BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Paparan Hasil Implementasi Produk pada Sampel Terbatas
2. Hasil Implementasi dan Pembahasan
Sub bab ini akan membahas mengenai hasil implementasi pada setiap karakteristik pendekatan PMRI pada materi bangun ruang di kelas IV-B SD Tarakanita Magelang. Pembahasan akan lebih ditekankan pada penggunaan masalah kontekstual sebagai starting point pembelajaran.
43
a. Gambaran umum karakteristik PMRI
Selama pelaksanaan implementasi pembelajaran lima karakteristik PMRI dapat dimunculkan dengan baik. Namun masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan ditambah oleh peneliti terkait dengan lembar kegiatan siswa. Siswa terlihat antusias dan senang dengan proses pembelajaran yang mereka alami. Hal tersebut mendorong siswa untuk memberikan kontribusi secara aktif selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung.
Penggunaan masalah kontekstual sebagai starting point dalam pembelajaran nampak pada penggunaan benda-benda bangun ruang yang ada di sekitar siswa. Berikut transkrip ketika guru menggunakan bangun ruang untuk memperkenalkan materi.
Keterangan :
G : Guru dan S : Siswa
G : Kemarin ditugasi membawa benda berbentuk kubus, siapa yang membawa ya?
S : Aku bawa ( siswa menunjukkan kardus berbentuk kubus yang dibawanya ada juga yang menujukkan kubik). G : Jangan buat mainan ini salah satu benda berbentuk kubus
(guru memegang benda yang tadi ditunjukkan siswa).
Pada hari sebelumnya guru memberi tugas kepada siswa untuk membawa benda – benda yang berbentuk kubus. Hal tersebut dapat membantu guru dalam menunjukkan benda – benda yang berbentuk kubus kepada siswa mengingat benda yang ada di kelas maupun yang disiapkan peneliti terbatas.
Ada beberapa kendala yang muncul ketika kegiatan pembelajaran berlangsung beberapa siswa terlihat kurang memperhatikan dan asyik bermain dengan benda yang mereka bawa. Namun demikian guru bisa mengatasi dengan menegurnya sehingga siswa dapat kembali mendengarkan.
Gambar 4.2 Siswa menggunakan benda untuk bermain
Benda–benda tersebut digunakan siswa untuk mengidentifikasi sifat–sifat bangun ruang dengan bantuan lembar kegiatan yang dibagikan guru. Pemanfaatan masalah kontekstual yang ada di sekitar siswa bermanfaat untuk mempermudah siswa mengenal bangun ruang.
Selain itu penggunaan masalah kontekstual juga terlihat ketika guru melakukan apersepsi menggunakan cerita sebelum masuk pada materi pembelajaran. Cerita yang digunakan sebanyak dua kali yang
45
berupa cerita bersambung yang berjudul “Paijo dan Kotak Ajaib”. Media yang digunakan dalam cerita berupa benda-benda yang berbentuk bangun ruang seperti kotak pasta gigi, kotak sabun, tisu yang berbentuk kotak, kotak minyak wangi dan lain-lain.
Gambar 4.3 Guru bercerita
Cerita digunakan sebagai pengantar untuk mengenal bangun ruang. Cerita yang disajikan mampu menarik perhatian siswa untuk mempelajari materi bangun ruang. Benda-benda yang terdapat dalam cerita seperti yang telah disebutkan di atas mampu mempermudah siswa untuk mengenal bangun ruang. Karakteristik ini akan dipaparkan seacara lebih mendalam pada sub bab selanjutnya.
1) Penggunaan model
Penggunaan model dalam implementasi pembelajaran nampak ketika siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Masing–masing kelompok dapat memecahkan masalah yang diberikan guru dengan menggunakan model benda-benda di sekitar siswa. Berikut cuplikan transkrip kegiatan pembelajaran menggunakan pemodelan.
G : Sisi yang mana hayo?
S : 1, 2, 3, 4, 5, 6 (siswa menghitung jumlah sisi menggunakan benda yang dibagikan).
G : Rusuk yang mana?
S : 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 (siswa menghitung jumlah sisi menggunakan benda yang dibagikan). G : Rusuk sayang rusuk…
G +S : 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 (guru dan siswa menghitung jumlah sisi menggunakan benda yang dibagikan).
Gambar 4.4 Siswa menggunakan model nyata
Pada transkrip dan gambar yang ditunjukkan di atas siswa terlihat sedang menggunakan model berupa benda nyata untuk mengetahui konsep tentang sifat-sifat balok. Selain itu penggunan model juga terlihat ketika siswa berusah menemukan strategi untuk membuat jaring- jaring.
47
Penggunaan model bermanfaat sebagai jembatan dari pengetahuan matematika tingkat informal menuju tingkat formal. Siswa menggunakan benda-benda nyata sebagai model sehingga menemukan suatu konsep. Selanjutnya baru siswa di hadapkan dengan kalimat matematika. Hal ini akan mempermudah siswa dalam memahami konsep secara lebih mendalam.
Kendala yang dihadapi ketika menerapkan karakteristik penggunaan model adalah siswa kurang mampu untuk menentukan ukuran jaring-jaring yang harus mereka buat dengan model yang telah ditentukan. Namun pada kegiatan selanjutnya atas saran dari guru peneliti membuat rancangan model yeng mempermudah siswa membuat jaring-jaring. Rancangan model tersebut berupa kertas dengan kotak-kotak berbentuk persegi.
2) Kontribusi siswa
Karakteristik selanjutnya adalah kontribusi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menggunakan media yang dibagikan. Siswa menyelesaikan masalah dengan media tersebut. Di sini terlihat ada beberapa strategi yang digunakan siswa untuk menyelesaikan masalah. Berikut kutipan transkripnya.
S : persegi yang membentuk sisi ketika dilipat G : belum
S : petak petak yang terdiri dari persegi
G : belum ini terdiri dari 1 atau beberapa persegi S : beberapa persegi
G : beberapa persegi itu merupakan gabungan atau tidak S : iya
G : jadi apa? Gabungan dari
G : gabungan dari beberapa persegi yang membentuk kubus atau gabungan dari 6 persegi yang membentuk kubus disebut dengan jaring-jaring kubus gabungan dari 6 buah persegi yang membentuk kubus nah itu yang dimaksud dengan jaring- jaring kubus.
Gambar 4.6 Siswa berusaha memecahkan masalah
Berdasarkan transkrip di atas banyak jawaban yang diungkapkan oleh siswa. Jawaban yang diungkapkan oleh siswa di dapatkan dari menganalisis bangun kubus yang sudah mereka bongkar. Mereka mempunyai banyak pilihan cara untuk menyelesaikan masalah sampai ditemukan jawaban yang tepat. Ketika mereka diberi tugas untuk membuat jaring-jaring kubus menentukan sendiri model jaring-jaring mana yang ingin digunakan.
Guru memberikan pertanyaan yang memancing siswa menemukan jawaban atas permasalahan. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk memancing siswa mengungkapkan pendapatnya. Tidak semua pendapat yang dikemukan siswa benar terkadang masih ada yang salah, namun guru dengan sabar menambahkan pendapat siswa sehingga dapat memperolah jawaban yang benar. Pada akhir kegiatan pembelajaran guru mengajak siswa untuk menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari.
49
Manfaat dari kontribusi siswa adalah siswa dapat berperan aktif dalam membangun konsep mereka sendiri. Siswa diberi kesempatan mengungkapkan berbagai cara dan strategi yang mereka temukan untuk memecahkan masalah. Hal tersebut berdampak pada suasana kelas yang tampak hidup.
3) Interaktivitas
Interaktivitas dapat membangun komunikasi yang baik sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Secara umum interaktivitas ini dibagi menjadi dua, yaitu interaktivitas guru dengan siswa, dan interaktivitas siswa dengan siswa.
Interaktivitas siswa dengan guru dalam pembelajaran muncul ketika Tanya jawab mengenai materi. Siswa akan sukarela bahkan berebut untuk menjawab pertanyaan dari guru. Berikut cuplikan transkripnya.
G : Minggu kemarin kita sudah belajar tentang sifat- sifat apa?
S : Balok
G : Apa saja sifat- sifat balok?
S : Aku, aku (siswa berebut tunjuk jari ingin menjawab) G : Silahkan maju ke depan ayo beni, cepet. Sifat yang
pertama apa ben sambil kamu pegang tunjukkan sifat yang pertama apa?
Gambar 4.7 Siswa memberikan tanggapan secara aktif
Pada kegiatan pembalajaran ini siswa secara aktif memberi tanggapan yang dilontarkan oleh guru. Terkadang siswa juga saling memberi tanggapan kepada siswa lain ketika salah menjawab pertanyaan dan guru sebagai fasilitator menjembatani mereka sehingga menemukan jawaban yang benar. Sedangkan interaktivitas siswa dengan siswa terlihat ketika kegiatan di dalam kelompok siswa saling bertukar pendapat dan berbagi dalam mengerjakan tugas kelompok.
Gambar 4.8 Siswa berdiskusi
Interaktivitas seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas mampu menciptakan suasana menyenangkan di dalam kelas. Siswa terlihat sangat aktif baik ketika berinteraksi dengan guru maupun teman dalam
51
berdiskusi. Hal tersebut mempermudah mereka dalam memahami konsep yang mereka pelajari.
Namun demikian ada kendala yang dihadapi pada saat penerapan karakteristik ini. Beberapa siswa di dalam kelompok ternyata ada yang terlihat pasif karena teman-teman dalam kelompok tidak mau mengajak bekerjasama dengan alasan susah diajak kerjasama. Berdasarkan pengematan peneliti anak tersebut memang agak lambat dalam belajar. 4) Keterkaitan
Keterkaitan dalam pembelajaran juga muncul saat proses pembelajaran berlangsung. Guru mengaitkan materi yang dipelajari dengan materi lain. Hal tersebut terlihat ketika guru mengaitkan materi jaring-jaring balok dangan jaring-jaring kubus dan kegiatan membilang. Berikut cuplikan transkripnya.
G : Kalau kemarin jaring jaring kubus adalah gabungan dari 6 buah persegi yang dapat membentuk kubus sekarang apa pengertian
dari jaring – jarring balok? S : Gabungan dari beberapa G : Apa? Siapa coba angga?
S : Gabungan dari beberapa persegi panjang dapat membentuk balok
Guru mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi lain yang kemarin sudah dipelajari oleh siswa. Materi bangun ruang dapat juga dikaitkan dengan mata pelajaran lain seperti Bahasa Indonesia dan SBK Pengaitan materi matematika dengan mata pelajaran lain agar siswa dapat mengaplikasikan materi non matematika dengan materi pembelajaran lain.
b. Pengguaan masalah kontekstual
Pada bab ini akan dipaparkan hasil pengamatan implementasi pembelajaran. Pemaparan akan difokuskan pada karakteristik yang dipilih peneliti yaitu penggunaan masalah kontekstual sebagai strating point
pembelajaran.
1) Menggunakan masalah kontekstual
a) Menggunakan cerita yang dekat dengan kehidupan siswa.
Soal cerita digunakan pada awal materi sifat-sifat balok dan materi jaring – jaring kubus. Cerita digunakan di awal sebagai pengantar masuk materi. Cerita “Paijo dan Kotak ajaib” pada pembelajaran materi ja ring-jaring kubus dilakukan dengan bantuan peneliti mengingat kondisi guru yang saat itu kurang sehat.
Atas saran dari guru cerita “Paijo dan Kotak ajaib” pada bagian ini diceritakan dengan boneka tangan untuk lebih menarik perhatian siswa. Pada bagian ini memungkinkan siswa untuk berinteraksi karena cerita dibawakan dengan dialog yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi pula. Siswa terlihat antusias ketika memperhatikan cerita yang dibawakan oleh guru.
53
Penggunaan cerita yang dekat dengan siswa, dalam proses pembelajaran bermanfaat untuk mengantar siswa mengenal konsep yang akan dipelajari. Selain itu penggunaan cerita yang dikemas secara menarik mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga dapat berpengaruh bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Ketika suasana kelas menyenangkan siswa dapat lebih mudah dalam belajar.
b) Permasalahan kontekstual yang disampaikan mampu mengarahkan siswa menemukan konsep.
Permasalahan yang disampaikan berupa pertanyaan mengenai benda-benda yang terdapat dalam cerita “Paijo dan Kotak Ajaib”. Berdasarkan permasalahan tersebut siswa diarahkan untuk mengenal konsep bentuk-bentuk bangun ruang balok dan kubus. Konsep mengenai bangun ruang balok dan kubus dapat siswa lihat melaui benda-benda yang terdapat dalam cerita.
Permasalahan yang disampaikan dalam cerita juga digunakan untuk mengenalkan konsep jaring-jaring kubus dan balok. Siswa membongkar benda-benda yang ada di dalam cerita sehingga siswa dapat menemukan konsep bentuk jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok. Berikut cuplikan transkripnya.
G : setelah itu amatilah benda yang diperoleh kotak kubus ini kalian amati baik-baik untuk kegiatan pertama kalian bongkar tadi kan paijo meminta tolong untuk
membongkar apa isinya nanti kalau
sudah ketemu dikembalikan lagi pada paijo isinya S : aaaaaa
G : Tuliskan ciri-ciri kubus yang kamu dapat dari
dapat, silahkan dibongkar bersama sama.
Gambar 4.8 Siswa menggunakan alat peraga untuk menemukan konsep Permasalahan yang disampaikan guru bermanfaat untuk mendorong siswa mengenal konsep yang akan mereka pelajari. Konsep tersebut mereka temukan sendiri, sehingga siswa mampu memahami dengan lebih mendalam.
c) Permasalahan kontektual yang disampaikan mudah dimengerti siswa. Permasalahan kontekstual yang disamapaikan pada proses pembelajaran berupa Cerita Paijo dan Kotak Ajaib berisi tentang seorang pemuda yang tinggal di pinggir hutan yang bermimpi dalam mimpinya ada seorang kakek tua yang memerintahkannya untuk mengambil sebuah kotak di dalam gua. Kotak tersebut berisi sabun, pasta gigi, tisu, permen dan parfum.
Cerita Paijo dan Kotak Ajaib cukup dekat dengan kehidupan di sekitar siswa sehingga mudah dimengerti siswa. Setelah itu guru memancing siswa untuk menyebutkan benda-benda lain di sekitar siswa yang bentuknya hampir sama dengan yang ada di dalam cerita yaitu berbentuk balok dan kubus.
55
2) Menggunakan media dan alat peraga
a) Media dan alat peraga yang digunakan mudah ditemukan/dekat dengan siswa.
Media yang digunakan adalah kotak pasta gigi, kotak sabun, tisu, botol perfume, dan kotak permen yang ada di dalam cerita Paijo dan Kotak Ajaib. Media tersebut digunakan siswa untuk menyelesaikan masalah yang diberikan guru.
Selain media tersebut guru juga menggunakan media yang ada di sekitar ruangan kelas yaitu berupa lemari, dan speaker. Siswa juga diberi tugas untuk membawa benda-benda yang dimiliki yang berbentuk balok atau kubus seperti kubik, kardus, dadu dan lain-lain. Semua media di atas mudah ditemukan di sekitar siswa. Berikut cuplikan transkrip penggunaan alat peraga yang dekat dengan kehidupan siswa.
G : Kemarin ditugasi membawa benda berbentuk kubus, siapa yang membawa ya?
S : Aku bawa
G : Jangan buat mainan ini salah satu benda berbentuk kubus! S : hi dadu
G : Coba bentuknya kubus yang selain itu?
S : Dadu
G : Bu tina tidak membawa dadu tetapi membawa boneka bentuknya seperti gantungan kunci
S : Bu itu kayak punyaku buat di mobil itu lho bu, selain ini apa benda disekitar kamu?
S : Aku tahu
G : Apa selain kubik kubik tadi kan sudah apa? S : Lemari
G : Lemari yang kotak berbentuk kubus juga ada terus apalagi S : Kardus
G : Kardus juga ada
S : Speaker (menunjuk speaker yang ada di kelas) G : Speaker itu kubus atau balok?
S : Balok
Gambar 4.9 Guru menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran
Gambar 4.10 Siswa menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran Penggunaan media yang dekat dengan kehidupan siswa dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep. Siswa dapat menggunakan secara langsung benda yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa lebih bermakna. Kendala yang ditemukan saat panggunaan alat peraga ini adalah adanya beberapa siswa yang terlihat kurang memperhatikan dan asyik menggunakan alat peraga yang mereka
57
dapat untuk bermain. Namun guru dapat mengatasinya dengan menegur dan memberi penjelasan mengenai kegunan alat peraga tersebut.
b) Media dan alat peraga dapat menarik perhatian siswa
Media yang digunakan mampu menarik perhatian siswa. Hal tersebut terlihat dari sikap antusias siswa ketika memperhatikan media yang digunakan guru dan ketika mereka mengidentifikasi sifat bangun ruang menggunakan media tersebut. Berikut cuplikan transkripnya.
S : Siswa memperhatikan guru ketika bercerita tentang kotak ajaib.
S : yo bukai yo a paling gak ada isinya (siswa dibagi media yang berupa bangun ruang kubus untuk kemudian mereka bongkar, kubus sengaja diisi dengan sesuatu untuk lebih menarik perhatian siswa untuk membongkarnya)
G : yo dicoba dulu kita buka S : batu ,receh
G : gini saja ini nanti satu kelompok dua anak satu kelompokyang tidak ada pasangannya boleh duduk dengan Benita. Sementara guru membagi kubus yang akan dibagikan anak kelihatan penasaran dengan isi di
dalamnya kemudian disusul dengan LKS. Tapi belum boleh dibuka terlebih dahulu (siswa mulai gaduh tidak sabar untuk membuka)
Gambar 4.11 Guru bersama siswa membongkar media yang digunakan Pada transkripsi di atas kelihatan siswa sangat tertarik dengan media yang disajikan. Siswa tidak sabar membongkar media yang mereka
dapat untuk kemudian dijiplak menjadi jaring-jaring kubus. Ketertarikan pada media ini dapat dimanfaatkan guru untuk membimbing siswa memahami konsep. Kendala yang dihadapi karena tidak sabar siswa cenderumg ribut dan berebut.
2) Menggali pengetahuan awal yang dimiliki siswa
a. Pengetahuan awal yang digali sesuai dengan materi
Guru menanyakan pengetahuan awal ketika materi bangun ruang kubus dengan menanyakan benda-benda di sekitar siswa yang berbentuk kubus.. Berikut cuplikan transkripnya.
G : coba bentuknya kubus ya selain itu? S : dadu
G : bu tina tidak membawa dadu tetapi membawa boneka bentuknya seperti gantungan kunci
S : bu itu kayak punyku buat di mobil itu lho bu, selain ini apa benda disekitar kamu?
S : aku tahu
G : apa selain kubik kubik tadi kan sudah apa? S : lemari
G : lemari yang kotak berbentuk kubus juga ada terus apalagi S : Kardus
G : Kardus juga ada
S : speaker (menunjuk speaker yang ada di kelas) G : speaker itu kubus atau balok?
S : balok
G : beda ya, ini contoh benda yang berbentuk kubus
G : sekarang nanti setiap kelompok setiap kelompok, sudah ada yang membawa?
Berdasarkan transkripsi di atas guru berusaha menggali pengetahuan awal siswa menggunakan media. Penggalian pengetahuan awal dilakuakn guru dengan tanya jawab. Pada proses ini siswa terlihat saling mengemukakan pendapatnya, mengungkapkan pengetahuan yang mereka miliki, walaupun terkadang yang mereka ungkapkan masih salah.
59
Pengetahuan awal yang telah digali dari siswa akan dimanfaatkan oleh guru untuk melihat seberapa jauh pengetahuan siswa mengenai materi yang akan dipelajari siswa. Hal ini dapat mempermudah guru untuk membimbing siswa pada tahap belajar selanjutnya.