• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi penandaan kemasan produk obat bebas dan obat bebas terbatas yang beredar di apotek di Kota Yogyakarta berdasarkan standar Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), World Health Organization (WHO) dan Food and Drug Administration (FDA) - USD Repos

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi penandaan kemasan produk obat bebas dan obat bebas terbatas yang beredar di apotek di Kota Yogyakarta berdasarkan standar Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), World Health Organization (WHO) dan Food and Drug Administration (FDA) - USD Repos"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENANDAAN KEMASAN PRODUK OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS YANG BEREDAR DI APOTEK DI KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN STANDAR BADAN PENGAWASAN

OBAT DAN MAKANAN (BPOM),WORLD HEALTH ORGANIZATION

(WHO) DANFOOD AND DRUG ADMINISTRATION(FDA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Sekar Dewi Nawang Wulan NIM : 088114112

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

EVALUASI PENANDAAN KEMASAN PRODUK OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS YANG BEREDAR DI APOTEK DI KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN STANDAR BADAN PENGAWASAN

OBAT DAN MAKANAN (BPOM),WORLD HEALTH ORGANIZATION

(WHO) DANFOOD AND DRUG ADMINISTRATION(FDA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Sekar Dewi Nawang Wulan NIM : 088114112

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

SUKSES Adalah buah dari Kerja Keras, Doa,

sabar, Serta Harapan....

Dengan segala puji syukur kepada Allah S.W.T Tuhan Yang Maha Esa, karya kecil ini saya persembahkan kepada :

Bapak dan Ibu yang telah memberikan dukungan berupa kasih sayang, perhatian, kepercayaan, dan semuanya

Mas Dewa Mahardika beserta istri dan keponakanku Balla yang selalu mendukung dengan berbagai cara

Sahabat–sahabatku termasuk Alfiari , Novia dan Rizma yang senantiasa selalu mendukung dan selalu membantu tanpa ragu

Teman-teman KKN kelompok 8, Daniel, Monica, Desy, Jesica, Ciska, Yosa, Rina, Yanuar, Presti yang selalu memberikan semangat

Teman-teman FKK B ’08 yang sudah menjadikanku bagian dari hidup kalian

(6)
(7)
(8)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha

Esa atas segala rahmat, anugerah, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini

bukanlah sesuatu hal yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta yang berkenan memberikan izin

penelitian kepada penulis.

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc.,Apt selaku dosen pembimbing dan penguji

yang selalu memberikan arahan, saran, kritik, dan dorongan serta selalu

sabar dalam membimbing sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini

dapat berjalan dengan lancar.

4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si.,Apt dan Ibu Rini Dwiastuti, M.Sc.,Apt

atas kesediaan menguji serta memberikan saran yang berharga dalam proses

penyusunan skripsi ini.

5. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm.,Apt selaku pembimbing akademis

yang selalu memberikan motivasi terhadap penulis.

(9)

viii

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak mendukung dan membantu penulis dari awal hingga

terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PERSEMBAHAN...

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...

PRAKATA...

BAB I PENGANTAR...

A. Latar Belakang...

1. Permasalahan...

2. Keaslian penelitian...

3. Manfaat penelitian...

B. Tujuan Penelitian...

1. Tujuan Umum...

2. Tujuan Khusus...

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………...

A. Obat Bebas...…………...

B. Obat Bebas Terbatas...

C. Informasi Obat………...

D. Penandaan..………...

E. Apotek....………...

F. Informasi Penandaaan Berdasarkan Peraturan Badan

(11)

x

G. Informasi Penandaaan Berdasarkan Peraturan

FDA...

H. Informasi Penandaaan Berdasarkan Peraturan

WHO...

I. Landasan Teori...

J. Hipotesis...

BAB III METODE PENELITIAN...

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...

B. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian...

C. Bahan Penelitian...

D. Tata Cara Penelitian...

1. Alat Penelitian...

2. Pengumpulan Bahan Penelitian…...

3. Analisis Hasil………...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...

A. Penandaan Kemasan Produk Obat Bebas dan Bebas Terbatas

Sesuai Standar BPOM, FDA, dan WHO...

B. Penandaan Kemasan Obat Bebas dan Bebas Terbatas yang

Beredar di Kota Yogyakarta………...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I.Golongan Anti Fungi Standar BPOM...

Tabel II. Golongan Anti Hipotiroidisme Standar BPOM...

Tabel III. Golongan AntiScabiesStandar BPOM...

Tabel IV. Golongan Obat Analgesik Non Narkotik Standar BPOM...

Tabel V. Golongan Obat Antasida dan Ulkus Standar BPOM...

Tabel VI. Golongan Obat Antelmintik Standar BPOM...

Tabel VII. Golongan Obat AntiAcneStandar BPOM...

Tabel VIII. Golongan Obat Anti Alergi Standar BPOM...

Tabel IX. Golongan Obat Anti Anemia Standar BPOM...

Tabel X. Golongan Obat Anti Asma Standar BPOM...

Tabel XI. Golongan Obat Anti Ekzem Standar BPOM...

Tabel XII. Golongan Obat Anti Emetik Standar BPOM...

Tabel XIII. Golongan Obat Anti Histamin Standar BPOM...

Tabel XIV. Golongan Obat Anti Malaria Standar BPOM...

Tabel XV. Golongan Obat Anti Radang Topikal Standar BPOM...

Tabel XVI. Golongan Obat Antiseptik dan Desinfektan Standar

BPOM...

Tabel XVII. Golongan Obat Antitusif Standar BPOM...

Tabel XVIII. Golongan Obat Dekongestan Standar BPOM...

Tabel XIX. Golongan Obat Lain untuk Topikal Kulit Standar

BPOM...

Tabel XX. Golongan Obat Laksatif Standar BPOM...

Tabel XXI. Golongan Obat Larutan Elektrolit Oral Standar BPOM....

Tabel XXII. Golongan Obat Mata Anti Inflamasi Standar BPOM...

Tabel XXIII. Golongan Obat Mata lain Standar BPOM...

Tabel XXIV. Golongan Obat Mukolitik Standar BPOM...

Tabel XXV. Golongan Obat Mempengaruhi Saluran Kemih Standar

BPOM...

Tabel XXVI. Golongan Obat Untuk Telinga, Hidung, Tenggorokan

(13)

xii

Standar BPOM...

Tabel XXVII. Golongan Anti Fungi Standar FDA...

Tabel XXVIII. Golongan Anti Hipotiroidisme Standar FDA...

Tabel XXIX. Golongan AntiScabiesStandar FDA...

Tabel XXX. Golongan Obat Anti Asma Standar FDA...

Tabel XXX1. Golongan Obat Analgesik Non Narkotik Standar FDA..

Tabel XXX1I. Golongan Obat Antasida dan Ulkus Standar FDA...

Tabel XXXIII. Golongan Obat Antelmintik Standar FDA...

Tabel XXXIV. Golongan Obat AntiAcneStandar FDA...

Tabel XXXV. Golongan Obat Anti Alergi Standar FDA...

Tabel XXXVI. Golongan Obat Anti Anemia Standar FDA...

Tabel XXXVII. Golongan Obat Anti Asma Standar FDA...

Tabel XXXVIII. Golongan Obat Anti Ekzem Standar FDA...

Tabel XXXIX. Golongan Obat Anti Emetik Standar FDA...

Tabel XL. Golongan Obat Anti Histamin Standar FDA...

Tabel XLI. Golongan Obat Anti Malaria Standar FDA...

Tabel XLII. Golongan Obat Anti Radang Topikal Standar FDA...

Tabel XLIII. Golongan Obat Antiseptik dan Desinfektan Standar

FDA...

Tabel XLIV. Golongan Obat Antitusif Standar FDA...

Tabel XLV. Golongan Obat Dekongestan Standar FDA...

Tabel XLVI. Golongan Obat Lain untuk Topikal Kulit Standar

FDA...

Tabel XLVII. Golongan Obat Laksatif Standar FDA...

Tabel XLVIII. Golongan Obat Larutan Elektrolit Oral Standar FDA...

Tabel XLIX. Golongan Obat Mata Anti Inflamasi Standar FDA...

Tabel L. Golongan Obat Mata lain Standar FDA...

Tabel LI. Golongan Obat Mukolitik Standar FDA...

Tabel LII. Golongan Obat Mempengaruhi Saluran Kemih Standar

FDA...

Tabel LIII. Golongan Obat Untuk Telinga, Hidung, Tenggorokan

(14)

xiii

Standar FDA...

Tabel LIV. Golongan Anti Fungi Standar WHO...

Tabel LV. Golongan Anti Hipotiroidisme Standar WHO...

Tabel LVI. Golongan AntiScabiesStandar WHO...

Tabel LVII. Golongan Obat Anti Asma Standar WHO...

Tabel LVIII. Golongan Obat Analgesik Non Narkotik Standar

WHO...

Tabel LIX. Golongan Obat Antasida dan Ulkus Standar WHO...

Tabel LX. Golongan Obat Antelmintik Standar WHO...

Tabel LXI. Golongan Obat AntiAcneStandar WHO...

Tabel LXII. Golongan Obat Anti Alergi Standar WHO...

Tabel LXIII. Golongan Obat Anti Anemia Standar WHO...

Tabel LXIV.Golongan Obat Anti Asma Standar WHO...

Tabel LXV. Golongan Obat Anti Ekzem Standar WHO...

Tabel LXVI. Golongan Obat Anti Emetik Standar WHO...

Tabel LXVII. Golongan Obat Anti Histamin Standar WHO...

Tabel LXVIII. Golongan Obat Anti Malaria Standar WHO...

Tabel LXIX. Golongan Obat Anti Radang Topikal Standar WHO...

Tabel LXX. Golongan Obat Antiseptik dan Desinfektan Standar

WHO...

Tabel LXXI. Golongan Obat Antitusif Standar WHO...

Tabel LXXII. Golongan Obat Dekongestan Standar WHO...

Tabel LXXIII. Golongan Obat Lain untuk Topikal Kulit Standar

WHO...

Tabel LXXIV. Golongan Obat Laksatif Standar WHO...

Tabel LXXV. Golongan Obat Larutan Elektrolit Oral Standar WHO.

Tabel LXXVI. Golongan Obat Mata Anti Inflamasi Standar WHO...

Tabel LXXVII. Golongan Obat Mata lain Standar WHO...

Tabel LXXVIII. Golongan Obat Mukolitik Standar WHO...

Tabel LXXIX. Golongan Obat Mempengaruhi Saluran Kemih

(15)

xiv

Tabel LXXX. Golongan Obat Untuk Telinga, Hidung, Tenggorokan

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo Obat Bebas…...

Gambar 2. Logo Obat Bebas Terbatas…………...

Gambar 3. Diagram Batang Standar BPOM………...

Gambar 4. Diagram Batang Standar FDA...

Gambar 5. Diagram Batang Standar WHO...

Gambar 6. Diagram Batang Kriteria Standar BPOM...

Gambar 7. Diagram Batang Kriteria Standar FDA...

Gambar 8. Diagram Batang Kriteria Standar WHO...

6

7

38

50

70

24

25

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Daftar Apotek di Kota Yogyakarta Tahun 2011...

Lampiran II. Surat Izin...

75

(18)

xvii

INTISARI

Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Obat yang dapat dibeli untuk swamedikasi adalah obat bebas dan bebas terbatas. Obat bebas dan bebas terbatas pembeliannya tanpa disertai resep dokter, dengan demikian tidak ada jaminan pasien mengkonsumsi obat secara tepat dan hanya mengandalkan informasi yang tercantum dalam kemasan (etiket). Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi penandaan kemasan obat bebas dan obat bebas terbatas sesuai dengan standar BPOM, WHO dan FDA.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian non eksperimental dengan rancangan observasional deskriptif evaluatif yaitu mengevaluasi penandaan kemasan produk obat bebas dan bebas terbatas di apotek di Kota Yogyakarta tahun 2011. Data yang digunakan adalah informasi yang melekat pada kemasan primer obat dalam 26 golongan menurut ISO 2011. Kriteria untuk standar BPOM yaitu indikasi, posologi, efek samping, kontraindikasi, interaksi, peringatan perhatian. Kriteria untuk standar FDA yaitu nama zat aktif, indikasi, cara penggunaan, peringatan, efek samping, cara perhitungan dosis, bahan-bahan non aktif bagi yang alergi. Kriteria untuk standar WHO yaitu zat aktif, farmakologi, mekanisme kerja, sifat farmakokinetik, indikasi, dosis, kontraindikasi, peringatan, efek samping, interaksi obat, overdosis, bentuk sediaan, zat pengisi, kondisi penyimpanan, kadaluarsa, dan nama pabrik.

Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak semua produk obat yang beredar di Kota Yogyakarta memenuhi kriteria standar BPOM, WHO dan FDA. Tidak semua produk mencantumkan informasi interaksi obat untuk standar BPOM, bahan non aktif bagi pasien alergi untuk standar FDA, dan farmakologi, mekanisme kerja, farmakokinetik, interaksi obat, overdosis, zat pengisi untuk standar WHO.

(19)

xviii

ABSTRACT

Self medication taken into alternative community to improve the affordability of treatment. Drugs that can be purchased is Over The Counter (OTC). OTC without a prescription, so there is no guarantee patients the right drugs and rely solely on the information contained in the package (label). The purpose of this study was to evaluate the packaging of OTC depend on BPOM, WHO and FDA standard.

This study included in the non-experimental studies with observational descriptive evaluative design that evaluated of packaging OTC in pharmacies in Yogyakarta 2011. The data used is information that is attached to the primary packaging of drugs in 26 drug classes are OTC. BPOM’s standard criteria for the indication, posologi, side effects, contraindications, interactions, warnings attention. FDA's standard criteria for the name of the active ingredient, indications, usage, warnings, side effects, method of calculating dose, non-active ingredients for the allergies. WHO’s standard criteria for active substances, pharmacology, mechanism of action, pharmacokinetic properties, indications, dosage, contraindications, warnings, side effects, drug interactions, overdose, dosage forms, fillers, storage conditions, expiration, and name of the plant.

Result showed that not all drug products circulating in Yogyakarta to meet the standard criteria BPOM, WHO and FDA. Not all products listed drug interaction information for BPOM standard, non-active materials for patients allergic to FDA standards, and pharmacology, mechanism of action, pharmacokinetics, drug interactions, overdose, a filler material to WHO standards.

(20)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Obat bebas merupakan obat yang dijual secara bebas di pasaran dan

dapat dibeli tanpa resep dokter. Terdapat tanda khusus pada kemasan dan etiket

obat bebas yaitu lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Obat bebas

dapat dikonsumsi secara aman jika mengikuti aturan pakai dan dosis yang

tercantum didalam kemasan obat (Departemen Kesehatan, 2006).

Obat bebas terbatas yaitu obat yang sebenarnya termasuk dalam obat

keras, namun masih bisa dibeli tanpa resep dokter dan dijual dipasaran bebas.

Obat bebas terbatas disertai dengan tanda peringatan pada kemasan. Tanda

peringatan tersebut berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran

panjang 5 (lima) cm, lebar 2 (dua) cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih.

Sedangkan tanda khusus pada kemasan obat bebas terbatas adalah lingkaran biru

disertai dengan warna hitam pada garis tepi (Departemen Kesehatan,2006).

Penandaan adalah keterangan lengkap mengenai obat, efikasi, keamanan,

cara penggunaanya serta informasi lain yang dianggap perlu yang dicantumkan

pada etiket yang disertakan pada obat (Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan

Makanan RI, 2003).

Informasi adalah data yang dirangkai sedemikian rupa yang mempunyai

makna dan bermanfaat pada seseorang yang menggunakannya (Kumorotomo,

(21)

ketersediaan, mudah dipahami, relevan, bermanfaat, tepat waktu, keandalan,

akurat dan konsisten (Parker, 1989).

Menurut Kompas terbitan tanggal 15 April 2011, sebagian besar

penduduk Indonesia cenderung menyembuhkan sendiri penyakitnya atau

swamedikasi. Alasannya, penyakit yang dirasakan ringan, biaya lebih murah, dan

obat-obatan yang diperlukan mudah didapat. Hal yang harus diperhatikan adalah

beberapa obat kadang bisa menimbulkan kontra indikasi, misalnya untuk orang

yang hipertensi atau diabetes sebaiknya tidak mengonsumsi obat sembarangan dan

membaca label di kemasan obat dengan baik.

Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan

penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing,

batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain.

Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi

sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication eror) karena keterbatasan

pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya. Masyarakat hanya tahu

merk dagang obat tanpa tahu zat berkhasiatnya (Departemen Kesehatan, 2006).

Penelitian ini dilakukan di kota Yogyakarta karena kota Yogyakarta

merupakan pusat kota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga diharapkan

mampu mewakili daerah di sekitarnya. Fokus dari penelitian ini adalah pada

informasi kemasan obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat bebas dan obat bebas

terbatas pembeliannya tidak disertai dengan resep dokter maka pasien dapat

(22)

kemasan suatu produk obat, sehingga jika informasi obat tersebut pada kemasan

obat kurang lengkap maka dapat menyebabkan penggunasalahan obat, akibatnya

banyak pasien yang mengkonsumsi obat sesuai keinginan sendiri tanpa melihat

efek samping, dosis, aturan pakai maupun interaksi dengan obat lain. Hal ini dapat

dikarenakan konsumen tidak mengetahui informasi mengenai penggunaan obat

secara tepat. Sehingga suatu kemasan produk obat terutama obat bebas dan obat

bebas terbatas hendaknya memberikan informasi yang lengkap dan jelas.

Informasi ini berdasarkan standar WHO, FDA, dan BPOM. Hal ini bertujuan agar

pasien mendapatkan informasi yang jelas. Standar WHO digunakan karena WHO

merupakan organisasi Internasional sehingga informasi yang diberikan lengkap.

Dalam penelitian ini digunakan pula standar BPOM karena merupakan standar

yang dibuat oleh dalam negeri sehingga berstandar nasional. Standar FDA juga

digunakan karena penelitian ini akan membandingkan pula dengan standar dari

Amerika.

Jadi dapat dibandingkan pula antara standar Indonesia yaitu BPOM

dengan negara maju yaitu Amerika Serikat (FDA) yang juga banyak dijumpai

masalah kurangnya informasi mengenai kemasan obat bebas. Dalam penelitian ini

akan dibandingkan pula dengan standar Internasional yaitu WHO.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

a. Apakah semua obat bebas dan obat bebas terbatas yang beredar di Kota

Yogyakarta telah dilakukan penandaan kemasan dengan benar sesuai

(23)

b. Seberapa besar penandaan kemasan obat bebas dan obat bebas terbatas

yang memenuhi standar BPOM, WHO dan FDA?

2. Keaslian penelitian

Penelitian mengenai“Evaluasi Penandaan Kemasan Produk Obat Bebas

dan Obat Bebas Terbatas yang Beredar di Apotek di Kota Yogyakarta

Berdasarkan Standar Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), World

Health Organization (WHO) dan Food and Drug Administration (FDA)” belum

pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, tetapi terdapat penelitian yang hampir

sama dengan judul “Evaluasi Kerasionalan Produk Antijerawat yang Tergolong

Kosmetik, Obat Bebas, dan Obat Bebas Terbatas yang Beredar di Apotek di Kota

Yogyakarta Bulan Januari 2007”. Terdapat perbedaan dari kedua penelitian ini,

diantaranya yaitu waktu penelitian. Pada penelitian ini dilakukan pada tahun 2011

sedangkan pada penelitian sebelumnya pada bulan januari 2007. Obyek yang

diteliti juga berbeda yaitu pada penelitian ini adalah kemasan obat bebas dan

bebas terbatas, sedangkan pada penelitian sebelumnya kemasan obat jerawat.

Sehingga obyek yang diuji lebih luas untuk penelitian ini karena obat jerawat

merupakan salah satu golongan obat bebas dan bebas terbatas. Metode yang

digunakan sama-sama menggunakan metode deskriptif evaluatif dengan

rancangan non eksperimental. Standar yang digunakan dalam penelitian

sebelumnya yaitu BPOM dan WHO, sedangkan pada penelitian ini digunakan

(24)

3. Manfaat penelitian

Manfaat praktis. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran dan

menambah pengetahuan tentang kelengkapan informasi penandaan pada

kemasan obat bebas dan obat bebas terbatas yang beredar di Kota Yogyakarta

tahun 2011 sesuai standar BPOM, WHO dan FDA.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengevaluasi penandaan kemasan obat bebas dan obat bebas terbatas

sesuai dengan standar BPOM, WHO dan FDA.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui kebenaran penandaan kemasan obat bebas dan obat bebas

terbatas yang beredar di Kota Yogyakarta sesuai standar BPOM, WHO

dan FDA.

b. Mengetahui persentase penandaan kemasan obat bebas dan obat bebas

(25)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas dipasaran dan dapat dibeli

tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah

lingkaran hijau dengan garis tepi berarna hitam (Departemen Kesehatan, 2006).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan, obat bebas termasuk obat yang relatif

paling aman, dapat diperoleh tanpa resep dokter, selain di apotek juga dapat

diperoleh di warung-warung. Obat bebas dalam kemasannya ditandai dengan

lingkaran berwarna hijau (Sujudi, 2004).

Gambar 1. Logo Obat Bebas (Muchid, 2006).

B. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras

tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan

tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas

adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan,

2006).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor

(26)

pada wadah atau kemasannya (Sartono, 1993). Tanda peringatan selalu tercantum

pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna hitam

berukuran panjang 5 (lima) cm, lebar 2 (dua) cm dan memuat pemberitahuan

berwarna putih sebagai berikut :

P no.1 Awas! Obat Keras. Bacalah aturan memakainya

P no.2 Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan

P no.3 Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan

P no.4 Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar

P no.5 Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan

P no.6 Awas! Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan (Muchid, 2006).

Gambar 2. Logo Obat Bebas Terbatas (Muchid, 2006).

C. Informasi Obat

Informasi obat salah satunya ditujukan untuk pasien. Informasi yang

dibutuhkan pasien, pada umumnya adalah informasi praktis dan kurang ilmiah

dibandingkan dengan informasi yang dibutuhkan professional kesehatan

(Siregar, 2004).

Sejak tahun 1999, dengan telah dikeluarkannya Undang–Undang nomor

8 tentang Perlindungan Konsumen, hak–hak konsumen telah dijamin. Dalam

undang–undang ini disebutkan bahwa Hak Konsumen salah satunya adalah hak

(27)

dan/atau jasa. Untuk kategori produk obat, ini berarti bahwa konsumen berhak

atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai obat yang dikonsumsinya.

Dengan mengetahui informasi penting terkait obat yang akan digunakan, maka

konsumen dapat mengetahui dengan pasti tujuan penggunaan dan hal–hal lain

yang terkait dengan obat yang sedang diminum (Direktorat Jenderal Pengawas

Obat dan Makanan RI, 2008).

D. Penandaan

Penandaan adalah keterangan lengkap mengenai obat, efikasi, keamanan,

cara penggunaanya serta informasi lain yang dianggap perlu yang dicantumkan

pada etiket yang disertakan pada obat (Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan

Makanan RI, 2003).

Penandaan pada wadah obat meliputi khasiat dan manfaat obat, aturan

pakai, posologi atau aturan pakai, serta kontraindikasi (Departemen Kesehatan,

2006).

E. Apotek

Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

kepada masyarakat (Sujudi, 2004). Apotek berlokasi pada daerah yang dengan

mudah dikenali oleh masyarakat. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh

anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang

(28)

untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko

kesalahan penyerahan (Sujudi, 2004).

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan

obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi (Sujudi, 2004).

F. Informasi Penandaan Berdasarkan Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan

Informasi yang harus dicantumkan pada kemasan obat menurut BPOM

KH.01.04.53.094 yaitu indikasi, posologi, efek samping, kontraindikasi, interaksi

obat, dan peringatan (Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan RI, 2007).

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan pada peraturan

HK.00.05.3.1950 pasal 3 yaitu, obat yang dapat memiliki izin edar harus memenuhi kriteria utama berikut :

a. Efikasi atau khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai

dibuktikan melalui uji preklinik dan uji klinik atau bukti-bukti lain sesuai

dengan status perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan;

b. Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), spesifikasi dan metoda pengujian

terhadap semua bahan yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang

(29)

c. Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin

penggunaan obat secara tepat, rasional dan aman (Direktorat Jenderal

Pengawas Obat dan Makanan RI, 2003).

G. Informasi Penandaan Berdasarkan PeraturanFood and Drug Administration(FDA)

Urutan setelah informasi gizi dalam label makanan dan fakta label obat

yang baru menggunakan bahasa yang biasa dan gampang dimengerti

informasinya. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat memilih dan

membandingkan obat bebas dan mengikuti dosis yang disarankan. Informasi

dibawah ini harus ada dalam barang yang telah distandarisasikan, biasanya tertulis

di dalam kemasan.

1. Zat aktif dalam produk tersebut, termasuk kadar dosis setiap unit.

2. Fungsi obat.

3. Cara penggunaan dan indikasi dari obat.

4. Peringatan-peringatan khusus, termasuk larangan pengunan obat dalam situasi

khusus dan apabila obat tersebut perlu untuk dikonsultasikan kepada dokter

atau apoteker.

5. Pada bagian peringatan, juga dijelaskan efek apa yang akan muncul dan

kegiatan yang tidak boleh dilakukan.

6. Saat penggunaan dosis, cara menghitung dosis, dan seberapa banyak

(30)

7. Bahan-bahan non aktif yang merupakan informasi penting bagi mereka yang

memiliki alergi (FDA, 2002).

H. Informasi Penandaan Berdasarkan PeraturanWorld Health Organization(WHO)

Lembaran informasi produk umumnya disertakan dalam kemasan obat,

atau dicetak dalam bungkusnya, ditujukan untuk para pemakai obat. Sebenarnya

jenis informasi ini relatif paling layak dipercaya, karena untuk saat ini merupakan

satu-satunya jenis informasi dari industri farmasi yang penyiapannya dikontrol

oleh Departemen Kesehatan RI. Bentuknya sederhana dan mencakup semua

komponen informasi tentang obat yang digunakan, tanpa ditambah pesan-pesan

komersiil. Sayangnya justru jenis informasi ini seringkali tidak sampai ke tangan

pasien karena kesalahan teknis penyerahan obat ke pasien. Informasi yang harus

dicakup dalam lembaran informasi produk meliputi (WHO, 1988):

1. INN atau nama generik senyawa aktif

2. Informasi farmakologik (efek farmakologik, mekanisme kerja dan sifat

farmakokinetik)

3. Informasi klinik meliputi indikasi, kontraindikasi, peringatan, efek samping,

interaksi obat dan overdosis

4. Informasi farmasetik meliputi bentuk sediaan, kekuatan, zat pengisi, kondisi

penyimpanan dan masa kadaluwarsa, kelompok obat (narkotik/obat keras/obat

(31)

I. Landasan Teori

Sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisional dan

kosmetika. Obat itu sendiri yaitu bahan-bahan yang siap digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam

rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan

kesehatan dan kontrasepsi. Obat digolongkan menjadi 4 golongan diantaranya

yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan psikotropika, serta obat

narkotika. Obat bebas yaitu obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli

tanpa resep dokter, sedangkan obat bebas terbatas merupakan obat yang

sebenarnya termasuk obat keras namun dapat dibeli di pasaran tanpa resep dokter.

Obat bebas dan bebas terbatas dapat dibeli di apotek. Apotek itu sendiri yaitu

tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta

perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Beberapa masyarakat Indonesia melakukan pengobatan sendiri yang

disebut dengan swamedikasi. Sehingga pembelian obat tanpa diawasi oleh dokter

atau apoteker, maka pasien dapat bebas mengkonsumsi obat tersebut dengan

bebas dan tidak ada jaminan pasien tersebut menggunakan obat dengan benar

sesuai petunjuk pada kemasan obat. Jika informasi yang tercantum pada kemasan

obat tidak lengkap sesuai standar yang mengatur, maka akan menyebabkan

penggunasalahan obat atau penyalahgunaan obat. Informasi yang tercantum pada

kemasan obat bebas dan bebas terbatas diawasi oleh standar yang bertanggung

(32)

dijamin oleh Badan POM sehingga informasi yang terdapat pada kemasan obat

harusnya memenuhi persyaratan kriteria dari Badan POM dan mendapatkan ijin

edar. Apabila obat tersebut akan beredar di Luar Negeri maka haruslah memenuhi

standar dunia yaitu WHO serta oleh FDA jika akan beredar di Negara Amerika.

J. Hipotesis

Semua produk obat bebas dan bebas terbatas yang beredar di Kota

(33)

14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan

observasional deskriptif evaluatif yang bersifat retrospekstif. Disebut penelitian

non eksperimental karena pada penelitian ini dilakukan observasi terhadap

variabel subjek menurut keadaan apa adanya, tanpa manipulasi atau intervensi

peneliti (Pratiknya, 2001), sedangkan disebut penelitian observasional karena

menggunakan teknik pendekatan guna mendapatkan data primer dengan cara

langsung mengamati objek datanya (Jogiyanto, 2008). Rancangan penelitian

disebut deskriptif evaluatif karena tujuan penelitian yaitu memberikan gambaran

informasi dan evaluasi mengenai obat bebas dan bebas terbatas yang telah

memenuhi standar BPOM, FDA dan WHO (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini

bersifat retrospektif karena data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

informasi yang sudah melekat pada produk obat bebas dan bebas terbatas yang

beredar.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Bebas : Informasi yang dicantumkan produsen pada

kemasan obat bebas dan bebas terbatas

2. Variabel Tergantung : Jumlah kriteria informasi yang memenuhi standar

(34)

Berikut ini adalah batasan mengenai penelitian yang akan dilakukan :

1. Evaluasi yang dimaksud adalah menilai adanya informasi yang tercantum

pada kemasan produk obat bebas dan obat bebas terbatas kemudian

dibandingkan dengan informasi menurut WHO, FDA dan BPOM untuk

melihat kerasionalan suatu penandaan obat bebas dan bebas terbatas.

2. Penandaan adalah keterangan yang lengkap mengenai informasi obat yang

menempel pada kemasan primer obat.

3. Obat bebas adalah obat yang dijual bebas dipasaran dan dapat dibeli tanpa

resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah

lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

4. Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi

masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan

tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas

adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.

5. Penandaan kemasan berdasarkan kriteria WHO (1988) yang meliputi nama

generik senyawa aktif, informasi farmakologik (efek farmakologik,

mekanisme kerja dan sifat farmakokinetik), informasi klinik meliputi indikasi,

kontraindikasi, peringatan, efek samping, interaksi obat dan overdosis,

informasi farmasetik meliputi bentuk sediaan, kekuatan, zat pengisi, kondisi

penyimpanan dan masa kadaluwarsa, kelompok obat (narkotik/obat keras/obat

(35)

6. Penandaan kemasan berdasarkan aturan BPOM KH.01.04.53.094 yang

meliputi indikasi, posologi, efek samping, kontra indikasi, interaksi obat,

peringatan/perhatian.

7. Penandaan kemasan berdasarkan aturan FDA tahun 2002 yaitu zat aktif dalam

produk tersebut, termasuk kadar dosis setiap unit, fungsi obat, cara

penggunaan dan indikasi dari obat, peringatan-peringatan khusus, termasuk

larangan pengunan obat dalam situasi khusus dan apabila obat tersebut perlu

untuk dikonsultasikan kepada dokter atau apoteker, pada bagian peringatan,

juga dijelaskan efek apa yang yang akan muncul dan kegiatan yang tidak

boleh dilakukan, saat penggunaan dosis, cara menghitung dosis, dan seberapa

banyak menggunakan dosis yang harus ada di dalam aturan penggunaan dosis,

bahan-bahan non aktif yang merupakan informasi penting bagi mereka yang

memiliki alergi.

C. Bahan / Materi Penelitian

Bahan penelitian ini adalah produk obat yang tergolong obat bebas dan

obat bebas terbatas yang beredar di apotek di Kota Yogyakarta bulan Desember

2011. Menurut Gay (1976), pengambilan sampel untuk bahan penelitian deskriptif

adalah 10% dari populasi. Untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimal

20% (Selvilla, 1993).

Dalam penelitian ini produk obat bebas dan bebas terbatas akan diambil

dari apotek. Menurut data dari Dinas Kesehatan, apotek terdaftar yang ada di kota

(36)

sampel untuk pengambilan produk obat bebas dan bebas terbatas Perhitungan

sampel apotek sesuai dengan Selvilla sebagai berikut :

20% x 126 apotek = 25,2

Dari 126 apotek diambil 25 apotek secara acak, namun pada kenyataanya

ada beberapa apotek yang tidak mengeluarkan izin untuk dilakukan penelitian,

sehingga dari 126 apotek tersebut diambil 25 apotek secara acak kemudian dari 25

apotek tersebut hanya 5 apotek yang mendapatkan izin penelitian. Untuk 20

apotek yang tidak mendapatkan izin akan dibuang menjadi kriteria eksklusi.

Diambil secara acak lagi 25 apotek dari 101 apotek, hanya 10 apotek yang

mendapatkan izin. Sehingga diambil lagi 25 apotek dari 76 apotek, namun hanya

3 apotek yang mendapatkan izin. Diambil lagi 25 apotek dari 51 apotek secara

acak namun hanya 2 apotek yang mendapatkan izin. Dari 26 apotek yang tersisa

hanya mendapatkan 5 apotek yang mendapatkan izin. Sehingga total apotek yang

didapatkan untuk penelitian adalah 25 apotek di Kota Yogyakarta.

Sedangkan untuk pengambilan sampel obat bebas dan obat bebas terbatas

adalah dari 25 apotek yang akan diteliti didata obat bebas dan bebas terbatas yang

ada diapotek tersebut. Namun obat bebas dan bebas terbatas tersebut akan

digolongkan menggunakan sumber buku ISO 2011. Menurut buku ISO 2011,

penggolongan obat bebas dan bebas terbatas dibagi menjadi 26 golongan. Dari 1

golongan obat tersebut jika terdapat lebih dari 5 macam obat bebas dan bebas

terbatas maka hanya diambil 5 obat saja dan akan menjadi kriteria inklusi, karena

diharapkan dengan pengambilan 5 macam obat sudah mampu untuk mewakili

(37)

Apabila didalam 1 golongan terdapat kurang dari 5 obat bebas dan bebas terbatas,

maka akan diambil semua yang ada. Pengambilan sampel obat tanpa dilihat

bentuk sediaan.

D. Tata Cara Pengumpulan Data

1. Alat yang akan digunakan

Pada penelitian ini, alat yang digunakan adalah kalkulator yang

digunakan untuk menghitung sampel, serta digunakan pula komputer untuk

menghitung persentase akhir dari obat bebas dan bebas terbatas yang memenuhi

standar maupun yang tidak memenuhi.

2. Pengumpulan data

a. Diambil 25 apotek yang akan dijadikan sebagai tempat pengambilan data.

b. Melihat informasi yang terdapat pada etiket dari produk obat bebas dan

obat bebas terbatas sebanyak 26 golongan obat bebas dan bebas terbatas

yang beredar di 25 apotek di Kota Yogyakarta bulan Desember 2011.

3. Analisis hasil penelitian

a. Menelurusi informasi yang terdapat pada kemasan dari produk obat bebas

dan bebas terbatas dan mengevaluasi adanya informasi pada kemasan dari

produk obat bebas dan bebas terbatas untuk melihat kerasionalan sesuai

dengan standar BPOM, WHO , dan FDA.

b. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif evaluatif dengan mencari

informasi yang terdapat pada kemasan dari produk obat bebas dan bebas

terbatas kemudian dibandingkan dengan informasi menurut BPOM

(38)

19

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penandaan kemasan produk obat bebas dan obat bebas terbatas sesuai standar FDA, WHO dan BPOM

Jumlah golongan obat bebas dan bebas terbatas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 26 golongan yaitu :

Tabel I. Golongan Obat Bebas dan Bebas Terbatas No. Golongan Obat Nama dagang

1. Anti fungi Fungiderm®, Daktarin®, Canesten®, Skintex®, Mycorine® 2. Anti hipotiroid Joodkali®

3. Antiscabies Scabicid®, Topicide®, New-As-Tar®

4. Analgesik non narkotik Pamol®, Saridon®, Naspro®, Poldan mig®, Fasidol Forte®, Farsifen®, Migran®, Etaflusin®, Proris®, Ibu profen®

5. Antasida Sanmag®, Dexanta®, Gastran®, Konimag®, Magtral®, Plantacid®, Polycrol®, Waisan®, Neosan mag®

6. Antelmintik Askamex®, Vermox®, Combantrin®

7. Antiacne Verile®& Benzolac®

8. Anti alergi Decadryl®, Benadryl®, CTM®, Allerin®, Allerzin® 9. Anti anemia Artoferum®& Sangobion®

10. Anti asma Neo napacin®, Asmadex®, Asmasolon®, Asma-soho® 11. Anti ekzem Esperson®& Eksim salep®

12. Anti emetik Antimo®

13. Anti histamin Caladine®, Calamex®, Calarex® 14. Anti malaria Mexaquin®& Resochin® 15. Anti radang topikal Nerisona®& Bufacomb®

16. Antiseptik dan desinfektan New Diatabs®, Entrostop®, Diagit®, Kanina®, Guanistrep® 17. Antitusif Romilar®, Mixadine®, Decolsin®, Lacoldin®,

Ana Konidin®

18. Dekongestan Inzana®, Fludane®, Mixagrip®, Sanaflu®, Procold®, Ultraflu®, Inza max®

19. Topikal kulit Salicyl®, Kalpanax®, Pandas®, Obat kurap kaki tiga®, Minyak angin cap kapak®, Herocyn®

20. Laksatif Laxamex®, Dulcolactol®, Lactulax®, Pralax®, Laxarec®, Microlax®

21. Elektrolit oral Norit®& Pharolit®

22. Anti inflamasi Sanbe Tears®, Insto®, Rohto®, Braito Original® 23. Obat mata Y-rins®, Oculosan®, Tears naturale II®

24. Mukolitik Bisolvon®, Woods ekspektoran®, Colfin®, Tuzalos®, Triaminic®, Bronchitin®, OBH Nellco®

25. Obat yang mempengaruhi saluran kemih

Nephrolit®

(39)

Gambar 6. Diagram Batang Kriteria Standar BPOM

Kriteria yang tercantum pada kemasan obat bebas dan bebas terbatas

pada standar yang dibuat oleh Bada Pengawasan Obat dan Makanan meliputi zat

aktif, farmakologi, indikasi, kontraindikasi, peringatan, dan efek samping. Dari

kriteria yang dibuat oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan mengenai

informasi pada kemasan produk obat bebas dan bebas terbatas, maka dalam

sampel penelitian ini kriteria yang paling tidak memenuhi adalah informasi

mengenai interaksi obat yaitu 0% karena jika dihitung dengan modus maka 0%

yang paling banyak namun hanya beberapa produk yang mencantumkan informasi

mengenai interaksi obat.

(40)

Kriteria standar FDA untuk informasi pada kemasan obat bebas dan

bebas terbatas adalah zat aktif, indikasi, posologi, peringatan, efek samping,

perhitungan dosis, dan bahan non aktif yang merupakan informasi bagi yang

alergi. Dapat dilihat dari diagram batang diatas bahwa golongan obat bebas dan

obat bebas terbatas yang diambil dalam sampel penelitian ini kriteria yang paling

tidak memenuhi adalah bahan non aktif bagi pasien yang alergi yaitu 0% sesuai

dengan perhitungan modus.

Gambar 8. Diagram Batang Kriteria Standar WHO

Informasi yang tercantum dalam kemasan obat bebas dan bebas terbatas

menurut standar WHO meliputi zat aktif, farmakologi, mekanisme kerja,

farmakokinetika, indikasi, kontraindikasi, peringatan, efek samping, interaksi,

over dosis, bentuk sediaan, kekuatan, zat pengisi, cara penyimpanan, masa

kadaluarsa, kelompok obat, dan nama pabrik. Dapat dilihat dari diagram batang

diatas bahwa pada sampel penelitian yang diteliti jika dibandingkan dengan

kriteria yang dibuat oleh WHO maka kriteria yang paling tidak memenuhi adalah

(41)

produk yang mencantumkan informasi mengenai informasi farmakologik dan

mekanisme kerja.

B. Penandaan Kemasan Obat Bebas dan Bebas Terbatas yang Beredar di Kota Yogyakarta

1. Berdasarkan Standar BPOM

Kriteria penandaan kemasan produk obat bebas dan bebas terbatas yang

benar sesuai dengan aturan standar BPOM KH.01.04.53.094 berjumlah 6 kriteria

yang meliputi indikasi (1), posologi (2), efek samping (3), kontraindikasi (4),

interaksi obat (5), peringatan dan perhatian (6).

Tabel II.Golongan Anti Fungi Standar BPOM Kriteria Asam

salisilat

Klotrimazol Mikonazol nitrat Persentase

Skintex® Fungiderm® Canesten® Daktarin® Mycorine®

Indikasi (1) 100%

83,33% 83,33% 83,33% 83,33% 83,33%

Dari tabel diatas jika golongan anti fungi yang dibandingkan dengan

kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 6 kriteria adalah 83,33% dengan zat aktif asam salisilat,

klotrimazol, dan mikonazol.

Tabel III. Golongan Anti Hipotiroidisme Standar BPOM Kriteria Kalium iodida Persentase

Joodkali®

Indikasi (1)  100%

Posologi (2)  100%

Efek samping (3) X 0%

Kontraindikasi (4)  100%

Interaksi obat (5) X 0%

(42)

Pada golongan obat anti hipotiroidisme yang dibandingkan dengan

kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 6 kriteria adalah 50% zat aktif kalium iodida.

Tabel IV. Golongan AntiScabiesStandar BPOM Kriteria Lindane Seng Oksida Persentase

Scabicid® Topicide® New-As-Tar®

Indikasi (1)    100%

Posologi (2)    100%

Efek samping (3) X   50%

Kontraindikasi (4) X   50%

Interaksi obat (5) X X  25%

Peringatan (6)  X  75%

50% 66,67% 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa golongan obat anti scabies yang

dibandingkan dengan kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari

golongan obat yang memenuhi untuk 6 kriteria adalah 50% dengan zat aktif

lindane.

Tabel V. Golongan Obat Analgesik Non Narkotik Standar BPOM

Kriteria Asetos al

Ibuprofen Parasetamol Persent

ase

Pamol® Sarid

on®

83,33% 100% 100

%

100% 100% 83,33

%

100 %

Dari tabel diatas jika golongan obat anti analgesik non narkotik yang

dibandingkan dengan kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari

golongan obat yang memenuhi untuk 6 kriteria adalah 100% dengan zat aktif

(43)

Tabel VI. Golongan Obat Antasida dan Ulkus Standar BPOM

Kriteria Al. hidroksida Mg-hidroksida Persent

ase Sanmag® Dexant

Polycrol® Waisan® Neosan

mag®

83,33% 100% 100% 100% 100% 83,33

%

Dari tabel diatas jika golongan obat antasida dan ulkus yang dibandingkan dengan

kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 6 kriteria adalah 100% dengan zat aktif mg-hidroksida.

Tabel VII. Golongan Obat Antelmintik Standar BPOM Kriteria Levamisol Mebendazol Pirantel pamoat Persentase

Askamex® Vermox® Combantrin®

Indikasi

66,67% 100% 83,33%

Dari tabel diatas jika golongan obat antelmintik yang dibandingkan dengan

kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang

(44)

Tabel VIII. Golongan Obat Anti Acne Standar BPOM Kriteria Asam salisilat Benzoil peroksida Persentase

Verile® Benzolac®

Indikasi (1)   100%

Dari tabel diatas jika golongan obat anti acne yang dibandingkan dengan kriteria

standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk

6 kriteria adalah 50% dan 100% dengan zat aktif asam salisilat dan benzoil

peroksida.

Tabel IX. Golongan Obat Anti Alergi Standar BPOM

Kriteria Difenhidramin HCl Klorfeniramin maleat Prometazin Persentase Decadryl® Benadryl® CTM® Allerin® Allerzin®

Indikasi

50% 83,33% 100% 100% 100%

Dari tabel diatas jika golongan obat anti alergi yang dibandingkan dengan kriteria

standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk

(45)

Tabel X. Golongan Obat Anti Anemia Standar BPOM Kriteria Besi(II)glukonat Persentase

Artoferum

Dari tabel diatas jika golongan obat anti anemia yang dibandingkan dengan

kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 6 kriteria adalah 50% dan 33,33% dengan zat aktif

besi(II)glukonat.

Tabel XI. Golongan Obat Anti Asma Standar BPOM

Kriteria Teofilin Persentase

Neo napacin® Asmadex® Asmasolon® Asma-soho®

Indikasi (1)     100%

100% 100% 100% 100%

Dari tabel diatas jika golongan obat anti asma yang dibandingkan dengan kriteria

standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk

(46)

Tabel XI1. Golongan Obat Anti Ekzem Standar BPOM Kriteria Desoksimetason Zinc oksida Persentase

Esperson® Eksim salep®

Indikasi (1)   100%

Dari tabel diatas jika golongan obat anti ekzem yang dibandingkan dengan kriteria

standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk

6 kriteria adalah 16,67% & 50% dengan zat aktif desoksimetason dan zinc oksida.

Tabel XIII. Golongan Obat Anti Emetik Standar BPOM Kriteria Dimenhidrinat Persentase

Antimo®

Indikasi (1)  100%

Posologi (2)  100%

Efek samping (3) X 0%

Kontraindikasi (4) X 0%

Interaksi obat (5) X 0%

Peringatan (6)  100% 50%

Dari tabel diatas jika golongan obat anti emetik yang dibandingkan dengan

kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 6 kriteria adalah 50% dengan zat aktif dimenhidrinar.

Tabel XIV. Golongan Obat Anti Histamin Standar BPOM Kriteria Difenhidramin Persentase

Caladine® Calamex® Calarex®

(47)

Dari tabel diatas jika golongan obat anti histamin yang dibandingkan dengan

kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 6 kriteria adalah 50% dengan zat aktifdifenhidramin.

Tabel XV. Golongan Obat Anti Malaria Standar BPOM Kriteria Klorokuin Persentase

Mexaquin® Resochin®

Indikasi (1)   100%

Dari tabel diatas jika golongan obat anti malaria yang dibandingkan dengan

kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 6 kriteria adalah 100% dengan zat aktifklorokuin.

Tabel XVI. Golongan Obat Anti Radang Topikal Standar BPOM Kriteria Diflukortolon valerat Triamsinolon asetonida Persentase

Nerisona® Bufacomb®

Indikasi (1) X50%

Dari tabel diatas jika golongan obat anti radang topikal yang dibandingkan dengan

kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang

(48)

Tabel XVII. Golongan Obat Antiseptik dan Desinfektan Standar BPOM

Kriteria Attapulgit Kaolin Persentase

New Diatabs® Entrostop® Diagit® Kanina® Guanistrep®

Indikasi (1)      100%

66,67% 100% 83,33% 100% 100%

Dari tabel diatas jika golongan obat antiseptik dan desinfektan yang dibandingkan

dengan kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 6 kriteria adalah 100% kaolin.

Tabel XVIII. Golongan Obat Antitusif Standar BPOM

Kriteria Dekstrometorfan HBr Persentas

e Romilar® Mixadine® Decolsin

® Lacoldin

100% 100% 100% 100% 100%

Dari tabel diatas jika golongan obat antitusif yang dibandingkan dengan kriteria

standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk

6 kriteria adalah 100% dengan zat aktif dekstrometorfan HBr.

Tabel XIX. Golongan Obat Dekongestan Standar BPOM

Kriteria Aspiri n

Fenilpropanolamin HCl Pseudoefe drin HCl

Persenta se Inzana

®

Mixagrip® Fludane® Sanaflu® Procold® Ultraflu® Inza max®

Indikasi (1)        100%

(49)

Dari tabel diatas jika golongan obat dekongestan yang dibandingkan dengan

kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 6 kriteria adalah 100% dengan zat aktiffenilpropanolamin HCl.

Tabel XX. Golongan Obat Lain untuk Topikal Kulit Standar BPOM

Kriteria Asam salisilat Mentol Seng oksida Persentase Salicyl® Kalpana

Pandas® Obat kurap kaki tiga®

33,33% 83,33% 33,33% 83,33% 50% 50%

Dari tabel diatas jika golongan obat lain untuk topikal kulit yang dibandingkan

dengan kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 6 kriteria adalah 50%, 83,33% dan 33,33% dengan zat aktif

asam salisilat, mentol dan seng oksida.

Tabel XXI. Golongan Obat Laksatif Standar BPOM

Kriteria Bisakodil Laktulosa Sorbitol Persentase Laxamex® Dulcolactol

®

Lactulax ®

Pralax® Laxarec® Microlax®

Indikasi (1)       100%

66,67% 100% 50% 100% 66,67% 83,33%

Dari tabel diatas jika golongan obat laksatif yang dibandingkan dengan kriteria

standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk

(50)

Tabel XXII. Golongan Obat Larutan Elektrolit Oral Standar BPOM Kriteria Karbon NaCl Persentase

Norit® Pharolit®

Indikasi (1)   100%

Dari tabel diatas jika golongan obat larutan elektrolit oral yang dibandingkan

dengan kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 6 kriteria adalah 60% dengan zat aktif karbon dan NaCl.

Tabel XXIII. Golongan Obat Mata Anti Inflamasi Standar BPOM

Kriteria Hypromelase Tetrahidrozolin-HCl Persentase Sanbe Tears® Insto® Rohto® Braito Original®

Indikasi (1)     100%

83,33% 66,67% 50% 66,67%

Dari tabel diatas jika golongan obat mata anti inflamasi yang dibandingkan

dengan kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 6 kriteria adalah 66,67% dengan zat aktiftetrahidrozolin-HCl.

Tabel XXIV. Golongan Obat Mata lain Standar BPOM

Kriteria Benzalkonium chloride

Dextran Persentase

Y-rins® Oculosan® Tears naturale II®

Indikasi (1)    100%

Posologi (2)    100%

Efek samping (3) X X X 0%

Kontraindikasi (4) X X X 0%

Interaksi obat (5) X X X 0%

Peringatan (6) X   66,67%

(51)

Dari tabel diatas jika golongan obat mata lain yang dibandingkan dengan kriteria

standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk

6 kriteria adalah 50% dengan zat aktif dextran.

Tabel XXV. Golongan Obat Mukolitik Standar BPOM

Kriteria Bromhexin Dekstrometorfan HBr Pseudoephedrine HCl Persen tase

Colfin® Tuzalos® Triamini c®

100% 100% 100% 100% 100% 100% 83,33%

Dari tabel diatas jika golongan obat mukolitik yang dibandingkan dengan kriteria

standar BPOM maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk

6 kriteria adalah 100% dengan semua zat aktif.

Tabel XXVI. Golongan Obat Mempengaruhi Saluran Kemih Standar BPOM Kriteria Persentase

Nephrolit®

Indikasi (1)  100%

Posologi (2)  100%

Efek samping (3) X 0%

Kontraindikasi (4) X 0%

Interaksi obat (5) X 0%

Peringatan (6) X 0% 33,33%

Dari tabel diatas jika golongan obat mempengaruhi saluran kemih yang

dibandingkan dengan kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari

(52)

Tabel XXVII. Golongan Obat Untuk Telinga, Hidung, Tenggorokan Standar BPOM Kriteria Beta carotene Docusate Na Persentase

Bevizil® Forumen®

Indikasi (1) 100%

Posologi (2) 100%

Efek samping (3) 100% Kontraindikasi (4) 100% Interaksi obat (5) X X 0%

Peringatan (6) 100%

83,33% 83,33%

Dari tabel diatas jika golongan obat telinga, hidung, tenggorokan yang

dibandingkan dengan kriteria standar BPOM maka didapatkan modus dari

golongan obat yang memenuhi untuk 6 kriteria adalah 83,33% dengan zat aktif

beta carotene dan docusate Na.

Dapat dilihat dari gambar 3 yang ada dihalaman sebaliknya bahwa jika

informasi yang terdapat didalam kemasan obat bebas dan obat bebas terbatas

dibandingkan dengan kriteria yang dibuat oleh standar Badan Pengawasan Obat

dan Makanan maka untuk golongan yang paling tidak memenuhi terdapat 16,67%,

sedangkan untuk produk obat yang paling memenuhi adalah 100%. Namun jika

secara keseluruhan dari golongan obat yang diteliti dalam penelitian ini dihitung

dengan cara modus, maka didapatkan 100% obat bebas dan obat bebas terbatas

(53)

34

(54)

2. Berdasarkan Standar FDA

Kriteria penandaan kemasan produk obat bebas dan bebas terbatas yang

benar berdasarkan standar FDA tahun 2002 terdapat 7 kriteria meliputi nama zat

aktif (1), indikasi (2), cara penggunaan (3), peringatan-peringatan khusus (4), efek

samping (5), cara perhitungan dosis (6), bahan-bahan non aktif bagi yang alergi

(7).

Tabel XXVIII.Golongan Anti Fungi Standar FDA

Kriteria Asam salisilat Klotrimazol Mikonazol nitrat Persentase (%) Skintex® Fungiderm® Canesten® Daktarin® Mycorine®

zat aktif (1)      100%

bahan non aktif (7)

X X X X X 0%

85,71% 85,71% 85,71% 85,71% 85,71%

Dari tabel diatas golongan obat anti fungi yang dibandingkan dengan kriteria

standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk 7

kriteria adalah 85,71%.

Tabel XXIX. Golongan Anti Hipotiroidisme Standar FDA Kriteria Kalium iodida Persentase

Joodkali®

zat aktif (1)  100%

indikasi (2)  100%

cara penggunaan

bahan non aktif (7)

X 0%

(55)

Pada golongan obat anti hipotiroidisme yang dibandingkan dengan kriteria standar

FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk 7 kriteria

adalah 57,14%.

Tabel XXX. Golongan Anti Scabies Standar FDA

Kriteria Lindane Seng Oksida Persentase Scabicid® Topicide® New-As-Tar®

zat aktif (1)    100%

71,43% 71,43% 85,71%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa golongan obat anti scabies yang

dibandingkan dengan kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan

obat yang memenuhi untuk 7 kriteria adalah 71,43%.

Tabel XXXI. Golongan Obat Analgesik Non Narkotik Standar FDA

Kriteria Aset osal

Ibu profen Parasetamol Persent

ase Nasp

ro®

Proris

®

Farsifen® Ibu

profen®

Poldan mig®

Migran

®

Saridon® Etaflusin ®

Pamol® Fasidol

Forte®

85,71% 85,71% 85,71 %

85,71 %

85,71% 85,71% 85,71 %

85,71 %

Dari tabel diatas jika golongan obat anti analgesik non narkotik yang

dibandingkan dengan kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan

(56)

Tabel XXXII. Golongan Obat Antasida dan Ulkus Standar FDA

Kriteria Al. hidroksida Mg-hidroksida Persent

ase Sanmag® Dexanta® Gastran® Konimag

® Magtral

® Plantacid

® Neosan

mag®

Waisan® Polycrol®

zat aktif

57,14% 71,43% 71,43% 85,71% 85,71% 85,71% 85,71% 85,71% 85,71%

Dari tabel diatas jika golongan obat antasida dan ulkus yang dibandingkan dengan

kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi

untuk 7 kriteria adalah 85,71%.

Tabel XXXIV. Golongan Obat Antelmintik Standar FDA

Kriteria Levamisol Mebendazol Pirantel pamoat Persentase Askamex® Vermox® Combantrin®

zat aktif (1)    100%

85,71% 85,71% 85,71%

Dari tabel diatas jika golongan obat antelmintik yang dibandingkan dengan

kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi

untuk 7 kriteria adalah 85,71%.

Tabel XXXV. Golongan Obat Anti Acne Standar FDA

Kriteria Asam salisilat Benzoil peroksida Persentase Verile® Benzolac®

zat aktif (1)   100%

indikasi (2)   100%

cara penggunaan (3)   100%

peringatan khusus (4)   100%

efek samping (5) X  50%

dosis (6) X  50%

bahan non aktif (7) X X 0%

(57)

Dari tabel diatas jika golongan obat anti acne yang dibandingkan dengan kriteria

standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk 7

kriteria adalah 57,14% dan 85,71%.

Tabel XXXVI. Golongan Obat Anti Alergi Standar FDA

Kriteria Difenhidramin HCl Klorfeniramin maleat Prometazin Persentase Decadryl® Benadryl® CTM® Allerin® Allerzin®

zat aktif (1)      100%

71,43% 85,71% 85,71% 85,71% 85,71%

Dari tabel diatas jika golongan obat anti alergi yang dibandingkan dengan kriteria

standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk 7

kriteria adalah 85,71%.

Tabel XXXVII. Golongan Obat Anti Anemia Standar FDA

Kriteria Besi(II)glukonat Persentase Artoferum® Sangobion®

zat aktif (1)   100%

indikasi (2)   100%

cara penggunaan (3)   100% peringatan khusus (4) X X 0% efek samping (5) X X 0%

dosis (6)  X 50%

bahan non aktif (7) X X 0% 57,14% 42,86%

Dari tabel diatas jika golongan obat anti anemia yang dibandingkan dengan

kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi

untuk 7 kriteria adalah 57,14% dan 42,86%.

Tabel XXXVIII. Golongan Obat Anti Asma Standar FDA

Kriteria Teofilin Persentase

Neo napacin® Asmadex® Asmasolon® Asma-soho®

zat aktif (1)     100%

(58)

Dari tabel diatas jika golongan obat anti asma yang dibandingkan dengan kriteria

standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk 7

kriteria adalah 85,71%.

Tabel XXXIX. Golongan Obat Anti Ekzem Standar FDA

Kriteria Desoksimetason Zinc oksida Persentase Esperson® Eksim salep®

zat aktif (1)   100%

indikasi (2)   100%

cara penggunaan (3) X  50%

peringatan khusus (4) X  50%

efek samping (5) X X 0%

dosis (6) X  50%

bahan non aktif (7) X X 0%

28,57% 71,43%

Dari tabel diatas jika golongan anti ekzem yang dibandingkan dengan kriteria

standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk 7

kriteria adalah 28,57% dan 71,43%.

Tabel XL. Golongan Obat Anti Emetik Standar FDA

Kriteria Dimenhidrinat Persentase Antimo®

zat aktif (1)  100%

indikasi (2)  100%

cara penggunaan (3)  100% peringatan khusus (4)  100% efek samping (5) X 0%

dosis (6)  100%

bahan non aktif (7) X 0% 71,43%

Dari tabel diatas jika golongan obat anti emetik yang dibandingkan dengan

kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi

untuk 7 kriteria adalah 71,43%.

Tabel XLI. Golongan Obat Anti Histamin Standar FDA

Kriteria Difenhidramin Persentase Caladine® Calamex® Calarex®

zat aktif (1)    100%

(59)

Dari tabel diatas jika golongan obat anti histamin yang dibandingkan dengan

kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi

untuk 7 kriteria adalah 71,43%.

Tabel XLII. Golongan Obat Anti Malaria Standar FDA Kriteria Klorokuin Persentase

Mexaquin® Resochin®

zat aktif (1)   100%

indikasi (2)   100%

cara penggunaan (3)   100%

peringatan khusus (4)   100%

efek samping (5)   100%

dosis (6)   100%

bahan non aktif (7) X X 0%

85,71% 85,71%

Dari tabel diatas jika golongan obat anti malaria yang dibandingkan dengan

kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi

untuk 7 kriteria adalah 85,71%.

Tabel XLIII. Golongan Obat Anti Radang Topikal Standar FDA

Kriteria Diflukortolon valerat Triamsinolon asetonida Persentase Bufacomb® Nerisona®

zat aktif (1)   100%

indikasi (2)  X 50%

cara penggunaan (3)  X 50%

peringatan khusus (4)   100%

efek samping (5)  X 50%

dosis (6)  X 50%

bahan non aktif (7) X X 0%

85,71% 28,57%

Dari tabel diatas jika golongan obat anti malaria yang dibandingkan dengan

kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi

untuk 7 kriteria adalah 85,71% dan 28,57%.

Tabel XLIV. Golongan Obat Antiseptik dan Desinfektan Standar FDA

Kriteria Attapulgit Kaolin Persentase New Diatabs® Entrostop® Diagit® Kanina® Guanistrep®

zat aktif (1)      100%

(60)

Dari tabel diatas jika golongan obat antiseptik dan desinfektan yang dibandingkan

dengan kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 7 kriteria adalah 85,71%.

Tabel XLV. Golongan Obat Antitusif Standar FDA

Kriteria Dekstrometorfan HBr Persentase

Romilar® Mixadine® Decolsin® Lacoldin® Ana Konidin®

85,71% 85,71% 85,71% 85,71% 85,71%

Dari tabel diatas jika golongan obat antitusif yang dibandingkan dengan kriteria

standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk 7

kriteria adalah 85,71%.

Tabel XLVI. Golongan Obat Dekongestan Standar FDA

Kriteria Aspirin Fenilpropanolamin HCl Pseudoefedrin HCl

Persenta se Inzana® Fludane® Mixagrip® Sanaflu® Procold® Ultraflu® Inza max®

zat aktif (1)        100%

85,71% 85,71% 85,71% 85,71% 85,71% 85,71% 85,71%

Dari tabel diatas jika golongan obat dekongestan yang dibandingkan dengan

kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi

(61)

Tabel XLVII. Golongan Obat Lain untuk Topikal Kulit Standar FDA

Kriteria Asam salisilat Mentol Seng

oksida

Persentase

Obat kurap

kaki tiga® Kalpanax® Salicyl ®

Pandas

® Minyak angincap kapak® Herocyn ®

Dari tabel diatas jika golongan obat lain untuk topikal kulit yang dibandingkan

dengan kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 7 kriteria adalah 85,71% dan 71,43%.

Tabel XLVIII. Golongan Obat Laksatif Standar FDA

Kriteria Bisakodil Laktulosa Sorbitol Persenta se Laxamex® Dulcolact

ol®

Lactulax ®

Pralax® Microlax® Laxarec®

zat aktif (1)       100%

bahan non aktif (7)

X X X X X X 0%

85,71% 85,71% 71,43% 85,71% 85,71% 71,43%

Dari tabel diatas jika golongan obat laksatif yang dibandingkan dengan kriteria

standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk 7

kriteria adalah 85,71%.

Tabel XLIX. Golongan Obat Larutan Elektrolit Oral Standar FDA Kriteria Karbon NaCl Persentase

Norit® Pharolit®

zat aktif (1)   100%

indikasi (2)   100%

cara penggunaan (3)   100% peringatan khusus (4)   100%

efek samping (5)  X 50%

dosis (6)   100%

bahan non aktif (7) X X 0%

(62)

Dari tabel diatas jika golongan obat larutan elektrolit oral yang dibandingkan

dengan kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 7 kriteria adalah 70%.

Tabel L. Golongan Obat Mata Anti Inflamasi Standar FDA Kriteria Hypromelas

e

Tetrahidrozolin-HCl Persentase

Sanbe Tears®

Insto® Rohto® Braito Original®

zat aktif (1)     100%

85,71% 71,43% 85,71% 85,71%

Dari tabel diatas jika golongan obat mata anti inflamasi yang dibandingkan

dengan kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang

memenuhi untuk 7 kriteria adalah 85,71%.

Tabel LI. Golongan Obat Mata lain Standar FDA Kriteria Benzalkonium

chloride

Dextran Persentase

Y-rins® Oculosan® Tears naturale II®

zat aktif (1)    100%

57,14% 71,43% 71,43%

Dari tabel diatas jika golongan obat mata lain yang dibandingkan dengan kriteria

standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk 7

(63)

Tabel LII. Golongan Obat Mukolitik Standar FDA

Kriteria Bromhexin Dekstrometorfan

HBr

Pseudoephedrine HCl Persent ase Bisolvon® Woods

ekspektor an®

Tuzalo s®

Colfin® Triaminic ®

85,71% 85,71% 85,71 %

85,71% 85,71% 85,71% 85,71%

Dari tabel diatas jika golongan obat mukolitik yang dibandingkan dengan kriteria

standar FDA maka didapatkan modus dari golongan obat yang memenuhi untuk 7

kriteria adalah 85,71%.

Tabel LIII. Golongan Obat Mempengaruhi Saluran Kemih Standar FDA Kriteria Nephrolit® Persentase

zat aktif (1)  100%

indikasi (2)  100%

cara penggunaan (3)  100% peringatan khusus (4) X 0% efek samping (5) X 0%

dosis (6)  100%

bahan non aktif (7) X 0% 57,14%

Dari tabel diatas jika golongan obat mempengaruhi saluran kemih yang

dibandingkan dengan kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan

obat yang memenuhi untuk 7 kriteria adalah 57,14%.

Tabel LIV. Golongan Obat Untuk Telinga, Hidung, Tenggorokan Standar FDA

Kriteria Beta carotene Docusate Na Persentase Bevizil® Forumen®

zat aktif (1)   100%

indikasi (2)   100%

cara penggunaan (3)   100% peringatan khusus (4)   100%

efek samping (5)   100%

dosis (6)   100%

(64)

Dari tabel diatas jika golongan obat telinga, hidung, tenggorokan yang

dibandingkan dengan kriteria standar FDA maka didapatkan modus dari golongan

obat yang memenuhi untuk 7 kriteria adalah 85,71%.

Pada gambar 4 dapat dilihat pada halaman selanjutnya bahwa jika

informasi yang tercantum pada etiket obat dibandingkan dengan kriteria standar

FDA maka persentase yang tidak memenuhi sebanyak 28,57%, sedangkan untuk

produk obat yang paling memenuhi yaitu 85,71%. Namun jika keseluruhan dari

golongan obat tersebut dihitung secara modus, maka didapatkan 85,71% produk

(65)

46

Gambar

Tabel LXXX. Golongan Obat Untuk Telinga, Hidung, Tenggorokan
Gambar 1. Logo Obat Bebas…..............................................................
Gambar 1. Logo Obat Bebas (Muchid, 2006).
Tabel XVIII. Golongan Obat Antitusif Standar BPOM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mempermudah wisatawan menentukan biro perjalanan pariwisata yang sesuai dengan kriteria wisatawan maka dibuatlah sistem pendukung keputusan penentuan

FAJARINDO FALIMAN ZIPPER pengaturan tata letak tidak terlalu baik karena sejak awal penempatan tempat bangunan produksi tidak memiliki rancangan untuk penempatan material

Metode penelitian yang akan di gunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah metode penelitian Deskrptif kuanitatif, Dengan metode deskriptif kuanitatif

Menciptakab sebuah JTable yang diawali dengan dm sebagai model data, model kolom default, dan model pilihan default.. JTable (dm TableModel,

Penetapan klorofil dihitung dengan menggunakan

Untuk menjaga tampilan identitas, tidak dibenarkan menampilkan warna Biru Madani menjadi warna latar belakang diluar ketetapan versi

Dikatakan dalam 2 Timotius 2:10, "Karena itu, aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam

1.3.3 Tujuan penelitian ini untuk memberikan rencana langkah perbaikan dalam pencapaian target OEE dengan mengurangi downtime stoppages dan usaha – usaha perbaikan