• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG MENGGUNAKAN MASALAH KONTEKSTUAL SEBAGAI STARTING POINT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IVB SD TARAKANITA MAGELANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG MENGGUNAKAN MASALAH KONTEKSTUAL SEBAGAI STARTING POINT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IVB SD TARAKANITA MAGELANG"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

BANGUN RUANG MENGGUNAKAN MASALAH

KONTEKSTUAL SEBAGAI

STARTING POINT

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PMRI DI

KELAS IVB SD TARAKANITA MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Natalia Purwanti NIM : 101134260

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

BANGUN RUANG MENGGUNAKAN MASALAH

KONTEKSTUAL SEBAGAI

STARTING POINT

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PMRI DI

KELAS IVB SD TARAKANITA MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Natalia Purwanti NIM : 101134260

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tuhan menjadikan segala sesuatu indah pada

waktunya.

Tetap semangat dan terus berusaha !

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria.

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Natalia Purwanti. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang Menggunakan Masalah Kontekstual Sebagai Starting Point Pembelajaran dengan Pendekatan PMRI di Kelas IV-B SD Tarakanita Magelang. Skripsi. Yogyakarta: PGSD. FKIP. USD.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesulitan siswa dalam memahami konsep matematika yang abstrak. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah seperti apakah produk yang dikembangkan dan bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang yang menggunakan masalah kontekstual sebagai starting point pembelajaran dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SD Tarakanita Magelang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Research dan Development (RnD) atau penelitian dan pengembangan.Penelitian dilakukan berdasarkan tahapan yang dikemukakan oleh Sugiyono yang telah dimodifikasi. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif. Perangkat pembelajaran yang telah disusun diimplementasikan pada sampel terbatas. Sampel penelitian tersebut adalah guru dan siswa kelas IVB SD Tarakanita Magelang yang berjumlah 36 siswa. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara pada guru dan observasi pembelajaran matematika. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Perangkat pembelajaran divalidasi oleh ahli, data hasil validasi dianalisis secara kuantitatif.

Hasil penelitian ini berupa produk dan pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang yang menggunakan masalah kontekstual sebagai starting point pembelajaran dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SD Tarakanita Magelang. Hasil penelitian diperoleh dengan analisis kebutuhan pada tahap awal, pengembangan perangkat pembelajaran, dan implementasi pada sampel terbatas. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti yaitu silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan evaluasi. Pengembangan perangkat tersebut melalui beberapa tahap yaitu validasi ahli, revisi disain, uji keterbacaan, revisi produk, dan implementasi pada sampel terbatas.

Berdasarkan hasil implementasi perangkat pembelajaran, penggunaan masalah kontekstual sebagai starting point pembelajaran sudah terlihat dalam proses pembelajaran. Bentuk penggunaan masalah kontekstual yang terlihat yaitu, penggunaan masalah kontekstual berupa cerita yang mampu mengarahkan siswa menemukan konsep, penggunaan media dan alat peraga oleh siswa selama proses pembelajaran serta penggalian pengetahuan awal yang dimiliki siswa oleh guru.

(9)

ix

ABSTRACT

Natalia Purwanti. 2012. The Development of Solid Mathematics Learning Instrument Using Contextual Problem as Learning Starting Point with PMRI Approach on IVB Grade in SD Tarakanita Magelang. Thesis. Yogyakarta: PGSD. FKIP. USD.

This research is based on the student difficulty in understanding abstract mathematic concept. The problem in this research was what kind of product which was developed and how the development of solid Mathematics learning instrument using contextual problem as learning starting point with PMRI approach on IVB analyzed using qualitative descriptive. The learning instrument was validated by the expert, and the validity result was analyzed quantitatively.

The result of this research was the development of solid Mathematics learning instrument using contextual problem as learning starting point with PMRI approach on IVB grade in SD Tarakanita Magelang. The result was gained by analyzing the need on the beginning step, the development of learning instrument, and the implementation on the limited sample. The learning instruments developed by the researcher were syllabus, lesson plan, worksheet, learning material, and evaluation. The instrument developed through some steps: expert validity, design revision, readability test, product revision, and implementation limited sample.

Based on the implementation result on the learning instrument, the use of contextual problem as learning starting point was appeared on the learning process. The type of the use of contextual problem which were appeared, such as: the use contextual problem like stories which were able to help the student to find out the concepts, the use of media and teaching instrumens by the student in the learning process and finding basic knowledge which belong to student.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang yang menggunakan menggunakan masalah kontekstual sebagai starting point pembelajaran dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SD Tarakanita Magelang.”

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberi bimbingan dan dukungan dalam proses penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada :

1. Bapak Drs. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BSt., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, tenaga, pikiran dan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan dukungan dan bimbingannya dalam menyelesaikan skripsi.

5. Bapak C. Yuliarto, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Tarakanita Magelang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kelas IVB SD Tarakanita Magelang.

6. Ibu Agustina Ari Pratiwi, S.Pd, selaku guru kelas IVB SD Tarakanita Magelang, yang telah memberikan waktu, bantuan, dan masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis.

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Batasan Istilah ... 3

E. Spesifikasi Produk ... 4

F. Pentingnya Penelitian ... 5

G. Kontribusi Hasil Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 7

1. Perangkat Pembelajaran ... 7

2. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ... 10

3. Penggunaan konteks sebagai starting point pembelajaran ... 14

(13)

xiii

5. Bangun Ruang ... 17

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berpikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26

B. Desain dan Prosedur Penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

D. Instrumen Penelitian ... 32

E. Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan dan Analisis Data Hasil Analisis Kebutuhan ... 35

B. Paparan Desain Pengembangan ... 38

C. Paparan Hasil Implementasi Produk pada Sampel Terbatas ... 41

1. Deskripsi Implementasi Perangkat Pembelajaran ... 41

2. Hasil Implementasi dan Pembahasan ... 42

a. Gambaran Umum Karakteristik PMRI ... 43

b. Penggunaan Masalah Kontekstual Sebagai Starting Point Pembelajaran ... 52

3. Rangkuman ... 59

D. Refleksi ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 65

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bangun ruang ... 18

Gambar 2.2 Bangun ruang kubus ... 20

Gambar 2.3 Bangun ruang balok ... 21

Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development (R&D) ... 27

Gambar 3.2 Tahapan penelitian ... 30

Gambar 4.1 Penggunaan benda nyata dalam proses pembelajaran... 43

Gambar 4.2 Siswa menggunakan benda untuk bermain ... 44

Gambar 4.3 Guru bercerita ... 45

Gambar 4.4 Siswa menggunakan model nyata ... 46

Gambar 4.5 Siswa menggunakan model dalam memecahkan masalah ... 46

Gambar 4.6 Siswa berusaha memecahkan masalah ... 48

Gambar 4.7 Siswa memberikan tanggapan secara aktif ... 50

Gambar 4.8 Siswa berdiskusi ... 50

Gambar 4.9 Guru bercerita Paijo dan Kotak Ajaib ... 52

Gambar 4.10 Siswa menggunakan alat peraga untuk menemukan konsep .... 54

Gambar 4.11 Guru menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran .... 53

Gambar 4.12 Siswa menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran ... 53

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Analisis Kebutuhan (Wawancara) ... 68

Lampiran 2 Hasil Analisis Kebutuhan (Observasi) ... 70

Lampiran 3 Silabus Matematika ... 75

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 80

Lampiran 5 Lembar Kegiatan Siswa ... 123

Lampiran 6 Bahan Ajar ... 130

Lampiran 7 Kisi-kisi Soal Evluasi ... 137

Lampiran 8 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 139

Lampiran 9 Olah Data Hasil Validasi Ahli ... 151

Lampiran 10 Hasil Uji Keterbacaan Perangkat Pembelajaran ... 152

Lampiran 11 Catatan Lapangan Implementasi ... 160

Lampiran 12 Transkripsi Implementasi Perangkat Pembelajaran ... 162

Lampiran 13 Surat Izin Penelitian ... 183

Lampiran 14 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 184

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai

peranan yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

pengembangan ilmu dan teknologi. Pendidikan matematika pada jenjang

pendidikan dasar mempunyai peranan yang sangat penting sebab jenjang ini

merupakan pondasi yang sangat menentukan dalam membentuk sikap,

kecerdasan,dan kepribadian anak. Namun kenyataan menunjukkan banyak

siswa yang beranggapan bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran

yang sulit dan susah dipahami. Banyak siswa yang mengeluh ketika harus

belajar matematika. Siswa kesulitan untuk menghafal konsep-konsep yang

abstrak.

Berdasarkan pengalaman yang dimiliki peneliti selama tahun pertama

mengajar di SD melalui pengamatan terhadap salah satu guru, guru

cenderung memberi tahu konsep, mentransfer pengetahuan yang dimiliki ke

pikiran siswa, dan siswa menerimanya secara pasif dan tidak kritis. Seringkali

siswa menjawab soal dengan benar namun mereka tidak dapat

mengungkapkan alasan atas jawaban mereka. Siswa dapat menggunakan

rumus tetapi tidak tahu dari mana asalnya rumus itu dan mengapa rumus itu

digunakan. Salah satu contohnya adalah ketika siswa belajar tentang bangun

ruang. Benda berbentuk bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari sering

(18)

belajar bangun ruang banyak siswa mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan

guru jarang menggunakan alat peraga dan benda-benda di sekitar siswa. Alat

peraga yang digunakan guru hanya berupa gambar yang terkadang gambar

tersebut jarang dilihat siswa sehingga siswa sulit membayangkannya. Hal

tersebut membuat pelajaran tidak bermakna bagi siswa. Menurut Kieran dalam Wijaya (2012), “kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran

dekontekstual karena konsep matematika yang dipelajari tidak bermakna bagi

mereka, selain itu siswa dituntut dengan cepat mencapai tahap matematika

formal”.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukuan

pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang menggunakan masalah

kontekstual sebagai starting point pembelajaran dengan pendekatan PMRI.

Starting point yang dimaksudkan disini adalah titik awal, yang berupa

penggunaan komteks dalam pembelajaran matematika. Adapun latar belakang

peneliti memilih pendekatan PMRI adalah karena PMRI merupakan

pendekatan yang khusus digunakan dalam pembelajaran matematika.

Penggunaan pendekatan ini diharapkan nantinya mampu mempermudah siswa

dalam memahami pembelajaran..

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Apa sajakah produk yang dikembangkan dalam pengembangan perangkat

(19)

3

sebagai starting point pembelajaran dengan pendekatan PMRI siswa kelas

IVB SD Tarakanita Magelang?”

2. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang yang

menggunakan masalah kontekstual sebagai starting point pembelajaran

dengan pendekatan PMRI siswa kelas IVB SD Tarakanita Magelang?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah :

1. Menghasilkan produk perangkat pembelajaran bangun ruang yang

menggunakan masalah kontekstual sebagai starting point pembelajaran

dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SD Tarakanita Magelang

2. Mengembangkan perangkat pembelajaran bangun ruang yang

menggunakan masalah kontekstual sebagai starting point pembelajaran

dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SD Tarakanita Magelang.

D. Batasan Istilah

Batasan istilah pada penelitian ini diberikan agar tidak menimbulkan

pertanyaan tentang istilah-istilah yang dikemukakan. Istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengembangan adalah proses menghasilkan produk melalui revisi produk

yang sudah ada..

2. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan perlengkapan kegiatan

pembelajaran yang disusun untuk memperlancar proses pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang disusun pada penelitian ini adalah Silabus,

(20)

(LKS), bahan ajar dan evaluasi yang di dalamnya mengakomodasi kelima

kareakteristik PMRI.

3. Bangun ruang adalah bangun tiga dimensi yang memiliki tiga unsur, yaitu

sisi, rusuk dan titik sudut. Bangun ruang pada penelitian ini dibatasi pada

bangun balok dan kubus.

4. Masalah kontekstual merupakan masalah dunia nyata yang berkaitan

dengan situasi kehidupan sehari-hari siswa maupun situasi lain yang dapat

dibayangkan oleh siswa.

5. Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan salah satu

pendekatan dalam matematika yang berupaya mengaitkan dunia nyata

dalam pembelajaran matematika. Pendekatan ini juga mengajak siswa

untuk berperan aktif menemukan sendiri cara penyelesaian masalah

berdasarkan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari.

E. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang hendak dikembangkan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa perangkat pembelajaran materi bangun ruang menggunakan masalah kontekstual sebagai starting point pembelajaran dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SD Tarakanita Magelang. Perangkat pembelajaran tersebut meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Bahan ajar dan evaluasi. Perangkat pembelajaran yang disusun di dalamnya mengakomodasi kelima karakteristik PMRI, yaitu penggunaan masalah kontekstual, penggunaan pemodelan, penggunaan kontribusi siswa,

interaktivitas, dan intertwining. Berikut uraian bentuk perangkat

pembelajaran yang di dalamnya mengakomodasi penggunaan masalah

(21)

5

1. Silabus

Kekhasan dari silabus yang disusun terdapat pada komponen kegiatan

belajar dan indikator yang mengakomodasi penggunaan masalah

kontekstual berupa penggunaan cerita atau permainan yang dekat dengan

siswa.

2. RPP

Pada bagian RPP karakteristik PMRI tampak pada kegiatan pembelajaran

yang akan dilaksanakan penggunaan masalah kontekstual sebagai titik

awal pembelajaran.

3. LKS

Lembar kegiatan siswa disusun tampak pada kegiatan belajar yang

dilaksanakan siswa yang menggunakan masalah kontekstual yang dekat

dengan kehidupan siswa dan mudah dipahami siswa.

4. Bahan ajar

Bahan ajar yang disusun di dalamnya dapat berupa cerita yang kontekstual

dan permainan yang sesuai dengan materi pembelajaran.

5. Evaluasi

Soal evaluasi berupa soal cerita yang kontekstual. Soal cerita yang

digunakan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau sesuatu yang

mudah dibayangkan oleh siswa.

F. Pentingnya Penelitian

Penelitian ini disusun untuk mengembangkan perangkat pembelajaran

bangun ruang yang mengakomodasi masalah kontekstual sebagai starting

(22)

Pengembangan ini juga disusun untuk menghasilkan produk perangkat

pembelajaran dengan pendekatan PMRI yang diterapkan di SD Tarakanita

Magelang dan SD lain yang tentunya disesuaikan dengan kondisi SD

tersebut.

G. Kontribusi Hasil Penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang penggunaan masalah

kontekstual pada materi bangun ruang dengan pendekatan PMRI di SD

Tarakanita Magelang.

2. Bagi siswa

Penelitian ini mampu memberikan pengalaman bagi siswa dalam mempelajari

bangun ruang dengan pendekatan PMRI.

3. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran dan inspirasi tentang

pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan PMRI sebagai

upaya mempermudah siswa memahami pembelajaran.

4. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat menambah dokumen hasil penelitian pengembangan

perangkat pembelajaran bangun ruang bagi siswa kelas IVB SD Tarakanita

Magelang.

6. Bagi Program Studi

Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa lain di prodi yang

(23)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Perangkat pembelajaran

Menurut Trianto (2010:96), perangkat pembelajaran merupakan

perangkat yang digunakaan saat mengelola proses pembelajaran yang

terdiri dari buku siswa, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD), instrumen evaluasi atau hasil

belajar dan media pembelajaran. Sedangkan perangkat pembelajaran

menurut peneliti adalah sekumpulan perlengkapan kegiatan pembelajaran

yang disusun untuk memperlancar proses pembelajaran. Perangkat

pembelajaran tersebut meliputi silabus, RPP, bahan ajar, LKS, dan lembar

evaluasi siswa.

a. Silabus

Mulyasa (2009:132-133 ) merumuskan, silabus adalah rencana

pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema

tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh

satuan pendidikan, berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP).

Arikunto dan Yuliana (2008:169) menyatakan silabus adalah

rencana pembelajaran pada suatu pelajaran maupun kelompok mata

(24)

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi

waktu dan sumber belajar. Ada delapan prinsip pengemabangan

silabus menurut Arikunto dan Yuliana (2008:169-170) yaitu: 1) ilmiah, 2) relevan dengan perkemabangan peserta didik, 3)sistematis, 4)

konsiten, 5) memadai untuk pencapaian KD, 6) Aktual dan sesuai

dengan kehidupan nyata, 7) fleksibel, 8)menyeluruh mencakup seluruh

ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotorik).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas silabus menurut

peneliti adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran yang

mencakup SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus

digunakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / RPP

Mulyasa (2009:154) menyatakan rencana pelaksanaan

pembelajaran merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang

akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Uapaya tersebut perlu

dilakukan untuk mengoordinasikan komponen-komponen

pembelajaran yakni kompetensi dasar,materi,indikator hasil belajar dan

penilaian.

Muslich (2008:54) mengatakan ada 11 langkah dalam menyusun

RPP, yaitu sebagai berikut:

1) Mengambil satu unit pembelajaran dalam silabus yang ingin

(25)

9

2) Menuliskan satandar kompeteansi dan kompetensi dasar yang

terdapat dalam unit tersebut.

3) Merumuskan indikator untuk mencapai KD yang telah

dirumuskan.

4) Menentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai

indikator.

5) Berdasarkan rumusan indikator yang telah dirumuskan,

dirumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam

pembelajaran.

6) Menentukan materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada

siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan.

7) Memilih metode pembelajaran yang dapat mendukung tujuan

pembelajaran yang dirumuskan.

8) Menyusun langkah pembelajaran padasetiap tujuan pembelajaran

yang dapat dikelompokkan dalam kegiatan awal, kegiatan inti

dan kegiatan akhir.

9) Membagi langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu

pertemuan jika satu KD dibutuhkan alokasi waktu lebih dari 2

jam pelajaran (jp)

10)Menyebutkan secara konkret sumber dan media belajar yang

akan digunakan.

11)Menentukan teknik penilaian, bentuk penilaian, dan instrumen

(26)

c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Trianto (2010:148) mendefinisikan lembar kegiatan siswa adalah

panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan

penyelidikan dan pemecahan masalah. Menurut peneliti lembar

kegiatan siswa adalah lembaran – lembaran berisi petunjuk, instruksi,

tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan oleh siswa. Lembar

kegiatan siswa disusun berdasarkan rencana pembelajaran yang telah

dibuat. Lembar kegiatan siswa berisi kegiatan belajar siswa serta

refleksi pembelajaran.

d. Evaluasi

Arikunto dan Yuliana (2008:172) menjelaskan, bahwa penilaian

merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,

menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik

sehingga didapatkan informasi yang berguna dalam pengambilan

keputusan. Sedangkan Harjanto (2010:277) mengemukakan evaluasi

adalah penilaian terhadap kemajuan peserta didik ke arah tujuan yang

ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran.

Evaluasi menurut peneliti adalah kegiatan yang dilakukan unuk

mengetahui hasil belajar siswa. Evaluasi bisa dilakukan pada proses

dan akhir kegiatan pembelajaran.

2. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia a. Sejarah PMRI

Sembiring (2010:5) mengemukakan bahwa Pendidikan

(27)

11

pengajaran matematika di sekolah Indonesia. Gerakan ini adalah cara

baru untuk mengajar matematika yang bertujuan pada hasil yang lebih

baik bagi siswa dan terinspirasi dari arah perubahan sosial. Sejarah

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan

adaptasi dari Realistic Mathematics Education (RME), teori

pembelajaran yang dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970-an

oleh Hans Freudenthal. Kata realistic sebenarnya berasal dari bahasa

Belanda “Zich realiseren” yang berarti “untuk dibayangkan” atau “to imagine”. Menurut Freudental dalam Suryanto (2010:14) matematika

diajarkan sebaiknya dengan mengaitkannya dengan realitas sejalan

dengan pengalaman siswa, serta relevan dengan masyarakat.

Marpaung dalam Sembiring (2010:12) mengemukakan „PMRI

does not only implicate the differences in context with the PMRI

strategy we also tell teachers how to communicate with student.’

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa PMRI tidak hanya meliputi

perbedaan konteks dengan strategi tetapi juga bagaimana guru

berkomunikasi dengan siswa.

Berdasarkan beberapa pernyataan ahli di atas penulis dapat

menyimpulkan bahwa PMRI merupakan pendekatan dalam

matematika yang berupaya mengaitkan dunia nyata dalam

pembelajaran matematika. Pendekatan ini juga mengajak siswa untuk

berperan aktif dalam memecahkan masalah dengan membangun

(28)

b. Dasar Teoritis PMRI

Suryanto (2010:41-43) mengemukakan ada tiga prinsip dasar

teoritis PMRI yaitu :

1) Guided Reinvention and Progessive Mathematization

Prinsip Guided Reinvention menekankan pada „penemuan

kembali‟ secara terbimbing. Melalui masalah konstekstual yang

disajikan siswa diberi kesempatan untuk membangun dan

menemukan kembali ide/konsep matematika dalam menyelesaikan

masalah.

Progressive Mathematization berarti membimbing siswa

dalam berpikir matematis. Setelah menemukan ide/konsep siswa

dibimbing untuk berpikir matematis. Dikatakan progresif karena

terdiri dari dua langkah berurutan, yaitu (i) matematisasi horizontal

(berawal dari masalah kontekstual dan berakhir pada matematika

formal) (ii) matematisasi vertikal (dari matematika formal ke

matematika formal yang lebih tinggi, luas, dan rumit).

2) Didactical Phenomenology (Fenomologi Didaktis)

Prinsip ini menekankan pada pembelajaran yang bersifat

mendidik dan pentingnya masalah kontekstual untuk

memperkenalkan matematika pada siswa. Masalah kontekstualyang

dipilih harus mempertimbangkan aspek pada diri siswa dan guru

tidak memberi tahu, namun siswalah yang mencari sendiri

(29)

13

3) Self Developed Model (membangun model sendiri)

Fungsi yang ketiga menunjukkan adanya jembatan yang berupa

model. Penggunaan masalah kontekstual memungkinkan siswa untuk

mengambangkan model sendiri. Model itu mungkin masih sederhana

dan mirip dengan masalah kontekstualnya.

c. Karakteristik PMRI

Treffers dalam Wijaya (2012:21-23) menyebutkan PMRI memiliki

lima karakteristik khas yaitu :

1) Penggunaan konteks

Konteks atau permasalahan digunakan sebagai titik awal

pembelajarn matematika. Penggunaan konteks tidak harus berupa

masalah dunia nyata, namun bisa dalam bentuk permainan, alat peraga

dan situasi lain yang bermakna dan dapat dibayangkan oleh siswa.

Melalui penggunaan konteks siswa dilibatkan secara aktif untuk

melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Hasil eksplorasi

digunakan untuk mengembangkan berbagai strategi pemecahan

masalah.

2) Penggunaan model

Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan (bridge) dari

pengetahuan matematika tingkat konkret menuju pengetahuan

matematika tingkat formal.Pembelajaran matematika yang abstrak

terkadang membutuhkan model untuk penyampaiannya. Model yang

digunakan dapat bermacam-macam, dapat berupa benda konkret

(30)

3) Pemanfaatan kontribusi siswa

Matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk

yang siap pakai tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa.

Siswa diberi kesempatan untuk berkontribusi secara aktif guna

mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga diperoleh

strategi yang bervariasi.

4) Interaktivitas

Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu

melainkan juga proses sosial. Proses belajar siswa akan menjadi lebih

singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan

gagasan mereka. Untuk itu dalam pembelajaran diperlukan adanya

pola interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa, siswa dan siswa,

maupun siswa dan sarana pembelajaran. Interaksi dalam pembelajaran

matematika bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan afektif

dan kognitif siswa.

5) Keterkaitan

Matematika terdiri dari banyak konsep yang memiliki

keterkaitan satu dengan yang lain. Keterkaitan ini memungkinkan

adanya integrasi antara topik yang satu dengan topik yang lain. Oleh

karena itu konsep – konsep dalam matematika tidak dikenalkan secara

terpisah.

3. Penggunaan konteks sebagai starting point

Penggunaan konteks sebagai starting point sangat penting dalam

(31)

15

dalam pembelajaran matematika dapat membuat konsep matematika lebih

bermakna sehingga mudah dipahami siswa. Sedangkan Kaiser dalam De

Lange dalam Wijaya (2012:12) mengungkapkan bahwa penggunaan

konteks di awal pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan

ketertarikan siswa dalam belajar matematika.

Saryanto (2010:44) mengemukakan penggunaan masalah kontekstual

dalam pembelajaran dapat diletakkan di awal, tengah, maupun akhir

pembelajaran. Di awal pembelajaran dimaksudkan untuk memungkinkan

siswa menemukan konsep, definisi, maupun pemecahan dari masalah

tersebut. Peletakan di tengah dimaksudkan untuk memantapkan apa yang

telah diperoleh oleh siswa. Peletakan di akhir dimaksudkan untuk

mengembangkan siswa dalam mengaplikasikan apa yang telah

diperolehnya. Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan

bahwa penggunaan konteks sebagai starting point sangat diperlukan dalam

proses pembelajaran matematika.

Konteks yang digunakan dalam pembelajaran matematika tidak

harus berupa masalah dunia nyata, namun bisa dalam bentuk permainan,

alat peraga dan situasi lain yang bermakna dan dapat dibayangkan oleh

siswa (Treffers dalam Wijaya, 2012). Van Den Heuvel-Panhuizen dalam

Wijaya (2012:32), menyebutkan “konteks dalam pendidikan matematika

bisa dipandang secara sempit maupun luas”. Konteks dalam arti sempit

menunjuk pada suatu situasi spesifik yang dibicarakan, sedangkan dalam

(32)

cerita rekaan atau fantasia atau bisa juga masalah matematika secara

langsung.

Roth dalam Wijaya (2012) menyebutkan tiga sudut pandang yang

berbeda terkait definisi konteks. Sudut pandang pertama konteks sebagai

deskripsi situasional suatu masalah. Sudut pandang yang kedua konteks

dikaitkan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. Sudut pandang

ketiga menghubungkan konteks dengan situasi. Berdasarkan pengertian di

atas dapat disimpulkan bahwa konteks dapat berupa masalah dunia nyata

yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari siswa maupun situasi

lain yang dapat dibayangkan oleh siswa.

Roth dalam Wijaya (2012) menjelaskan, masalah matematika tidak

secara otomatis menjadi kontekstual hanya dengan menyusunnya dalam

bentuk cerita situasi, Berdasarkan pernyataan tersebut diperlukan adanya

pengembangan konteks dalam menyelesaikan masalah matematika.

Wijaya (2012:39-40) mengemukakan ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam mengembangkan konteks pembelajaran suatu konsep

matematika yaitu:

a. Konteks menarik perhatian siswa dan mampu membangkitkan

motivasi siswa dalam belajar. Konteks tersebut dapat berupa cerita

fiktif , permainan, terkait dengan pengetahuan umum atau mata

pelajaran lain dan berupa suatu penyelidikan atau investigasi.

b. Memikirkan pada suatu situasi seperti apa konsep matematika sering

diterapkan atau ditemukan

(33)

17

d. Memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa.

e. Konteks tidak memihak pada gender.

4. Matematika

James and James dalam Rusffendi (1993 : 27) mengemukakan

matematika adalah ilmu mengenai logika tentang bentuk, susunan,

besaran, dan konsep – konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya

dengan jumlah yang banyaknya terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar,

analisis dan geometri. Sedangkan Yulianto (2010:63-64) menjelaskan

matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tidak

merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam. Matematika tidak hanya

merupakan media untuk pernyataan keilmuan, rumus – rumus, tetapi juga

untuk pernyataan hasil pemikiran dan proses berpikir.

Rusffendi (1993:37) mengemukakan bahwa matematika

merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk –

bentuk atau struktur yang abstrak dan hubungan diantara hal – hal itu. Hal

ini berati belajar matematika adalah belajar tentang konsep – konsep dan

struktur – struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta

mencari hubungan antara konsep – konsep dan struktur – struktur tersebut.

Berdasarkan uraian di atas matematika menurut peneliti adalah ilmu yang

mempelajari konsep – konsep yang saling berhubungan satu dengan yang

lain.

5. Bangun Ruang

Ismadi (2006 : 4) mengungkapkan bangun ruang bisa disebut juga

(34)

Prisma

banyaknya sisi yang dimiliki. Thyer and Maggs (1971:62) menyatakan “we can also introduce the names of commons mathematical two and three

dimensional shapes. This includes the names of polygons, prisms, and

pyramids.” Copeland (1967:267) menyatakan “geometric objects having

the properties length, width, and depth involve the mathematics of solid

geometric.

Pada umumnya bangun ruang yang telah kita kenal adalah balok,

kubus, prisma, limas, kerucut, tabung dan bola. Benda – benda yang

berbentuk bangun ruang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari

seperti dadu, televisi, kotak, kaleng roti, gelas, toples, dan lain sebagainya.

Di bawah ini adalah gambar bentuk – bentuk bengun ruang.

Limas sigiempat Tabung

Kubus Balok

Kerucut Bola

(35)

19

Mustaqim (2008:207) menyatakan bangun ruang memiliki tiga

unsur yaitu :

a. Sisi

Sisi merupakan bidang yang membatasi bagian dalam dan bagian luar

suatu bangun ruang.

b. Rusuk

Rusuk merupakan garis pertemuan dua sisi yang berupa ruas garis

pada bangun ruang.

c. Titik sudut

Titik sudut merupakan pertemuan dari tiga buah rusuk atau lebih dari

bangun ruang.

Agus (2008) mengemukakan bahwa pelajaran bangun ruang

menekankan pada pengamatan pada obyek dan penalaran berdasarkan

pada benda-benda sebenarnya dan gambar-gambar yang bersesuaian.

Kegiatan yang dimulai dengan eksplorasi sifat-sifat berbagai bangun

geometri ruang, menemukan sifat-sifat itu melalui model-model dan

akhirnya menyusun sebuah kesimpulan umum, merupakan ciri dari

pelajaran geometri di sekolah dasar.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas bangun ruang menurut

peneliti adalah bangun tiga dimensi yang memiliki tiga unsur, yaitu sisi,

rusuk dan titik sudut. Bangun ruang pada penelitian ini dibatasi pada

bangun balok dan kubus.

(36)

Sulardi (2006 : 207) mengemukakan kubus adalah bangun

ruang yang terdiri dari enam sisi berbentuk persegi. Sedangkan

menurut Mustaqim (2008:208) kubus adalah sebuah bangun ruang

yang dibatasi oleh enam persegi yang berukuran sama. Simangunsong

(2008:46) menyatakan kubus adalah bangun ruang yang dibentuk oleh

3 pasang persegi yang bentuk dan ukurannya sama. Berdasarkan uraian

di atas kubus menurut peneliti adalah bangun ruang yang dibentuk oleh

6 persegi yang sama dan sebangun.

Sulardi (2006 : 207) menjelaskan kubus memiliki 6 sisi, 12

rusuk dan 8 titik sudut. Berikut gambar kubus ABCD.EFGH

Nama kubus di atas adalah ABCD.EFGH. Berdasarkan gambar di atas

maka :

1) Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah :  Sisi ABCD sisi EFGH

 Sisi ABFE sisi DCGH

 Sisi ADHE sisi BCGH

Jadi ada 6 sisi pada bangun kubus ABCD.EFGH

Sisi ABCD = sisi EFGH

Sisi ABFE = sisi DCGH

(37)

21

2) Rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah :

3) Titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah :

Titik sudut A Titik sudut E

Titik sudut B Titik sudut F

Titik sudut C Titik sudut G

Titik sudut D Titik sudut H

b. Balok

Mustaqim (2008 : 211) mengemukakan balok adalah sebuah

bangun ruang yang dibatasi oleh tiga pasang (enam buah) persegi

panjang dimana setiap pasang persegi panjang saling sejajar

(berhadapan) dan berukuran sama. Sedangkan menurut Ismadi (2006 :

16) balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh tiga pasang sisi

berbentuk persegi panjang yang masing-masing pasangan sama dan

sebangun. Berdasarkan uraian di atas balok menurut peneliti adalah

sebuah bangun ruang yang memiliki tiga pasang (enam buah) sisi

yang berbentuk persegi panjang yang setiap pasang sisinya kongruen.

Benda di sekitar kita yang termasuk balok antara lain adalah lemari,

kardus makanan, tempat pensil, kotak tisu, dan lain sebagainya. Untuk

lebih mengetahui balok berikut ditampilkan gambar balok

(38)

Berikut dijelaskan sifat-sifat balok :

Nama balok di atas adalah ABCD.EFGH. Berdasarkan gambar di atas

maka :

1) Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah :  Sisi ABCD sisi EFGH

 Sisi ABFE sisi DCGH

 Sisi ADHE sisi BCGH

Jadi ada 6 sisi pada bangun balok ABCD.EFGH

Sisi ABCD = sisi EFGH

Sisi ABFE = sisi DCGH

Sisi ADHE = sisi BCGH

2) Rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah :

Jadi ada 12 rusuk pada bangun ruang balok ABCD.EFGH

= = =

= = =

= = =

3) Titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah :

(39)

23

Titik sudut B Titik sudut F

Titik sudut C Titik sudut G

Titik sudut D Titik sudut H

Berdasarkan uraian di atas sifat-sifat balok yaitu :

a) Memiliki 6 sisi yang berbentuk persegi panjang

b) Memiliki 8 titik sudut

c) Memiliki 3 pasang sisi yang kongruen

d) Memiliki 12 rusuk (4 rusuk tegak, 4 rusuk samping, dan 4

rusuk panjang)

c. Jaring – jaring kubus dan balok`

Mustaqim (2008:214) mengemukakan jaring-jaring kubus

adalah gabungan dari beberapa persegi yang membentuk kubus.

Sedangkan jaring-jaring balok adalah gabungan dari beberapa persegi

panjang yang membentuk balok. Berikut adalah contoh gambar jaring – jaring balok dan kubus :

(40)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh saudara Eko Rusyan Anan Prasetyo

tahun 2005 dalam Suryanto (2010 :180-181) dengan judul : “Peranan Alat

Peraga dalam Proses Pembelajaran Matematika dengan menggunakan

Pendekatan Matematika Realistik di Sekolah Dasar”. Hasil penelitiannya

adalah peranan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika

dengan pendekatan realistik adalah: (1) membantu siswa untuk

mempermudah memahami suatu konsep matematika yang diajarkan, (2)

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga menumbuhkan

respon yang positif kepada siswa terhadap pelajaran matematika, (3)

membuat interaksi yang terjadi baik siswa dengan siswa, siswa dengan guru

semakin positif, (4) menumbuhkan motivasi pada siswa untuk aktif di kelas,

(5) membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan

menemukan sendiri cara penyelesaian masalah dengan metodenya sendiri, (6)

menjadikan suatu konsep matematika lebih bermakna bagi siswa, (7)

membantu guru dalam memimpin diskusi dan merangsang siswa untuk

mengadakan diskusi baik dengan sesama siswa maupun dengan guru.

Penelitian yang dilakukan oleh saudara Paulus Pintarko tahun 2005

dalam Saryanto (2010:191-192) yang berjudul “Usaha Guru dalam

Implementasi Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di Sekolah

Dasar”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa usaha guru pada tahap

persiapan sebelum mengajar meliputi: membaca buku guru, menyiapkan

media yang akan digunakan, dan membuat RPP. Pada tahap pelaksanaan

(41)

25

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika bagi sebagian anak-anak adalah hal yang

abstrak berkaitan dengan angka-angka dan rumus. Berdasarkan pengamatan

yang dilakukan guru cenderung memberi tahu konsep/sifat/teorema dan cara

menggunakannya, mentransfer pengetahuan yang dimiliki ke pikiran anak

dan anak menerimanya secara pasif dan tidak kritis. Seringkali siswa

menjawab soal dengan benar namun mereka tidak dapat mengungkapkan

alasan atas jawaban mereka. Siswa dapat menggunakan rumus tetapi tidak

tahu dari mana asalnya rumus itu dan mengapa rumus itu digunakan. Banyak

anak yang merasa bosan ketika belajar matematika karena metode yang

digunakan guru dalam mengajar kurang menarik. Hasil pembelajaran juga

kurang bermakna bagi siswa.

Penggunaan masalah kontekstual dengan pendekatan PMRI mencoba

menggali pengetahuan siswa melalui masalah sehari-hari yang mereka alami.

Pembelajaran diawali dengan sesuatu yang dekat pada siswa serta menggali

pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa. Penggunaan cerita, media, alat

peraga dan permainan dimanfaatkan secara optimal. Hal ini bertujuan agar

pembelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan dan bermakna bagi

siswa sehingga memudahkan siswa dalam memahami dan menguasai konsep

matematika. Oleh karena itu peneliti bermaksud mengembangkan

penggunaan masalah kontekstual sebagai starting point pembelajaran dalam

pembelajaran matematika.

(42)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau yang sering

disebut Research and Development (R&D). Penelitian ini bertujuan untuk

mengembangkan perangkat pembelajaran bangun ruang yang mengakomodasi

masalah kontekstual sebagai starting point pembelajaran dalam dengan

pendekatan PMRI di SD Tarakanita Magelang.

Borg and Gall (1983:772) menyatakan Educational research and

development (R&D) is a process used to develop and validate educational

product . Penelitian pengembangan yang lain juga diungkapkan oleh Arifin,

Zaenal (2011:126) penelitian dan pengembangan merupakan suatu metode

yang digunakan untuk mengatasi kesenjangan antara penelitian dasar dan

penelitian terapan.

Menurut Sugiyono (2010:407) metode penelitian pengembangan

adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Sukmadinata (2008

menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau

langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

menyempunakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan.

Produk tersebut dapat berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak

(software). Penelitian ini mengembangkan produk yang berupa perangkat

(43)

27

B. Desain dan Prosedur Pengembangan

Prosedur atau langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam penelitian

ini adalah langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono

(2010:298) seperti yang terlihat pada bagan di bawah ini.

Bagan 1.1 Langkah –langkah penggunaan Research and Development ( R & D )

Menurut Sugiyono (2010:409-427) Langkah-langkah penelitian dan

pengembangan dijabarkan sebagai berikut:

1. Potensi dan masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki

nilai tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan

dengan yang terjadi. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari

sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain, atau

dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang

(44)

2. Pengumpulan data

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual maka

selanjutnya adalah pengumpulan informasi terkait hal yang dibutuhkan

untuk mengatasi masalah tersebut.

3. Desain produk

Merumuskan produk apa yang akan digunakan guna menunjang tujuan

dari penelitian. Desain produk penelitian dan pengembangan berupa

segala sesuatu yang dibutuhkan dan dipersiapkan sebelum dilakukan

kegiatan pembelajaran.

4. Validasi desain

Merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk,

dalam hal ini metode mengajar baru secara rasional akan lebih efektif dari

yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional karena validasi di sini

masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta.

5. Revisi desain

Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para

ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan

tersebut digunakan sebagai dasar melakukan revisi.

6. Ujicoba produk

Desain produk yang berupa model pembelajaran dapat langsung

diujicobakan setelah divalidasi dan revisi. Ujicoba tahap awal dilakukan

dengan simulasi penggunaan metode mengajar tersebut. Setelah

(45)

29

7. Revisi produk

Hasil ujicoba model pembelajaran tersebut terkadang masih memiliki

kelemahan, pada tahap ini model pembelajaran yang telah diujicoba

direvisi lagi untuk mendapat hasil yang baik.

8. Ujicoba pemakaian

Setelah revisi produk, maka model pembelajaran diujicobakan dalam

lingkup pendidikan yang lebih luas. Tetapi harus dinilai kekurangan aau

hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.

9. Revisi produk

Revisi dilakukan apabila dalam pemakaian dalam lembaga pendidikan

yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan.

10. Produksi massal

Apabila produk telah dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian,

maka metode pengajaran baru tersebut dapat diterapkan pada setiap

lembaga pendidikan.

Prosedur yang digunakan oleh peneliti mengadaptasi langkah-langkah

penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono yang telah dimodifikasi oleh

peneliti. Prosedur ini perlu dimodifikasi dan berhenti pada tahap revisi desain

karena untuk melaksanakan tahap selanjutnya yaitu ujicoba produk

dibutuhkan waktu yang lebih panjang yaitu 1 tahun mengingat materi yang

diteliti baru dipelajari kembali oleh siswa pada tahun berikutnya. Dalam hal

ini peneliti tidak mempunyai banyak waktu untuk melakukan ujicoba produk.

(46)

Potensi dan masalah

Pengumpulan informasi

Desain produk

Validasi desain Revisi desain

Implementasi pada sampel terbatas

peneliti melakukan implementasi pada sampel terbatas. Prosedur yang telah

direvisi adalah sebagai berikut :

Bagan 1.2 Prosedur penelitian dan pengembangan

Penjelasan mengenai prosedur penelitian dan pengembangan di atas

adalah sebagai berikut :

1. Potensi dan masalah

Tahap potensi dan masalah dilakukan peneliti dengan observasi

dan wawancara kepada guru kelas. Observasi dan wawancara dilakukan

untuk memperoleh data-data yang diperlukan berkaitan dengan masalah

dalam pembelajaran.

2. Pengumpulan informasi

Pengumpulan informasi dilakukan oleh peneliti dengan studi

literatur. Studi literatur dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan

sumber-sumber yang berkaitan denga penelitian. Studi ini dilakukan untuk

menambah informasi tentang penelitian yang dilakukan peneliti yang

nantinya diharapkan mampu membantu peneliti dalam merancang produk

(47)

31

3. Desain Produk

Desain produk yang disusun peneliti berupa perangkat

pembelajaran. Perangkat pembelajaran disusun berdasarkan analisis

kebutuhan. Perangkat pembelajaran didesain oleh peneliti menggunakan

pendekatan PMRI. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan

menyampaikan materi secara langsung pada konsep sulit dipahami siswa.

Oleh karena itu pembelajaran yang disusun peneliti mengakomodasi

masalah konteksual sebagai starting point dengan pendekatan PMRI.

4. Validasi desain

Penelitian ini menggunakan jenis validasi dengan expert judgement

oleh dosen ahli dan 1 guru mata pelajaran matematika kelas IV di SD

Tarakanita magelang. Dosen yang melakukan expert judgement adalah E.

Ayunika, MSc, Dra. Haniek S. Pratini, M.Pd dan Veronika Fitri

Rianasari, MSc sedangkan guru yang melakukan expert judgment adalah

Agustina Ari Pratiwi, S.Pd. Validasi dilakukan untuk mengetahui

kelebihan dan kekurangan produk.

5. Revisi desain

Revisi terhadap produk yang disusun oleh peneliti adalah

kurangnya petunjuk dan kelengkapan gambar bangun ruang pada LKS.

Produk tersebut segera direvisi dan dipersiapkan untuk dilakukan uji

keterbacaan di SD yang sudah ditentukan oleh peneliti. Desain produk

(48)

6. Implementasi pada sampel terbatas.

Implementasi prototype dilakukan peneliti untuk meyakinkan bahwa produk

tersebut dapat diujicobakan dalam pembelajaran.Implementasi prototype

dilakukan di SD yang telah ditunjuk oleh peneliti

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel penelitian belum dapat ditentukan karena

penelitian hanya sampai pada tahap implementasi. Implementasi dilakukan

pada siswa kelas IVB SD Tarakanita Magelang yang berjumlah 36 siswa.

Namun untuk meyakinkan peneliti bahwa produk tersebut layak digunakan

dalam pembelajaran peneliti melakukan uji keterbacaan secara terbatas.

D. Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan berupa instrumen pengamatan

penggunaan masalah kontekstual sebagai starting point dengan pendekatan

PMRI. Instrumen penelitian yang dibuat oleh peneliti divalidasi dengan teknik

expert judgement. Lembar pengamatan berisi indikator – indikator yang

menunjukkan penggunaan masalah kontekstual sebagai starting point

pembelajaran dengan pendekatan PMRI (Lampiran 2).

Peneliti juga menggunakan panduan wawancara sebagai instrumen.

Wawancara dilakukan kepada guru. Panduan wawancara kepada guru terdiri

dari tujuh butir pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi

mengenai pembelajaran matematika di kelas (Lampiran 1). Instrumen

penelitian lain yang digunakan adalah lembar validasi perangkat

(49)

33

perangkat pembelajaran yang telah disusun. Lembar validasi terdiri dari

lembar validasi silabus, RPP, LKS, bahan ajar dan soal evaluasi.

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan 2 macam cara. Cara tersebut

meliputi :

1. Analisis Data kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari analisis hasil wawancara, pengamatan

dan juga hasil validasi dari ahli. Hasil wawancara dideskripsikan

berdasarkan panduan wawancara yang digunakan sedangkan hasil

pengematan dijabarkan berdasarkan indikator-indikator yang terdapat pada

lembar pengamatan.

2. Analisis Data kuantitatif

Data kualitattif diperoleh dari analisis hasil validasi dari ahli. Hasil

penilaian masing-masing perangkat dicari nilai rata-ratanya kemudian

disesuaikan dengan nilai interval yang terdapat pada tabel kriteria

penilaian produk. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat diketahui

apakah perangkat yang disusun perlu direvisi. Berikut adalah tabel

penilaian hasil produk pengembangan menurut Saifudin Azwar dan Setiani

(50)

Tabel 3.1 Kriteria penilaian hasil produk pengembangan

Interval tingkat pencapaian Kualifikasi

3,25 < M ≤ 4,00 Sangat baik

2,50 < M ≤3,25 Baik

1,75 < M ≤ 2,50 Kurang baik

2,00 <M ≤ 1,75 Tidak baik Sumber : Saefudin Azwar dalam Fatimah (2011:171)

Keterangan :

(51)

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Paparan dan Analisis Data Hasil Analisis Kebutuhan

Peneliti melaksanakan penelitian di SD Tarakanita Magelang. SD

Tarakanita Magelang adalah SD yang bernaung di bawah yayasan Tarakanita.

SD Tarakanita Magelang terletak di kota Magelang tepatnya di jalan Tentara

Pelajar no 25 Magelang. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti

SD Tarakanita Magelang belum menggunakan PMRI sebagai pendekatan

pembelajaran matematika. Bukti yang menunjukkan bahwa sekolah tersebut

belum menggunakan PMRI sebagai pendekatan pembelajaran matematika

dapat dilihat dari hasil observasi (lampiran 2) dan wawancara (lampiran 3)

dengan guru kelas IV B.

Observasi dan wawancara dilakukan untuk mengetahui apa saja

kekurangan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa SD

Tarakanita Magelang. Wawancara laksanakan pada tanggal 14 Januari 2012

sedangkan observasi dilaksanakan pada tanggal 09, 16, dan 23 Februari 2012

dengan materi pecahan.

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang dilakukan oleh

peneliti pembelajaran yang dilaksanakan di kelas IVB SD Tarakanita

Magelang belum menunjukkan adanya karakteristik PMRI. Guru

mengemukakan bahwa beliau pernah mendengar pendekatan PMRI namun

hanya sebatas mengetahui, apa dan bagaimana pendekatan tersebut digunakan

(52)

digunakan guru dalam pembelajaran secara umum adalah ceramah, penugasan

dan tanya jawab kadang-kadang diskusi kelompok.

Berdasarkan hasil observasi guru sudah mengaitkan pembelajaran dengan

masalah namun hanya dilakukan secara singkat sebagai apaersepsi

pembelajaran. Masalah yang diungkapkan guru terkadang jauh dari kehidupan

siswa. Siswa kurang diarahkan untuk membangun konsep berdasarkan

masalah yang disampaikan guru.

Penggunaan media dan alat peraga dalam kegiatan pembelajaran juga

sudah terlihat, namun media dan alat peraga yang digunakan terkadang kurang

menarik bagi siswa. Hal tersebut mengakibatkan siswa terlihat asyik dengan

kegiatannya sendiri dan kurang memperhatikan. Media cenderung digunakan

guru hanya untuk menjelaskan tanpa siswa mengalami secara langsung. Alat

peraga dan media yang hanya berupa gambar juga cukup sulit untuk

dibayangkan siswa. Permainan jarang dilakukan oleh guru dengan alasan

siswa akan menjadi ribut dan menghabiskan banyak waktu.

Ketika pembelajaran berlangsung penggunaan strategi informal masih

jarang terlihat. Guru kurang menjembatani siswa untuk memahami konsep

dengan stategi informal. Materi dan teori disampaikan secara langsung.

Kontribusi yang diberikan siswapun masih kurang. Pemecahan masalah

selama kegiatan pembelajaran berlangsung lebih banyak dilakukan oleh guru.

Siswa memperhatikan dan menerapkannya dalam soal yang diberikan guru.

Sehingga cara penyelesaian masalah yang dilakukan oleh siswa semuanya

(53)

37

Beberapa siswa tidak dapat mengungkapkan pendapatnya dengan alasan

waktu yang terbatas.

Interaksi guru dan siswa di kelas sudah terjadi dengan baik hal tersebut

terlihat ketika kegiatan tanya jawab berlangsung. Namun pembimbingan bagi

siswa masih kurang terutama untuk siswa yang lemah. Ketika beberapa kali

siswa melakukan kesalahan guru terkadang tidak sabar dalam mengadapinya.

Interaksi siswa dengan siswa cenderung kurang karena ketika kegiatan

diskusi kelompok berlangsung siswa yang pandai cenderung ingin

mengerjakan sendiri. Beberapa siswa juga nampak kurang senang jika

berkelompok dengan siswa tertentu. Hal ini menimbulkan siswa kurang

bisa bekerjasama satu sama lain di dalam kelompok.

Keterkaitan materi dengan topik yang lain dalam matematika sudah

terlihat. Namun frekuensinya masih kurang hanya terbatas pada materi

tertentu saja. Pengaitan materi dengan dengan mata pelajaran lain di luar

matematika tidak pernah dilakukan oleh guru. Materi matematika yang

disampaikan berdiri sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dikemukakan di atas,

maka peneliti menemukan beberapa hal yang menjadi kebutuhan siswa selama

proses pembelajaran matematika di kelas IVB SD Tarakanita Magelang.

Berikut kebutuhan yang diperlukan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang

dapat disimpulkan oleh peneliti

1. Penggunaan masalah kontekstual sebagai starting point dibutuhkan dalam

menyampaikan materi pembelajaran.

(54)

3. Siswa membutuhkan kesempatan dan motivasi untuk berani berkontribusi

saat pembelajaran berlangsung.

4. Interaktivitas dibutuhkan dalam proses pembelajaran terutama antara

siswa dengan siswa.

5. Pengkaitan materi yang dipelajari dengan mata pelajaran lainnya

dibutuhkan selama proses pembelajaran.

Oleh karena itu peneliti ingin mengembangkan perangkat pembelajaran

dengan pendekatan PMRI pada kelas IVB SD Tarakanita Magelang. Materi

perangkat pembelajaran yang ingin dikembangkan oleh peneliti adalah bangun

ruang. Perangkat pembelajaran yang ingin dikembangkan oleh peneliti

menngakomodasi lima karakteristik dalam PMRI yaitu penggunaan masalah

kontekstual, penggunaan pemodelan, penggunaan kontribusi siswa,

interaktivitas, dan intertwining. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti

memfokuskan pada penggunaan masalah kontekstual sebagai starting point

pembelajaran.

B. Paparan Desain Pengembangan

Perangkat pembelajaran yang disusun oleh peneliti terdiri dari silabus,

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan bahan ajar. Perangkat

pembelajaran yang disusun berdasarkan analisis kebutuhan yang disimpulkan

peneliti dari hasil wawancara dan pengamatan.

1. Silabus

Silabus yang disusun peneliti berdasarkan KTSP yang sesuai

dengan format BSNP. Penyusunan silabus juga memperhatikan

(55)

39

Silabus yang disusun oleh peneliti mengakomodasi kelima karakteristik

PMRI. Materi pada silabus ini adalah materi bangun ruang yang fokuskan

pada balok dan kubus.

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun berdasarkan silabus

yang telah dikemukakan di atas dengan mengakomodasi lima karakteristik

PMRI di dalamnya. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun oleh

peneliti terdiri dari 6 buah. Tiga buah untuk materi sifat-sifat bangun ruang

dan 3 buah untuk materi jaring-jaring kubus dan balok.

3. Bahan ajar

Bahan ajar bersumber dari buku paket yang menjadi pegangan

guru dan beberapa buku referensi yang lain. Peneliti juga membuat sebuah

cerita berkaitan dengan materi sebagai pendukung bahan ajar serta

pengadaan dan pembuatan alat peraga. Alat peraga berupa benda-benda

nyata yang ada di sekitar siswa seperti almari, kotak sabun, kotak pasta

gigi dan lain-lain Sedangkan alat peraga yang dibuat oleh peneliti adalah

bangun ruang kubus dan balok.

4. Lembar kegiatan siswa

Lembar kegiatan siswa disusun berdasarkan rencana pelaksanaan

pembelajarann yang telah dibuat. Lembar kegiatan siswa berisi kegiatan

belajar siswa serta refleksi pembelajaran.

5. Evaluasi

Evaluasi disusun untuk mengetahui tingkat pencapaian belajar

(56)

mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai setelah proses

pembelajaran.

Guru juga melakukan penilaian selama proses pembelajarn

berlangsung. Oleh karena itu peneliti menyusun rubrik penilaian. Rubrik

tersebut terdiri dari penilaian proses dan produk hasil belajar siswa

Setelah menyusun perangkat pembelajaran tersebut peneliti melakukan

validasi ahli (expert judgement). Validasi dilakukan oleh dosen ahli dan guru

mata pelajaran matematika kelas IV di SD Tarakanita magelang. Dosen yang

melakukan expert judgement adalah Dra. Haniek S. Pratini, M.Pd E., Ayunika,

Msc dan Veronika Fitri Rianasari, MSc sedangkan guru yang melakukan

expert judgment adalah Agustina Ari Pratiwi, S.Pd. BerikutHasil validasi oleh

dosen dan guru.

Tabel 4.1 Hasil validasi perangkat pembelajaran

No. Perangkat pembelajaran Skor rata-rata Kriteria

1 Silabus 3,66 Sangat Baik

2 RPP 3,56 Sangat Baik

3 LKS 3,40 Sangat Baik

4 Bahan ajar 3,50 Sangat Baik

5 Evaluasi 3,60 Sangat Baik

Berdasarkan hasil validasi di atas, perangkat pembelajaran yang disusun

oleh peneliti termasuk kriteria sangat baik. Hal tersebut dapat diartikan bahwa

perangkat pembelajaran yang disusun peneliti layak untuk dikembangkan dan

digunakan. Namun demikian, perangkat pembelajaran yang disusun oleh

peneliti masih perlu direvisi terutama untuk LKS, soal evaluasi dan refleksi

(57)

41

Peneliti melakukan uji keterbacaan rancangan perangkat pembelajaran

yang telah direvisi. Hal tersebut bertujuan untuk meyakinkan peneliti bahwa

hasil revisi rancangan perangkat pembelajaran tersebut dapat dipahami oleh

pembaca. Uji keterbacaan rancangan tersebut dilakukan pada 6 siswa dan guru

di SDN Turi 2.

Berdasarkan hasil uji keterbacaan tersebut, siswa dan guru memahami

rancangan tersebut. Ditunjukkan dengan hasil jawaban siswa pada LKS. Siswa

mampu memahami soal-soal yang terdapat pada LKS. Sesuai dengan hasil uji

keterbacaan, guru perlu menekankan perbedaan antara sifat dan ciri-ciri bangun

ruang. Guru juga perlu membantu siswa memahami bagaimana memberi nama

pada bangun ruang. Hasil keterbacaan tersebut, kemudian direvisi oleh peneliti.

Hasil revisi tersebut yang menjadi prototype dalam penelitian ini. Peneliti akan

mengimplementasikannya pada siswa dan guru kelas IV-B SD Tarakanita

Magelang.

C. Paparan Hasil Implementasi Produk pada Sampel Terbatas 1. Deskripsi Implementasi Perangkat Pembelajaran

Implementasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam enam kali

pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggl 16 April 2012

pada jam ke- 2 dan ke-3, pertemuan kedua pada tanggal 20 April 2012

pada jam ke-1 dan ke-2, pertemuan ketiga pada tanggal 23 April 2012

pada jam ke-1 dan ke-2, pertemuan keempat pada tanggal25 April 2012

pada jam ke-4 dan ke-5, pertemuan kelima pada tanggal 30 April 2012

(58)

pada jam ke-4 dan ke-5. Jumlah siswa kelas IVB SD Tarakanita Magelang

ada 36 siswa.

Standar kompetensi materi yang diimplementasikan adalah memahami

sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar yang

terdiri dari dua KD. KD tersebut adalah menentukan sifat-sifat bangun

ruang sederhana dan menentukan jaring-jaring balok dan kubus.

Pertemuan pertama dan kedua membahas mengenai KD satu yaitu

menentukan sifat-sifat bangun ruang (RPP 1 dan 2). Pertemuan ketiga

dilakuakn evaluasi hasil belajar siswa Pertemuan keempat dan kelima

membahas mengenai KD dua yaitu menentukan jaring-jaring balok dan

kubus (RPP 4 dan 5). Pertemuan keenam dilakukan evaluasi untuk

mengetahui hasil belajar siswa.

Peneliti melakukan pengamatan selama proses pembelajaran

berlangsung. Selain melakukan pengamatan peneliti juga merekam

kegiatan pembelajaran setiap pertemuan. Hasil rekaman tersebut akan

digunakan untuk bahan pembahasan dan bukti implementasi. Peneliti

melakukan pengamatan terhadap kelima karakteristik PMRI. Pengamatan

yang dilakukan peneliti difokuskan pada karakteristik penggunaan

masalah kontekstual sebagai starting point pembelajaran.

2. Hasil Implementasi dan Pembahasan

Sub bab ini akan membahas mengenai hasil implementasi pada

setiap karakteristik pendekatan PMRI pada materi bangun ruang di kelas

IV-B SD Tarakanita Magelang. Pembahasan akan lebih ditekankan pada

Gambar

Tabel 4.1 Hasil validasi perangkat pembelajaran  ..........................................
gambar balok
Tabel 3.1 Kriteria penilaian hasil produk pengembangan
Tabel 4.1 Hasil validasi perangkat pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Temuan lain dari hasil penelitian ini menunjukkan konsitensi antara peningkatan rerata skor unsur soft skill dan rerata skor kegiatan mahasiswa dari fase

Dari tabel 1 menunjukkan waktu yang diperlukan dalam pembuatan pupuk dari limbah ubi kayu dengan pencampuran aktivaktor tricholant dan pupuk kandang adalah 9

Penanganan bijih nikel kadar rendah masih kurang efektif jika hanya dilakukan dengan dipadatkan dengan menggunakan bulldozer untuk mengurangi kondis loose tumpukan bijih

Dari hasil penelitian serta pembahasan maka kesimpulan penelitian adalah implementasi workplace spirituality yang meliputi dimensi; meaningful work, sense of community dan

Dengan dilakukannya penelitian yang berjudul “Analisis Pemilihan Perangkat Lunak Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP),

Kompleksitas berbagai masalah sebagai akibat pengaruh dari pemanasan global dan perubahan iklim sudah cukup lama diteliti serta menjadi salah satu topik utama

In Proceedings of the 21st annual international ACM SIGIR conference on Research and development in information retrieval , pages 55–63. A language modeling approach to

Dalam hal adanya fiksi hukum, yang menyatakan semua keputusan pejabat tata usaha negara adalah berdasarkan undang-undang, maka untuk persyaratan pembayaran pendahuluan tersebut