• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE DISCOVERY UNTUK MENGAKTIFKAN DAN MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DALAM BELAJAR LISTRIK DINAMIS KELAS X DI SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "METODE DISCOVERY UNTUK MENGAKTIFKAN DAN MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DALAM BELAJAR LISTRIK DINAMIS KELAS X DI SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

i

METODE DISCOVERY UNTUK MENGAKTIFKAN DAN

MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DALAM BELAJAR

LISTRIK DINAMIS KELAS X DI SMA STELLA DUCE 1

YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh :

PAULINA ENDANG SUSIANI NIM : 081424007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi ABSTRAK

Susiani, P.E. 2012. Metode Discovery Untuk Mengaktifkan dan Meningkatkan Prestasi Siswa Dalam Belajar Listrik Dinamis Kelas X Di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode discovery: (1) dapat mengaktifkan siswa kelas X di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dalam pembelajaran materi listrik dinamis; (2) menaikkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dalam materi listrik dinamis.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4-26 Mei 2012 di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta berjumlah 99 siswa.Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar peneliti menggunakan soal pretest dan posttest, sedangkan untuk mengetahui keaktifan peneliti menggunakan angket, foto, hasil LKS serta video.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Listrik Dinamis. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretest yang menunjukkan bahwa kelas eksperimen tidak lebih pandai dari kelas control akan tetapi hasil posttestnya setara dengan kelas control. Metode discovery dapat mengaktifkan siswa pada pokok bahasan Listrik Dinamis, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan bahwa dengan pembelajaran menggunakan metode

(7)

vii ABSTRACT

Susiani, P.E. 2012. Discovery method to activate and improve the students’ achievement in learning dynamic electricity in class X of SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

The purpose of this study was to determine whether the discovery method is able to: (1) activate the students of class X in SMA Stella Duce 1 Yogyakarta in learning the dynamic electricity, (2) improve the achievement of the students of class X in SMA Stella Duce 1 Yogyakarta in the dynamic electricity.

The research was conducted on May 4-26, 2012 in SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. The subjects of this research were the 99 students of class X of SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. To find out the increase of the students’ achievement, the researcher used pre-test and post-test. Meanwhile, to find out about the activeness of the students, the researcher used questionnaires, photos, videos and worksheets.

The results showed that the discovery method could improve the students’ achievement on the subject of Dynamic Electricity. It could be seen from the results of the pre-test which showed that the experimental class was not better than the control class but the result of the post-test showed that they were equivalent. Discovery method could improve the students’ activeness on the subject of Dynamic Electricity. It could be seen from the results of the analysis which showed that by using the discovery

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi yang

berjudul METODE DISCOVERY UNTUK MENGAKTIFKAN DAN

MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DALAM BELAJAR LISTRIK DINAMIS

KELAS X DI SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA ini merupakan salah satu

syarat kelulusan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi pendidikan Fisika, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Proses penyusunan, pelaksanaan, serta penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari

bimbingan, bantuan, dorongan serta semangat dari berbagai pihak. Maka dari itu

pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T. selaku dosen pembimbing yang selalu

setia dan sabar mendampingi penulis dalam penyusunan, pelaksanaan serta

penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si. yang memberi semangat mulai dari

semester-semester awal kuliah.

3. Seluruh dosen JPMIPA yang sudah memberikan ilmu-ilmu pengetahuan dan

(9)

ix

4. Petugas sekretariat yang sudah dengan sabar melayani kebutuhan persuratan

peneliti.

5. Suster Imelda, CB M.Pd. selaku kepala sekolah yang telah mengijinkan

peneliti untuk melakukan penelitian.

6. Bapak Ganjar selaku guru pendamping yang bersedia meluangkan waktu dan

mendampingi penelitian.

7. Bapak Laboratorium sekolah yang sudah membantu menyiapkan alat selama

pelaksanaan penelitian.

8. Para siswa kelas XA, XB, XC yang telah menjadi subyek dalam penelitian ini.

9. Papa dan Mama yang sudah memberikan kasih sayang, semangat dorongan

motivasi juga materil yang sangat membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

10. Yayasan Tarakanita yang telah memberikan kepercayaan kepada peneliti

untuk menyelesaikan penelitian ini.

11. Nana Efraim beserta keluarga yang sudah memberikan cinta, waktu serta

semangat kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian ini.

12. Suster Benedict, CB., Suster Agnetta, CB., Suster Giovani, CB., Suster

Kristian, CB., Suster Fransisca, CB., yang sudah membimbing, menyayangi,

memotivasi dan membantu membentuk pribadi saya menjadi baik.

13. Bapak A. Prasetyadi S.Si., M.Si., yang selama kuliah sudah membantu saya

dan memberi semangat dalam memahami materi-materi yang kurang saya

(10)

x

14. Teman Asrama Syantikara, kak Jojo, kak Tiagita, kak Irin, kak Oneng, kak

Elis, kak Mita, kak Sari, kak Lisa, mbak Wik, mbak Ika, kak Ncis, kak Tyas

Nina, kak Reni Temik, kak Maya, kak Cery, kak Tia, kak Anita, kak Cindy,

kak Berta, kak Widya, kak Ntin, Mbak Suprih, mbak Peni, mbak Resti, mbak

Eka, mbak Yana, Gelok Astrid, Dian Panggih, Nora, Daday, Angel, Bela,

Wiwit ‘Ujang’, Etta ‘Coro’, Ina, Icol Risa, Jui, serta seluruh angkatan 2008

senasib dan seperjuangan yang sudah bersama-sama dalam suka dan duka.

15. Anton Wibisono dan Nana Efraim Petters yang sudah membantu penelitian.

16. Maria Angela Astrid Santoso, Lusia Niken, Atma Suganda, Theresia Yuni,

Cicilia Ari, Martinha Dacosta, kak Eko, Novi, mas Gagan, mas Beni, mbak

Kenil, Sisca Harumningtyas, suster Deti, suster Renata, fr Raja, Mongkey D.

Luffy, Dimas, Enggar, Salib, kak Veronica Erni, Tia ‘Te’, yang sudah memberikan semangat dan bersama-sama dalam perjuangan.

17. Seluruh teman angkatan 2008 yang selalu memberi semangat dalam

persahabatan selama ini.

18. Serta seluruh pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak bisa peneliti

(11)

xi

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari

itu penulis sangat mengharapkan dan menerima kritik serta saran yang membangun

guna penulisan yang lebih baik. Penulis berharap semoga skrripsi ini berguna bagi

pembaca.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA……… v

ABSTRAK……… vi

ABSTRACT………. vii

KATA PENGANTAR……….. viii

DAFTAR ISI……… xii

DAFTAR LAMPIRAN……… xvi

DAFTAR TABEL……… xvii

DAFTAR GAMBAR……… xix

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Perumusan Masalah……….. 4

C. Tujuan Penelitian……….. 4

D. Manfaat Penelitian……… . 4

BAB II LANDASAN TEORI……… 5

A. Metode Discovery……… 5

(13)

xiii

2. Proses Discovery……….. 5

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Discovery……… 6

4. Macam-Macam Discovery……….………. 7

4. Ciri-Ciri Keaktifan Belajar………. 14

C. Prestasi Belajar………... 15

1. Pengertian Prestasi Belajar……….. 15

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 15 a. Faktor-Faktor Stimuli Belajar…………. 15

b. Faktor-Faktor Metode Belajar………… 17

c. Faktor-Faktor Individual……… 19

D. Listrik Dinamis……….. 21

1. Listrik Dinamis……….. 21

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hambatan Dalam Suatu Penghantar……… 21

(14)

xiv

4. Susunan Seri-Paralel Penghambat Listrik…….. 25

E. Kaitan Teori Dengan Langkah Penelitian……….. 30

BAB III METODOLOGI………. 31

1. Pelaksanaan Penelitian Yang Terlaksana Dan Tidak 56 a) Pelaksanaan LKS………. 56

b) Yang Ditemukan Siswa Dan Tidak………. 57

2. Pretest-Posttest………. 58

a) Data Pretest-Posttest Kelas Eksperiment….. 58

b) Data Pretest-Posttest Kelas Kontrol………. 60

3. Angket……….. 62

4. Foto ……….………. 64

5. Video ……….……….. 66

6. Hasil LKS ……….………... 67

(15)

xv

1. Untuk Mengetahui Apakah Metode Pembelajaran

Discovery Meningkatan Prestasi Pembelajaran

Siswa Atau Tidak……….… 68

2. Untuk Mengetahui Apakah Metode Discovery Mengaktifkan Siswa Atau Tidak .………..………. 73

C. Keterbatasan Dalam Penelitian……….. 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….……….. 78

A. Kesimpulan……….……….. 78

B. Saran……….………… 79

DAFTAR PUSTAKA……….……… 80

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Materi Ajar……….. 84

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Kampus.…. 93

Lampiran 3. Surat Keterangan Sudah Meneliti……… 94

Lampiran 4. Soal Pretest ………..……….. 95

Lampiran 5. Soal Posttest……… 98

Lampiran 6. Kunci jawaban pretest dan posttest……… 101

Lampiran 7. Soal Angket……… 107

Lampiran 8. Jawaban Pretest ………. 108

Lampiran 9. Jawaban Posttest……… 111

Lampiran 10. Jawaban Angket………. 115

Lampiran 11. Jawaban LKS……….. 116

(17)

xvii DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pertemuan Pertama Pembelajaran……….. 34

Tabel 2. Pertemuan Kedua Pembelajaran………. 36

Tabel 3. Pertemuan Ketiga Pembelajaran………. 37

Tabel 4. Pertemuan Keempat Pembelajaran……….. 38

Tabel 5. Tabel Data Praktikum Faktor-Faktor yang Menghambat Suatu Kawat Penghantar……….. 40

Tabel 6. Tabel Data Praktikum Analogi Hukum I Kirchoff……. 41

Tabel 7. Tabel Data Praktikum Hukum I Kirchoff………... 42

Tabel 8. Kisi-Kisi Test Uraian………. 44

Tabel 17. Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperiment……. 58

Tabel 18. Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol…………. 60

(18)

xviii

Tabel 20. Analisis SPSS Pretest Kelas Eksperiment Dan

Kelas Kontrol………. 68 Tabel 21. Analisis SPSS Pretest Posttest Kelas Eksperiment…….. 69

Tabel 22. Analisis SPSS Pretest Posttest Kelas Kontrol………….. 70 Tabel 23. Analisis SPSS Posttest Kelas Eksperiment

dan Kelas Kontrol……… 71

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Gravik V Versus I………. 21

Gambar 2. Bacaan Ampermeter dari A1Sampai A4Adalah Sama… 24 Gambar 3. Jalannya Arus Pada Rangkaian Bercabang……… 25 Gambar 4. Rangkaian Seri………... 26

Gambar 5. Rangkaian Paralel………. 28 Gambar 6. Siswa Sedang Melakukan Praktikum Factor-Faktor yang

Menghambat Suatu Kawat Penghantar……… 64 Gambar 7. Siswa Sedang Melakukan Praktikum

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam berbagai macam teori belajar dikatakan bahwa agar siswa dapat belajar

dengan baik maka siswa tersebut harus aktif dalam proses belajar yang berlangsung.

Karena dengan aktif siswa ikut berperan serta mengolah, mencerna dan dapat

menyimpulkan apa yang mereka peroleh, baik kesimpulan yang tepat maupun yang

kurang tepat. Menurut Suparno (2001 : 123-124), Piaget sendiri menerangkan bahwa

pengetahuan itu disebut benar apabila pengetahuan itu adalah viable (jalan) untuk

menjelaskan persoalan yang terkait. Semakin pengetahuan itu dapat digunakan lebih

luas dalam bidang yang beraneka, maka kebenaran pengetahuan itu semakin kuat.

Menurut filsafat konstruktivisme (Suparno, 2007:72) untuk dapat mengetahui

sesuatu, siswa haruslah aktif sendiri mengkonstruksi. Dengan kata lain, dalam belajar

siswa harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis, dan akhirnya

yang terpenting merangkumkannya sebagai suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan

siswa dalam membangun pengetahuan mereka sendiri, mereka tidak akan mengerti

apa-apa .

Menurut Hergenhahn & Olson (2008:31), kaum rasionalis berpendapat bahwa

pikiran harus terlibat aktif dalam pencarian pengetahuan misalnya dengan berpikir,

(21)

Berdasar hasil wawancara bersama guru pendamping, siswa kelas X di SMA

Stella Duce adalah siswa yang heterogen, artinya adalah siswa memiliki latar belakang

dalam belajar yang sangat beragam, baik pada perilaku dalam mata pelajaran yang

disukai dan cara belajar yang disukai. Siswa yang menyukai fisika akan gembira dan

aktif dalam belajar, tetapi juga terdapat siswa yang menyukai fisika dan tidak aktif

dalam belajar. Disisi lain, terdapat juga siswa yang kurang menyukai fisika tetapi aktif

dalam belajar serta siswa yang tidak menyukai fisika dan tidak aktif dalam belajar.

Selain itu keaktifan siswa juga dapat didasarkan pada pembelajaran yang dilaksanakan

guru, bagaimana cara mengajar dan mengondisikan siswa agar siswa tersebut aktif.

Dengan kata lain kondisi pembelajaran di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tidaklah

selalu dapat membuat para siswa dapat terlibat aktif dalam belajar, sehingga prestasi

nilai yang diperoleh juga beragam tergantung pada kondisi siswa dan cara pembelajaran

yang dapat merangsang keingintahuan siswa.

Keaktifan siswa merupakan kunci utama di mana siswa tersebut benar-benar

mengolah ilmu pengetahuan yang mereka peroleh. Maka dari itu disini penulis ingin

menawarkan sebuah metode pembelajaran Discovery yang dapat mengaktifkan siswa

dalam belajar. Belajar adalah mengaktifkan pengetahuan dasar yang telah dipunyainya

dengan cara menghubungkan pada pengetahuan baru yang diperolehnya, sehingga

seseorang tersebut dapat menemukan sesuatu yang baru (Bruner 1966 dalam

Suryosubroto, 2011). Dengan kata lain belajar adalah mengkontruksi sesuatu yang baru

(22)

semakin luas dan berkembang sehingga siswa tersebut dapat menggunakan

pengetahuannya dalam persoalan yang lebih luas.

Dalam penelitian Kartika Budi menyebutkan bahwa strategi pembelajaran

dengan menyatakan sendiri pengertian suatu konsep dan/atau hukum; yang dibantu

dengan LKS merupakan strategi yang sangat potensial untuk melibatkan siswa secara

aktif.

Discovery merupakan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif

sendiri mengumpulkan, menyelidiki, mengolah, dan pada akhirnya menemukan sendiri

sesuatu yang sedang ia geluti. Selain itu dalam Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,

Sochibin, dkk, (2009:96) menyatakan bahwa aspek psikologi yang terkandung dalam

metode inkuiri memberikan banyak keuntungan, karena memungkinkan siswa

menggunakan segala potensinya terutama proses mentalnya untuk menemukan sendiri

konsep dan prinsip sains ditambah proses mental lainya yang memberikan ciri orang

dewasa atau ciri seorang ilmuwan, sehingga siswa dapat menemukan konsep diri, kritis

dan kreatif.

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengetahui

apakah metode discovery dapat melibatkan para siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran di SMA Stella Duce 1; dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Atas

dasar itu penulis memberi judul penelitian: Metode Discovery Untuk Mengaktifkan dan

Meningkatkan Prestasi Siswa Dalam Belajar Listrik Dinamis Kelas X di SMA Stella

(23)

B. Perumusan Masalah

a. Apakah metode discovery dapat meningkatkan prestasi siswa kelas X SMA

Stella Duce 1 Yogyakarta dalam materi listrik dinamis?

b. Apakah metode discovery dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran materi

listrik dinamis kelas X di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode discovery :

a. Dapat mengaktifkan siswa kelas X di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dalam

pembelajaran materi listrik dinamis.

b. Menaikkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dalam

materi listrik dinamis.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi para guru dan calon guru dapat menjadi referensi untuk mendidik para

siswa agar mereka aktif berpikir dalam belajar dengan menggunakan metode

discovery ini.

b. Diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai alternatif

(24)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Discovery

1. Pengertian Discovery

Menurut Suparno (2001 : 143) teori pengetahuan Piaget menekankan

pentingnya kegiatan seorang siswa yang aktif dalam mengkonstruksi

pengetahuan. Hanya dengan keaktifannya mengolah bahan, bertanya secara

aktif, dan mencerna bahan dengan kritis, siswa akan dapat menguasai bahan

dengan baik. Oleh karena itu, kegiatan aktif dalam proses belajar perlu

ditekankan.

Metode Discovery merupakan model pembelajaran melalui proses induktif,

yaitu ditemukan lewat pengamatan atas suatu obyek. Sehingga metode discovery

ini sangat baik digunakan dalam pembelajaran.

2. Proses Discovery

Proses discovery menurut Suparno (2007 :73) meliputi :

Mengamati. Siswa mengamati gejala atau persoalan yang dihadapi.

Menggolongkan. Siswa mengklasifikasikan apa-apa yang ditemukan dalam

pengamatan sehingga menjadi lebih jelas.

Memprediksi. Siswa diajak untuk memperkirakan mengapa gejala itu terjadi

(25)

Mengukur. Siswa melakukan pengukuran terhadap yang diamati untuk

memperoleh data yang lebih akurat yang dapat digunakan untuk mengambil

kesimpulan.

Menguraikan atau menjelaskan. Siswa dibantu untuk menjelaskan atau

menguraikan dari data pengukuran yang dilakukan.

Menyimpulkan. Siswa mengambil kesimpulan dari data-data yang

didapatkan.

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Discovery

Suryosubroto (2009 : 184) menyimpulkan berdasarkan langkah-langkah

pelaksanaan metode penemuan yang disarankan oleh Gilstrap (1975) dan

membandingkan dengan langkah-langkah yang ditemukan oleh Richard

Scuhman, langkah-langkah metode penemuan secara sederhana adalah sebagai

berikut:

a. Identifikasi kebutuhan siswa.

b. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan

generalisasi yang akan dipelajari.

c. Seleksi bahan, dan problem / tugas-tugas.

d. Membantu memperjelas.

- Tugas / problem yang akan dipelajari.

- Peranan masing-masing siswa.

(26)

f. Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan

tugas-tugas siswa.

g. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.

h. Membantu siswa dengan informasi / data, jika diperlukan oleh siswa.

i. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang

mengarahkan dan mengidentifikasi proses.

j. Merangsang terjadinya interaksi antarsiswa dengan siswa.

k. Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan.

l. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil

penemuannya.

4. Macam-Macam Discovery

Weimer (1975, dalam Burden & Byrd, dalam Suparno : 2007 : 74)

mengidentifikasikan adanya 6 tipe discovery, yaitu:

Discovery. Proses menemukan sesuatu sendiri. Prosesnya lebih bebas,

yang terpenting adalah orang menemukan sesuatu hukum, prinsip, atau

pengertian sendiri.

Discovery teaching. Model mengajar dengan cara menemukan sesuatu,

seperti yang telah dibicarakan pada nomor 1 dan 2. Ini lebih digunakan

(27)

Inductive discovery. Penemuan sesuatu dengan pendekatan induktif,

yaitu dari pengamatan banyak data, lalu disimpulkan. Prosesnya lengkap

seperti metode ilmiah.

Semi-inductive discovery. Penemuan dengan pendekatan induktif, tetapi

tidak lengkap. Ketidaklengkapan dapat pada data yang diamati yang

diambil hanya sedikit, dapat pula prosesnya disederhanakan, dll.

Unguided or pure discovery atau discovery murni: siswa diberi persoalan

dan harus memecahkan sendiri dengan sedikit petunjuk guru.

Guided discovery: siswa diberi soal untuk dipecahkan dengan guru

menyediakan hint (petunjuk), dan arahan bagaimana memecahkan

persoalan itu.

5. Keuntungan Discovery

Menurut Bruner beberapa keuntungan dapat disebutkan antara lain sebagai

berikut (dalam Trowbridge & Bybee, 1996, dalam Suparno, 2007 : 75) :

Mengembangkan potensi intelektual. Siswa hanya akan dapat

mengembangkan pikirannya dengan berpikir, dengan menggunakan

pikiran itu sendiri. Dengan model discovery pikiran siswa digunakan,

dilatih untuk memecahkan persoalan.

Mengembangkan motivasi instrinsik. Dengan menemukan sendiri dalam

(28)

penghargaan dari dalam diri sendiri yang akan lebih menguatkan untuk

terus mau menekuni sesuatu.

Belajar menemukan sesuatu. Untuk terampil dalam menemukan sesuatu,

siswa hanya dapat lewat praktik menemukan sesuatu. Discovery ini

adalah praktik menemukan sesuatu yang dapat memperkaya siswa dalam

penemuan hal – hal lain di kemudian hari.

Ingatan lebih tahan lama. Dengan menemukan sendiri, siswa lebih ingat

akan yang dipelajari; dan sesuatu yang ditemukan sendiri biasanya tahan

lama; tidak mudah dilupakan.

Discovery juga menimbulkan keingintahuan siswa dan memotivasi siswa

untuk terus berusaha menemukan sesuatu sampai ketemu (Burden &

Byrd, hal.140).

Melatih keterampilan memecahkan persoalan sendiri dan melatih siswa

untuk dapat mengumpulkan dan menganalisis data sendiri.

6. Kelemahan Discovery

Menurut Suryosubroto (2009 : 186-187) kelemahan metode discovery

adalah sebagai berikut :

Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.

Misalnya, siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya

mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak,

(29)

subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam

bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli

penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.

Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas yang besar. Misalnya

sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa

menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari

bentuk-bentuk kata tertentu.

Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan

guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran

secara tradisional.

Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu

mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan

diperolehnya sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh

pengertian atau sebagai perkembangan emosional social secara

keseluruhan.

Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk

mencoba ide-ide mungkin tidak ada.

Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir

kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi

(30)

B. Belajar Aktif

1. Pengertian Belajar Aktif

Menurut Soemanto (2006 : 104-105) belajar merupakan proses dasar dari

perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan

perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua

aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun

hidup dan bekerja menurut apa yang kita pelajari. Belajar itu bukan sekadar

pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu

belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai

bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan.

Menurut Hamalik (2001 :154) belajar merupakan bagian dari hidup,

berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik di sekolah, di

kelas, di jalanan dalam waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya.

Lorenzen (2002), Paulson & Faust (2002) (dalam Nyoto Harjono, 2012)

mensyaratkan belajar aktif sebagai cara membelajarkan siswa yang membuat

siswa berpartisipasi di dalam kelas. Belajar aktif berlangsung melampaui peran

siswa sebagai pendengar pasif dan membuat catatan, serta menjadikan siswa

memperoleh arah dan berinisiatif selama pelajaran. Peran guru adalah

mengurangi porsi berceramah, sebaliknya mengarahkan siswa agar siswa

―menemukan‖ bahan sewaktu belajar bersama siswa lainnya guna memahami

(31)

2. Proses Belajar

Proses belajar menurut Bruner (dalam Nasution, 1982 : 9 – 10) dapat dibedakan

menjadi tiga fase yaitu:

a. Informasi. Dalam tiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi, ada yang

menambah pengetahuan yang telah dimiliki, ada yang memperhalus dan

memperdalam, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang

telah diketahui sebelumnya.

b. Transformasi. Informasi tersebut harus dianalisis, diubah atau

ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar

dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan

guru sangat diperlukan.

c. Evaluasi. Hasil belajar dinilai sejauh mana pengetahuan yang diperoleh

dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala

(32)

3. Aktivitas Belajar

Beberapa aktivitas belajar menurut Soemanto (2001 : 107-113) yaitu sebagai

berikut :

a. Mendengarkan;

b. Memandang;

c. Meraba, Mencium, dan Mencicipi/Mencecap;

d. Menulis atau Mencatat;

e. Membaca;

f. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan, dan Menggarisbawahi;

g. Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram, dan Bagan-Bagan;

h. Menyusun Paper atau Kertas Kerja;

i. Mengingat;

j. Berpikir;

k. Latihan atau Praktek.

Menurut Indriana (2011 : 160) pemrosesan aktif mencakup melakukan

sesuatu dalam dunia eksternal dengan informasi tersebut (membahasnya,

(33)

4. Ciri-Ciri Keaktifan Belajar

Menurut Nana Sudjana (1992:61), keaktifan siswa dalam proses belajar

mengajar dapat dilihat dalam hal :

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya;

b. Terlibat dalam pemecahan masalah dan dalam proses memperdalam

materi pelajaran;

c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya dan berani mengungkapkan ide/gagasannya;

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan

masalah (berusaha untuk meningkatkan prestasi);

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya;

g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis (tekun

menyelesaikan tugas dan latihan);

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya

(34)

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana

telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut prestasi belajar.

(Wardojo, hal 3).

Menurut Surya (dalam Anggraeni, 1997) prestasi belajar adalah seluruh

kecakapan hasil achievement) yang diperoleh melalui proses belajar, yang

dinyatakan dengan nilai-nilai prestasi belajar berdasarkan hasil tes prestasi

belajar.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Soemanto (2001 : 113 – 121) faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :

a. Faktor-Faktor Stimuli Belajar

Yang dimaksudkan dengan stimuli belajar yaitu segala hal di luar individu

yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan

belajar. Beberapa hal yang berhubungan dengan faktor stimuli belajar :

1) Panjangnya bahan pelajaran

Bahan yang terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan individu dalam

belajar. Kesulitan belajar individu itu tidak semata-mata karena

panjangnya waktu untuk belajar melainkan lebih berhubungan dengan

(35)

2) Kesulitan bahan pelajaran

Semakin sulit bahan pelajaran, makin lambat untuk mempelajarinya.

Bahan yang sulit membutuhkan aktivitas belajar yang lebih intensif.

3) Berartinya bahan pelajaran

Modal pengalaman yang diperoleh diwaktu sebelumnya menentukan

keberartian dari bahan yang dipelajari di waktu sekarang. Bahan yang

berarti adalah bahan yang dapat dikenali. Bahan yang berarti

memungkinkan individu untuk belajar, karena individu dapat

mengenalnya.

4) Berat - Ringannya Tugas

Hal ini erat hubungannya dengan tingkat kemampuan individu. Tugas

yang sama, kesukarannya berbeda bagi masing-masing individu.

5) Suasana Lingkungan Eksternal

Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal, antara lain : cuaca

(suhu udara, mendung, hujan, kelembaban), waktu (pagi, siang, sore,

malam), kondisi tempat (kebersihan, letak sekolah, pengaturan fisik

kelas, ketenangan, kegaduhan), penerangan (berlampu, bersinar

matahari, gelap, remang-remang), dan sebagainya. Faktor-faktor ini

mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajarnya,

(36)

b. Faktor-Faktor Metode Belajar

Metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi

proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut :

1) Kegiatan berlatih atau praktek

Jam pelajaran atau latihan yang terlalu panjang kurang efektif. Semakin

pendek-pendek distribusi waktu untuk bekerja atau berlatih, semakin

efektiflah pekerjaan atau latihan itu. Kegiatan berlatih secara marathon

baru dimungkinkan, apabila tugas mudah dikenal, tugas mudah

dilakukan, materi pernah dipelajari sebelumnya.

2) Overlearning dan Drill

Overlearning dilakukan untuk mengurangi kelupaan dalam mengingat

keterampilan-keterampilan yang pernah dipelajari tetapi dalam sementara

waktu tidak dipraktekkan. Overlearning berlaku untuk latihan

keterampilan motorik sementara drill berlaku untuk latihan kemampuan

abstrak.

3) Resitasi selama belajar

Kombinasi kegiatan membaca dan resitasi sangat bermanfaat untuk

meningkatkan kemampuan membaca atau menghafalkan bahan

pelajaran. Dalam praktek, setelah diadakan kegiatan membaca,

kemudian si pelajar berusaha menghafalkan tanpa melihat bacaannya,

lalu dapat dilanjutkan ke bahan berikutnya dan seterusnya.

(37)

Pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah

penting. Dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai, seseorang

akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya.

5) Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian

Apabila kedua prosedur dipakai secara simultan, belajar mulai dari

keseluruhan ke bagian-bagian adalah lebih menguntungkan dari pada

belajar mulai dari bagian-bagian. Hal ini dapat dimaklumi, karena

dengan mulai dari keseluruhan, individu menemukan set yang tepat

untuk belajar.

6) Penggunaan modalitas indra

a) Oral : dalam membaca diperlukan membaca atau mengucapkan

materi, atau mendengarkan bacaan atau ucapan orang lain.

b) Visual : dalam belajarnya harus banyak menggunakan fungsi

penglihatan.

c) Kinestetik : belajar dengan banyak menggunakan fungsi motorik.

7) Penggunaan dalam belajar

Arah perhatian seseorang sangat penting bagi belajarnya.

8) Bimbingan dalam belajar

Bimbingan belajar yang terlalu banyak akan membuat si pelajar menjadi

(38)

9) Kondisi-kondisi insentif

Insentif adalah objek atau situasi eksternal yang dapat memenuhi motif

individu. Insentif bukan tujuan, tetapi alat untuk mencapai tujuan.

- Insentif instrinsik, yaitu situasi yang mempunyai hubungan

fungsional dengan tugas dan tujuan

- Insentif ekstrinsik, situasi atau objek yang tidak mempunyai

hubungan fungsional dengan tugas

c. Faktor-Faktor Individual

1) Kematangan

Kematangan memberikan kondisi di mana fugsi-fungsi fisiologis

termasuk system saraf dan fungsi otak menjadi berkembang. Dengan

berkembangnya fungsi-fungsi otak dan system saraf, hal ini akan

menumbuhkan kapasitas mental seseorang dan mempengaruhi hal belajar

seseorang.

2) Faktor usia kronologis

Usia kronologis merupakan faktor penentu daripada tingkat kemampuan

(39)

3) Faktor perbedaan jenis kelamin

Fakta menunjukkan, bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara pria

dan wanita dalam hal inteligensi.

4) Pengalaman sebelumnya

Pengalaman yang diperoleh individu ikut mempengaruhi hal belajar yang

bersangkutan, terutama pada transfer belajarnya.

5) Kapasitas mental

Kapasitas adalah potensi untuk mempelajari serta mengembangkan

berbagai keterampilan/kecakapan. Akibat dari hereditas dan lingkungan,

berkembanglah kapasitas mental individu yang berupa inteligensi.

6) Kondisi kesehatan jasmani

Orang yang badannya sakit akibat penyakit-penyakit tertentu serta

kelelahan tidak akan dapat belajar dengn efektif.

7) Kondisi kesehatan rohani

Gangguan serta cacat mental pada seseorang sangat mengganggu hal

belajar orang yang bersangkutan.

8) Motivasi

Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan tujuan, sangat

mempengaruhi kegiatan hasil belajar. Motivasi adalah penting bagi

proses belajar, karena motivasi menggerakkan organism, mengarahkan

tindakan serta memilih tujuan belajar dirasa paling berguna bagi

(40)

D. Listrik Dinamis

1. Listrik Dinamis

Sumber yang digunakan dalam materi listrik dinamis ini adalah buku

fisika untuk Sma Kelas X semester 2 tulisan Marthen Kanginan.

Listrik dinamis mempelajari tentang muatan-muatan listrik yang

bergerak, yang menyebabkan munculnya arus listrik. Arus listrik adalah aliran

partikel-partikel bermuatan positif yang melalui konduktor (walau sesungguhnya

elektron-elektron bermuatan negatiflah yang mengalir melalui konduktor). Arus

listrik hanya mengalir dalam suatu rangkaian yang tertutup. Rangkaian tertutup

adalah suatu rangkaian yang bermula dari suatu titik, berkeliling dan akhirnya

kembali lagi ke titik tersebut.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hambatan Dalam Suatu Penghantar

Hambatan listrik penghantar bisa diperoleh dari pengukuran berbagai nilai

kuat arus I untuk berbagai nilai tegangan. Caranya dengan membuat grafik V

terhadap i. Nilai hambatan listrik sama dengan kemiringan dari gravik v

terhadap i (R = ).

V

I

Gambar 1. Grafik V versus I

Untuk suatu penghantar dari kawat logam, misalnya kawat tembaga, jika suhu

(41)

i atau R = adalah tetap. Secara umum, untuk kawat-kawat logam, makin besar

suhu, makin besar hambatan listriknya. Namun, untuk kebanyakan logam

paduan, misalnya konstanta, hambatannya hanya sedikit dipengaruhi oleh

perubahan suhu.

Analogi hambatan arus listrik dan hambatan lalu lintas.

Pertama, hambatan lalu lintas dipengaruhi oleh jenis jalan (jalan berbatu

berbeda dengan jalan beraspal). Pada hambatan listrik, jenis jalan ini analogi

dengan jenis bahan kawat (kawat tembaga berbeda dengan kawat besi). Jenis

kawat ini ditampilkan oleh besaran hambatan jenis kawat (lambang ). Tentu

saja makin besar hambatan jenis kawat , makin besar juga hambatan listriknya.

Kedua, hambatan lalu lintas dipengaruhi oleh panjang jalan. Makin

panjang jalan, tentu makin besar hambatan lalu lintasnya. Pada hambatan listrik,

panjang jalan ini analog dengan panjang kawat (lambang L). Jadi, makin

panjang kawat, makin besar juga hambatan listriknya.

Ketiga, hambatan lalu lintas dipengaruhi oleh luas jalan (lebar jalan).

Makin luas jalan makin kecil hambatan lalu lintas (yang berarti makin lancar

lalu lintasnya). Pada hambatan listrik luas jalan ini analog dengan luas

penampang kawat (simbol A). Makin besar luas penampang kawat, makin kecil

hambatan listriknya.

Dengan menganalogikan hambatan listrik dengan hambatan lalu lintas,

kita telah memperoleh tiga faktor yang mempengaruhi hambatan listrik seutas

(42)

(A). Dari penjelasan tentang ketiga faktor ini sebelumnya, dapatkah

diperkirakan suatu persamaan untuk menghitung hambatan listrik seutas kawat.

Selain itu juga dapat dijelaskan dari pandangan mikroskopik terhadap

arus listrik. Dimana pada kawat penghantar, misalnya, kita dapat

membayangkan electron-elektron bebas bergerak kesana kemari dengan acak

dengan laju tinggi, terpantul dari atom-atom kawat. Ketika medan listrik ada

pada kawat, electron-elektron menerima gaya dan mulai dipercepat. Tetapi

mereka akan segera mencapai laju yang kurang lebih merupakan laju rata-rata

(disebabkan oleh tumbukan dengan atom-atom kawat), yang disebut sebagai laju

alir, vd. laju alir pada normalnya jauh lebih kecil dari dari laju acak rata-rata

electron (Giancoli, 2001: 81).

Kita misalkan sutu arus I pada kawat penghantar berpenampang lintang

A. Misalkan n adalah jumlah partikel-partikel pembawa muatan bebas per satuan

volume. Kita asumsikan bahwa m partikel membawa muatan q dan bergerak

dengan kecepatan drift (alir) vd. Dalam waktu elektron-elektron akan

menempuh jarak l= vd pada rata-ratanya. Maka dalam waktu ,

electron-elektron dengan volume V= Al = Avd akan melalui penampang lintang A dari

kawat tersebut. (Tipler, 2001: 139).

Maka dari itu, dapat diasumsikan bahwa dalam kawat penghantar

berpenampang A, juga memiliki hambatan jenis ( seperti jumlah

partikel-partikel pembawa muatan bebas per satuan volume (n), panjang kawat (L)

(43)

Oleh karena itu hambatan listrik seutas kawat dengan hambatan jenis ( )

, panjang L, dan luas penampang A dapat dihitung dengan:

Persamaan hambatan listrik ……….………..(7-1)

Penampang kawat berbentuk lingkaran dengan diameter D atau jari-jari r. tentu

saja luas penampang

………..(7-2)

Telah diketahui bahwa dalam SI, satuan hambatan R adalah ohm, satuan panjang

kawat L adalah m, dan satuan luas penampang A adalah m2.

3. Hukum I Kirchhoff

Kuat arus dalam rangkaian tidak bercabang.

A1

X

A2

X A3

X A4

Gambar 2. Semua bacaan ampermeter dari A1 sampai A4 adalah sama.

Dalam suatu rangkaian arus yang tidak bercabang, kuat arus yang melalui

(44)

Kuat arus pada rangkaian yang bercabang

Pada rangkaian listrik yang bercabang, jumlah kuat arus yang masuk

pada suatu titik cabang sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik

cabang itu.

Gambar 3. Arus pada Rangkaian Bercabang

Hukum I Kirchhoff

………....(7-3)

4. Susunan Seri-Paralel Penghambat Listrik

Susunan Seri Penghambat Listrik

Penghambat-penghambat listrik, misalnya beberapa lampu pijar dapat

disusun seri. Dalam susunan seri, kuat arus yang melalui tiap-tiap

penghambat adalah sama besar.

Untuk penghambat-penghambat listrik yang disusun seri, hambatan

(45)

Gambar 4. Rangkaian seri

Hambatan Pengganti Seri .(7-4)

Persamaan (7-8) dengan jelas menyatakan bahwa susunan seri bertujuan

untuk memperbesar hambatan suatu rangkaian.

Empat prinsip susunan seri penghambat-penghambat listrik

a. Susunan seri bertujuan untuk memperbesar hambatan suatu

rangkaian.

b. Kuat arus yang melalui tiap-tiap penghambat sama, yaitu sama

dengan kuat arus yang melalui hambatan pengganti serinya.

………(7-5)

c. Tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti seri sama dengan

jumlah tegangan pada ujung-ujung tiap penghambat

……….....(7-6)

R1 R2 R3 R4

(46)

d. Susunan seri berfungsi sebagai pembagi tegangan, di mana

tegangan pada ujung-ujung tiap penghambat sebanding dengan

hambatannya.

Jika

………..(7-7)

Kelemahan susunan seri

Apabila sederetan lampu disusun secara seri, jika salah satu

filament lampu putus, maka seluruh lampu akan padam. Maka harus

memeriksa satu demi satu lampu tersebut untuk menemukan lampu yang

rusak, kemudian menggantinya dengan yang baru.

Susunan Paralel Penghambat-penghambat Listrik

Komponen-komponen listrik disebut disusun paralel jika

komponen-komponen tersebut dihubungkan sedemikian sehingga tegangan pada ujung

tiap-tiap komponen sama besar.

Untuk penghambat-penghambat listrik yang disusun paralel, kebalikan

hambatan penggantinya sama dengan jumlah kebalikan hambatan dari

(47)

V R3

R2

R1

Gambar 5. Rangkaian Paralel

Hambatan pengganti paralel ..(7-8)

Persamaan (7-12) dengan jelas menyatakan bahwa susunan parallel

bertujuan untuk memperkecil hambatan suatu rangkaian.

Empat prinsip susunan paralel komponen-komponen

1. Susunan paralel bertujuan untuk memperkecil hambatan suatu

rangkaian

2. Tegangan pada ujung-ujung tiap komponen sama, yaitu sama dengan

tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti paralelnya.

……….………(7-9)

3. Kuat arus yang melalui hambatan pengganti paralel sama dengan

jumlah kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen sebanding dengan

(48)

……….……(7-10)

4. Susunan paralel berfungsi sebagai pembagi arus, di mana kuat arus

yang melalui tiap-tiap komponen sebanding dengan kebalikan

hambatannya.

……….………...(7-11)

Jika

Jika hanya dua komponen listrik dengan hambatan masing-masing

dan yang disusun parallel, tentu saja, persamaan (7-8) memberikan

Manfaat susunan paralel

Seperti telah dijelaskan dalam susunan seri, kegagalan salah satu

komponen akan memadamkan komponen-komponen lain yang masih

baik. Oleh karena itu, komponen-komponen listrik di rumah Anda

biasanya disusun secara paralel. Dalam susunan paralel, jika salah satu

komponen rusak atau gagal (misalnya filament lampu pijar putus),

komponen-komponen lain dalam rangkaian (TV, radio, dan kulkas)

(49)

E. Kaitan Teori dengan Langkah Penelitian

a. Metode Discovery

Metode Discovery merupakan metode yang digunakan sebagai treatment

dalam proeses penelitian yang akan di laksanakan di SMA Stella Duce 1

Yogyakarta.

b. Teori Listrik Dinamis

Listrik dinamis merupakan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam

penelitian, selain itu listrik dinamis merupakan instrumen dalam penelitian

yang berupa pretest-posttest.

c. Teori belajar aktif dan prestasi belajar

Teori belajar aktif dan prestasi belajar digunakan untuk instsrumen dalam

(50)

31 BAB III

METODOLOGI

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang akan diteliti merupakan penelitian kuantitatif

eksperimental dengan design pretest-posstest kontrol group. Secara umum riset

kuantitatif adalah riset yang menggunakan data berupa skor atau angka, lalu

menggunakan analisis dengan statistik. Design pretest-posstest kontrol group adalah

penelitian yang terdiri dari dua group. Satu kelompok diberi treatmen dan yang lain

tidak. Lalu keduanya diukur dengan diberi pretest dan posttest untuk kedua group

(Suparno, 2010:142). Dengan skema sebagai berikut:

Treatmen group O X1 O

Kontrol group O X2 O

O adalah observation

X adalah treatmen

B. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 4 s/d 26 Mei 2012 di SMA Stella Duce 1

(51)

C. Populasi dan Sampel

Sampel merupakan suatu kelompok dimana informasi atau data didapatkan

(Suparno, 2010:43). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Stella

Duce 1 Yogyakarta dan sampel yang digunakan oleh peneliti berjumlah 99 siswa

yang terdiri dari siswa kelas XA, XB, dan XC SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

D. Treatment

Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subyek yang akan diteliti agar

nantinya didapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2010 :51).

Peneliti menggunakan metode pembelajaran discovery sebagai treatment dengan

proses sebagai berikut :

1. Membagi siswa dalam 6 kelompok.

2. Siswa mendapatkan LKS dalam kelompok.

3. Siswa memahami perintah-perintah discovery dalam LKS.

4. Siswa melakukan discovery dalam kelompok.

5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai percobaan.

6. Siswa mendiskusikan data yang telah diperoleh dalam kelompok secara

bersama.

7. Siswa menemukan kesimpulan dari hasil discovery.

8. Bersama siswa menyimpulkan hasil discovery secara bersama dikaitkan

(52)

1. RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA STELLA DUCE 1

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : X/II

Materi Pembelajaran : Listrik Dinamis Alokasi Waktu : 6 x 45 menit

A. Standar Kompetensi :

5. Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi

B. Kompetensi Dasar :

5.1 Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian listrik sederhana (satu loop) C. Indikator :

1. Dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi besar hambatan suatu penghantar

2. Menjelaskan besar dan arah kuat arus listrik dalam rangkaian sederhana (satu loop)

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menjelaskan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar dalam materi listrik dinamis

2. Siswa memiliki wawasan yang memadai tentang penerapan-penerapan listrik dalam kehidupan sehari-hari

E. Materi Ajar

(53)

F. Metode Pembelajaran

Discovery

G. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Tabel 1. Pertemuan Pertama 2 X 45 Menit

Tahapan Kegiatan Alokasi

3. Menyampaikan bahan yang akan dipelajari hari ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu penghantar

4. Perkenalan bersama anak-anak, memanggil nama lengkap dan bertanya nama panggilannya.

10 menit

Kegiatan Inti 1. Pretest

2. Menganalogikan hambatan jalan dengan hambatan listrik

30 menit

(54)

3. Meminta siswa

4. Siswa mengerjakan LKS 1 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu penghantar

5. Membahas LKS 1

6. Latihan soal, mengerjakan 1 soal latihan

10 menit

15 menit

10 menit Penutup 1. Merangkum mata pelajaran

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu penghantar

2. Memberiikan PR turunan satuan

(55)

Tabel 2. Pertemuan Kedua 1x45 Menit

Tahapan Kegiatan Alokasi

waktu

Keterangan

Pendahuluan 1. Menyampaikan bahan

yang akan dipelajari

yaitu Hukum I Kirchhoff

2 menit

Kegiatan Inti 1. Mengerjakan LKS 2

tentang analogi hukum I

(56)

Tabel 3. Pertemuan ketiga 2x45 menit

Tahapan Kegiatan Alokasi

Waktu

Keterangan

Pendahuluan 1. Menyampaikan materi

yang akan dipelajari

tentang susunan seri

paralel penghambat

listrik

15 menit

Kegiatan Inti 1. Siswa mengerjakan LKS

4 tentang rangkaian

seri-paralel penghambat

listrik

2. Membahas LKS 4

3. Memberiikaan latihan

soal, 3 soal yang terdiri

dari soal seri dan paralel

4. Membahas bersama

latihan soal

20 menit

10 menit

15 menit

10 menit

Penutup 1. Merangkum pelajaran

tentang susunan

seri-paralel listrik

10 menit

(57)

Tabel 4. Pertemuan ke empat 1 x 45 menit

Tahapan Kegiatan Alokasi

Waktu

Keterangan

Pendahuluan Membagi soal Posttest 3 menit

Kegiatan Inti 1. Siswa mengerjakan

posttest

2. Siswa mengerjakan

angket

30 menit

10 menit

Penutup Sayonara 2 menit 45 menit

H. Alat/Sumber Belajar

Marthen Kanginan. 2002. Fisika 1B. Jakarta: Erlangga.

Mengetahui Yogyakarta, Mei 2012

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

(58)

2. LKS (Lembar Kerja Siswa)

LKS dalam pembelajaran ini terdiri dari 4 buah. LKS ini dibuat untuk

membantu siswa dalam pembelajaran materi listrik dinamis dengan metode

discovery.

LKS 1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hambatan Suatu Penghantar

1. Tujuan :

Siswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu

penghantar

2. Alat dan bahan:

1) 1 set kawat dengan jenis bahan, diameter, dan panjang yang sama dan

berbeda

2) 1 buah Ohmmeter (Multimeter)

3. Prosedur percobaan

a) Siapkan Ohmmeter beserta kabel dan kawat yang hendak di ukur.

b) Memposisikan jarum Ohmmeter menunjuk pada angka nol dengan cara

menyentuhkan kedua soket dan memutar tombol pemutar pada

Ohmmeter hingga pas di nol.

c) Memilih batas ukur pada 10 kΩ, atau disesuaikan.

d) Lakukan pengukuran hambatan kabel dan catat hasilnya dalam tabel

(59)

Tabel 5. Tabel Data Praktikum Faktof-Faktor yang Menghambat

f) Buatlah kesimpulanmu mengenai percobaan ini.

g) Buatlah rumusan R dari hasil percobaanmu.

R

Ω

Gambar rangkaian

Cara membaca Ohm meter

(60)

LKS 2

Analogi Hukum I Kirchhoff

I. Tujuan :

Siswa dapat memahami Hukum I Kirchhoff tentang perjalanan arus, aliran

arus dan jumlah arus.

II. Alat dan bahan:

1. Bejana berhubungan

2. Gelas ukur besar dan kecil

3. Air

4. Pewarna

III. Prosedur percobaan

1. Isilah gelas ukur yang besar dengan air yang sudah diberi pewarna

secukupnya hingga dapat diketahui berapa liternya

2. Tempatkan gelas-gelas ukur yang kecil pada setiap mulut bejana

3. Masukkan air pada bejana tersebut

4. Amatilah apa yang terjadi

5. Ukurlah air yang berada dalam gelas ukur pada mulut-mulut bejana

kedalam tabel berikut :

Tabel 6. Tabel Data Praktikum Analogi Hukum I Kirchoff

No

Air awal

Sedotan 1 Sedotan 2 Sedotan 3 Sedotan 4 1

2 3

(61)

LKS 3

Hukum I Kirchhoff

1. Tujuan:

Siswa dapat semakin memahami Hukum I Kirchhoff

2. Alat dan bahan

a. Ampermeter

b. 3 buah resistor

c. Baterai

d. Kabel

3. Prosedur percobaan

1. Rangkailah alat seperti pada gambar dibawah.

2. Ukurlah besar arus total dan besar arus pada tiap-tiap hambatannya.

3. Catatlah hasil pengukuran dalam tebel berikut :

Tabel 7. Tabel Data Praktikum Hukum I Kirchoff

No Arus total i pada hambatan 2 i pada hambatan 3 1

2 3

4. Berikan kesimpulanmu mengenai percobaan tersebut

(62)

LKS 4

Susunan Hambatan Seri-Paralel Listrik

1. Diberikan rangkaian :

V=4V R1=2kΩ R2=2kΩ

a. Berapakah R totalnya? b. Berapakah besar I totalnya?

c. Berapakah besar I pada tiap-tiap hambatan? d. Berapakah besar V pada tiap-tiap hambatan? e. Buatlah kesimpulan mengenai R pada rangkaian.

f. Buatlah kesimpulan mengenai I pada rangkaian tersebut berdasar pada hasil pengukuranmu

g. Buatlah kesimpulan mengenai V pada rangkaian tersebut berdasar pada hasil pengukuranmu

2. Diberikan rangkaian

V=4V R1=2kΩ

R2=2kΩ

a. Berapakah R totalnya? b. Berapakah besar I totalnya?

c. Berapakah besar I pada tiap-tiap hambatan? d. Berapakah besar V pada tiap-tiap hambatan? e. Buatlah kesimpulan mengenai R pada rangkaian.

f. Buatlah kesimpulan mengenai I pada rangkaian tersebut berdasar pada hasil pengukuranmu.

(63)

E. Instrument

Instrumen pengumpulan data yang berupa tes, yang terdiri dari pretest

posttest serta bentuk non tes yang berupa angket, pengamatan/observasi dan hasil

LKS.

1. Pretest posttest

Tes yang diberikan berupa tes uraian bebas. Menurut Kartika Budi

(2009:44) tes uraian bebas adalah tes uraian dimana siswa diberi kebebasan

sepenuhnya untuk mengungkapkan jawabannya.

Kisi-kisi tes uraian

Kisi-kisi tes uraian diturunkan dari indikatornya. Setiap soal yang disusun

dapat menunjukkan indikator tertentu.

Tabel 8. Kisi-Kisi Test Uraian.

Kompetensi Dasar Indikator Soal Indikator

yang

Apa yang akan terjadi pada hambatan (R) apabila

luas penampang bahan (A) diperbesar dan serta

L tetap ?

1

(64)

2. Menjelaskan

susun seri dan ujung-ujungnya di hubungkan pada

baterai 12 V.

Tentukanlah:

a. Besar hambatan pengganti seri

b. Kuat arus yang mengalir pada rangkaian

V= 12 V

R1= 4 Ω R2= 2 Ω

Gambar rangkaian

4. Tiga buah resistor masing-masing memiliki

hambatan 2 Ω dan terangkai seperti pada

rangkaian pada gambar dengan tegangan baterai 3

V.

Tentukanlah:

a. Besar hambatan total rangkaian

b. Kuat arus yang mengalir pada hambatan R2

R1 = 2 Ω

R2 = 2 Ω

R3 = 2 Ω

V= 3 V

Gambar rangkaian

5. Berapakah besar arus pada i3 seperti pada gambar

di bawah ini, menurut Hukum I Kirchhoff ?

(65)

6. Perhatikanlah gambar di bawah ini. Tentukan

besar kuat arus pada i3 dan i5 ?

i1 =9 A

i4=5A

i3 = …. ? i2 = 3 A

R2

R4

R5

V

R1 R3

7. Berapakah besar arus I2 seperti pada gambar

berikut?

R1 R2

I1=5A

I2=?

V

2

(66)

Skoring

Penentuan bobot

- Soal no. 1, memerlukan satu langkah dan satu persamaan. Bobot soal 10.

Tabel 9.Skoring soal no 1

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan 0

Mengerjakan menulis diketahui secara lengkap 2

Menggunakan rumus pada soal nomor 2, tetapi tidak mengetahui apa itu , R, L dan A. Hanya memasukkan angka-angkanya dan tidak selesai menghitungnya. Hanya sebatas mengganti symbol dengan angka yang sembarangan. memasukkan nilai A,diameter di jadikan A, nilai π dijadikan A.

3

Pengerjaan hingga pada rumus. Salah pada pengerjaan A. π dikalikan dengan jari-jari tetapi jari-jarinya bukan merupakan setengah diameter melainkan 2x diameter, nilai π di kalikan jari-jari yang belum di ubah satuan dari mm menjadi m. dan tidak selesai mengerjakannya

5

Pengerjaan lebih lengkap, namun menjadikan diameter sebagai jari-jari 6 Seperti pada keterangan diatas menjadikan diameter sebagai jari-jari, tetapi mengerjakannya lebih lengkap dengan menyertakan diketahui dan ditanya yang lebih jelas

7

Memenuhi diketahui, ditanya dan jawab. Satuan tidak di ubah. Mengerjakan hingga mendapatkan hasil. Dikarenakan lupa mengubah satuan maka hasil tidak sesuai

8

Mendapatkan hasil yang benar. Namun tidak menyertakan diketahui, ditanya dan dijawab secara lengkap.

9

(67)

- Soal no. 2, memerlukan pemahaman dan satu persamaan. Bobot soal 20.

Tabel 10. Skoring soal no 2

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan skor 0

Jawaban sama sekali tidak berhubungan 0

Menjawab sebatas menulis apa yang di ketahui dan di tanyakan lengkap 2

Menjawab dengan kalimat tetapi tidak benar 5

Menjawab dengan kalimat dan analogi, tetapi salah 7

Megerjakan sebatas analogi saja 10

Mengerjakan dengan analogi, tetapi ada tambahan kalimat 15 Mmengerjakan dengan analogi yang lebih jelas, tetapi belum menyimpulkan 18 Menjawab dengan menggunakan pengandaian angka. Dan jawabannya benar. 20

- Soal no. 3, memerlukan dua langkah dan dua persamaan. Bobot soal 15.

Tabel 11. Skoring Soal no 3

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan skor 0

Mengerjakan menulis diketahui secara lengkap 2

Menuliskan rumus, tetapi lupa apa itu I dan R 3

Menjawab soal a, tetapi tidak menuliskan rumusnya 5

Menjawab soal a dengan rumus lengkap 9

Menjawab soal a benar dan lengkap, dan mencoba menjawab soal b tetapi tidak selesai. Atau sebaliknya

10

Menjawab soal a dan b, tetapi salah satu soal a tidak di sertakan

rumusnya dan satuan

12

Menjawab benar namun ada yang soal a dan b tidak diberi satuan pada

hasil akhir, memberii satuan pada hasil akhir tetapi soal b tidak dituliskan

rumusnya serta prosedur menjawab kurang lengkap

13

Menjawab benar dan satuan tidak di beri pada salah satu jawaban 14

(68)

- Soal no. 4, memerlukan tiga langkah dan tiga persamaan. Bobot soal 25.

Tabel 12. Skoring Soal no 4

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan skor 0

Mengerjakan menulis diketahui secara lengkap 2

Mengerjakan dengan menuliskan sembarang rumus 3

Mengerjakan soal a, tetapi tidak selesai 5

Mengerjakan soal a dan b, tetapi soal a salah dan b hanya diketahui dan

tidak lengkap

7

Mengerjakan soal a saja, benar tetapi tidak lengkap 9

Mengerjakan soal a lengkap dan benar 10

Mengerjakan soal a lengkap dan benar dan menulis diketahui soal b 12 Mengerjakan soal a, mencoba menjawab soal b tetapi tidak hingga selesai 14 Mengerjakan soal a, mencoba menjawab soal b tetapi hingga selesai tetapi tidak benar

15

Mengerjakan soal a, mencoba menjawab soal b benar dan lengkap, tetapi soal a tidak lengkap

20

Mengerjakan soal a, mencoba menjawab soal b hingga selesai benar tetapi kurang lengkap satuan

24

Mengerjakan soal a, soal b benar dan lengkap 25

- Soal no. 5, memerlukan satu langkah dan satu persamaan. Bobot soal 10.

Tabel 13. Skoring Soal no 5

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan skor 0

Mengerjakan menulis diketahui secara lengkap 2

Mengerjakan dengan menuliskan rumus tetapi tidak selesai 3

Mengerjakan hanya menuliskan rumus lengkap 5

(69)

tetapi tidak selesai

Menuliskan hasilnya, tetapi rumus menuliskan tidak teratur 7 Menuliskan rumusnya tidak lengkap, tetapi menuliskan hasilnya 9

Mengerjakan lengkap dan benar 10

- Soal no. 6, memerlukan satu langkah dan satu persamaan. Bobot soal 10.

Tabel 14. Skoring Soal no 6

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan skor 0

Mengerjakan menulis diketahui secara lengkap 2

Mengerjakan dengan menuliskan rumus tetapi tidak selesai 3

Mengerjakan hanya salah satu dari yang ditanyakan 5

Mengerjakan salah satu dan ada tambahan dari yang ditanya pada soal

yang lain

6

Mengerjakan dua-duanya tetapi pengerjaan tidak lengkap 7 Menuliskan rumusnya tidak lengkap, tetapi menuliskan kedua hasilnya 9

Mengerjakan lengkap dan benar untuk keduanya 10

- Soal no. 7, memerlukan satu langkah dan satu persamaan. Bobot soal 10.

Tabel 15. Skoring Soal no 7

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan skor 0

Mengerjakan menulis diketahui secara lengkap 2

Mengerjakan dengan menuliskan rumus tetapi tidak selesai 3

Mengerjakan hanya menuliskan rumus lengkap 5

Mengerjakan dengan menulis rumus lengkap dan memasukkan angka

tetapi tidak selesai

6

Menuliskan hasilnya, tetapi rumus menuliskan tidak teratur 7 Menuliskan rumusnya tidak lengkap, tetapi menuliskan hasilnya 9

Mengerjakan lengkap dan benar 10

(70)

2. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari

responden yang ingin diketahui (Suparno, 2010:61). Yang akan digunakan adalah

angket terbuka dimana para siswa nantinya menjawab angket dengan kalimatnya

sendiri. Bentuk angket yang akan digunakan adalah isian. Angket ini dibuat untuk

mengetahui bagaimana keaktifan siswa selama proses pembelajaran serta untuk

mengetahui pendapat mereka tentang proses pembelajaran untuk mengetahui

apakah sistem belajar yang dilaksanakan dapat membantu belajar atau tidak.

Angket ini disusun berdasarkan pada landasan teori pada BAB II.

Indikator dari keaktifan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1) Aktif dalam diskusi kelompok.

Tabel 16. Kisi-kisi Angket

Yang diukur

Indikator Soal Angket

Keaktifan 1. Aktif dalam diskusi kelompok.

Ceritakan sejujur-jujurnya (apa adanya) apa saja yang kamu rasakan selama proses belajar mengajar berlangsung?

Apakah pembelajaran ini dapat membuat kamu terlibat aktif dalam belajar?

Apakah dengan aktif terlibat memberikan pengaruh dalam

proses belajar, misalnya menjadi semangat, menjadi

paham akan materi yang disampaikan? Mengapa?

Bagaimana pendapat anda apabila anda menjadi guru dan

mengajar dengan sistem pembelajaran yang sudah

(71)

3. Pengamatan/Observasi

Pengamatan meliputi kegiatan pemusatan peerhatian terhadap sesuatu

obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (penciuman, pendengaran,

peraba, pengecap, rekaman gambar, rekaman suara, dll) (Suparno, 2010:63).

Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan dengan menggunakan

dokumentasi beberapa fotodan video.

4. Hasil LKS

(72)

F. Analisis Data

A. Pretest Posttest

a. Menguji apakah sampel kelompok treatmen-kelompok kontrol sama.

Dengan menggunakan persamaan uji T-Independen.

Significant level α = 0.05; two tailed

Df untuk t= (n1-1) + (n2-1) atau N-2

Persamaan yang digunakan adalah untuk n1=n2

b. Apakah sampel penelitian meningkat prestasinya. Dengan uji

T-Dependen.

(a) Pretest-posttest pada kelompok treatmen

(b) Pretest posttest pada kelompok kontrol

Test-T 2 untuk kelompok yang dependen

D = perbedaan antara skor tiap subyek

N = jumlah pasang skor (jumlah pasangan)

Gambar

Tabel 20. Analisis SPSS Pretest Kelas Eksperiment Dan
Gambar 1. Gravik V Versus I………………………………………. 21
Gambar 1. Grafik V versus I
Gambar 2. Semua bacaan ampermeter dari A1 sampai A4 adalah sama.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025 yang berisi visi, misi, dan arah pembangunan standardisasi nasional merupakan acuan bagi seluruh komponen bangsa (Pemerintah,

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

Berdasarkan hasil surve yang telah saya lakukan kepada Ny.Eni Puji sejak kehamilan umur 37 minggu 1 hari, maka saya tertarik melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering

Penelitian tentang degree diameter problem menghasilkan dua kegiatan penelitian yang utama, yaitu mengkonstruksi graf berarah dengan ordo lebih besar dari ordo graf berarah yang

Pelaksanaan pengajaran membaca memiliki beberapa prinsip yang terdiri atas: 1) belajar membaca merupakan suatu proses yang sangat rumit dan peka terhadap

Berdasarkan Panduan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Tengah, pelaksanaan Festival Danau Poso dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh elemen masyarakat

Jika dirancang suatu percobaan yang melibatkan lebih dari satu faktor, dengan perlakuan merupakan kombinasi dari level-level satu faktor dengan level-level faktor