• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL SEBAGAI COLLATERAL (AGUNAN) UNTUK MENDAPATKAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL SEBAGAI COLLATERAL (AGUNAN) UNTUK MENDAPATKAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL SEBAGAI

COLLAT ERAL

(AGUNAN) UNTUK MENDAPATKAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA

Sri Mulyani

Fakult as Hukum UNTAG Semarang, E-mail: mulyaniargo@yahoo. com

Abst ract

Int el l ect ual Pr oper t y Ri ght s i s gr ant ed t he excl usi ve r i ght s t o cr eat or s, i nvent or s or desi gner s f or t he cr eat ion or i nvent i on t hat has commer ci al val ue, ei t her dir ect l y or t hr ough t he aut omat i c r egi st r at i on of t he r el evant agencies as awar ds, r ecognit ion shoul d be gi ven t he pr ot ect ion of t he r i ght s of t he communit y devel opment l aw. Gl obal l y, t he IPR wi l l be used as col l at er al t o obt ai n a bank l oan int er nasional . In t hi s l aw i s necessar y t o r eal i ze t he concept of l egi sl at ion i n each count r y who ar e wi l l i ng t o appl y t hat r egul at e subst ance l oadi ng, bi ndi ng, and r egi st r at i on of i nt el l ect ual pr oper t y as col l at er al .

Key wor ds: devel opment of int el l ect ual pr oper t y r i ght s, col l at er al , bank cr edit in Indonesi a

Abst rak

Hak Kekayaan Int elekt ual merupakan hak eksklusif yang diberikan negara kepada para kreat or, invent or at au pendesain at as hasil kreasi at au t emuannya yang mempunyai nilai komersial, baik langsung secara ot omat is at au melalui pendaf t aran pada inst ansi t erkait sebagai penghargaan, pengakuan hak yang pat ut diberikan perlindungan hukum. Perkembangan masyarakat global, HKI akan dij adikan col l at er al (agunan) unt uk mendapat kan kredit perbankan secara int ernasional. Unt uk mewuj udkan konsep hukum ini diperlukan perat uran perundang-undangan di masing-masing negara yang bersedia menerapkannya yang mengat ur subst ansi pembebanan, pengikat an, dan pendaf t aran HKI sebagai col l at er al.

Kat a kunci: Pengembangan HKI, collat eral, kredit perbankan di Indonesia

Pendahuluan

Sej ak awal abad 18 bangsa Eropa sudah mulai memikirkan soal Hak Kekayaan Int elek-t ual (HKI). Hal ini elek-t ercermin pada pameran in-t ernasional ain-t as penemuan-penemuan baru di Vienna pada t ahun 1873. Beberapa negara ke-mudian enggan mengikut i pameran-pameran sepert i it u, karena t akut ide-ide baru t ersebut dicuri dan diekploit asi secara komersial di ne-gara lain. Sej ak saat it u mulai t imbul kebut uh-an perlindunguh-an secara int ernasional at as karya int elekt ual.1

Sist em hukum yang berkembang di ma-sing-masing negara, t ermasuk di Indonesia, da-lam bidang hak kekayaan int elekt ual, sangat dipengaruhi oleh hukum int ernasional dan j uga

1 Venant i a Hadi ari ant i, “ Konsep Dasar Pember ian Hak

dan Perl indungan Hukum HKI” , Jur nal Gl or i a Jur i s, Vol . 8 No. 2, Mei-Juni 2008, hl m. 1

oleh hukum negara-negara lain. Hal ini t idak bi-sa dinaf ikan, karena bagaimanapun j uga sist em hukum int ernasional yang mengat ur me-ngenai hak kekayaan int elekt ual lebih duluan lahir dan berkembang secara dinamis dan progresif di-bandingkan dengan hukum nasional.2

Ada dua lembaga mult ilat eral yang ber-hubungan dengan HKI adalah WIPO dan TRIP’ s (Tr ade Rel at ed Int el l ect ual Pr oper t y Ri ght s). WIPO ada di bawah lembaga PBB dan TRIP’ s la-hir dalam Put aran Uruguay diakomodasi oleh WTO. Pembent ukan WTO (Wor l d Tr ade Or gani -zat ion) merupakan salah sat u wuj ud lembaga ekonomi yang dibent uk unt uk menangani

2 Syaf r inal di , “ Sist em Hukum Hak Kekayaan Int el ekt ual ”,

(2)

nomi global yang sarat dengan st andar-st andar regional dan int ernasional.3

TRIP’ S (Tr ade Rel at ed Aspecs Int el ect ual Pr oper t y Ri ght s), merupakan kesepakaan int er-nasional yang paling komprehensif di bidang HKI. Perj anj ian Trip’ s adalah suat u perpaduan yang unik dari prinsip-prinsip dasar Gener al Ag-r eement on TaAg-r if f s and TAg-r ade (GATT). TRIP’ s bukanlah t it ik awal t umbuhnya konsep hak ke-kayaan int elekt ual. Berbagai konvensi int erna-sional t elah lama dilahirkan, dan t elah bebe-rapa kali diubah, namun yang signif ikan dan menj adi dasar ut ama bagi konsep i ndust r i al pr oper t y adalah Par i s Convent ion f or t he Pr o-t eco-t i on of Induso-t r i al Pr oper o-t y (Par i s Conven-t i on), sedangkan unConven-t uk bidang copyr i ghConven-t adalah Ber ne Convent ion f or t he Pr ot ect ion of Lit e-r ae-r y and Ae-r t i st i c Woe-r ks (Bee-r ne Convent ion).

Indonesia t ermasuk anggot a kedua orga-nisasi t ersebut dengan merat if ikasi Par i s Con-vent ion f or t he Pr ot ect i on of Indust r i al Pr o-per t y and Convent i on Est abl i shi ng t he Wor l d Int el l ect ual Pr oper t y Or gani zat ion; merat if i-kasi hasil-hasil keput usan Uruguay Round de-ngan Undang-undang No. 7 Tahun 1994 t ent ang Rat if ikasi WTO. Beberapa konvensi int ernasio-nal yang t elah dirat if ikasi Indonesia adalah: per t ama, TRIP’ s (Tr ade Rel at ed Aspect s Int e-l ect uae-l Pr oper t y Ri ght s) (dirat if ikasi dengan UU No. 7 Tahun 1994); kedua, Paris Convent i on f or Pr ot ect ion of Indust r i al Pr oper t y (Keppres No. 15 Tahun 1997); ket i ga, PCT (Pat ent Co-oper a-t i on Tr eaa-t y) and Regul aa-t ion Under a-t he PCT (Ke-pres No 16 Tahun 1997); keempat, Tr ademar k Law Tr eat y (Keppres No. 16 Tahun 1997). kel i ma, Ber ne Convent ion f or t he Pr ot ect i on of Li -t er ar y and Ar -t is-t i c Wor ks (Keppres No. 18 Tahun 1997); dan keenam, Organisasi Int ernasional yang mewadahi HKI yait u WIPO (Wor l d Int elec-t ual Pr oper elec-t y Or ganizaelec-t ion) (Keppres No. 19 Tahun 1997).

Konsekuensi keikut sert aan Indonesia sebagai anggot a WTO (Wor l d Tr ade Or gani zat i -on), mengambil langkah-langkah pent ing t er-masuk menyelaraskan perangkat perat uran per-undang-undangan di bidang HKI dengan ket

3

Haedah Far adz, “ Perl indungan Hak At as Merek” , Jur nal Di nami ka Hukum, Vol . 8 No. 1, Januari 2008, hl m. 39

t uan-ket ent uan dalam Perj anj ian TRIP’ s, se-hingga pada t ahun 1997 Pemerint ah Indonesia mengadakan revisi beberapa perangkat perat u-ran perundang-undangan di bidang HKI, yait u UU Hak Cipt a 1987 j o UU No. 6 Tahun 1982, UU Pat en 1989 dan UU Merek 1992. Pada t ahun 2000 disahkan t iga UU baru di bidang HKI yait u UU No. 30 Tahun 2000 t ent ang Rahasia Dagang, UU No. 31 Tahun 2000 t ent ang Desain Indust ri, dan UU No. 32 Tahun 2000 t ent ang Desain Tat a Let ak Sirkuit Terpadu. Dalam upaya unt uk me-nyelaraskan semua perat uran perundang-un-dangan di bidang HKI dengan perj anj ian TRIP’ s, pada t ahun 2001 pemerint ah Indonesia menge-sahkan UU Nomor 14 Tahun 2001 t ent ang Pat en dan UU No. 15 Tahun 2001 t ent ang Merek. Ke-dua UU ini menggant ikan UU yang lama. Pada pert engahan t ahun 2002 di-sahkan UU No. 19 Tahun 2002 t ent ang Hak Cipt a yang menggant i-kan UU yang lama.

Wor l d Int el ect ual Pr oper t y Or gani z-at ion (WIPO) sebagai badan khusus PBB yang memiliki ot orit as di bidang Int elect ual Pr oper t y Ri ght s (IPR), memberikan def inisi HKI sebagai beri-kut :4 Ver y br oadl y, i nt elect ual Pr oper t y means t he l egal r ight s whi ch r esul t f r om i nt el l ect ual act i vi t y in t he indust r i al , sci ent i f i c, l i t er ar y and ar t i st i c f i l eds” ,

Perkembangan masyarakat global, HKI di-j adikan akses unt uk mendapat kan kredit per-bankan secara int ernasional.5 Commi ssion6 da-lam pert emuannya pada sesi ke-39 t ahun 2006, mencat at bahwa kekayaan int elekt ual (sepert i copyr i ght , pat ent , dan t r ademar k) t elah

4 Worl d Int el ect ual Propert y Organizat ion, Int el ect ual

Propert y Reading Mat er ial , WIPO Publ i ct ion No. 476 (E), Geneve 1995, hl m. 5

5

Bisnis Indonesia, Senin, 23 Agust us 2010, hl m. 1. pada t anggal 19-23 Mei 2008 t el ah dil aksanakan sidang ke-13 Uni t ed Nat i ons Commi ssi on on Int er nat i onal Tr ade Law (UNCITRAL) Working Group VI on Secur i t y Int er est s di New York, membahas mat eri secur i t y r i ght s i n i nt el ect ual pr oper t y (hak j ami nan dal am kekayaan int el ekt ual ) akan dij adikan sebagai col l at er al (agunan)

unt uk mendapat kan kredit perbankan secar a

int ernasional . Lihat j uga dal am Cakraw al a Hukum Si dang UNCITRAL Working Group VI on Secur it y Int erest , New York, 19-23 Mei 2008 dal am Bul et i n Hukum Per bankan dan Kebansent r al an, Vol . 6, No. 2, Agust us 2008, hl m. 39,

6

(3)

j adi sumber pembiayaan perbankan.7 Bahkan masuknya HKI sebagai col l at er al, di samping menj amin keamanan bagi kredit ur dengan me-ngambil alih semua aset perusahaan t erkenal, j uga menambah garis sumber keuangan unt uk pemulihan ut ang. 8

Fenomena ini t ent unya sangat berart i ba-gi pelaku bisnis yang mempunyai produk yang dilindungi hukum HKI unt uk dapat mengakses kredit perbankan dalam rangka mengembang-kan usahanya yang membut uhmengembang-kan modal. Modal merupakan salah sat u f akt or penent u berkem-bangnya suat u usaha. Kot ler menyebut kan bah-wa t erdapat beberapa f akt or yang berpenga-ruh t erhadap kesej aht eraan suat u bangsa, yait u modal, yang t erdiri dari:9 per t ama, nat ur al ca-pi t al (modal Alami): t anah, air, kayu, mineral, dan sebagainya; kedua, physi cal capi t al (modal f isik): mesin, mesin, bangunan, f asilit as publik lainnya; ket i ga, human capi t al (modal insani): nilai produkt if Sumber Daya manusia, Hak Kekayaan Int elekt ual (HKI); dan keempat, so-ci al capi t al (modal sosial): nilai-nilai keluarga, masyarakat , berbagai organisasi yang dibent uk masyarakat.

Human capi t al (modal insani) merupakan salah sat u modal yang berpengaruh t erhadap kesej aht eraan suat u bangsa, dalam karakt er modal ini hak kekayaan int elekt ual merupakan i nt angi bl e asset . Hak kekayaan int elekt ual dili-hat dari perspekt if ekonomi mampu memberi-kan kont ribusi pert umbuhan ekonomi suat u bangsa, sebagaimana dinyat akan oleh St uart E. Eizenst at bahwa perlindungan at as inovasi

7 Dal am hal ini hak kekayaan int el ekt ual dij adikan

sebagai col l at er al unt uk mendapat kan kredit dar i perbankan. Dengan perkat aan l ai n, col l at er al menj adi dasar bagi per-bankan unt uk menyal urkan pembi ayaan bagi nasabahnya baik sebagai owner, maupun l i censee dar i hak kekayaan int el ekt ual ,

8

Andr ea Tosat o, “ Securi t y int erest over int el l ect ual propert y” , Jour nal of Int el l ect ual Pr oper t y Law & Pr act i ce, Vol . 6 No. 2, hl m. 2

9

Kot l er dkk, The Mar ket i ng of Nat i ons, A St r at egi c Appr oach t o Bui l di ng Nat i onal Weal t h, The Free Press New York, 1997, dal am Bunga Rampai Hak At as Kekayaan Int el ekt ual , t ul i san Nashir l , IPS (Indonesian Int el l ect ual Propert y Societ y), 2001, hl m. 137 dal am Budi Sant oso, Per geser an Pandangan Ter adap Hak Ci pt a St udi per geser an pandangan t ent ang Hak Ci pt a di Amer i ka Ser i kat dan di Int donesi a, Pidat o Pengukuhan di sampaikan pada Upacara Peneri maan Jabat an Gur u Besar dal am Il mu Hukum pada Fakul t as Hukum Uni versit as Di ponegoro, 22 Maret 2011, hl m. 7

ngat pent ing bagi pert umbuhan negara maj u dan negara-negara berkembang di masa depan. Ada korelasi langsung ant ara perlindungan Hak Kekayaan Int elekt ual suat u negara at as hak pa-t en, hak cippa-t a, hak merek dagang dan perpa-t um-buhan sert a perkembangan ekonomi negara t ersebut .10 Hak Kekayaan Int elekt ual sangat lekat dengan pert umbuhan perekonomian suat u negara. Penghargaan dan perlindungan t erha-dap karya-karya int elekt ual akan mencipt akan iklim yang kondusif bagi kreat ivit as dan daya inovasi masyarakat . Sement ara it u, pert umbuh-an perekonomiumbuh-an suat u negara t ergumbuh-ant ung pada invest asi asing.11

Di Indonesia, bent uk-bent uk agunan kre-dit yang diakui berdasarkan Perat uran Bank In-donesia at au PBI Nomor 9/ 6/ PBI/ 2007 t ent ang Perubahan Kedua at as PBI Nomor 7/ 2/ PBI/ 2005 t ent ang Penilaian Kualit as Akt iva Bank Umum, Pasal 46, meliput i: per t ama, surat berharga dan saham yang akt if diperdagangkan di bursa ef ek di Indonesia at au memiliki peringkat inves-t asi dan diikainves-t secara gadai; kedua, t anah, ge-dung, dan rumah t inggal yang diikat dengan Hak Tanggungan; ket i ga, mesin yang merupa-kan sat u kesat uan dengan t anah dan diikat de-ngan Hak Tanggude-ngan; keempat, pesawat uda-ra at au kapal laut dengan ukuuda-ran di at as 20 me-t er kubik yang diikame-t dengan hipome-t ek; kel i ma, kendaraan bermot or dan persediaan yang diikat secara f idusia; dan at au keenam, resi gudang yang diikat dengan Hak Jaminan at as Resi Gu-dang (UU No. 9 Tahun 2006 t ent ang Sist em Resi Gudang), khusus diperunt ukkan bagi obj ek agu-nan berupa hasil pert anian, perkebuagu-nan dan perikanan. Pengikat an Hipot ik diat ur berdasar-kan UU No. 17 Tahun 2008 t ent ang Pelayaran dan UU No. 1 Tahun 2009 t ent ang Penerbangan, sert a hanya diperunt ukkan bagi obj ek agunan berupa kapal laut dan at au pesawat udara de-ngan ukuran di at as 20 met er kubik. Hak ke-kayaan int elekt ual berdasarkan perat uran Bank

10 Ibi d, hl m. 24,

11 Mar yat i Bacht i ar, “ Pel aksanaan Hukum Terhadap Merek

(4)

Indonesia mengenai bent uk-bent uk agunan kre-dit sebagaimana t ersebut di at as, belum diat ur.

Prakt ik perbankan Indonesia belum dapat menerima hak kekayaan int elekt ual (HKI) seba-gai obj ek j aminan f idusia. Sebaseba-gaimana di-nyat akan oleh Dirj en Hak Kekayaan Int elekt ual Depart emen Hukum dan HAM, Andy N Sommeng dalam acara pembukaan seminar yang diseleng-garakan oleh Indonesi an Int el l ect ual Pr oper t y Al umni Associ at ion bekerj a sama dengan Japan Pat en Of f ice, bahwa sert if ikat HaKI di luar ne-geri, sebagai agunan ke bank sudah berj alan.12

Perj anj ian j aminan merupakan accesoir dari perj anj ian kredit ant ara debit ur dan kredi-t ur. Dengan disepakakredi-t inya perj anj ian kredikredi-t an-t ara pengusaha (debian-t ur) dan Bank selaku kre-dit ur, maka t erj adi hubungan hukum di mana sebenarnya t elah t erj adi dua kepent ingan yang saling bert ent angan (conf l i ct of i nt er est), yait u di sat u pihak debit ur membut uhkan kredit de-ngan mudah dan cepat , di lain pihak kredit ur (bank) memerlukan kepast ian dan pengamanan t erhadap pengembalian pelunasan ut ang mela-lui kredit dalam wakt u yang t epat dengan obj ek kebendaan sebagai j aminan yang mudah diekse-kusi, sedangkan hak kekayaan int elekt ual (HKI) merupakan kebendaan yang t idak berwuj ud se-bagai aset perusahaan (i nt angi bl e asset ) di ma-na eksist ensi hak kekayaan int elekt ual belum ada pengat uran hukumnya sebagai obj ek j ami-nan. Di samping it u j uga kesulit an di dalam memprediksi nilai HKI pada wakt u pemberian kredit maupun eksekusi HKI, apabila debit ur wanprest asi.

Berdasarkan lat ar belakang di at as, maka permasalahan yang akan dibahas dalam art ikel ini adalah sebagai berikut . Per t ama, bagaimana konsep HKI dalam perspekt if col l at er al (agun-an)? Kedua, bagaimana konsep HKI sebagai col -l at er a-l da-lam sist em j aminan f idusia di Indo-nesia?

Pembahasan

12 Kement eri an Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah,

Deput i Bi dang Pengembangan dan Rest rukt ur isasi Usa-ha, Fungsi Ser t i f i kasi HaKI Sebagai Agunan Bel um Ber -j al an, ht t p: / / www. sent rakukm. com/ index. php/ direk-t orihaki/ 301 Jumadirek-t , 22 Ja-nuari 2010, akses, 1 Desem-ber 2010

Konsep HKI dalam Perspektif Collat eral Secara hist oris konsep HKI sebagai obj ek j aminan lahir dan berkembang di negara barat yang sudah berj alan kepast ian perlindungan HKInya. Pent ingnya hak kekayaan int elekt ual dapat dij adikan obj ek j aminan (col l at er al) me-ngingat perkembangan dunia usaha di mana pe-milik produk sekaligus sebagai pepe-milik HKI pada produk yang dihasilkannya sangat membut uh-kan modal dengan mengadauh-kan perj anj ian kre-dit dengan HKI sebagai obj ek j aminan.

Menurut Deborah Schavey Ruf f , Mayer, Brown & Plat t (1999) penggunaan merek dagang sebagai j aminan at as pembiayaan yang aman t elah menj adi pilihan yang menarik bagi pemin-j am.13 Merek dagang bagian dari HKI yang di-akui dengan baik sering lebih menarik daripada j enis lain j aminan, karena biasanya ada risiko kredit yang lebih rendah, yang menghasilkan biaya yang lebih rendah pembiayaan, dan se-ring kali perj anj ian j aminan merek dagang akan memungkinkan peminj am unt uk mengamankan pembiayaan t anpa perlu unt uk mengubah st ruk-t ur modalnya. Dalam Inst it ut Hukum Amerika dan Konf erensi Nasional Komisaris pada Uni-f orm Negara Hukum yang diadopsi revisi Pasal 9 dari Unif orm Comercial Code t ahun 1998, Ame-rika menambahkan j enis baru dari j aminan yang dapat digunakan benda t idak berwuj ud (i nt a-ngi bl e) sebagai agunan (col l at er al ).14

Sist em hukum j aminan yang obj eknya t er-diri dari benda adalah sub sist em dari sist em hukum benda yang mengandung sej umlah asas hukum kebendaan. Ist ilah benda sering diart i-kan hart a kekayaan, dalam prakt ik bisnis lazim disebut “pr oper t y”at au komodit i” . Ist ilah ben-da merupakan t erj emahan ben-dari kat a zaak (Be-landa). Beberapa ahli hukum memberikan pe-ngert ian benda, bahwa benda adalah segala se-suat u yang dapat dimiliki dengan hak milik at au segala sesuat u yang dapat menj adi obj ek

13 Debor ah Ruf f Schavey, Mayer , Brown, Pl at t , 1999,

Navi gat i ng Unchar t ed wat er s t aki ng secur i t y i nt er est i n Uni t ed St at e Tr ademar ks, ht t p: / / www. securi t izat ion. net / knowl edge/ t ransact ions/ wat ers. asp, akses t gl 23 sept 2011

14 Lars S. Smit h, “ General Int angi bl e or Comercial Tort :

(5)

hak milik. Konsep benda yang t erdapat dalam Pasal 499 KUHPerdat a adalah t iap-t iap benda dan hak yang dapat menj adi obj ek dari hak milik. Benda dalam art i ilmu penget ahuan hu-kum adalah segala sesuat u yang dapat menj adi obj ek hukum. Sebagai salah sat u hak kebenda-an, dalam hak kekayaan int elekt ual t erkandung dua hak, selain hak ekonomi yang bisa membe-rikan keunt ungan dalam bent uk royalt i, j uga t erkandung hak moral (mor al r i ght s) yang sela-lu melekat pada pemiliknya. Hak ekonomi (eco-nomi c r ight s) sif at nya bisa dialihkan at au dipin-dahkan pada orang lain (t r ansf er abl e), sehingga orang lain sebagai penerima peralihan hak j uga mendapat kan keunt ungan ekonomi.15

Ist ilah hukum j aminan merupakan t erj e-mahan dari ist ilah secur it y of l aw, zeker hei d-st el l l i ng at au zeker hei dsr echt en. Dalam prakt ik perbankan ist ilah j aminan dan agunan dibeda-kan. Ist ilah j aminan mengandung art i sebagai kepercayaan/ keyakinan dari bank at as kemam-puan at au kesanggupan debit ur unt uk melaksa-nakan kewaj ibannya, sedangkan agunan diart i-kan sebagai barang at au benda yang dij adii-kan j aminan unt uk melunasi ut ang nasabah debit ur. Jaminan dalam perspekt if Undang-undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana t elah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 diart ikan sebagai “ kayakinan at as it ikad dan kemampuan sert a keanggupan nasabah debit ur unt uk melu-nasi ut angnya at au mengembalikan pembiayaan di-maksud sesuai yang diperj anj ikan.16 Penger-t ian j aminan Penger-t erdapaPenger-t dalam SK Direksi Bank Indonesia Nomor 23/ 69/ KEP/ DIR t anggal 28 Februari 1991, yait u suat u keyakinan kredit ur, bank at as kesanggupan debit ur unt uk melunasi kredit sesuai dengan yang diperj anj ikan. Se-dangkan pengert ian agunan diat ur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah j aminan t ambahan yang diserahkan

15

Agung Suj at miko, “ Perj anj i an Lisensi Merek Terkenal ”, Jur nal Mi mbar Hukum, Vol . 22 No. 2, 2010, Fakul t as Hukum UGM, hl m. 257,

16 Penj el asan Pasal 8 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun 1992

se-bagaimana t el ah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998: Mengingat bahwa agunan sebagai sal ah sat u unsur pemberi an kredit , maka apabil a berdasarkan unsur-unsur l ain t el ah diperol eh keyakinan, agunan ha-nya dapat berupa barang, proyek, at au hak t agih yang di bi ayai dengan kredit yang bersangkut an,

nasabah debit ur kepada bank dalam rangka pemberian f asilit as kredit at au pembiayaan berd-asarkan Prinsip Syariah. Hukum j aminan kebendaan adalah sub sist em dari hukum benda yang mengandung sej umlah asas hak kebendaan (r eal r i ght), sedangkan hukum j aminan orangan merupakan sub sist em dari hukum per-j anper-j ian yang mengandung asas pribadi (per sonal r i ght ). Jaminan bersif at perorangan, at au j ami-nan pihak ket iga dalam bent uk peami-nanggungan (bor gt ocht ). Bor gt ocht diat ur dalam B. W. buku III Bab XVII pasal 1820 s/ d 1850.17

Pent ingnya j aminan dalam perj anj ian kredit bank adalah sebagai salah sat u sarana perlindungan hukum bagi keamanan bank dalam mengat asi risiko, agar t erdapat suat u kepast ian hukum nasabah debit ur akan melunasi pinj am-annya. Konsep hukum j aminan adalah adanya hubungan hukum ant ara debit ur dan kredit ur dalam perj anj ian pinj am meminj am seagai per-j anper-j ian pokok dan adanya obper-j ek per-j aminan seba-gai perj anj ian acessoi r (perj anj ian t ambahan). Dalam perat uran perundang-undangan, kat a-kat a j aminan t erdapat dalam Pasal 1131 KUH-Perdat a dan Pasal 1132 KUHKUH-Perdat a, dan dalam penj elasan Pasal 8 Undang-undang Nomor 7 Ta-hun 1992 dan Undang-undang Nomor 10 TaTa-hun 1998.

Secara t eorit is, HKI dapat dij adikan j ami-nan ut ang, karena HKI merupakan hak kebenda-an ykebenda-ang bernilai ekonomi. Di dalam Pasal 40 ayat (1) UU Nomor 15 Tahun 2001 t ent ang Me-rek, Pasal 3 (ayat 2) UU Hak cipt a, Pasal 66 ayat (1) UU Pat en, Pasal 5 ayat (1) UU Rahasia

17 Jaminan penanggungan hut ang (Bor gt ocht) adal ah

(6)

Dagang, Pasal 31 ayat (1) UU Desain Indust ri, Pasal 23 ayat (1) UU Desain Tat a Let ak Ter-padu, merupakan ket ent uan yang mengat ur mengenai pengalihan hak yait u dapat beralih at au dialihkan, karena pewarisan, hibah, wasi-at , perj anj ian t ert ulis, sebab lain yang dibenar-kan perat uran perundang-undangan. HKI t erma-suk benda bergerak yang t idak berwuj ud (Pasal 499 KUHPerdat a) dapat beralih at au dialihkan karena perj anj ian t ert ulis. Perj anj ian t ert ulis yang dimaksud adalah dapat dit af sirkan (diin-t erpre(diin-t asikan) sebagai perj anj ian j aminan de-ngan obj ek HKI.

Konsep Penilaian HKI sebagai Collat eral Ada beberapa pendekat an unt uk menilai HKI sebagai obj ek j aminan. Shannon P. Prat t , Alina V. Naculit ,18 memberikan t iga ukuran da-lam menilai HKI. Per t ama, pendekat an pasar (mar ket appr oach). Dalam pikiran Shannon P. Prat t , Alina V. Naculit pendekat an pasar menye-diakan kerangka kerj a sist emat is unt uk mem-perkirakan nilai aset t idak berwuj ud berdasar-kan analisis penj ualan akt ual dan/ at au t ransak-si lisenransak-si berwuj ud yang sebanding dengan ob-j ek. Kedua, Pendekat an pendapat an (i ncome appr oach). Pendekat an pendapat an menyedia-kan kerangka kerj a sist emat is unt uk memper-kirakan nilai aset t idak berwuj ud berdasarkan kapit alisasi pendapat an ekonomi at au nilai se-karang dan nilai masa depan. Nilai "pendapat an ekonomi" akan berasal dari penggunaan, lisensi, at au penyewaan at as merk t ersebut . Ket i ga, pendekat an biaya (cost appr oach). Pendekat an biaya menyediakan kerangka kerj a sist emat is unt uk memperkirakan nilai aset t idak berwuj ud berdasarkan prinsip ekonomi subst it usi yang padan dengan biaya yang akan dikeluarkan se-bagai penggant i yang sebanding sese-bagaimana f ungsi ut ilit as.

Mendasarkan konsep penilaian di at as, t erkait dengan penilaian HKI sebagai obj ek j a-minan lebih mengarah pada pendekat an pen-dapat an, karena dengan met ode penpen-dapat an

18 Shannon P. Pr at t , Al ina V. Nacul it a, 2008, Val ui ng a

Busi ness The Anal ysi s and Appr ai sal of Cl osel y Hel d Compani es, New York: Thir d Edit ion, Shannon Prat t Val uat ion, Inc, Copyright by The Mc-Graw Hil l Companies, hl m. 367-369,

memperkirakan nilai asset t idak berwuj ud (HKI) berdasarkan kapit alisasi pendapat an ekonomi at au nilai sekarang dan nilai masa depan de-ngan melihat pada laporan keuade-ngan suat u pe-rusahaan di mana HKI masuk dalam akt iva t idak berwuj ud. Hal ini sej alan dengan pendapat Ed-ward M. Iacobucci dan Ralph A. Wint er19 bah-wa asset s secur it i zat ion i s t he par t i al or com-pl et e segr egat ion of a specif i c set of cash f l ows f r om a cor por at ion's ot her asset and t he issua-ce of secur i t ies based on t hese cash f lows.

Pendapat lain, dalam prakt ik akunt ansi konservat isma menekankan bahwa invest asi pe-rusahaan dalam Int el l ect ual Capi t al yang disaj i-kan dalam laporan keuangan perusahaan, diha-silkan dari peningkat an selisih ant ar nilai pasar dan nilai buku. Jadi, j ika misalnya pasarnya ef isien, maka invest or akan memberikan nilai yang t inggi t erhadap perusahaan yang me-miliki i nt el l ect ual capi t al lebih besar. Selain it u, j ika i nt el l ect ual capi t al merupakan sumber daya yang t erukur unt uk peningkat an compet it ive advant ages, maka i nt el l ect ual capi t al membe-rikan kont ribusi t erhadap kinerj a keuangan pe-rusahaan.20

Hak Kekayaan Int elekt ual merupakan i n-t angi bl e assen-t suat u perusahaan, diat ur dalam PSAK (Pernyat aan St andar Akunt ansi) No. 19 (revisi 2000) t ent ang Akt iva Tidak Berwuj ud. Konsep akt iva sesuai dengan paragraf 08 Per-nyat aan St andart Akunt asi Keuangan (PSAK) No. 19 t ahun 2000 adalah sumber daya yang diken-dalikan oleh perusahaan sebagai akibat perist i-wa masa lampau dan bagi perusahaan diharap-kan adiharap-kan menghasildiharap-kan manf aat ekonomis pada masa yang akan dat ang. Menurut Pernyat aan St andart Akunt asi Keuangan (PSAK) No. 19 (re-visi 2000) akt iva t idak berwuj ud adalah akt iva nonmonet er yang dapat diident if ikasi dan t i -dak mempunyai wuj ud f isik sert a dimiliki unt uk digunakan dalam menghasilkan at au

19 Edward M. Iacobucci dan Ral ph A. Wi nt er, “ Asset

Securi t izat ion and Asymmet ri c Inf ormat ion”, Jour nal of Legal St udi es, Vol . 34 No. 1, Januari 2005, by Uni versit y of Chicago Press, hl m. 161,

20 Zul iyat i, Ngur ah Arya, “ Int el l ect ual Capit al dan Ki nerj a

(7)

kan barang dan j asa, disewakan kepada pihak lainnya, at au unt uk t uj uan administ rat if . Akt iva t idak berwuj ud ant ara lain ilmu penget ahuan dan t eknologi, desain dan implement asi sist em at au proses baru, lisensi, hak kekayaan int e-lekt ual, penget ahuan mengenai pasar dan me-rek dagang (t ermasuk meme-rek produk/br and na-mes). Menurut Scot t J. Lebson, the col l at er a-l i zat ion of Int ea-l a-l ect uaa-l Pr oper t y r i ght s has emer ged f r om t he f r i nges of i nt el l ect ual asset management and i s now a maj or dr iver of com-mer ci al deci sions as t o how an IP por t f ol i o shoul d be cul t i vat ed. On account of t heir f i xed and pr edi ct abl e f or mat , st at ut or y r i ght s such as pat ent s, t r ade mar ks, and copyr i ght s have at t r act ed most of t he at t ent ion as means by whi ch secur it y is r ai sed f or a loan—but col l a-t er al i zaa-t i on is noa-t l i mia-t ed a-t o such r i gha-t s.21

Mendasarkan pemikiran di at as, bahwa Hak Kekayaan Int elekt ual yang merupakan i nt a-ngi bl e asset dalam sebuah perusahaan, apabila akan dij adikan col l at er al , harus di budayakan dalam laporan keuangan perusahaan yang ma-suk dalam akt iva t idak berwuj ud, sebagai sara-na unt uk menget ahui nilai asset perusahaan khususnya nilai hak kekayaan int elekt ual. Di samping it u dengan pemanf aat an dan pengelo-laan Int el l ect ual Capi t al yang baik oleh perusa-haan dapat membant u meningkat kan kinerj a perusahaan, yang berakibat nilai pasar perusa-haan akan meningkat (mar ket abl e), sehingga menj adi nilai t ambah bagi perusahaan unt uk mendapat kan akses kredit perbankan.

Konsep HKI sebagai Obj ek Jaminan dalam Sis-t em Jaminan Fidusia

Memahami makna kemanf aat an hukum dan f ungsi hukum pada dasarnya merupakan pengakaj ian t ent ang makna signif ikan suat u pe-rat uran hukum. Konsep hukum yang modern memiliki f ungsi unt uk memberikan kepast ian hukum dan perlindungan hukum akan berlaku-nya suat u perat uran hukum.22

21 Scot t J. Lebson, “ Trade secret s as col l at eral : a US

perspect ive”, Jour nal of Int el l ect ual Pr oper t y Law &

Pr act i ce, Vol . 2 No. 11, 2007, hl m. 726,

22 Sri Mul yani, “ Rekonst ruksi Pemikir an Yuri di s Int egr al

Dal am Pembaharuan Si st em Hukum Jami nan Fi dusi a Ber-pil ar Pancasil a”, Jur nal Il mi ah Hukum dan Di nami ka

Melihat dari sisi f ungsi hukum adalah bah-wa perundang-undangan t ent ang Fidusia di at as memiliki f ungsi ganda (dual f unct ion). Di sat u pihak perundang-undangan t ersebut berusaha unt uk memerankan diri sebagai sarana “soci al cont r ol” , yakni mengukuhkan perkembangan hukum di dalam masyarakat yang sudah diprak-t ikkan dalam j urisprudensi, diprak-t ediprak-t api di lain pihak j uga berusaha unt uk mendorong masyarakat khususnya pihak-pihak yang berkepent ingan (melakukan social engi neer i ng) unt uk menj un-j ung t inggi keun-j uun-j uran melalui kepast ian hukum ant ara lain melalui prosedur Pendaf t aran Jami-nan Fidusia, t idak hanya mengut amakan t ran-saksi pinj am-meminj am dengan proses yang di anggap sederhana, mudah dan cepat .23

Sampai saat ini pengat uran hukum yang j elas mengenai f idusia t et ap relevan, karena ant ara lain akan ber-kait an dengan Indeks Daya Saing Global (Wor l d Compet i t i veness Index, Wor l d Economi c For um), yang di ant ara bebera-pa bebera-paramet ernya berkait an dengan persoalan-persoalan hukum sepert i:24 Pr oper t y Ri ght s; Ju-di ci al Independence; Bur den of Gover nment r egul at i ons; Cor por at e Et hi cs; Fi nanci al Mar ket Sophi st i cat ion; Ease of Access t o Loans; Ef f i -ci ency i n Legal Fr amewor k.

Unt uk keperluan penj aminan kredit , ben-t uk pengalihan yang bisa digunakan dengan ob-j ek hak kekayaan int elekt ual adalah melalui perj anj ian j aminan. Adapun bent uk penj aminan yang paling t epat digunakan dalam hal ini ada-lah dengan menggunakan j aminan f idusia. Jaminan f idusia sebagai j aminan diberikan da-lam bent uk perj anj ian memberikan pinj aman uang, kredit ur mencant umkan dalam perj anj ian it u bahwa debit ur harus menyerahkan barang-barang t ert ent u sebagai j aminan pelunasan t ang piut ang. Dengan demikian hubungan hu-kum ant ara pemegang dan pemberi j aminan adalah hubungan perikat an, di mana pemegang j aminan (kredit ur) berhak unt uk menunt ut

Masyar akat, Vol . 7 No. 2, Apr il 2010 Fakul t as Hukum UNTAG Semarang, hl m. 1

23 Mul adi , Pent i ngnya Lembaga Jami nan Fi dusi a Dal am

meni ngkat kan Pembangunan Ekonomi Nasi onal, Seminar Nasional “ Probl emat ika Dal am Pel aksanaan Jaminan Fi dusia Di Indonesi a: Upaya Menuj u Kepast ian Hukum)” , Fakul t as Hukum USM, 16 Desember 2009, hl m. 3,

24

(8)

nyerahan barang j aminan dari debit ur (pemberi j aminan).25

Secara konsept ual j aminan f idusia me-rupakan j aminan yang bersif at kebendaan, se-t elah benda yang dibebani f idusia didaf se-t arkan di Kant or Pendaf t aran Fidusia. Jadi apabila benda yang dibebani f idusia t idak didaf t arkan, maka hak penerima f idusia yang t imbul dari adanya perj anj ian pembebanan f idusia, bukan merupakan hak kebendaan, t et api merupakan hak perorangan.26 Teori f idusia yang menj adi pedoman dalam t ulisan ini adalah perj anj ian pengalihan hak kepemilikan suat u benda at as dasar kepercayaan dengan ket ent uan hak ke-pemilikan at as benda yang dialihkan it u t et ap berada dalam penguasaan si pemilik benda. Fidusia sebagai salah sat u j aminan merupakan unsur pengaman kredit bank, yang dilahirkan dengan didahului oleh perj anj ian kredit bank. Konst ruksi ini menunj ukkan bahwa perj anj ian j aminan f idusia memiliki karakt er accessoir, yang diat ur dalam Undang-undang Jaminan Fi-dusia ( UU Nomor 42 Tahun 1999).

Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Jaminan Fidusia, menent ukan bahwa yang dimaksudkan dengan f idusia ialah pengalihan hak kepemilik-an suat u benda at as dasar kepercayakepemilik-an dengkepemilik-an ket ent uan bagi benda yang hak kepemilikannya dialihkan t ersebut t et ap dalam penguasaan pe-milik benda. Jaminan Fidusia merupakan hak j aminan at as benda bergerak baik yang ber-wuj ud maupun yang t idak berber-wuj ud dan benda t idak bergerak khususnya bangunan yang t idak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan seba-gaimana diat ur dalam UU Nomor 4 t ahun 1996 yang t et ap berada dalam penguasaan pemberi f idusia sebagai agunan bagi pelunasan ut ang t ert ent u yang memberika kedudukan yang di-ut amakan kepada penerima f idusia t erhadap kredit or lainnya (Pasal 1 ayat 2 UU Nomor 42 Tahun 1999 t ent ang Jaminan Fidusia).

25 Ahmad Zaini , “ Dinamika Perkembangan Lembaga

Jami-nan Fi dusia di Indonesia”, Jur nal Al Qal am, Vol . 24, No. 3, Sept ember-Desember 2007, hl m. 407,

26 Bet t y Dina Lambok, “ Akibat Hukum Per set uj uan Tert ul i s

dar i Peneri ma Fidusi a kepada Pemberi Fi dusi a unt uk Me-nyewakan Obj ek Jaminan Fidusia Kepada Pihak Ket iga” , Jur nal Hukum Pr o Just i t i a, Vol . 26 No. 3, Jul i 2008, hl m. 224,

Jaminan Fidusia dilihat dari aspek hukum memberikan pref erensi (hak didahulukan pelu-nasannya) dari kredit ur lain (konkuren) sebagai berikut . 27 Per t ama, pemegang f idusia memiliki hak yang didahulukan t erhadap kredit or lain-nya; kedua, pemegang f idusia mempunyai hak didahulukan dalam hal unt uk mengambil pelu-nasan piut angya at as hasil eksekusi benda yang menj adi obj ek j aminan f idusia; dan ket i ga, pe-megang f idusia mempunyai hak yang didahulukan dengan t idak hapus karena adanya kepailit -an d-an at au likuidasi.

Berlakunya Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 membawa perubahan bagi pengi-kat an j aminan f idusia yang t elah ada sebelum-nya yait u diperolehsebelum-nya kepast ian hukum, baik bagi pihak kredit ur maupun debit ur, yang di-t anggapi oleh Bank dengan menerbidi-t kan Suradi-t Edaran No. 00/ HK/ 003 t anggal 23 Pebruari 2000 perihal Pembuat an Akt a Jaminan Fidusia dibuat t erpisah oleh Not aris, yang sebelumnya pem-bebanan j aminan f idusia dilakukan secara di-bawah t angan dan menj adi sat u dalam Formulir Aplikasi Kredit at au dalam Perj anj ian Kredit pada bagian agunan.28

Kemaj uan t eknologi t elah mendorong la-hirnya hak-hak kekayaan int elekt ual (HKI) se-bagai agunan, yait u hak-hak at as kekayaan in-t elekin-t ual yang in-t imbul dan lahir karena kemam-puan sumber daya manusia. Hak Kekayaan Int e-lekt ual dapat berupa karya-karya di bidang ilmu penget ahuan, seni sast ra dan t eknologi yang di-lahirkan dengan adanya daya kreat ivit as sese-orang menj adikan karya it u bernilai. Secara umum Hak Kekayaan Int elekt ual dapat digo-longkan ke dalam: per t ama, hak cipt a dan hak yang berkait an dengan hak cipt a; kedua: Pat en dan pat en sederhana; ket i ga: merek dagang, merek j asa, nama dagang, indikasi asal dan indikasi geograf is; keempat: rahasia dagang; kel i ma: desain indust ri; dan keenam: (desain at as) t at a let ak sirkuit t erpadu.

27 Lihat Pasal 27 Undang-undang Jami nan Fi dusi a, 28 Markus Sur yout omo, Ef ekt i vi t as Pel aksanaan

(9)

Penaf siran menurut analogi dalam hukum perdat a, sering digunakan berhubung sif at nya yang pada umumnya hanya mengat ur saj a dan t idak memaksa.29 Penaf siran hak kekayaan int e-lekt ual sebagai obj ek j aminan f idusia, karena hak kekayaan int elekt ual t ermasuk benda ber-gerak yang t idak berwuj ud (immat eriil). Oleh karena it u berdasarkan penaf siran secara ana-logi, hal t ersebut dimungkinkan mengingat hak kekayaan int elekt ual sebagai bagian dari hukum benda yait u benda bergerak yang t idak berwu-j ud mempunyai nilai (val ue) yang dapat beralih at au dialihkan karena perj anj ian. Hak kekayaan int elekt ual masuk dalam ranah hukum benda. Hukum benda merupakan bagian dari Hukum Perdat a, asas-asasnya adalah absolut (mut lak), dapat dipert ahankan t erhadap siapapun j uga, dr oit de sui t e (selalu mengikut i dimana pun benda berada), dr oi t de pr ef er ence (hak di da-hulukan pelunasannya daripada kredit ur lain), dapat dialihkan. Hak Kekayaan Int elekt ual t er-masuk benda bergerak yang t idak bert ubuh (abst rak), mempunyai nilai (val ue) yang pat ut diperhit ungkan dalam lalu lint as perdagangan global hal ini dimungkinkan sebagai obj ek j a-minan f idusia.

Bank waj ib mempunyai keyakinan berda-sarkan analisis yang mendalam at as it ikad baik dan kemampuan sert a kesanggupan nasabah de-bit ur unt uk melunasi ut angnya at au mengemba-likan pembiayaan dimaksud sesuai yang diper-j andiper-j ikan, sehingga bagi bank yang konservat if dapat menaf sirkan bahwa kepast ian pengemba-lian kredit disert ai dengan j aminan.30 Kewaj i-ban mengikat benda sebagai agunan unt uk f asi-lit as kredit dengan prinsip kehat i-hat ian yang diat ur dalam berbagai perat uran Bank Indonesia yang bersumber pada Pasal 29 Undang-undang No. 10 Tahun 1998, membukt ikan bahwa pen-t ingnya lembaga j aminan dalam pemberian kre-dit perbankan.

29 Heru Hudaya, Penaf asi r an Dal am Hukum, Univer sit as

Borobudur, Jakart a, ht t p: / / j urnal . pdi i. l i pi . go. i d/ index. php/ Search. ht ml ?act =t ampil & id=14972&i dc=21, hl m. 62, akses t anggal 16 Jul i 2012.

30 Heru Soepr apt omo, “ Masal ah Eksekusi Jaminan Fi dusi a

dan Impl ikasi Lembaga Fi dusia Dal am Prakt ik Per bank-an”, Jur nal Hukum Bi sni s, Vol . 26 No. 1, 2007, hl m. 50,

Fungsi pendaf t aran HKI menj adi pent ing dan disyarat kan oleh undang-undang HKI, selain berguna sebagai alat bukt i yang sah at as HKI yang t erdaf t ar, pendaf t aran HKI j uga berguna sebagai dasar penolakan t erhadap HKI yang sa-ma keseluruhannya at au sasa-ma pada pokoknya yang dimohonkan oleh orang lain unt uk barang at au j asa sej enis. Perlindungan hukum t erha-dap HKI diberikan melalui proses pendaf t aran HKI.

Sist em hukum j aminan f idusia dalam t u-lisan ini t erkait dengan subst ansi hukum j ami-nan f idusia dan st rukt ur hukumnya memungkin-kan pemanf aat an HKI unt uk mengakses kredit perbankan. Per t ama, konsep j aminan f idusia. Pasal 1 angka 1 UUJF: f idusia adalah pengalih-an hak kepemilikpengalih-an suat u benda at as dasar ke-percayaan dengan ket ent uan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan t et ap dalam pe-nguasaan pemilik benda; Pasal 1 angka 2 UUJF: j aminan f idusia adalah hak j aminan at as benda bergerak baik berwuj ud maupun t idak berwu-j ud yang t et ap dal penguasaan pemberi f idusia, sebagai agunan bagi pelunasan ut ang t ert ent u, yang memberikan kedudukan yang di-ut amakan kepada penerima f idusia t erhadap kredit or lain-nya; Pasal 1 angka 4 UU JF: benda adalah sega-la sesuat u yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik berwuj ud maupun t idak berwuj ud, yang t erdaf t ar maupun yang t idak t erdaf t ar, yang bergerak maupun yang t idak dapat dibebani hak t anggungan at au hipot ik.

(10)

Ket i ga, pendaf t aran j aminan f idusia. Pa-sal 11 ayat (1) dan PaPa-sal 12 ayat (1) UU Jami-nan Fidusia. Pasal 11 ayat (1) menyat akan bah-wa, “ Benda yang dibebani j aminan f idusia wa-j ib didaf t arkan. ” Pasal 12 ayat (1) menyat akan bahwa, “ Pendaf t aran j aminan f idusia sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dilaku-kan pada Kant or Pendaf t aran Fidusia, di Kanwil Propinsi; Pasal 13 - Pasal 18 UUJF. Keempat, Pengalihan Jaminan Fidusia: Pasal 19, 20, 21 UUJF. Kel i ma, Eksekusi Jaminan Fidusia: Pasal 29 s/ d 34 UUJF.

Dengan demikian, j ika hak kekayaan int e-lekt ual akan dij adikan col l at er al dalam sist em hukum j aminan f idusia t elah t ersirat subst ansi pembebanan, pengikat an dan pendaf t aran HKI sebagai obj ek j aminan f idusia sebagaimana yang diharapkan dalam Sidang ke-13 Unit ed Nat ions Commi sion on Int er nat ional Tr ade Law (UNCITRAL) Working Group VI on Secur it y In-t er esIn-t , secur ed In-t r ansacIn-t ions l aw31 New York, 19-23 Mei 2008, bahwa masing-masing negara di harapkan memiliki at uran HKI sebagai col l at e-r al dengan t idak melanggae-r ket ent uan HKI yang t elah dimiliki masing-masing negara dan j uga t idak boleh melanggar perj anj ian int ernasional di bidang kekayaan int elekt ual yang t elah di buat ant ar negara.

Penut up Simpulan

Konsep HKI sebagai col l at er al bahwa hak kekayaan int elet ual dapat dikat agorikan seba-gai benda bergerak yang t idak berwuj ud, yang mempunyai nilai ekonomi. Sert if ikat hak keka-yaan int elekt ual sebagai alat pembukt ian yang kuat mengenai dat a f isik dan dat a yuridis yang t idak mewakili obj ek hanya subyek dari hak kekayaan int elekt ual t ersebut , dan j uga dileng-kapi adanya perbuat an hukum t ambahan yang t erwuj ud dalam laporan keuangan perusahaan yang mempunyai hak kekayaan int elekt ual t er-sebut .

Pengembangan hukum hak kekayaan int e-lekt ual sebagai col l at er al dimungkinkan dengan pengikat an secara f idusia yang memberikan

31

Secur ed t r ansact i on l aw adal ah hukum yang berkenaan dengan pengikat an hak kekayaan int el ekt ual .

past ian hukum dan perlindungan hukum bagi para pihak yang berkepent ingan yang t eraplika-si dalam akt a j aminan f idueraplika-sia yang dibuat No-t aris dan dilakukan pendaf No-t aran di KanNo-t or Pen-daf t aran Fidusia yang mempunyai kekuat an ek-sekut orial. Melalui lembaga j aminan f idusia t er-sirat konsep HKI sebagai col l at er al t erkait de-ngan subst ansi pembebanan, pengikat an dan pendaf t aran HKI sebagai obj ek j aminan f idusia mengant isipasi berlakunya HKI sebagai col l at e-r al secae-ra int ee-rnasional unt uk mendapat kan kredit perbankan di Indonesia.

Saran

Diharapkan kebij akan Bank Indonesia se-gera membuat perat uran yang memberlakukan HKI sebagai col l at er al , agar masyarakat pelaku bisnis yang mempunyai produk dengan HKInya dapat mengakes kredit perbankan dalam rangka mengembangkan usahanya yang membut uhkan modal. Perlunya sosialisasi pada komunit as per-bankan, bahwa HKI dapat dij adikan col l at er al , melalui sist em hukum j aminan f idusia, dengan memanf aat kan j asa penilai (af f r ai sal), sehingga penilaian HKI sebagai collat eral lebih t erbuka, pangsa pasar j uga t urut menent ukan penilaian HKI, sehingga akan berguna pada wakt u ekse-kusi, apabila debit ur wanprest asi

Daft ar Pust aka

Bacht iar, Maryat i. “ Pelaksanaan Hukum Terha-dap Merek Terkenal (Well Known Merk) Dalam WTO-TRIPS Dikait kan dengan Peng-at uran dan Prakt iknya di Indonesia”. Jur -nal Hukum Respubl i ca. Vol. 6 No. 2 Tahun 2007. Pekanbaru: FH Universit as Lancang Kuning;

Faradz, Haedah. “ Perlindungan Hak At as Me-rek”. Jur nal Di nami ka Hukum, Vol 8 No. 1 Januari 2008. Purwokert o: FH Universit as Jenderal Soedirman;

Hadiariant i, Venant ia. “ Konsep Dasar Pemberi-an Hak dPemberi-an PerlindungPemberi-an Hukum HKI”. Jur nal Gl or i a Jur i s. Vol. 8 No. 2 Mei-Juni 2008. Jakart a: FH UNIKA At ma Jaya; Hudaya, Heru, “ Penaf asiran dalam Hukum” .

(11)

Kement erian Koperasi dan Usaha Kecil dan Me-nengah, Deput i Bidang Pengembangan dan Rest rukt urisasi Usaha, Fungsi Ser t i f i kasi HaKI Sebagai Agunan Bel um Ber -j al an, ht t p: / / www. sent rakukm.com/ in-dex. php/ direkt orihaki/ 301 Jumat , 22 Ja-nuari 2010, akses, 1 Desember 2010;

Kot ler dkk. 1997. The Mar ket i ng of Nat i ons, A St r at egi c Appr oach t o Bui l di ng Nat ional Weal t h, New York: The Free Press;

Lambok, Bet t y Dina. “ Akibat Hukum Perset uj u-an Tert ulis dari Penerima Fidusia kepada Pemberi Fidusia unt uk Menyewakan Ob-yek Jaminan Fidusia Kepada Pihak Ket i-ga” . Jur nal Hukum Pr o Just i t i a. Vol. 26 No. 3 Juli 2008. Bandung: FH UNPAR;

Lebson, Scot t J. “ Trade secret s as collat eral: a US perspect ive”, Jour nal of Int el l ect ual Pr oper t y Law & Pr act i ce, Vol. 2 No. 11 2007. Unit ed Kindom: Oxf ord Universit y Press;

M, Edward Iacobucci dan RalphA. Wint er. “ Asset Securit izat ion and Asymmet ric Inf orm-at ion”. Jour nal of Legal St udi es. Vol. 34 No. 1 Januari 2005. Chicago: Universit y of Chicago Press;

Muladi. 2009. Pent i ngnya Lembaga Jami nan Fi -dusi a dal am meni ngkat kan Pembangunan Ekonomi Nasional, Seminar Nasional “ Pro-blemat ika dalam Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Indonesia: Upaya Menuj u Ke-past ian Hukum, Fakult as Hukum USM, 16 Desember;

Mulyani, Sri. “ Rekonst ruksi Pemikiran Yuridis Int egral dalam Pembaharuan Sist em Hu-kum Jaminan Fidusia Berpilar Pancasila”. Jur nal Il mi ah Hukum dan Di nami ka Ma-syar akat. Vol. 7 No. 2 April 2010. Sema-rang: Fakult as Hukum UNTAG;

P. Prat t Shannon, Alina V. Naculit a. 2008. Va-l ui ng a Business The AnaVa-l ysi s and Ap-pr ai sal of Cl osel y Hel d Companies, Third Edit ion. New York: Shannon Prat t Valu-at ion. Inc;

Ruf f Schavey, Deborah, Mayer, Brown, Plat t .

1999. Navi gat i ng Unchar t ed wat er s t a-ki ng secur i t y i nt er est i n Unit ed St at e Tr ademar ks ht t p: / / www. securit izat ion. net / knowledge/ t ransact ions/ wat ers. aspa kses t gl 23 sept 2011;

Smit h, Lars S. “ General Int angible or Comercial Tort : Moral Right s and St at e-Based Int el-lect ual Propert y as Collat eral Under U. C. C. Revised Art icle 9”. Emor y Bank-r upt cy Devel opment s JouBank-r nal. Vol. 22 2005. At lant a: Emory Law;

Soeprapt omo, Heru. “ Masalah Eksekusi Jaminan Fidusia dan Implikasi Lembaga Fidusia Dalam Prakt ik Perbankan”. Jur nal Hukum Bi sni s. Vol. 26 No. 1. 2007. Jakart a: Yaya-san Pengembangan Hukum Bisnis;

Suj at miko, Agung. “ Perj anj ian Lisensi Merek Terkenal” . Jur nal Mi mbar Hukum Vo. 22 No. 2 Tahun 2010. Yoygakart a: Fakult as Hukum UGM;

Suryout omo, Markus. “Ef ekt ivit as Pelaksanaan Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 t ent ang Jaminan Fidusia Sebagai Agunan Kredit Bank”. Jur nal Ilmi ah Hukum dan Di nami ka Masyar akat. Vol. 6. No. 1 Okt ober 2008. Semarang: Fakult as Hukum UNTAG;

Syaf rinaldi. “ Sist em Hukum Hak Kekayaan In-t elekIn-t ual”. Jur nal Hukum Respubl i ka. Vol. 4 No. 1 Tahun 2004. Pekanbaru: FH Universit as Lancang Kuning;

Tosat o, Andrea. “ Securit y Int erest over Int el-lect ual Propert y”. Jour nal of Int el l ect ual Pr oper t y Law & Pr act i ce. Vol .6 No. 2 Tahun 2011

Zaini, Ahmad. “ Dinamika Perkembangan Lem-baga Jaminan Fidusia di Indonesia”. Jur nal Al Qal am, Vol. 24 No. 3 Sept ember-Desember 2007. Yogyakart a: IKIP Muham-madiyah;

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi kualifikasi maka dengan ini Pokja Pengadaan Pekerjaan Konstruksi I pada Bagian Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Kabupaten Gunung Mas

dengan memulai dari titik tertentu pada posisi di dalam polygon dan menggambar. dengan arah menyebar ke pinggir, sampai

Sehingga LKS yang disusun selain memuat lembar masalah juga terdiri dari (1) judul LKS, (2) indikator pencapaian kompetensi, (3) alokasi waktu yang dibutuhkan dalam

Berdasarkan hasil penelitian bagian kuesioner terbuka, camping rohani menjadi salah satu kegiatan favorit yang diikuti oleh siswi (lihat kuesioner terbuka nomor 2).

The translation above uses communicative translation, because the structure well, I'd like to see their land is translated into aku juga ingin melihat negeri mereka,

Harga Penawaran Terkoreksi melebihi dari Harga Penawaran Semula sehingga tidak memenuhi syarat substansial berdasarkan Dokumen Pengadaan Bab III. IKP klausul 15.c

Sodium bicarbonate (1.5 mM) neither affected hydraulic resistance nor transpiration rate, but positively influenced fresh weight change during vase life when combined with CuSO 4 and

Berkaitan dengan hal tersebut pada tahun 2012 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Lampung masuk dalam 10 besar terbaik Penyelenggara Perizinan