• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data - BAB IV TESIS TRI NURDIANTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data - BAB IV TESIS TRI NURDIANTO"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data

1. Profil SMP 17 1 Pagelaran

- Nama Sekolah : SMP 17 1 PAGELARAN

- NPSN : 10804961

- Jenjang Pendidikan : SMP

- Status Sekolah : Swasta

- Alamat Sekolah : Jl. Raya Gemah Ripah

RT / RW : 1 / 1

Kode Pos : 35375

Kelurahan : Gemahripah

Kecamatan : Kec. Pagelaran

Kabupaten/Kota : Kab. Pringsewu

Provinsi : Prop. Lampung

Negara : Indonesia

- Posisi Geografis : -5.3614 Lintang

104.8902 Bujur

- SK Pendirian Sekolah : 10997/I/12/I/1988 - Tanggal SK Pendirian : 1988-02-15

- Status Kepemilikan : Yayasan

(2)

- Tgl SK Izin Operasional : 2006-02-16

- Nomor Telepon : 81541000971

- Email : smptujuhbelas_satu@yahoo.com

- Kepala Sekolah : SUGIMAN

- Operator Pendataan : EDI SETIONO

- Kurikulum : Kurikulum 2013

2. Visi

Sekolah Berkualitas, Berbudaya dan Taqwa.

3. Misi

- Meningkatkan Mutu PendidikanSMP 17 1 Pagelaran .

- Menumbuhkan sikap profesionalisme guru dan karyawan.

- Melaksanakan Proses Belajar Mengajar (PBM) secara efektif dan efesien.

- Meningkatkan Demokrasi Sekolah.

- Menumbuhkan semangat warga sekolah untuk berprestasi.

- Menciptakan lingkungan yang sehat dan iklim yang harmonis

- Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan YME

- Menanamkan kesadaran dalam melanjutkan kewajiban beragama

(3)

B. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMP 17 1 Pagelaran Sebelum diuraikan tentang kegiatan ekstrakurikuler PAI, berikut penulis deskripsikan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di SMP 17 1 Pagelaran

a. Gambaran Umum Ekstrakurikuler di SMP 17 1 Pagelaran

Berdasarkan pada hasil wawancara yang penulis lakukan, pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 17 selama ini berjalan dengan baik

sesuai dengan apa yang telah diprogramkan. Secara umum, ada tiga bentuk

kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan di SMP 17 1 Pagelaran yaitu

meliputi kegiatan olahraga, kesenian dan kerohanian.

Berkaitan dengan potensi sekolah sebagai sekolah berwawasan

lingkungan, Bapak Sugiman mengungkapkan bahwa SMP 17 1 Pagelaran juga

mengadakan program kegiatan Pramuka, Pencinta Alam dan Palang Merah

Remaja. Peserta didik yang tergabung dalam unit kegiatan ini memiliki

program-program pokok yang berkaitan dengan lingkungan. Mereka belajar, berlatih dan

membiasakan diri untuk peduli dan mencintai lingkungan dimana saja berada.

Mulai dari menanam pohon, penghijauan, bersih lingkungan, pembuatan kompos,

sampai dengan mendaur ulang sampah menjadi komoditi yang layak jual dan

bernilai ekonomis.1

Bapak Imron Naibaho menambahkan bahwa dalam penjadwalan kegiatan ekstrakurikuler ditentukan oleh Pengurus OSIS setelah

1

(4)

berkoordinasi dengan pembina kegiatan dan Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum. Waktu latihan yang dijadwalkan untuk kegiatan-kegiatan tersebut dimulai pada hari Jumat sore, Sabtu dan Minggu. Hal ini karena SMP 17 1 Pagelaran hanya menerapkan lima hari kerja, dari Senin sampai Jumat. Namun demikian, ada juga kegiatan yang dijadwalkan pada waktu sore diantara hari Senin sampai hari Jumat karena banyaknya kegiatan di luar jam pelajaran yang harus diikuti sesuai dengan bakat, minat dan kompetensi peserta didik yang ada di SMP 17 1 Pagelaran

b. Gambaran ekstrakurikuler PAI di SMP 17 1 Pagelaran

Pada dasarnya kegiatan ekstrakurikuler PAI di SMP SMP 17 1 Pagelaran

dikoordinir oleh sebuah wadah di bawah OSIS yaitu ROHIS. Hal ini

diungkapkan oleh salah seorang pembina ekstrakurikuler Rika Nora yang

mengatakan bahwa sekalipun ROHIS berada di bawah OSIS, namun pembina

tetap mengikuti setiap kegiatan untuk membimbing dan mengawasi serta

memberikan evaluasi setiap kegiatan.2

Ada beberapa program yang disusun berdasarkan waktu pelaksanaannya,

yaitu program mingguan, bulanan, program semester dan tahunan. Adapun

kegiatan-kegiatan tersebut yaitu:

1) Ibadah Mingguan/Tazkir Jumat

Kegiatan ini berifat umum, yaitu dilaksanakan oleh seluruh peserta didik

di SMP 17 1 Pagelaran yang dipisahkan menurut agama masing-masing.

Umumnya menempati ruang kelas masing-masing. Teknis pelaksanaannya diatur

2

(5)

sedemikian rupa agar tidak menimbulkan gesekan SARA. Khusus peserta didik

muslim, kegiatan dilaksanakan di Ruang Keimanan.3Ini pun dipisah menjadi dua kelas karena kapasitas ruang Keimanan yang tidak memadai untuk seluruh

peserta didik muslim. Bagi kelas VII dan IX tetap menempati ruang keimanan

sedangkan kelas IX mengambil tempat di salah satu ruang kelas.

Waktu pelaksanaan ibadah mingguan ini pada hari Jumat mulai jam 07.00

s.d. 08.00 di luar jam pelajaran. Khusus hari Jumat, jam pelajaran dimulai pukul

08.00. Menurut Imron Naibaho bahwa adanya penjadwalan seperti ini adalah

untuk memberikan kesempatan kepada seluruh warga sekolah dalam upaya

peningkatan iman dan taqwa sebagaimana visi SMP 17 1 Pagelaran .4

Bagi peserta didik yang beragama Islam, lazimnya kegiatan ini

dinamakan ”Tazkir Jum’at”. Tazkir yang secara etimologi berasal dari bahasa

Arab dimaknai dengan mengingat. Artinya, dengan diadakannya kegiatan

tersebut, diharapkan peserta didik mampu dan senantiasa mengingat Allah swt.

seiring dengan bertambahnya wawasan keislaman mereka melalui kegiatan

tazkir.

Format kegiatan tazkir secara keseluruhan dilaksanakan oleh peserta

didik yang sudah ditentukan sebelumnya secara bergiliran, terutama kelas VII.

Kegiatannya diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara yang dilanjutkan

dengan pembacaan kalam ilahi dan sari tilawah. Kemudian salah seorang peserta

didik membacakan sebuah kisah nabi atau kisah teladan sebagai pelajaran bagi

peserta didik. Acara dilanjutkan dengan ”kuliah tujuh menit” (latihan kultum)

3

Ruang Keimanan adalah ruangan khusus yang disediakan pihak sekolah untuk digunakan

oleh peserta didik beragama Islam dalam proses pembelajaran PAI atau salat berjama’ah,

pertemuan pengurus dan anggota ROHIS serta kegiatan keislaman lainnya. Rika Nora, Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler PAI,Wawancaraoleh penulis di Pagelaran tanggal 05 Mei 2017

4

(6)

oleh salah seorang peserta didik yang sudah ditugaskan. Bagi kelas IX yang

berbeda tempat, formatnya juga demikian. Sesekali diadakan dialog atau diskusi

kecil seputar masalah keislaman yangup to datedisesuaikan dengan waktu yang

tersedia. Pada 15–20 menit terakhir digunakan oleh pembina untuk memberikan

pengarahan dan pembinaan kepada peserta didik.

Hasil wawancara dengan pembina ekstrakurikuler PAI pun

mengungkapkan hal yang sama sebagaimana observasi penulis. Hanya saja ada

tambahan informasi tentang maksud dan tujuan yang terkandung dalam

pelaksanaan kegiatan tersebut. Misalnya, ketika peserta didik diberikan

kebebasan untuk menentukan petugas MC/Pembawa acara, pembaca al-Qur’an

dan saritilawah, petugas kultum dan yang membacakan kisah teladan,

sesunguhnya merupakan upaya untuk melatih dan membina peserta didik dalam

menerima dan melaksanakan sesuatu yang menjadi tanggungjawabnya.

Sehubungan dengan hal tersebut Rika Nora menyatakan:

Dalam setiap pelaksanaan Tazkir Jumat, pembina cuma mengawasi saja.

Ini bagian dari melatih mereka agar bertanggungjawab terhadap tugas yang

diberikan. Alhamdulillah selama ini, semua peserta didik yang diberikan tugas,

mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. mereka bertanggungjawab terhadap

tugas yang diberikan. Ini tidak lepas dari upaya pembina yang senantiasa

menanamkan rasa tanggungjawab pada mereka. Peran kakak-kakak pengurus

ROHIS juga sangat membantu jalannya kegiatan tazkir.5

Pernyataan tersebut semakin mempertegas tentang upaya pembinaan dan

pembiasaan sikap tanggungjawab peserta didik dalam melaksanakan tugas yang

diberikan.

5

(7)

2) Program Belajar Membaca al-Qur’an

Kondisi peserta didik muslim di SMP 17 1 Pagelaran dalam hal kemampuan membaca al-Qur’an sangat beragam. Jika dikelompokkan tingkat kemampuannya maka terdapat tiga kelompok besar yaitu ada yang sangat mampu, mampu dan tidak mampu dalam membaca al-Qur’an.6

Kategori sangat mampu adalah mereka yang bisa membaca dengan lancar dan fasih sesuai tajwid bahkan bisa membacanya dengan lagu. Kategori mampu adalah mereka yang bisa lancar membaca meskipun kadangkala tajwidnya kurang tepat, dan kategori tidak mampu adalah mereka yang belum lancar atau bahkan yang belum mengenal huruf al-Qur’an.

Berdasarkan pengelompokan kemampuan tersebut, diadakanlah program belajar membaca al-Qur’an untuk peserta didik yang belum lancar atau belum mampu membaca al-Qur’an. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu pagi dengan sistim kelompok. Mereka yang mampu membaca al-Qur’an diberikan tanggungjawab untuk membimbing yang kurang lancar dan belum mampu membaca al-Qur’an.

Menurut Rika Nora bahwa di SMP 17 1 Pagelaran tidak ada peserta didik yang bisa membaca al-Qur’an dengan lagu yang baik. Hanya ada yang lancar membaca sesuai tajwid. Kebanyakan adalah mereka yang

6

(8)

masih terbata-bata dan belum lancar serta yang belum mengenal huruf al-Qur’an.7

Sehubungan dengan hal tersebut Daryanti menambahkan:

Kami sebenarnya cukup prihatin dengan kondisi seperti ini. Di satu sisi kompetensi al-Qur’an merupakan salah satu hal yang harus dicapai dalam pembelajaran, namun di sisi lain, masih banyak juga peserta didik yang belum lancar membaca al-Qur’an. Kami, pembina di sini tetap berupaya agar peserta didik bisa membaca al-Qur’an. Setidaknya mereka mau mempelajarinya dengan serius.8

Bagi penulis, kondisi tersebut bukan hanya dialami oleh SMP 17 1 Pagelaran, namun hampir di setiap SMP di kabupaten Pagelaran mengalami hal yang sama. Persoalan peserta didik mampu membaca al-Qur’an dengan lagu yang baik adalah berkaitan dengan bakat yang

dimilikinya. Tidak semua peserta didik memiliki modal suara yang bagus dan kemampuan untuk itu. Namun yang terpenting adalah mereka mampu membaca al-Qur’an dengan baik (lancar dan sesuai tajwid).

3) Mentoring

Program mentoring9 dilaksanakan dalam bentuk kerjasama dengan

7

Rika Nora, Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler PAI, Wawancara oleh penulis di Pagelaran tanggal 05 Mei 2017.

8

Rika Nora, Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler PAI, Wawancara oleh penulis di Pagelaran tanggal 05 Mei 2017.

9

Mentoring sama sepertihalaqah(lingkaran) atauusrahyang berhubungan dengan dunia pendidikan. Istilah mentoring (halaqah) biasanya digunakan untuk sekelompok kecil muslim (berkisar antara 3–12 orang) yang secara rutin mengkaji ajaran Islam dengan kurikulum tertentu.

(9)

lembaga yang peduli dengan dakwah dan perkembangan remaja muslim di kota lampung. Hal ini karena keterbatasan pembina ekstrakurikuler. Ada tiga lembaga yang terlibat aktif dan ikut membantu dalam kegiatan mentoring peserta didik di SMP 17 1 Pagelaran, yaitu IQRO’ Club Umumnya mereka yang tergabung dalam wadah ini adalah para alumni dan mantan pengurus ROHIS.

Format pelaksanaan mentoring yaitu peserta didik di bagi ke dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah 8–10 orang untuk satu kakak mentor. Pengaturan jadwal mentoring ditentukan berdasarkan kesepakatan antara anggota kelompok dengan kakak mentornya. Menurut Rika Nora, selama ini mentoring dilaksanakan pada hari Sabtu sore di masjid atau tempat lain yang disepakati oleh peserta mentoring dan kakak mentornya. Durasi mentoring setiap pertemuan berkisar antara dua hingga tiga jam. Arah pembinaan difokuskan pada penanaman dan pembiasaan nilai-nilai akhlak mulia, wawasan keislaman dan kemampuan baca tulis al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan arahan pembina ekstrakurikuler PAI yang mengatakan bahwa ketiga hal tersebut menjadi modal bagi peserta didik dalam menyiasati jumlah dua jam pelajaran PAI setiap minggunya.

Dengan begitu, kegiatan mentoring yang dilaksanakan selalu mendapatkan kontrol dari pembina ekstrakurikuler kapan dan dimanapun mentoring dilaksanakan. Hal ini untuk memudahkan koordinasi dengan

(10)

orang tua yang terkadang mengecek kepada pembina ekstrakurikuler tentang kegiatan yang dilakukan anaknya. Apalagi kalau sampai malam anaknya belum pulang ke rumah. Namun selama ini, dukungan orang tua terhadap kegiatan ekstrakurikuler PAI cukup baik.

4) Tazkir/Pengajian

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai suatu bentuk silaturrahim dan

komunikasi antar peserta didik muslim di luar sekolah, juga antara peserta didik

dengan pembina ekstrakurikuler PAI bahkan antara pembina dengan orang tua.

Bentuk kegiatan yang dilaksanakan sangat variatif, mulai dari pengajian biasa

dengan mengundang penceramah dari berbagai kalangan (ustadz, imam, praktisi

hukum, pemerhati remaja, LSM, dan sebagainya),nonton bareng (noreng)

film-film bernilai edukatif dan Islami hingga kegiatanoutbonddan gamesyang tidak

lepas dari materi-materi keislaman. Variasi materi dan metode yang dilakukan

menjadikan kegiatan tazkir tidak monoton dan membosankan.

5) Peringatan Hari Besar Islam

Peringatan Hari Besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad saw., Isra’

Mi’raj, Tahun Baru Hijriyah, dan lainnya ada yang dilaksanakan di sekolah

dengan melibatkan semua unsur sekolah (Kepala Sekolah, guru-guru, pegawai),

ada juga yang dilaksanakan di lingkungan peserta didik masing-masing atau

digabungkan di tingkat Kecamatan atau Kota.

Pelaksanaan Hari Besar Islam di lingkungan sekolah bisa menjadi ajang

dakwah sekolah. Inilah saat yang tepat bagi peserta didik muslim menunjukkan

(11)

lepas dari peran Kepala Sekolah yang memberikan kesempatan yang sama

kepada semua warga sekolah tanpa memandang perbedaan, apalagi berbau

SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar gologan), sebagaimana terungkap dalam

pernyataannya:

Semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk berprestasi. Dalam

soal pelaksanaan kegiatan keagamaan juga seperti itu. Tidak pernah ada upaya

untuk melarang kegiatan keagamaan di sekolah ini. Tentunya semua kegiatan

yang akan dilaksanakan sudah dikoordinasikan dengan pihak sekolah.10

Penjelasan tersebut semakin memperkuat eksistensi kegiatan

ekstrakurikuler PAI yang diprogramkan oleh ROHIS. Di satu sisi pembina

ekstrakurikuler PAI tidak perlu khawatir akan adanya larangan yang bersifat

menghambat kegiatan ekstrakurikuler PAI di sekolah.

6) Kegiatan Ramadhan

Guna mengisi bulan Ramadhan dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa

religius, ROHIS SMP 17 1 Pagelaran merancang beberapa kegiatan, antara lain:

- Buka Puasa Bersama.

Kegiatan ini diprogramkan sebanyak tiga kali selama Ramadhan dengan pembagian penanggungjawab pelaksana per kelas, yakni kelas VII, VII, dan IX. Teknis pelaksanaannya, masing-masing kelas membentuk kepanitiaannya untuk persiapan Buka Puasa Bersama. Selanjutnya ditentukan waktu dan tempat pelaksanaan. Sesuai dengan program kerja yang dirumuskan oleh ROHIS, kegiatan ini dilaksanakan pada hari Ahad,

10

(12)

dengan melibatkan warga sekolah dan selebihnya disesuaikan dengan lingkungan peserta didik masing-masing dan penanggungjawabnya.

- Pondok Ramadhan

Kegiatan ini kadangkala juga disebut dengan Pesantren Kilat Ramadhan. Waktu pelaksanaannya selama tiga hari di awal Ramadhan untuk melatih siswa lebih memahami dan mendalami amalan-amalan Ramadhan. Materi yang disampaikan adalah berkaitan dengan ibadah harian, khususnya ibadah Ramadhan dan wawasan keislaman. Peserta didik dilatih agar mampu mempraktekkan berbagai ibadah Ramadhan. Tempat pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi yang ada. Bisa dilaksanakan di sekolah, Pondok Pesantren atau di Wisma/Penginapan yang memiliki tempat representatif untuk pelaksanaan kegiatan ini.

- Pesantren Kilat

Kegiatan pesantren kilat di SMP 17 1 Pagelaran didasarkan pada pedoman penyelenggaraan Pesantren Kilat yang diterbitkan oleh Dirjen Dikdasmen Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I. dan Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler PAI yang diterbitkan Dirjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama R.I.

Hasil wawancara penulis dengan pembina ekstrakurikuler PAI di SMP 17 1 Pagelaran menunjukkan bahwa ada beberapa nilai yang diharapkan dari pelaksanaan pesantren kilat yaitu: Pertama, adanya penanaman nilai moral, keimanan dan ketaqwaan serta akhlakul karimah.

(13)

diarahkan pada kemandirian peserta didik. Ketiga, mengembangkan solidaritas sosial dan kesetiakawanan sosial. Selain itu, juga diupayakan adanya hubungan kekerabatan antara pembina dan peserta didik.11

7) Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK)

Kegiatan ekstrakurikuler PAI di SMP 17 1 Pagelaran tidak lepas dari

sebuah lembaga khusus yang mengkoordinir teknis pelaksanaan kegiatan agar

berjalan dengan baik. Lembaga ini bernama ROHIS SMP 17 1 Pagelaran yang

pengurusnya adalah siswa muslim di SMP 17 1 Pagelaran dengan Pembina Guru

PAI dibantu oleh guru lainnya yang beragama Islam. Guna menambah wawasan

peserta didik muslim dalam berorganisasi, maka diprogramlah kegiatan LDK ini.

Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) di SMP 17 1 Pagelaran

dilaksanakan untuk melatih peserta didik dalam menumbuhkan jiwa

kepemimpinan. Di samping itu juga untuk mempersiapkan regenerasi

kepemimpinan ROHIS.

Teknis pelaksanaan LDK adalah dengan menyaring peserta didik yang

duduk di kelas IX dan menyiapkan mereka sebagai generasi pelanjut dalam

kepengurusan ROHIS.

Kami mengikutsertakan semua peserta didik kelas IX dalam kegiatan

LDK meskipun tidak semuanya akan menjadi pengurus ROHIS. Semuanya

melalui proses koleksi dan seleksi. Maksudnya, pembina sudah mengoleksi daftar

nama peserta didik yang potensial dalam kepengurusan ROHIS selanjutnya,

11

(14)

tinggal melakukan seleksi siapa yang layak untuk menduduki jabatan.12

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pembina lainnya diperoleh

keterangan bahwa ada beberapa nama peserta didik potensial yang diajukan

dalam pemilihan ketua ROHIS. Proses demokratisasi dalam pemilihan ketua

ROHIS selalu dikedepankan mengingat hal ini merupakan bagian dari

pembelajaran awal tentang etika demokrasi dan berorganisasi kepada peserta

didik. Tidak ada paksaan dan penunjukan dari pembina tentang siapa yang harus

menjadi ketua, tapi benar-benar sebuah hasil pilihan dari peserta didik itu

sendiri.13

8) Pengembangan Kreatifitas Peserta Didik

Setiap peserta didik tentu memiliki bakat dan minat yang berbeda.

Setidaknya, potensi yang terakomodir -apalagi hingga berprestasi- akan

membawa pengaruh positif dalam proses pembinaan selanjutnya. Ada tiga bentuk

kreatifitas yang dikembangkan, yaitu:

- Mading (majalah dinding)

- Teater

- Band Islam

Rika Nora menambahkan bahwa pengembangan kreatifitas peserta didik tersebut tidak lepas dari misi dakwah sekolah yang diemban. Artinya, setiap penampilan dari peserta didik akan memberikan gambaran

12

Rika Nora, Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler PAI, Wawancara oleh penulis di Pagelaran 5 Mei 2017.

13

(15)

kepada warga sekolah lainnya tentang ajaran Islam.14

9) Bakti Sosial

Dalam rangka meningkatkan kepedulian sosial peserta didik, perlu diwujudnyatakan melalui kegiatan yang positif dan benar-benar dirasakan oleh mereka. Bakti sosial adalah program tahunan SMP 17 1 Pagelaran yang pelaksanaannya disesuaikan dengan libur khusus sekolah (Paskah). Pada saat peserta didik yang beragama Kristen merayakan Paskah, peserta didik yang beragama Islam merancang program antara dua sampai tiga hari untuk mengisi liburan Paskah tersebut dengan kegiatan yang bermanfaat dan bernilai religius.

Teknis pelaksanaan Baksos diawali dengan penentuan lokasi yang dilakukan melalui survey dari beberapa lokasi untuk kemudian ditentukan salah satunya sebagai lokasi yang paling layak. Tidak ketinggalan format acara yang akan digelar di lokasi. Administrasi surat-menyurat dengan pemerintah setempat, pihak keamanan dan pihak terkait yang berhubungan dengan kegiatan sudah diselesaikan jauh hari sebelum pelaksanaan kegiatan. Karena itulah kegiatan ini diadakan setahun sekali mengingat perlu adanya persiapan dan perencanaan yang matang sebelum pelaksanaan program.

Kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan ini tidak monoton dalam bentuk menyantuni masyarakat yang kurang mampu dengan

membagi-14

(16)

bagikan sembako, tapi bervariasi seperti dalam bentuk khitanan massal bagi anak-anak yang kurang mampu. Dalam hal ini, panitia melakukan pendataan jumlah anak-anak yang siap dikhitan kemudian berupaya menyediakan tenaga medis dan perlengkapannya. Demikian pula mencari donatur dan sponsorship untuk penyediaan hadiah bagi anak-anak yang dikhitan, misalnya dalam bentuk kain sarung dan peci atau perlengkapan sekolah seperti buku dan alat tulis.

10) Wisata Dakwah

(17)

ikut melakukan pembersihan di lokasi setelah selesai kegiatan melalui ”Operasi Semut”.15

2. Upaya Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler PAI dalam Pembinaan Akhlak di SMP 17 1 Pagelaran

Pembinaan akhlak mulia merupakan hal yang penting bahkan mendesak untuk dilaksanakan mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA. Pendidikan di SMA lebih menekankan pada pendidikan yang bersifat umum, menekankan pada teori-teori, dan menghasilkan lulusan yang umumnya memiliki arah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berbeda tingkatan, berbeda pula penanganan dan pembinaan yang dilakukan.

Secara teoritis, para ahli telah mengemukakan berbagai hal tentang upaya pembinaan akhlak. Upaya mewariskan nilai-nilai luhur budaya kepada peserta didik dalam membentuk kepribadian yang intelek bertanggungjawab tersebut dapat dilakukan antara lain melalui pergaulan, memberikan suri tauladan, serta mengajak dan mengamalkan. Selain itu, sebagai motivator, transmitter dan fasilitator, pembina ekstrakurikuler juga harus mampu untuk memberikan motivasi, menyebarkan kebijaksanaan dan memfasilitasi sumber belajar bagi peserta didik.

Berangkat dari hasil wawancara dengan pembina ekstrakurikuler PAI SMP 17 1 Pagelaran, ada tiga hal penting yang penulis identifikasi

15

(18)

untuk kemudian dideskripsikan sebagai bagian dari upaya yang telah dilakukan pembina ekstrakurikuler PAI dalam pembinaan akhlak peserta didik, yaitu menanamkan dan membangkitkan keyakinan beragama, menanamkan etika pergaulan dan menanamkan kebiasaan yang baik. a. Menanamkan dan membangkitkan keyakinan beragama

Keyakinan terhadap Allah Yang Maha Esa adalah hal mutlak pertama dan utama yang perlu diyakinkan pembina ekstrakurikuler PAI di SMP 17 1 Pagelaran kepada peserta didik. Kondisi peserta didik yang heterogen dan rawan dengan gesekan teologis menjadi salah satu faktor pentingnya penanaman akidah Islam yang kuat bagi peserta didik di SMPN 17 Bandar Lampung. Belum lagi arus globalisasi yang menghanyutkan nilai-nilai spiritualitas, menjadikan pembina ekstrakurikuler PAI berupaya keras untuk mengantisipasinya. Dalam upaya menanamkan keyakinan beragama, pembina ekstrakurikuler PAI melakukan hal-hal sebagai berikut:

(19)

melakukan berbagai aktifitas sebagai khalifah di muka bumi, memakmurkannya dan tidak membuat kerusakan di atasnya.

Keyakinan tersebut ditanamkan melalui muhasabah yang dilakukan oleh pembina ekstrakurikuler pada setiap pelaksanaan LDK, Pondok Ramadhan ataupun Pesantren Kilat. Inilah salah satu upaya menumbuhkan kesadaran dari dalam diri peserta didik tentang Maha Kuasanya Allah swt. Kesadaran ini penting agar dalam beraktifitas senantiasa dilandasi dengan pengabdian terhadap Sang Pencipta.

Pada kesempatan yang lain, peserta didik diajak untuk semakin menyadari tentang kebesaran Sang Khalik melalui kegiatan Tazkir Alam. Dengan membawa mereka ke alam terbuka lalu melakukan kontemplasi dan refleksi akan keagungan Allah, peserta didik akan semakin memahami dan menyadari betapa kecil dan tidak ada apa-apanya mereka di hadapan Allah.

2) Memberikan pemahaman untuk meneladani akhlak Nabi Muhammad saw.

(20)

memberikan teladan baik dalam perkataan maupun perbuatan. Kedisiplinan yang dicontohkan oleh pembina untuk diteladani adalah selalu hadir danon timedalam setiap kegiatan. Kalaupun terlambat atau tidak hadir tentu dikomunikasikan dengan baik.

b. Menanamkan etika pergaulan

Dalam hal pergaulan, setidaknya ada tiga lingkungan pergaulan yang senantiasa diperhatikan oleh pembina ekstrakurikuler yaitu pergaulan dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Pentingnya sinergitas antara ketiga lingkungan ini menjadikan pola pembinaan akhlak semakin terasa manfaatnya. Nilai-nilai yang telah ditanamkan dalam lingkungan formal, perlu mendapatkan apresiasi di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Dalam berbagai kesempatan, seperti pada saat pelaksanaan tazkir, PHBI ataupun kegiatan lainnya, peserta didik senantiasa diberikan pembinaan dan motivasi agar menjaga pergaulan sesuai dengan nilai-nilai Islam yang rah}matan li al-’alamin. Terutama sekali dalam pergaulan dengan non muslim yang menjadi kelompok terbesar di SMPN 17 Bandar Lampung. Setiap siswa muslim akan membawa nama baik dan citra Islam yang tenang dan penuh kedamaian.

1) Akhlak dalam lingkungan keluarga

(21)

membantah. Dalam setiap kesempatan, pembina ekstrakurikuler PAI SMP 17 1 Pagelaran senantiasa memberikan teladan tentang tata cara berperilaku dan berkomunikasi dengan orang yang lebih tua.

Sebaliknya, pembina ekstrakurikuler PAI juga memberikan pemahaman dan teladan tentang cara berperilaku terhadap orang yang lebih muda. Seringkali peserta didik mampu menunjukkan sikap yang baik dengan orang yang lebih tua namun jarang dia mampu menunjukkan perilaku yang baik dengan orang yang lebih muda. Jadi perlu ada keserasian dan keseimbangan perilaku peserta didik terhadap orang yang lebih tua dan lebih muda dari dirinya.

2) Akhlak dalam lingkungan masyarakat

Dalam pergaulan di masyarakat sebagai lembaga pendidikan nonformal- adakalanya peserta didik hanyut dalam kondisi masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai yang dianutnya. Pada akhirnya, upaya penanaman akhlak mulia yang dilakukan pembina ekstrakurikuler PAI di lembaga pendidikan formal, seakan tidak berfungsi.

(22)

dalam kehidupannya.

3) Akhlak dalam lingkungan sekolah

Peserta didik memiliki kebutuhan untuk kerjasama dan berinteraksi dengan orang lain, terutama dengan teman sebaya di sekolahnya. Teman sebaya menjadi bagian penting dalam kehidupan individu peserta didik. Mereka menjadikan nilai-nilai yang dianut teman sebaya sebagai acuan untuk diikuti dalam kehidupan mereka. Pada periode ini, adakalanya sebagai individu, mereka justru menentang nilai-nilai yang dianut oleh orang tua dan orang dewasa lainnya.

Kondisi tersebut menjadikan pembina ekstrakurikuler PAI di SMP 17 1 Pagelaran berupaya menanamkan kepada peserta didik tentang akhlak kepada teman-teman. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara saling membantu, kasih-mengasihi, hormat mengormati dan saling menghindari perkelahian dan permusuhan. Etika pergaulan yang mengedepankan nilai-nilai Islam hendaklah diutamakan. Apalagi kondisi peserta didik muslim yang tergolong minoritas –sekali lagi-butuh interaksi dan komunikasi yang intens guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Demikian pula halnya dengan keterbukaan tentang nilai-nilai Islam yang dijabarkan dalam akhlak mulia kepada sesama teman.

(23)

didik muslim, bukan hanya ustadz saja yang dihormati, namun semua guru sekalipun tidak mengajar secara formal di kelasnya- harus dihormati dan diperlakukan layaknya orang tua.

c. Menanamkan kebiasaan yang baik

Keteladanan yang dicontohkan oleh pembina ekstrakurikuler lebih mengarah pada komunikasi yang terjalin dalam kegiatan ekstrakurikuler. Intensitas kegiatan ekstrakurikuler PAI yang cukup tinggi di SMP 17 1 Pagelaran memberikan kesempatan kepada pembina ekstrakurikuler untuk memberikan keteladanan kepada peserta didik melalui pembiasaan. Beberapa nilai akhlak yang ditanamkan melalui pembiasaan ini antara lain:

1) Membiasakan untuk disiplin

Sebagaimana halnya pembina ekstrakurikuler PAI yang memberikan keteladanan tentang disiplin, peserta didik juga dibiasakan untuk melakukan hal serupa. Ada dua indikator yang bisa dilihat dari aspek kedisiplinan ini yaitu sikap peserta didik dalam kehadiran setiap kegiatan ekstrakurikuler PAI dan sikap mereka pada saat kegiatan berlangsung.

(24)

ekstrakurikuler menunjukkan kondisi sebagaimana pada tabel berikut: Tabel 4.5

Sikap Kehadiran Peserta Didik Setiap Kegiatan Ekstrakurikuler PAI

No Sikap Kehadiran Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Datang Lebih awal Tepat waktu Terlambat

3 17 0

15,0 85,0 00,0

Jumlah 20 100,0

Hasil olahan data tersebut menunjukkan bahwa terdapat 15 % peserta didik yang datang lebih awal dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler PAI, 85 % peserta didik datang beberapa saat sebelum kegiatan dimulai. Sedangkan peserta didik yang terlambat tidak ditemukan. Yang dimaksudkan dengan datang lebih awal yaitu peserta didik datang sekitar 30 s.d. 45 menit sebelum acara dimulai. Adapun yang datang tepat waktu, maksudnya datang sekitar 5 s.d. 10 menit sebelum acara berlangsung. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembina ekstrakurikuler PAI SMP 17 1 Pagelaran mampu membiasakan peserta didik untuk disiplin dalam kehadiran setiap kegiatan ekstrakurikuler.

(25)

kegiatan karena mereka juga mengemban misi dakwah sekolah.16

Unsur kedua dalam upaya pembiasaan disiplin adalah sikap peserta didik pada saat berlangsungnya kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Sikap Peserta Didik Saat Berlangsung Kegiatan Ekstrakurikuler PAI

No Sikap Saat Kegiatan Berlangsung Frekuensi

Persentase (%) 1

2 3

Mengikuti dengan tertib

Sesekali berbicara dengan teman Sering keluar

15 4 1

75,0 20,0 05,0

Jumlah 20 100,0

Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat 75 % peserta didik yang mengikuti kegiatan dengan tertib, 20 % sesekali berbicara dengan teman dan 5 % sering keluar. Tertib yang penulis maksudkan adalah mengikuti kegiatan dengan tenang dari awal hingga akhir tanpa membuat kegaduhan. Sesekali berbicara dengan teman artinya, sekali-sekali bercakap-cakap dengan teman di sampingnya tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. Adapun sering keluar maksudnya meninggalkan kegiatan untuk keperluan mendesak, misalnya ke toilet.

16

(26)

Jadi dapat disimpulkan bahwa umumnya sikap peserta didik pada saat kegiatan berlangsung adalah mengikuti dengan tertib. Hanya beberapa yang sekali- sekali berbicara dengan teman di sampingnya, itupun berkaitan dengan materi yang sedang dibicarakan.

2) Membiasakan untuk bertanggungjawab

Upaya yang dilakukan pembina ekstrakurikuler PAI dalam membiasakan peserta didik untuk bertanggungjawab, selain dengan senantiasa memotivasi dan memberikan pandangan positif tentang tanggungjawab, juga dilakukan dengan memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan dengan baik oleh peserta didik. Mereka yang diberikan tugas dan memahami bahwa tugas yang diemban merupakan tanggungjawabnya, ia akan melaksanakannya dengan baik.

Berkaitan dengan penyelesaian tugas sebagai tanggungjawab peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler PAI, berdasarkan pada hasil wawancara penulis dengan pembina menunjukkan bahwa umumnya peserta didik muslim di SMP 17 1 Pagelaran, dalam melaksanakan tugasnya memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi untuk melaksanakannya dengan baik. Rika Nora mengungkapkan:

(27)

jumlahnya. Kami, pembina, selalu berupaya memotivasi mereka, memberikan keteladanan dan berupaya memberikan pembiasaan tentang sikap tanggungjawab sebagai ciri seorang muslim.17

Dalam wawancara tertulis yang penulis lakukan dengan peserta didik muslim, ditemukan bahwa sikap mereka ketika mendapatkan tugas dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah 90 % melaksanakan tugas yang diberikan dengan penuh tanggungjawab. Adapun 10 % lainnya menyatakan bahwa mereka tetap melaksanakan tugas yang diberikan tapi tidak dengan sepenuh hati. Artinya, mereka tidak menolak untuk melaksanakan tugasnya, hanya saja tidak bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan dan melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Hal tersebut sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.7

Sikap Peserta Didik Ketika Mendapat Tugas dalam Kegiatan Ekstrakurikuler PAI

No Sikap Ketika Mendapat Tugas Frekuensi Persentase (%) 1

2 3

Melaksanakan dengan tanggungjawab Melaksanakan tapi tidak sepenuh hati Minta digantikan teman lainnya

18 2 0

90,0 10,0 00,0

Jumlah 20 100,0

17

(28)

Berdasarkan tabel tersebut, informasi yang penulis dapatkan yaitu bahwa peserta didik yang diberikan tugas dalam kegiatan ekstrakurikuler, umumnya melaksanakan dengan baik tanggungjawabnya. Sekalipun ada juga yang tidak sepenuh hati, mereka tetap melaksanakan tugasnya dan tidak meminta untuk digantikan oleh teman yang lain.

3) Membiasakan untuk melakukan hubungan sosial

Sebagai bagian dari anggota masyarakat, peserta didik pun tidak bisa lepas dari hubungan sosial dengan lingkungannya. Dalam lingkungan pendidikan formal, setidaknya ada beberapa unsur yang senantiasa tetap dijaga keharmonisannya, seperti hubungan antara peserta didik dengan pembina ekstrakurikuler atau guru lainnya juga hubungannya dengan sesama teman. Keharmonisan hubungan yang penulis maksudkan adalah dalam konotasi positif yaitu saling menghormati antara seorang pendidik dan peserta didik, tidak bermusuhan dan menimbulkan kesenjangan diantara keduanya.

(29)

Tabel 4.8

Hubungan Peserta Didik dengan Guru

No

Hubungan Peserta Didik dengan Guru

Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 Sangat Baik Baik Sekali Baik Kurang Baik Buruk 6 6 8 0 0 30,0 30,0 40,0 00,0 00,0

Jumlah 20 100,0

Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat masing-masing 30 % peserta didik memiliki hubungan yang sangat baik dan baik sekali dengan guru dan 40 % memiliki hubungan yang baik. Tidak ada yang memiliki hubungan yang kurang baik apalagi hubungan yang buruk dengan guru. Hal ini memberikan indikasi bahwa antara peserta didik dan guru di SMP 17 1 Pagelaran memiliki hubungan yang harmonis. Data tersebut diperkuat oleh pernyataan Rika Nora bahwa selama kurang lebih 18 tahun beliau mengajar di sekolah ini, belum pernah ditemui peserta didik yang bermasalah dengan guru. Selama ini, semua berjalan dengan baik.18

18

(30)

Tabel 4.9

Hubungan Sesama Peserta Didik

No Hubungan Sesama Peserta Didik Frekuensi Persentase (%) 1

2 3 4 5

Sangat Baik Baik Sekali Baik

Kurang Baik Buruk

13 5 2 0 0

65,0 25,0 10,0 00,0 00,0

Jumlah 20 100,0

Hasil olahan tabel di atas menunjukkan terdapat 65 % peserta didik memiliki hubungan yang sangat baik diantara sesamanya, 25 % hubungannya baik sekali dan 10 % lainnya memiliki hubungan baik dengan temannya sesama peserta didik. Tidak ditemukan adanya hubungan yang kurang baik apalagi hubungan yang buruk sesama peserta didik. Jika kondisinya demikian, maka akan lebih mudah bagi pembina ekstrakurikuler PAI dalam melakukan upaya pembinaan akhlak mulia karena suasana yang kondusif sangat menunjang proses hal tersebut.

Membantu teman yang memerlukan pertolongan merupakan salah satu bentuk sikap sosial yang selalu ditanamkan pembina ekstrakurikuler PAI untuk dibiasakan. Pertolongan yang penulis maksudkan adalah dalam makna positif dan konteks akhlak mulia.

(31)

Sikap Terhadap Teman yang Butuh Pertolongan

No

Sikap Terhadap Teman yang Butuh Pertolongan

Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 Segera Menolong

Menunggu teman menolong dulu Menanyakan keperluannya Tidak menolong

Tidak peduli sama sekali

18 0 2 0 0 90,0 00,0 10,0 00,0 00,0

Jumlah 20 100,0

Hasil olahan data pada tabel tersebut memberikan informasi bahwa terdapat 65 % peserta didik yang segera menolong temannya yang butuh pertolongan, 10 % menanyakan dulu keperluan temannya baru menolong, tidak ditemukan peserta didik yang menunggu teman menolong baru ikut membantunya apalagi yang tidak menolong dan tidak peduli sama sekali. Artinya, peserta didik di SMP 17 1 Pagelaran memiliki sikap yang peka terhadap teman yang butuh pertolongan, tidak bersikap acuh apalagi tidak menolong. Ini merupakan kebiasaan baik yang selalu ditanamkan oleh pembina ekstrakurikuler PAI kepada peserta didik agar menjadi bagian dalam hidupnya. Sebagai anggota masyarakat, sikap uka menolong perlu dibiasakan sejak dini.

4) Membiasakan untuk melakukan ibadah ritual

(32)

yang dilaksanakan lima kali dalam sehari semalam, sesungguhnya tidak bisa dipantau secara keseluruhan oleh pembina ekstrakurikuler. Namun dengan upaya penanaman kesadaran dan pembiasaan di lingkungan pendidikan formal diharapkan mampu menjadikan ibadah ritual sebagai bagian dari kehidupan peserta didik.

Di SMP 17 1 Pagelaran , sekalipun dengan keterbatasan yang ada, pembina ekstrakurikuler PAI berupaya untuk membiasakan peserta didik melaksanakan ibadah salat, khususnya salat zuhur berjamaah di sekolah. Teknis pelaksanaannya sebagaimana dijelaskan Rika Nora bahwa ketika masuk waktu salat zuhur, khusus peserta didik muslim diberikan dispensasi untuk melaksanakan salat zuhur di ruang Keimanan. Hanya saja perlu dilaksanakan secara bergiliran karena terbatasnya kapasitas ruang Keimanan.19

Tabel berikut menggambarkan sikap peserta didik dalam melaksanakan ibadah salat zuhur berjamaah di sekolah. Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 90 % peserta didik yang melaksanakan salat zuhur berjamaah di sekolah secara rutin, 10 % hanya melaksanakan sesekali saja dan tidak ditemukan peserta didik yang tidak melaksanakan salat zuhur berjamaah di sekolah. Secara rutin maksudnya setiap hari sekolah, di luar libur hari Sabtu dan Minggu serta libur lainnya. Artinya, peserta didik di SMP 17 1 Pagelaran terbiasa melaksanakan salat zuhur secara berjamaah di sekolah.

19

(33)

Tabel 4.11

Sikap Terhadap Salat Zuhur Berjamaah di Sekolah

No

Sikap Terhadap Salat Zuhur Berjama’ah

Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Melaksanakan secara rutin Melaksanakan sesekali saja Tidak pernah melaksanakan

18 2 0

90,0 10,0 00,0

Jumlah 20 100,0

3. Faktor Pendukung dan Penghambat pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMP 17 1 Pagelaran

Dalam proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PAI di SMP 17 1 Pagelaran terdapat hal-hal yang mendukung dan juga menjadi penghambat kegiatan tersebut. Berdasarkan pada observasi dan wawancara, dapatlah penulis identifikasi faktor pendukung dan penghambat tersebut.

a. Faktor Pendukung

Adapun hal-hal yang menjadi faktor pendukung dalam proses pembinaan akhlak yang dilakukan oleh pembina ekstrakurikuler di SMP 17 1 Pagelaran yaitu:

(1) Kurikulum

(34)

di SMP 17 1 Pagelaran ditunjang dengan kurikulum yang diajarkan pada mata pelajaran PAI. Adapun materi tentang akhlak yang diajarkan pada mata pelajaran PAI adalah sebagai berikut:

Kelas VII Semester I dan II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Akhlak

Membiasakan prilaku terpuji

4.1 Menyebutkan pengertian perilaku

husnuzzan

4.2 Menyebutkan contoh-contoh

perilaku husnuzzan terhadap Allah,

diri sendiri dan sesama manusia

4.3 Membiasakan perilaku husnuzzan

dalam kehidupan sehari-hari

Membiasakan perilaku terpuji

9.1 Menjelaskan pengertian adab

berpakaian, berhias, bertamu,

menerima tamu, dan bepergian

9.2 Mempraktikkan contoh-contoh adab

dalam berpakaian, berhias, bertamu,

menerima tamu, dan bepergian

9.3 Mempraktikkan adab dalam

berpakaian, berhias, bertamu,

menerima tamu, dan bepergian

dalam kehidupan sehari-hari

Menghindari perilaku tercela 10.1 Menjelaskan pengertian hasad, riya,

(35)

10.2 Menyebutkan contoh perilaku

hasad, riya, aniaya dan diskriminasi

10.3 Menghindari perilaku hasad, riya,

aniaya dan diskriminasi dalam

kehidupan sehari-hari

Kelas VIIISemester I dan II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Akhlak

Membiasakan prilaku terpuji

4.1 Menjelaskan pengertian taubat dan

raja

4.2 Menampilkan contoh-contoh

perilaku taubat dan raja

4.3 Membiasakan perilaku bertaubat dan

raja dalam kehidupan sehari hari

Membiasaan perilaku terpuji 9.1 Menjelaskan pengertian dan maksud

menghargai karya orang lain

9.2 Menampilkan contoh perilaku

meng-hargai karya orang lain

9.3 Membiasakan perilaku menghargai

karya orang lain dalam kehidupan

sehari-hari

Menghindari perilaku tercela 10.1 Menjelaskan pengertian dosa besar

10.2 Menyebutkan contoh perbuatan dosa

besar

(36)

dalam kehidupan sehari-hari

Kelas IX Semester I dan II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Akhlak

Membiasakan perilaku terpuji

4.1 Menjelaskan pengertian adil, ridha,

dan amal saleh`

4.2 Menampilkan contoh perilaku adil,

ridha, dan amal saleh `

4.3 Membiasakan perilaku adil, ridha

dan amal saleh dalam kehidupan

sehari-hari

Membiasakan perilaku terpuji 9.1 Menjelaskan pengertian dan maksud

persatuan dan kerukunan

9.2 Menampilkan contoh perilaku

persatuan dan kerukunan

9.3 Membiasakan perilaku persatuan dan

kerukunan dlm kehidupan sehari-hari

Menghindari perilaku tercela 10.1 Menjelaskan pengertian israf, tabzir,

ghibah, dan fitnah

10.2 Menjelaskan contoh perilaku israf,

tabzir, ghibah, dan fitnah

10.3 Menghindari perilaku israf, tabzir,

ghibah, dan fitnah dalam kehidupan

(37)

Beberapa materi tentang akhlak dalam kurikulum tersebut menjadi faktor pendukung dalam proses pembinaan akhlak bagi peserta didik.

(2) Tenaga Pembina dan warga sekolah

Secara umum sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa regulasi sekolah memberikan dukungan penuh untuk setiap pelaksanaan kegiatan kerohanian, baik itu Islam, Kristen atau lainnya selama itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang dipedomani oleh setiap pemeluk agama. Kepala sekolah beserta seluruh jajarannya, senantiasa menunjang program pembinaan yang dilakukan oleh pembina ekstrakurikuler PAI. Antara lain, tugas pembinaan terhadap peserta didik secara yuridis dituangkan dalam sebuah Surat Keputusan yang ditandatangani oleh Kepala Sekolah.

Berdasarkan pada hasil wawancara, sebagaimana diutarakan oleh Rika Nora bahwa meskipun secara kuantitas, pembina ekstrakurikuler PAI di SMP 17 1 Pagelaran ada tujuh orang dan kurang optimal pemberdayaannya, namun dengan adanya kelompok-kelompok mentor dari berbagai lembaga yang peduli dan mau berkorban (sukarela) dalam membina peserta didik di SMP 17 1 Pagelaran menjadi tambahan dukungan bagi pembina ekstrakurikuler.20

20

(38)

(3) Peran Serta Orang Tua

Partisipasi aktif orang tua dalam mendukung setiap program kegiatan ekstrakurikuler PAI di SMP 17 1 Pagelaran merupakan keuntungan tersendiri. Kesadaran orang tua untuk memotivasi anaknya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PAI ditunjang pula dengan pendanaan yang memadai meskipun pembina telah berupaya semaksimal mungkin untuk tidak memberatkan orang tua dalam hal pendanaan.

Dalam kegiatan mingguan seperti Tazkir, tanpa dukungan orang tua yang memberikan uang transportasi dan infak Tazkir kepada anaknya, mustahil kegiatan Tazkir berlangsung dengan baik. Demikian juga kegiatan ekstrakurikuler PAI yang lain. Meskipun demikian, sebagaimana diterangkan Rika Nora bahwa untuk kegiatan seperti Pesantren Kilat, Wisata Dakwah atau Bakti Sosial, jika memang ada orang tua yang tidak mampu maka tentu saja ada dispensasi bagi peserta didik yang bersangkutan.21

b. Faktor Penghambat

Selain faktor pendukung, ada pula faktor penghambat dalam pembinaan akhlak peserta didik di SMP 17 1 Pagelaran yang penulis identifikasi sebagai berikut:

21

(39)

(1) Faktor internal

Adapun faktor internal yang mempengaruhi pembinaan akhlak peserta didik di SMP 17 1 Pagelaran , sebagaimana diungkap Rika Nora yaitu masih ada hubungan yang kurang harmonis dalam hal koordinasi antara koordinator pembina ekstrakurikuler PAI dengan rekan pembina lainnya sehingga menimbulkan kesan individualistik. Sikap pesimistis koordinator menjadikan penerapan manajemen pemberdayaan pembina kurang optimal. Imbasnya, pembina lain kehilangan ide-ide cemerlang untuk mengembangkan ROHIS dan kegiatan ekstrakurikuler PAI lainnya.22 Di sisi lain, menurut Daryanti, masih ada pembina yang kehilangan sense of belonging terhadap ROHIS sebagai ujung tombak pelaksana kegiatan ekstrakurikuler PAI. Seakan-akan tanggungjawab pembinaan hanya di pundak guru PAI saja.23

(2) Faktor eksternal

Beberapa faktor eksternal yang penulis identifikasi menjadi penghambat dalam pembinaan akhlak peserta didik di SMP 17 1 Pagelaran yaitu:

- Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga termasuk bagian penting dalam upaya pembinaan akhlak peserta didik. Peran serta orang tua dalam menanamkan

22

Rika Nora, Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler PAI,Wawancaraoleh penulis Pagelaran tanggal 06 Mei 2017.

23

(40)

nilai-nilai akhlak mulia dapat tercermin dari sikap peserta didik, misalnya dalam berbicara, berpakaian dan lain sebagainya. Keteladanan dan pembiasaan yang diperoleh dalam lingkungan keluarga akan membentuk kepribadian (akhlak mulia) peserta didik dan tidak mudah dirubah oleh orang lain. Peserta didik yang terbiasa hidup jujur, disiplin akan mendarah daging dalam dirinya sehingga dimana saja dia berada akan tercermin pula akhlak mulia.

Lingkungan keluarga yang tidak membiasakan dengan suasana religius, akan berdampak pada perilaku peserta didik di sekolah dan di masyarakat. Rika Nora mengungkapkan bahwa masih ada orang tua yang memiliki sikap acuh terhadap pembinaan akhlak anaknya. Tidak ada keteladanan dari orang tua di rumah. Semua diserahkan kepada guru agama di sekolah. Padahal selain di sekolah, pengamalan nilai-nilai religius yang dipelajari di sekolah adalah di lingkungan keluarga dan masyarakat.24

- Lingkungan masyarakat

Kondisi masyarakat di Pagelaran yang heterogen cukup memberikan andil dalam perubahan perilaku peserta didik. Nilai-nilai islami sebagai pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal, kurang optimal dalam pengamalannya karena berbenturan dengan lingkungan pergaulan peserta didik. Misalnya dalam hal berpakaian yang sopan dan tidak menampakkan aurat bagi wanita. Peserta didik mengetahui tentang

24

(41)

adab berpakaian yang baik dan sopan. Namun, hal itu bertentangan dengan kondisi lingkungan yang umumnya tidak menutup aurat. Bahkan cenderung memamerkan auratnya. Contoh lain adalah minuman keras yang sudah jelas keharamannya. Hampir bisa dipastikan bahwa setiap acara yang diselenggarakan di lingkungan masyarakat terdapat unsur minuman keras. Sekali lagi, jelas bertentangan dengan apa yang diajarkan.25

Dari sisi ini, dibutuhkan kerja ekstra pembina untuk terus memotivasi dan menanamkan nilai-nilai islami terhadap peserta didik agar tetap konsisten dan memiliki kebanggaan terhadap Islam dan ajarannya.

- Faktor arus globalisasi modern

Perkembangan teknologi yang sangat cepat tidak bisa dihindari. Bersamaan dengan itu, dampak negatif bagi peserta didik pun mengikutinya. Informasi yang tidak disaring dengan filter iman yang kuat akan diterima begitu saja oleh peserta didik dan dianggap sebagai suatu nilai baku untuk diterapkan dalam kehidupannya. Terbukanya akses internet dengan segala fasilitas yang memanjakan penggunanya seakan bebas untuk berselancar ke mana saja, kapan saja dan dimana saja menjadikan pembina ekstrakurikuler PAI bekerja ekstra untuk menanamkan nilai-nilai akhlak mulia kepada peserta didik.

25

(42)

C. Analisis

Upaya mengantisipasi minimnya jumlah jam pelajaran mata pelajaran PAI yang seringkali dikeluhkan para guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah melalui kegiatan tambahan di luar jam pelajaran sekolah atau lebih dikenal dengan kegiatan ekstrakurikuler. Urgensi pembinaan akhlak mulia bagi peserta didik senantiasa perlu dilakukan kapan saja dan dimana saja mengingat begitu pesatnya perkembangan dunia yang tidak lagi mengedepankan nilai-nilai moral. Pandangan tentang ilmu pengetahuan yang bebas nilai (free value) akan semakin menghilangkan moralitas peserta didik yang seharusnya memiliki pandangan sebaliknya (sarat nilai).

Semua warga sekolah berkewajiban untuk ikut serta memelihara, membina dan mengembangkan akhlak mulia dimana saja ia berada. Pembina ekstrakurikuler sebagai saah satu unsur penting dalam upaya tersebut, juga turut serta berperan aktif dalam menanamkan akhlak mulia bagi peserta didik.

Sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari observasi, dokumentasi dan wawancara dalam penelitian ini, dapatlah penulis paparkan sebagai berikut:

1. Bentuk kegiatan ekstrakurikuler PAI di SMP 17 1 Pagelaran

(43)

sendiri. Bahkan jenis kegiatan ekstrakurikuler ada yang bersifat sesaat seperti karyawisata atau bakti sosial, ada pula yang sifatnya berkelanjutan seperti Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR) dan sebagainya.26 Demikian pula halnya dengan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang diharapkan mampu menunjang mata pelajaran PAI. Ada yang sifatnya sesaat (masuk dalam program kegiatan tahunan), ada pula yang sifatnya berkelanjutan (masuk dalam program mingguan dan bulanan).

Berbagai bentuk pengembangan kegiatan ekstrakurikuler tersebut disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, fasilitas dan sumber daya yang dimiliki sekolah masing-masing. Kreatifitas pembina sangat dibutuhkan dalam mengelola berbagai kegiatan tersebut agar tidak menimbulkan kebosanan bagi peserta didik dan bukan merupakan sebuah rutinitas belaka. Terdapat 11 jenis kegiatan ekstrakurikuler PAI yang dikembangkan di SMP 17 1 Pagelaran . Semuanya merupakan sarana yang turut menunjang dalam proses pembinaan akhlak mulia.

Kegiatan-kegiatan tersebut yaitu: a. Ibadah mingguan/Tazkir Jumat b. Program Belajar Membaca al-Qur’an c. Mentoring

d. Tazkir/Pengajian

e. Peringatan Hari Besar Islam f. Kegiatan Ramadhan

26

(44)

1) Buka Puasa Bersama. 2) Pondok Ramadhan g. Pesantren Kilat

h. Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) i. Pengembangan Kreatifitas Peserta Didik

1) Mading (majalah dinding) 2) Teater

3) Band Islam j. Bakti Sosial k. Wisata Dakwah

Inti dari pengembangan kegiatan-kegiatan tersebut adalah pengembangan kepribadian peserta didik. Karena itu, profil kepribadian yang matang atau kaffah merupakan tujuan utama kegiatan ekstrakurikuler.27Matang memiliki makna mampu mengaktualisasikan diri dan kaffah merupakan perwujudan segala prilaku (ucapan, pikiran dan tindakan) yang selalu diperhadapkan kepada Allah swt.

2. Upaya Pembinaan Akhlak di SMP 17 1 Pagelaran

Islam sebagai agama yang komprehensif senantiasa memberikan tuntunan yang baik dalam mengatur tata kehidupan manusia. Demikian pula dalam upaya pembinaan akhlak. Abuddin Nata mengemukakan bahwa pembinaan akhlak yang ditempuh Islam adalah melalui beberapa

27

(45)

cara yaitu dengan cara/sistem yang integrated; menggunakan sarana ibadah untuk diarahkan pada pembinaan akhlak, pembiasaan sejak kecil dan kontinyu, dengan cara paksaan (pada tahap tertentu), melalui keteladanan, dengan menganggap diri banyak kekurangan dibanding kelebihan, memperhatikan kejiwaan manusia yang berbeda menurut usia.28 Cara-cara yang ditempuh tersebut merupakan upaya mewariskan nilai-nilai luhur budaya kepada peserta didik dalam membentuk kepribadian yang intelek bertanggungjawab. Bagi penulis, Hal tersebut dapat dilakukan melalui pergaulan, memberikan suri tauladan, serta mengajak dan mengamalkan. Selain itu, sebagai motivator, transmitter dan fasilitator, pembina ekstrakurikuler juga harus mampu untuk memberikan motivasi, menyebarkan kebijaksanaan dan memfasilitasi sumber belajar bagi peserta didik. Ada tiga hal penting yang penulis identifikasi sebagai upaya yang telah dilakukan pembina ekstrakurikuler PAI dalam pembinaan akhlak peserta didik, yaitu:

a. Menanamkan dan membangkitkan keyakinan beragama

1) Memberikan pemahaman tentang akhlak kepada Allah swt. 2) Memberikan pemahaman untuk meneladani akhlak Nabi

Muhammad saw.

b. Menanamkan etika pergaulan

1) Akhlak dalam lingkungan keluarga 2) Akhlak dalam lingkungan masyarakat

28

(46)

3) Akhlak dalam lingkungan sekolah c. Menanamkan kebiasaan yang baik

1) Membiasakan untuk disiplin

2) Membiasakan untuk bertanggungjawab

3) Membiasakan untuk melakukan hubungan sosial 4) Membiasakan untuk melakukan ibadah ritual

Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pembina ekstrakurikuler PAI di SMP 17 1 Pagelaran tersebut menunjukkan betapa pentingnya pembinaan akhlak bagi remaja sehingga perlu dilakukan dalam berbagai cara.

3. Faktor pendukung dan penghambat

a. Faktor Pendukung 1) Kurikulum

2) Tenaga Pembina dan Warga Sekolah 3) Peran Serta Orang Tua

b. Faktor Penghambat 1) Faktor Internal 2) Faktor Eksternal

a) Lingkungan Keluarga b) Lingkungan Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) Manajemen berbasis sekolah di SD Muhammadiyah Karangkajen memiliki karakteristik yang khusus di antaranya yaitu kepemimpinan

Mengacu kepada penelitian dari para ahli komunikasi tersebut, kesimpulan dari teori ini adalah terpaan media mampu mempengaruhi para penonton melewati intensitas menonton yang

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Secara serempak faktor kemandirian, modal, emosional dan pendidikan berpengaruh

Penelitian tentang kemampuan manusia untuk hidup dalam lingkungan kerja tertentu, yang dipengaruhi oleh temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

Selain dilakukan proses coating pada logam stainless steel yang digunakan sebagai elektroda, dapat pula dilakukan penambahan media pada larutan elektrolit agar

Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang Republik

Kompleksitas tugas berkaitan erat dengan kualitas audit. Kompleksitas tugas adalah persepsi auditor tentang kesulitan suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya

industrijski ž ivot radnika bio u rukama njihovih predradnika.. Ona je stajala pored radnica i vrednovala kvalitetu “svako g artikla”. Sto g a je odnos s njima trebao biti