on description, table, and diagram.
The result describe that most geriatric (43%) in Yogyakarta municipality’s hospitals on 2009 have GFR value on stage II (slightly decrease on renal function), 41% prescription case need of compliance NSAIDs dose, and percentage of NSAIDs prescription with unappropriate dose is 30%. This result recommended that we need specific care of NSAIDs therapy on geriatric with reduction of renal function
1 BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Renal merupakan salah satu organ yang memiliki peran penting dalam tubuh kita dimana organ tersebut berfungsi dalam suatu sistem eliminasi yang
berupa pembuangan racun dan sisa metabolisme dalam darah serta kelebihan cairan yang terdapat dalam tubuh. Penurunan fungsi ginjal merupakan tanda awal
dari penyakit ginjal kronis sampai gagal ginjal tahap akhir, sehingga perlu adanya deteksi dini mengenai penurunan fungsi ginjal (McClellan and Young, 2009).
Prevalensi penyakit ginjal kronik semakin meningkat di negara
berkembang, terutama di negara beriklim tropis. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan, gen, serta kualitas pelayanan kesehatan (Feest, 2007).
Indonesia merupakan salah satu negara yang berisiko mengalami peningkatan prevalensi tersebut karena Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan merupakan salah satu negara berkembang.
Kreatinin serum merupakan salah satu parameter fungsi ginjal. Akan tetapi, nilai kreatinin serum tidak dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit
ginjal pada tahap ringan hingga moderat (Johnson, 2005). Nilai kreatinin serum juga tidak sensitif apabila diterapkan pada pasien geriatri. Hal ini karena produksi kreatinin serum tergantung dari massa otot total, sedangkan pada geriatri telah
2
juga mengalami penurunan massa nefron disertai timbulnya sklerosis (Roderic,
2007).
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) merupakan parameter terbaik untuk
mengukur fungsi ginjal dan mengetahui seberapa parah penurunan fungsi ginjal (Dipiro et al., 2008). Perhitungan LFG tidak memerlukan banyak tes. Perhitungan LFG dengan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) hanya membutuhkan data kreatinin serum, umur, suku bangsa, dan jenis kelamin (Johnson, 2005). Akan tetapi formula MDRD kurang akurat dalam estimasi nilai
LFG pada pasien obesitas (Verhave, 2005).
Pasien geriatri merupakan kelompok pasien yang berusia 60 tahun ke atas (Walker and Edward, 2003) yang membutuhkan perhatian lebih dalam proses
perawatan dan pengobatan. Hal ini disebabkan pasien geriatri memiliki sensitivitas yang lebih tinggi pada berbagai bentuk aksi obat dalam hal interaksi
farmakodinamika obat dengan reseptornya (Katzung, 2004). Pasien geriatri umumnya juga telah mengalami pengurangan fungsi organ ginjal dibandingkan dengan pasien dewasa (Olyaei and Bennett, 2009), dimana penurunan fungsi
ginjal pada geriatri akan mempengaruhi farmakodinamik dan farmakokinetik obat (Shargel, 2005).
Schulz, et al. (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa pasien geriatri yang telah berumur 65 tahun ke atas mengalami penurunan fungsi ginjal dengan nilai LFG kurang dari 60 ml/min/1,73 m2. Prevalensinya sebesar 43% saat
dikonsumsinya. Dalam hal ini farmasis hendaknya bertanggungjawab membantu
pasien geriatri dalam menyesuaikan dosis obat yang dikonsumsi terkait dengan kondisi renalnya yang telah mengalami penurunan LFG.
Obat antiinflamasi non steroid (AINS) merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan oleh pasien geriatri. Hal ini terkait banyaknya pasien geriatri yang mengalami osteoarthritis dan AINS merupakan terapi yang
seringkali digunakan sebagai terapi osteoarthritis AINS juga banyak digunakan pasien geriatri dalam berbagai kasus lain seperti analgesik. Kasus terapi AINS
yang terbaru lebih mengarah pada kemungkinan terjadinya kerusakan ginjal kronik yang bersifat ireversibel, dimana AINS diduga lebih cepat terakumulasi terutama pada pasien geriatri dan pasien yang telah mengalami penurunan fungsi
ginjal (Katzung, 2004). Maka ada kemungkinan pasien geriatri dan pasien yang telah mengalami penurunan fungsi ginjal memiliki risiko lebih besar mengalami
gagal ginjal kronik.
Obat AINS dapat meningkatkan risiko penurunan fungsi ginjal yang signifikan dimana dalam penelitian disebutkan 0,47% sampel pasien yang
rata-rata berumur 78 tahun (870 pasien dari 183.446 pasien) terindikasi mengalami gagal ginjal akut (Winkelmayer, Waikar, Mogun, and Salomon, 2008). Penelitian
di Belgia menyebutkan bahwa obat AINS menyumbang 20-35% terjadinya penurunan fungsi ginjal berat (Hilde, Johan, Andre, Philippe, and Gert, 2008).
4
mempunyai nilai LFG yang normal pula. Hal ini menyebabkan banyaknya pasien
geriatri yang terlambat terdeteksi bahwa mereka sebenarnya telah mengalami penurunan fungsi ginjal. Terapi AINS dengan dosis tidak sesuai pada pasien
geriatri yang belum diketahui telah mengalami penurunan LFG akan semakin memperparah keadaannya dan meningkatkan risiko chronic kidney disease (CKD).
Adapun pemilihan Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta karena penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara jelas dan
menyeluruh mengenai apakah terjadi ketidaksesuaian pengobatan AINS pada pasien geriatri dengan kondisi telah mengalami penurunan LFG di daerah kotamadya Yogyakarta, karena ketidaksesuaian pengobatan ini dapat
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ginjal sampai kerusakan ginjal kronik.
1. Permasalahan
a) Bagaimana profil nilai LFG pasien geriatri menggunakan obat AINS berdasarkan formula MDRD di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009?
b) Berapa persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG berdasarkan formula MDRD serta memerlukan
penyesuaian dosis dalam pengobatan AINS di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009?
c) Berapa persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami
pengobatan AINS yang tidak sesuai di rumah sakit se-Kotamadya
Yogyakarta periode 2009?
2. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pengobatan obat Antiinflamasi Non Steroid terhadap penurunan laju filtrasi glomerulus yang pernah dilakukan, antara lain:
1. Non Steroidal Anti Inflammatory Drug Use and Progression of Chronic Kidney Disease, dengan hasil penggunaan AINS akan menyebabkan terjadinya akumulasi dan peningkatan penyakit ginjal kronik pada geriatri (Gooch et al., 2007).
2. Renal Effect of NSAID Non Selective and Coxib, dengan hasil prevalensi terapi AINS yang menimbulkan toksisitas pada renal rendah, akan tetapi hasil ini cukup tinggi pada pasien geriatri (Weir, 2008).
3. Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs Prescribing in Chronic Kidney Disease: An Observational Study, sebesar 20,2% pasien yang mengkonsumsi NSAIDs tidak terdeteksi terjadinya penyakit ginjal kronis dalam kurun waktu
penelitian (Bhopal et al., 2010).
6
5. Efek Samping Obat Antiinflamasi Non Steroid, dengan hasil AINS dapat
menimbulkan efek samping berupa gangguan ginjal sehingga perlu adanya pengawasan dari tenaga medis (Nasutlon, 1992).
Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, penelitian mengenai “Analisis Pengobatan Antiinflamasi Non Steroid Pada Geriatri berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus dengan Formula Modification of Diet in Renal Disease di Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009” belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai analisis pengobatan AINS pada geriatri berdasarkan LFG yang
dihitung dengan formulaMDRD dalam pengambilan keputusan oleh farmasis dan tenaga kesehatan lain dalam mempraktekkan pelayanan kesehatan
sehingga dapat mencegah terjadinya pengobatan AINS yang tidak sesuai.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Mengetahui penggunaan obat antiinflamasi non steroid (AINS) pada
2. Tujuan khusus
a) Mengetahui profil nilai LFG pasien geriatri yang menggunakan obat AINS berdasarkan formula MDRD di rumah sakit se-Kotamadya
Yogyakarta periode 2009.
b) Mengetahui persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG berdasarkan formula MDRD serta
memerlukan penyesuaian dosis dalam pengobatan AINS di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009.
c) Mengetahui persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG berdasarkan formula MDRD serta mendapatkan pengobatan AINS yang tidak sesuai di rumah sakit
8 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal Normal
Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak di pinggang sedikit lebih bawah dari tulang rusuk bagian belakang dengan panjang sekitar 7 cm dan tebal
sekitar 3 cm yang terbungkus dalam kapsul terbuka ke bawah. Daerah antara ginjal dan kapsul terdapat lemak yang berfungsi membantu melindungi ginjal dari
goncangan (Wibowo, 2005).
Ginjal memiliki banyak fungsi penting dalam tubuh, antara lain untuk mengekskresikan produk sisa metabolisme tubuh dari aliran darah, apabila ginjal
tidak mengekskresikan zat tersebut, zat itu akan kembali masuk dalam aliran darah dan dapat menimbulkan toksisitas bagi tubuh. Ginjal juga berfungsi dalam
mengontrol sekresi tiga hormon penting, yaitu erytropoietin (EPO) yang berperan dalam pembentukan sel darah merah, renin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah, dan calcitrol (bentuk aktif vitamin D) yang membantu keseimbangan kimia dalam tubuh serta memelihara kadar kalsium dalam tulang (McClellan and Young, 2009).
Ginjal memiliki satuan unit fungsional yaitu nefron, kurang lebih terdapat 1.000.000 nefron dalam setiap ginjal. Setiap nefron terdiri dari berkas kapiler (glomerulus atau badan Malpighi), tubulus proksimal, tubulus distal, dan
Gambar 1. Struktur Fungsional Nefron
(Dipiro, et al., 2008) 1. Glomerulus
a) Filtrasi glomerulus
Pori membran glomerulus akan menghalangi masuknya partikel dengan
ukuran lebih dari 7 nanometer contohnya protein plasma (Setiadi, 2007). b) Laju filtrasi glomerulus (LFG)
Laju filtrasi glomerulus merupakan jumlah filtrat yang terbentuk setiap menit dalam semua nefron pada kedua ginjal. Tekanan dalam kapiler glomerulus akan menyebabkan filtrasi cairan melalui membran kapiler ke
dalam kapsul bowman (Setiadi, 2007). 2. Tubulus
Dalam tubulus terjadi reabsorbsi dan sekresi secara selektif oleh epitel tubulus, kemudian cairan yang dihasilkan akan memasuki pelvis ginjal dan dieskresikan sebagai urin. Mekanisme dasar absorbsi dan sekresi dalam
10
B. Geriatri
Pembagian terhadap populasi berdasarkan usia meliputi tiga tingkatan (menurut WHO), yaitu :
a) Lansia (elderly) dengan kisaran umur 60-75 tahun, b) Tua (old) dengan kisaran umur 75-90 tahun,
c) Sangat tua (very old) dengan kisaran umur > dari 90 tahun
(Walker and Edward, 2003) Pasien geriatri (elderly) merupakan pasien dengan karakteristik khusus karena terjadinya penurunan massa dan fungsi sel, jaringan, serta organ. Hal ini menimbulkan perlu adanya perubahan gaya hidup, perbaikan kesehatan, serta pemantauan pengobatan baik dari segi dosis maupun efek samping yang mungkin
ditimbulkan (David, 2010).
Kimble, et al. (2008) menyatakan bahwa geriatri juga telah mengalami perubahan dalam hal farmakokinetik dan farmakodinamik obat. Perubahan farmakokinetik yang terjadi karena adanya penurunan kemampuan absorbsi yang disebabkan oleh perubahan dari saluran gastrointestinal, perubahan distribusi
terkait dengan penurunan cardiac output dan ikatan protein-obat, perubahan metabolism karena penurunan fungsi hati dan atau ginjal, serta penurunan laju
ekskresi karena terjadinya penurunan fungsi ginjal.
C. Perubahan Sistem Ginjal pada Geriatri
berumur 50 tahun ke atas akan mengalami penurunan jumlah nefron secara
progresif sampai 1.000.000 serta hampir 35% nefron ginjal akan mengalami sklerosis (Olyaei and Bennett, 2009). Kondisi ginjal pada geriatri juga akan
diperparah dengan penyakit yang umumnya diderita oleh para geriatri, antara lain hipertensi, diabetes, dan atau hiperlipidemia (Rockwood, 2010).
Pasien berusia 60 tahun ke atas akan mengalami penyempitan pembuluh
darah yang menyuplai darah ke organ ginjal. Umumnya penyempitan yang terjadi akan terlambat deteksinya. Kadangkala beberapa pembuluh darah akan tersumbat
sehingga menimbulnya terjadinya hipertensi, penyakit ginjal progresif, ataupun keduanya (Cohen, 2005).
D. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah jumlah darah yang terfiltrasi
melului glomerulus dalam tiap menit dan seringkali digunakan sebagai indeks terbaik dalam pengukuran fungsi ginjal pada orang sehat maupun sakit. Nilai LFG tergantung dari jenis kelamin, umur, dan luas permukaan tubuh. Nilai LFG pada
individu dewasa mendekati 120-130 mL/min/1,73 m2
Regulasi aliran darah dan kecepatan filtrasi glomerulus secara umum
diatur melalui resistensi vaskular dan secara khusus dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor autoregulasi (respon miogenik dan tubulo-glomerular
dan akan menurun seiring dengan meningkatnya usia. Penurunan LFG merupakan tanda awal dari gagal
12
feedback), faktor neural yang terkait dengan aktivitas saraf simpatis, dan faktor hormonal. Sistem renin angiotensin, prostaglandin, dan kinin merupakan hormon yang berperan besar dalam hemodinamika dan filtrasi pada ginjal (Ackermann,
2002).
Tabel I. Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG
Tahap LFG
II 60-89 Fungsi renal sedikit menurun
(CKD tahap II tidak dapat didiagnosa dari LFG saja tapi juga membutuhkan
IIIa 45-59 Fungsi renal menurun dalam tahap moderat, dengan atau tanpa tanda kerusakan ginjal lainnya
Observasi dan mengkontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular IIIb 30-44 Fungsi renal menurun
dalam tahap moderat, dengan atau tanpa tanda kerusakan ginjal lainnya
Observasi dan mengkontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular IV 15-29 Penurunan fungsi renal
yang berat
Memikirkan rencana untuk mengatasi gagal ginjal tahap akhir
V <15 Gagal ginjal tahap akhir Transplantasi atau dialysis
Salah satu formula yang dapat digunakan untuk estimasi nilai LFG yaitu
Modification of Diet in Renal Disease (MDRD). Formula MDRD kurang tepat bila digunakan untuk estimasi nilai LFG pada pasien yang berumur kurang dari 18
tahun dan atau obesitas. Adapun formula MDRD adalah sebagai berikut: LFG (mL/min/1,73 m2) = 186 x (Scr)-1,154 x (umur)-0,203
E. Obat Antiinflamasi Non Steroid (AINS) x (0,742 jika
wanita) x (1,212 bila African-American) (SI units) (Knott, 2010)
Obat AINS merupakan obat yang memiliki efek analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi (Santoso, 2008). Obat AINS memiliki mekanisme kerja dengan
menghambat enzim siklooksigenase sehingga akan mencegah terbentuknya prostaglandin. Prostaglandin merupakan mediator inflamasi, nyeri, mendukung
proses pembekuan darah oleh platelet, proteksi lambung dari suasana asam dan senyawa vasodilator alami bagi ginjal. Penghambatan pembentukan prostaglandin oleh obat AINS akan mencegah terjadinya inflamasi tetapi juga akan
menimbulkan efek samping pada lambung, ginjal, serta sistem kardiovaskular (DeMaria, 2010).
Penggunaan istilah “non steroid” pada obat AINS untuk membedakan golongan ini dari antiinflamasi golongan steroid, yang mempunyai peran eikosanoid hampir sama yaitu efek depresi dan antiinflamasi (Santoso, 2008).
14
melalui proses oksidasi dan konjugasi sehingga menjadi zat metabolit yang tidak
aktif, dan dikeluarkan melalui urin atau cairan empedu (Rossi, 2006).
Tabel II. Contoh dan Regimen Dosis Obat AINS Menurut Drug Information Handbook
AINS Dosis pasien normal Dosis pasien gangguan ginjal
Diklofenak Osteoarthritis:
100-150mg/hari terbagi dalam 2-3 kali minum
Tidak direkomendasikan pada pasien yang mengalami penyakit ginjal tahap lanjut Naproxen Nyeri: maksimal 1250
mg/hari
Tidak direkomendasikan pada pasien dengan kliren kreatinin < 30 ml/menit/1,73 m2
Asam mefenamat
Awalnya 500 mg lalu 250 mg tiap 4 jam bila perlu,
pemakaian maksimal 1 minggu
Tidak direkomendasikan
Piroxicam 10-20 mg/hari Tidak direkomendasikan pada pasien yang mengalami penyakit ginjal tahap lanjut Meloxicam Awal 7,5mg/hari, dosis
maksimal 15 mg/hari
Tidak direkomendasikan pada pasien dengan kliren kreatinin < 15 ml/menit
Celecoxib Nyeri akut: bila perlu 200 mg 2 kali sehari
Tidak direkomendasikan untuk pasien dengan disfungsi ginjal akut
Ketorolac Pemberian oral tidak lebih dari 40 mg/hari, pemberian i.v maksimal 120 mg/hari
Kontraindikasi pada pasien dengan advanced renal impairment. Pasien dengan kenaikan ClCr sedang menggunakan ½ dosis anjuran. Pemberian i.v/i.m tidak boleh lebih dari 60 mg/hari
Ketoprofen Reumatoid
arthritis/osteoasrthritis: 50 mg 4 kali sehari atau 75 mg 3 kali sehari dengan dosis maksimal 300 mg/hari
Dosis maksimal mild impairment sebesar 150 mg/hari, dosis maksimal untuk ClCr kurang dari 25 ml/min/1,73m2 sebesar 100 mg/hari, ClCr kurang dari 15 ml/min/1,73m2 tidak
direkomendasikan
F. Efek Obat Antiinflamasi Non Steroid terhadap Penurunan Fungsi Ginjal Obat AINS bertindak sebagai COX inhibitor dimana enzim COX ikut terlibat dalam pembentukan prostaglandin (PG) dan PG berperan dalam
meningkatkan aliran darah renal dan laju filtrasi glomerulus (Lee, 2006).
Penggunaan AINS menimbulkan 2 bentuk penurunan fungsi ginjal yaitu dalam hal hemodinamika ginjal dan nefritis interstitial. Efek samping AINS yang
mempengaruhi hemodinamika ginjal yaitu dengan terhambatnya sintesis PG dimana hal itu akan menimbulkan vasokonstriksi renal dan menurunkan aliran
darah renal sehingga dapat menimbulkan penurunan fungsi ginjal. Mekanisme penurunan fungsi ginjal pada nefritis interstitial yang disebabkan AINS belum diketahui secara pasti, tetapi suatu postulat mengemukakan bahwa AINS dapat
menimbulkan nefritis intersitial (Siegel, 2007).
Suatu postulat menyatakan bahwa obat AINS juga menyebabkan
terjadinya nefritis interstitial pada pasien tertentu yang memiliki abnormalitas fungsi limfosit atau dengan limfosit yang sensitif terhadap penghambatan prostaglandin. Pada kondisi normal makrofag akan mensintesis prostaglandin saat
terdapat antigen, prostaglandin akan menghambat limfosit untuk memproduksi limfokin sehingga mengurangi respon inflamasi kronis karena adanya antigen.
Pemberian obat AINS akan mencegah sintesis prostaglandin oleh makrofag sehingga proliferasi limfosit dan produksi limfokin tidak terdeteksi. Limfokin dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh terhadap protein sehingga
16
G. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran serta membandingkan evaluasi peresepan obat AINS pada pasien geriatri yang telah
17 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai Analisis Pengobatan Antiinflamasi Non Steroid pada Geriatri berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus dengan Formula Modification of Diet in Renal Disease di Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009 merupakan jenis penelitian observasionaldeskriptif evaluatif dengan desain cross sectional yang bersifat retrospektif.
Penelitian observasional merupakan penelitian dengan menggunakan teknik pendekatan guna mendapatkan data primer dengan cara langsung
mengamati objek datanya (Jogiyanto, 2008). Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena tujuan penelitian yaitu memberikan gambaran dan evaluasi
mengenaipenggunaan obat AINS pada pasien geriatri berdasarkan LFG menurut formula MDRD. Penelitian cross sectional merupakan penelitian yang mempelajari hubungan faktor risiko dengan efek dengan cara observasi pada suatu
waktu dan langsung mengukur karakter subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2002).
Penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu, yaitu pada lembar rekam medis pasien di Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta
18
B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel utama
a) Varibel bebas: LFG yang diperoleh
Merupakan nilai yang diperoleh dengan menggunakan formula MDRD. b) Variabel tergantung : penyesuaian dosis AINS
Merupakan akibat dari penurunan nilai perhitungan LFG.
2. Variabel terkendali a) Umur
b) Jenis kelamin c) Suku bangsa 3. Variabel tak terkendali
a) Berat badan b) Penyakit penyerta
4. Pasien geriatri adalah pasien berusia 60 tahun keatas (Walker and Edward, 2003) dimana pada rekam medis tercantum data laboratorium kreatinin serum serta pasien yang telah menerima terapi obat AINS.
5. Karakteristik pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG adalah pasien yang tidak terdeteksi mengalami penurunan LFG, tidak terdiagnosa gagal
6. Nilai LFG dihitung dengan formula MDRD. Formula MDRD membutuhkan
beberapa data pasien meliputi kreatinin serum, umur, suku bangsa, dan jenis kelamin, dan formula MDRD dalam menghitung LFG adalah sebagai berikut:
LFG (mL/min/1,73 m2) = 186 x (Scr)-1,154 x (umur)-0,203
7. Rumah sakit yang akan diambil sebagai sampel adalah Rumah Sakit Umum Daerah Wirobrajan, Rumah Sakit Panti Rapih, Rumah Sakit Bethesda, dan
Rumah Sakit Bethesda Lempuyangwangi. Alasan pemilihan tersebut karena keempat rumah sakit tersebut memiliki Bed Occupation Rate (BOR) lebih dari 50 serta memiliki kunjungan rawat inap pasien geriatri yang cukup banyak
sehingga dirasa mampu mewakili seluruh rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta dalam pengambilan sampel.
x (0,742 jika wanita) x (1,212 bila African-American) (SI units)
(Knott, 2010)
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pasien geriatri yang telah mengalami
pemeriksaan laboratorium nilai kreatinin serum di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009, kemudian diambil sesuai kriteria inklusi yaitu pasien
20
Penentuan ukuran sampel subjek penelitian tiap rumah sakit dihitung
dengan menggunakan rumus Slovin dengan taraf kepercayaan 95% (d=0,05) dan dengan minimal pengambilan sampel sebanyak 200 pasien. Adapun rumus slovin
adalah sebagai berikut:
Perhitungan pengambilan sampel dari tiap rumah sakit adalah sebagai berikut: 1. Rumah Sakit Panti Rapih dengan populasi 2749 pasien. Perhitungan
pengambilan sampel dengan rumus Slovin:
n = N/N.d2 + 1 n = 2749/2749.(0,05)2
2. Rumah Sakit Bethesda dengan populasi 2061 pasien. Perhitungan pengambilan sampel dengan rumus Slovin:
+ 1 n = 349,19 dibulatkan 349
Maka jumlah seluruh sampel yang diambil pada RS Panti Rapih sebanyak 349 pasien dimana sampel untuk terapi AINS sebanyak 123 pasien.
n = N/N.d2 + 1
Maka jumlah seluruh sampel yang diambil pada RS Bethesda sebanyak 335
pasien dimana sampel untuk terapi AINS sebanyak 170 pasien.
3. Rumah Sakit Kota Yogyakarta dengan populasi 355 pasien. Perhitungan
pengambilan sampel dengan rumus Slovin: n = N/N.d2 + 1
n = 355/355.(0,05)2
4. Rumah Sakit Lempuyangwangi diambil sampel sesuai dengan populasi, maka
jumlah seluruh sampel yang diambil pada RS Bethesda Lempuyangwangi sebanyak 50 pasien dimana sampel untuk terapi AINS sebanyak 8 pasien.
+ 1
n = 188,08 dibulatkan 188
Jumlah sampel yang diambil minimal 200 pasien, maka 188 subjek uji tidak
sesuai. Apabila angka 188 digandakan maka jumlah subjek uji di atas jumlah populasi. Maka jumlah seluruh sampel yang diambil pada RS Kota Yogyakarta sebanyak 200 pasien dimana sampel untuk terapi AINS sebanyak
47 pasien.
Pada deskripsi terkait nilai LFG digunakan sampel berupa data tiap pasien.
Pada deskripsi terkait perlunya kesesuaian dosis AINS, perlakuan dalam terapi obat AINS, serta jenis obat AINS yang tidak sesuai dosis menggunakan sampel
berupa data tiap kasus peresepan.
D. Bahan Penelitian
22
serum dan mengkonsumsi obat AINS di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta
selama tahun 2009.
E. Tata Cara Penelitian 1. Analisis situasi
Analisis situasi dengan melihat data laboratorium mengenai kreatinin
serum dan obat AINS yang digunakan oleh pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009 yang diperoleh dari
instalasi laboratorium dan catatan medik rumah sakit pada bulan Januari 2009 hingga Desember 2009.
2. Pengambilan data
Data pasien yang diperoleh dari lembar rekam medis dipilih sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh penulis. Tahap pengambilan
data dilakukan melalui beberapa proses:
a) Penelusuran data yang tersedia di instalasi laboratorium patologi klinik terkait laporan mengenai data laboratorium (nilai kreatinin serum), nomor
rekam medis, dan umur pasien geriatri yang pernah dirawat di rumah sakit bersangkutan.
b) Pengumpulan data, pada tahap ini dilakukan pencarian pasien geriatri yang sesuai dengan definisi operasional di atas berdasarkan nomor rekam medis yang didapat. Apabila terdapat data yang kurang jelas dan kurang lengkap,
c) Pencatatan data, dilakukan dengan mencatat data pasien geriatri yang telah
melakukan pemeriksaan laboratorium terkait kreatinin serum serta telah mendapatkan terapi AINS pada periode 2009 berdasarkan rekam medis.
Data yang dikumpulkan meliputi nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, suku bangsa, data laboratorium (nilai kreatinin serum), serta dosis dan frekuensi penggunaan terapi AINS yang diberikan.
3. Pengolahan data
Data yang diperoleh akan dievaluasi menurut formula MDRD untuk
menentukan nilai LFG kemudian dilakukan evaluasi terkait kesesuaian dosis obat AINS. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel, diagram batang, dan atau diagram pie.
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data kualitatif yang diperoleh dibahas dalam bentuk uraian dan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan atau gambar diagram. Adapun data pasien akan dikelompokkan terlebih dahulu sebagai berikut ini:
1. Pengelompokan persentase nilai LFG pasien geriatri berdasarkan formula MDRD dan menggunakan obat AINS tiap rumah sakit dan total sampel
dengan menghitung jumlah pasien geriatri pada setiap tahap Chronic Kidney Disease (CKD) berdasarkan LFG dengan formula MDRD dibagi total kasus dikali 100%.
24
sampel dengan menghitung jumlah pasien geriatri tiap jenis kelamin dibagi
total kasus dikali 100%.
3. Persentase pasien geriatri yang perlu penyesuaian dosis dan yang tidak perlu
penyesuaian dosis berdasarkan LFG menurut formula MDRD serta telah menerima terapi AINS tiap rumah sakit dan total sampel dengan menghitung jumlah pasien geriatri yang perlu penyesuaian dosis dan yang tidak perlu
penyesuaian dosis dibagi total kasus menurut formula MDRD dikali 100%. 4. Persentase pasien geriatri yang menerima dosis obat AINS yang sesuai dan
yang tidak sesuai pada kelompok yang membutuhkan penyesuaian dosis di tiap rumah sakit dan total sampel dengan menghitung jumlah pasien geriatri yang memperoleh obat AINS dengan dosis yang sesuai dan yang tidak sesuai
dibagi total kasus dikali 100%.
5. Persentase tiap jenis obat AINS yang digunakan oleh pasien geriatri yang
25 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi penggunaan obat Antiinflamasi Non Steroid (AINS) pada pasien geriatri berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) menurut formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) di Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009. Pada penelitian ini disertakan informasi mengenai profil pasien terkait nilai LFG di
empat rumah sakit di Kotamadya Yogyakarta.
Rumah sakit yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini adalah RS Panti Rapih, RS Bethesda, RS Kota Yogyakarta, dan RS Lempuyangwangi. Pada
empat rumah sakit tersebut diambil 934 pasien yang berumur lebih dari 60 tahun dan telah menjalani pemeriksaan kreatinin serum. Jumlah subjek penelitian yang
diambil sesuai dengan kriteria inklusi sebesar 348 pasien. Pada RS Panti Rapih
terdapat 123 pasien, RS Bethesda sebesar 170 pasien, RS Kota Yogyakarta
sebanyak 47 pasien, dan RS Bethesda Lempuyangwangi sebanyak 8 pasien. Tiap
pasien menyumbang 1 atau lebih kasus peresepan dengan jumlah seluruh kasus
peresepan sebanyak 478 kasus.
A. Profil Pasien Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus
Penurunan fungsi ginjal sering terjadi pada pasien geriatri. Terjadinya
26
fungsi ginjal pada pasien geriatri yang ada di Kotamadya Yogyakarta terkait nilai
LFG-nya. Pada keempat rumah sakit dicatat data pasien terkait umur, kreatinin serum, jenis kelamin, dan suku bangsa agar dapat dihitung nilai LFG menurut
formula MDRD.
Gambar 2. Persentase Nilai LFG Pasien Geriatri Berdasarkan Formula MDRD yang Menggunakan Obat AINS se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009
Penelitian di wilayah Kotamadya Yogyakarta pada tahun 2009 seperti terlihat pada gambar 2 menunjukkan bahwa sebagian besar (43%) dari sampel
memiliki nilai LFG pada rentang 60 – 89 ml/menit/1,73 m2 yaitu pada tahap II dimana terjadi sedikit penurunan fungsi renal. Pada tahap III dengan penurunan fungsi ginjal moderat terdapat 40% pasien. Besarnya persentase pasien di tahap
II merupakan keadaan fisiologis yang umum terjadi dan ditemui pada pasien geriatri. Rockwood (2010) menyatakan bahwa pada populasi geriatri umumnya terjadi penurunan struktur dan fungsi ginjal seiring dengan pertambahan usia
16%
43% 19%
11% 7% 4%
Nilai LFG Pasien Geriatri
BerdasarkanFormula MDRD
se-Kotamadya Yogyakarta
dimana pada usia 75 tahun ke atas 15-20% berat ginjal berkurang dibanding berat
ginjal saat berusia 25 tahun.
Hasil penelitian di Inggris pada bulan Februari sampai Mei 2005 dengan
jumlah sampel 94 pasien menunjukkan bahwa nilai LFG pada 4 pasien (4,3%) berada dalam tahap I, 25 pasien (26,6%) pada tahap II, 54 pasien (57,4%) pada tahap III (nilai LFG 30 – 59 ml/menit/1,73 m2
n (%)
), dan 11 pasien (11,7%) berada
dalam tahap IV. Hasil tersebut menggambarkan lebih dari 50% sampel telah mengalami penurunan fungsi ginjal tahap moderat (Pather, 2009).
Tabel III. Persentase Nilai LFG Pasien Geriatri Berdasarkan Formula MDRD yang Menggunakan Obat AINS di Empat Sampel Rumah Sakit di Kotamadya
Yogyakarta Periode 2009
Hasil untuk tiap rumah sakit seperti terlihat pada tabel 3 juga
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien berada dalam tahap II kecuali pada RS Bethesda Lempuyangwangi. Persentase pasien pada tahap II di RS Panti Rapih
28
Gambar 3. Persentase Nilai LFG Pada Pasien Geriatri se-Kotamadya Yogyakarta yang Memperoleh Obat AINS Pada Tahun 2009 Terkait Jenis Kelamin
Pada gambar 3 terlihat bahwa jenis kelamin pria memiliki nilai persentase yang lebih tinggi daripada wanita di tahap I, II, IIIa, IIIb dan IV. Hal ini dapat
dikaitkan dengan perbedaan massa otot antara pria dan wanita. Woodhouse, Batten, Hendrick, and Malek (2006) menyatakan bahwa wanita memiliki massa
otot yang lebih sedikit daripada pria sehingga nilai normal LFG pada wanita akan lebih rendah.
Menurut Sweileh (2008) pada wanita dikatakan memillliki nilai LFG
rendah jika LFG < 59,25 ml/menit/1,73 m2 sedangkan pada pria bila LFG < 64,25 ml/menit/1,73 m2
Pada penelitian Rothberg et al. (2008) memperlihatkan bahwa nilai LFG < 60 ml/menit/1,73 m
. Hasil penelitiannya menunjukkan 26,5% wanita dan 31,4% pria
tergolong memiliki nilai LFG rendah.
2
, > 60 ml/menit/1,73 m2, maupun < 30 ml/menit/1,73 m2 pada
pria memiliki nilai persentase yang lebih kecil bila dibandingkan dengan wanita. Tahap I Tahap II Tahap IIIa Tahap IIIb Tahap IV Tahap V
Pada > 60 ml/menit/1,73 m terdapat 38% pria dan 62% wanita, LFG < 60
ml/menit/1,73 m2 terdapat 37% pria dan 63% wanita, dan pada LFG < 30 ml/menit/1,73 m2
B. Penyesuaian Obat Antiinflamasi Non Steroid (AINS) terdapat 33% pria dan 67% wanita.
Obat AINS merupakan salah satu obat yang banyak digunakan oleh pasien
geriatri dalam terapi osteoarthritis, analgesik, dan atau gangguan mukoskeletal (Marcum, 2010). Salah satu efek samping obat AINS terkait dengan terjadinya
penurunan fungsi ginjal. Hal ini terjadi karena obat AINS memiliki mekanisme terapeutik dengan menghambat pelepasan prostaglandin (PG). Prostaglandin merupakan salah satu senyawa yang berperan dalam fungsi regulasi ginjal.
Penghambatan pelepasan PG akan menimbulkan vasokonstriksi renal dan menurunkan aliran darah renal sehingga dapat terjadi ganguaan hemodinamika
ginjal yang akhirnya akan menyebabkan penurunan fungsi ginjal (Siegel, 2007).
Gambar 4. Peran Prostaglandin Pada Ginjal
30
Laju filtrasi glomerulus dipengaruhi oleh tekanan arteriole aferen dan
eferen, tekanan tersebut dipengaruhi oleh aliran darah (Shirley, Capasso, and Unwin, 2010). Apabila terjadi vasokonstriksi karena penghambatan prostaglandin
oleh obat AINS maka aliran darah menuju ginjal akan terganggu sehingga tekanan arteriole akan mengecil dan menyebabkan nilai LFG kecil. Obat AINS juga dapat meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga menimbulkan terjadinya interstitial
nefritis yang ditandai dengan proteinuria. Kedua alasan tersebut menjelaskan perlunya penyesuaian dosis obat AINS terutama pada pasien dengan penurunan
fungsi ginjal.
Penelitian Duru, Vargas, Kermah, Nissenson, and Norris (2007) di Amerika pada tahun 1999-2000, 2001-2002, dan 2003-2004 menggambarkan
bahwa 55% pasien yang menggunakan obat AINS menderita penyakit ginjal kronis dengan 17,6% pasien berada pada tahap I dan II, 35% pada tahap III, 2,2%
pada tahap IV dan V.
Pengelompokan persentase pasien yang memerlukan penyesuaian dosis atau tidak berdasarkan pada nilai LFG pasien dimana bila nilai LFG < 60
ml/menit/1,73 m2 maka akan digolongkan dalam kelompok pasien yang memerlukan penyesuaian dosis obat AINS dan sebaliknya. Menurut Sandler,
Gambar 5. Persentase Peresepan Pasien Geriatri yang Memerlukan Penyesuaian Dosis dengan Penggunaan Obat AINS di Empat Sampel Rumah Sakit di
Kotamadya Yogyakarta Periode 2009
Pada gambar 5 terlihat persentase pasien yang memerlukan penyesuaian dosis obat AINS lebih besar daripada persentase pasien yang tidak memerlukan penyesuaian dosis hanya terjadi di RS Bethesda Lempuyangwangi, sedangkan
pada 3 rumah sakit lainnya dan se-Kotamadya secara keseluruhan terjadi hal sebaliknya. Presentase pasien yang memerlukan penyesuaian dosis pada RS Panti
Rapih sebanyak 34,46%, RS Bethesda sebanyak 44,54%, RS Kota Yogyakarta sebesar 38,46%, dan RS Bethesda Lempuyangwangi sebesar 72,73%.
Hasil pada total sampel se-Kotamadya Yogyakarta seperti pada gambar 6
menunjukkan sebesar 59% tidak memerlukan penyesuaian dosis obat AINS. Hal ini terkait dengan perhitungan nilai LFG subjek uji. Sebagian besar subjek uji
(43%) memiliki nilai LFG dalam rentang 60 - 89 ml/menit/1,73 m2 dimana pada kelompok pasien tersebut tidak membutuhkan penyesuaian dosis obat AINS.
65.54
55.46 61.54
27.27
34.46 44.54 38.46
72.73
Persentase Pasien yang Memerlukan
Penyesuaian Dosis
32
Gambar 6. Persentase Peresepan Pasien Geriatri yang Memerlukan Penyesuaian Dosis dengan Penggunaan Obat AINS se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009
Pada penelitian Dijk, Drabbe, Kruijt, and Smet (2006) menggambarkan 411 resep dari 1718 peresepan (23,9%) membutuhkan penyesuaian dosis
berdasarkan kondisi ginjal pasien dengan nilai LFG < 51 ml.menit/1,73 m2
C. Perlakuan dalam Terapi Obat AINS
. Hasil penelitian Schulz, et al. (2009) menyebutkan bahwa sebanyak 52% pasien dari total sampel 221 pasien geriatri yang teridentifikasi telah mengalami penurunan LFG perlu menyesuaikan dosis obat yang dikonsumsinya.
Obat AINS pada kelompok pasien yang memerlukan penyesuaian dosis
hendaknya dosisnya disesuaikan dengan nilai LFG masing-masing pasien. Hal ini didukung dengan data penelitian yang menyebutkan bahwa penggunaan obat AINS dapat meningkatkan risiko penurunan fungsi ginjal yang signifikan, dimana
dalam penelitian disebutkan 0,47% sampel pasien yang rata-rata berumur 78 59%
41%
Persentase Pasien yang
Memerlukan Penyesuaian Dosis
se-Kotamadya Yogyakarta
tahun (870 pasien dari 183.446 pasien) terindikasi mengalami gagal ginjal akut
(Winkelmayer, Waikar, Mogun, and Salomon, 2008). Penelitian Kuo, Tsai, Tiao, Liu, Lee, and Yang (2010) juga memaparkan bahwa pasien dengan nilai LFG
pada tahap CKD III, IV, dan V mempunyai risiko peningkatan menjadi penyakit ginjal tahap akhir dengan multivariable-adjusted odd ratio sebesar 1,56, 95%Cl (1,32–1,85).
Penelitian Dijk, Drabbe, Kruijt, and Smet (2006) menggambarkan 242 resep (58,9%) mengalami penyesuaian dosis dan sebanyak 169 resep (41,1%)
tidak dilakukan penyesuaian dosis. Risiko dosis yang tidak disesuaikan secara signifikan berkorelasi dengan ClCr < 35 ml/menit/1,73 m2
Gambar 7. Persentase Perlakuan Peresepan Terapi Obat AINS Pada Pasien Geriatri se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009
(p<0,05).
Pada RS Panti Rapih dan RS Bethesda terdapat 3 macam obat AINS yang tidak dapat dianalisis kesesuaian dosisnya karena tidak adanya pustaka terkait
sesuai 48%
tidak sesuai 30% tidak dapat
dianalisis 22%
34
penyesuaian dosis obat dengan penurunan fungsi ginjal. Obat yang tidak dapat
dianalisis yaitu Metamizole, Tinoridine HCl, dan Kaltrofen.
Pemberian obat AINS yang tidak sesuai dosis menurut Drug Information Handbook (DIH) pada pasien geriatri di Kotamadya Yogyakarta sebesar 30%. Nilai tersebut lebih kecil dibanding persentase resep yang telah disesuaikan dosisnya yaitu sebesar 48%.
Tabel IV. Persentase Perlakuan Peresepan Terapi Obat AINS Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit di Yogyakarta Periode 2009
n (%) RS Panti
Persentase pemberian obat AINS yang sesuai menurut DIH di RS Panti Rapih sebesar 45,90%, RS Bethesda sebesar 47,17 %, RS Kota Yogyakarta
sebesar 55,00%, dan RS Bethesda Lempuyangwangi sebesar 62,50%. Persentase peresepan obat AINS yang telah disesuaikan dosisnya lebih besar daripada yang
tidak disesuaikan pada keempat rumah sakit.
Penelitian di Kanada pada tahun 2003 yang diambil pada 2 waktu penelitian yang berbeda menunjukkan adanya hubungan linear antara pemakaian
obat AINS dengan penurunan fungsi ginjal yang progresif, sebesar 26% pengguna obat AINS dosis tinggi ataupun penggunaan kumulatif mengalami peningkatan
Pada penelitian ini hanya dapat menggambarkan apakah obat AINS telah
diberikan dalam dosis yang sesuai dengan kondisi ginjal pasien, tetapi tidak dapat diamati apakah penggunaan obat AINS dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit ginjal kronis yang progresif. Hal ini dikarenakan tidak adanya pengamatan data lebih lanjut terkait kondisi pasien setelah penggunaan AINS seperti yang dilakukan oleh Gooch et al. (2007).
D. Jenis Obat AINS yang Tidak Sesuai Dosis
Obat AINS terdiri dari berbagai macam golongan yaitu golongan asam asetat (diklofenak dan ketorolac), fenamat (asam mefenamat dan meclofenamat), oxicam (meloxicam dan peroxicam), asam propionate (ibuprofen dan ketoprofen),
salisilat (diflunisal), dan selektif inhibitor COX-2 (celecoxib dan refecoxib) (Anderson, Knoben, and Troutman, 2004). Penelitian ini ingin menggambarkan
berapa persentase tiap macam obat AINS yang diberikan dalam dosis tidak sesuai di empat sampel rumah sakit dan se-Kotamadya Yogyakarta.
Gambar 8. Persentase Tiap Jenis Obat AINS yang Tidak Sesuai Dosis Pada Peresepan Pasien Geriatri se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009
32%
46% 5%
15% 2%
Jenis Obat AINS yang
Tidak Sesuai Dosis
36
Terdapat 5 macam obat AINS di Kotamadya Yogyakarta yang diberikan
dalam dosis yang tidak sesuai dengan kondisi ginjal pasien, yaitu Asam mefenamat, Ketorolac, Ketoprofen, Meloxicam, dan Diklofenak. Ketorolac
merupakan obat AINS yang paling banyak tidak disesuaikan (46%) dalam peresepan di wilayah Kotamadya Yogyakarta pada tahun 2009.
Tabel V. Persentase Tiap Jenis Obat AINS yang Tidak Sesuai Dosis Pada Peresepan Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit Yogyakarta Periode
2009
Rumah Sakit Panti Rapih memiliki presentase terbesar dalam
ketidaksesuaian dosis Asam Mefenamat, RS Bethesda memiliki presentase terbesar dalam ketidaksesuaian dosis Ketorolac, RS Kota Yogyakarta memiliki presentase terbesar dalam ketidaksesuaian dosis Asam Mefenamat, sedangkan RS
Bethesda Lempuyangwangi memiliki presentase terbesar dalam ketidaksesuaian dosis Asam Mefenamat, Ketorolac, dan Diklofenak. Besar persentase
ketidaksesuaian dosis tiap obat AINS berbeda pada tiap rumah sakit. Hal ini terkait pola peresepan yang diterapkan dalam praktek pelayanan kesehatan di tiap rumah sakit, tipe penyakit yang sering ditangani, serta tipe rumah sakit.
maksimum yang dianjurkan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal. Evaluasi
kasus peresepan yang memerlukan penyesuaian regimen dosis adalah sebagai berikut:
Tabel VI. Penyesuaian Regimen Dosis Pemberian Obat AINS di Empat Sampel Rumah Sakit di Kotamadya Yogyakarta Periode 2009
Nama Generik Pasien dengan nilai
LFG
Dosis Frekuensi Anjuran*
38
Tabel VI. Lanjutan
Nama Generik Pasien dengan nilai
LFG
Dosis Frekuensi Anjuran*
Ketorolac 26 30 mg 2x1 Tidak diberikan
LFG = Laju Filtrasi Glomerulus
39 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Profil nilai LFG pasien geriatri yang menggunakan obat AINS berdasarkan formula MDRD di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009 yaitu
16% berada dalam tahap I, 43% pada tahap II, 19% di tahap IIIa, 11% pada tahap IIIb, 7% dalam tahap IV, dan 4% di tahap V.
2. Persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG berdasarkan formula MDRD serta memerlukan penyesuaian dosis dalam pengobatan AINS di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009
sebesar 41%.
3. Persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami penurunan
LFG berdasarkan formula MDRD serta mendapatkan pengobatan AINS yang tidak sesuai di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009 sebesar 30%.
B. Saran
40
Persentase terbesar nilai LFG pasien geriatri berada pada tahap II dimana terjadi
sedikit penurunan fungsi ginjal sehingga perlu adanya monitoring terkait peresepan obat AINS agar tidak memperparah kondisi penurunan fungsi ginjal
41
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P. O., Knoben, J. E., and Troutman, W. G., 2004, Handbook of Clinical Drug Data, 4th
Cohen, H. J., 2005, American Geriatric Society,
ed., McGraw-Hill, New York, pp. 26-29.
Auckermann, U., 2002, Pretty Darned Quick Physiology, BC Decker Inc, Ontario, pp. 241-247.
Bhopal, S., Chan, J., Ellis, O., Graham, S., Halpin, S., Lawrence, T., Laws, J., and Howes, A., 2010, Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs Prescribing in Chronic Kidney Disease: An Observational Study, Primary Health Care Research and Development Cambridge Journal, 11(3), 280-284.
Darmojo, B., 1999, Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Balai Penerbit FKUI, Jakarta, pp. 71-76.
David, C. D., 2010, Aging Changes in Organs-tissue-cell, tanggal 22 Oktober 2010.
DeMaria, A. N., 2010, NSAIDs, Coxibs, and Cardio-Renal Physiology, Desember 2010.
Dijk, E. A., Drabbe, N. R., Kruijt, M., and Smet, P., 2006, Drug Dosage Adjustment According to Renal Function at Hospital Discharge, The Annals of Pharmacotherapy, 40 (7), 1254-1260.
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., and Posey, L. M., 2008, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach, 7th edition, McGrawHill, New York, pp. 729.
Duru, O. K., Vargas, R. B., Kermah, D., Nissenson, A. R., and Norris, K. C., High Prevalence of Stage 3 Chronic Kidney Disease in Older Adults Despite Normal Serum Creatinine, J Gen Intern Med, 24(1), 86-92.
42
Golik, 2008, Comparison of Dosing Recommendations for Antimicrobial Drugs based on Two Methods for Assessing Kidney Function : Cockcroft-gault and Modification of Diet in Renal Disease, 22 Februari 2010.
Gooch, K., Culleton, B. F., Manns, B. J., Zhang, J., Alfonso, H., and Tonelli, M., dkk., 2007, NSAID Use and Progression of Chronic Kidney Disease, The American Journal of Medicine, 120, 280.e1-280,e7.
Hilde, L. E., Johan, F. F., Andre, D. S., Philippe, G. J., and Gert, A. V., 2008, Exposure Of The Elderly To Potential Nephrotoxic Drug Combination In Belgium, Pharmacoepidemiology and Drug Safety, 17(10), 1014-1019.
Horl, W. H., 2010, Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs and The Kidney, Pharmaceuticals ISSN 1424-8247, 3, 2291-2321.
Jogiyanto, 2008, Metodologi Penelitian Sistem Informasi, Penerbit Andi, Yogyakarta, pp. 89-90.
Johnson, D. W., 2005, Automated Reporting of LFG, Australian Family Psysician, 34(11), 926.
Katzung, B. G., 2004, Basic and Clinical Pharmacology, 9th
Knott, L., 2010, Asssesing Renal Function,
ed., Mc Graw-Hill, U.S., pp. 553, 1007, 1012.
Kimble, M. A. K., Young, L. Y., Alldredge, B. K., Corelli, R. L., Guglielmo, B. J., Kradjan, W. A., and William, B. R., 2008, Applied Therapeutics The Clinican Use of Drugs, Ninth Edition, Lippincott William & Wilkins, Philadelphia, 99-1 – 99-4.
Kuo, H., Tsai, S., Tiao, M., Liu, Y., Lee, I., and Yang, C., 2010, Analgesic Use
and The Risk for Progression of Chronic Kidney Disease, Pharmacoepidemiology and Drug Safety, 19(7), 745-751.
Lee, A., Adverse Drug Reaction, 2nd
McCellan, W., and Young, B., 2009, National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse,
ed., Pharmaceutical Press, Chicago, pp. 221-222,
Levin, M. L., 1988, Patterns of Tubulo-Interstitial Damage Associated With Non Steroidal Antiinflammatory Drugs, Seminars in Nephrology, 8(1), 55-61. Markum, Z. A., and Hanlon, J., 2010, Recognizing The Risk of Chronic
Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug Use in Older Adults, Annals of Long Term Care, 18 (9), 24-27.
Nasutlon, A. R., 1992, Efek Samping Obat Antiinflamasi Non Steroid, Cermin Dunia Kedokteran, 78, 36-39.
National Kidney Foundation, 2009, Calculating Kidney Function,
Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, pp. 145-146.
Olyaei, A. J. and Bennett, W. M., 2009, Drug Dosing and Renal Toxicity in the Elderly Patient, American Society of Nephrology, Chapter 9, 1-3.
Patel, P., 2009, Glomerular Filtration Rate,
2010.
Pather, M., 2009, The Prevalence of Renal Impairment in The Elderly Hospitalized Population, International Journal of General Medicine, 2009:2, 117-119.
Rockwood, K., 2010, Aging Kidney, Medicine Encyclopedia, 11 November 2010.
44
Rossi, 2006, Australian Medicine Handbook, Australian Medicine Handbook, Adelaide, pp. 261.
Rossini, B., Mallie, J., Couchoud, C., Schuck, O., Fauvel, J., Wetzels, J., Lee, N., Santo, N. G., and Cirillo, M., 2009, Estimating Glomerular Filtration Rate: Cockcroft-Gault and Modification of Diet in Renal Disease Formulas Compared to Renal Inulin Clearance, Clin J Am Soc Nephrol, 899.
Sandler, D. P., Buur, F. R., and Weinberg, C. R., 2007, Non Steroidal anti Inflammatory Drugs and The Risk of Chronic Renal Disease, Ann Intern Med, 115(3), 155-165.
Santoso, A., 2008, Obat Anti-Inflamasi Anti-Steroid,
Schulz, R. J., Kurtal, H., Schwenger, V., Azzaro, M., Abdollahnia, N., and Thiessen, E. S., 2009, Clinical Value of Automatic Reporting of Estimated Glomerular Filtration Rate in Geriatrics 288-295.
Setiadi, 2007, Anatomi dan Fisiologi Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 121-126.
Setiawan, N., 2007, Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krejcie-Morgan:Telaah Konsep dan Aplikasinya, Skripsi, 6, universitas Padjadjaran, Bandung.
Shargel, L., 2005, Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, 4th
Shirley, D., Capasso, G., and Unwin, R
ed., McGraw-Hill, New York, pp. 531-532.
Siegel, R. S., 2007, NSAIDs-InducedAcute Hepatic and Renal Disease, diakses tanggal 1 April 2010.
Verhave, 2005, Estimation of Renal Function in Subjects with Normal Serum Creatinin Levels: Influence of Age and Body Mass Index, http:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16112041.htm, diakses tanggal 22 Februari 2010.
Weir, M. R., 2008, Renal Effects of Nonselective NSAIDs and Coxibs, Cleveland Clinic Journal of Medicine, 69(1), 53-58.
Wibowo, 2005, Anatomi Tubuh Manusia, Gramedia, Jakarta, pp. 98.
Winkelmayer, W. C., Waikar, S. S., Mogun, H., and Salomon, D. H., 2008, Nonselective and Cyclooxygenase-2-Selective NSAIDs and Acute Kidney Injury, Am J Med., 121 (12):1092-8.
46 Lampiran 1. Daftar Penyesuaian Dosis Obat Antiinflamasi Non Steroid Menurut Drug Information Handbook 2006
Ketorolac Kontraindikasi pada pasien dengan advanced renal impairment (<30 ml/min/1.73 m2). Pasien dengan kenaikan SrCr sedang (30-59 ml/min/1.73 m2) menggunakan setengah dosis anjuran.
Dosis normal p.o = tdk lbih dari 40 mg, i.v max 120 mg Ketoprofen • Mild impairment (ClCr 30-59 ml/min/1.73 m2
• Severeimpairment (ClCr < 25 ml/min/1.73 m
) dengan dosis maksimal 150 mg/hr 2
• Advancedimpairment (ClCr <15 ml/min/1.73 m
) dengan dosis maksimal 100 mg/hr 2
) pemakaiantidak direkomendasikan Asam
mefenamat
Tidak direkomendasikan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal (ClCr < 60 ml/min/1.73 m2)
Meloxicam • Mild – moderate impairment (ClCr 30-59 ml/min/1.73 m2 • Significant impairment (ClCr 15-29 ml/min/1.73 m
) tidak ada dosis penyesuaian spesifik 2
atau ClCr < 15 ml/min/1.73 m2 Diklofenak
) harus hindari penggunaan
Tidak direkomendasikan untuk advance impairment (ClCr <30 ml/min/1.73 m2) dan signifikan impairment (ClCr 15-29 ml/min/1.73 m2)
47 Lampiran 2. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Panti Rapih
55 SrCr = kreatinin serum JK = jenis kelamin
P = perempuan L = pria
S = sesuai
TS = tidak sesuai
56 Lampiran 3. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Bethesda
67 SrCr = kreatinin serum JK = jenis kelamin
P = perempuan L = pria
S = sesuai
TS = tidak sesuai
68 Lampiran 4. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Kota Yogyakarta
71 No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu
Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
502127 80 2,8 L 23 Ketorolac 30 mg 2x1 √ TS Tidak
direkomendasikan
405188 66 1,2 P 48 Remopain 30 mg b/p √ S
486367 67 1,0 P 59 Ketorolac 30 mg b/p √ S
Keterangan:
RM = rekam medis SrCr = kreatinin serum JK = jenis kelamin
P = perempuan L = pria
S = sesuai
TS = tidak sesuai
72 Lampiran 5. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Bethesda Lempuyangwangi
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu SrCr = kreatinin serum JK = jenis kelamin
P = perempuan L = pria
S = sesuai
TS = tidak sesuai