• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENJALANKAN SALAT MALAM DAN KEGIATAN KEAGAMAAN DENGAN KETENTERAMAN JIWA SANTRI (Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2012) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENJALANKAN SALAT MALAM DAN KEGIATAN KEAGAMAAN DENGAN KETENTERAMAN JIWA SANTRI (Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2012) - Test Repository"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS

MENJALANKAN SALAT MALAM DAN KEGIATAN

KEAGAMAAN DENGAN KETENTERAMAN

JIWA SANTRI

(Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Daarussalaam

Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang

Tahun 2012)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

NAMQOSIM

NIM 11108085

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

قُو قُ قُ كۡٱ نُّ بِ أَ كۡ أَ بِ للَّهِٱ بِ كۡ بِ بِ أَ أَ

٢٨

“… Hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”.

(Q.S. Ar-Ra’d: 28)

...

ْا قُ للَّهِ أَ ِۚبِ َٰأَ كۡدقُعكۡٱ أَ بِم كۡثبِ كۡلۡ ىأَ أَع ْا قُن أَ اأَعأَ أَ أَ َٰٰۖى أَ كۡ للَّهِ ٱ أَ ِّ بِ كۡٱ ىأَ أَع ْا قُن أَ اأَعأَ أَ

بِواأَ بِعكۡٱ قُد بِدأَ أَ للَّهِٱ للَّهِ بِ ٰۖأَللَّهِٱ

٢

”...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Orangtua penulis (Ibu Tukiyem dan Bapak Salmon) tercinta yang telah mengasuh, membimbing dalam langkah hidup penulis, terimakasih atas segala pengorbanannya baik lahir maupun batin.

2. Istri (Anisful Mahrozah) dan anak penulis (Niken Ihlaula Muta‟abbida) tercinta, yang selalu setia mendampingi, menghibur, serta menghiasi hari-hari penulis, terimakasih atas bantuan dan dorongan kalian.

3. Bapak dan ibu mertua (Bapak Asmawi dan Ibu Munjianah), saudara-saudara (mbak-mbak dan mas-mas) terimakasih atas semangat dan do‟a kalian.

4. Teman-teman seprofesi bapak/ibu guru RA dan SDIP H. Soebandi Bawen terimakasih atas dorongan kalian.

5. Dosen-dosen Tarbiyah, terima kasih telah mengalirkan ilmu ke dalam hati, menjadi fasilitator serta mendorong penulis agar bisa berbuat yang terbaik untuk penulis maupun bangsa. Terima kasih jasa-jasamu takkan penulis lupakan

6. Keluarga Besar PAI C 2008, kebersamaan kita akan selalu tersimpan dalam memory dan akan terkenang dalam sejarah hidup penulis.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga. 4. Bapak Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag, sebagai dosen pembimbing

skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

(9)

6. Bapak K.H. Fatchurrahman Thahir selaku pengasuh Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon, yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian.

7. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Teriring do‟a semoga amal dan budi baik yang mereka berikan kepada

penulis menjadi catatan amal kebaikan disisi Allah SWT. Amin.

Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Salatiga, 11 September 2014

(10)

ABSTRAK

Namqosim.2008. Hubungan antara Intensitas Menjalankan Salat Malam dan Kegiatan Keagamaan dengan Ketenteraman Jiwa Santri (Studi Kasus Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten

Semarang Tahun 2012). Skripsi. Jurusan PAI. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan. Institut Agama Islam Negeri. Pembimbing: Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag.

Kata kunci: intensitas, salat malam, kegiatan keagamaan, ketenteraman jiwa.

Penelitian ini diadakan guna mengetahui apakah ada hubungan antara intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon. Pertanyaan utama yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana intensitas menjalankan salat malam santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang? (2) Bagaimana kegiatan keagamaan santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang? (3) Bagaimana ketenteraman jiwa santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang? (4) Apakah ada hubungan antara intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang? Untuk menjawab pertanyaan diatas maka peneliti menggunakan metodologi penelitian kuantitatif dengan rancangan studi korelasi ganda serta menggunakan metode angket, dokumentasi dan wawancara untuk pengumpulan datanya. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis statistik deskriptif dengan rumus regresi ganda. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Intensitas menjalankan salat malam santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang pada umumnya baik atau tinggi dengan persentase 60%. (2) Kegiatan keagamaan santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang pada umumnya baik atau tinggi dengan persentase 46,7%. (3) Ketenteraman jiwa santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang pada umumnya sedang dengan persentase 46,7%. (4) Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan statistik dan diuji keberartiannya menggunakan uji F dan diperoleh Fh sebesar 13,75, taraf 1% Ftabel

= 3,35, taraf 5% = 5,49. Jadi Fhitung > Ftabel, yang berarti persamaan regresi tersebut

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

DEKLARASI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Hipotesis Penelitian ... 6

E. Kegunaan Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ... 8

G. Metode Penelitian ... 10

H. Sistematika Penulisan ... 20

(12)

B. Landasan Teori ... 23

1. Intensitas Salat Malam ... 23

a. Pengertian menurut bahasa ... 23

b. Pengertian menurut istilah ... 25

c. Dasar salat malam ... 26

d. Batasan salat malam ... 28

e. Macam-macam salat malam ... 30

f. Adab melaksanakan salat malam ... 32

g. Fadhillah atau hikmah salat malam ... 33

2. Kegiatan Keagamaan Santri ... 36

a. Pengertian secara bahasa ... 36

b. Pengertian secara istilah ... 36

c. Kegiatan keagamaan yang ada pada santri ... 37

3. Ketenteraman Jiwa Santri ... 45

a. Pengertian secara bahasa ... 45

b. Pengertian secara istilah ... 45

c. Faktor-faktor pendukung dan penghambat ketenteraman jiwa ... 48

4. Hubungan antara intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa ... 54

BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek penelitian... 58

(13)

2. Lokasi Pondok Pesantren Daarussalam Sempon ... 60

3. Visi, Misi dan Tujuan ... 60

4. Sistem Pendidikan ... 61

5. Keadaan Ustadz atau Guru ... 62

6. Keadaan Santri ... 62

7. Struktur Organisasi ... 65

8. Kegiatan Harian Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon ... 65

9. Program Kegiatan Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon .... 66

10.Sarana dan Prasarana ... 67

B. Penyajian Data 1. Daftar Nama Responden ... 68

2. Daftar Hasil Angket ... 69

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif (Tiap-tiap Variabel) ... 78

1. Intensitas menjalankan salat malam ... 79

2. Kegiatan Keagamaan ... 81

3. Ketenteraman jiwa santri ... 82

B. Pengujian Hipotesis dengan Rumus Regresi Ganda ... 83

C. Interpretasi Data ... 90

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 94

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel I Jumlah Pengambilan Sampel ... 12

Tabel II Daftar Ustadz Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon ... 62

Tabel III Daftar Santri Putra dan Putri Pondok Pesantren Daarussalaam ... 63

Tabel IV Kegiatan Harian Pondok Pesantren Daarussalaam ... 65

Tabel V Program Kegiatan Pondok Pesantren Daarussalaam ... 66

Tabel VI Data Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Daarussalaam ... 67

Tabel VII Daftar Nama Responden Penelitian ... 68

Tabel VIII Jawaban Angket Intensitas Menjalankan Salat Malam ... 69

Tabel IX Jawaban Angket Kegiatan Keagamaan Santri ... 72

Tabel X Jawaban Angket Ketenteraman Jiwa Santri ... 74

Tabel XI Rekapitulasi Intensitas Salat Malam ... 80

Tabel XII Rekapitulasi Kegiatan Keagamaan ... 82

Tabel XIII Rekapitulasi Ketenteraman Jiwa ... 83

(15)

LAMPIRAN

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai agama yang rahmatan lil „alamin, sebenarnya telah memberikan pedoman dasar bagi permasalahan hidup manusia. Diantara ajaran Islam yang dapat digunakan sebagai terapi terhadap gangguan kejiwaan untuk mencapai kebahagiaan dan ketenteraman jiwa adalah salat, sebagaimana Q.S. Thaha: 14

ي ِر ۡكِذِل َة ٰوَلَّصلٱ ِمِقَأ َو

ٓ

١٤

Artinya: “…. Dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku”. (Depag RI, 1997: 477).

Dalam ayat yang lain dijelaskan bahwa fungsi mengingat Allah

(dzikrullah) adalah untuk menentramkan batin atau jiwa manusia,

sebagaimana Q.S.Ar-ra'd: 28

نُوونُلنُ ۡلٱ نُّيِ َا ۡ َ ِ َّٱٱ ِر ۡكِذِو َ َأ َِّٱٱ ِر ۡكِذِو منُ نُوونُلنُق نُّيِ َا ۡ َ َو اْوونُ َاوَ َيٌِذَّلٱ

٢٨

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram”. (Depag RI, 1997: 373).

(17)

oleh Allah dalam ayat-Nya yang merupakan suatu ibadah tambahan dan Allah akan memberikan tempat yang terpuji bagi hamba yang mau

melaksanakannya. Tentang salat malam, dalam Alquran surat Al-Isra‟ ayat 79, disebutkan:

و ٗدونُا ۡحَّا ا ٗااَ َا َكنُّوَر َكَثَع ۡوٌَ يَأ ٰٰٓىَسَع َكَّل ٗةَلِفاَ ۦِهِو ۡدَّجَ َ َف ِل ٌَّۡلٱ َيِا َو

٧٩

Artinya: “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan

Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (Depag RI, 1997:

436).

Pada dasarnya hikmah salat malam tidak jauh berbeda dengan salat-salat yang lain. Menurut Syafii (2009: 120) hikmah salat-salat malam itu antara lain:

1. Mendekatkan diri kepada Allah

2. Sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan

3.Sarana untuk berdzikir (mengingat) kepada Allah, pengabdian total dan tawakkal kepada-Nya

4. Membina kepribadian muslim 5. Menimbulkan jiwa yang tenang

6. Terhindarnya manusia dari perbuatan keji dan mungkar 7. Menjaga kesehatan jasmani

(18)

Untuk memperoleh hikmah-hikmah salat tersebut di atas, seseorang harus menjalankan salat secara benar, yang dilakukan secara terus menerus dan sempurna rukun dan syarat, maupun kekhusyu‟an dan menghadirkan hati.

Selain dengan salat malam, perlu juga dengan diimbangi pelaksanaan kegiatan keagamaan seperti halnya mengikuti pengajian, mengaji kitab,

dzikir, tahlilan atau yasinan secara rutin, bersedekah, membaca Alqur‟an,

tolong menolong sesama manusia. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2:

ََّٰۖٱٱ اْوونُ َّ ٱ َو ِِۚي َٰو ۡدنُعۡلٱ َو ِم ۡثِ ۡلۡٱ ىَلَع اْوونُ َواَعَ َ َو ٰٰۖى َوۡ َّ لٱ َو ِّرِوۡلٱ ىَلَع اْوونُ َواَعَ َو

ِواَ ِعۡلٱ نُدٌِدَ َ َّٱٱ َّيِ

٢

Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Depag RI, 1997: 156-157).

(19)

sesama. Pada waktu melaksanakan ibadah malam dan kegiatan keagamaan itu, santri bisa mengabdi secara total dan tawakkal kepada Allah, sehingga diharapkan menjadi sosok yang bepribadi kokoh, jiwanya juga selalu tentram.

Salat malam dan kegiatan keagamaan juga merupakan sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan sekaligus sebagai latihan agar senantiasa beribadah dan memiliki jiwa yang bersih dan tunduk kepada Allah SWT. Salat malam dan kegiatan keagamaan juga merupakan sarana untuk mengingat (berdzikir) kepada Allah. Pada waktu melaksanakan ibadah malam santri bisa mengabdi secara total serta tawakkal kepada-Nya dan dalam melaksanakan kegiatan keagamaan, santri dapat meningkatkan rasa keimanan kepada Allah SWT. Hikmahnya, akan jadi sosok yang berpribadi kokoh, jiwanya juga selalu tentram

Mengingat pelaksanaan salat malam dan kegiatan keagamaan mempunyai arti penting dalam mencapai ketenteraman jiwa, maka dipandang perlu untuk diadakan penelitian pelaksanaannya, dan hubungannya dengan ketenteraman jiwa, khususnya terhadap para santri pondok pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang.

(20)

Menjalankan Salat Malam dan Kegiatan Keagamaan dengan

Ketenteraman Jiwa Santri Studi Kasus Pada Pondok Pesantren

Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang Tahun

2012”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana intensitas menjalankan salat malam santri pada Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2012?

2. Bagaimana kegiatan keagamaan santri pada Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2012?

3. Bagaimana ketenteraman jiwa santri pada Pondok Pesantren Daarusalam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2012?

(21)

C. Tujuan Penelitian

Melihat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui intensitas menjalankan salat malam santri pada Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2012.

2. Untuk mengetahui kegiatan keagamaan santri pada Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2012. 3. Untuk mengetahui ketenteraman jiwa santri pada Pondok Pesantren

Daarusalam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2012. 4. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara intensitas menjalankan

salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri pada Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2012.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari dua kata yaitu, hypo yang artinya di bawah dan

thesa yang artinya kebenaran. Jadi, “hipotesis sebagai suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui

data yang terkumpul” (Arikunto, 1998: 67-68). Menurut Nazir (1988: 182),

hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris.

Berdasarkan pengertian di atas, maka yang menjadi hipotesis

(22)

salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri studi kasus pada Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan

Kabupaten Semarang tahun 2012”. Artinya semakin tinggi intensitas

menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan, maka akan semakin tinggi ketenteraman jiwa santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang.

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritik

Pembahasan tentang intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri sebagai bahan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih, serta dapat mengembangkan penelitian ini menjadi buku atau sebuah referensi yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan khususnya di pondok pesantren.

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut:

a. Manfaat bagi peneliti dan para santri

(23)

b. Manfaat bagi para pengurus

Melalui penelitian ini, diharapkan para pengurus dapat mengetahui intensitas menjalankan salat malam, kegiatan keagamaan santri serta mengetahui ketenteraman jiwa yang dirasakan santrinya, sehingga dapat mengadakan peningkatan yang berkaitan dengan masalah tersebut.

F. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami judul penelitian di atas dan agar jangan salah tafsir dalam memahami masalah ini terlebih dahulu akan diberikan batasan pengertian yang berfungsi sebagai variabel penelitian, antara lain:

1. Intensitas Menjalankan Salat Malam

Menurut Poerwadarminta (2006: 14), Intensitas berasal dari kata intensif yang artinya terus menerus. Sedangkan salat malam adalah salat sunnah yang dikerjakan pada malam hari seperti salat tahajjud, salat witir, salat tarawih, salat hajat dan salat istiharah (Syafii, 2009: 120).

Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan intensitas salat malam adalah kegiatan santri secara terus menerus dalam melaksanakan salat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari, seperti tahajjud.

2. Kegiatan Keagamaan

(24)

Dalam hal ini maksud penulis dengan kegiatan keagamaan adalah aktivitas para santri dalam melaksanakan segala sesuatu yang bersifat agama, misal pengajian, tahlilan, bersedekah, tolong menolong, puasa dan lain sebagainya.

3. Ketenteraman Jiwa

Menurut Depdikbud (1990: 1040), ketentraman bararti keamanan, ketenangan (hati, pikiran). Jiwa berarti seluruh kehidupan batin manusia (Depdikbud, 1990: 416). Sedangkan ketenteraman jiwa atau istilah lain ketenangan jiwa adalah kondisi psikologi matang yang dicapai oleh orang-orang beriman setelah mereka mencapai tingkat keyakinan yang tinggi (Bahnasi, 2004: 67-68). Adapun yang penulis maksud dari variabel ini adalah ketenangan jiwa yang dimiliki oleh santri melalui proses mengingat Allah sehingga dapat menahan diri dari keresahan hati dan tidak mudah terhasut oleh hawa nafsu.

Dari penegasan istilah di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan “Hubungan Antara Intensitas Menjalankan Salat Malam

(25)

perasaan keresahan hati, dan tidak mudah terombang-ambing oleh nafsu syahwat dan berbagai keinginan. Dalam hal ini khususnya adalah jiwa santri pondok pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011: 8) dalam penelitian kuantitatif yaitu dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat), sehingga peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variabel saja, pola hubungan antara variabel yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut sebagai paradigma penelitian atau model penelitian. Paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang digunakan.

(26)

independen (variabel bebas) yaitu X1 (intensitas menjalankan salat

malam)dan X2 (kegiatan keagamaan) adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel terikat. Dan satu variable dependen (variabel terikat) yaitu Y (ketenteraman jiwa santri) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

b. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah korelasional, maksudnya ada gejala korelasi atau hubungan yang positif antara variabel yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini, variabel bebas (X1 yaitu intensitas salat malam dan X2 yaitu kegiatan

keagamaan) ada hubungan dengan variabel terikat (Y yaitu ketenteraman jiwa), artinya apabila variabel X1 dan X2 meningkat

maka variabel Y akan ikut meningkat.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

(27)

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Efendi, 1985: 108). Adapun populasi yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2013 yang berjumlah 120.

b. Sampel

Menurut Arikunto (1998: 117&120), sampel adalah sebagian wakil populasi yang diteliti, untuk sekedar ancer-ancer apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.

Karena populasi santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Kabupaten Semarang ada 120, dan sesuai dengan pendapat Arikunto, maka penulis mengambil sampel 25% dari populasi para santri yaitu sebesar 30 orang.

c. Teknik sampling

(28)

siswa kelas Ula (awal) sampai dengan Ulya (tinggi) dengan cara diundi. Adapun jumlah masing-masing kelas sebagai berikut :

Tabel I

Jumlah Pengambilan Sampel

Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel

Ula A 24 4

Ula B 18 4

Ula C 14 4

Wustho A 13 3

Wustho B 11 3

Wustho C 11 3

Ulya A 11 3

Ulya B 9 3

Ulya C 9 3

Jumlah 120 30

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Metode angket

(29)

Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo pabelan Kabupaten Semarang tahun 2012.

Berdasarkan dengan hal tersebut, Arikunto (1998: 141) menyatakan cara menjawabnya metode angket ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:

1) Metode tertutup, artinya pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya.

2) Metode terbuka, artinya responden diberi kesempatan untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

Adapun metode yang penulis gunakan adalah metode tertutup.

b. Metode Interview

Menurut Hadi (1994: 136), metode interview adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1986: 129), metode interview adalah metode penelitian yang dipergunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu.

(30)

c. Metode observasi

Menurut Hadi (1994: 136), metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang situasi umum serta penjajagan di tempat penelitian yaitu Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang.

d. Metode dokumentasi

Menurut Arikunto (1998: 236), metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.

Metode dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data-data tentang keadaan guru, struktur organisasi sekolah, serta aspek lain yang berhubungan dengan administrasi pendidikan.

5. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengkaji 3 variabel, nantinya masing-masing variabel diuraikan menjadi beberapa indikator yang akan dijadikan sebagai alat dalam penelitian. Variabel pertama yaitu intensitas salat malam (X1), variabel kedua yaitu kegiatan keagamaan (X2) dan variabel

(31)

Untuk melengkapi pengertian operasional dari variabel yang digunakan dalam judul penelitian, diuraikan pula indikator-indikator atau kisi-kisi instrument dari definisi operasional variabel tersebut, sebagai berikut:

a. Intensitas salat malam

Untuk mengukur intensitas salat malam, maka dalam hal ini akan ditentukan indikator-indikator sebagai berikut:

1) Pelaksanaan salat malam

2) Waktu pelaksanaan salat malam 3) Frekuensi pelaksanaan salat malam 4) Motivasi melaksanakan salat malam

5) Kegunaan atau hikmah melaksanakan salat malam b. Kegiatan keagamaan

Untuk mengukur variabel di atas, maka didasarkan pada indikator sebagai berikut:

1) Mengikuti kegiatan pengajian 2) Mengaji kitab (sorogan) 3) Tadarus Al-Qur'an 4) Bersedekah 5) Tolong menolong c. Ketenteraman jiwa

(32)

1) Tidak merasakan keresahan hati 2) Dapat menahan hawa nafsu

3) Memperoleh kepuasan rohaniah, batiniyah dan rasa bersyukur 4) Memiliki dan memperoleh rasa kasih sayang

5) Memiliki kesabaran

6. Analisis data

Dalam skripsi ini penulis menggunakan analisis data, yaitu data yang terkumpul selama penelitian berjalan, kemudian dianalisis guna menjawab permasalahan-permasalahan yang telah diajukan sebelumnya. Adapun cara menganalisa data yang penulis gunakan dalam penelitian ini ada tiga tahap, yaitu:

a. Kuantifikasi

Analisa ini digunakan untuk memberikan bobot nilai pada setiap pertanyaan yang telah dijawab oleh responden dengan kriteria yang peneliti tetapkan dalam penulisan ini yaitu bagi jawaban yang terpilih, yang berbobot tinggi akan mendapatkan nilai yang tinggi, dan sebaliknya bagi jawaban yang berbobot rendah akan mendapatkan nilai yang rendah.

Adapun bobot yang peneliti tetapkan adalah :

- Untuk pilihan A bobot nilai 3 - Untuk pilihan B bobot nilai 2 - Untuk pilihan C bobot nilai 1

(33)

salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2012.

Untuk menganalisa data tersebut digunakan beberapa langkah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui tingkat intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri pada Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kab. Semarang, Sudjana (1994 : 40) memberikan teknik analisis persentase dengan rumus sebagai berikut:

%

(34)

ketiga yakni ketenteraman jiwa santri (Y) merupakan variabel dependent atau variabel terikat. Adapun rumus regresi ganda, berdasar penjelasan Hartono (2004: 143) dan Sugiyono (2011: 275) adalah sebagai berikut:

a) Mencari rumus persamaan regresi dengan cara sebagai berikut: ∑𝑌 = 𝑎𝑛+𝑏1∑𝑋1 +𝑏2∑𝑋2….. (1) ∑𝑋1𝑌= 𝑎∑𝑋1 +𝑏1∑𝑋12+𝑏2∑𝑋1𝑋2... (2) ∑𝑋2𝑌= 𝑎∑𝑋2 +𝑏1∑𝑋1𝑋2 +𝑏2∑𝑋22….. (3) b) Menguji persamaan garis regresi dengan menggunakan

rumus-rumus sebagai berikut:

c) Mencari nilai regresi (Rhitung) dengan rumus:

𝑅ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=

𝑏1∑ 𝑋1𝑌+𝑏2∑ 𝑋2𝑌

∑ 𝑌2

Dan mencari rumus Fhitung dengan rumus:

(35)

b : Koefisien dari X n : Banyak Responden

R : Regresi

m : Banyak Prediktor

3) Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya hipotesa yang telah diajukan berdasarkan analisa hipotesa.

Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara X dan Y atau diperoleh nilai Ha (hipotesis alternative) dikonsultasikan pada

tabel pada taraf 1% dan 5%.

Apabila nilai Ho diperoleh sama atau lebih besar dari nilai Ha

maka hasilnya tidak ada signifikan, dengan demikian hipotesis dapat ditolak. tetapi apabila nilai Holebih kecil dari nilai Ha maka

hasilnya ada signifikan, dengan demikian hipotesis dapat diterima.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan skripsi ini dibatasi melalui penyusunan sistematika skripsi sebagai berikut :

(36)

Bab II Landasan teori meliputi pengertian intensitas salat malam, kegiatan keagamaan serta ketentetaraman jiwa santri dilanjutkan dengan bentuk-bentuk intensitas salat malam, kegiatan keagamaan serta ketenteraman jiwa santri. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas salat malam, kegiatan keagamaan serta ketenteraman jiwa santri.

Bab III Laporan hasil penelitian meliputi data keadaan Pondok Pesantren Sempon dan penyajian data penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti.

Bab IV Analisis data meliputi analisis pertama, analisis kedua dan analisis ketiga.

(37)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Sebelum mengkaji lebih lanjut, peneliti telah membaca tulisan dalam bentuk skripsi yang sejenis dengan penelitian ini, yang berjudul hubungan antara keaktifan berorganisasi intra sekolah dan keaktifan beribadah dengan ketaatan dalam melaksanakan tata tertib sekolah oleh Anisful Mahrozah tahun 2010. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa dengan berorganisasi serta aktif dalam menjalankan ibadah, terbukti membuat seseorang menjadi taat dalam melaksanakan segala peraturan atau tata tertib yang berlaku, khususnya tata tertib yang ada di sekolah tersebut.

Skripsi yang sejenis lagi yaitu pengaruh intensitas melaksanakan salat sunah dan puasa sunah terhadap kesalehan sosial santri pondok pesantren Edi Mancoro tahun 2012 oleh Ahmad Adnan. Tulisan ini menitik beratkan pada sikap para santri dalam melaksanakan salat sunah dan puasa sunah terbukti para santri tersebut memiliki kesalehan sosial di lingkungan dimana mereka tinggal.

(38)

hubungan antara intensitas mengikuti kegiatan keagamaan dengan kepatuhan terhadap tata tertib dan hasilnya terbukti baik dan ada hubungan yang positif, dengan arti semakin baik kegiatan keagamaan yang dilakukan maka akan semakin baik siswa tersebut dalam melaksanakan tata tertib sekolah.

Merujuk kepada beberapa literatur yang ditemukan, tampaknya belum ada yang mengkaji hubungan antara intensitas salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri secara khusus. Oleh karena itu penulis akan menguraikan permasalahan tersebut secara komprehensif, sehingga akan ditemukan maksud dari tujuan ini.

Selain itu, Penelitian ini memiliki perbedaan dengan literatur yang ditemukan, dari bab pertama hingga bab terakhir. Meskipun sama-sama penelitian kuantitatif, menggunakan tiga variabel dan analisis data menggunakan rumus regresi ganda, namun hasil dari analisis data berbeda.

B. Landasan Teori

1. Intensitas Salat Malam

a. Pengertian menurut bahasa

1) Menurut Poerwadarminta (2006: 14), Intensitas berasal dari kata intensif yang artinya terus menerus.

2) Salat secara bahasa adalah do‟a, yang berasal dari akar kata salla

– yusalliyang artinya mendoakan” (Abdurrahman, 1992: 1).

3) Menurut Zakiah Daradjat (1995: 71), salat secara bahasa dapat

(39)

103, dapat juga berarti sebagai rahmat dan mohon ampunan seperti yang terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 43 dan 56.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah ayat 103, sebagai berikut:

عٌمٌِلَع عٌيٌِاَس نُ َّٱٱ َو ۡمنُ َّل نٞيَكَس َكَ ٰوَلَص َّيِ ٰۖۡمِ ٌَۡلَع ِّلَص َو

١٠٣

Artinya: “… Dan mendo‟alah untuk mereka. Sesungguhnya do‟a

kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.

Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

(Depag RI, 1997: 298)

Dalam surat Al-Ahzab ayat 43 dan 56

ِِۚرونُّ لٱ ىَلِ ِت َٰانُلنُّظلٱ َيِّا منُكَجِر ۡخنٌُِل ۥنُهنُ َكِ

َٰٰٓلَا َو ۡمنُكٌَۡلَع ًِّلَصنٌُ يِذَّلٱ َونُه

ا ٗاٌِحَر َيٌِ ِا ۡؤنُاۡلٲِو َياَك َو

٤٣

.

Artinya: “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang

kepada orang-orang yang beriman”. (Depag RI, 1997:

674).

ِه ٌَۡلَع اْوونُّلَص اْوونُ َاوَ َيٌِذَّلٱ اَ نٌَُّأٌَٰٰٓ ًِِِّۚوَّ لٱ ىَلَع َيونُّلَصنٌُ ۥنُهَ َكِ َٰٰٓلَا َو َ َّٱٱ َّيِ

اًاٌِل ۡسَ اْوونُاِّلَس َو

٥٦

(40)

ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.(Depag RI, 1997: 678).

Kedua ayat di atas menjelaskan tentang salat yang berarti rahmat dan mohon ampunan.

4) Menurut Syafii (2009: 120), salat malam adalah salat sunnah yang dikerjakan pada malam hari seperti salat tahajjud, salat witir, salat tarawih, salat hajat dan salat istiharah.

b. Pengertian salat menurut istilah

1) Menurut Zakiah Daradjat (1995: 71), secara istilah salat adalah satu macam atau bentuk ibadah yang diwujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu disertai dengan ucapan-ucapan tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu pula.

2) Secara istilah menurut Abdurrahman (2006: 55), “salat adalah ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan tindakan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”.

3) Menurut Nasruddin Razak (2000: 178), salat secara istilah yaitu sebagai suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan laku perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam berdasar syarat-syarat tertentu dan rukun-rukun tertentu.

4) Adapun pengertian salat yang menggambarkan jiwa atau hakekat

salat adalah menghadap Allah dengan penuh jiwa yang khusyu‟

dihadapan-Nya dan berikhlas bagi-Nya serta hadir hati dalam

(41)

Jadi salat merupakan aktifitas yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dan didalamnya terdapat rukun tertentu dan setiap perpindahan rukun terdapat bacaan do‟a.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa intensitas menjalankan salat malam adalah upaya berulang-ulang atau terus menerus untuk menghadapkan hati (jiwa) kepada Allah dengan penuh

khusyu‟, ikhlas dalam sebuah bentuk ibadah yang terdiri dari

beberapa perkataan dan perbuatan, diawali dengan takbir diakhiri salam dengan memenuhi syarat dan rukun tertentu pada malam hari. c. Dasar Salat Malam

Salat malam atau qiyamullail merupakan salah satu pengamalan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Salat malam juga merupakan sarana bagi hamba-Nya untuk berdo‟a dan bermunajat kepada Allah. Sebagai suatu ibadah, maka salat malam dapat dijadikan suatu ibadah tambahan (penyempurnaan) dari salat fardhu. Adapun dasar salat malam, antara lain:

1) Q.S. Al-Isra, 17: 79

و ٗدونُا ۡحَّا ا ٗااَ َا َكنُّوَر َكَثَع ۡوٌَ يَأ ٰٰٓىَسَع َكَّل ٗةَلِفاَ ۦِهِو ۡدَّجَ َ َف ِل ٌَّۡلٱ َيِا َو

٧٩

Artinya: “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat

kamu ke tempat yang terpuji”. (Depag RI., 1997: 436)

2) Q.S. Al-Insaan, 76: 26

(42)

Artinya: “Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah

kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang

panjang di malam hari”. (Depag RI, 1997: 1005).

3) Q.S. Al-Muzammil, 73: 2

ٗيٌِلَق َّ ِ َل ٌَّۡلٱ ِمنُق

٢

Artinya: “Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali

sedikit (daripadanya)”. (Depag RI, 1997: 988)

4) Hadist Rasulullah SAW.

Dari Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma dia berkata:

Rasulullah shallallahu„alaihi wasallam bersabda:

َلوُسَر َّنَا ُهَرَ بْخَااَّمُهْ نَع ُوّللا َىِضَر ِصاَعْلا ِنْبَوِرْمَع َنْب ِوّللا َدْبَع َّنَا

ُة َلاَص ِوَّللا َلَِإ ِةلاَّصلا ُّبَحَأ ُوَل َلاَق َمَّلَسَو ِوْيَلَع ِوّللا ىّلص ِوّللا

ُماَنَ ي َناَكَو َدُواَد ُماَيِص ِوَّللا َلَِإ ِماَيِّصلا ُّبَحَاَو ُم َلاَّسلا ِوْيَلَع َدُواَد

اًمْوَ ي ُرِطْفُ يَو اًمْوَ ي ُموُصَيَو ُوَسُدُس ُماَنَ يَو ُوَثُلُ ث ُمْوُقَ يَو ِلْيَّللا َفْصِن

Artinya: ”Sesungguhnya salat yang paling dicintai Allah adalah salat Daud alaihissalam, sedangkan puasa yang paling disukai Allah adalah juga puasa Daud. Beliau tidur hingga pertengahan malam, kemudian bangun (untuk shalat lail) selama sepertiga malam, lalu kembali tidur pada seperenamnya (sisa malam). Dan beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari.(HR. Al-Bukhari no. 1131).

(43)

Pengertian salat malam sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Isra, 17: 79, Q.S. Al-Insaan, 76: 26, Q.S. Al-Muzammil, 73: 2 dan Hadist Nabi SAW di atas menyebutkan bahwa salat malam atau

qiyamullail merupakan salat sunnah yang dikerjakan pada malam hari

tatkala orang-orang lain sedang terlelap tidur, sedangkan kata

tahajjud” merupakan salat sunnah malam yang dikerjakan setelah

bangun dari tidur malam. d. Batasan Salat Malam

Pada Q.S. Al-Isra, 17: 79 yang telah tersebut di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW. diperintahkan untuk bangun dari tidurnya pada sebagian malam hari untuk bertahajjud. Arti tahajjud disini berarti melaksanakan salat setelah tertidur pada dua pertiga malam (Juhaya, 2000: 61).

Alqalami (2001: 86) menjelaskan, salat malam itu dapat dikerjakan dipermulaan atau dipenghabisan malam, asalkan dikerjakan sesudah menunaikan salat Isya. Akan tetapi waktu yang paling utama untuk melakukan salat malam adalah di saat sepertiga malam terakhir, yaitu setelah bangun dari tidur.

Menghitung tengah malam dan sepertiga malam yang akhir dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:

(44)

tersebut kita tambahkan waktu tenggelamnya matahari. Maka hasil dari penambahan tersebut adalah waktu pertengahan malam. Sebagai contoh: waktu tenggelam matahari adalah pukul 18.00 dan waktu terbit fajar esok hari adalah pukul 05.00, maka jarak antara keduanya setelah kita hitung adalah 11 jam. Waktu 11 jam ini kita bagi menjadi dua, maka hasilnya 5 ½ atau 5 jam 30 menit. Kemudian hasil pembagian tersebut kita tambahkan waktu tenggelamnya matahari, maka 18.00 + 5.30 = 23.30, maka jadilah waktu pertengahan malam adalah 23.30 (pukul setengah 12 malam).

2) Menentukan sepertiga malam yang akhir, yaitu: tentukan dulu waktu tenggelamnya matahari dan waktu terbit fajar, hitung jarak waktu antara keduanya, kemudian hasilnya dibagi tiga, hasil pembagian tersebut kita tambahkan waktu tenggelamnya matahari. Maka hasil dari penambahan tersebut adalah waktu sepertiga malam.

(45)

21.40. kemudian pukul 21.40 + 3.40 = pukul 01.20, maka jadilah waktu sepertiga malam kedua. Untuk sepertiga malam terakhir yaitu pukul 01.20 + 3.40 = pukul 05.00. Waktu ini tidaklah tetap, akan tetapi berubah-ubah dari satu musim ke musim yang lain tergantung waktu terbit fajar dan tenggelamnya matahari (Majalah Qiblati edisi 04 tahun III 01-2008/12-1428: http://zuhud.wordpress.com/2008/03/25/menghitung-tengah-malam-dan-sepertiga-malam-yang-akhir: diakses: Rabu: 23/09/2015).

e. Macam-macam Salat Malam

Salat malam atau qiyamullail memberikan tempat tersendiri bagi hamba-hamba-Nya sebagai suatu ibadah tambahan. Meskipun dalam Al-Qur‟an hanya disebutkan tentang salat tahajjud sebagai nama lain dari salat malam, namun ada juga salat sunnah malam lainnya yang dilaksanakan pada malam hari atau lebih sering dilaksanakan pada waktu malam hari, diantaranya yaitu:

1) Salat Tahajjud

(46)

Sedangkan secara istilah menurut Sulaiman Rasjid (2002: 147), salat tahajjud adalah salat sunah yang dikerjakan pada waktu malam hari. Waktunya sesudah isya‟ sampai matahari

terbit fajar. Bilangan raka‟at sedikitnya dua raka‟at dan tidak

terbatas terserah keinginan kita.

Menurut Nur Sahid, (2006: 100) salat tahajjud secara istilah ialah salat yang dilakukan sesudah bangun tidur, walaupun hanya tidur sebentar. Kalau dikerjakan sebelum tidur namanya bukan salat tahajjud tapi salat sunah biasa.

Menurut Zakiah Daradjat (1996: 43) menjelaskan, salat tahajjud adalah salat sunnah yang dikerjakan di tengah malam buta, disaat semua makhluk yang bernyawa tidur lelap.

Dapat disimpulkan salat tahajjud merupakan salat sunnah malam yang dilaksanakan setelah bangun dari tidur malam. Pelaksanaannya bisa pada sepertiga malam yang pertama, sepertiga malam yang kedua, dan sepertiga malam yang terakhir. Namun yang lebih utama pelaksanaannya pada sepertiga malam yang terakhir.

2) Salat Witir

Secara bahasa salat sunah witir adalah salat sunnah yang

rakaatnya bilangan ganjil, bilangan raka‟atnya: 1, 3, 5, 7 ,9 dan

(47)

Secara istilah Nur Sahid (2006: 74) menjelaskan, salat witir adalah sebagai penutup ketika kita melaksanakan salat malam

yang dilakukan setelah salat isya‟ sampai terbit fajar. Biasanya

salat witir dirangkaikan dengan salat tarawih. Jika salat witir itu

banyak, maka boleh dikerjakan dua raka‟at salam. Jumlah sebelas

raka‟at, adalah sudah cukup, seperti yang biasa dikerjakan oleh

Nabi Muhammad Saw.

Jadi, salat witir adalah salat sunnah yang dikerjakan pada malam hari sesudah mengerjakan salat Isya. Jumlah rakaatnya ganjil (satu rakaat, tiga rakaat, lima rakaat, tujuh rakaat, sembilan rakaat atau sebelas rakaat) paling sedikit satu rakaat. Akan tetapi lebih utama dikerjakan di akhir malam dan dijadikan sebagai penutup bagi salat malam.

f. Adab Melaksanakan Salat Malam

Dalam melaksanakan ibadah yang bertujuan untuk menghadap Allah, ada hal-hal yang jika dilaksanakan termasuk pengamalan ibadah. Demikian pula dalam melaksanakan salat malam. (Ash-Shiddieqy, 1983: 521-524) menerangkan tentang adab ketika melaksanakan salat malam, antara lain:

1) Berniat ketika akan tidur, bahwa dia akan bangun mengerjakan salat malam.

2) Menyapu muka ketika bangun dari tidur, lalu bersugi dan

(48)

3) Membuka salat malam dengan dua rakaat iftitah yang ringan, sesudah itu barulah ia salat seberapa yang ia kehendaki.

4) Membangunkan keluarga dari tidur di malam hari.

5) Menghentikan salat untuk tidur kembali, apabila mata terasa mengantuk, hingga hilang rasa kantuknya.

6) Janganlah memberatkan diri. Hanya dia bersalat sekedar yang mudah ia sanggupi, lalu dia kekalkannya, jangan dia tinggalkannya, terkecuali karena darurat.

g. Fadhilah atau Hikmah Melaksanakan Salat Malam

Salat merupakan sarana hubungan antara hamba dengan Tuhannya. Salat juga membantu seseorang untuk melepaskan diri dari keterkaitan (ta‟alluq) dengan dunia. Dalam salat manusia memasrahkan diri dengan segenap jiwa raga, memalingkan semua urusan dunia dengan selalu mengagungkan nama Allah. Hubungan manusia dengan Tuhannya ketika salat menimbulkan perasaan tenang, damai, dan terasa lepas semua beban yang ada.

Salat sunnah malam yang dikerjakan pada malam hari

menimbulkan ketenangan dan kekhusyu‟an, karena waktu malam

merupakan saat yang tenang dan panjang untuk bermunajat dan bertaqarrub kepada Allah.

(49)

نٍيونٌُنُع َو تٖت َّٰ َج ًِف َيٌِ َّ نُاۡلٱ َّيِ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air. Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam”. (Depag RI, 1997: 858).

.

Ibadah salat malam juga sangat dianjurkan oleh Allah, karena hal itu akan lebih mantap di dalam hati dan lebih berkesan bacaannya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Muzammil, 73: 6

ًيٌِق نُم َو ۡقَأ َو ا ٗ‍ٔٗ ۡ َو نُّدَ َأ ًَِه ِل ٌَّۡلٱ َةَ ِ اَ َّيِ

٦

Artinya: “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat

(untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”. (Depag RI, 1997: 988).

Menurut Hasan (1996: 30-33) salat (salat malam) juga memberikan suatu keberuntungan bagi jiwa manusia, karena salat adalah:

1) Sebagai penenang jiwa orang-orang yang gelisah 2) Salat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar

3) Salat dapat membentuk pribadi muslim yang berakhlak mulia 4) Salat sebagai penangkal dari adzab neraka.

(50)

memuliakan dengan sembilan kelebihan, lima kelebihan di dunia dan empat kelebihan di akhirat.

Kelebihan di dunia antara lain:

1) Allah memelihara dari bahaya-bahaya

2) Wajahnya tampak cerah berkat ibadah yang dilakukannya 3) Orang yang shaleh sangat suka kepdanya

4) Pembicaraannya senantiasa bermanfaat dan berhikmah

5) Allah menjadikan ia sebagai orang yang bijaksana dalam menghadapi urusan.

Kelebihan diakhirat antara lain:

1) Dibangkitkan dari kubur dengan wajah yang cerah ceria

2) Perhitungan amal keburukannya dibuat ringan dan amal kebaikannya diberatkan

3) Dapat melintasi titian dengan mudah

4) Menerima catatan amal dengan tangan kanannya.

Menurut Syafii (2009: 120) hikmah salat malam itu antara lain:

1) Mendekatkan diri kepada Allah

2) Sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan

3) Sarana untuk berdzikir (mengingat) kepada Allah, pengabdian total dan tawakkal kepada-Nya

4) Membina kepribadian muslim 5) Menimbulkan jiwa yang tenang

(51)

7) Menjaga kesehatan jasmani

8) Allah akan memberikan tempat yang terpuji bagi hamba yang mau melaksanakannya.

2. Kegiatan Keagamaan Santri

a. Pengertian secara bahasa

Menurut Poerwadarminta (2006: 20), secara bahasa kegiatan berarti tindakan atau aktifitas melakukan segala sesuatu. Keagamaan berarti sifat-sifat yang terdapat dalam agama (Poerwadarminta, 2006: 19).

b. Pengertian secara istilah

Menurut Musaini dan Noor (1981: 7), memberikan pengertian kegiatan secara istilah yaitu reaksi cepat atau lambat seseorang bertindak, kecerdasan, kerajinan, atau aktifitas.

Kegiatan yang dimaksud disini adalah tindakan atau reaksi yang dilakukan seseorang dalam menjalankan ajaran islam, menjalankan perintah-perintah Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya.

Menurut Suharso dan Ningsih, (2005: 19), secara istilah aktifitas keagamaan adalah suatu kegiatan dan rutinitas baik lahiriah maupun batiniyah yang terwujud dalam bentuk ibadah.

(52)

bertentangan dengan niat dan tujuan yang baik, yaitu mencari ridho Allah dan untuk kemaslahatan diri sendiri dan orang lain.

c. Kegiatan keagamaan yang ada pada santri

Kegiatan keagamaan yang dilakukan santri baik di dalam pondok maupun di rumah, sebagai berikut:

1) Berdzikir

a) Pengertian dzikir secara bahasa

Secara bahasa dzikir berasal dari kata dzakara-yadzkuru, yang artinya ingat, mengingat Allah dalam keadaan bagaimanapun (Mir Valiuddin: 1997: 90).

b) Pengertian dzikir secara istilah

(1) Menurut Ibn „Abbas sebagaimana dikutip oleh Mir Valiuddin (1997: 90), dzikir yaitu mengingat Allah diperintahkan dalam setiap keadaan-siang dan malam hari, di darat dan di lautan, selama dalam perjalanan di saat dalam kelapangan dan kesempitan, di saat sakit dan sehat, secara laihiriah dan batiniyah.

(53)

perbuatan manusia, sehingga dzikir itu menjadi alat komunikasi antara manusia dengan Tuhan agar manusia selalu berada dalam limpahan rahmat dan ampunan Tuhan. (3) Berdzikir juga bisa berarti mengingat Allah dalam berbagai

keadaan, bagaimanapun keadaannya ia tetap mengingat Allah. Ia selalu merasa dilihat dan diawasi segala gerak geriknya oleh Allah. Sehingga dimanapun berada ia tidak berani melakukan hal yang dilarang oleh Allah (

http://hajisamsul.wordpress.com.2008/meraih-ketenteraman-jiwa, diakses: Minggu: 10/02/2013).

Berkaitan dengan perintah berdzikir, dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 152 disebutkan:

ِيونُرنُ ۡكَ َ َو ًِل اْوونُرنُك ۡ ٱ َو ۡمنُك ۡرنُك ۡذَأ ًِٰٓ ونُرنُك ۡذٲَف

١٥٢

Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku,

dan janganlah kamu mengingkari

(nikmat)-Ku.”(Depag RI, 1997: 38).

Dan juga dalam Alqur‟an surat Al-Ahzab ayat 41-42, yaitu

و ٗرٌِثَك و ٗر ۡكِذ َ َّٱٱ اْوونُرنُك ۡذٱ اْوونُ َاوَ َيٌِذَّلٱ اَ نٌَُّأٌَٰٰٓ

٤١

ًيٌ ِصَأ َو ٗةَر ۡكنُو نُوونُحِّوَس َو

٤٢

(54)

Jadi Pengertian dzikir bisa berarti mengingat Allah SWT dengan banyak menyebut nama-Nya, baik secara lisan maupun di dalam hati.

Dalam Ringkasan Hadist Shahih Al-Bukhari disusun oleh Imam Az-Zabidi (2002: 1007), diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari Radhiyallahu „anhu dia berkata: Nabi Shallallahu alaihi wasallam, pernah bersabda:

ِتٌَِّالاْو َو ًَِّحلاْو نُلَثَا نُونُرنُكاْذٌَ َ اْيِذَّلو َو نُهَّوَر نُرنُكاْذٌَ اْيِذَّلو نُلَثَا

Artinya: “Perumpamaan orang yang berzikir/mengingat Allah

dan orang yang tidak mengingat Allah adalah

sepertiorang hidup dan orang mati”. (H.R. Buchari, 6407).

Dapat disimpulkan, yakni orang yang mengingat Allah adalah hidup dan orang yang tidak mengingat-Nya adalah mati.

Sesudah mengetahui titik berat yang ditegaskan pada

dzikir, Abu „Ali ad-Daqqaq mengungkapkan, sebagaimana yang

terdapat dalam Mir Valiuddin (1997: 97), yaitu dzikir adalah piagam persahabatan Allah. Barangsiapa diberi anugerah dzikir, maka yang demikian itu berarti bahwa ia sudah diberi perintah

sebagai berikut, “Engkau memang benar-benar sahabat Allah”.

2) Do‟a

a) Pengertian secara bahasa

Secara bahasa do‟a berasal dari bahasa arab yang akar

(55)

permohonan, harapan, do‟a, pujian, dan sebagainya (Kaelany

HD, 2000: 121). b) Pengertian secara istilah

Menurut Kaelany HD (2000: 121), Secara istilah do‟a

berarti menyeru, memanggil, atau memohon pertolongan kepada Allah atas segala sesuatu yang diinginkan. Seruan kepada Allah itu bisa berbentuk ucapan istighfar (Astaghfirullah), tasbih (Subhanallah), pujian (Alhamdulillah), dan takbir (Allahu Akbar), atau memohon perlindungan (A‟udzubillah).

Berdo‟a merupakan aktivitas ibadah, dan bahkan

menurut sabda Nabi Muhammad SAW, do‟a diibaratkan

sebagai otak ibadah (Mughul Ibadah). Seperti halnya otak bagi manusia yang demikian penting peranannya bagi kehidupan, demikian pula do‟a dalam ibadah. Bahkan do‟a juga merupakan tiang agama (imaduddin) dan senjata bagi orang mukmin (silahul mukmin)

Menurut Abu Bakar Aceh (1996: 245), do‟a yaitu

permohonan kepada Tuhan, yang disebutkan dengan bermacam-macam nama, sekali dinamakan ibadah.

Jadi do‟a adalah kata-kata yang dihadapkan kepada Allah

(56)

diinginkan. Di dalam Islam sangat dipuji memperbanyak do‟a

kepada Allah dalam segala waktu. 3) Tahlilan

a) Pengertian secara bahasa

Secara lughah tahlilan berakar dari kata hallala ( هَ لَّ هَ ),

yuhallilu ( يُ لِّ هَ يُي), tahlilan ( لاً هْ لِ هْ هَ ) artinya adalah membaca atau mengucapkan kata-kata yang tertentu, yang berbunyi “La ilaha illallah” (Abu Bakar Aceh, 1996: 286).

b) Pengertian secara istilah

Secara istilah tahlilan kemudian merujuk pada sebuah tradisi membaca kalimat dan doa- doa tertentu yang diambil dari ayat al- Qur‟an, dengan harapan pahalanya dihadiahkan

untuk orang yang meninggal dunia

(http://www.ubudiyyahTentang+Tahlilan+dan+Dalilnya-.phpx, diakses: Senin, 18/02/2013)

(57)

beberapa ayat Al-Qur‟an, dzikir dan doa‟-do‟a yang ditujukan untuk mayit. Adapun bacaannya berbunyi (La illaha illallah).

Menurut Abu Bakar Aceh (1996: 286), dengan mengucapkan kalimatLa illaha illalah dengan niat hendak beramal kepada Allah disebutkan bertahlil yang artinya mengakui bahwa Allah SWT berkuasa sendiri dan tidak menghendaki kepada pertolongan dari siapapun, Ia suci dan terkaya. Pada kalimat ini yang terpenting adalah berputar keimanan dan keislaman seseorang dan oleh karena itu sangat penting kedudukannya dalam keyakinan kaum muslimin.

4) Salawat

Salawat adalah kumpulan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Barjanji seringkali digunakan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan seperti aqiqah, maulid Nabi SAW, dan sebagainya. Fungsinya untuk menumbuhkan kecintaan santri terhadap suri tauladan Nabi Muhammad SAW.

Salawat berarti membaca salawat dan salam kepada Rasulullah, yang tersimpan dalam lafadz-lafadz tertentu, karena bersalawat kepada Nabi SAW termasuk amal ibadat yang diberi pahala dan ganjaran oleh Tuhan mereka yang mengerjakanya (Abu Bakar Aceh, 1996: 287).

(58)

assalamu‟alaikum yang artinya sejahteralah atas engkau atau

selamat sejahtera kepadamu sekalian. 5) Riyadloh

a) Pengertian secara bahasa

Menurut bahasa riyadloh berarti latihan, atau melakukan bermacam-macam amal sebagai latihan.

b) Pengertian secara istilah

Sedangkan menurut istilah, riyadloh berarti melatih diri berusaha agar selalu ingat kepada Allah melalui dzikir, baik dengan dzikir lisan maupun dzikir qalb (hati) sehingga fikiran kita akan selalu mengingat-Nya. ( http://pstal-riyadhoh-dzikir-riyadhoh-menurut-bahasa.html, diakses: senin, 18/02/2013).

Riyadloh adalah bermacam-macam usaha yang harus dikerjakan, dan bermacam-macam amal yang harus dilakukan sebagai latihan, baik yang bertali dengan badan (riyadlatul badan), baik yang bertali dengan jiwa atau hati (riyadlatul nafs). Semuanya itu bermacam-macam dan menurut tata cara yang ditentukan di dalam gerakan-gerakan Sufi, yang dinamakan tarekat (Abu Bakar Aceh, 1996: 156).

(59)

6) Kajian Ta‟lim Muta‟allim

Kitab ta‟lim muta‟allim adalah kitab rujukan tentang tata cara belajar di kalangan santri tradisional. Kitab ini memuat dikursus tentang wajibnya belajar, adab-adab belajar, dan tata cara belajar yang baik dan benar. Apa yang dibahas dalam kitab ini tentunya berguna bagi santri untuk kesuksesan belajar mereka.

7) Sorogan

Salah satu ciri khas yang masih dipertahankan di Pondok Pesantren Daarussalam Sempon adalah pengkajian kitab kuning dengan metode sorogan, bandungan dan wetonan. Untuk meningkatkan ketrampilan santri dalam membaca kitab kuning, tiap habis magrib mengikuti kegiatan sorogan yang dibimbing oleh para ustadz muda. Dalam kegiatan sorogan, para santri mengulang pelajaran kitab kuning yang telah mereka pelajari di pagi hari (wawancara K.H. Fatchurrahman Thahir, Minggu/06-10-2013: 09.00-10.30).

8) Infaq

Secara lughoh Infaq berasal dari kata bahasa arab yaitu

anfaqo-yunfiqu-infaq yang artinya pemberian amal.

(60)

Bagi umat Islam, infaq tidak ditentukan jumlahnya yang penting ikhlas dalam memberikannya.

Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat Adz-Dzariyat ayat 19 sebagai berikut :

ِمونُر ۡحَاۡلٱ َو ِلِ ٰٓاَّسلِّل نٞقّٞ َح ۡمِ ِل َٰو ۡاَأ ًِٰٓف َو

١٩

Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak

mendapat bagian”. (Depag RI, 1997: 859).

3. Ketenteraman Jiwa

Berasal dari bahasa arab ةينكس berarti ketenangan hati. Secara

bahasa ketenteraman berarti keamanan, ketenangan (hati, pikiran) (Depdikbud, 1990: 1040). Jiwa berarti seluruh kehidupan batin manusia (Depdikbud, 1990: 416).

Ketenteraman jiwa atau ketenangan jiwa secara istilah adalah kondisi psikologi matang yang dicapai oleh orang-orang beriman setelah mereka mencapai tingkat keyakinan yang tinggi (Bahnasi, 2004: 67-68).

(61)

sebagaimana dikemukakan di atas. Oleh sebab itu yang dimaksud ketenteraman jiwa adalah sama dengan kesehatan jiwa, kesejahteraan jiwa atau kesehatan mental.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa jiwa merupakan daya rohaniah yang abstrak yang berfungsi sebagai penggerak manusia. Jiwa menumbuhkan sikap dan sifat yang mendorong tingkah laku manusia. Demikian dekatnya fungsi jiwa dengan tingkah laku, sehingga berfungsinya jiwa hanya dapat dilihat dari tingkah laku yang nampak.

Jadi ketenteraman jiwa santri adalah ketenangan jiwa yang dimiliki oleh santri melalui proses mengingat Allah sehingga dapat menahan diri dari segala keragu-raguan dan tidak mudah terhasut oleh hawa nafsu.

Kesimpulan ini diambil berdasarkan pada analisis bahwa orang-orang yang jiwanya tenteram karena orang-orang tersebut mengalami keseimbangan dalam fungsi-fungsi jiwanya. Demikian juga orang yang sehat mentalnya adalah orang yang mempunyai keharmonisan di dalam fungsi-fungsi jiwanya.

(62)

dengan usaha-usahanya, memiliki regulasi-diri dan integrasi kepribadian, dan batinnya selalu tenang.

Di pihak lain Organisasi Kesehatan se-Dunia (WHO, 1959) memberikan kriteria jiwa atau mental yang sehat sebagaimana yang terdapat dalam Hawari (1997: 12), sebagai berikut:

1) Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya;

2) Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya; 3) Merasa lebih puas memberi daripada menerima; 4) Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas;

5) Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan;

6) Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran di kemudian hari;

7) Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyesuaian yang kreatif dan konstruktif;

8) Mempunyai rasa kasih sayang yang benar.

(63)

serta dapat menerima realita yang terjadi sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Jadi orang yang tenteram jiwanya adalah orang yang fungsi-fungsi jiwanya dapat berjalan secara harmonis dan serasi. Keserasian dan keharmonisan fungsi-fungsi jiwa adalah sunyinya jiwa tersebut dari pertentangan batin, sehingga jiwa tersebut dikatakan sebagai jiwa yang tenteram.

a. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Ketenteraman Jiwa

1) Faktor-faktor Pendukung Ketenteraman Jiwa

Faktor-faktor untuk tercapainya ketenteraman jiwa dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu pendekatan psikologi dan pendekatan agama. Dari pendekatan psikologi, ada beberapa faktor yang mendukung terciptanya ketenteraman jiwa bagi manusia. Menurut pendapat Abraham H. Maslow, sebagaimana dikutip oleh Djamaludin Ancok & Nashari (2000: 92-93), “Apabila manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia akan mengalami

gangguan jiwa”. Kebutuhan- kebutuhan itu antara lain:

a) Kebutuhan fisiologis

(64)

b) Kebutuhan akan rasa aman (safety)

Orang ingin bebas dari rasa takut dan kecemasan. Manifestasi dari kebutuhan ini antara lain adalah perlunya tempat tinggal yang permanen, pekerjaan yang permanen.

c) Kebutuhan akan rasa kasih sayang

Perasaan memiliki dan dimilki oleh orang lain atau kelompok masyarakat adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh setiap menusia. Hal ini akan terpenuhi bila ada saling perhatian, kunjung-mengunjungi sesama anggota masyarakat.

d) Kebutuhan akan harga diri

Pada tingkat ini orang ingin dihargai dirinya sebagai manusia, sebagai warga negara.

e) Kebutuhan akan aktualisasi diri

Ini adalah kebutuhan yang paling tinggi menurut teori Maslow. Pada tingkatan ini manusia ingin berbuat sesuatu yang semata-mata karena dia ingin berbuat sesuatu. Dia tidak lagi menuntut penghargaan orang lain atas apa yang diperbuatnya. Sesuatu yang ingin dia kejar adalah keindahan, kesempuranaan, keadilan dan kebermaknaan.

(65)

a) Pemenuhan kebutuhan pokok

Setiap individu selalu memilki dorongan-dorongan dan kebutuhan-kebutuhan pokok yang bersifat organis (fisis dan psikis) dan yang bersifat sosial. Kebutuhan dan dorongan menuntut pemuasan. Dalam usaha pencapaiannya timbulah ketegangan-ketegangan. Ketegangan cenderung menurun jika kebutuhan terpenuhi; dan cenderung akan naik/makin banyak jika mengalami frustrasi atau hambatan-hambatan.

b) Kepuasan

Setiap orang menginginkan kepuasan, baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah. Dia ingin merasa kenyang, aman terlindung, ingin puas dalam hubungan seksnya, ingin mendapat simpati dan diakui harkatnya. Pendeknya, manusia ingin puas di segala bidang.

c) Posisi dan status sosial

Setiap individu selalu mencari posisi dan status sosial dalam lingkungannya. Selama posisi dan status sosial itu sesuai dengan harapan dan kemauan dirinya, maka orang tersebut tidak mempunyai jiwa yang bimbang.

(66)

sandang, pangan, papan dan kebutuhan psikhis seperti rasa aman, rasa ingin tahu, rasa bebas merdeka, mencapai kesuksesan dan memperoleh keadilan, serta kebutuhan sosial seperti kebutuhan memperoleh kasih sayang, dihargai atau memperoleh penghargaan.

Sedang dalam pendekatan agama, manusia akan mempunyai jiwa yang tenteram apabila ia mempunyai iman yang kuat, teguh dan benar serta selalu mengingat kepada Allah. Seseorang yang keimanannya telah menguasainya, apapun yang terjadi tidak mengganggu dan tidak mempengaruhinya. Dan dia merasa yakin bahwa keimanannya itu akan membawanya kepada ketenteraman dan kelegaan hatinya (Zakiyah Darajat, 2004: 14).

Hal ini seseuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah, 2: 112, yaitu:

عٌف ۡوَخ َ َو ۦِهِّوَر َد ِع ۥنُونُر ۡجَأ ٰٓۥنُهَلَف نٞيِس ۡحنُا َونُه َو ِ َّ ِٱ ۥنُهَ ۡج َو َمَل ۡسَأ ۡيَا ِٰۚىَلَو

َيونُ َ ۡحٌَ ۡمنُه َ َو ۡمِ ٌَۡلَع

١١٢

Artinya: “(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang

menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak

(pula) mereka bersedih hati”. (Depag RI, 1997: 30).

2) Faktor-faktor Penghambat Ketenteraman Jiwa

(67)

pokok dalam hidupnya tidak terpenuhi atau kebutuhan fisik, psikhis, dan kebutuhan sosial lainnya.

Adanya nafsu yang tidak dirahmati oleh Allah juga menjadi menjadi faktor penghambat ketenteraman jiwa. Nafsu inilah yang menyeret seseorang untuk berbuat jahat dan salah sehingga hatinya tidak tenteram. Kemudian hati yang tidak tenteram ini melahirkan perilaku yang menyimpang (http://www.faktor-penghambat-ketenteraman-jiwa/, diakses: Selasa, 12/02/2013).

Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Yusuf, 12: 53, sebagai berikut:

ًِّوَر َّيِ ًِِّٰۚٓوَر َمِحَر اَا َّ ِ ِ ٰٓونُّسلٲِو ُۢنُةَراَّاَ َلَ َسۡ َّ لٱ َّيِ ًِِٰۚٓسۡ َ نُئِّرَونُأ ٰٓاَا َو

نٞمٌِحَّر نٞرونُ َغ

٥٣

Artinya: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan),

karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang”. (Depag RI, 1997: 357).

Gambar

Tabel I
Tabel II
Tabel IV
Tabel V
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkaan hasil penelitian pada lokasi tanpa barrier tanaman kelapa sawit, kadar debu terendap yang terukur masih melebihi baku mutu lingkungan sampai dengan jarak 150

Adanya implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah akan membantu menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas, informasi laporan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas nutrisi ampas sagu hasil biofermentasi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) pada masa inkubasi yang berbeda dan penambahan

Berdasarkan hasil wawancara pada tabel diatas dengan PT Bosowa Berlian Motor, dapat dilihat bahwa kelengkapan Sistem Penjualan Kredit Spare Part dengan bagian yang

Dengan adanya perbaikan budaya dan iklim kerja yang kondusif melalui gaya kepemimpinan yang demokratis, serta adanya usaha memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki

Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bentuk penduga parameter dari model Bivariate Generalized Poisson Regression , bentuk