IX STRATEGI PENGELOLAAN USDT BERKELANJUTAN
9.1 Karakteristik RespondenDalam rangka pengambilan keputusan maka perlu dilakukan Analytical
Hierarchy Proc ess (AHP) Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi (USDT) Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur. Responden yang diambil berasal dari pakar yang berjumlah 20 orang, namun hanya 19 orang yang kuesionernya dapat diolah. Karakteristik pakar yang dijadikan responden seperti terdapat pada Tabel 55.
Tabel 55 Latar Belakang Pekerjaan Responden
No Pekerjaan Uraian Jumlah %
1 Dosen 2 10,50
2 Wiraswasta 2 10,50
3 Penyuluh Pertanian 4 21,05
4 Petani 2 10,50
5 Petani-Pedagang 1 5,26
6 Staf Dinas Pertanian 7 36,80
7 KCD Pertanian 1 5,25
Jumlah 19 100,00
Ditinjau dari aspek pendidikan terlihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan S1 yaitu sebanyak 9 orang (47,40 %), berpendidikan S2 sebanyak 2 orang (10,50 %), DIII dan SMA masing-masing 3 orang (15,80 %) dan SLTP sebanyak 2 orang (10,50 %).
Bidang keahlian sebagian besar responden yaitu 12 orang (63.20 %) adalah teknis pertanian, 5 orang (26,30 %) memiliki bidang keahlian sosial, dan hanya 2 orang (10,50 %) yang memiliki bidang keahlian ekonomi. Masing-masing pakar telah berpengalaman dibidangnya masing-masing dengan pengalaman terbanyak antara 16-20 tahun yaitu sebanyak 7 orang (36,80 %), 31–35 tahun sebanyak 6 orang (31,60 %) dan masing-masing 2 orang (10,50 %) yang berpengalaman 5-10 tahun, 21-25 tahun dan 26-30 tahun.
Ditinjau dari segi usia, sebagian besar responden yaitu 8 orang (42,10 %) berusia 41-50 tahun, sebanyak 7 orang (36,80 %) berusia 51-60 tahun, 3 orang (15,80 %) berusia 31-40 tahun dan hanya 1 orang yang berusia kurang dari 30 tahun.
9.2 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Pengambilan keputusan Pengelolaan USDT Berkelanjutan dilakukan menggunakan Analytical Hierarc hy Process (AHP) atau Proses Hierarki Analitik (PHA) . AHP Pengelolaan USDT Berkelanjutan mencakup analisis Fokus, Faktor, Aktor, Tujuan dan analisis Program Alternatif. Hasil penilaian responden terhadap setiap variabel pada aspek-aspek tersebut kemudian dirata-ratakan secara geometri yang hasilnya terdapat pada Lampiran 32.
Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan analisis AHP dengan menggunakan software Criterium Decision Plus (CDP) Student Version, version 3.0 . Hasil analisis Consistency Ratio (CR) terdapat pada Tabel 56.
Tabel 56 Hasil Nilai Consistency Ratio pada AHP Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Cianjur, Pacet
No Aspek Variabel Nilai Faktor
1 Fokus Pengelolaan USDT Berkelanjutan 0,067
2 Faktor 1. Agroinput 0,094 2. Agroproduksi 0,082 3. Agroindustri 0,079 4. Agromarketing 0,081 5. Sarana Penunjang 0,041 3 Aktor 1. Pemerintah 0,089 2. Petani 0,094 3. Perusahaan 0,090 4. Perbankan 0,080 5. Pedagang 0,049
4 Tujuan 1. Kesempatan Kerja 0,089
2. Pendapatan 0,019
3. Produksi 0,084
4. PAD 0,030
Berdasarkan data tersebut terlihat nilai setiap aspek berada pada kisaran < 0,1 yang berarti penilaian aspek-aspek dalam AHP oleh responden konsisten (Marimin, 2004). Hasil analisis CR terbaik ditunjukkan oleh variabel tujuan pendapatan dan PAD masing-masing dengan nilai CR 0,019 dan 0,030. Sedangkan variabel yang memiliki CR kurang baik yaitu faktor agroinput dan aktor petani masing-masing dengan nilai CR 0,094. Gambar Struktur Hierarkinya sebagaimana terlihat pada Lampiran 33 dan hasil pairwise setiap variabel sebagaimana terlihat pada Lampiran 34. Berdasarkan analisis menggunakan CDP diperoleh hasil data sebagai terlihat pada Tabel 57.
Tabel 57 Tampilan Hasil Data Pengelolaan USDT di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur
LOWEST LEVEL EKO- FARMING AGRO- WISATA WANA- TANI PERTANIAN TERPADU Model Weights KESEMPATAN KERJA 0,149 0,327 0,119 0,405 0,268 PENDAPATAN 0,145 0,245 0,069 0,542 0,376 PRODUKSI 0,175 0,102 0,182 0,540 0,256 PAD 0,092 0,481 0,131 0,295 0,100 Results 0,148 0,254 0,118 0,480
Berdasarkan Tabel 57 terlihat bahwa program pertanian terpadu menduduki rangking pertama dengan nilai 48,0 % dan akan memberikan peluang pendapatan masyarakat sebesar 37,60 %. Grafik hasil pengolahan akhir AHP seperti terlihat pada Gambar 34, dimana terlihat pertanian terpadu menduduki peringkat tertinggi dengan skor 48,0 %, kemudian Agrowisata dengan skor 25,4 % baru program ekofarming dan wanatani masing-masing 14,8 % dan 11,0 %.
Gambar 34 Grafik Hasil Pengolahan Akhir AHP Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur.
9.2.1 Analisis Fokus
Analisis AHP dimaksudkan untuk menentukan sasaran yang ingin dicapai yaitu melaksanakan Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi (USDT) Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur. Berdasarkan hasil analisis perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) antara sasaran dengan setiap kriteria agroinput, agroproduksi, agroindustri, agromarketing dan sarana penunjang ternyata diperoleh CR yang memenuhi syarat yaitu 0,067. Dalam analisis AHP maka sasaran Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi (USDT) Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur dianggap memiliki nilai eigen vector sebesar 1.
9.2.2 Analisis Faktor
Untuk mencapai sasaran Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur dilakukan penentuan kriteria subsistem agribisnis yang memiliki tingkat kepentingan tinggi diantara subsistem agroinput, agroproduksi, agroindustri, agromarketing dan sarana penunjang. Berdasarkan kriteria pemilihan dilakukan penentuan terhadap aktor yang paling berperan dalam subsistem agribisnis yaitu pemerintah, petani, perusahaan, perbankan dan pedagang.
Hasil analisis perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) antara setiap subsistem agribisnis dengan kriteria aktor diperoleh CR masing-masing agroinput 0,094, agroproduksi 0,082, agroindustri 0,079, agromarketing 0,081 dan sarana penunjang 0,041. Nilai CR pada setiap kriteria tersebut telah memenuhi syarat karena < 0,1. Berdasarkan hasil analisis AHP yang tertera pada Lampiran 34 terlihat bahwa tingkat kepentingan setiap variabel Faktor tertera pada Tabel 58.
Tabel 58 Hasil Analisis Kepentingan Faktor dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur
No Variabel Nilai 1 Agroinput 0,160 2 Agroproduksi 0,129 3 Agroindustri 0,072 4 Agromarketing 0,375 5 Sarana Penunjang 0,265
Berdasarkan Tabel 58 terlihat bahwa tingkat kepentingan (importance) rangking pertama faktor adalah agromarketing (pemasaran hasil pertanian) dengan nilai 0,375 dan rangking kedua adalah sarana penunjang dengan nilai 0,265, sehingga prioritas dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur adalah subsistem agromarketing (pemasaran hasil pertanian).
9.2.3 Analisis Aktor
Untuk mengetahui aktor yang memiliki tingkat kepentingan tinggi dalam Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi (USDT) Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur dilakukan penentuan kriteria aktor diantara aktor pemerintah, petani, perusahaan, perbankan dan pedagang. Berdasarkan kriteria pemilihan aktor dilakukan penentuan terhadap tujuan yang paling penting yaitu peningkatan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, peningkatan produksi dan peningkatan PAD.
Hasil analisis perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) antara setiap aktor dengan kriteria tujuan diperoleh CR masing-masing yaitu pemerintah 0,089, petani 0,094, perusahaan 0,090, perbankan 0,080 dan pedagang 0,049. Nilai CR pada setiap kriteria tersebut telah memenuhi syarat karena < 0,1.
Berdasarkan hasil analisis AHP seperti yang tertera pada Lampiran 34 terlihat bahwa tingkat kepentingan setiap variabel Aktor sebagaimana terlihat pada Tabel 59.
Tabel 59 Hasil Analisis Kepentingan Aktor dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur
No Variabel Nilai 1 Pemerintah 0,253 2 Petani 0,133 3 Pedagang 0,266 4 Perusahaan 0,212 5 Perbankan 0,136
Berdasarkan Tabel 59 terlihat bahwa tingkat kepentingan (importance) rangking pertama aktor adalah pedagang dengan nilai faktor 0,266 dan rangking kedua adalah pemerintah dengan nilai faktor 0,253, sehingga prioritas aktor pemasaran dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur adalah pedagang.
9.2.4 Analisis Tujuan
Untuk mengetahui tujuan yang memiliki tingkat kepentingan tinggi dalam pencapaian sasaran Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi (USDT) Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur dilakukan penentuan alternatif–alternatif program pembangunan pertanian terpadu, program agrowisata, program wanatani dan program ekofarming. Hasil analisis perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) antara setiap tujuan dengan alternatif program diperoleh CR masing-masing yaitu peluang kesempatan kerja 0,089, peningkatan pendapatan 0,019, peningkatan produksi 0,084 dan peningkatan PAD 0,030. Nilai CR pada setiap kriteria tersebut telah memenuhi syarat karena < 0,1.
Berdasarkan hasil analisis AHP seperti yang tertera pada Lampiran 34 terlihat bahwa tingkat kepentingan setiap variabel Tujuan sebagaimana terlihat pada Tabel 60.
Tabel 60 Hasil Analisis Kepentingan Tujuan dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur
No Variabel Nilai
1 Peluang Kesempatan Kerja 0,268 2 Peningkatan Pendapatan 0,376
3 Peningkatan Produksi 0,256
4 Peningkatan PAD 0,100
Berdasarkan Tabel 60 terlihat bahwa tingkat kepentingan (importance) rangking pertama tujuan adalah peningkatan pendapatan masyarakat dengan nilai faktor 0,376 dan rangking kedua adalah peluang kesempatan kerja dengan nilai faktor 0,268, sehingga prioritas tujuan dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur adalah peningkatan pendapatan masyarakat. 9.2.5 Analisis Alternatif Program
Untuk mengetahui alternatif program yang memiliki tingkat kepentingan tinggi dalam Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi (USDT) Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur dilakukan penentuan alternatif–alternatif program pembangunan pertanian terpadu, program agrowisata, program wanatani dan program ekofarming.
Berdasarkan hasil analisis AHP seperti yang tertera pada Lampiran 34 terlihat bahwa tingkat kepentingan setiap variabel alternatif program sebagaimana terlihat pada Tabel 61.
Tabel 61 Hasil Analisis Kepentingan Alternatif Program dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur
No Variabel Nilai
1 Pembangunan Pertanian Terpadu 0,480
2 Agrowisata 0,254
3 Wanatani 0,118
4 Ekofarming 0,148
Berdasarkan Tabel 61 terlihat bahwa tingkat kepentingan (importance) rangking pertama alternatif program adalah program pembangunan pertanian terpadu dengan nilai faktor 0,480 dan rangking kedua adalah program agrowisata dengan nilai faktor 0,254, sehingga prioritas program dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur adalah pembangunan pertanian terpadu.
9.3 Strategi Pengembangan Pertanian Terpadu
Pembangunan merupakan suatu kegiatan/usaha secara sadar, terencana dan berkelanjutan untuk merubah kondisi suatu masyarakat menuju kondisi yang lebih baik menyangkut semua aspek kehidupan fisik-nonfisik, material-spiritual, meliputi bidang: ideologi, politik, ekonomi, pertanian, sosial budaya dan ketahanan masyarakat“.
Di bidang pertanian, beberapa negara telah mengembangkan pertanian terpadu secara sukses seperti Cina dan Ekuador karena sistem pertanian terpadu telah mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi. Di Indonesia sebagai upaya memecahkan keterbatasan dilematis yaitu kondisi kepemilikan lahan sempit dengan sistem pertanian yang mengandalkan input produksi tinggi maka Indonesia perlu mengembangkan sistem pertanian terpadu yang berwawasan ekologis, ekonomis dan berkesinambungan, atau juga disebut sustainable mix farming.
Sistem Pertanian Terpadu diharapkan dapat dikembangkan dengan konsep LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture). Sistem pertanian terpadu yang dikembangkan dengan prinsip dasar Low External Input Sustainable Agriculture
(LEISA) menyediakan semua bahan lokal secara lebih murah dan berkelanjutan serta semua limbah yang dihasilkan dapat didaur ulang sehingga tidak tergantung pada bahan baku impor. Bahan lokal dapat dikelola secara terpadu dan melalui prinsip LEISA, dapat dilakukan optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal dan maksimalisasi daur ulang sehingga diperoleh usaha tanpa limbah (zero waste), serta semua hasil pertanian dapat digunakan kembali.
Pembangunan pertanian terpadu di Kawasan Agropolitan Pacet sangat strategis, karena sebagian besar penduduk tinggal di perdesaan, memiliki potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang perlu dikelola secara optimal. Perumusan strategi (strategy formulation) pembangunan pertanian terpadu di Kawasan Agropolitan Pacet dimulai dengan analisis potensi alam dan sosial, situasi dan kondisi kawasan, dan kemauan politik pemerintah (political will) yang harus menjadi satu kesatuan kebijakan sehingga hasil pembangunan pertanian optimal yaitu :
1 Tersedianya tenaga kerja yang terampil dan sehat,
3 Tersedianya dana investasi dan modal kerja, melalui penyediaan kredit jangka panjang dengan tingkat suku bunga rendah oleh bank/koperasi
4 Adanya seperangkat aturan yang mencegah terjadinya monopoli 5 Adanya jaminan distribusi dan pemasaran hasil usaha tani
6 Tersedianya teknologi tepat guna sesuai kebutuhan spesifik lokalita desa
7 Adanya pembagian kerja (usaha) secara lokal, regional dan nasional, melalui pengembangan spesialisasi produksi yang sesuai dengan sumber setempat 8 Adanya dukungan kebijakan dan kemauan politik dari pemerintah
9 Berfungsinya lembaga-lembaga dalam masyarakat.
Untuk mewujudkan ketahanan pangan, pengembangan kawasan agropolitan Pacet yang mempunyai produk unggulan wortel perlu terus dilaksanakan, termasuk kota-kota pertaniannya (Sindang Jaya dan Sukatani) dan desa-desa sentra produksi pertanian di sekitarnya, dengan batasan skala ekonominya.
Pengembangan kawasan agropolitan Pacet juga memerlukan dukungan sumber daya air, karena dalam proses produksi semua jenis komoditi pangan baik yang berasal dari sumber daya nabati maupun sumber daya hewani memerlukan air dalam jumlah dan mutu yang cukup. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan mengabaikan aspek-aspek konservasi, akan melemahkan daya dukung lingkungan sumber daya air dan menurunkan kemampuan pasokan air, terutama di musim kemarau.
Membangun kawasan agropolitan Pacet merupakan upaya agar potensi kawasan dapat dikembangkan melalui peningkatan kemampuan dan peran aktif masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan Kawasan Agropolitan Pacet juga untuk menyeimbangkan sumber daya di wilayah perdesaan dan perkotaan, serta untuk menekan migrasi penduduk. Kawasan agropolitan Pacet sebagai pemasok hasil sayuran dalam bentuk produk primer (belum diolah) harus didorong agar mampu mensuplai produk setengah jadi atau barang jadi sehingga dapat menjadi pilar dalam peningkatan ketahanan pangan. Upaya pengembangan agropolitan Pacet menggunakan pendekatan agro-based sustainable development.
Peran SDA dalam pembangunan sektor pertanian terpadu di kawasan agropolitan Pacet, Cianjur merupakan komponen yang strategis. Ketergantungan terhadap SDA menuntut perlunya penetapan kebijakan yang terintegrasi, melalui
pembaruan penanganan dan pengembangan prasarana dan sarana SDA yang dilaksanakan secara simultan dan konsisten dengan program pengelolaannya.
Arah pengembangan SDA di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur diupayakan berdasarkan paradigma baru pengelolaan SDA, yaitu :
1 Berwawasan lingkungan,
2 Peningkatan peran pemerintah sebagai pembina dan fasilitator, 3 Pelaksanaan secara konsisten desentralisasi kewenangan, dan
4 Secara berlanjut dilakukan kajian ulang, arah penanganan SDA sehingga sejalan dengan tuntutan globalisasi.
Pembangunan infrastruktur SDA dan peningkatan kapasitas diarahkan untuk: - memenuhi kebutuhan masyarakat akan air dan mencegah terjadinya kinerja petani
yang menurun sebagai akibat pasokan air yang kurang mencukupi
- menerapkan konsep cost recovery, agar petani peduli dan sadar sehingga dapat berkontribusi terhadap operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana SDA - mengelola prasarana dan sarana SDA secara swadaya dan partisipatif, - mendorong kemandirian pengelolaan dan keberlanjutan pembangunan
- menyusun rencana tindak lanjut dan rencana pembangunan jangka menengah, untuk dapat mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan terintegrasi.
Pendekatan pengelolaan kawasan agropolitan Pacet juga harus berupaya meningkatkan pendapatan melalui non-pertanian, karena dapat mengurangi tekanan pada tanah dan memberi kesempatan pada penduduk landless dan penduduk sekitar. Oleh karena itu, pengenalan potensi untuk mendukung penduduk yang berkeinginan melaksanakan kegiatan pembangunan dan diversifikasi juga membutuhkan investasi bagi pembangunan sarana dan prasarana untuk masyarakat seperti jalan, listrik, dll.